• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL PADA BANK MANDIRI SYARIAH KCP BATANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL PADA BANK MANDIRI SYARIAH KCP BATANG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

49

A. Penyebab Manajemen Risiko Operasional pada Bank Syariah Mandiri KCP Batang

Dalam dunia perbankan, risiko operasional melekat di setiap aktivitas bank, yakni melekat pada aktivitas perkreditan, treasuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia. Berdasarkan definisi, maka manajemen risiko operasional yang dapat menyebabkan kerugian Bank Syariah Mandiri KCP Batang, bisa berasal dari faktor yaitu:

1. Proses Internal

Bank Syariah Mandiri KCP Batang menggunakan berbagai proses internal yang diperlukan untuk menjual produk dan jasa kepada nasabah. Dalam setiap langkah proses internal, dapat terjadi potensi risiko operasional. Seperti terjadi, salah kirim dokumen kepada nasabah yang tidak berhak, kesalahan proses pembukaan rekening dan transaksi nasabah, terlambat melakukan penyesuaian terhadap perubahan kebijakan, kenaikan volume transaksi yang tidak terduga mengakibatkan kesalahan dalam penanganan transaksi dan bisnis, produk yang beragam.

(2)

Sumber risiko yang lain adalah kelemahan dalam proses internal seperti ketidakpatuhan terhadap ketentuan internal maupun eksternal, kesalahan dalam produk atau bisa pula kesalahan dalam berhubungan dengan nasabah, proses dokumentasi yang buruk dan lain-lain.

Untungnya Bank Syariah Mandiri KCP Batang dapat mengelola dan mengendalikan kelemahan dalam proses internal dengan baik, dengan mengikuti kebijakan dan proses penerapan manajemen risiko.

2. Manusia

Risiko operasional yang disebabkan oleh faktor manusia juga bisa disebabkan oleh pelatihan dan manajemen yang tidak memadai, kesalahan manusia, pemisahan tugas atau wewenang yang tidak memadai, ketergantungan terhadap orang-orang penting tertentu, integritas dan kejujuran yang rendah.

Risiko-risiko operasional, bisa lebih diperburuk oleh kualitas pelatihan yang tidak memadai, kontrol yang tidak memadai dan kualitas sumber staf yang buruk. Dan faktor-faktor yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak disengaja oleh faktor manusia dapat menyebabkan:

a) Kesalahan manusia seperti kesalahan melaksanakan transaksi dan prosedur.

b) Penyelewengan pekerja, seperti fraud dan trading yang tidak sah atau diluar kewenangan.

(3)

c) Hal-hal lainnya yang terkait dengan pekerja, seperti perselisihan ketenagakerjaan, kekurangan pekerja, perekrutan pekerja dan pemutusan hubungan kerja, kecelakaan kerja.

Bank Syariah Mandiri KCP Batang telah melakukan pelatihan kerja karyawan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Untuk meminimalisir terjadinya risiko operasional yang disebabkan oleh faktor manusia. 3. Sistem dan Teknologi

Semakin meningkatnya ketergantungan Bank Syariah Mandiri KCP Batang terhadap teknologi informasi merupakan salah satu sumber utama risiko operasional. Kerusakan data baik karena sengaja maupun tidak merupakan penyebab umum kesalahan operasional yang mengakibatkan kerugian yang harus ditanggung. Risiko operasional yang dapat disebabkan oleh penggunaan teknologi informasi antara lain:

a) Permasalahan umum teknologi, seperti kesalahan operasional terkait dengan teknologi, penggunaan teknologi oleh orang yang tidak berwenang dan penyalahgunaan teknologi.

b) Permasalahan hardware, seperti kegagalan perlengkapan dan ketidakcukupan atau ketidaktersediaan hardware yang diperlukan. c) Permasalahan pengamanan atau security, seperti pembobolan

(hacking), kegagalan firewall dan gangguan eksternal.

d) Permasalahan software, seperti virus komputer.

e) Permasalahan sistem, seperti kegagalan sistem dan pemeliharaan sistem.

(4)

f) Permasalahan telekomunikasi, seperti jaringan telepon, faksimili dan email.

4. Kejadian Eksternal

Meskipun Bank Syariah Mandiri KCP Batang cenderung memiliki kontrol yang kecil atau bahkan tidak mampu mengontrol sama sekali terhadap kejadian eksternal, namun kejadian eksternal tetap perlu dikelola. Risiko operasional yang disebabkan oleh faktor eksternal dapat terjadi karena perubahan perundang-undangan yang tidak terduga, seperti perubahan undang-undang hak-hak konsumen. Contoh lain adanya ancaman-ancaman fisik, seperti perampokan bank, serangan teroris dan bencana alam.

B. Manajemen Risiko Operasional di Bank Syariah Mandiri KCP Batang1 Risiko operasional adalah potensi timbulnya kerugian atau hilangannya kesempatan untuk memperoleh keutungan akibat ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, sumberdaya manusia, infrastruktur sisten dan adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Maka dari itu Bank Syariah Mandiri KCP Batang melakukan proses manajemen risiko operasional.

Kerangka manajemen risiko operasional di Bank Syariah Mandiri KCP Batang, didasari oleh adanya definisi risiko operasional yang dicakup secara keseluruhan dengan jelas. Dengan demikian manajemen risiko berfungsi sebagi filter atau memberi peringatan dini terhadap kegiatan usaha yang

(5)

dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Batang. Bank Syariah Mandiri KCP Batang menerapkan kerangka yang dimaksud meliputi proses Identifikasi, Penilaian, Pemantauan dan Pengendalian, dengan penjelasan secara garis besar sebagai berikut:

1. Identifiksi Risiko Operasional

Secara rinci risiko operasional yang dihadapi dalam menjalani aktifitas dan transaksi yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Batang timbuk dalam bentuk-bentuk sebagi berikut:

a. Risiko Sumberdaya Manusia

Kerugian yang timbul disebabkan oleh inkompetensi, kelalaian, atau tindakan yang dilakukan berupa kewenangan yang sah oleh kru bank. b. Risiko Proses

Kerugian yang timbul diakibatkan oleh ketidakcukupan proses, kesalahan penerapan proses atau kelemahan pelaksanaan kontrol dalam proses transaksi/aktifitas.

c. Risiko Teknologi

Kerugian yang diakibatkan oleh sistem, kesalahan progam, kesalahan informasi dan kesalahan informasi.

Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap faktor penyebab timbulnya risiko operasional yang melekat pada seluruh aktivitas fungsional, produk, proses dan sistem informasi yang berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi bank. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk:

(6)

a. Memperbaiki kualitas alur kerja

b. Mengurangi kerugian karena kegagalan proses c. Mengubah budaya kerja

d. Menyediakan sistem peringatan dini terhadap gangguan suatu sistem atau manajemen.

2. Pengukuran Risiko Operasional

Tujuan pengukuran risiko operasional adalah untuk menentukan tingkat dan kecenderungan risiko operasional, sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Bank Indonesia No. 5/8/PB/2003 dan surat edaran Bank Indonesia No. 5/21/DPNP (tentang penerapan manajemen risiko operasional).

Adapun metode yang digunakan Bank Syariah Mandiri KCP Batang dalam pengukuran risiko operasional adalah dengan menentukan tingkat dan kecenderungan risiko operasional disusun dengan cara melakukan valuasi terhadap probabilitas terjadinya risiko operasional pada setiap aktivitas yang berpotensi menimbulkan terjadinya bentuk-bentuk risiko operasional.

Risiko operasional diukur berdasarkan dua faktor, yaitu risiko yang melekat pada suatu aktivitas (inherent risk) dan sistem pengendalian risiko (risk control system). Penilaian terhadap risiko interen didasari pada pengamatan terhadap kejadian risiko operasional, terutama frekuensi dan dampak dari kejadian tersebut.

(7)

Daftar aktivitas masing-masing bentuk risiko operasional yang dimaksud disusun dua level yaitu aktivitas dan sub aktifitas sebagai berikut:

a. Risiko Sumber Daya Manusia 1) Transaksi tanpa otoritas 2) Pencurian

b. Risiko Proses

1) Risiko Model/Metodologi 2) Kesalahan

c. Risiko Transaksi

1) Risiko eksekusi transaksi 2) Kompleksitas produk

3) Kesalahan pembukuan transaksi 4) Kesalahan penyelesian

5) Risiko dokumentasi/kontrak d. Risiko Kontrol Operasi

1) Pelampauan limit 2) Risiko keamanan sistem 3) Risiko volume

e. Risiko Teknologi 1) Kerusakan sistem 2) Kesalahan progam

(8)

3) Risiko imformasi 4) Risiko komunitas

Frekuensi adalah seberapa sering Bank Syariah Mandiri KCP Batang terjadi kesalahan risiko operasional terjadi di masa lalu dan bagaimana trend di masa depan. Sedangkan dampak adalah seberapa besar kerugian yang diderita oleh Bank Syariah Mandiri KCP Batang, ketika kejadian risiko operasional tersebut terjadi di masa lalu atau di masa depan. Berdasarkan kedua faktor penilaian tersebut, akan di dapat klasifikasi kejadian risiko operasional sebagai berikut:

a) Events

b) Terdapat penyebab timbulnya kejadian

c) Terdapat dampak kerugian baik keuangan maupun non keuangan d) Dapat diprediksi kejadian di kemudian hari.

Pelaksanaan sistem pengendalian risiko yang memadai akan mempengaruhi tingkat risiko yang melekat, sehingga akan diperoleh nilai risiko residual yang minimal. Disamping melakukan penilaian diatas, Bank Syariah Mandiri KCP Batang juga mengumpulkan data kerugian operasional yang akan digunakan dalam mengukur kegiatan operational. Selanjutnya data tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan modal Bank Syariah Mandiri KCP Batang untuk menutup risiko operasional.

(9)

3. Pemantauan Risiko Operasional

Bank Syariah Mandiri KCP Batang melakukan pemantauan/pengawasan risiko operasional secara berkelanjutan terhadap seluruh eksposur risiko operasional serta kerugian yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas fungsional. Setiap aktivitas fungsional harus melakukan review terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya risiko operasional serta dampak kerugian. Satuan kerja yang ditunjuk oleh pimpinan harus menyusun laporan mengenai kerugian risiko operasional dan menyampaikan laporan tersebut kepada pimpinan Bank Syariah Mandiri KCP Batang.

Pemantauan risiko operasional yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Batang secara periodik, baik dengan cara menyampaikan laporan-laporan maupun dengan melakukan review atas keputusan maupun ketetapan yang diambil sebelumnya. Review dilakukan terhadap limit risiko operasional.

4. Pengendalian Risiko Operasional

Pengendalian risiko operasional dilakukan dengan cara menerapkan limit risiko operasional dengan menggunakan instrumen-instrumen mitigasi risiko operasional seperti:

a. Asuransi b. Outsouring

(10)

c. Penerapan sistem pengawasan dan pengadilan sistem internal dalam setiap transaksi finansial

d. Mengunakan formulir dokumentasi bernomor dan tercatat yang terkait dengan transaksi finansial.

Beberapa risiko operasional secara proses memang tidak memungkinkan untuk dilakukan intervensi untuk pencegahan atau perbaikan situasi. Pengendalian risiko operasional didalam manajemen akan mudah meminimalisir kerugian. Pengendalian risiko operasional yang dapat dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Batang:

a) Penerimaan Risiko

Penerimaan risiko dilakukan untuk perbaikan situasi yang pernah terjadi. Dengan demikian potensi risiko yang ada memang harus di ambil untuk memanfaatkan kesempatan bisnis. Namun, bukan berarti penerimaan risiko adalah strategi kontrol ketat.

Misalnya Bank Syariah Mandiri KCP Batang menempatkan server sistem informasi di basement dengan alasan efisiensi ruangan. Maka risiko banjir atau over heating tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, maka kontrol terhadap suhu ruangan dan kemungkinan terjadinya banjir harus dilaksanakan dengan ketat.

b) Penghindaran Risiko

Penghindaran Risiko dilakukan untuk mencegah organisasi Bank Syariah Mandiri KCP Batang, mengalami suatu risiko operasional yang tidak dapat diterima (unacceptable) atau mencegah dilakukannya

(11)

aktivitas lain yang mungkin dapat menambah eksposur risiko operasional sebelumnya. Tindakan ini tentu saja dapat mengurangi tingkat aktivitas bisnis atau malah menghentikan bisnis sama sekali. c) Risiko Transfer

Tidak seperti penghindaran risiko yang mengeliminir risiko operasional, pada strategi risiko transfer masih melekat pada aktivitas operasional Bank Syariah Mandiri KCP Batang, Akan tetapi, ada pihak lain yang akan mengambil alih risiko tersebut. Bank Syariah Mandiri KCP Batang menggunakan asuransi dan perusahaan jasa

outsourcing dalam melaksanakan risiko transfer.

d) Risiko Mitigasi

Risiko mitigasi dapat memperkecil kerugian yang dipicu oleh eksternal maupun kejadian di internal Bank Syariah Mandiri KCP Batang. Misalnya, kerugian akibat gangguan listrik atau kegagalan telekomunikasi dapat dimitigasi dengan menyediakan fasilitas back up yang serupa, seperti genset atau alternatif operator jaringan telekomunikasi.

5. Pengukuran Risiko Operasional

Pengukuran dilakukan dengan dimensi kemungkinan kejadian (probabilitas) dan besarnya dampak. Selanjutnya mendeteksi kecukupan kontrol internal bank untuk mencegah penyimpangan/kegagalan yang terjadi, menerapkan kontrol/pengendalian risiko operasional yang tepat

(12)

untuk mengelola risiko operasional agar tetap berada dalam tingkatan toleransi risiko operasional.

Kejadian kerugian adalah suatu kejadian yang memicu terjadinya kerugian. Suatu kejadian kerugian harus dapat didefinisikan dengan jelas, dan harus dapat dipastikan bahwa kejadian tersebut sudah teridentifikasi. Dan dilakukan rencana tindakan berlanjut yang diperlukan sebagai berikut:

a. Identifikasi Database

Umumnya difokuskan pada risiko-risiko yang memiliki dampak yang besar terhadap kemampuan bank dalam menjaga kelangsungan bisnis dan operasional. Mengindentifikasi data base akan mendapatkan manfaat antara lain dapat memantau dan memprediksi eksposur risiko operasional, mengidentifikasi perubahan profit risiko operasional dan memberikan masukan/pertimbangan kepada Audit Intern dalam menyusun perencanaan audit.

b. Pengukuran Database

Kerugian risiko operasional harus dicatat dalam suatu database dengan tujuan untuk memudahkan pengelolaan data kerugian secara terstruktur dan konsisten, serta untuk memastikan bahwa semua kejadian yang menimbulkan kerugian telah ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga penerapan manajemen risiko operasional bank dapat berjalan secara efektif dan efisien.

(13)

c. Mengelola Database

Kerugian risiko operasional harus dicatat dalam suatu database dengan tujuan untuk memudahkan pengelolaan data kerugian secara terstruktur dan konsisten, serta untuk memastikan bahwa semua kejadian yang menimbulkan kerugian telah ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga penerapan manajemen risiko operasional bank dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Salah satu contoh pengelolan data base adalah rasio transaksi harian pada teller, memantau kesalahan transaksi teller. Jika hasil pemantauan menunjukkan rendah atau menurunnya aktifitas transaksi, namun pada data kerugian tercatat banyak kesalahan transaksi teller, hal ini mengindikasikan bahwa batasan nilai (parameter) yang digunakan mengalami kesalahan.

Dari beberapa jenis risiko yang dapat menghambat penerapan manajemen risiko, risiko operasional menjadi fokus penting Bank Syariah Mandiri KCP Batang. Dalam penerapan sistem manajemen risiko operasional, langkah dan strategi yang dilakukan sudah tepat karena melalui prosedur dan metodologi.

Dalam pelaksanaannya proses indentifikasi risiko dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap karateristik risiko yang ada pada aktivitas fungsional, risiko operasional dari produk dan kegiatan usaha. Risiko operasinal mencakup lima hal yaitu risiko reputasi, risiko

(14)

kepatuhan, kepatuhan syariah, risiko transaksi, risiko strategis dan risiko hukum.2

C. Pemaparan Manajemen Risiko Operasional

Dalam operasional bank syariah mempunyai fungsi pokok dalam kaitan dengan kegiatan perekonomian masyarakat. Perbankan syariah melaksanakan pratik dengan menjalankan seluruh dasar pemerintah maupun larangan Al-Qur`an dan hadist serta akhlak muamalah yang telah dicontohkan oleh para ulama sebelumnya. Begitu pula yang terjadi pada bank syariah.

Pada Bank Bank Syariah Mandiri KCP Batang terdapat nilai-nilai sebagai landasan bekerja secara tertulis maupun tidak tertulis. Salah satu landasan yang tertulis, dalam bentuk buku yang berjudul “Memaknai Kerja”. Maka dengan makna itu, bekerja di Bank Syariah Mandiri KCP Batang dengan sebuah bentuk ibadah yang terdiri dari dua alasan tujuan yaitu alasan duniawi dan akhirat. Oleh karenanya bekerja tidak hanya bertujuan mencari uang semata namun juga media dakwah dan jihad.3 Rasulullah SAW bersabda:

“Jika keluar bekerja untuk anak-anaknya yang masih kecil, ia (berjihad)

dijalan Allah. Jika keluar bekerja untuk orang tuanya yang sudah renta, ia (berjihad) dijalan Allah, (bahkan) jika bekerja untuk dirinya sendiri untuk menjaga kehormatan dirinya (tidak bergantung kepada orang lain) ia (juga berjihad) dijalan Allah. Namun jika bekerja karena riya` dan kesombongan, ia berada dijalan setan”.4

2Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: EKONISIA, 2004 hal. 275 3 Yuslam Fauizi, Memaknai kerja. (Bandung: Mizan Pustaka, 2012) hal. 83

(15)

Bank Syariah Mandiri KCP Batang merupakan lembaga keuangan yang melakukan sistem operasionalnya berdasarkan syariah yang mana dalam menjalankan segala aktivitasnya sesuai yang diajarkan dan dipraktekan oleh Rasulullah SWA. Bank Syariah Mandiri KCP Batang berusaha memperkerjakan pegawainya yang profesional dan sepenuhnya mengerti operasional perbankan syariah. Sebagai bank yang beroperasi atas prinsip syariah Islam, Bank Syariah Mandiri KCP Batang menetapkan perusahaan yang mengacu kepada sikap ahlaqul karimah (perilaku mulia).

Konsep manajemen risiko operasional yang berbasis syariah akan menjadi lebih baik, tentu saja bukan karena muslim. Ekonomi yang berbasis Islam bertujuan agar setiap manusia muslim memperoleh falah (kesuksesan dunia akhirat). Falah tersebut dapat diperoleh dengan menciptakan maslahah dalam tindakan ekonominya, maslahah tercipta jika tindakan ekonominya seorang individu mendapat manfaat dan berkah.

Kesuksessan manajemen kepatuhan kuncinya ada pada manajemen teratas dari suatu organisasi yang mengajarkan perlunya budaya kepatuhan dari atas kebawah, dalam suatu komunikasi dan dilakukan dalam aktifitas keseharian. Hal ini wajib dilakukan sampai semua pekerja memahami budaya kepatuhan tersebut sehingga muncul akan risiko kepatuhan dan tercipta kontrol yang efektif untuk menanggulanginya.

(16)

Namun demikian, yang perlu dipahami betul adalah kepatuhan yang lahir dari sebuah tekanan yang semata-mata karena regulasi akan menghasilkan kepatuhan semu. Kepatuhan semu adalah kepatuhan yang terjadi karena tanpa adanya pengertian antara sesama karyawan dan akan sangat mudah untuk rekayasa (tidak patuh) manakala tekanan dan pengawasan mengendor.

Oleh karena itu kepatuhan harus dibangun menjadi sebuah budaya dan menjadi mekanisme kerja individual. Dengan memaparkan tentang manajemen risiko operasional, maka dapat dilihat bahwa Bank Syariah Mandiri KCP Batang akan selalu berhadapan dengan risiko dengan kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Namun karena Bank Syariah Mandiri KCP Batang dapat mengelola risiko-risiko tersebut dengan baik, maka kerugian yang mungkin muncul dapat diminimalisir.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, mata pelajaran pendidikan pancasila kewarganegaraan (PPKn) lebih fokus pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak- hak dan

Mengalami kesulitan dalam memberikan motivasi bagi anak yang tidak melakukan sesuai dengan pembentukan moral karena prinsipnya anak tidak boleh dituduh atau

Kuat geser nominal yang dihitung dengan persamaan SNI 03-2847-2002 terlihat lebih konservatif karena memiliki nilai yang lebih kecil dari kuat geser aktual hasil pengujian

Waktu yang dipergunakan untuk pembuatan game edukasi mengenali sampah organik dan anorganik menggunakan andengine berbasis android ini dimulai dari awal bulan

Terakhir pada gambar ketiga kita melihat perbandingan PE Ratio untuk 12 bulan kedepan dimana secara kasat mata kita melihat saham-saham dalam portofolio INVESTA

a) Murabahah merupakan suatu mekanisme pembiayaan investasi jangka pendek yang cukup memudahkan serta menguntungkan pihak bank Islam dibandingkan dengan konsep profit

menyatakan bahwa berbeda dengan perjanjian-perjanjian baku pada lazimnya, dalam perjanjian kredit bank harus diingat bahwa bank tidak hanya mewakili dirinya sebagai

Data primer dalam penelitian ini adalah buku-buku yang ditulis oleh Cak Nun yang berkaitan dengan etika sufistik, yaitu: Hidup Itu Harus Pintar Ngegas dan