• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Penilaian Hasil Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Penilaian Hasil Belajar"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar Peserta Didik.

Penilaian merupakan bagian penting dari perangkat kurikulum yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi, mendiagnosis dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, di samping kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang bermakna diperlukan sistem penilaian yang baik, terencana dan berkesinambungan pada setiap satuan pendidikan.

Sejalan dengan akan diberlakukannya Kurikulum 2013, maka untuk menunjang kualitas hasil belajar yang akan dilaksanakan diperlukan acuan yang dapat digunakan oleh pendidik dan satuan pendidikan dalam merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil penilaian sesuai dengan ketentuan dan komponen di dalam Kurikulum 2013, khususnya pada komponen penilaian yang lebih menekankan pada penilaian yang sesungguhnya (Authentikc Assesment) dengan menitikberatkan pada penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap .

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan Pedoman Standarisasi Penilaian Hasil Belajar yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pendidik dan satuan pendidikan dalam melaksanakan penilaian hasil belajar agar dapat meningkatkan kualitas hasil pelaksanaan pendidikan sebagai bagian dari penjaminan mutu pendidikan baik di tingkat kabupaten/kota, propinsi maupun tingkat nasional.

Jakarta, Mei 2013 Kepala Pusat,

(2)

KATA PENGANTAR ………….………... I

DAFTAR ISI …………...…………..………... 2

BAB I PENDAHULUAN ………... 3

A. Latar Belakang ………... 3

B. Landasan Pengembangan Standarisasi Penilaian ... 4

C. Standar Penilaian ... 10

D. Tujuan Pedoman Standarisasi Penilaian ... 12

E. Sasaran Pedoman Standarisasi Penilaian Hasil Belajar... 13

F. Dasar Hukum Penyusunan Pedoman Penilaian ………... 13

BAB II PENILAIAN HASIL BELAJAR BERBASIS KURIKULUM 2013 ... 15 BAB III A. Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kurikulum 2013... B. Komponen Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kurikulum 2013 ... JENIS, PRINSIP, PENDEKATAN DAN KARAKTERISTIK PENILAIAN HASIL BELAJAR KURIKULUM 2013 30 A. Jenis Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013………... 30

B. Prinsip Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013……….…………... 31

C. Pendekatan Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013 ………... 32

D. Karakteristik Penilaian Hasil Belajar di SD/SMP/SMA ... ... 34

BAB IV TEKNIK PENILAIAN HASIL BELAJAR KURIKULUM 2013... 39

A. Metode Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013...………. 39

B. Teknik dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013 ………... 40

BAB V PEMANFAATAN DAN PELAPORAN PENILAIAN HASIL BELAJAR KURIKULUM 2013 45 A. Pemanfaatan Hasil Penilaian ...………... 38

B. Pelaporan Hasil Penilaian ... ... 38

BAB VI PROSEDUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL BELAJAR... 39 A. Prosedur Penilaian Hasil Belajar...………...

B. Mekanisme Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar ... 41

BAB VII PENUTUP 42

43 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1 Petunjuk Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian 44

2 Model Pengembangan Instrumen Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA (SD/SMP/SMA)

49

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang -Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 poin (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor. 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan). Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: (a) standar isi, (b) standar proses, (c) standar kompetensi lulusan, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian pendidikan .

Standar Penilaian pendidikan sebagai salah satu dari 8 (delapan) standar nasional merupakan kriteria minimal mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment), sedangkan penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external assessment). Penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pendidik pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu melalui perbaikan kualitas pembelajaran secara terus-menerus. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah melalui Ujian Nasional dalam rangka pengendalian mutu pendidikan nasional.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 58 Ayat 1 dinyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dengan demikian, pada hakikatnya penilaian terhadap pembelajaran peserta didik dimulai dan dititikberatkan pada penilaian hasil belajar oleh pendidik di kelas. Kegiatan penilaian dilakukan untuk

(4)

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, dalam penilaian perlu diperhatikan beberapa kriteria seperti: (1) ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan, (4) hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut berupa: perbaikan proses pembelajaran, program remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan minimal, dan program pengayaan bagi memenuhi kriteria ketuntasan minimal lebih cepat serta (5) disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar perlu didukung oleh sistem penilaian yang baik, terencana dan berkesinambungan

B. Landasan Pengembangan Standarisasi Penilaian 1. Landasan Filosofis

Filosofi pendidikan dalam pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan nilai-nilai luhur, nilai-nilai akademik, serta kebutuhan peserta didik dan masyarakat . Pendidikan bertujuan untuk membangun sumberdaya manusia Indonesia yang beriman, berkemanusiaan, berpengetahuan, dan berketerampilan dengan berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Kerangka filosofis ini harus menjadi kerangka berpikir (mindset) pendidik (guru) dalam menyelenggarakan pendidikan (termasuk didalamnya kurikulum, tujuan pendidikan, isi pendidikan dan penilaian proses dan hasil pendidikan).

Kurikulum 2013 berorientasi pada pengembangan kompetensi, pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar peserta didik serta penilaian berbasis proses dan

hasil belajar. Untuk membentuk kompetensi tersebut, guru perlu menjadikan aktivitas

(5)

gejala alam dan problema sosial di lingkungan sekitar, menyajikan data sebagai hasil pengamatan, membangun konsep dan prinsip ilmu yang dipelajari, mengkomunikasikan berbagai ide dan pengetahuan kepada orang lain, terampil menggunakan konsep, aturan, dan teknologi dalam pemecahan masalah kehidupan, serta melatih peserta didik berpikir kritis dan kreatif dengan kesadaran akan strategi berpikir yang dimiliki.

Implikasi dari penggunaan filosofi itu pada praktik pembelajaran dan manajemen sekolah adalah dalam rangka membangun kompetensi peserta didik, yang menjadi bahan pertimbangan adalah aspirasi dan keinginan pemangku kepentingan (stakeholders) harus diperhitungkan. Selain itu, semua faktor yang terkait dengan proses pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa sehingga menjamin kompetensi yang dihasilkan memenuhi bahkan melebihi keinginan dan harapan pemangku kepentingan. Penerapan pendekataan manajemen itu tidak lagi memerlukan pengendalian mutu setelah lulusan dihasilkan, melainkan semua sumber daya dan faktor yang terkait dengan proses pembelajaran dikelola agar terjamin dihasilkannya lulusan yang bermutu, yakni lulusan yang sesuai atau melebihi keinginan, harapan, dan kebutuhan masyarakat. Sistem manajemen mutu semacam ini dikenal dengan penjaminan mutu atau Quality Assurance.

Dalam penjaminan mutu pendidikan diperlukan standar mutu dan manual mutu. Mutu tidak dapat diketahui tanpa ada pengukuran. Pengukuran tidak akan bermakna tanpa ada penilaian dan penilaian tidak dapat mengendalikan mutu proses dan hasil pembelajaran, apabila tanpa standarisasi dan tindak lanjut hasil penilaian. Untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, perlu dilakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, penilaian ditujukan untuk mengukur seberapa efektif dan efisiennya proses pembelajaran yang dilakukan untuk membangun kompetensi yang seharusnya dimiliki peserta didik. Untuk mengukur keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran tersebut, maka di dalam pelaksanaan penilaian diperlukan

(6)

indikator mutu, instrumen pengukuran, kriteria, dan pedoman penskoran yang standar. Standarisasi penilaian ini mencakup kesesuaian, kecukupan, keakuratan, dan kebermaknaan penilaian yang dilakukan terhadap pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.

Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Proses penilaian bagi pendidik dapat menjadi sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi pendidik untuk secara arif dan kreatif memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Landasan Yuridis

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 Ayat (1) dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam Pasal 58 Ayat (1) dinyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dalam Pasal 58 ayat (2) dinyatakan bahwa evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Dalam PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 Ayat (1) dinyatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik (b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan (c) penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Pasal 64 Ayat 1 PP 32 Tahun 2013). Penilaian digunakan

(7)

untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik, (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun nontes, atau penugasan yang dikembangkan sesuai dengan karateristik kompetensi dasar setiap mata pelajaran.

3. Landasan Konseptual

Evaluasi merupakan salah satu sarana penting untuk menilai keberhasilan proses pembelajaran melalui penilaian pencapaian kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Melalui evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode pembelajaran yang digunakan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi sebagai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Penilaian merupakan pengumpulan informasi mengenai perubahan kualitas dan kuantitas di dalam diri peserta didik atau grup (Johnson and Johnson, 2002: 27). Blaustein (dalam Ibrahim, 2001:5) mengatakan bahwa penilaian (asesmen) adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu. Arends (1997:17) menjelaskan, penilaian biasanya mengacu pada seluruh informasi penilaian oleh guru untuk membuat keputusan tentang peserta didik dan kelasnya. Informasi tentang siswa, dapat diperoleh secara informal melalui observasi dan perubahan verbal dan dapat pula secara formal dengan tes, pekerjaan rumah, dan laporan secara tertulis. Linn & Gronlund (1995:5) mendefinsikan penilaian kelas sebagai suatu istilah umum meliputi prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran peserta didik (pengamatan, tingkat performans; tes tertulis) dan terjadi pertimbangan pemberian nilai dengan memperhatikan kemajuan pembelajaran.

(8)

Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Dalam implementasi Kurikulum 2013, teknik-teknik penilaian untuk mengukur aktivitas-aktivitas kognitif, sikap, dan keterampilan peserta didik, bersifat lentur serta lebih bervariasi. Dalam hal ini, penilaian lebih ditujukan pada mengakses proses pembelajaran. Oleh sebab itu, lebih banyak digunakan data subjektif untuk menilai pertumbuhan peserta didik. Data subyektif tersebut diperoleh dari hasil pengamatan penugasan, unjuk kerja peserta didik (aktivitas aktif siswa), lembar observasi, angket, kuesioner, penilaian tentang jurnal metakognisi yang dikonstruksi peserta didik, hasil ringkasan dan laporan proyek (presentasi hasil kerja), tes, dan lain-lain.

Sejumlah aspek unjuk kerja peserta didik yang perlu diamati selama pembelajaran adalah: (1) apakah peserta didik mencoba memecahkan masalah, (2) apakah mereka bekerja secara kooperatif dalam kelompok, (3) apakah mereka tetap menunjukkan ketekunan walaupun terkadang menemui kegagalan dalam mencoba pemecahan masalah pertama, dan (4) apakah mereka menunjukkan rasa percaya diri. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (check list) yang mendeskripsikan kualitas unjuk kerja serta membantu para peserta didik berpikir tentang apa yang mereka pikirkan dan membuat perubahan dalam cara bagaimana mereka berpikir adalah esensi dari metakognisi.

Metakognisi merupakan dasar menuju pada aktivitas problem solving dan reasoning. Metakognisi sangat penting untuk membantu peserta didik memikirkan proses tindakan yang mereka lakukan dalam belajar. Tindakan tersebut misalnya mengkonstruksi jurnal. Jurnal metakognisi adalah hasil pekerjaan peserta didik berupa pengkonstruksi masalah berikut solusi yang ditampilkan terhadap masing-masing masalah. Jurnal metakognisi juga dapat diwujudkan berupa hasil elaborasi terhadap bacaan tertentu. Penilaian dilakukan

(9)

dengan menggunakan rubrik yang berisi deskripsi kualitatif dan kuantitatif tentang jurnal yang dikonstruksi.

Penggunaan model tes juga merupakan alternatif cara penilaian dalam implementasi Kurikulum 2013. Peserta didik dilibatkan mengamati, mengumpulkan informasi dalam penemuan konsep dan aturan-aturan ilmu yang dipelajari, pemecahan masalah, dan proses berpikir divergen dikembangkan. Untuk mengakses proses berpikir divergen, tidak cukup dengan tes pilihan ganda yang hanya menuntut satu jawaban benar, tetapi diperlukan tes yang bertipe extended respons dan asesmen yang dapat mengaskes secara komprehensif bagaimana para peserta didik mengorganisasi, menstrukturisasi, dan menggunakan informasi yang dipelajari dalam konteks memecahkan masalah serta berpikir tentang aktivitas belajar mereka di kelas atau di dunia nyata.

Tes dan asesmen semacam itu dapat menantang peserta didik untuk mengeksplorasi jawaban secara terbuka, memecahkan masalah kompleks, dan melukiskan kesimpulan sendiri. Untuk maksud tersebut, terdapat enam karakteristik asesmen, yaitu: (1) menanyakan pebelajar untuk menampilkan, menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu, (2) merangsang berpikir tingkat tinggi dan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah, (3) menggunakan tugas-tugas yang mewakili aktivitas-aktivitas pembelajaran bermakna, (4) meminta penerapan-penerapan dunia nyata, dan (5) membuat pedoman penskoran dengan penggunaan pertimbangan secara manusiawi dan karakteristik soal. Keseluruhan aktivitas ini ternilai saat peserta didik memecahkan masalah untuk menemukan konsep dan prinsip yang akan dikuasai, mengerjakan lembar kerja peserta didik dan berdasarkan tes hasil belajar (tes uraian).

Apabila para peserta didik mengkonstruksi informasi dalam belajar mereka dan menerapkan informasi tersebut dalam seting kelas, maka asesmen hendaknya menyediakan peluang kepada para peserta didik untuk mengkostruksi respon-respon dan menerapkan belajar mereka dalam

(10)

memecahkan masalah dan berpikir secara kompleks yang mencerminkan aktivitas-aktivitas kelas dalam cara-cara yang otentik.

Dengan kata lain, asesmen otentik sangat diperlukan dalam penilaian proses dan hasil belajar. Asesmen otentik sangat relevan dan bermakna untuk para peserta didik, kontekstual, penekanan pada keterampilan-keterampilan kompleks, menyediakan tidak hanya satu jawaban benar, memiliki standar umum, dan fleksibel (Santyasa, 2003a). Tes tipe extended respons, asesmen kinerja, dan asesmen portofolio adalah alternatif-alternatif asesmen autentik.

Tes tipe extended respons merupakan perangkat butir open-ended questions (Krulik & Rudnick, 1999). Dalam menjawab tes dengan tipe open-ended questions, peserta didik dipicu melakukan interpretation, direction, solution, dan mengomunikasikan pemikirannya secara tertulis atau verbal dalam suatu extended response. Dalam proses penyelesaian masalah, tipe tes esai semacam ini dapat merangsang peserta didik untuk berpikir divergen dan melibatkan proses mental cukup tinggi. Pertanyaan-pertanyaan esai yang menuntut extended response menuntut para peserta didik mendemonstrasikan kemampuannya untuk (1) memanggil pengetahuan faktual, (2) melakukan evaluasi pengetahuan faktualnya, (3) mengorganisasi ide-ide dan pengetahuan konseptualnya, (4) menerapkan pengetahuan prosedural melalui mempresentasikan ide-idenya secara bebas, terbuka, dan disertai pemberian alasan dengan cara yang rasional (masuk akal).

C. Standar Penilaian

Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian yang dilakukan berkenaan dengan pendidikan formal, sehingga harus memenuhi standar tertentu, agar hasil penilaian dapat mengungkap kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Oleh karena itu dalam penyusunan indikator mutu,

(11)

instrumen pengukuran, kriteria, dan pedoman penilaian harus standar, tidak ada ketergantungan pada kemampuan kelompok maupun faktor lainnya. Standar-standar penilaian tersebut meliputi: kegunaan (utility), fisibilitas (feasibility), legalitas/etis (propriety), dan akurasi (accuracy).

1. Standar Kegunaan (Utility Standards)

Standar kegunaan menjamin bahwa suatu penilaian yang dilakukan memberikan informasi praktis yang dibutuhkan peserta didik. Beberapa aspek yang harus diperhatikan agar informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat menjadi informatif (informative), tepat (timely), dan mempunyai pengaruh (influential), meliputi: (a) identifikasi peserta didik, (b) kredibilitas evaluator, (c) pemilihan dan ruang lingkup informasi, (d) dimaksudkan bahwa dalam melakukan penilaian perlu dipilih dan jelas ruang lingkup, (e) interpretasi penilaian, (f) kejelasan laporan, (f) diseminasi laporan, (g) dan dampak penilaian.

2. Standar Fisibilitas (Feasibility Standards)

Standar fisibilitas, merujuk kepada pengertian bahwa dalam melakukan penilaian harus mengacu kepada prosedur yang mempermudah pelaksanaan, yakni praktis, realistis, efektif dan efisien dalam pembiayaan (menghasilkan informasi yang cukup bernilai untuk menjustifikasi aspek yang diukur), dan mampu mengantisipasi posisi-posisi yang berbeda dari kelompok-kelompok kepentingan yang bervariasi. Dengan demikian, dapat diperoleh hasil penilaian yang akurat sehingga dapat mengurangi bias terhadap hasil penilaian.

3. Standar Legalitas dan Etis (Propriety Standards)

Standar legalitas dan etis berarti bahwa hasil penilaian dapat mempengaruhi atau berdampak terhadap berbagai kalangan, yaitu

(12)

masyarakat dan pihak-pihak terkait. Penilaian harus dilakukan secara legal dan etis karena menyangkut hak atas peserta didik yang dinilai dan harus dihargai sebagai individu yang mempunyai privasi.

4. Standar Akurasi (Accuracy Standards)

Standar akurasi mengandung arti bahwa informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penilaian pendidik atau satuan pendidikan,secara teknis harus tepat (adquate) dan kesimpulan (conclusion) yang dimbil harus terkait secara logis dengan data yang diperoleh di lapangan.

D. Tujuan Pedoman Standarisasi Penilaian Hasil Belajar

Tujuan umum Pedoman Standarisasi Penilaian Hasil Belajar di satuan pendidikan (SD/SMP/SMA) adalah sebagai acuan/referensi bagi pendidik dan satuan pendidikan dalam menstandarkan mutu penilaian proses dan hasil belajar peserta didik dan digunakan Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan untuk mengukur, memantau, menganalisis dan memetakan hasil pelaksanaan standar penilaian hasil belajar di satuan pendidikan (SD/SMP/SMA) secara nasional.

Tujuan khusus pedoman ini, adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan acuan standar pemahaman konsep penilaian proses dan hasil belajar bagi pendidik dan satuan pendidikan (SD/SMP/SMA);

2. Memberikan acuan standar bagi pendidik dan satuan pendidikan dalam mengembangkan indikator mutu, kisi-kisi, instrumen, kriteria yang bersesuaian dengan aspek penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. 3. Menyediakan acuan standar bagi pendidik dan satuan pendidikan (SD/

SMP/SMA) dalam merencanakan, melaksanakan, mengolah dan melaporkan hasil penilaian, serta menindaklanjuti hasil penilaian untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

(13)

4. Menyediakan tolok ukur bagi pendidik dan satuan pendidikan untuk menguji kesesuaian, kecukupan, dan kebermaknaan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

E. Sasaran Pedoman Standarisasi Penilaian Hasil Belajar

Sasaran Pedoman Standarisasi Penilaian Hasil Belajar ini adalah sebagai berikut : 1. Para pendidik di satuan pendidikan SD/SMP/SMA.

2. Pengawas dan Kepala Sekolah di satuan pendidikan SD/SMP/SMA untuk merancang program supervisi penilaian pendidikan di satuan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Para penentu kebijakan di tingkat daerah (Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota & LPMP) serta Pemerintah Pusat untuk membuat kebijakan dalam pengembangan pendidikan yang sesuai untuk satuan pendidikan di wilayahnya.

F. Dasar Hukum Pedoman Standarisasi Penilaian Hasil Belajar

Dasar hukum pedoman Standarisasi Penilaian Hasil Belajar meliputi Undang-Undang dan Peraturan sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan ;

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013

(14)

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses;

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(15)

BAB II

PENILAIAN HASIL BELAJAR BERBASIS KURIKULUM 2013

A. Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kurikulum 2013

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh pendidik; penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 yang dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkelanjutan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Adapun fungsi penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut:

1. bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas. 2. umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar. 3. meningkatkan motivasi belajar siswa.

4. evaluasi diri terhadap kinerja siswa

Untuk mencapai tujuan dan fungsi tersebut, maka berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pembaharuan sistem pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dalam bidang kurikulum.

Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang melakukan penyempurnaan kurikulum nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yang akan diberlakukan mulai tahun

(16)

pelajaran 2013. Perubahan Kurikulum 2013 hendaknya dipahami tidak hanya sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan perkembangan, tetapi juga dipahami dalam konteks pergeseran dan penguatan paradigma pendidikan yang berorientasi hasil atau standar (outcome-based education).

Secara lebih sederhana, perubahan kurikulum ini mempertegas pergeseran dari apa yang harus diajarkan ke pertanyaan tentang apa yang harus dikuasai peserta didik pada tingkatan dan jenjang pendidikan tertentu. Paradigma ini membawa implikasi, bahwa penilaian tidak sekedar upaya memperoleh informasi untuk mengkategorikan peserta didik, namun lebih dari itu harus dipandang sebagai bagian dari pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai standar kompetensi lulusan (SKL).

B. Komponen Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kurikulum 2013

Terdapat beberapa komponen penting yang perlu dipahami tentang kurikulum 2013, komponen yang dimaksud meliputi : kompetensi, standar kompetensi, kompetensi inti, kompetensi dasar, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, standar penilaian pendidikan, dan standar penilaian.

1. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.

2. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

3. Kompetensi Inti adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan/atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi utama dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik

(17)

untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran tertentu.

4. Kompetensi Dasar adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan atau keterampilan yang dimiliki pserta didik setelah pokok bahasan tertentu.

5. Silabus adalah rencana pembelajaran pada semester tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran detil pada suatu materi pokok atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, tujuan, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. 7. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan mekanisme, prosedur, instrumen, dan kriteria penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

8. Standar Penilaian untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

Hakikat Penilaian dalam Kurikulum 2013

Terdapat tiga kegiatan yang saling terkait dalam kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik, yakni pengukuran (measurement), penilaian (assessment) dan evaluasi (evaluation). Ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan (judgment) berdasarkan hasil-hasil penilaian. Dari sisi kemampuan yang dinilai, cakupan penilaian meliputi aspek

(18)

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pada Kurikulum 2013, aspek yang dinilai tergantung pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD).

1. SKL mencakup aspek sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills).

2. KI mencakup aspek kompetensi sebagai berikut:

 KI-I: aspek sikap peserta didik terhadap Tuhan.

 KI-II: aspek sikap peserta didik terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungannya.

 KI-III: aspek pengetahuan peserta didik.

 KI-IV:aspek keterampilan peserta didik.

3. Untuk setiap KI terdapat rumusan KD yang berbeda dengan pemberian materi pokok tertentu. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu, muncul 4 KD sebagai berikut:

 KD pada KI-I: aspek sikap terhadap Tuhan (untuk mata pelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok).

 KD pada KI-II: aspek sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya (untuk mata pelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok tertentu ada KD pada KI-II yang berbeda dengan KD lain pada KI-II).

 KD pada KI-III: aspek pengetahuan

 KD pada KI-IV: aspek keterampilan

Berbagai metode dan instrumen, baik formal maupun non formal dapat digunakan dalam penilaian untuk mengumpulkan informasi.

Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

(19)

diucapkan selama proses pembelajaran, saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan penilaian informal terhadap performansi peserta didik tersebut. Penilaian proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.

Beberapa hal penting yang mendasari penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Penilaian Berdasarkan Standar

Sebuah standar diperlukan karena ia berperan sebagai patokan dan sekaligus pemicu untuk memperbaiki aktivitas hidup. Dalam konteks pendidikan, standar diperlukan sebagai acuan minimal (dalam hal kompetensi) yang harus dipenuhi oleh seorang lulusan dari suatu lembaga pendidikan sehingga setiap calon lulusan dinilai apakah yang bersangkutan telah memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan. Dengan diterapkannya standar dalam bentuk Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai acuan dalam proses pendidikan, diharapkan semua komponen yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan di semua tingkatan, termasuk peserta didik itu sendiri akan mengarahkan upayanya pada pencapaian standar dimaksud.

Diharapkan dengan pendekatan ini guru memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus dikuasai peserta di setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yang sama memiliki kebebasan yang luas untuk mendesain dan

(20)

melakukan proses pembelajaran yang dipandang paling efektif dan efisien untuk mencapai standar tersebut. Dengan demikian, guru didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) serta tidak berorientasi pada pencapaian target kurikulum semata.

2. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

Salah satu implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus:

mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah dan

mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Terdapat beberapa prinsip-prinsip penilaian otentik berikut yang perlu dipahami dalam pelaksanaan penilaian pembelajaran berbasis kurikulum 2013 :

1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction);

2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems); 3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda, dan kriteria

(21)

4. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).

Penilaian Kelas dalam Kurikulum 2013

Penilaian kelas yang dilaksanakan pada Kurikulum 2013, diarahkan untuk dapat memberdayakan fungsi penilaian kelas secara maksimal, sebagai berikut :

1. Pusat belajar, fokus pada perhatian guru dan peserta didik pada pengamatan

dan perbaikan belajar, dari pada pengamatan dan perbaikan mengajar. Penilaian kelas memberi informasi dan petunjuk bagi pendidik dan peserta didik dalam membuat pertimbangan untuk memperbaiki hasil belajar.

2. Partisipasi aktif siswa, fokus pada aktivitas peserta didik, maka penilaian kelas memerlukan pengukuran partisipasi aktif siswa. Kerjasama peserta didik dalam proses pembelajaran meningkatkan penguasaan materi mata pelajaran dan skill dirinya. Guru memotivasi peserta didik agar berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran, dengan tiga pertanyaan bagi guru: (1) apakah kemampuan dasar dan pengetahuan saya sudah tepat untuk mengajar?; (2) bagaimana saya dapat menemukan bahwa peserta didik sedang belajar?; (3) bagaimana saya dapat membantu peserta didik belajar lebih baik? Karena guru bekerja lebih dekat dengan peserta didik untuk menjawab pertanyaan ini, maka guru dapat memperbaiki skill mengajarnya.

3. Formatif, bertujuan untuk memperbaiki mutu proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian bukan hanya untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.

4. Kontekstual spesifik, dapat menjawab kebutuhan khusus bagi guru dan siswa. Kebutuhan khusus berada dalam kontekstual guru dan peserta didik yang harus bekerja dengan baik dalam kelas.

(22)

5. Umpan balik, dapat memberikan alur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Dengan sejumlah TPK, guru dan peserta didik dengan cepat dan mudah menggunakan umpan balik dan melakukan saran perbaikan belajar berdasarkan hasil-hasil penilaian. Untuk mengecek pemanfaatan saran tersebut, pimpinan sekolah menggunakan hasil penilaian kelas, dan melanjutkan pengecekan alur umpan balik. Karena pendekatan umpan balik ini dalam kegiatan di kelas setiap hari, maka komunikasi alur hubungan antara pimpinan sekolah, guru dan peserta didik dalam KBM akan menjadi lebih efisien dan lebih efektif.

6. Berakar dalam praktik mengajar yang baik, merupakan suatu usaha untuk membangun praktik mengajar yang lebih baik dengan melakukan umpan balik pada pembelajaran peserta didik lebih sistimatik, lebih fleksibel, dan lebih efektif. Guru siap menanyakan dan mereaksi pertanyaan siswa, memonitor bahasa badan dan ekspresi wajah siswa, mengerjakan pekerjaan rumah dan tes siswa, dan seterusnya. Penilaian kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistimatik dalam proses KBM di kelas.

Tujuan Penilaian Kelas

Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat (4) tujuan berikut:

1. Penelusuran (Keeping track), bertujuan melacak/merekam jejak agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh siswa.

2. Pengecekan (Checking-up), yaitu untuk memeriksa adakah kelemahan-kelemahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan

(23)

pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang peserta didiktelah kuasai dan apa yang belum dikuasai.

3. Pencarian (Finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.

4. Penyimpulan (Summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah peserta didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar peserta kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti di akhir semester atau akhir tahun pelajaran baik dalam bentuk rapor peserta didik atau bentuk lainnya.

Fungsi Penilaian Kelas

Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis oleh guru memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik.

1. Fungsi Motivasi, penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong atau memotivasi peserta didik untuk belajar. Latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan guru harus memungkinkan peserta didik melakukan proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Bentuk latihan, tugas dan ulangan harus dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik terdorong untuk terus belajar dan merasa bahwa kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi kebutuhannya. Dengan mengerjakan latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan peserta didik sendiri memperoleh gambaran tentang hal-hal apa yang dia sudah kuasai dan belum dikuasai. Jika

(24)

peserta didik merasa ada hal-hal yang belum dia kuasai, ia terdorong untuk mempelajarinya lagi.

2. Fungsi Belajar Tuntas, penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar peserta didik. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru adalah apakah peserta didik sudah menguasai kemampuan yang diharapkan, siapa dari peserta didik yang belum menguasai kemampuan tertentu, dan tindakan apa yang harus dilakukan agar peserta didik akhirnya menguasai kemampuan tersebut. Ketuntasan belajar harus menjadi fokus dalam perancangan materi yang harus dicakup setiap kali guru melakukan penilaian. Jika suatu kemampuan belum dikuasai peserta didik, maka pembelajaran remidial dilaksanakan dan penilaian harus terus dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagian besar peserta didik telah menguasai kemampuan tersebut. Rencana penilaian harus disusun sesuai dengan target kemampuan yang harus dikuasai peserta didik pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar kemampuan yang telah ditetapkan. 3. Fungsi sebagai Indikator Efektivitas Pengajaran, di samping untuk memantau

kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau semua peserta didik telah menguasai sebagian besar atau semua kemampuan yang diajarkan, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar telah berhasil sesuai dengan rencana. Apabila guru menemukan bahwa hanya sebagian peserta didik saja yang menguasai kemampuan yang ditargetkan, guru perlu melakukan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus guru lakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.

4. Fungsi Umpan balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi peserta didik dan guru sendiri. Umpan balik hasil penilaian

(25)

sangat bermanfaat bagi peserta didik agar peserta didik mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan, dan peserta didik diminta melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu baik sebagai tugas individu maupun kelompok. Analisis hasil penilaian juga berguna bagi guru untuk melihat hal-hal apa yang perlu diperhatikan secara serius dalam proses belajar mengajar. Misalnya, analisis terhadap kesalahan yang umum dilakukan peserta didik dalam memahami konsep tertentu menjadi umpan balik bagi guru dan untuk melakukan perbaikan pada proses belajar mengajar berikutnya. Dalam hal-hal tertentu hasil penilaian juga dapat menjadi umpan balik bagi sekolah dan orang tua agar secara bersama-sama mendorong dan membantu ketercapaian target penguasaan kemampuan yang telah ditetapkan.

Prinsip Penilaian Kelas

Agar penilaian kelas memenuhi tujuan dan fungsi sebagaimana dijelaskan di atas, perlu diperhatikan hal-hal berikut.

1. Mengacu ke Kemampuan (competency referenced).

Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah peserta didik telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian kelas harus terkait secara langsung dengan indikator pencapaian kemampuan tersebut. Ruang lingkup materi penilaian disesuaikan dengan tahapan materi yang telah diajarkan serta pengalaman belajar peserta didik yang diberikan. Materi penugasan atau ulangan harus dapat merefleksikan setiap kemampuan yang ditargetkan dikuasai siswa. Hanya materi yang secara esensial terkait langsung dengan kemampuan yang perlu dicakup dalam penilaian di kelas. Materi yang tidak langsung terkait dengan kemampuan tidak perlu dicakup dalam penilaian di

(26)

kelas. Namun demikian, guru tetap dapat mencatat hal-hal tersebut sebagai bahan dalam melakukan analisis dan umpan balik hasil penlaian.

2. Berkelanjutan (Continuous).

Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun pelajaran. Rangkaian aktivitas penilaian kelas yang dilakukan guru melalui pemberian tugas, pekerjaan rumah (PR), ulangan harian, ulangan tengah dan akhir semester, serta akhir tahun pelajaran merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu tahun pelajaran.

3. Didaktis.

Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non-tes harus dirancang baik isi, format, maupun tata letak (lay out) dan tampilannya agar peserta didik menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Perancangan bahan penilaian yang kreatif dan menarik dapat mendorong peserta didik untuk menyelesaikan tugas penilaian, baik yang bersifat individual mapun kelompok dengan penuh antusias dan menyenangkan. Alat penilaian kelas seperti ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik lebih dalam dan dorongan belajar lebih kuat.

4. Menggali Informasi.

Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik, dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas. Acuan sederhana yang dapat digunakan guru adalah prinsip "sedikit-tapi-banyak" (less-is-more). Prinsip ini dimaksudkan agar guru melakukan penilaian dengan cakupan materi dan kemampuan yang tidak terlalu banyak tetapi informasi yang diperoleh dari hasil penilaian tersebut sangat dalam dan luas. Oleh

(27)

karenanya, bentuk soal dan penugasan yang terbuka, seperti soal uraian dan pemecahan masalah sangat dianjurkan untuk ulangan harian yang disiapkan guru. Sebaliknya, bentuk soal lebih tertutup, seperti pilihan ganda dan uraian terstruktur, lebih dianjurkan untuk penilaian yang materinya bersifat luas dan komprehensif seperti pada ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.

5. Melihat yang benar dan yang salah.

Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja peserta didik secara seksama untuk melihat kesalahan yang secara umum terjadi pada peserta didik dan sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan siswa. Hal-hal positif tersebut dapat berupa, misalnya, jawaban benar yang diberikan peserta didik di luar perkiraan atau cakupan yang ada pada guru. peserta didik yang memiliki kelebihan kecerdasan, pengetahuan, dan pengalaman sangat mungkin memberikan jawaban dan penyelesain masalah yang tidak tersedia pada bahan yang diajarkan di kelas. Demikian juga, melihat pola kesalahan yang umum dilakukan peserta didik dalam menjawab dan menyelesaikan masalah untuk materi serta kompetensi tertentu sangat membantu guru dalam melakukan perbaikan dan penyesuaian program belajar mengajar. Analisis terhadap kesalahan jawaban dan penyelesaian masalah yang diberikan peserta didik sangat berguna untuk menghindari terjadinya miskonsepsi dan ketidakjelasan dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya memberikan penekanan terhadap kesalahan-kesalahan yang bersifat umum tersebut.

Keterkaitan Penilaian Kelas dan Proses Belajar Mengajar

Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses belajar mengajar (PBM). Demikian pula, PBM akan berjalan efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif oleh guru. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian harus dipahami sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar agar sesuai dengan

(28)

yang diharapkan. Keterkaitan dan keterpaduan antara penilaian dan PBM dapat digambarkan pada siklus di bawah ini.

Gambar 1 : Siklus PBM dan

Penilaian

Pada gambar 1 di atas tampak jelas bahwa langkah yang dilakukan dalam rangkaian aktivitas pengajaran meliputi penyusunan rencana mengajar, proses belajar mengajar, penilaian, analisis dan umpan balik. Dalam siklus pembelajaran, hal pertama yang harus dilakukan guru adalah menyusun rencana mengajar. Dalam menyusun rencana mengajar ini hal-hal yang harus dipertimbangkan meliputi rincian kompetensi yang harus dicapai siswa, cakupan dan kedalaman materi, indikator pencapaian kompetensi, pengalaman belajar yang harus dilalui siswa, persyaratan sarana belajar yang diperlukan, dan teknik serta prosedur untuk menilai ketercapaian kompetensi.

Setelah rencana mengajar tersusun dengan baik, guru melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana tersebut. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses belajar mengajar ini adalah terjalinnya interaksi yang efektif antara guru, siswa, dan sumber belajar lainnya sehingga menjamin terjadinya pengalaman belajar yang mengarah ke penguasaan kompetensi oleh siswa. Untuk mengetahui dengan pasti ketercapaian kompetensi dimaksud, guru harus melakukan penilaian secara terarah dan terprogram. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan

Rencana Pembelajaran Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Umpan Balik

(29)

menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar. Untuk itu, penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang perlu dilakukan dalam perencanaan proses belajar mengajar berikutnya.

Dengan demikian, rencana mengajar yang disiapkan guru untuk siklus PBM berikutnya harus didasarkan hasil dan umpan balik penilaian sebelumnya. Jika ini dilakukan, maka kegiatan belajar mengajar yang dilakukan s e p a n j a n g semester dan tahun pelajaran merupakan rangkaian dari siklus PBM y a n g saling bersambung. Pembelajaran secara tuntas dan pencapaian k o m p e t e n s i dapat dijamin apabila siklus PBM yang satu terkait dengan siklus P B M berikutnya.

(30)

BAB III

JENIS, PRINSIP, PENDEKATAN, DAN KARAKTERISTIK PENILAIAN HASIL BERLAJAR KURIKULUM 2013

A. Jenis Penilaian Hasil Belajar

Penilaian dalam Kurikulum 2013 menekankan pada penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) yang dalam pelaksanaannya dapat menggunakan beberapa jenis penilaian hasil belajar yang dapat dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Jenis penilaian yang dimaksud meliputi ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah.

1. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik

2. Ulangan Harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur proses pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih dalam proses pembelajaran.

3. Ulangan Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 - 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. 4. Ulangan Akhir Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester ganjil. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

5. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk

(31)

mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut

6. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut

7. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional 8. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian

kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan

B. Prinsip Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar peserta didik dalam Kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada sejumlah prinsip sebagai berikut: 1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi

faktor subjektivitas penilai

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya

(32)

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru C. Pendekatan Penilaian Hasil Belajar

Penilaian pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan dan ketuntasan belajar.

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP), semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

2. Ketuntasan Belajar, ditentukan dengan kriteria minimial ideal sebagai berikut:

Untuk KD pada KI-III dan KI-IV, seorang peserta didik dinyatakan belum tuntas belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai < 75 dari hasil tes formatif; dan dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai > 75 dari hasil tes formatif.

Untuk KD pada KI-I dan KI-II, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai > 75 dari hasil tes formatif.

Untuk KD pada KI-I dan KI-II, ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-I dan KI-II untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada kategori baik menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Implikasi dari kriteria ketuntasan belajar tersebut adalah sebagai berikut:

Untuk KD pada KI-III dan KI-IV: Jika jumlah peserta didik yang mengikuti remedial maksimal 20%, maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian bimbingan secara individual, misalnya bimbingan perorangan oleh guru dan tutor sebaya;

(33)

Untuk KD pada KI-III dan KI-IV: Jika jumlah peserta didik yang mengikuti remedial lebih dari 20% tetapi kurang dari 50%, maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian tugas terstruktur baik secara kelompok dan tugas mandiri. Tugas yang diberikan berbasis pada berbagai kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan meningkatkan kemampuan peserta didik mencapai kompetensi dasar tertentu;

Untuk KD pada KI-III dan KI-IV: Jika jumlah peserta didik yang mengikuti remedial lebih dari 50%, maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian pembelajaran ulang secara klasikal dengan model dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif berbasis pada berbagai kesulitan belajar yang dialami peserta didik yang berdampak pada peningkatan kemampuan untuk mencapai kompetensi dasar tertentu;

Untuk KD pada KI-III dan KI-IV: bagi peserta didik yang memperoleh nilai 75 atau lebih dari 75 diberikan materi pengayaan dan kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya ke kompetensi dasar berikutnya; dan

 Untuk KD pada KI-I dan KI-II, pembinaan terhadap peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan orang tua). D. Karakteristik Penilaian Kurikulum 2013

Pelaksanaan penilaian Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut :

1. Belajar Tuntas (mastery learning)

Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI III dan KI IV), bagi peserta didik yang belum tuntas belajar pada kompetensi dasar tertentu, tidak diperkenankan melanjut pada kompetensi dasar berikutnya, sebelum memenuhi kriteria ketuntasan indikator nilai yang telah ditetapkan sebelumnya dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat belajar apa pun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda.

(34)

Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.

2. Otentik

Memandang penilaian dan pembelajaran berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara holistik, maka penilaian otentik sangat urgen dalam implementasi Kurikulum 2013. Penilaian otentik menuntut peserta didik mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilannya untuk menyelesaikan masalah nyata. Guru merancang masalah nyata yang bermakna dan menunjukkan kebermanfaatan ilmu pengetahuan yang dipelajari peserta didik dalam kehidupan nyata, bukan dunia sekolah. Penilaian otentik menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

3. Berkesinambungan

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, atau Ulangan Kenaikan Kelas).

4. Berdasarkan Acuan Kriteria

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya KKM (kriteria ketuntasan minimal), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing.

5. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, partisipasi, dan penilaian diri. Serta teknik lain yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai.

(35)

Karakteristik Penilaian Hasil Belajar pada Satuan Pendidikan 1. Satuan Pendidikan Dasar: SD

Karakteristik penilaian hasil belajar pada satuan pendidikan dasar, adalah sebagai

berikut :

Standar Kompetensi Lulusan SD untuk domain sikap memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap, beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Standar Kompetensi Lulusan SD untuk domain pengetahuan memiliki

pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Standar Kompetensi Lulusan SD untuk domain keterampilan memiliki

kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret, terkait dengan yang ditugaskan kepadanya sesuai dengan apa yang dipelajari di sekolah.

 Menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif, yaitu suatu

pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

 Pengintegrasian dalam pembelajaran tematik dilakukan dalam dua hal, yaitu

integrasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.

 Berbagai konsep dasar dirajut dengan tema sehingga peserta didik tidak belajar

konsep dasar secara parsial.

 Pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti

tercermin pada berbagai tema yang tersedia.

(36)

dengan yang ditugaskan kepadanya sesuai dengan apa yang dipelajari di sekolah.

Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas

I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

Penilaian dilakukan secara utuh dan menyeluruh terhadap semua aspek

pembelajaran, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap/nilai.

Kegiatan penilaian harus sudah direncanakan bersamaan dengan kegiatan

penyusunan program semester dan dilaksanakan sesuai dengan program yang

telah disusun.

Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing

kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.

Penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil

belajar siswa.

Hasil karya/kerja peserta didik dapat digunakan sebagai bahan masukan guru

dalam mengambil keputusan.

2. Satuan Pendidikan Dasar: SMP

Karakteristik penilaian hasil belajar pada satuan pendidikan dasar:SMP adalah sebagai berikut

Standar Kompetensi Lulusan SMP untuk domain sikap memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap, beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam, dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya .

Standar Kompetensi Lulusan SMP untuk domain keterampilan memiliki

kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret terkait dengan yang dipelajari di sekolah sesuai dengan yang dipelajari di

(37)

di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut pandang /

teori

Standar Kompetensi Lulusan SMP untuk domain pengetahuan memiliki

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak nyata seperti beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.

 Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan sebagai

mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu

 Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pendidikan

berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.

 Proses pembelajaran aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses

pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan pengamatan, menanya, asosiasi, menyaji, dan berkomunikasi

 Bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan

hasil belajar

 Pendidik perlu melakukan pengamatan lebih jelas kemajuan peserta didiknya

mengingat kompetensi yang diharapkan dari proses pembelajaran ini adalah kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

 Pengukuran kompetensi sikap dan keterampilan membutuhkan pengamatan yang

lebih lama dibandingkan dengan pengukuran kompetensi pengetahuan.

 Penilaian untuk ketiga macam kompetensi ini harus berdasarkan penilaian proses

dan hasil, antara lain melalui sistem penilaian otentik yang tentunya membutuhkan waktu penilaian yang lebih lama

(38)

3. Satuan Pendidikan Menengah : SMA

Karakteristik penilaian hasil belajar pada satuan pendidikan menengah:SMA adalah

sebagai berikut

Standar Kompetensi Lulusan SMA untuk domain sikap memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap, beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam, serta menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Standar Kompetensi Lulusan SMA untuk domain pengetahuan memiliki

pengetahuan konseptual, prosedural dan metakognitif dalam Ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian.

Standar Kompetensi Lulusan SMA untuk domain keterampilan memiliki

kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah dari berbagai sumber berbeda dalam informasi dan sudut pandang/teori yang dipelajarinya di sekolah, masyarakat, dan belajar mandiri

(39)

BAB IV

TEKNIK PENILAIAN HASIL BELAJAR KURIKULUM 2013

Berbagai teknik penilaian dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar, sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai. Penilaian kompetensi dilakukan melalui pengukuran indikator-indikator pada setiap kompetensi dasar. Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil relajar, baik pada domain kognitif, afektif, maupun psikomotor

Metode penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang meliputi ranah sikap meliputi observasi, penilaian diri dan penilaian antar teman serta jurnal. Untuk ranah pengetahuan meliputi tes tertulis dan lisan serta penugasan. Sedangkan untuk ranah keterampilan meliputi tes praktek atau penilaian kinerja, projek atau portofolio.

1. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri

3. Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik

Referensi

Dokumen terkait

psikologis yang dialami tokoh utama Fujii serta untuk mengungkapkan gangguan.. psikologis apa yang dialami tokoh utama tersebut dengan

Besarnya rugi-rugi d.aya pad.a kar*ai petral testu tergan - tung kepada besar:rya arus yang ueagal-ir pad.a kawat d.an.. tahanan kawat tersebui, semeatara besaraya

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi bahan pengikat CMC-Na terhadap sifat fisik tablet esktrak etanolik seledri yang dibuat dengan metode

Sekarang di dalam view terdapat file artikel.php, kita paste bagian konten yang telah kita ambil dari index.php ke artikel.php sehingga isi file

GANGGUAN RASA NY ASA NYAMAN (NYERI) PADA P AMAN (NYERI) PADA PASIEN “Ny.. A” A” DENGAN DENGAN POST HEMOROIDEKTOMI

”Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Oppo Pada Mahasiswa Politeknik MBP (Mandiri Bina Prestasi) Medan”.. Penulis

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Erik Adi Subagja

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan suatu keputusan, permohonan