• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MAHASISWA PGSD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MAHASISWA PGSD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

212 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Pgsd Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

Mohammad Ali Syamsudin Amin

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MAHASISWA PGSD

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

ROLE PLAYING

Mohammad Ali Syamsudin Amin

Universitas Majalengka m.ali.syamsudin@gmail.com

ABSTRAK

Proses pembelajaran kooperatif tipe role playing diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mahasiswa, hal ini dilakukan karena aktivitas pembelajaran sebelumnya masih belum bisa menekplorasi kemampuan komunikasi mahasiswa PGSD. Hal tersebut berakibat rendahnya kemampuan berkomunikasi mahasiswa. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi mahasiswa PGSD melaui pembelajaran kooperatif tipe role playing. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain matching pretest-posttes control group. Teknik sampling dengan purposive sampling yaitu mahasiswa PGSD FKIP Universitas Majalengka semester A sebagai kelas eksperimen dan VI-B kelas kontrol. Adapun hasil penelitian secara analisis deskriptif dan analisis inferensi memberikan bukti bahawa pembelajaran kooperatif tipe role playing

lebih baik memberikan aktivitas belajar, hal itu berdampak pada kemampuan komunikasi kelas eksperimen yang lebih baik disbanding dengan kelas kontrol.

Kata kunci: Kemampuan Komunikasi, Mahasiswa PGSD, Pembelajaran Kooperatif

PENDAHULUAN

Belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor internal pada diri siswa dengan faktor eksternal atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku (Hamalik, 2004). Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu (Winataputra et al., 2014). Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan afektif serta psikomotor. Interaksi antar individu ketika proses pembelajaran inilah terjadi pengalaman-pengalaman belajar.

Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan pada mahasiswa dimana perubahan itu akan nampak pada perilaku dan akan tampak

pula pada setiap keterampilan yang meliputi keterampilan sosial dan keterampilan komunikasi dalam kesehariannya. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa dalam belajar tidak hanya memiliki aspek kognitif dan afektif saja, tetapi juga aspek psikomotorik harus dimiliki oleh mahasiswa, yang mana dalam hal ini adalah kemampuan dalam berkomunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu faktor utama dalam kegiatan pendidikan pada umumnya dan dalam proses kegiatan belajar pada khususnya, yang turut serta dalam penentuan pencapaian tujuan Pendidikan (Setyaningrum, 2009). Komunikasi merupakan sarana atau media dalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan.

(2)

213 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Pgsd Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

Mohammad Ali Syamsudin Amin Prinsip dari komunikasi, yaitu mengandung unsur kesengajaan, tetapi pada kenyataannya kadang beradsa pada alam bawah sadar (Palupi et al., 2016). Komunikasi adalah pusat dari proses pembelajaran (Dalen et al., 2001; Rubin & Feezel, 1986). Oleh karena itu, keterampilan komunikasi adalah prasyarat dasar untuk mengembangkan pemahaman belajar dan mengajar (Tutkun, 2015). Proses komunikasi yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa

merupakan kondisi yang

memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif (Chu & Levy, 1988; Saputra, 2013).

Penguasaan strategi komunikasi merupakan kemampuan dasar dan vital yang harus dimiliki seorang pendidik guna mendukung ketercapaian kompetensi/subkompetensi dalam pembelajaran (Abidin, 2017). Melalui penerapan strategi komunikasi yang efektif diharapkan seorang guru mampu mengorganisasi dan mengkoordinasi kemauan siswa untuk menyelesaikan tujuan pendidikannya, sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan (enjoyfull learning), dan beraktifitas tinggi baik secara mental, fisik, sosial, maupun emosinya (David, 1998; Worley et al., 2007).

Mahasiswa harus memiliki keterampilan dasar yaitu pertama, bahasa sebagai alat dasar berkomunikasi dalam percakapan, diskusi, bercerita, menulis surat. Cara berekspresi hampir seluruhnya masuk ke dalam pola bahasa. Kedua, guru sekolah dasar hidup dan bekerja melalui berbicara dan menulis; memang, dalam aktivitasnya komunikasi lisan mendapat tekanan besar (Shea, 1947). Dengan demikian, proses pembelajaran pada mahasiswa calon guru Pendidikan Guru Sekolah Dasar

diperlukan penekanan peningkatan kemampuan berkomunikasi yang harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi. Pendidikan calon guru Pendidikan guru Sekolah Dasar harus mempersiapkan semua guru masa depan untuk keragaman dengan

berfokus pada bagaimana

berkomunikasi dengan berbagai pelajar (Simonds et al., 2008).

Guru-guru yang efektif tidak hanya mengkomunikasikan fakta-fakta dan keterampilan esensial yang baik, tetapi juga mereka menunjukkan juga bagaimana informasi yang disampaikan benar-benar relevan terhadap kebutuhan hidup siswa (Roberts & Becker, 1978; Taufik, 2018). Mereka memiliki yang mendalam dari mata pelajaran membantu perencanaan dan pengiriman bahan pengajaan. Proses pengajaran yang dilakukan oleh guru adalah penyampaian pengetahuan substansial tentang konten dan kurikulum, serta mengetahui bagaimana materi itu cocok ke dalam kurikulum yang lebih luas. Sesunguhnya guru yang efektif adalah mengajar siswa dengan isi pelajaran dengan konteks dunia yang luas, berhubungan materinya dengan dari hari ke hari kehidupan mereka seperti halnya subjek pelajaran.

Peningkatan kompetensi

komunikasi tidak hanya diharapkan dari sisi guru tetapi juga diharapkan dari sisi calon guru lebih khusus lagi calon guru Pendidikan Sekolah Dasar . Kompetensi berkomunikasi baru akan tercapai jika

memang mahasiswa terbiasa

berkomunikasi secara aktif. Untuk membuat siswa berkomunikasi secara aktif dan efektif, pada akhirnya, hal ini bergantung sepenuhnya pada bagaimana dosen dapat menciptakan suasana belajar yang aktif sehingga dapat menstimulus mahasiswa untuk turut

(3)

214 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Pgsd Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

Mohammad Ali Syamsudin Amin aktif berpartisipasi dalam proses komunikasi di semua kegiatan belajar mengajar (Vusparatih, 2014). Dosen berperan untuk menggali kemampuan berkomunikasi mahasiswa sehingga setelah lulus perkuliahan, mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik ketika mengajar.

Penggunaan model pembelajaran yang perlu diterapkan oleh Dosen adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center learning). Model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa dikemas secara inovatif sehingga dapat membuat proses pembelajaran lebih aktif, kreatif dan bermakna (Hampel & Keil-Slawik, 2001; Oxford, 1997). Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Model pembelajaran kooperatif mahasiswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Umaroh, 2013) (Gillies, 2016).

Terdapat berbagai macam tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing. Model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing menekankan pada proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung dan bermakna dalam pengembangan pola berpikirnya (Wiragustika et al., 2014). Model pembelajaran kooperatif tipe role playing

merupakan cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa terhadap materi (Kurniasih & Sani, 2015).

Manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: pertama, role playing

dapat memberikan semacam hidden practise, dimana mahasiswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing

melibatkan jumlah mahasiswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada mahasiswa kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan (Sari & Zulkifli, 2014).

Melalui role playing diharapakan kemampuan berkomunikasi mahasiswa bisa maksimal ditingkatkan sebagai bekal mereka memiliki keterampilan berkomunikasi ketika mengajar di kelas. Karena kemampuan berkomunikasi menjadi sesuatu yang sangat penting ketika tujuan pembelajaran harus dicapai. Tujun dari penelitian ini adalah untuk melihat dampak model pembelajaran kooperatif tipe role playing terhadap kemapuan komunikasi mahasiswa calon guru Pendidikan Sekolah Dasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaaan subjek apa adanya (Jatisunda, 2017). Desain

matching pre-test and post-test control group design (Fraenkel et al., 2011) sebagai

berikut: Keterangan:

X: Pembelajaran kooperatif tipe role playing

O: Pretes atau Postes Kemampuan Komunikasi

(4)

215 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Pgsd Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

Mohammad Ali Syamsudin Amin ....: Subjek tidak dikelompokkan secara acak.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Majalengka Semester VI-A dan VI-B dengan sampel dua kelas yang dipilih secara purposive

sampling. Satu kelas sebagai kelas

eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe role playing untuk kelas eksperimen dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk tes kemampuan komunikasi mahaasiswa didasarkan pada 6 indikator yang meliputi 1. Rasa senang berbicara dan bekerjasama antar mahasiswa, 2. Berkomunikasi dengan bahasa yang santun, 3. Berperilaku sopan, 4. Saling menghargai antar mahasiswa, 5. Mendengarkan penjelasan dari mahasiswa lain dengan baik, dan 6. Terjalin hubungan yang harmonis antar mahasiswa (Roslina, 2018).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data pre-test dan pos-pre-test terhadap kemampuan komunikasi mahasiswa berikut diuraikan hasilnya: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi mahasiswa PGSD pemecahan masalah matematis siswa pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe role playing. Setelah data hasil penelitian terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data pre-test dan pos-test.

Berikut ini adalah ukuran statistik skor akhir tes kemampuan komunikasi mahasiswa PGSD untuk kelas eksperimen: Banyak data (n) = 36 Data terbesar (db) = 40 Data terkecil (dk) = 20 Rentang (r) = 20 Rata-rata (x)= 26,51 Median (Me) = 26 Modus (Mo) = 26 Deviasi standar = 6,78

Berikut ini adalah ukuran statistik skor akhir tes kemampuan komunikasi mahasiswa PGSD kelas kontrol:

Banyak data (n) = 35 Data terbesar (db) = 32 Data terkecil (dk) = 10 Rentang (r) = 22 Rata-rata (x)= 20,80 Median (Me) = 19 Modus (Mo) = 18 Deviasi standar = 6,99

Uji perbedaan rata-rata bertujuan untuk melihat kemampuan awal dari setiap kelas. Karena sampel tersebut berdistribusi normal maka dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan independent-sample t-test. Adapun bentuk hipotesis dari uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut:

H0 = kemampuan awal antara kelas

kontrol = kemampuan awal kelas eksperimen

H1 = kemampuan awal antara kelas

kontrol ≠ kemampuan awal kelas eksperimen

Uji perbedaan rata-rata yang dilakukan dengan ketentuan H0 diterima

jika Sig. lebih dari α = 0,05. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,891. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0 diterima atau tidak terdapat

perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diterima. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.2.tailed) yang didapat yang nilainya lebih dari α = 0,05. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan

(5)

216 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Pgsd Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

Mohammad Ali Syamsudin Amin

kemampuan komunikasi awal

mahasiswa.

Pengujian selanjutnya adalah uji perbedaan rata-rata bertujuan untuk melihat kemampuan akhir dari setiap kelas. Karena sampel tersebut berdistribusi normal maka dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan independent sample t-test. Adapun bentuk hipotesis dari uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut:

H0 = Kemampuan akhir kelas

kontrol = kemampuan akhir kelas eksperimen.

H1 = Kemampuan akhir kelas

kontrol ≠ kemampuan akhir kelas eksperimen

Uji perbedaan rata-rata yang dilakukan dengan hasil perhitungan perbedaan rata-rata data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2- tailed) = 0,011. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0 ditolak atau terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diterima. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig. (2-tailed)) yang didapat yang nilainya kurang dari α = 0,05. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan akhir siswa pada kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol.

Beradasarkan analisis secara deskriptif dan juga analisis inferensi bahwa nilai skor kemampuan komunikasi mahasiswa PGSD dengan menggunakan proses pembelajaran kooperatif tipe role playing lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Aktivitas yang dilakukan pada saat pembelajaran memberikan kesempatan

kepada mahasiswa untuk

mengeksplorasi kemampuan mereka berkomunikasi, disamping itu kesadaran

mahasiswa bahwa kemampuan

berkomunikasi merupakan kemampuan vital ketika mereka mengajarkan sebuah konsep kepada siswa apalagi siswa yang dihadapi adalah siswa yang membutuhkan artikulasi Bahasa yang jelas, sehingga apa yang diterima sesuai dengan konsepnya.

SIMPULAN

Secara umum proses pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe role

playing memberikan aktivitas

pembelajaran yang membuat mahasiswa mampu mengeksplorasi kemampuan berkomunikasinya, hal ini didukung dengan analisis deskriptif dan analisis

inferensi. Bahwa kemapunan

komunikasi mahasiswa pada kelas eksperimen lebih baik. Walaupun pada kenyataannya aktivitas yang diberikan masih diperlukan banyak perbaikan-perbaikan agar lebih sempurna dapat membuat mahasiswa mengekplosari kemampuan kemonukasinya. Sehingga penelitian selanjutnya memberikan informasi kepada peneliti untuk spesifik mengkaji pengembangan bahan ajar yang mampu mendukung kemampuan komunikasi mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S. (2017). Strategi Komunikasi Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar. Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Arab,

3(2).

Chu, H., & Levy, J. (1988). Multicultural skills for bilingual teachers: Training for competency development. NABE Journal, 12(2), 153–169.

Dalen, J. van, Bartholomeus, P., Kerkhofs, E., Lulofs, R., Thiel, J. van, Rethans, J.-J., Scherpbier, A., & van der Vleuten, C. (2001). Teaching and

(6)

217 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Pgsd Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

Mohammad Ali Syamsudin Amin assessing communication skills in Maastricht: the first twenty years.

Medical Teacher, 23(3), 245–251. David, P. A. (1998). Communication

norms and the collective cognitive performance of “Invisible Colleges.” In Creation and transfer of knowledge

(pp. 115–163). Springer.

Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2011). How to design and evaluate research in education. New York: McGraw-Hill Humanities/Social Sciences/Languages. https://pdfs.semanticscholar.org/6 0b6/99eda714ac21599455741fb499d d4e68f615.pdf Gillies, R. M. (2016). Cooperative learning: Review of research and practice. Australian Journal of Teacher Education, 41(3), 3.

Hamalik, O. (2004). Proses belajar mengajar. Bumi Aksara.

Hampel, T., & Keil-Slawik, R. (2001). sTeam: structuring information in team-distributed knowledge management in cooperative learning environments. Journal on Educational Resources in Computing (JERIC), 1(2es), 3--es.

Jatisunda, M. G. (2017). Hubungan self-efficacy siswa SMP dengan kemampuan pemecahan masalah matematis. Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics),

1(2).

Kurniasih, I., & Sani, B. (2015). Ragam pengembangan model pembelajaran untuk peningkatan profesionalitas guru. Jakarta: Kata Pena, 71–72. Oxford, R. L. (1997). Cooperative

learning, collaborative learning, and interaction: Three communicative strands in the language classroom.

The Modern Language Journal, 81(4),

443–456.

Palupi, J., Hidayat, M. F., Subiyantini, D., & Rizki, P. (2016). Keterampilan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Tingkat Satu. Retrieved

from Eprints. Umk. Ac.

Id/6115/5/3_Ketrampilan_Komunikasi. Pdf.

Roberts, C. L., & Becker, S. L. (1978). Communication skills as predictors of supervisor and student ratings of teachers. Communication Quarterly,

26(3), 51–56.

Roslina, S. (2018). Pengembangan Keterampilan Kominikatif Antar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TSTS) dalam Pembelajaran IPS Materi Perpajakan. Jurnal PETIK, 4, 8–22. Rubin, R. B., & Feezel, J. D. (1986).

Elements of teacher communication competence. Communication Education, 35(3), 254–268.

Saputra, H. (2013). Studi Tentang Kemampuan Berkomunikasi Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Kegiatan Belajar Mengajar Di Sdn 017 Kota Samarinda. E-Journal Ilmu Komunikasi, Tahun, 1(1), 290–300. Sari, L. S. L., & Zulkifli, Z. (2014).

Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III Sdn 011

Sungai Majo Kecamatan Kubu

Kabupaten Rokan Hilir. Riau

University.

Setyaningrum, D. (2009). Pengaruh

Kemampuan Guru dalam

Berkomunikasi dan Pengelolaan Kelas Terhadap Motivasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009”.

(7)

218 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Pgsd Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing

Mohammad Ali Syamsudin Amin Shea, M. E. (1947). Education of the

elementary school teacher in communication skills. Quarterly Journal of Speech, 33(2), 222–224. Simonds, B. K., Lippert, L. R., Hunt, S.

K., Angell, M. E., & Moore, M. K. (2008). Communication and diversity: Innovations in teacher education. Communication Teacher,

22(2), 56–65.

Taufik, A. (2018). Keterampilan Komunikasi Guru Profesional di Sekolah. IJTIMAIYAH Jurnal Ilmu Sosial Dan Budaya, 2(1).

Tutkun, O. F. (2015). Prospective teacher’s communication skills level: intellectual, emotional and behavioral competencies. The Anthropologist, 19(3), 665–672.

Umaroh, M. (2013). Upaya Meningkatan Kecerdasan Bahasa melalui Model Cooperative Learning pada Siswa Kelompok B di RA Muslimat NU Desa Kandang Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang. Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies, 2(1).

Vusparatih, D. S. (2014). Peranan

komunikasi guru dalam

implementasi kurikulum 2013.

Humaniora, 5(1), 387–397.

Winataputra, U. S., Delfi, R., Pannen, P., & Mustafa, D. (2014). Hakikat Belajar dan Pembelajaran. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran, 1–46. Wiragustika, I. W. G., Meter, I. G., &

Suara, I. M. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing Berbantuan Media Lingkungan Sosial Terhadap Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas Iv Di Sd Gugus 2 Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014. MIMBAR PGSD Undiksha, 2(1).

Worley, D., Titsworth, S., Worley, D. W., & Cornett-DeVito, M. (2007). Instructional communication competence: Lessons learned from

award-winning teachers.

Communication Studies, 58(2), 207– 222.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penaw aran paket pekerjaan tersebut diatas, dengan ini kami sampaikan bahw

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja V Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2014 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :. APBD

1. Potensi Sumber Daya Alam. Kelengkapan data-data potensi sumber daya alam yang tertuang dalam profil Desa Getassrabi mayoritas sudah terisi cukup baik, tetapi belum

Maka dari hal tersebut, konsumen dan perusahaan dituntut untuk menjadi lebih kritis dalam menilai dan membandingkan suatu produk yang diiklankan, apakah

Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan dikarenakan bambu menpunyai kelebihan yaitu masa konstruksi sangat singkat, biaya konstruksi murah dan tidak memerlukan

Tidak ada bukti triwulanan a. Jika seluruh hasil evaluasi atas penanganan pengaduan masyarakat telah ditindaklanjuti oleh unit kerja; b. Jika sebagian hasil evaluasi atas

[r]