• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan SMK3 di PPNS-ITS"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

1

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(SMK3) DI PPNS-ITS

(Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996)

Gratcia N. Simanjuntak

NRP (6506.040.003)

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(SMK3) DI PPNS-ITS

(Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996)

Gratcia N. Simanjuntak

NRP. 6506.040.003

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA 2010

(2)

i

FINAL PROJECT

SAFETY AND HEALTH MANAGEMENT

SYSTEM PLAN (SMK3) in PPNS-ITS

(Based on PERMENAKER 05/MEN/1996)

Gratcia N. Simanjuntak NRP (6506.040.003)

DEPARTMENT OF HEALTH AND SAFETY ENGINEERING

SURABAYA SHIPBUILDING STATE POLYTECHNIC

SEPULUH NOPEMBER INSTITUT OF TECHNOLOGY

SURABAYA 2010

(3)

ii

Mengetahui/menyetujui,

Dosen Penguji Tanda tangan

1. Galih Anindita, ST (... ) 2. Mirna Apriani, ST (... )

3. Priyo Agus Setiawan, ST (………)

4. Wiediartini, SE, MT (………)

Dosen Pembimbing Tanda tangan

1. Mirna Apriani, ST (………)

2. Indri Santiasih, S.KM (………)

Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Mengetahui/menyetujui Ketua Program Studi,

Projek Priyonggo S.L., ST., MT NIP. 131792970

(4)

iii negeri ini adalah satu-satunya yang memiliki program studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan kerja di Indonesia. Manajemen puncak PPNS-ITS berencana mewujudkan kampus yang safety. Kondisi PPNS-ITS yang memiliki jumlah karyawan lebih dari 100 orang dan memiliki potensi bahaya yang cukup besar, mengharuskan PPNS-ITS untuk menerapkan SMK3 sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996.

Tugas akhir ini adalah sebuah perencanaan SMK3 yang bersifat aplikatif, mampu diterapkan secara manajemen untuk mendukung komitmen K3 manajemen PPNS-ITS. Perencanaan ini berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja. Draft manual yang disusun akan dilengkapi dengan prosedur dan form yang berkaitan dengan prosedur tersebut. Dalam penerapannya, akan dilakukan oleh seluruh bagian dan divisi di PPNS-ITS. Manajemen puncak akan melakukan peninjauan ulang untuk memastikan bahwa seluruh klausul dilaksanakan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan, demi menuju visi PPNS-ITS.

Setelah seluruh prosedur dan manual selesai disusun, maka dilakukan penerapan sebagai bentuk komitmen pelaksanaan K3. Jika sistem manajemen ini diterapkan secara keseluruhan, maka hasil akhir dari penerapan sistem manajemen K3 ini adalah berupa pengakuan dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk sertifikat SMK3 dan bendera.

(5)

iv the only one which has a safety engineering study program in Indonesia. The top management has a plan to realize a PPNS-ITS campus of safety. The condition of PPNS-ITS which has more than 100 employees, and has a high potential of hazard, requires a safety and health management system according to the regulation of the minister of labor (Permenaker 05/MEN/1996).

This final project is a plan of safety and health management system which can be applicated by the top management, to support the management’s commitment for occupational health and safety. This design based on the regulation of labor minister. The manual draft will be prepared including the procedures and forms related to the manual. In its implementation/apllication, will be performed by all sections and division in PPNS-ITS. The top management will perform a management review to ensure that all clauses implemented, for continuous improvement, in order to PPNS-ITS vision.

After all of the procedures and manual were compiled, it is implemented as a form of commitment to the implementation of safety. If this management system is implemented, then the end of result of this safety and health management system is an acknowledgement form the goverment, given in the form of certificate and flag.

(6)

v kelulusan Diploma IV Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, kedua orang tua dan adik-adik yang selalu mendoakan dan memberi dorongan semangat kepada penulis.

2. Bapak Ir. Muhammad Mahfud M. MT selaku Direktur PPNS-ITS

3. Bapak Projek Priyonggo, S.L.,S.T.,M.T sebagai ketua program studi teknik keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Ibu Mirna Apriani, S.T., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu yang berharga untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Ibu Indri Santiasih, S.KM, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis, meskipun dalam keadaan mengandung. Penulis berharap anak yang lahir nanti dapat menjadi teladan dan kebanggaan bagi orang tua dan negara.

6. PT. United Tractor yang menjadi acuan penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

7. Wanita spesial dalam hidup penulis, Maria Carolina Lopulalan yang memberikan dukungan semangat dan doa sehingga penulis tetap mampu bertahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Teman-teman K3 2006 yang telah memberikan bantuan berharga (Juwita, Afrizal) bagi penulis, dan teman yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9. Seluruh staf dan karyawan PPNS-ITS, terutama kepala setiap laboratorium dan bengkel.

10. Seluruh dosen PPNS-ITS dan khususnya dosen K3 11. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.

(7)

vi saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk menjadikan tugas akhir ini lebih sempurna.

Surabaya, Juli 2010

(8)

vii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar belakang... 1 1.2 Perumusan masalah... 2 1.3 Tujuan... 2 1.4 Manfaat penelitian... 3 1.5 Batasan permasalahan... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Sistem manajemen... 4

2.2 Manajemen K3... 5

2.3 Sistem manajemen K3 2.3.1 Sejarah sistem manajemen K3... 5

2.3.2 Sistem manajemen K3 di beberapa negara... 7

2.3.3 Manfaat penerapan sistem manajemen K3... 9

2.3.4 Penerapan sistem manajemen K3 berdasarkan Permenaker 05/MEN/1996... 12

2.4 PHA (Preliminary Hazard Analysis)... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 16

3.1 Lokasi penelitian... 16

3.2 Kerangka penelitian... 16

3.3 Tahap identifikasi awal... 16

3.4 Tahap pengumpulan data... 17

3.5 Tahap penyusunan draft SMK3... 17

3.6 Tahap analisa dan kesimpulan 3.6.1 Analisa... 17

3.6.2 Kesimpulan... 18

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA... 20

4.1 Data untuk SMK3 4.1.1 Komitmen perusahaan tentang K3... 20

4.1.2 Kebijakan K3... 20

4.1.3 Profil perusahaan... 21

4.1.4 Struktur organisasi perusahaan... 23

4.1.5 Visi dan misi perusahaan... 24

4.2 Usulan pembentukan tim kerja... 24

4.3 Usulan pembentukan divisi K3... 25

4.4 Usulan penunjukan Manajemen Representatif... 25

4.5 Perhitungan jumlah jam kerja praktek... 26

(9)

viii

konstruksi... 73

4.10.2 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal... 74

4.10.3 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan... 74

4.10.4 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal... 74

4.10.5 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power plant... 75

4.10.6 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel engine... 75

4.10.7 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi listrik... 75

4.10.8 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK... 75

4.10.9 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan... 76

4.10.10 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium instrumentasi listrik dan fisika... 76

4.10.11 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia... 76

4.10.12 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi... 76

4.10.13 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi mesin... 77

4.11 Kesimpulan penerapan prosedur... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78

5.1 Kesimpulan... 78

5.2 Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA... 79 LAMPIRAN

(10)

ix Tabel 4.1 Perhitungan jumlah jam kerja praktek di PPNS-ITS selama 1

tahun... 27

Tabel 4.2 Kategori bahaya... 48

Tabel 4.3 Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi... 49

Tabel 4.4 Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal... 50

Tabel 4.5 Identifikasi bahaya di bengkel permesinan... 51

Tabel 4.6 Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan... 52

Tabel 4.7 Identifikasi bahaya di bengkel non metal... 53

Tabel 4.8 Identifikasi bahaya di laboratorium steam power plant... 54

Tabel 4.9 Identifikasi bahaya di laboratorium automatic diesel marine... 55

Tabel 4.10 Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik... 56

Tabel 4.11 Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK... 57

Tabel 4.12 Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi listrik dan fisika... 57

Tabel 4.13 Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin... 59

Tabel 4.14 Identifikasi bahaya di laboratorium kimia... 60

Tabel 4.15 Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi... 61

Tabel 4.16 Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan mikroprosessor... 62

Tabel 4.17 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi... 62

Tabel 4.18 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal... 65

Tabel 4.19 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan... 66

Tabel 4.20 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal... 67

Tabel 4.21 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power plant... 68

Tabel 4.22 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel marine... 68

(11)

x

Tabel 4.27 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia... 72

Tabel 4.28 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi... 72

(12)
(13)

xii Lampiran III Data

(14)

1 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah perguruan tinggi yang berada dibawah naungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Perguruan tinggi ini memiliki beberapa jurusan dan program studi, antara lain Teknik Kelistrikan Kapal, Teknik Bangunan Kapal, Teknik Mesin, Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi D4 Teknik Otomasi, Program Studi D4 Teknik Pengelasan. Salah satu program studi yang ada di PPNS-ITS adalah Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Program studi ini dibuka pada tahun 2003 dengan mahasiswa lintas jalur. Sebagai sebuah perguruan tinggi satu-satunya di Indonesia yang memiliki Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pihak manajemen merasa perlu untuk mewujudkan kampus PPNS-ITS sebagai sebuah kampus yang safety yang dapat menjadi contoh bagi kampus lainnya. Dalam rangka memenuhi tuntutan kemajuan jaman, serta untuk menunjukkan keseriusan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya untuk mewujudkan visi menjadi kampus yang safety, pihak manajemen telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebuah sistem yang mengutamakan keselamatan dalam bekerja, tidak melihat besar kecilnya pekerjaan dan tempat kerja tersebut. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja ini sangat bermanfaat karena dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, melindungi pekerja dan orang lain yang ada di tempat kerja, serta memperkecil biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki atau membeli barang baru, serta membayar santunan bagi pekerja yang mengalami kecelakaan. Sistem ini dapat diterapkan dalam struktur organisasi perusahaan dan dapat diaudit untuk menilai apakah sistem ini berjalan dengan baik dan sesuai prosedur, serta untuk memperoleh sertifikat SMK3 dari Depnakertrans.

(15)

2 berisi 100 orang atau lebih; memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian wajib menerapkan SMK3. Pihak manajemen memiliki suatu komitmen untuk membentuk suatu sistem yang memiliki visi, misi, dan tujuan yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan kampus PPNS berstandar Internasional.

Untuk mendukung program manajemen dalam menerapkan PPNS-ITS sebagai kampus yang safety maka penulis merencanakan sebuah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat digunakan sebagai sebuah pedoman untuk menuju visi tersebut. Dengan Sistem Manajemen K3 ini diharapkan PPNS-ITS dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya untuk menerapkan K3 yang lebih baik.

1.2 Perumusan Masalah

Pada penelitian ini yang menjadi rumusan permasalahan adalah bagaimana menyusun suatu draft Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun draft Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan menteri tenaga kerja RI No. Per-05/MEN/1996 bagi PPNS-ITS.

(16)

3 diterapkan secara manajemen.

2. Bagi penulis

Sebagai suatu pembelajaran dan menambah pengetahuan tentang Sistem Manajemen K3.

1.5 Batasan Permasalahan

Mengingat keterbatasan penulis, luas serta kompleksnya

permasalahan, dan agar pembahasan lebih terarah, serta terstruktur maka penulis membatasi bahwa :

1. Dokumen (manual) yang akan disusun sampai pada tahap peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen

2. Tahap penerapan/implementasi prosedur membahas elemen tentang: - Identifikasi kebutuhan pelatihan (bengkel dan laboratorium) - Identifikasi bahaya (bengkel dan laboratorium)

(17)

4 elemen dalam struktur tersebut memiliki peran masing-masing. Manajemen puncak sebagai pemegang kekuasaan memiliki tanggung jawab penuh atas organisasi yang dipimpinnya. Pihak manajemen berkewajiban menerapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang beberapa diantaranya adalah mencegah dan mengurangi kecelakaan, memberi pertolongan pada kecelakaan, dan syarat lain yang fungsinya adalah untuk melindungi tenaga kerja atau karyawan, serta orang lain yang ada di tempat kerja (Undang-undang No.1 tahun 1970, pasal 3). Biasanya manajemen puncak memiliki visi dan misi yang harus dicapai dalam rentang waktu jabatan organisasi tersebut. Tidak jarang dalam manajemen tersebut terdapat beberapa perbedaan, namun pada akhirnya menuju suatu tujuan dan sasaran yang sama. Setiap organisasi harus memiliki sistem manajemen yang menjamin agar kegiatan organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan alur yang tepat.

Kebijakan dan komitmen manajemen selalu mencakup keseluruhan tujuan dan sasaran dari organisasi tersebut. Jika ada kebijakan yang menyimpang maka akan menghambat pencapaian. Oleh karena itu sebuah organisasi harus menerapkan sistem manajemen yang tepat dan saling mendukung agar keseluruhan visi dan misi perusahaan atau organisasi dapat tercapai tepat pada waktunya. Dalam penetapan kebijakan dan komitmen ini harus berlandaskan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Kebijakan dan komitmen ini akan dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam sistem manajemen tersebut, termasuk diantaranya adalah P2K3 yang dibentuk oleh perusahaan itu sendiri (Per 04/MEN/1987, pasal 2).

(18)

5 pertumbuhan dari sistem K3 adalah melalui fase-fase, yaitu fase kesejahteraan, fase produktivitas kerja, dan fase toksikologi industri (Suardi, 2006).

Sekarang ini, K3 sebagaimana halnya aspek-aspek tentang pengaturan tenaga kerja, sedang pada fase “kesejahteraan”, terutama pada umumnya para buruh. Mungkin setelah tercapainya kestabilan politik, hukum, dan ekonomi, kita bisa mulai menginjakkan kaki ke fase produktivitas kerja. Sedang fase toksikologi industri, cepat lambatnya dicapai tergantung pada kemampuan untuk mengembangkan perindustrian pada umumnya.

Penerapan peraturan perundangan dan pengawasan serta perlindungan para buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disesuaikan dengan “sistem ergonomi” (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan kemampuan dan fisik pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan andal.

2.3 Sistem Manajemen K3

2.3.1 Sejarah Sistem Manajemen K3

Dibandingkan dengan dua kerabat dekatnya, sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004, sistem manajemen K3 memang belum begitu terkenal. Standar yang sekarang dikenal seperti OHSAS 18001:1999 pun tidak diterbitkan oleh lembaga standardisasi dunia (ISO), tapi melalui kesepakatan badan-badan sertifikasi yang ada diberbagai negara (Suardi, 2006).

Sistem manajemen K3 sebenarnya telah mulai diterapkan di Malaysia pada tahun 1994 dengan dikeluarkannya Undang-undang

(19)

6 sebuah sistem manajemen K3 sejenis ISO 9000 dan ISO 14000. Alasannya kala itu adalah K3 merupakan struktur yang bersifat tiga pihak (tripartite) maka penyusunan ketentuan standard sistem manajemen K3 diserahkan ke masing-masing negara.

Pada tahun 1998, The Occupational Safety and Health Branch (sekarang: SafeWork) ILO bekerja sama dengan International Occupational Hygiene Association (IOHA) melakukan identifikasi elemen-elemen kunci dari sebuah sistem manajemen K3.

Pada akhir tahun 1999, anggota lembaga ISO yaitu British Standards Institution (BSI) meluncurkan sebuah proposal resmi (Ballot document ISO/TMB/TSP 190) untuk membuat sebuah komite teknik

ISO yang bertugas membuat sebuah Standar Internasional

Nonsertifikasi. Hal ini menimbulkan persaingan dengan ILO yang sedang mempopulerkan sistem manajemen K3. ILO sendiri didukung oleh International Organization of Employers (IOE) dan International Confederation of Free Trade Unions (ICFTU) dan afiliasi-afiliasinya. Akibatnya proposal yang diusulkan oleh BSI pun ditolak.

Draft final yang disusun ILO dihasilkan awal tahun 2001. Hasil pertemuan pada April tahun 2001 The ILO Guidelines on OSH Management System (THE ILO/OSH 2001) pun disepakati.

THE ILO/OSH 201 merupakan model yang unik. Selain dapat disesuaikan dengan sistem manajemen lainnya, tapi tidak ditujukan untuk menggantikan undang-undang di negara bersangkutan, tidak mengikat dan tidak mempersyaratkan sertifikasi.

Akan tetapi pada tahun 1999 BSI dengan badan-badan sertifikasi dunia meluncurkan juga sebuah standard sistem manajemen K3 yang diberi nama Occupational Health and Safety Management System

(20)

7 mengembangkan sendiri sebuah sistem manajemen K3. Berarti ini menunjukkan adanya perhatian yang kuat dari negara-negara tersebut. Kebanyakan sistem yang diterapkan di negara bersangkutan dibuat dalam bentuk undang-undang atau ketetapan menteri. Di India dan Malaysia, peraturan K3 yang dibuat dalam istilah umum hanya menyebutkan bahwa pengusaha bertanggung jawab dalam mengelola K3, dan tidak secara khusus menjelaskan suatu sistem manajemen K3. Di Australia penerapan sistem manajemen K3 diatur di tingkat Negara bagian untuk membuat suatu organisasi yang dikenal dengan the Joint Accreditation System of Australia and New Zealand (JAS-ANZ). China dan Thailand membuat sebuah standar sistem manajemen K3 yang dikenal dengan OHSMS Trial Standard dan TIS 18000 series. Jadi setiap negara melakukan pendekatan yang berbeda termasuk pihak yang bertanggung jawab dalam menetapkan ketentuan tersebut, walaupun pada intinya memiliki tujuan yang sama. Dalam tabel dibawah akan terlihat fungsi pemerintah dalam sistem manajemen K3 (Suardi, 2006).

(21)

8 Baru gubernur negara bagian, agensi yang terkait pada JAS-ANZ OHS improvement framework by NOHSC) Negara-negara bagian, dukungan untuk AS/NZS 4301 diakreditasi badan sertifikasi SMK3 China Komisi nasional ekonomi dan perdagangan, biro nasional pengawas keamanan produksi OHSMS Trial Standard Materi pedoman bagi biro dan komisi pedoman Akreditasi organisasi sertifikasi dan komisi registrasi auditor komisi pedoman Hongkong Departemen perburuhan Kerangka kerja parlemen untuk SMK3 Pedoman dewan K3 Rencana audit safety OSHC India Menteri perburuhan, direktorat jenderal industri dan inspektorat propinsi (Standard K3) NA Bukan pada tingkat nasional Indonesia Menteri tenaga kerja dan transmigrasi Ketetapan menteri tentang SMK3 dan ketetapan audit Pedoman SMK3 dan audit Tiga kategori sertifikasi berdasarkan audit Jepang Menteri kesehatan, perburuhan dan kesejahteraan Peraturan tentang pedoman K3 Pedoman bagi kegiatan SMK3 Tidak ada sertifikasi resmi Korea Menteri perburuhan, Korea Occupational Safety and Health Agency (KOSHA) Pedoman SMK3 Kode KOSHA pada SMK3 dan program KOSHA 2000 Sertifikasi program KOSHA 2000

(22)

9 Singapura Menteri tenaga kerja Regulasi industri Kode praktis untuk SMK3 Tidak mensyaratkan sertifikasi Thailand Menteri perburuhan dan kesejahteraan sosial dan perindustrian TIS 18000 Pedoman SMK3 khususnya bagi perusahaan kecil dan menengah Sertifikasi TIS 18000 oleh institusi sertifikasi sistem manajemen Sumber: (SMK3 Rudi Suardi)

2.3.3 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen K3

Sistem manajemen K3 memiliki manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh karyawan maupun industri terkait.

- Perlindungan karyawan

Tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah asset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Kita tentu menyadari karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih optimal dibandingkan karyawan yang terancam keselamatan dan kesehatan kerjanya. Dengan adanya jaminan keselamatan, keamanan, dan kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan.

(23)

10 undang, seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan tenaga kerjanya, semua itu tentunya akan mengakibatkan kebangkrutan. Dengan menerapkan sistem manajemen K3, setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan perundangan sehingga mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan (Suardi, 2006).

- Mengurangi biaya

Tidak berbeda dengan falsafah dasar sistem manajemen pada umumnya, sistem manajemen K3 juga melakukan pencegahan terhadap ketidak sesuaian. Dengan menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tesebut. Memang dalam jangka pendek kita akan mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam menerapkan sebuah sistem manajemen K3. Apalagi jika kita juga melakukan proses sertifikasi dimana setiap enam bulannya akan dilakukan audit yang tentunya juga merupakan biaya yang harus dibayar. Akan tetapi jika penerapan sistem manajemen K3 dilaksanakan secara efektif dan penuh komitmen, nilai uang yang dikeluarkan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja. Salah satu biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan sistem manajemen K3 adalah biaya premi asuransi. Banyak perusahaan yang mengeluarkan biaya premi asuransi yang jauh

(24)

11 yang sebesar-besarnya. Hal ini akan dicapai dengan adanya sistem manajemen perusahaan yang efektif. Banyak variabel yang ikut membantu pencapaian sebuah sistem manajemen yang efektif, disamping mutu, lingkungan, keuangan, teknologi informasi dan K3. Salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat dari penerapan sistem manajemen K3 adalah adanya prosedur terdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor yang teratur. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian dan identifikasi akar masalah ketidak sesuaian. Persyaratan perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan bentuk bagaimana sistem manajemen yang efektif. Pengendalian dan pemantauan aspek penting menjadi penekanan dan ikut memberi nilai tambah bagi organisasi. Penerapan sistem manajemen K3 yang efektif akan mengurangi rapat-rapat yang membahas ketidak sesuaian. Dengan adanya sistem maka hal itu akan dapat dicegah sebelumnya disamping kompetensi personel yang semakin meningkat dalam mengetahui potensi

ketidak sesuaian. Dengan demikian organisasi dapat

berkonsentrasi melakukan peningkatan terhadap sistem

manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi (Suardi, 2006).

- Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan

Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada

(25)

12

2.3.4 Penerapan Sistem Manajemen K3 Berdasarkan Permenaker

05/MEN/1996

Peraturan menteri tenaga kerja no 05/MEN/1996 merupakan sebuah pedoman yang data digunakan untuk menyusun sebuah sistem manajemen K3 dalam sebuah perusahaan. Dalam peraturan ini jelas dikatakan bahwa tempat kerja yang berisi 100 orang atau lebih; memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian wajib menerapkan SMK3 (Per 05/MEN/1996, pasal 3).

Peraturan menteri ini menetapkan bahwa tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Dalam penerapan sistem manajemen K3, perusahaan wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3.

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai

(26)

13 e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

Didalam peraturan menteri ini, ditetapkan apa yang wajib diterapkan oleh perusahaan melalui pelaksanaan prosedur (wajib prosedur), dan apa yang tidak wajib diterapkan (tidak wajib prosedur). Seluruh prosedur yang disusun akan disimpan secara rapi melalui sistem pendokumentasian untuk memastikan bahwa seluruh prosedur telah diterapkan sebagaimana mestinya.

Untuk pembuktian penerapan sistem manajemen K3 maka perusahaan dapat melaksanakan audit yang dilakukan oleh badan audit yang ditunjuk oleh menteri. Elemen yang akan diaudit adalah sebagai berikut:

a) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen b) Strategi pendokumentasian

c) Peninjauan ulang desain dan kontrak d) Pengendalian dokumen

e) Pembelian

f) Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3 g) Standar pemantauan

h) Pelaporan dan perbaikan kekurangan i) Pengelolaan material dan pemindahannya j) Pengumpulan dan penggunaan data k) Pemeriksaan sistem manajemen

(27)

14 Komitmen dan kebijakan Perencanaan Pengukuran dan evaluasi Peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen Penerapan Perbaikan berlanjut

Gambar 2.1 Bagan elemen Permenaker 05/MEN/1996 (sumber: SMK3 Rudi Suardi)

2.4 PHA (Preliminary Hazard Analysis)

Preliminary Hazard Analysis adalah sebuah teknik yang dikembangkan oleh angkatan bersenjata Amerika (U.S. Army). Dalam CPI (Chemical Process Industry), PHA dilaksanakan secara lazim selama konsep desain pabrik proses atau selama perkembangan terdahulu untuk menentukan potensi bahaya apa saja yang ada. PHA tidak mencegah/menghalangi keperluan penilaian potensi bahaya yang lebih jauh; faktanya PHA biasanya digunakan sebagai perintis evaluasi potensi bahaya selanjutnya. Ada dua keuntungan penggunaan PHA yaitu:

1) Dapat mengidentifikasi potensi bahaya dan pada saat bersamaan juga dapat dikoreksi dengan biaya dan gangguan sekecil mungkin.

2) Dapat menolong identifikasi tim pengembang dan/atau

mengembangkan petunjuk operasi yang dapat digunakan diseluruh masa hidup proses operasi tersebut.

(28)

15 - Peralatan/perlengkapan pabrik

- Lingkungan operasi - Prosedur operasi - Denah instalasi

- Pelindung kebakaran dan perlengkapan keamanan

Tim identifikasi akhirnya mengklasifikasikan potensi bahaya yang ada pada beberapa kategori yaitu:

- Kategori I : Negligible

- Kategori II : Marginal

- Kategori III : Critical

- Kategori IV : Catastrophic

Organisasi yang menggunakan teknik PHA sebaiknya

mendefinisikan lebih lanjut setiap kategori diatas kepada tim sehingga mereka dapat menilai setiap potensi bahaya secara tepat. Kemudian tim akan mencatat masukan apa saja yang mereka identifikasi untuk memperbaiki atau meringankan potensi bahaya (Guidelines for hazard evaluation procedures).

(29)

16 sesuai dengan alur yang terstruktur dengan penyelesaian permasalahan yang ada didalam metode penelitian. Metode penelitian ini menjelaskan tentang langkah – langkah penyelesaian tugas akhir ini.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PPNS-ITS.

3.2 Kerangka Penelitian

Dalam memecahkan masalah diperlukan kerangka penelitian yang merupakan pegangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dari awal hingga akhir penyelesaian. Kerangka penelitian yang dilakukan ada pada gambar 3.1 diagram alir tugas akhir.

3.3 Tahapan Identifikasi Awal

Adapun isi dari tahapan ini digambarkan sebagai berikut : 1. Identifikasi Masalah

Pada tahap ini dilakukan identifikasi beberapa permasalahan yang didapatkan pada saat melakukan pengamatan sehingga bisa dilakukan sebuah penelitian.

2. Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan tentang apa yang ingin dicapai dan manfaatnya bagi pihak terkait serta bagi penelitian selanjutnya. Tahap ini merupakan dasar tentang apa yang dilakukan selama penelitian.

(30)

17 Setelah dilakukan identifikasi terhadap permasalahan maka perlu adanya studi pustaka dari literatur terkait yaitu Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3.4 Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data ini, dimana pengumpulan semua bahan – bahan kajian yang berhubungan dengan penyelesaian permasalahan yang telah didapat. Tahap ini melakukan pengambilan data tentang struktur organisasi di PPNS-ITS, komitmen, kebijakan, profil PPNS-ITS, visi dan misi.

3.5 Tahap Penyusunan Draft Manual SMK3

Tahap penyusunan ini dengan menggunakan Pola Pendekatan secara manajemen. Dengan memahami hal ini, dapat diprediksi apakah penelitian tersebut layak digunakan.

3.6 Tahap Analisa dan Kesimpulan

Tahap ini merupakan akhir dari penelitian, dimana peneliti melakukan tahap analisa tugas akhir, dan memberikan solusi, kesimpulan dan saran bagi pihak institusi PPNS-ITS.

3.6.1 Analisa

Tahap ini Peneliti mengelola kajian sesuai dengan bahan tugas akhir yang dilakukan pada data – data yang telah didapat dan telah diolah.

(31)

18 kebijakan pihak tersebut. Oleh sebab itu rekomendasi dari peneliti sangat bermanfaat bagi PPNS-ITS sebagai user.

Tabel 3.1 Tabel rencana kegiatan

KEGIATAN

BULAN

I II III IV

Identifikasi dan perumusan masalah Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisa dan kesimpulan Penyusunan tugas akhir

(32)

19 PENGUMPULAN DATA:

KOMITMEN KEBIJAKAN VISI DAN MISI PROFIL PPNS-ITS STRUKTUR ORGANISASI PENENTUAN TUJUAN DAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN STUDI PUSTAKA: SMK3 PERMENAKER 05/ MEN/1996 PENYUSUNAN DRAFT MANUAL SMK3 ANALISA DAN KESIMPULAN SELESAI IMPLEMENTASI SESUAI BATASAN MASALAH STUDI LAPANGAN: PENGAMATAN PROSES KERJA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA

(33)

20 Dalam penyusunan draft manual SMK3, ada beberapa data yang dibutuhkan, antara lain:

a. Komitmen perusahaan tentang K3 b. Kebijakan K3

c. Profil perusahaan

d. Struktur organisasi perusahaan e. Visi dan misi perusahaan

Seluruh data ini akan dimasukkan dalam draft manual sesuai dengan elemen yang terdapat dalam Per-05/MEN/1996.

4.1.1 Komitmen Perusahaan tentang K3

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS (PPNS-ITS) bertekad memberikan hasil kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan menerapkan praktek K3 yang terbaik dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

4.1.2 Kebijakan K3

Dalam mendukung komitmen PPNS-ITS dalam menerapkan K3 di wilayah kampus, maka pihak manajemen PPNS-ITS telah menyusun suatu kebijakan K3 yang akan dijalankan di seluruh wilayah kampus dengan mendapat pengawasan dari seluruh pihak yang berkepentingan di PPNS-ITS

(34)

21 lingkungan kampus.

4. Mengkomunikasikan dan selalu berusaha mematuhi setiap hukum serta kebijakan mutu dalam K3 kepada seluruh Civitas Akademika dan pihak terkait lainnya.

5. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu dalam K3 dengan benar, tepat dan konsisten.

Kebijakan ini wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan, mitra kerja dan pihak-pihak terkait lainnya sesuai bidang tugas masing-masing.

4.1.3 Profil Perusahaan

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS (PPNS-ITS) berdiri pada tahun 1987 dengan nama POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA. PPNS-ITS merupakan perguruan tinggi yang memiliki jurusan dan program studi antara lain: Teknik Bangunan Kapal, Teknik Kelistrikan Kapal, Teknik Permesinan Kapal, Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi D4 Teknik Perpipaan, Program Studi D4 Teknik Pengelasan, Program Studi D4 Teknik Otomasi. PPNS-ITS juga bergerak dibidang pembuatan kapal dengan teknologi canggih, mutakhir dan ramah lingkungan. PPNS-ITS ini didukung oleh manajemen profesional yang sudah berpengalaman dalam dunia perkapalan, pelayaran dan kelautan. Bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam bisnis ini, kami selalu berpijak pada nilai-nilai Profesionalisme, Pengembangan Teknologi dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya sebagai landasan dasar dalam memberikan layanan terbaik demi kepuasan pelanggan dan

(35)

22 tercapainya tujuan dan sasaran mutu PPNS-ITS.

(36)

23 PEMBANTU DIREKTUR BIDANG AKADEMIK PEMBANTU DIREKTUR BIDANG KEMAHASISWAAN KAJUR TEKNIK BANGUNAN KAPAL BAUK UNIT PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KOORDINATOR JASA DAN PRODUKSI UNIT PENGEMBANGAN DAN INSTITUSI BAAK PEMBANTU DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN

KAJUR PRODI K3 KAJUR TEKNIK MESIN KAPAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIT PENELITIAN DAN HKI UNIT LAYANAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT KABID PELATIHAN DAN SERTIFIKASI KABID KARYA PENGABDIAN MASYARAKAT UPT GUDANG DAN PERLENGKAPAN UPT PERPUSTAKAAN

UPT BAHASA DAN KOORDINATOR MKDU UPT PERAWATAN DAN PERBAIKAN UPT E-LEARNING CENTRE UPT FASILITAS INTERNET

(37)

24

penunjang kemaritiman serta berperan aktif

mengimplementasikannya.

Misi perusahaan:

- Melaksanakan program pendidikan vokasi dan penelitian terapan dibidang teknologi kemaritiman (professionalism-sustainability).

- Berperan dalam kegiatan kemasyarakatan secara aktif dan produktif, untuk mengembangkan teknologi kemaritiman (good governance-professionalism).

- Membangun masyarakat akademis berkualitas yang mampu berkompetisi secara global (sustainability-professionalism). - Membentuk jejaring kerja dengan sektor industri kemaritiman

serta berbagai institusi terkait untuk merealisasikan sistem

pendidikan yang komprehensif (good

governance-sustainability).

4.2 Usulan pembentukan Tim Kerja

Dalam melaksanakan SMK3 sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka diusulkan untuk membentuk Tim kerja yang akan melaksanakan seluruh prosedur dalam Manual SMK3 yang disusun. Dalam hal ini, tim kerja yang diusulkan bernama TIM SMK3. Didalam TIM SMK3 terdapat struktur organisasi yang bersifat fungsional dan

(38)

25 c) Kompetensi dalam peraturan perundang-undangan

d) Kompetensi dalam pengetahuan akan mesin dan peralatan yang ada di PPNS-ITS

e) Kompetensi dalam penanganan dokumen

Apabila seluruh kompetensi tersebut telah dimiliki oleh tim P2K3 yang dibentuk di PPNS-ITS, maka dengan ini peneliti mengusulkan agar TIM SMK3 dijalankan oleh P2K3 secara fungsional.

4.3 Usulan Pembentukan Divisi K3

Divisi K3 adalah divisi penting dalam pelaksanaan SMK3, karena divisi ini berisi sejumlah orang yang memiliki komitmen dalam menerapkan K3, dilengkapi dengan kompetensi pendukung yang dianggap penting dalam menerapkan kebijakan K3 dan SMK3. Melihat struktur organisasi PPNS-ITS yang belum memiliki divisi/bagian K3, maka dengan ini peneliti mengusulkan dibentuknya divisi K3 yang memiliki posisi langsung berada dibawah direktur.

4.4 Usulan Penunjukan Manajemen Representatif

Didalam SMK3 dikenal istilah Manajemen Representatif (MR) yang diadopsi dari OHSAS 18001. Manajemen Representatif (MR) adalah sebuah jabatan yang bersifat fungsional, yang bertugas dalam TIM SMK3. Manajemen Representatif memiliki tanggung jawab dalam memimpin

(39)

26

4.5 Perhitungan jumlah jam kerja praktek

Dalam Manual SMK3 yang disusun, ditemukan adanya indikator kinerja. Indikator kinerja ini ditetapkan dengan syarat terukur dan disetujui oleh pihak manajemen. Dengan ini peneliti melakukan perhitungan jam kerja praktek di PPNS-ITS sebagai indikator kinerja keberhasilan program SMK3 yang diusulkan. Data yang diambil adalah mulai dari bulan September tahun 2009 hingga bulan Agustus 2010.

Untuk menghitung jumlah jam kerja praktek berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

- Jumlah jam kerja pada hari Senin adalah 8,5 jam.

- Jumlah jam kerja pada hari Selasa hingga kamis adalah 9 jam. - Jumlah jam kerja pada hari Jumat adalah 7 jam.

- Jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 20 hari kerja dengan 5 hari kerja per minggu (tidak termasuk hari kerja untuk karyawan yang melaksanakan lembur atau masuk pada hari sabtu).

- Jika libur maka tidak dihitung sebagai hari kerja.

- Hari masuk (sabtu) sebagai pengganti hari libur tidak dihitung sebagai hari kerja.

- Cuti bersama untuk hari libur keagamaan tidak dihitung sebagai hari kerja.

(40)

27 - Minggu pelaksanaan UAS tidak dihitung sebagai hari kerja

Tabel 4.1. Perhitungan jumlah jam kerja praktek di PPNS-ITS selama 1 tahun (September 2009-Agustus 2010)

Bulan Jumlah jam kerja per bulan Hari kerja Total

September 18 154 Oktober 20 170 Nopember 19 162 Desember 11 98 Januari 19 162 Februari 18 154 Maret 19 162 April 19 162 Mei 18 154 Juni 14 112 Juli 0 0 Agustus 0 0 Total 175 1490 Rata-rata/bulan 15 124.16

Sumber : (Hasil perhitungan)

4.6 Penetapan indikator kinerja

Indikator kinerja keberhasilan program SMK3 di PPNS-ITS adalah tidak terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya jam kerja selama satu tahun, atau selama ±1490 jam kerja.

(41)
(42)

29 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 29/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

1.KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 1.1. Kepemimpinan dan Komitmen

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS (PPNS-ITS) bertekad memberikan hasil kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan menerapkan praktek K3 yang terbaik dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

1.2. Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Initial Review)

PPNS-ITS melakukan peninjauan awal kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja denga cara:

a. Mengidentifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan yang ada di tempat kerja di seluruh wilayah PPNS-ITS.

b. Melakukan pembandingan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PPNS-ITS dengan pihak lain dalam ruang lingkup kerja yang sama.

c. Melakukan peninjauan sebab dan akibat dari kejadian yang berbahaya, serta gangguan lainnya yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. d. Meninjau ketersediaan sumber daya (baik manusia maupun dana) yang ada

di PPNS-ITS.

Seluruh hasil peninjauan awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan digunakan sebagai bahan masukan dalam perencanaan dan pengembangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PPNS-ITS.

1.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PPNS-ITS menetapkan kebijakan untuk:

6. Menciptakan suasana kampus yang berbudaya K3. 7. Melaksanakan 5R (Rapi, Resik, Ringkas, Rajin, Rawat)

(43)

30 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 30/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

8. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja pada lingkungan kampus.

9. Mengkomunikasikan dan selalu berusaha mematuhi setiap hukum serta kebijakan mutu dalam K3 kepada seluruh Civitas Akademika dan pihak terkait lainnya.

10. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu dalam K3 dengan benar, tepat dan konsisten.

Kebijakan ini wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan, mitra kerja dan pihak-pihak terkait lainnya sesuai bidang tugas masing-masing.

2.PERENCANAAN

2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

Seluruh bahaya potensial dari aktivitas pekerja secara rutin dan non rutin pada area kerja yang dilihat dari tingkah laku, kemampuan dan faktor pekerja yang lain serta bahaya potensial dari infrastruktur, peralatan dan bahan di tempat kerja pada PPNS-ITS diidentifikasi dan dievaluasi oleh TIM SMK3, untuk memastikan tujuan dan sasaran K3 sesuai dengan bahaya potensial dan resiko di PPNS-ITS. Tinjauan bahaya potensial dan resiko akan dilaksanakan bila terjadi perubahan proses dan atau perubahan perundangan yang berarti atau muncul perkembangan unit usaha yang baru. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk membuat, menyusun dan memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3. Manajemen Representatif K3 mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3. Setelah melakukan identifikasi dan penilaian resiko, maka TIM SMK3 melakukan pengendalian resiko.

Prosedur terkait :

(44)

31 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 31/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

2. Prosedur Penilaian Resiko. 3. Prosedur Pengendalian Resiko

2.2.Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya

Perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang dapat diterapkan di PPNS-ITS akan diidentifikasi dan ditinjau ulang pemenuhannya oleh Manjemen Representatif K3 untuk memastikan komitmen dalam kebijakan K3 terpenuhi. Direktur PPNS-ITS menentukan persyaratan K3 lainnya yang secara umum akan diterjemahkan sebagai standar atau kode perusahaan serta persyaratan K3 dari konsumen untuk diterapkan dalam Sistem Manajemen K3 PPNS-ITS. Persyaratan perundang-undangan akan ditinjau ulang oleh TIM SMK3 dalam rangka tinjauan ulang identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko dalam menanggapi adanya perubahan perundang-undangan atau perubahan proses atau perubahan perundang-undangan dan pekerjaan atau proyek dengan bidang yang baru. TIM SMK3 akan mengakses serta memelihara hubungan dengan instansi-instansi pemerintah yang terkait dan sumber informasi lainnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh manajemen puncak atau TIM SMK3 itu sendiri.

Prosedur terkait Prosedur Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Lainnya.

2.3.Tujuan dan Sasaran

PPNS-ITS menetapkan, menerapkan, dan memelihara tujuan K3 yang terdokumentasi pada setiap fungsi dan tingkatan yang relevan di dalamnya. Tujuan ini harus dapat diukur, diterapkan dan konsisten dengan kebijakan K3, termasuk komitmen pencegahan terhadap kecelakaan dan PAK (Penyakit Akibat Kerja) untuk disesuaikan dengan persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang berlaku, untuk perbaikan berlanjut. Tujuan ini dengan mempertimbangkan pilihan

(45)

32 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 32/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

teknologi, keuangan, operasional dan usaha, serta pandangan pihak–pihak yang berkepentingan.

PPNS-ITS menetapkan, menerapkan dan memelihara semua program untuk mencapai tujuan. Program–program ini meliputi :

1. Penunjukan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai tujuan pada tiap– tiap fungsi dan tingkatan yang relevan.

2. Tahapan dan jangka waktu tujuan yang akan diraih .

Program dapat ditinjau secara teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh TIM SMK3 untuk memastikan tujuan dapat tercapai.

Prosedur terkait Prosedur Penetapan Tujuan & Sasaran Manajemen K3.

2.4.Indikator Kinerja

Dalam rangka menetapkan tujuan dan sasaran K3, PPNS-ITS menetapkan suatu indikator kinerja yang terukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 dan sebagai informasi keberhasilan pencapaian SMK3 yaitu:

Tidak tejadi kecelakaan kerja yang menimbulkan hilangnya jam kerja selama kurun waktu jumlah jam tertentu didalam satu tahun (jumlah jam kerja efektif ±1490 dalam satu tahun, atau dihitung sejak dimulainya program SMK3)

2.5.Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung

PPNS-ITS menyusun rencana yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan dengan:

1. Menunjuk tanggung jawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai fungsi dan tingkatan manajemen PPNS-ITS

(46)

33 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 33/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

3.PENERAPAN

3.1. Jaminan Kemampuan

3.1.1.Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana

Direktur PPNS-ITS memiliki tanggung jawab utama untuk K3 dan SMK3. Direktur menunjukkan komitmennya dengan :

a. Menjamin tersedianya sumber daya yang penting untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan mendukung SMK3 (sumber daya ini meliputi sumber daya manusia dan tenaga ahli, infrastruktur organisasi, teknologi dan sumber keuangan).

b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan dalam manajemen serta menyelenggarakan pelatihan yang dibutuhkan (termasuk menyediakan tenaga ahli untuk pelatihan).

c. Membuat sebuah peraturan atau persyaratan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja harus diinformasikan secara efektif dalam ruang lingkup PPNS-ITS.

d. Menyusun sebuah peraturan untuk mendapatkan saran dan pendapat dari para ahli yang bergerak dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja, serta bidang lain yang berkaitan dengan sistem kerja di PPNS-ITS. e. Menyusun sebuah peraturan untuk melaksanakan konsultasi dan

keikutsertaan karyawan secara aktif dalam sistem manajemen K3 di PPNS-ITS.

Direktur PPNS-ITS menunjuk seorang untuk menjadi Manajemen Representatif K3 yang bertanggung jawab khusus pada K3 dengan diuraikannya peran dan kewenangan untuk :

1. Menjamin bahwa SMK3 diterapkan, ditetapkan dan dipelihara sesuai dengan standar Permenaker No Per-05/MEN/1996.

(47)

34 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 34/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

2. Menjamin bahwa laporan kinerja SMK3 dipresentasikan kepada Direktur untuk ditinjau dan digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan SMK3.

Prosedur terkait Prosedur Penetapan Job Description.

3.1.2.Integrasi

PPNS-ITS dapat menggabungkan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan tetap menerapkan prinsip: a. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan kerja harus dijadikan menjadi

prioritas utama

b. Proses penggabungan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan manajemen PPNS-ITS harus dengan seimbang

3.1.3.Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

PPNS-ITS menjamin bahwa setiap elemen yang berhubungan dengan perusahaan, termasuk karyawan, mahasiswa, kontraktor, dan konsumen memiliki budaya untuk mendukung dan mendapat peran aktif dalam memberikan kontribusi bagi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PPNS-ITS. Maka dengan ini PPNS-ITS akan:

a. Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta wewenang untuk bertindak dan menjelaskan pelaporan untuk semua tingkatan divisi dalam manajemen PPNS-ITS, termasuk karyawan, mahasiswa, kontraktor, pengunjung, dan konsumen.

b. Menyusun sebuah prosedur pemantauan dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang memiliki

(48)

35 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 35/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

pengaruh dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

c. Selalu berperan aktif dalam menanggapi kondisi yang menyimpang dari peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3.1.4.Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran

PPNS-ITS berkomitmen untuk memperhatikan aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan konsultasi dengan badan berwenang dalam upaya penerapan, pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

PPNS-ITS melibatkan karyawan untuk berpartisipasi membantu TIM SMK3 dalam mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko, dan penentuan tindakan pengendalian. Keterlibatan pekerja ini dilakukan melalui papan pengumuman K3, pertemuan K3 dan email. Pertemuan K3 dapat dilakukan setiap minggu atau sesuai jadwal yang disepakati oleh TIM SMK3, serta seluruh kegiatan rapat tercatat sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi rapat selanjutnya.

Konsultasi dengan mahasiwa dan dengan pihak luar (kontraktor, konsumen, masyarakat) dilakukan jika ada perubahan yang berdampak pada masalah K3. Konsultasi tersebut dilakukan melalui pihak manajemen dalam pertemuan K3.

Partisipasi karyawan dalam pengembangan dan peninjauan ulang mengenai kebijakan dan tujuan K3 dilakukan melalui pertemuan K3 yang dapat dilaksanakan setiap bulan sekali atau menurut kebijakan Manajemen Representatif, melalui kotak saran dan melalui email K3.

PPNS-ITS memberikan pengarahan dan pemahaman bagi karyawan dan mahasiswa, sehingga karyawan dan mahasiswa dapat

(49)

36 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 36/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

mendukung tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Karyawan, mahasiswa, pengunjung dan pihak lain harus disadarkan akan bahaya yang dapat timbul dari proses pekerjaan yang ada di PPNS-ITS, baik yang bersifat fisik, kimia, radiasi, ergonomis, biologis, dan psikologis sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan.

3.1.5.Pelatihan dan Kompetensi Kerja

PPNS-ITS akan menyenggarakan pelatihan bagi setiap karyawan, sebagai suatu upaya meningkatan kompetensi kerja serta untuk mencapai tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PPNS-ITS akan menyusun sebuah prosedur untuk mengidentifikasi standar kompetensi kerja serta pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi kerja tersebut. Pelatihan dapat dilaksanakan oleh internal PPNS-ITS atau badan eksternal. Laporan tentang pelatihan K3 harus dipelihara dan selalu diperbaharui. Prosedur terkait Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan

3.2.Kegiatan Pendukung 3.2.1.Komunikasi

PPNS-ITS akan menginformasikan tentang K3 yang berkaitan dengan peningkatan, penyuluhan, dan kritik terhadap karyawan PPNS-ITS, masyarakat sekitar dan pihak – pihak lain yang berkepentingan. PPNS-ITS akan melakukan identifikasi dan menerima semua informasi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berasal dari luar perusahaan, serta menjamin bahwa informasi terkait dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan yang membutuhkannya.

Karyawan diberikan informasi melalui perwakilan mereka dalam masalah K3 melalui pelatihan dan briefing.

(50)

37 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 37/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

Prosedur terkait Prosedur Komunikasi.

3.2.2.Pelaporan

PPNS-ITS akan menyusun suatu prosedur pelaporan yang tepat dan baik untuk menjamin kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Karyawan berkewajiban untuk:

a. Ikut serta dalam mendukung tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

b. Memberikan masukan untuk meningkatkan kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Partisipasi pekerja dalam investigasi kecelakaan dilakukan melalui telepon, papan pengumuman K3 dan wawancara yang dilakukan oleh TIM SMK3. Segala bentuk kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, pekerja wajib melaporkannya dan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada supervisor dan supervisor wajib melanjutkan informasi pada Manajemen Representatif.

Prosedur terkait Prosedur pelaporan

3.2.3.Pendokumentasian

PPNS-ITS akan mendokumentasikan seluruh kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam menyusun dokumentasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka PPNS-ITS harus mencantumkan / memasukkan :

(51)

38 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 38/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

2. Memberikan uraian tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3. Menguraikan elemen utama dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta referensi yang terkait

4. Dokumen dan rekaman yang disyaratkan dalam Per-05/MEN/1996 5. Dokumen dan rekaman yang disyaratkan oleh Tim SMK3 yang berkaitan

dengan risiko manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta pengendaliannya

Didalam PPNS-ITS telah diberlakukan sistem manajemen mutu (ISO 9001:2008), yang memiliki sistem pendokumentasian yang baik. Maka dapat dilakukan integrasi sistem manajemen K3 dengan sistem manajemen mutu internal dalam hal pendokumentasian dan pengendalian dokumen.

Prosedur Terkait Prosedur Dokumentasi (integrasi dengan sistem manajemen mutu internal yang telah berjalan di PPNS-ITS).

3.2.4.Pengendalian Dokumen

PPNS-ITS menjamin bahwa:

a. Seluruh dokumen yang disimpan dapat diidentifikasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing elemen di perusahaan b. Dokumen akan ditinjau secara berkala untuk memastikan

kesesuaiannya, dan dapat dilakukan revisi jika diperlukan c. Laju revisi atau perubahan dokumen dapat diidentifikasi

d. Dokumen yang kadaluarsa segera ditarik atau dimusnahkan dan master copy-nya disimpan sebagai catatan sejarah perubahan dokumen.

e. Dokumen ditetapkan pada lokasi yang membutuhkan dan ditentukan f. Dokumen yang terbaru akan tersedia di seluruh lokasi yang penting

(52)

39 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 39/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

Direktur PPNS-ITS bertanggung jawab untuk mengesahkan manual SMK3. Manajemen Representatif bertanggung jawab untuk mengesahkan prosedur, instruksi kerja dan form.

TIM SMK3 bertanggung jawab untuk membuat dan mengusulkan pengesahan prosedur, instruksi kerja dan form kepada Manajemen Representatif. Prosedur K3 dapat diubah berdasarkan kebutuhan dengan menggunakan penomoran dokumen yang spesifik dengan pengesahan dari Manajemen Representatif.

Prosedur Terkait Prosedur Pengendalian Dokumen (integrasi dengan sistem manajemen mutu internal).

3.2.5.Pencatatan dan Manajemen Informasi

PPNS-ITS menjamin kesesuaian penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja dicatat dengan baik dan mencakup:

a. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan indikator kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Izin kerja bagi pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi c. Segala bentuk resiko dan sumber bahaya dari mesin, peralatan kerja,

lingkungan, dan sifat kerja

d. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diselenggarakan oleh PPNS-ITS

e. Segala bentuk kegiatan inspeksi, perawatan peralatan dan kalibrasi alat

f. Audit dan tinjauan ulang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PPNS-ITS akan menetapkan dan memelihara prosedur untuk memastikan setiap pekerja menyadari :

(53)

40 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 40/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

1. Konsekuensi bahaya – bahaya K3 yang berarti, yang pernah terjadi atau potensi dari kegiatan kerja, perilaku, dan manfaat K3 untuk memperbaiki kinerja.

2. Peran dan tanggung jawab mereka dalam mencapai kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur K3 dan dengan persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, meliputi tanggap darurat dan kesiagaan. 3. Akibat potensial dari penyimpangan–penyimpangan prosedur operasi yang

ditentukan.

3.3. Identifikasi Sumber bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko 3.3.1.Identifikasi Sumber Bahaya

PPNS-ITS mengidentifikasi sumber bahaya yang terdapat di lokasi kerja dengan tetap mempertimbangkan:

a. Jenis kecelakaan yang mungkin terjadi

b. Penyakit akibat kerja (PAK) yang mungkin timbul dari aktifitas pekerjaan tersebut

c. Kejadian dan kondisi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan Seluruh hasil identifikasi dicatat dan disimpan sesuai dengan kode dokumen sehingga dapat digunakan untuk kepentingan yang lain.

3.3.2.Penilaian Resiko

PPNS-ITS melakukan penilaian resiko terhadap kondisi di tempat kerja untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. TIM SMK3 melakukan penilaian resiko pada setiap tempat kerja termasuk bengkel, ruang laboratorium, ruang kelas, ruang rapat, dan tempat lain yang dianggap berpotensi memiliki resiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Seluruh hasil penilaian resiko dicatat dan diinformasikan kepada seluruh karyawan dan orang lain di

(54)

41 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 41/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

tempat kerja, dan dokumen hasil penilaian resiko disimpan sesuai kode dokumen.

3.3.3.Tindakan Pengendalian

PPNS-ITS akan membuat dan memelihara prosedur pengendalian terhadap bahaya potensial. Manajemen Representatif bertanggung jawab terhadap pelaksanaan prosedur operasi. PPNS-ITS akan menetapkan:

a. Mengintegrasikan tindakan pengendalian kedalam Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

b. Pengendalian berhubungan dengan pengadaan barang, peralatan dan pelayanan kepada karyawan dan mahasiswa

c. Pengendalian terhadap izin kerja bagi karyawan atau kontraktor yang berada di kawasan berbahaya

Prosedur terkait Prosedur pengendalian

3.3.4.Perancangan (design) dan Rekayasa

PPNS-ITS melakukan proses perancangan dan rekayasa yang didasarkan atas hasil identifikasi dan penilaian resiko, dalam upaya untuk mengendalikan resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di seluruh tempat kerja. Dalam proses perancangan harus mengikuti sebuah alur yang teratur mulai dari proses pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian. Seluruh tahap ini harus berkaitan dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Direktur PPNS-ITS menetapkan orang berkompetensi yang bertanggung jawab dan memberi wewenang untuk melakukan verifikasi persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

(55)

42 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 42/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

3.3.5.Pengendalian Administratif

PPNS-ITS melaksanakan tindakan pengendalian administratif

atas potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja, sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang disusun sebelumnya. Prosedur dan instruksi kerja ini ditempatkan diseluruh bagian yang memiliki potensi bahaya. Prosedur dan instruksi kerja dapat ditinjau ulang dan direvisi oleh orang yang memiliki kompetensi dibidang itu serta disetujui oleh Manajemen Representatif.

3.3.6.Tinjauan Ulang Kontrak

PPNS-ITS melakukan peninjauan ulang terhadap kontrak kerja,

kontrak pengadaan barang dan jasa, dan kontrak lain yang berhubungan dengan sistem kerja di perusahaan, untuk menjamin bahwa kontrak tersebut memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disetujui oleh manajemen PPNS-ITS.

3.3.7.Pembelian

PPNS-ITS menyusun sebuah sistem pembelian barang dan jasa untuk menjamin bahwa produk barang dan jasa memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Dalam hal ini ditetapkan juga prosedur pemeliharaan barang dan jasa yang terintegrasi, untuk mencegah dan menangani resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

(56)

43 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 43/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

3.3.8.Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana

PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur :

1. Identifikasi potensi terjadinya situasi darurat. 2. Tindakan penanganan situasi darurat.

PPNS-ITS akan merespon terhadap situasi darurat yang terjadi dan mencegah atau mengurangi kerugian yang terjadi.

Dalam perencanaan kesiagaan tanggap darurat PPNS-ITS akan memperhatikan hal lainnya yang dianggap perlu, misalnya emergency services dan lingkungan sekitar.

PPNS-ITS akan menguji prosedur kesiagaan tanggap darurat dalam jangka waktu yang ditentukan oleh TIM SMK3 dan disetujui oleh manajemen puncak, dengan berkoordinasi dengan divisi keamanan. Dan juga akan meninjau, merevisi prosedur kesiagaan tanggap darurat, khususnya setelah terjadi situasi darurat.

Prosedur Terkait Prosedur Tanggap Darurat.

3.3.9.Prosedur Menghadapi Insiden

PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur: 1. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

2. Perawatan lanjutan

PPNS-ITS akan merespon jika terjadi kecelakaan di tempat kerja dengan menyediakan tim medis yang selalu siap disaat yang diperlukan.

(57)

44 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 44/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

PPNS-ITS akan merevisi prosedur jika terjadi perubahan, serta menguji prosedur dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh TIM SMK3 serta mendapat persetujuan dari manajemen puncak.

3.3.10.Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat

PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur rencana pemilihan keadaan darurat, untuk dapat memulihkan kembali keadaan pada kondisi yang normal serta membantu pemulihan karyawan yang mengalami trauma. PPNS-ITS menjamin seluruh karyawan yang mengalami luka dan trauma dapat kembali bekerja dengan normal, serta seluruh biaya perawatan ditanggung oleh perusahaan.

4.PENGUKURAN DAN EVALUASI 4.1.Inspeksi dan Pengujian

PPNS-ITS akan melaksanakan inspeksi dan pengujian seluruh kegiatan operasi sistem manajemen K3. Hal tersebut dilaksanakan untuk memantau kinerja K3 sesuai dengan program-program K3 yang telah dibuat serta untuk memantau adanya kecelakaan, insiden, tingkat kesehatan karyawan dan kekurangan-kekurangan K3 lainnya di PPNS-ITS. Inspeksi dan pengujian meliputi seluruh aspek keselamatan di perusahaan. Inspeksi dan pengujian dilaksanakan oleh TIM SMK3 dengan bekerja sama dengan penanggung jawab tempat kerja dan karyawan yang ada di tempat kerja. Inspeksi dan pengujian dilaksanakan dengan disertai alat yang mendukung serta telah dikalibrasi dan diverifikasi oleh orang yang berwenang. PPNS-ITS juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan pekerja guna memantau apakah ada penyakit akibat kerja. Seluruh hasil inspeksi dan pengujian tersebut didokumentasikan/dicatat guna analisa tindakan perbaikan & pencegahan.

(58)

45 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001 Tanggal Terbit :

Hal : 45/18 No. Revisi : PPNS-ITS SMK3 RM - 005 Tanggal Revisi :

Prosedur terkait :

1. Prosedur inspeksi dan pengukuran. 2. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan

3. Prosedur Kalibrasi & Perawatan Alat-alat Ukur.

4.2.Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PPNS-ITS melaksanakan audit SMK3 untuk memastikan kesesuaian penerapan Sistem Manajemen K3 dengan perundang-undangan bagi perusahaan dan juga peraturan lain yang digunakan dalam melaksanakan sistem manajemen K3 di PPNS-ITS. Audit dilakukan secara periodik dua kali dalam satu tahun* untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifan sistem manajemen K3 secara berkelanjutan. Semua hasil audit dilaporkan pada direktur serta didokumentasikan / dicatat.

Prosedur terkait Prosedur audit SMK3.

4.3.Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

PPNS-ITS melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang mengacu pada hasil pelaksanaan pemantauan, audit, dan tinjauan ulang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Seluruh temuan akan didokumentasikan, serta perusahaan menjamin penerapannya secara sistematik dan efektif.

Prosedur terkait Prosedur Tindakan Perbaikan & Pencegahan.

5.TINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN OLEH PIHAK MANAJEMEN

Tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen PPNS-ITS akan dilaksanakan minimum satu kali dalam satu tahun* untuk menjamin kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan SMK3 secara berkelanjutan. Tinjauan ulang manajemen

Gambar

Gambar 2.1 Bagan elemen Permenaker 05/MEN/1996  (sumber: SMK3 Rudi Suardi)
Tabel 3.1 Tabel rencana kegiatan
Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir
Tabel  4.1.  Perhitungan  jumlah  jam  kerja  praktek  di  PPNS-ITS  selama  1  tahun  (September 2009-Agustus 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang telah ditetapkan dari peraturan menteri PU No. Dan di dalam intrumen.. Apakah penyedia jasa telah membuat

Permendiknas No.24 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar

Secara tersirat (tidak langsung diamanatkan UUPR), cukup banyak peraturan pelaksanaan setingkat Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri yang perlu ditetapkan,

Proses Penyusunan RENSTRA berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang telah ditetapkan dari peraturan menteri PU No. Dan di dalam intrumen.. Apakah penyedia jasa telah membuat

PT KHI Pipe Industries didalam pelaksanaan penyetoran dan pelaporan PPh karyawan pasal 21 telah diterapkan dengan baik sesuai dengan prosedur-prosedur penyetoran dan

bahwa untuk itu dalam rangka pelaksanaan Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam; Negeri Nomor 12 Tahun 1984 perlu ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang

Tata Cara Penyusunan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Bidang Perdagangan Peraturan/Keputusan Menteri Perdagangan Peraturan/Keputusan. Menteri Perdagangan