• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : SINTA BELA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : SINTA BELA NIM"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

SINTA BELA NIM. 130500134

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(2)

Oleh :

SINTA BELA NIM. 130500134

Karya IlmiahSebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(3)

Oleh :

SINTA BELA NIM. 130500134

Karya Ilmiah Sebagai Salah SatuS yarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(4)

Bhakti Satria Oil Mill Desa Gunung Sari Kec. Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara

Nama : SINTA BELA

NIM : 130500134

Program Studi : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan

Jurusan : Teknologi Pertanian

Pembimbing,

Edy Wibowo Kurniawan,S.TP.M.Sc NIP. 197411182000121001 Penguji I, Netty Maria N, S.TP.,M.P.,M.Sc. NIP. 198510022008122001 Penguji II, Khusnul Khotimah.S.TP.M. Sc NIP. 1979102520006042002 Menyetujui, Ketua Program Studi

Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Muh. Yamin. S.TP. M.Si NIP.197408132002121001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Hamka, S.TP.,MP., M.Sc NIP.197604082008121002

(5)

Tabang, Kabupaten Kutai Karatanegara Di bawah (Bimbingan Bapak Edy Wibowo Kurniawan).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mutu CPO selama penyimpanan tangki timbun (strotage tank) pada periode tanggal 30 Maret 04 April 2016. Dan untuk mengetahui apakah asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kotoran pada Crude palm Oil (CPO) Di PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM) telah memenuhi standar mutu CPO (SNI 01-2901-2006), yang ditetapkan atau belum. Kenaikan Asam lemak bebas disebabkan adany a reaksi hidrolisa pada minyak, air yang terbentuk pada proses hidrolisa besar maka akan menyebabkan kenaikan asam lemak bebas pada minyak sawit. Kotoran yang merupakan bahan yang tidak larut dalam minyak, kotoran yang berukuran besar dapat tersaring, akan tetapi kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring hanya melayang-layang di dalam Minyak

CPO.

Pada penelitian ini dilakukan dari hari pertama penyimpanan sampai hari terakhir penyimpanan di storage tank, sampel diambil dengan menggunakan alat yang bernama Sampel Can diatas storage tank untuk pengambilan sampel

CPO diambil tiga bagian yaitu bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah

digabungkan untuk mewakili sifat keseluruhan sampel.

Hasil penelitian ini didapatkan hasil asam lemak bebas (ALB) tertinggi senilai 3,21% dengan standar SNI (ALB) max 5 %, kadar air tertinggi senilai 0,35% dengan standar SNI kadar air max 0,5 % dan kadar kotoran tertinggi senilai 0,08% dengan standar SNI kadar kotoran max 0,5 %.

(6)

Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara dari pasangan Bapak Pirin (almarhum) dan Ibu Rusma.

Tahun 2001 memulai pendidikan pada sekolah Dasar Negeri 009 Hambau, Kec. Kembang Janggut dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 01 Kembang Janggut dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 melanjutkan sekolah menengah keatas di SMAN 01 Kembang Janggut dan lulus pada tahun 2013. Setelah itu melanjutkan pendidikan tingkat tinggi pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Jurusan Teknologi Pertanian.

Tahun 2013-2014 di Politeknik mengikuti organisasi BEM (Badan Eksekutip Mahasiswa) menjabat sebagai Bendahara dan mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (Hima-TekBun) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda menjabat sebagai anggota pada tahun 2014-2015.

Tahun 2016 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oill Mill, Pabrik Kelapa Sawit di Kec. Tabang, Kab. Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini di Politeknik Negeri Pertanian Samarinda, Kalimantan Timur. Keberhasilan dalam penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan motivasi, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

2. Bapak Muh. Yamin. S.TP. M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S. TP., M.Sc selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah

4. Ibu Netty Maria Naibaho, S.TP., M.P., M.Sc, selaku dosen penguji I Karya Ilmiah

5. Ibu Khusnul Khotimah, S.TP, M.Sc Selaku dosen penguji II Karya Ilmiah 6. Ibu Devi selaku pembibing PKL yang telah memberi banyak masukan dan

juga asisten PT. SASANA YUDHA BHAKTI yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

7. Teman selama PKL yaitu Riska, Eva, Almajhan, Alwan, Waqit dan Roli yang membantu dalam proses penelitian di perusahan maupun di kampus.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan, dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam penguasaan materi. Namun penulis berharap informasi yang tersaji di dalamnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya untuk kemajuan perkembangan pengetahuan dibidang Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

Penulis

(8)

HALAM PENGESAHAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

ABSTRAK... ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ... ... 1 A. Latar belakang ... 1 B. Tujuan Penelitian ... 3 C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... ... 4

A. Kelapa Sawit ... 4

B. Tipe(Varietas) Kelapa Sawit ... 5

C. Pengolahan Kelapa Sawit... 5

D. Pemurnian Dan Penjernihan Minyak Kelapa Sawit... ... 6

E. Penimbunan Minyak Kelapa Sawit ... 7

F. Faktor faktor mempengaruhi mutu minyak Kelapa Sawit ... 8

G. Pegendalian Mutu ... 12

III. METODE PENELITIAN... ... 16

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

B. Alat dan Bahan ... 16

1. Alat ... 16

2. Bahan ... 17

C. Prosedur Penelitian... 17

1. Penentuan Asam Lemak Bebas ... 17

2. Penentuan Kadar Air ... 18

3. Penentuan Kadar Kotoran ... 18

IV HASIL DAN PEMBAHASAN... . 20

A. Hasil ... 20

B. Pembahasan ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 26

A. Kesimpulan ... 26

(9)
(10)

2. Kandungan Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air dan Kadar Kotoran pada Storage Tank 1 PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB)

... ... 20

Lampiran

3. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas... 30

4. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Air... 30 5. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Kotoran... 30

(11)

1. ... 21 2. Grafik Kadar Air... ... 21 3. Grafik Kadar Kotoran... 22

(12)

1. Perhitungan Asam Lemak Bebas ... 31

2. Perhitunga Kadar Air... 32

3. Penentuan Kadar Kotoran... 35

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat potensial. Tanaman kelapa sawit tumbuhan sebagai tanaman liar (hutan), setelah liar dan sebagai tanaman budi daya terbesar di berbagai Negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di A sia, Amerika S elatan dan Afrika (Setyamidjaja, 2006).

Minyak kelapa sawit diperoleh dari proses tandan buah segar (TBS) di pabrik, bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai pengangkutan tandan buah kelapa sawit ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampinganya. Produk utama yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit adalah CPO. Mutu dari CPO dipengaruhi oleh asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran. Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB (Asam Lemak Bebas), kadar Air, kadar Kotoran, Logam tembaga, Peroksida, dan Ukuran Pemucatan (Fauzi, 2002).

Peningkatan kadar ALB (Asam Lemak Bebas) juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Akan tetapi prosess pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak.

(14)

Untuk itu setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan bejana hampa pada suhu 900C (Pahan I, 2008).

Kadar air dalam minyak setelah pemurnian masih terlalu tinggi untuk mencegah peningkatan kadar ALB karena hidrolisis minyak masih harus dikeringkan. Sebab kadar air yang cukup tinggi dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas. Untuk ini sebaiknya dipakai pengering vakum pada suhu yang relatif rendah, agar minyak tidak teroksidasi pada waktu pengeringan suhu tinggi (Semangun dkk. 2008).

Kadar kotoran adalah bahan-bahan tak larut dalam minyak, dimana dengan ukuran yang kecil zat pengotor tersebut sulit untuk disaring. Oleh karena itu perlu dimurnikan terlebih dahulu menggunakan alat sentrifugasi sebelum minyak disimpan pada tangk (Ketaren, 1986).

Menurut Naibaho, (1998) Penyimpanan dan penaganan minyak kelapa sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya ko ntaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehinga akan menurunkan kualiatas minyak sawit. Pengawaasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit. Atas dasar inilah penulis ingin

CPO selama penyimpanan

tangki timbun (storage tank) Di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill Desa

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik mutu CPO selama penyimpanan tangki timbun (strotage tank) pada periode tanggal 30 Maret 04 April 2016 pada asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran.

(15)

2. Untuk mengetahui apakah asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kotoran pada Crude palm Oil (CPO) Di PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM) telah memenuhi standar mutu CPO (SNI 01-2901-2006), yang ditetapkan atau belum.

C. Manfaat Penelitian

Memberikan masukan kepada pabrik dan khususnya stasiun penimbunan minyak (storage tank) tentang karakteristik mutu CPO selama peyimpanan tangki timbun terhadap asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elais guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan Brazil di bandingkan dengan Afrika. Pada kenyataanya kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.

Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1948, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda. Bagi bangsa Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara (Hadi mustafa, 2004).

Pengembangan komoditas ekspor kelapa sawit terus meningkat dari tahun ke tahun, terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2004 - 2014 sebesar 7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata 11,09% per tahun. Peningkatan luas areal tersebut disebabkan oleh harga CPO yang relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan produsen, khususnya petani, yang cukup menguntungkan.

Tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut status pengusahaannya milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau 41,55% dari total luas areal, milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau 6,83% dari total luas

(17)

areal, milik swasta seluas 5,66 juta Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu swasta asing seluas 0,17 juta Ha atau 1,54% dan sisanya local

(Soependi dkk, 2014). B. Tipe (Varietas) Kelapa Sawit

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan jumlah rendemen minyak kelapa sawit yang dikandungnya. Rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas Tenera Yaitu mencapai 22-24%, sedangkan pada varietas dura hanya 16-18%. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit yang banyak digunakan para petani dan perkebunan kelapa sawit di indonesia diantaranya dura, psifera, dan tinera, tetapi varietas tineralah yang bayak ditanam diperkebunan pada saat ini (Fauzi dkk, 2002).

C. Pengolahan Kelapa Sawit

Menurut Fauzi dkk, (2008), pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari tempat pemungutan hasil (TPH) ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingannya.

Umunnya ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik, yaitu: minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas, tahap -tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut :

1. Pengangkutan TBS ke pabrik. 2. Perebusan TBS.

(18)

4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit. 5. Pemurnian dan penjernihan minyak sawit.

6. Pengeringan dan pemecahan biji. 7. Pemisahan inti sawit dari tempurung.

D. Pemurnian Dan Penjernihan Minyak Kelapa Sawit

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan/penjernihan minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak (Pahan, 2008).

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar, karena mengandung kotoran berupa partikel-partikel kasar dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kndungan air dalam minyak . Minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki-tangki penampung dan siap dipasarkan atau dilakukan pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni (Fauzi dkk,

2005)

Menurut Pahan (2010), ada tiga metode yang dilakukan dalam pemurnian minyak kasar di PKS, yaitu metode pengendapan, metode pemusingan dan metode pemisahan biologis.

(19)

terjadi pengendapan bagian yang lebih berat. Minyak berada dilapisan karena berat jenisnya lebih kecil.

2. Metode pemusingan (centrifuge) yaitu pemisahan dengan cara memusingkan minyak kasar sehingga bagian yang lebih berat akan terlempar lebih jauh akibat adanya gaya sentrifugal.

3. Metode pemisahan biologis yaitu pemecahan molekul -molekul minyak sebagai akibat dari proses fermentasi.

Minyak dari oil purifier dengan suhu 90-950C dipompa dan ditampung dalam float tank untuk seterusnya dihisap oleh vacuum dryer. Dibawah pelampung terpasang toper spindle untuk mengatur minyak yang disalurkan ke dalam bejana vacuum dryer sehingga kehampaan dalam vacuum dryer tetap terkendali. Selanjutnya, melalui nozzle minyak akan disemburkan ke dalam bejana sehingga penguapan air menjadi lebih sempurna. Untuk menjaga keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana, digunakan

float valve dibagian bawah bejana (Pardamean, 2008). E. Penimbunan Minyak Kelapa Sawit

Menurut Pardamean (2008) Minyak yang terkumpul di dasar bejana akan disalurkan ke pompa di lantai bawah, selanjutnya dipompakan ke tangki timbun (storage tank). Pada tangki timbun secara periodik dilakukan pengurasan mengikuti prosedur pencucian tangki. Suhu penyimpanan hendaknya 50-550C, penimbunan ini dapat terjadi kerusakan mutu, baik peningkatan ALB Maupun peningkatan oksidasi. Persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kebersihan tangki dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air.

(20)

3. Memelihara suhu sekitar 500C

4. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya dibawah permukaan minyak (Mangoensoekarjo, 2003).

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Kelapa Sawit 1. Asam Lemak Bebas

Menurut Marunduri (2009) Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai saat TBS dipanen sampai TBS diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-fakror panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

Faktor yang menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

a. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

b. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah Penupukan buah yang terlalu lama.

c. Adanya mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu), yang dapat hidup pada suhu dibawah 500C

d. Proses hidrolisa selama pemprosesan di pabrik

e. Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara minyak udara (Ketaren,1986).

(21)

Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi asam-asamnya ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi kadar ALB maka makin rendah kualitasnya.

Kandungan asam lemak bebas pada buah sawit yang baru dipanen biasanya lebih kecil dari 0,3%. Sedangkan, ALB pada brondolan biasanya sekitar 5%. Umumnya konsumen menginginkan minyak sawit yang mengandung asam lemak bebas yang rendah. Hal ini dapat dicapai jika buah yang dipanen masih mentah, akan tetapi memotong buah yang mentah menimbulkan masalah di pabrik yaitu rendahnya efesiensi minyak dan inti sawit (Naibaho, 1996).

Menurut standar mutu CPO (SNI 01-2901-2006), standar mutu CPO yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Standar Kualitas Minyak Kelapa Sawit (CPO)

No Karakterisitik Batasan

1 2 3

Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar Kotoran (dirt)

Kadar Air (moist)

Max 5% Max 0,5% Max 0,5% Sumber : Badan Standar Nasional (2003)

2. Kadar Air

Air dalam minyak kelapa sawit hanya dalam sejumlah kecil, hal ini terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta pengaruh penimbunan. Jika air yang terbentuk pada proses hidrolisa besar maka akan menyebabkan kenaikan asam lemak bebas pada minyak sawit. Kadar asam lemak bebas dan air yang tinggi akan menyebabkan kerusakan minyak yang berupa bau tengik pada minyak tersebut (Naibaho, 1996).

(22)

Menurut Gunawan E, (2004) dalam Hutahaean (2008), Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektivitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang mutunya tinggi.

Minyak kelapa sawit mempunyai kadar air yang sangat kecil (<0,15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang demikian kecil akan sangat memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau tidak enak (ketengikan). Akibatnya mutu minyak menjadi turun.

Kadar air dalam minyak sawit (>0,15%) maka akan mengakibatkan hidrolisa minyak, dimana hidrolisa dari minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebakan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.

Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan, maka harus dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak.

3. Kadar Kotoran

Menurut Marunduri (2009) dalam Alfiah dan Susanto (2015), salah satu parameter mutu CPO adalah kadar kotoran. Kadar kotoran

(23)

adalah keseluruhan bahan bahan asing yang tidak larut dalam minyak. Pada umumnya di pabrik pengolahan kelapa sawit, penyaringan CPO dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan dan disentrifugasi. Dalam proses tersebut kotoran yang berukuran besar dapat tersaring, akan tetapi kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang layang di dalam CPO. Kotoran yang terdapat pada CPO terdiri dari tiga golongan, yaitu:

a. Kotoran yang tidak terlarut dalam minyak (fat insoluble) dan terdispersi dalam minyak, yaitu kotoran yang terdiri dari biji atau partikel jaringan, lendir dan getah serat serat yang berasal dari kulit abu atau material yang terdiri dari Fe, Cu, Mg, dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. b. Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak yaitu kotoran ini

terdiri dari pospoliipid, senyawa yang mengandung nitrogen dan senyawa kompleks lainnya.

c. Kotoran yang terlarut dalam minyak (fat soluble compound) yaitu kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari ALB, sterol, hidrokarbon, monogliserida, dan digliserida yang dihasilkan dari hidrolisis trigliserida, zat warna yang terdiri dari karotenoid, klorofil. Zat warna lainnya yang dihasilkan dari proses oksidasi dan dekomposisi minyak yang terdiri dari keton, aldehid dan resin serta zat lainnya yang belum teridentifikasi.

G. Pengendalian Mutu

Pengertian pengendalian mutu secara umum adalah menjaga mutu pada tingkat dan toleransi yang dapat diterima oleh pembeli atau pemakai, sementara menekan biaya serendah-rendahnya; adakalanya juga memenuhi

(24)

persyaratan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah. Bidang pengawasan meliputi bahan mentah, pengolahan, dan pemeriksaan hasil jadi. Maka pengendalian disini adalah mulai dari sejak panen sampai dengan pengiriman hasil produksi, jadi meliputi mutu panen dan mutu hasil.

1. Mutu Panen

Tingkat mutu minyak sawit yang dihasilkan sebagian besar ditentukan dilapangan oleh mutu TBS dan panen yang masuk di pabrik. Oleh karena itu perlu di adakan pengawasan mutu tandan dan mutu panen. Yang dimaksud dengan mutu tandan adalah derajad kesempurnaan pembuahan pada tandan, yang ditentukan oleh kesempurnaan penyerbukan. Sedangkan yang dimaksud dengan mutu panen adalah derajad kematangan panen, kegiatan pengumpulan brondolan, baik sebelum maupun sesudah tandan dipotong atau dipanen, dan perlakuan terhadap tandan (Mangoensoekarjo dkk, 2008).

2. Mutu Hasil Jadi

Hasil jadi suatu pabrik minyak sawit biasanya adalah minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan inti sawit atau minyaknya palm

kernel oil (PKO). a) Minyak Sawit

Minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan, terutama dalam pembuatan margarin, shortening, atau minyak goreng atau lemak-lemak dalam pembuatan roti dan kue. Dalam margarin misalnya kandungan minyak sawit dapat mencapai 20%. Untuk minyak goreng dapat digunakan 100% minyak sawit, misalnya dalam penggorengan (deep friying) keripik kentang dalam skala besar di

(25)

Amerika Serikat (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Keunggulan minyak sawit terhadap minyak nabati lainnya ialah bahwa dalam bentuk CPO mengandung tokoferol, yaitu suatu zat antioksidan. Zat ini akan hilang atau rusak pada proses rafinasi. Minyak sawit dengan kadar ALB tinggi biasanya kadar tokoferolnya rendah. Karotena dan tokoferol akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi.

b) Pengendalian Mutu Minyak Sawit

Menurut Semangun dkk (2008) tindakan pencegahan yang harus diambil di kebun dan pabrik ialah pengendalian atas kedua faktor mutu tersebut diatas, yaitu hidrolisis dan oksidasi. Langkah-langkah yang perlu diambil pada waktu pengolahan adalah sebagai berikut.

1) Perebusan. Untuk mencegah oksidasi selama perebusan, udara harus dikosongkan sama sekali dari dalam rebusan. Hal ini juga perlu untuk mencapai suhu yang diperlukan (udara adalah penghantar panas yang jelek). Cara yang terbaik adalah triple peak sterilization. Pemasukan uap harus secara berangsur untuk menghindarkan pemanasan lanjut pada tempat-tempat tertentu. Minyak yang berasal dari air rebusan sangat jelek daya pucatnya dan mengandung banyak besi, maka seharusnya tidak dicampur dengan minyak produksi utama. Buah yang sudah direbus mudah diserang mikroba dan cepat busuk. Karena itu, bila tidak sempat selesai diolah, sebaiknya tandan disimpan sebelum perebusan.

2) Pengempaan. Eremas dan kempa merupakan sumber besi karena keausan dari pisau-pisau aduk, lining dan screw. Sebaiknya memakai bahan stainless steel. Pemanasan dengan mantel uap menyebabkan

(26)

pemanasan lanjut lokal dan me ngurangi daya pucat dari minyak; lebih baik memakai uap langsung, karena pemanasannya lebih cepat.

3) Klarifikasi. Persinggungan yang terlalu lama dengan udara pada suhu tinggi harus dicegah karena akan mengurangi daya pucat akibat oksidasi. ALB juga meningkat bila klarifikasi terlalu lama. Kadar air minyak harus dikurangi sampai dibawah 0,1% untuk mencegah reaksi hidrolisis secara otokatalitik. Pengeringan sebaiknya dalam vakum. Sebelum penimbunan, minyak agar didinginkan lebih dahulu

4) Kebersihan. Pabrik yang kotor dapat meningkatkan ALB. Sisa minyak yang tertinggal, elevator, conveyor, tangki-tangki dan tempa lain harus dibersihkan bila pabrik stop lama, karena pada waktu dingin mikroba dapat berkembang cepat.

5) Penimbunan. Kerusakan mutu dapat terjadi selama penimbunan. Kadar air harus dijaga tidak lebih dari 0,1% dan kadar kotoran 0,01%. Pemanasan berulang-ulang agar dihindarkan dan suhu dijaga tidak lebi

dihindarkan. Pipa masuk ke dalam tangki transpor (agar udara tidak terhisap ke dalam minyak).

6) Mutu khusus. Dari buah yang jelek tidak dapat dibuat minyak yang baik. Maka untuk membuat minyak bermutu khusus, seperti Special

Quality Oil atau Lotox, panen perlu dibagi menjadi tandan baik yang

terdiri atas fraksi 1 s/d 3, dan tandan jelek terdiri atas fraksi 4 dan 5 beserta brondolan. Pemisah ini dilakukan di TPH. Dari tandan baik

(27)

tersebut minyak yang terpisah langsung pada tangki pengendap

(continuous clarifier) menjadi minyak bermutu khusus, sedangkan

minyak yang terkutip dari air drabnya digabungkan dengan minyak dari tandan jelek.

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di dalam Pabrik dan Laboratorium PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM).

2. Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei yang meliputi persiapan alat dan bahan hingga penulisan karya ilmiah, pengambilan sampel di awali pada tanggal 30 Maret 4 April 2016

B. Alat dan Bahan

1. Alat a. Timbang analitik b. Gelas beaker 50 ml c. Erlenmeyer 250 ml d. Gooch cruicible e. Oven

f. Kertas saring (Whatman)

g. Vacuum pump h. Pipet tetes i. Penjepit j. Sample can k. Desikator l. Gelas ukur m. Alat titrasi

(29)

2. Bahan

a. CPO

b. n-Heksan

c. Indikator PP (phenolpthalein) d. Isopropil alkohol (IPA) e. NaOH

C. Prosedur Penlitian

Pengambilan sampel dilakukan dari hari pertama penyimpanan sampai hari terakhir penyimpanan di storage tank, yang rutin dilakukan pada pagi hari yakni jam 07.00, sampel diambil dengan menggunakan alat yang bernama

sample can diatas storage tank untuk pengambilan sampel CPO diambil dari storage tank dalam tiga bagian yaitu bagian atas dan bagian tengah, dan

bagian bawah, dari tiga sampel tersebut digabungkan jadi satu untuk mewakili sifat keseluruhan sampel yang akan dianalisa. pengambilan sampel dilakukan 1 kali dalam sehari.

1. Penentuan kadar asam lemak bebas (Marunduri, 2009)

a. Ditimbang sampel CPO sebanyak 5 gr ke dalam erlenmeyer.

b. Ditambahkan alkohol 50 ml yang telah dinetralisir dan 5 tetes indikator pp 1 %

c. Titrasi dengan NaOH 0,1 N

d. Titrasi diakhiri dengan terbentuknya warna merah jingga tetap ± 30 detik

e. Amati hasil yang diperoleh Perhitungan:

(30)

2. Penentuan kadar air (Marunduri, 2009)

1. Gelas beaker yang telah bersih dikeringkan menggunakan oven selama 15 menit dengan suhu 1050C, kemudian didinginkan selama 15 menit

2. Gelas beaker yang sudah kering lalu ditimbang (W1)

3. Sampel ditimbang sebayak 20 gram ke dalam gelas beaker (W2) 4. Gelas beaker yang telah berisi sampel dimasukkan ke dalam oven

selama 1 jam dalam suhu 1050C

5. Setelah di oven, didinginkan dalam desikator selama 15 menit

6. Timbang gelas beaker dan sampel yang sudah kering sampai bobot konstan (W3)

Perhitungan : %

Dimana W1 : berat wadah sampel W2 : berat sampel

W3 : berat sampel dan wadah kering 3. Penentuan Kadar Kotoran (Marunduri, 2009)

1. Ditimbang gooch crucible yang sudah dioven (W1)

2. Ditimbang sampel sebanyak 20 ml kedalam Beaker glass(W2) 3. Tambahkan 100 ml n-hexane

4. Tuangkan cairan kedalam gooch crucible dan dihisap menggunakan

vacum pump

5. Bilas menggunakan n-hexane sampai CPO tidak menempel pada

gooch crucible

(31)

yang bersih

7. Keringkan dalam oven selama 30 menit dengan suhu 1050c

8. Dingingkan gooch crucible kedalam desikator dan timbang (W3)

Perhitungan : %

Dimana W1 : berat gooch crucible W2 : Berat Sampel

(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM). Adapun hasil analisa Karakteristik mutu CPO selama penyimpan di tangki timbun terhadap Asam lemak bebas, Kadar Air dan Kadar Kotoran dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Kandungan Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air dan Kadar

Kotoran pada Storage Tank 1 di PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM).

Tanggal Hari Ke Kadar ALB (%) Kadar Air (%) Kadar Kotoran (%)

30-Mar-16 1 3,08 0,20 0,02 31-Mar-16 2 3,09 0,21 0,03 01-Apr-16 3 3,10 0,22 0,04 02-Apr-16 4 3,16 0,28 0,05 03-Apr-16 5 3,18 0,33 0,07 04-Apr-16 6 3,21 0,35 0,08 Total 18,22 1,59 0,29

Sumber : Data primer setelah diolah, 2016.

Gambar 1. Grafik Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) pada tangki

timbun (Storage Tank) di PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM).

3,08 3,09 3,10 3,16 3,18 3,21 3 3,05 3,1 3,15 3,2 3,25 1 2 3 4 5 6 Hari

Grafik Asam Lemak Bebas Pada CPO

(33)

Gambar 2. Grafik Kadar Air pada Tangki Timbun (Storage Tank) di

PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM).

Gambar 3. Grafik Kadar Kotoran pada Tangki Timbun (Storage Tank)

di PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM)

B. Pembahasan

Mutu CPO akan menjadi tinggi bila kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran di dalam CPO rendah. Sebaliknya, jika kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran pada CPO tinggi maka mutu CPO akan menurun atau berkualitas rendah.

0,20 0,21 0,22 0,28 0,33 0,35 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 1 2 3 4 5 6 Hari

Grafik Kadar Air Pada CPO

Kadar air 0,02 0,03 0,04 0,05 0,07 0,08 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 1 2 3 4 5 6 Hari

Grafik Kadar Kotoran Pada CPO

(34)

Hasil analisa di atas terlihat bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran yang di hasilkan semakin tinggi, dimana asam lemak bebas terendah didapatkan pada hari pertama sebesar 3,08% dan tertinggi didapatkan pada hari ke enam sebesar 3,21%. Untuk kadar air terendah didapatkan pada hari pertama sebesar 0,20% dan tertinggi didapatkan pada hari ke enam sebesar 0,35%, untuk kadar kotoran terendah didapatkan pada hari pertama sebesar 0,02%, dan tertinggi didapatkan pada hari ke enam sebesar 0,08%.

Hasil tersebut menunjukan bahwa kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran telah menenuhi standar mutu CPO (SNI 01-2901-2006), dimana untuk standar SNI asam lemak bebas max 5 %, kadar air max 0,5 % dan kadar kotoran max 0,5 %.

Hasil data yang diperoleh terlihat bahwa kadar air dalam minyak sawit

(CPO) sangat berpengaruh terhadap asam lemak bebasnya. Hal ini dapat

ditandai dengan meningkatnya kadar air, maka kadar ALB akan semakin meningkat. Kenaikan ALB ini disebabkan karena terjadi reaksi hidrolisa terhadap minyak karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut yang akan mengubah minyak menjadi asam lemak bebas.

Kenaikan kadar air dipengaruhi oleh penimbunan di tangki timbun

(Storage Tank) dan kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan

mengandung air yang lebih banyak. jika air yang terbentuk pada proses hidrolisa maka akan menyebabkan kenaikan asam lemak bebas pada minyak sawit. Pada saat disimpan ditangki timbun suhu tangki kurang maksimal dimana untuk tangki timbun suhu yang digunakan 500C 550C apabila suhunya kurang maksimal maka akan meningkatkan kadar air.

(35)

Hasil kadar kotoran terjadi kenaikan disebabkan pada saat proses penyaringan/ Vibrating Screen dalam proses tersebut kotoran yang berukuran besar dapat tersaring, akan tetapi kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring hanya melayang-layang di dalam Minyak CPO.

Hal tersebut sesuai dengan Marunduri, (2009) yang menyatakan bahwa asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usahan pencegahan terbentunknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reasksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi berlansung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

Air dalam minyak kelapa sawit hanya dalam sejumlah kecil, hal ini terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta pengaruh penimbunan. Jika air yang terbentuk pada proses hidrolisa besar maka akan menyebabkan kenaikan asam lemak bebas pada minyak sawit. Kadar asam lemak bebas dan air yang tinggi akan menyebabkan kerusakan minyak yang berupa bau tengik pada minyak tersebut, (Naibaho, 1996)

Menurut Gunawan E, (2004) dalam Hutahaean (2008) Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektivitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna

(36)

untuk mendapatkan produk yang mutunya tinggi. adapun peyebab meningkatnya kadar air yaitu terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada suhu kamar yang akan menyebabkan minyak mempunyai bau tidak enak (ketengikan), Akibatnya mutu minyak menjadi turun.

Kadar kotoran adalah keseluruhan bahan bahan asing yang tidak larut dalam minyak. Pada umumnya di pabrik pengolahan kelapa sawit, penyaringan CPO dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan dan disentrifugasi. Dalam proses tersebut kotoran yang berukuran besar dapat tersaring, akan tetapi kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang layang di dalam CPO Marunduri dkk, (2009) dalam Alfiah dkk (2015)

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mutu CPO pada tangki timbun di PT. Sasana Yudha Bhakti Satria Oil Mill pada periode 30 Maret 04 April 2016. Sebagai berikut : kadar asam lemak bebas tertinggi yaitu 3,21%, kadar air tertinggi sebesar 0,35% dan kadar kotoran tertinggi sebesar 0,08%. yaitu dengan semakin lama penyimpanan CPO pada storage tank maka asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran akan semakin tinggi.

2. Mutu CPO di PT. Sasana Yudha Bakti Satria Oil Mill untuk asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran telah memenuhi standar mutu yang di tentukan dimana standar mutu CPO (SNI 01-2901-2006), untuk asam lemak bebas max 5%, kadar air max 0,5% dan Kadar Kotoran max 0,5%.

B. Saran

1. Buah yang telah dipanen diharapkan tidak ditimbun dalam waktu yang lama sebaiknya langsung diolah, karena dapat mempengaruhi kualitas redemen minyak yang dihasilkan.

2. Suhu di tangki timbun (Storage Tank) harus diperhatikan antara 500C 550C, karena adanya mikroorganisme jamur dan bakteri yang dapat hidup pada suhu dibawah 500C.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, dan Susanto WH. 2015. Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit.

Universitas Brawijaya. Malang.

Fauzi Y, Widyastuti Y, Satyawibawa I dan Hartono. 2002 Kelapa Sawit. Edisi

Revisi. Cetakan XIV. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Cetakan XIV. Pnerbit Swadaya.

Jakarta

Fauzi Y, Widyastuti Y, Satyawibawa I, dan Hartono R, 2008. Kelapa sawit

Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Limbah Analisi Usaha Dan Pemasaran, Edisi Revisi. Penerbit swadaya. Jakarta

Fauzi. Yustina EW. Iman S. Dan Rudi Hartono. 2005. Kelapa Sawit: Budidaya,

Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisi Usaha Dan Pemasaran. Penerbar swadaya. Jakarta.

Hutahaean, 2008. Pengaruh Proses Pengolahan Terhadap Mutu Crude Palm Oil

(CPO) yang Dihasilkan di PTPN IV PKS Adolina Perbaungan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Ida Yunia Soependi,Yanuar Arianto. 2014. Buku Statistik Komoditas Kelapa

Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi

Pertama, UI-Press. Jakarta.

Mustafa, Hadi. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan

Pertama. Adicita Karya Nusa

Mangoensoekarjo S, Semangun H, Siregar I, Tojib A, dan Pulungan S, 2008.

Manejemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Manggoensoekarjo S dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa

Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manejemen Agrobisinis Kelapa Sawit. Cetaakan I

Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Marunduri F.J., 2009,

Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air Dan Kadar Kotoran di PTPN IIITerbing Tinggi PKS Kebun Rabutan, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara,Medan.

Naibaho, P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa

(39)

Naibaho, P. M.1996. Tekhnologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat

Penelitian Kelapa Sawit.

Pahan I. 2008. Manajemen Pengolahan dan Pengolahan Kelapa Sawit. Penerbit

Swadaya. Jakarta.

Pahan I, 2010. Kelapa Sawit Manejemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.

Cetakan VII. Penebar Swadaya. Jakarta

Pardamean M, 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa

Sawit. Cetakan Pertama. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Semangun H, Siregar I, Tojib A, dan Pulungan S, 2008. Manejemen Agrobisnis

(40)
(41)

Lampiran 1. Tabel Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air dan Kadar Kotoran

Tanggal Waktu

Penyimpanan

Ulangan %

Rata - rata

1 2

30-Mar-16 Hari Ke-1 3,07 3,10 3,08

31-Mar-16 Hari ke-2 3,08 3,10 3,09

01-Apr-16 Hari Ke-3 3,10 3,10 3,10

02-Apr-16 Hari Ke-4 3,10 3,22 3,16

03-Apr-16 Hari Ke-5 3,21 3,16 3,18

04-Apr-16 Hari ke-6 3,29 3,14 3,21

Tabel 3. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

Tanggal Waktu

Penyimpanan

Ulangan %

Rata - rata

1 2

30-Mar-16 Hari Ke-1 0,20 0,21 0,20

31-Mar-16 Hari ke-2 0,21 0,22 0,21

01-Apr-16 Hari Ke-3 0,25 0,20 0,22

02-Apr-16 Hari Ke-4 0,29 0,27 0,28

03-Apr-16 Hari Ke-5 0,4 0,27 0,33

04-Apr-16 Hari ke-6 0,37 0,33 0,35

Tabel 4. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Air

Tanggal Waktu

Penyimpanan

Ulangan %

Rata - rata

1 2

30-Mar-16 Hari Ke-1 0,02 0,03 0,02

31-Mar-16 Hari ke-2 0,03 0,03 0,03

01-Apr-16 Hari Ke-3 0,05 0,04 0,04

02-Apr-16 Hari Ke-4 0,05 0,05 0,05

03-Apr-16 Hari Ke-5 0,07 0,07 0,07

04-Apr-16 Hari ke-6 0,09 0,08 0,08

(42)

Lampiran 2. Cara Perhitungan Penentuan Asam Lemak Bebas, Kadar Air dan Kadar Kotoran

1. Perhitungan Asam Lemak Bebas

1). Ulangan 1 ALB

=

3,07 Ulangan 2 ALB

=

3,10 2). Ulangan 1 ALB

=

3,08 Ulangan 2 ALB

=

3,010 3). Ulangan 1 ALB

=

3,10 Ulangan 2 ALB

=

3,10 4). Ulangan 1 ALB

=

3,10

(43)

Ulangan 2 ALB

=

3,22 5). Ulangan 1 ALB

=

3,21 Ulangan 2 ALB

=

3,16 6). Ulangan 1 ALB

=

3,29 Ulangan 2 ALB

=

3,14

2. Perhitunga Kadar Air

1). Ulangan 1 Kadar Air

=

0,20

Ulangan 2 Kadar Air

(44)

2). Ulangan 1 Kadar Air

=

0,21

Ulangan 2 Kadar Air

=

0,22

3). Ulangan 1 Kadar Air

=

0,25

Ulangan 2 Kadar Air

=

0,20

4). Ulangan 1 Kadar Air

=

0,29

(45)

=

0,20

5). Ulangan 1 Kadar Air

=

0,40

Ulangan 2 Kadar Air

=

0,27

6). Ulangan 1 Kadar Air

=

0,37

Ulangan 2 Kadar Air

(46)

3. Penentuan Kadar Kotoran

1). Ulangan 1 Kadar Kotoran

=

0,02

Ulangan 2 Kadar Kotoran

=

0,03

2). Ulangan 1 Kadar Kotoran

=

0,03

Ulangan 2 Kadar Kotoran

=

0,03

3). Ulangan 1 Kadar Kotoran

=

0,05

Ulangan 2 Kadar Kotoran

=

0,04

4). Ulangan 1 Kadar Kotoran

=

0,05

Ulangan 2 Kadar Kotoran

(47)

5). Ulangan 1 Kadar Kotoran

=

0,07

Ulangan 2 Kadar Kotoran

=

0,07

6). Ulangan 1 Kadar Kotoran

=

0,09

Ulangan 2 Kadar Kotoran

(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)

Gambar

Tabel 4.1    Kandungan Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air dan Kadar  Kotoran  pada  Storage Tank  1  di  PT
Gambar 3. Grafik Kadar Kotoran pada Tangki Timbun (Storage Tank)     di PT. Sasana Yudha Bhakti (SYB) Satria Oil Mill (SOM)
Tabel 4. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Air
Gambar 4. Pencampuran sampel
+6

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Pembuatan film plastik biodegredable dimulai dari pengambilan Pati biji kluwih dengan cara pengupasan, perendaman air garam, dihancurkan, penyaringan, pencucian,

 Merancang dan membuat prototipe dari trafo distribusi PLN yang dimana hal yang diukur dan dimonitoring adalah Arus 3 fasa dan Suhu pada Trafo..  Merancang dan membuat sistem

Hasil uji organoleptik es krim jagung manis menunjukkan bahwa konsentrasi non dairy cream dan jenis zat penstabil yang digunakan tidak berpengaruh pada rasa dan aroma tetapi

Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Gibson dan Mangkuprawiro, Yudianto (2008) yang melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja

kesejahteraan rakyat yang diantaranya meliputi aspek ekonomi dan Pendidikan oleh pemerintah dewasa ini belum menunjukan hasil sesuai yang diharapkan rakyat Indonesia

Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Lubuk Dagang dapat berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan rencana