• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SWASTA SEBELUM DAN SESUDAH DIAKUISISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SWASTA SEBELUM DAN SESUDAH DIAKUISISI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SWASTA SEBELUM

DAN SESUDAH DIAKUISISI

Putu Ayu Anggraeni Roesady ayuanggraeni169@yahoo.com

Suwitho

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the difference in financial performance between the National Private Commercial Bank of Foreign Exchange before and after the ownership dominated by the foreign ownership in Indonesia. The objects of this research are using in 4 (four) National Private Bank of Foreign Exchange dominantly owned by foreign ownership between 2006 and 2008, there are CIMB Niaga Bank, Bank ICB Bumi putera, Bank Nusantara Parahyangan and OCBC NISP Bank. This research uses a paired sample of T-test analyzes with a P Value of 5%. The ratio uses to compare in this research is based on CAMEL factors consisting of: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE ), Operational Cost to Operating Income (BOPO) and the Loan to Deposit Ratio (LDR). The results of this study indicate the ratio of RORA, NPM, ROA, BOPO and LDR have no difference performance before and after dominated of ownership by the foreigners. On the other hand, the CAR and ROE have a significant difference before and after dominated of ownership by the foreigners. It suggests that capital adequacy and efficiency of the bank's capital is better after dominated by the foreign ownership. However, asset quality, management quality, and bank operation have no different after dominated by the foreign ownership.

Keywords: financial performance, CAMEL, the national private commercial bank of foreign exchange, paired sample t-test

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebelum dan sesudah didominasi oleh kepemilikan asing di Indonesia. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 (empat) Bank Swasta Nasional Devisa yang didominasi pemilik asing antara tahun 2006 hingga tahun 2008, diantaranya Bank CIMB Niaga, Bank ICB Bumiputera, Bank Nusantara Parahyangan dan Bank OCBC NISP.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sample T-test dengan p value sebesar 5%. Rasio yang digunakan untuk membandingkan penelitian ini didasari dari faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari :

Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Biaya Operasinal terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposits Ratio (LDR). Hasil penelitian ini menunjukkan rasio RORA, NPM, ROA, BOPO dan LDR

tidak ada perbedaan kinerja antara sebelum didominasi dengan sesudah didominasi pemilik asing. Sedangkan untuk CAR dan ROE terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum didominasi dan sesudah didominasi pemilik asing. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan modal dan efisiensi modal bank lebih baik setelah didominasi pemilik asing. Namun kualitas aktiva, kualitas manajemen, dan operasional bank tidak berbeda dari sebelum didominasi pemilik asing.

Kata kunci : kinerja keuangan, CAMEL, bank umum swasta nasional devisa, paired sample t-test

PENDAHULUAN

Bisnis perbankan di Indonesia di era tahun 1960-an dan 1970-an merupakan bisnis yang belum begitu terkenal. Kesan bank masih “angker” karena bank tidak perlu mencari nasabah, tetapi sebaliknya nasabah yang datang mencari bank (Kasmir, 2003:3)

(2)

Perbankan Indonesia telah memiliki rangkaian sejarah yang cukup panjang. Sejak masa pemerintahan kolonial, telah banyak berdiri bank-bank asing baik dari Negara Belanda maupun negara asing lainnya serta beberapa bank lokal. Bahkan pada masa pergerakan nasional juga muncul beberapa bank yang bernuansa semangat nasional. Memasuki masa kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mulai mendirikan bank-bank pemerintah seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Industri Negara (BIN), dan Bank Tabungan Pos. Selain bank-bank pemerintah, pada masa itu juga telah beroperasi beberapa bank swasta nasional, bank-bank asing (termasuk DJB), lumbung desa, bank desa, dan yayasan kredit. Seluruh bank tersebut, baik bank pemerintah maupun swasta, terus berkembang hingga masa-masa selanjutnya.

Adanya paket 27 Oktober 1988 (PAKTO 1988) yang isinya mendorong perkembangan perbankan, antara lain melalui kemudahan-kemudahan mendirikan bank baru, membuka kantor cabang baru serta ijin pembukaan kantor bank asing di beberapa ibu kota propinsi di Indonesia, menjadikan bank tumbuh pesat di tanah air. Hal ini dapat terlihat dari jumlah bank per Juni 1997 lebih kurang 239 bank yang terdiri dari Bank Pemerintah, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran serta Bank Pembangunan Daerah (BPD). Bahkan secara keseluruhan peranan perbankan sebagai faktor penggerak perekonomian nasional menunjukkan peningkatan.

Kepemilikan asing di Indonesia sudah mencapai 48,51% dari asset total perbankan Indonesia per akhir 2005. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari kepemilikan pemerintah yang hanya sebesar 37,45%. Kepemilikan asing tidak hanya menyebar dicabang bank asing dan bank campuran saja, tetapi juga mendominasi kepemilikan bank-bank swasta nasional (Djalil, 2006). Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa bank swasta nasional Indonesia pun nantinya dapat didominasi oleh pemilik dari Negara lain.

Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannnya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

Isu kepemilikan asing di perbankan Indonesia kembali muncul setelah Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan BI Nomor 14/ 8 /PBI/2012 tanggal 13 Juli 2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum. Peraturan ini tidak mengubah peta perbankan Indonesia yang saat ini sebagian besar dikuasai asing. Peraturan itu mengatur kepemilikan asing di saham bank nasional dengan mengaitkan tingkat kesehatan bank dan praktik Good Corporate Governance (GCG). Selama praktek GCG baik dan tingkat kesehatan bank baik, asing masih boleh menggenggam saham bank Indonesia hingga 99%.

Pada regulasi tersebut hanya ditulis, kepemilikan 40 persen dari modal bank untuk pemegang saham badan hukum lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Sementara, untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum bukan lembaga keuangan, besarannya 30 persen. Sedangkan untuk kategori pemegang saham perorangan pada bank umum konvensional, batasnya 20 persen dari modal bank. Khusus batas maksimum kepemilikan saham untuk kategori pemegang saham perorangan pada bank umum syariah, besarannya 25 persen dari modal bank.

Namun apabila ada institusi perbankan baik asing maupun lokal yang ingin memiliki saham bank di atas batas yang ditentukan, tetap diperkenankan atas izin dari Bank Indonesia. Selama ini pun, perpindahan kepemilikan perbankan atas izin dari BI, seperti rencana DBS Holdings yang ingin menguasai Bank Danamon.

Hasilnya, kepemilikan asing di perbankan Indonesia pun makin mantap. Bahkan dari sisi aset, dari sepuluh bank terbesar di Indonesia, enam tempat diisi oleh bank yang dimiliki oleh pemodal asing misalnya; BCA (Mauritius), CIMB Niaga (Malaysia), Danamon

(3)

(Singapura), Panin (Australia), Permata (Inggris), BII (Malaysia). Sisanya ditempati oleh bank plat merah. Di sinilah asing memiliki peluang baru untuk masuk ke pasar Indonesia yang eksotis. Dengan ukuran jumlah penduduk yang besar, kelas menengah terus tumbuh, perekonomian yang baik, plus masih 49 persen masyarakat belum tersentuh layanan perbankan.

Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah : Apakah terdapat perbedaan kinerja antara Bank Umun Swasta Nasional Devisa sebelum dan sesudah didominasi oleh kepemilikan asing di Indonesia?

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kali ini adalah : untuk mengetahui perbedaan kinerja antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebelum dan sesudah didominasi oleh kepemilikan asing di Indonesia.

TINJAUAN TEORETIS Pengertian Bank

Menurut Kasmir (2004:8) pada awalnya bank hanya dikenal sebagai meja tempat menukar uang, lalu semakin berkembang menjadi tempat penyimpanan uang dan seterusnya. Dengan semakin berkembangnya dunia perbankan maka pengertian bank pun ikut berubah. Kasmir (2004:8) menyebutkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberi jasa-jasa bank lainnya.

Jenis Bank

Taswan (2010:8) menyebutkan jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

1. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, terdiri dari : a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

2. Jenis bank dilihat dari fungsinya,terdiri dari : a. Bank Komersial

b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan

3. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya : a. Bank Pemerintah Pusat,

b. Bank Pemerintah Daerah c. Bank Swasta Nasional d. Bank Swasta Asing e. Bank Swasta Campuran

4. Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa : a. Bank Devisa

b. Bank Non Devisa

5. Jenis bank berdasarkan dominasi pangsa pasarnya : a. Retail Banking

b. Wholesale Banking Kegiatan Usaha Bank

Menurut Martono (2002:24) mengemukakan kegiatan bank di Indonesia terutama kegiatan bank umum adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)

Menghimpun dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya

(4)

merupakan kagiatan penunjang dari kegiatan pokok tersebut. Pengertian menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilaksanakan oleh bank melalui berbagai strategi agar masyarakat tertarik dan mau menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank. Alternatif simpanan yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah simpanan dalam bentuk giro, tabungan, sertifikat deposito serta deposito berjangka di mana masing-masing jenis produk tersebut memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri. Kegiatan penghimpunan dana ini disebut funding.

2. Menyalurkan dana kepada masyarakat (lending)

Menyalurkan dana berarti melemparkan kembali dana yang telah dihimpun melalui simpanan giro, tabungan dan deposito kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (lanable fund) bagi bank konvensional atau pembiayaan bagi bank syariah. Bagi bank konvensional dalam memberikan pinjaman di samping dikenakan bunga, juga dikenakan jasa pinjaman bagi penerima pinjaman (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service)

Jasa-jasa bank lainnya merupakan jasa pendukung kegiatan bank. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan penyimpanan dan penyaluran kredit.

Akuisisi

Menurut Moin (2004:8) akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer) sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquire) tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan pihak yang diakuisisi. Yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk :

1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan. 2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.

3. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi.

Menurut Moin (2004:13) alasan perusahaan melakukan akuisisi adalah ada “manfaat lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat akuisisi antara lain adalah :

1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.

2. Memperoleh kemudahan dana / pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.

3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5. Memperoleh system operasional dan administratif yang mapan.

6. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru. 7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.

Analisis Rasio dan Kinerja

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562) menyatakan CAMEL pada dasarnya merupakan metode penilaian kesehatan bank, yang meliputi 5 kriteria yaitu :

1. Capital Adequacy adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Perhitungan dengan

(5)

risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamannya. Berdasarkan Pakfeb 1991, perbankan diwajibkan memenuhi Kewajiban Penyertaan Modal Minimum, atau dikenal dengan CAR (Capital Adequacy Ratio), yang diukur dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of Internasional Settlements (BIS) terhadap seluruh bank di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR.

Mengingat keterbatasan data laporan keuangan bank yang ada terutama komponen – komponen untuk menghitung ATMR, maka tidak dapat dilakukan perhitungan besarnya ATMR, oleh karena itu untuk menghitung rasio ini digunakan rumus dari Hampel & Simonson (1999:84) sebagai berikut :

CAR = Modal Bank X 100% Total Aktiva

2. Assets quality menunjukkan kualitas asset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan atau macet. Pembedaan tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian yang terjadi. Berdasarkan Pakfeb 1991, bank wajib membentuk cadangan tersebut sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif.

Mengingat data yang dikumpulkan dari laporan publikasi informasi yang didapat sangat terbatas, maka kualitas asset ini diproksikan dengan Return On Risked Asset (RORA) (Merkusiwati, 2007).

RORA = Laba setelah pajak X 100% Aktiva berisiko

3. Management quality menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Berdasarkan Pakfeb 1991, manajemen suatu bank diwajibkan mengelola banknya dengan baik sesuai dengan peraturan di bidang perbankan yang berlaku agar bank tersebut sehat. Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian kualitatif terhadap manajemen yang mencakup beberapa komponen. Komponen tersebut terdiri dari manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas yang keseluruhannya meliputi 250 aspek. Manajemen bank dapat diklasifikasikan sebagai sehat apabila sekurang-kurangnya telah memenuhi 81% dari seluruh aspek tersebut. Aspek manajemn pada penelitian kinerja bank ini tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit margin (Merkusiwati, 2007)

NMP = Laba Bersih X 100%

(6)

4. Earning menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank yang diukur dengan dua rasio yang berbobot sama. Penilainnya dapat dilakukan dengan komponen-komponen berikut :

a. Return On Asset (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Standar ROA yang ditetapkan Bank Indonesia agar bank tersebut dinyatakan sehat adalah diatas atau sama dengan 1,5%. Rasio ini dihitung dengan rumus :

ROA = Laba sebelum pajak X 100% Total Aktiva

b. Return On Equity (ROE)

Return on equity menunjukkan efisiensi penggunaan modal yang dimiliki bank dalam menghasilkan laba bersih. Rasio ini merupakan indikator pengembalian laba bersih yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan dalam rasio berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank, yang membuat para pemegang saham dan para investor ingin membeli saham tersebut. Nilai standar ROE yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah diatas atau sama dengan 12% agar bank tersebut dinyatakan sehat. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus :

c. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha uatam bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus :

BOPO = Biaya (Beban) Operasional X 100% Pendapatan Operasional

5. Liquidity menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Berdasarkan Pekfeb 1991, bank wajib memelihara likuiditasnya yang didasarkan pada dua rasio dengan bobot yang sama.

Tingkat likuiditas bank salah satunya dengan menggunakan Loan to Deposit Rasio

(LDR). Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali

ROE = Laba setelah pajak X 100% Modal sendiri

(7)

penarikan dana oleh deposits dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang disalurkan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari rasio LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 80% dan 100% (Dendawijaya, 2005:117). Rasio ini dirumuskan dengan :

LDR = Jumlah Kredit yang Diberikan X 100%

Total Dana Pihak Ketiga

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Sutjipto (2009) mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa Milik Lokal dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang didominasi pemilik asing di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kinerja bank sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing pada rasio RORA, NPM, BOPO, dan

LDR, sedangkan tidak terdapat perbedaan untuk CAR, ROA dan ROE. Kemudian ketika dibandingkan antara kinerja bank milik lokal dan bank yang didominasi pemilik asing terdapat perbedaan pada rasio BOPO dan tidak terdapat perbedaan perbedaan pada rasio

CAR, RORA, NPM, ROA, ROE dan LDR. Sedangkan ketika dibandingkan dengan bank-bank milik lokal ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan, namun bank-bank milik lokal harus meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan operasional bank.

Kirana (2010) meneliti Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia. Setelah dilakukan perbandingan kinerja keuangan antara bank devisa dan bank non devisa periode 2006-2007, ternyata baik ROA, ROE dan LDR tidak memiliki perbedaan. Akan tetapi untuk ROE tahun 2006 terdapat perbedaan dimana perbedaan komposisi modal memiliki pengaruh dalam mendapatkan laba. Ini terbukti pada kemampuan bank non devisa dalam mencapai batas normal ketentuan Bank Indonesia. Pada periode 2006 hanya terdapat 3 dari 16 bank non devisa yang mampu mencapai batas normal

ROE, sedangkan pada bank devisa terdapat 9 dari 16 bank yang mampu mencapai batas normal ROE.

Febryani dan Zulfadin (2003) meneliti Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia. Dengan kondisi perbankan yang sangat dinamis, hasil pengujian saat itu menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tidak terdapat perbedaan kinerja antara bank devisa dan bank non devisa jika dilihat dari ROA, ROE, dan LDR. Hal ini kemungkinan terjadi karena bank devisa tidak secara maksimal memanfaatkan peluang memperoleh laba dari transaksi dengan mempergunakan mata uang asing. Faktor lain adalah besarnya kredit macet yang dimiliki oleh bank devisa akibat melambungnya tingkat suku bunga. Hasil uji statistik untuk tahun 2001 juga menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja antara bank devisa dengan bank non devisa jika dilihat ROA dan ROE. Sedangkan untuk indikator LDR

hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang cukup signifikan antara bank devisa dan bank non devisa. Hal ini disebabkan oleh membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, yang diikuti penurunan tingkat suku bunga perbankan sehingga berdampak positif untuk sektor perbankan.

(8)

Rerangka Pemikiran

Gambar 1

Rerangka Berfikir

Hipotesis

Terdapat perbedaan kinerja antara bank umum swasta nasional devisa sebelum dan

sesudah didominasi pemilik asing.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif yang merupakan tipe penelitian terhadap data-data yang dikumpulkan setelah terjadinya fakta atau peristiwa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum swasta nasional devisa yang terdapat di Indonesia.

Sampel ini ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Merupakan Bank devisa swasta nasional di Indonesia yang memiliki proporsi

kepemilikan asing lebih besar atau sama dengan 50%.

2. Merupakan Bank devisa swasta nasional yang didominasi oleh pemilik asing sejak

tahun 2006 hingga tahun 2008.

3. Merupakan Bank devisa swasta nasional di Indonesia yang masih beroperasi

berturut-turut dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012. Alasan pemilihan periode tersebut adalah karena pada periode tahun 2005-2010 akuisisi semakin banyak terjadi terutama bank kecil oleh bank asing, sementara tahun 2009-2011 merupakan tahun-tahun setelah pemerintah melakukan divestasi saham dari bank-bank rekapitalisasi. Periode tahun 2008 merupakan periode krisis ekonomi di Indonesia tidak dimasukkan dalam periode penelitian karena dapat menimbulkan bias penelitian. Kondisi keuangan sebelum

didominasi pihak asing Kondisi keuangan sesudah didominasi pihak asing

Perhitungan kinerja : 1. CAR 2. RORA 3. NPM 4. ROA 5. ROE 6. BOPO 7. LDR Perhitungan kinerja : 1. CAR 2. RORA 3. NPM 4. ROA 5. ROE 6. BOPO 7. LDR

Bandingkan

Bank Umum Swasta Nasional Devisa

(9)

Teknik Pengumpulan Data

Data berupa laporan keuangan diperoleh dari pusat data refrensi pasar modal PT.

Bursa Efek Indonesia, Direktori Perbankan Indonesia dan situs masing-masing Bank.

Untuk mendapatkan data dalam penyusunan penelitian, penulisan menggunakan

prosedur antara lain :

1.

Library research

/ studi kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui penggalian teori atau

literature serta sumber-sumber yang ada kaitannya dengan pokok pembahasan

pada penelitian.

2.

Field research

/ studi lapangan

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh malalui Bursa Efek Indonesia

serta melalui situs masing-masing Bank dengan cara dokumentasi, yaitu

pengumpulan data dengan mencatat dari dokumen yang ada dalam laporan

keuangan perusahaan yang sesuai dengan penelitian.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah :

1. Capital adequacy ratio (CAR)

2. Return On Risk Assets (RORA)

3. Net Profit Margin (NPM)

4. Return On Assets (ROA)

5. Return On Equity (ROE)

6. Biaya Operasinal terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 7. Loan to Deposits Ratio (LDR)

Sesuai dengan identifikasi yang telah dijabarkan diatas, maka untuk mengetahui kinerja keuangan diperlukan definisi operasional untuk menyesuaikan persepsi mengenai pengertian variabel dalam analisis. Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :

1. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara modal sendiri dengan total aktiva. Perhitungan CAR

ini didapat dari :

CAR = Modal Bank X 100%...(1) Total Aktiva

2. Return On Risk Assets (RORA) merupakan proksi dari penilaian kualitas aktiva, yang mengukur kemampuan bank dalam berusaha mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara laba setelah pajak terhadap aktiva berisiko. Perhitungan RORA didapat dari :

RORA = Laba setelah pajak X 100%...(2) Aktiva berisiko

(10)

3. Net Profit Margin (NPM) merupakan proksi dari penilaian kualitas manajemen. Rasio ini didapat dengan membandingkan antara laba bersih dengan pendapatan oparasional. Perhitungan NMP didapat dari :

NMP = Laba Bersih X 100%...(3) Pendapatan Operasional

4. Return On Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini didapat dengan membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva. Perhitungan ROA

didapat dari :

ROA = Laba sebelum pajak X 100%...(4) Total Aktiva

5. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu risiko untuk menilai aspek earning. Rasio ini dihitung dari perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri. Perhitungan ROE didapat dari :

6. Biaya Operasinal terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan pengukur tingkar efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Perhitungan BOPO didapat dari :

BOPO = Biaya (Beban) Operasional X 100%...(6) Pendapatan Operasional

7. Loan to Deposits Ratio (LDR) menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposit dengan mengembalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Perhitungan LDR didapat dari :

LDR = Jumlah Kredit yang Diberikan X 100%...(7) Total Dana Pihak Ketiga

Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang diambil untuk melakukan analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Langkah pertama yang terdiri dari :

a. Menghitung CAR dengan menggunakan persamaan (1). b. Menghitung RORA dengan menggunakan persamaan (2). c. Menghitung NPM dengan menggunakan persamaan (3). d. Menghitung ROA dengan menggunakan persamaan (4). e. Menghitung ROE dengan menggunakan persamaan (5). f. Menghitung BOPO dengan menggunakan persamaan (6). g. Menghitung LDR dengan menggunakan persamaan (7). 2. Langkah kedua adalah :

Mendeskripsikan nilai rata-rata setiap Bank umum Swasta Nasional sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing

ROE = Laba setelah pajak X 100%...(5) Modal sendiri

(11)

3. Langkah ketiga adalah :

Mendeskrispsikan kondisi kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebelum dan sesudah didominasi Kepemilikan asing dengan menggunakan Analisis Deskriptif.

4. Langkah keempat adalah :

Menguji hipotesis menggunakan alat uji analisis Paired Sample T-test dengan p value

sebesar dari 5%.

Berikut ini merupakan hipotesis yang akan diuji :

H₀ : Tidak ada perbedaan kinerja keuangan Bank-bank umum swasta nasional devisa antara sebelum didominasi pemilik asing dan setelah didominasi pemilik asing.

H₁ : Ada perbedaan kinerja keuangan Bank-bank umum swasta nasional devisa antara sebelum didominasi pemilik asing dan setelah didominasi pemilik asing.

H₀ akan ditolak dan H₁ diterima jika p value kurang dari α = 5%. Jika p value lebih dari α = 5% maka H₀ akan diterima dan H₁ ditolak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Nilai Rata-Rata Setiap Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Setelah Didominasi Kepemilikan Asing

1. Aspek Capital Adequacy

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa Bank Umum Swasta Nasional Devisa sesudah didominasi pemilik asing memiliki rata-rata CAR lebih besar daripada sebelum didominasi pemilik asing. Bank CIMB Niaga yang sebelum didominasi asing memiliki rata-rata CAR sebesar 8,51% dan setelah didominasi naik menjadi 10,35%. Bank ICB Bumiputera juga memiliki nilai rata-rata yang lebih besar setelah didominasi yaitu 8,17% daripada sebelum didominasi yang hanya sebesar 7,59%. Bank Nusantara Parahyangan yang sebelumnya juga memiliki rata-rata CAR sebesar 6,14%, naik hingga 3,23%. Sedangkan Bank OCBC NISP memiliki nilai rata-rata CAR sebelum didominasi pemilik asing sebesar 8,22% menjadi 8,47% setelah didominasi pemilik asing.

Bank CIMB Niaga yang memiliki nilai CAR tertinggi sebelum didominasi pada tahun 2005 sebesar 9,54% dan nilai CAR terendah pada tahun 2004 sebesar 7,67%. Nilai rata-rata CAR Bank CIMB Niaga pada tahun 2004 berada di bawah ketentuan Bank Indonesia. Sedangkan setelah didominasi nilai rata-rata CAR berada diatas ketentuan Bank Indonesia. Bank ICB Bumiputera memiliki nilai rata-rata CAR yang berada dibawah ketentuan bank Indonesia pada tahun 2003 dan 2004 yaitu sebesar 7,50% dan 7,13%. Sesudah didominasi pemilik asing Bank ICB Bumiputera memiliki nilai rata-rata

CAR diatas ketentuan Bank Indonesia. Bank Nusantara Parahyangan sebelum didominasi pemilik asing selalu berada dibawah batas ketentuan dan sesudah didominasi pemilik asing justru berada diatas ketentuan yang diberikan oleh Bank Indonesia. Berbeda dengan OCBC NISP yang pernah berada dibatas bawah ketentuan saat sebelum didominasi dan sesudah didominasi pemilik asing yaitu pada tahun 2003 dan 2009 sebesar 6,89% dan 4,42%.

(12)

Tabel 1

Nilai-nilai Variabel CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi pemilik asing

(dalam persentase) 2003 2004 2005 Rata-rata 2009 2010 2011 Rata-rata CIMB Niaga 8.32 7.67 9.54 8.51 10.47 9.58 11.01 10.35 ICB Bumiputera 7.50 7.13 8.14 7.59 7.73 8.24 8.54 8.17 Nusantara Parahyangan 6.40 6.25 5.76 6.14 9.48 9.76 8.87 9.37 OCBC NISP 6.89 7.85 9.92 8.22 9.99 4.42 11.01 8.47

Nama Bank Sebelum Didominasi Setelah Didominasi

2. Aspek Assets Quality

Tabel 9 menunjukkan nilai rata-rata RORA sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Bank CIMB Niaga memiliki nilai rata-rata yang lebih baik pada saat sebelum didominasi pemilik asing sebesar 1,64% dan menurun menjadi 1,48% setelah didominasi pemilik asing. Bank ICB Bumiputera juga memiliki nilai rata-rata RORA yang lebih baik sebelum didominasi pemilik asing sebesar 0,55% dan menurun menjadi -0,33% setelah didominasi pemilik asing. Bank Nusantara Parahyangan mengalami penurunan nilai rata-rata RORA dari sebelum didominasi pemilik asing sebesar 0,92% menjadi 0,77% setelah didominasi pemilik asing. Sedangkan Bank OCBC NISP juga mengalami penurunan sebesar 0,19% setelah didominasi pemilik asing, dengan nilai rata-rata sebesar 1,01% sebelum didominasi pemilik asing dan sebesar 0,82% setelah didominasi pemilik asing.

Tabel 2

Nilai-nilai Variabel RORA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi pemilik asing

(dalam persentase) 2003 2004 2005 Rata-rata 2009 2010 2011 Rata-rata CIMB Niaga 1.82 1.99 1.10 1.64 1.27 1.53 1.65 1.48 ICB Bumiputera 0.74 0.78 0.14 0.55 0.10 0.13 -1.21 -0.33 Nusantara Parahyangan 0.94 0.99 0.82 0.92 0.63 0.80 0.90 0.77 OCBC NISP 0.86 1.33 0.85 1.01 0.84 0.57 1.04 0.82

Nama Bank Sebelum Didominasi Setelah Didominasi

3. Aspek Management Quality

Nilai rata-rata NPM (Net Profit Margin) sebelum didominasi pemilik asing lebih rendah dibandingkan setelah didominasi pemilik asing. Tabel 10 menunjukkan nilai rata-rata NPM Bank CIMB Niaga sebelum didominasi pemilik asing sebesar 16,95% sedangkan setelah didominasi pemilik asing sebesar 16,45%. Bank ICB Bumiputera sebelum didominasi pemilik asing memiliki nilai rata-rata NPM sebesar 5,07% dan setelah didominasi pemilik asing mengalami penurunan menjadi -2,27%. Bank Nusantara Parahyangan juga mengalami penurunan nilai rata-rata NPM, sebelum didominasi asing nilai rata-rata NPM sebesar 12,65% turun hingga 3,19%. Bank OCBC NISP memiliki nilai rata-rata NPM sebelum didominasi sebesar 12,39% dan setelah didominasi memilik nilai rata-rata NPM sebesar 11,66%

(13)

Tabel 3

Nilai-nilai Variabel NPM pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi pemilik asing

(dalam persentase) 2003 2004 2005 Rata-rata 2009 2010 2011 Rata-rata CIMB Niaga 15.99 21.58 13.26 16.95 12.28 18.44 18.63 16.45 ICB Bumiputera 6.27 7.36 1.57 5.07 0.93 1.34 -9.07 -2.27 Nusantara Parahyangan 12.31 14.57 11.07 12.65 7.21 10.45 10.71 9.46 OCBC NISP 10.17 17.70 9.30 12.39 11.28 8.15 15.56 11.66

Nama Bank Sebelum Didominasi Setelah Didominasi

4. Aspek Earning

a. Return On Assets (ROA)

Berdasarkan tabel 11, tidak semua Bank Umum Swasta Nasional Devisa mengalami penurunan nilai rata-rata ROA setelah didominasi pemilik asing. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang mengalami penurunan setelah didominasi pemilik asing adalah Bank ICB Bumiputera, Bank Nusantara Parahyangan dan Bank OCBC NISP yang memilik nilai rata-rata sebelum didominasi pemilik asing berturut-turut sebesar 0,92%, 1,58% dan 1,67%. Sedangkan nilai rata-ratanya setelah didominasi pemilik asing adalah sebesar -0,45%, 1,22% dan 1,37%. Bank CIMB Niaga memiliki nilai rata-rata yang lebih baik setelah didominasi pemilik asing sebesar 2,34% dari nilai rata-rata ROA sebelum didominasi pemilik asing yang hanya sebesar 2,04%.

Bank CIMB Niaga memiliki nili rata-rata ROA yang selalu diklasifikasikan sehat saat sebelum didominasi dan sesudah didominasi pemilik asing. Bank ICB Bumiputera dapat diklasifikasikan tidak sehat pada tahun 2005 karena memiliki nilai

ROA 0,23% (dibawah 1,2%) dan setelah didominasi pemilik asing juga selalu diklasifikasikan tidak sehat karena memiliki nilai ROA yang berada dibawah 1,2%. Bank Nusantara Parahyangan saat sebelum didominasi dan sesudah didominasi pemilik asing selalu diklasifikasikan sehat karena memiliki nilai ROA diatas atau sama dengan 1,2%. Bank OCBC NISP justru selalu diklasifikasikan sehat saat sebelum didominasi pemilik asing, namun sesudah didominasi pemilik asing pada tahun 2010 nilai ROAnya berada dibawah 1,2% yaitu sebesar 0,96%.

Tabel 4

Nilai-nilai Variabel ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi pemilik asing

(dalam persentase) 2003 2004 2005 Rata-rata 2009 2010 2011 Rata-rata CIMB Niaga 1.88 2.45 1.79 2.04 2.02 2.36 2.63 2.34 ICB Bumiputera 1.27 1.26 0.23 0.92 0.16 0.20 -1.71 -0.45 Nusantara Parahyangan 1.58 1.72 1.43 1.58 1.06 1.20 1.40 1.22 OCBC NISP 1.45 2.12 1.45 1.67 1.48 0.96 1.68 1.37

Nama Bank Sebelum Didominasi Setelah Didominasi

b. Return On Equity (ROE)

Berdasarkan tabel 12 nilai rata-rata ROE Bank Umum Swasta Nasional Devisa sesudah didominasi pemilik asing mengalami penurunan. Bank CIMB Niaga dan Bank ICB Bumiputera mengalami penurunan sebesar 5,13% dan 7,09%. Bank Nusantara Parahyangan sebelum didominasi pemilik asing memiliki nilai rata-rata sebesar 17,99% dan setelah didominasi menjadi sebesar 9,62%. Sedangkan Bank

(14)

OCBC NISP memiliki nilai rata-rata ROE sebelum didominasi sebesar 15,59% menurun menjadi sebesar 12,76%.

Tabel 5

Nilai-nilai Variabel ROE pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi pemilik asing

(dalam persentase) 2003 2004 2005 Rata-rata 2009 2010 2011 Rata-rata CIMB Niaga 23.66 27.94 13.77 21.79 14.05 18.63 17.29 16.66 ICB Bumiputera 11.59 12.41 2.01 8.67 1.40 18.63 -15.30 1.58 Nusantara Parahyangan 17.31 19.32 17.35 17.99 7.96 9.21 11.69 9.62 OCBC NISP 15.96 20.63 10.16 15.59 10.54 16.33 11.42 12.76

Sebelum Didominasi Setelah Didominasi

Nama Bank

c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Tabel 13 menunjukkan nilai rata-rata BOPO sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing mengalami kenaikan dan penurunan. Bank CIMB Niaga dan Bank OCBC NISP memiliki nilai rata-rata BOPO sebelum didominasi pemilik sebesar 83,39% dan 81,71% lebih besar jika dibandingkan setelah didominasi pemilik asing yang menurun sebesar 74,09% dan 81,32%. Sedangkan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang mengalami kenaikan nilai rata-rata setelah didominasi pemilik asing adalah Bank ICB Bumiputera dan Bank Nusantara Parahyangan, yang mengalami kenaikan sebesar 5,43% dan 2,37%.

Tabel 6

Nilai-nilai Variabel BOPO pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi pemilik asing

(dalam persentase) 2003 2004 2005 Rata-rata 2009 2010 2011 Rata-rata CIMB Niaga 88.48 79.30 82.38 83.39 82.77 68.56 70.93 74.09 ICB Bumiputera 87.93 83.98 97.33 89.74 90.71 89.11 105.69 95.17 Nusantara Parahyangan 84.04 74.62 91.10 83.25 89.14 82.08 85.65 85.62 OCBC NISP 84.44 75.93 84.77 81.71 84.24 84.59 75.13 81.32

Sebelum Didominasi Setelah Didominasi

Nama Bank

5. Aspek Liquidity

Berdasarkan tabel 14 nilai rata-rata LDR Bank Umum Swasta Nasional Devisa setelah didominasi mengalami kenaikan dan penurunan daripada sebelum didominasi pemilik asing. Bank CIMB Niaga, Bank Nusantara Parahyangan dan Bank OCBC NISP memiliki nilai rata-rata LDR sebelum didominasi sebesar 79,08%, 48,53% dan 76,64% naik menjadi sebesar 91,50%, 78,99% dan 120,91%. Sedangkan Bank ICB Bumiputera mengalami penurunan sebesar 1,23%.

Bank CIMB Niaga sebelum didominasi pemilik asing pada tahun 2003 memiliki nilai

LDR sebesar 71,40% yang berada dibawah nilai wajar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan sesudah didominasi pemilik asing selalu berada diatas nilai wajar yang telah ditentukan. Bank ICB Bumiputera memiliki nilai LDR yang selalu berada diatas batas wajar yang telah ditetapkan baik sebelum didominasi dan sesudah didominasi pemilik asing. Bank Nusantara Parahyangan justru selalu berada dibawah

(15)

batas wajar, kecuali pada saat sesudah didominasi pemilik asing pada tahun 2011 yang memiliki nilai LDR sebesar 84,10%. Hal yang sama juga terjadi pada Bank OCBC NISP yang hanya memilik nilai wajar pada tahun 2011 sebesar 85,50%.

Tabel 7

Nilai-nilai Variabel LDR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi pemilik asing

(dalam persentase) 2003 2004 2005 Rata-rata 2009 2010 2011 Rata-rata CIMB Niaga 71.40 82.43 83.40 79.08 96.04 85.16 93.28 91.50 ICB Bumiputera 95.80 82.72 81.25 86.59 90.26 83.57 82.25 85.36 Nusantara Parahyangan 39.13 50.47 55.98 48.53 73.13 79.73 84.10 78.99 OCBC NISP 77.61 75.75 76.56 76.64 70.44 78.42 85.50 78.12

Nama Bank Sebelum Didominasi Setelah Didominasi

Deskripsi Kondisi Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Setelah Didominasi Kepemilikan Asing

1. Aspek Capital Adequacy

Berdasarkan perhitungan deskriptif dari rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) pada tabel 15, dapat dilihat nilai rata-rata CAR setelah didominasi pemilik asing sebesar 9,09 % lebih besar dari sebelum didominasi pemilik asing yang sebesar 7,61%. Dilihat dari perhitungan rata-rata ini terdapat perbedaan antara rasio CAR

sebelum didominasi pemilik asing dan sesudah didominasi pemilik asing. Dari hasil analisis deskriptif ini dapat disimpulkan bahwa CAR setelah didominasi pemilik asing lebih baik dibandingkan CAR sebelum didominasi oleh pemilik asing.

Tabel 8

Descriptive Statistics CAR sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 12 5.76 9.92 7.6142 1.25785

Sesudah 12 4.42 11.01 9.0917 1.80051

Valid N (listwise) 12

2. Aspek Assets Quality

Tabel 16 menunjukkan analisis deskriptif dari data RORA (Return On Risk Assets) sebelum dan setelah didominasi oleh pemilik asing. Sebelum didominasi pemilik asing diketahui bahwa nilai rata-rata RORA sebesar 1,03%, sedangkan setelah didominasi oleh pemilik asing nilai rata-rata RORA mengalami penurunan yakni sebesar 0.71%. Nilai rata-rata RORA sebelum didominasi pemilik asing lebih baik daripada setelah didominasi pemilik asing. Hal ini dapat disebabkan oleh aktiva produktif yang semakin bertambah, sehingga dapat mengurangi penutupan risiko yang dapat menyebabkan kerugian.

Tabel 9

Descriptive Statistics RORA sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 12 .14 1.99 1.0300 .49492

Sesudah 12 -1.21 1.79 .7092 .79513

(16)

3. Aspek Management Quality

Nilai rata-rata NPM (Net Profit Margin) sebelum didominasi pemilik asing lebih rendah dibandingkan setelah didominasi pemilik asing. Tabel 17 menunjukkan nilai rata-rata NPM sebelum didominasi sebesar 11,76% sedangkan setelah didominasi pemilik asing sebesar 22,89%. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang cukup besar. Nilai rata-rata NPM sesudah didominasi pemilik asing lebih baik jika dibandingkan dengan nilai rata-rata NPM sebelum didominasi pemilik asing.

Tabel 10

Descriptive Statistics NPM sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing

4. Aspek Earning

a. Return On Assets (ROA)

Berdasarkan tabel 18, ternyata nilai rata-rata ROA sebelum didominasi pemilik asing lebih besar yakni 1,55% daripada nilai rata-rata ROA sesudah didominasi pemilik asing yakni 1,12%. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata ROA sebelum didominasi pemilik asing jauh lebih baik dibandingkan sesudah didominasi pemilik asing.

Tabel 11

Descriptive Statistics ROA sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 12 .23 2.45 1.5525 .54526

Sesudah 12 -1.71 2.63 1.1200 1.16626

Valid N (listwise) 12

b. Return On Equity (ROE)

Berdasarkan tabel 19 menunjukkan bahwa nilai rata-rata ROE sebelum didominasi pemilik asing yakni 16,77%, nilai rata-rata ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata ROE sesudah didominasi pemilik asing yakni 8,74%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata ROE sebelum didominasi pemilik asing lebih baik dibandingkan sesudah didominasi pemilik asing.

Tabel 12

Descriptive Statistics ROE sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 12 2.01 27.94 16.0092 6.77141

Sesudah 12 -15.30 18.63 8.7442 9.33172

Valid N (listwise) 12

c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 12 1.57 21.58 11.7625 5.41420

Sesudah 12 -9.07 187.32 22.8992 52.30226

(17)

Berdasarkan tabel 20, ternyata nilai rata-rata BOPO sesudah didominasi pemilik asing cukup tinggi yakni sebesar 104,84%, nilai rata-rata ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata BOPO sebelum didominasi pemilik asing yakni sebesar 84,53%. Namun kenaikan nilai rata-rata BOPO ini, tidak mencerminkan kondisi Bank yang semakin baik. Hal ini dikarenakan pendapatan operasi yang diterima oleh bank sesudah didominasi pemilik asing tidak sebanding dengan kenaikan biaya operasi yang cukup besar.

Tabel 13

Descriptive Statistics BOPO sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 12 74.62 97.33 84.5250 6.31678

Sesudah 12 70.93 318.01 104.8375 67.67308

Valid N (listwise) 12

5. Aspek Liquidity

Berdasarkan perhitungan deskriptif nilai rata-rata LDR sesudah didominasi pemilik asing memperlihatkan nilai yang cukup tinggi yakni 94,42%, sedangkan nilai rata-rata LDR sebelum didominasi pemilik yakni 72,71%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat likuiditas bank sesudah didominasi pemilik asing lebih rendah sebelum bank didominasi pemilik asing. Hal ini dikarenakan jumlah dana yang disalurkan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Namun nilai rata-rata LDR sesudah didominasi pemilik asing masih berada pada batas toleransi yang ditentukan yaitu antara 80-100%.

Tabel 14

Descriptive Statistics LDR sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 12 39.13 95.80 72.7083 16.14410

Sesudah 12 70.44 213.87 94.4192 38.38082

Valid N (listwise) 12

Uji Hipotesis Kinerja Bank Sebelum dan Sesudah Didominasi Pemilik Asing

Hasil pengolahan data penelitian dengan alat uji Paried Sampel t-test dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) adalah sebagai berikut :

Tabel 15

Hasil Uji Hipotesis Kinerja Bank Sebelum dan Setelah Didominasi Pemilik Asing

CAMEL T-test Sign. Keputusan H₀

CAR -2.693 0.021 Ditolak RORA 2,196 0,050 Diterima NPM -0,788 0,447 Diterima ROA 1,942 0,078 Diterima ROE 4,480 0,001 Ditolak BOPO -1,018 0,331 Diterima LDR -1,923 0,81 Diterima

(18)

Jika nilai p (sign) kurang dari tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05, maka H₀ ditolak dan H₁ diterima. Jika nilai p (sign) lebih dari tingkat signifikansi 5% atau 0,05, maka H₀ diterima dan H₁ ditolak. Dari tabel 4.15 diatas didapat penjelasan sebagai berikut :

Pembahasan Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi Pemilik Asing

1. Aspek Capital Adequacy

Menurut hasil deskripsi nilai rata-rata CAR bank sesudah didominasi pemilik asing lebih besar daripada sebelum didominasi pemilik asing. Hal ini berarti bahwa tingkat kecukupan modal bank setelah didominasi pemilik asing lebih baik dari sebelum didominasi oleh pemilik asing. Uji statistik juga menyatakan bahwa CAR

antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini memperlihatkan bahwa setelah didominasi pemilik asing, bank-bank dalam sampel penelitian ini lebih mampu untuk menutupi kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga dengan kemampuan permodalan yang ada. Namun hasil T-test yang menunjukkan nilai negatif sebesar -2,693 menandakan adanya perbedaan yang semakin memburuk setelah bank didominasi oleh pemilik asing.

Bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil resiko, sehingga tidak hanya mampu menyerap potensi kerugian dari resiko kredit, resiko pasar, dan resiko operasional, melainkan juga resiko-resiko lainnya seperti resiko likuiditas dan resiko lain yang material. Nilai rata-rata CAR sebelum didominasi asing bernilai 7,61% masih dibawah ketentuan Bank Indonesia, dimana bank yang dinyatakan sehat harus memiliki CAR diatas 8%. Namun setelah didominasi oleh pemilik asing, nilai rata-rata CAR berada diatas 8%, yakni 9,09%.

Nilai CAR perbankan yang cukup tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki kecukupan modal sehingga kepercayaan masyarakat akan semakin meningkat. Namun bagi perusahaan perbankan yang telah go public, peningkatan kepercayaan itu tercermin melalui kenaikan harga saham yang tentunya akan menguntungkan bagi para investor. Selain itu, Bank yang memiliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi penilaian dari kepercayaan yang positif oleh publik.

2. Aspek Assets Quality

Nilai rata-rata RORA bank-bank yang telah didominasi pemilik asing memiliki nilai yang lebih kecil dari bank-bank sebelum didominasi pemilik asing. Namun hasil tersebut tidak didukung dengan uji statistik, berdasarkan uji statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara bank sesudah didominasi pemilik asing dengan sebelum didominasi pemilik asing. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas aktiva bank sebelum didominasi pemilik asing sama dengan kualitas aktiva sesudah didominasi pemilik asing.

Dana yang berhasil dihimpun oleh bank akan menjadi beban bila dibiarkan saja. Oleh sebab itu, Bank harus mengalokasikan dananya dalam bentuk aktiva produktif. Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian, sehingga bank harus menjaga kualitas aktiva produktifnya agar selalu dalam keadaan baik. Pendapatan bank diharapkan semakin besar dari penanaman dalam aktiva produktif, sehingga kesempatan untuk memperoleh laba semakin meningkat. Perolehan laba akan memberikan penilaian positif bagi investor yang menanamkan modalnya pada saham perbankan. Bank ICB Bumiputera mengalami

(19)

kerugian setelah pajak pada tahun 2011, berbeda dengan 3 Bank lainnya yang mengalami kenaikan kenaikan laba setelah diakuisisi. Hal inilah yang membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum didominasi pemilik asing dengan sesudah didominasi pemilik asing.

3. Aspek Management Quality

Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan nilai rata-rata NPM sebelum didominasi pemilik asing lebih rendah daripada setelah didominasi pemilik asing. Hasil tersebut ternyata tidak didukung dengan uji statistik yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata NPM sebelum didominasi pemilik asing dengan nilai rata-rata NPM sesudah didominasi pemilik asing. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas manajemen dari bank yang sebelum didominasi pemilik asing memang sudah baik bila dibandingkan dengan sesudah didominasi oleh pemilik asing. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya bank-bank tersebut melewati krisis yang melanda pada tahun 1990an. Bank ICB Bumiputera mampu bertahan sebagai Bank sehat dengan kategori A tanpa membutuhkan rekapitalisasi. Hal ini berkat kemampuan Bank ICB Bumiputera dalam mengelola operasional perbankan yang sehat berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, bank CIMB Niaga juga mampu menjadi penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya, menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia dan memberikan nasabahnya layanan perbankan online. Semua pencapaian tersebut terjadi sebelum bank CIMB Niaga didominasi pemilik asing.

4. Aspek Earning

a. Return On Assets (ROA)

Hasil analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata ROA bank sesudah didominasi pemilik asing sebagian besar mengalami penuruanan dibandingkan dengan sebelum didominasi pemilik asing. Namun hasil uji statistik menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum didominsi pemilik asing dengan sesudah didominasi pemilik asing. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank sebelum didominasi pemilik asing dalam mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba lebih baik dengan bank sesudah didominasi pemilik asing. Nilai rata-rata ROA sebelum didominasi jauh lebih tinggi yakni 1,55% yang dibandingkan sesudah didominasi nilai rata-rata ROA yang dimiliki menurun menjadi 1.12%. nilai rata-rata ROA sesudah didominasi pemilik asing kurang dari 1,2%, yang berarti tersebut dapat diklasifikasikan tidak sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh bank yang digunakan dalam sampel penelitian ini tidak mampu memperoleh laba dengan baik dan melakukan efisiensi secara keseluruhan dalam pengelolaan asset yang dimiliki setelah didominasi pemilik asing.

b. Return On Equity (ROE)

Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal yang dimiliki bank dalam menghasilkan laba bersih. Rasio ini merupakan indikator pengembalian laba bersih yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor dipasar modal. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan dalam rasio berarti terjadi kenaikan laba bersih yang menyebabkan kenaikan harga saham bank.

Nilai rata-rata ROE sebelum didominasi pemilik asing lebih tinggi dibandingan dengan sesudah didominasi pemilik asing. Hal inilah yang memperlihatkan bank-bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini menarik investor untuk menanamkan modalnya yang dikarenakan pengembalian atas ekuitasnya yang cukup tinggi. Namun hasil uji statistik yang menyatakan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang

(20)

berbeda antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Hasil T-test menunjukkan nilai positif sebesar 4,480 yang menandakan adanya perbedaan yang lebih baik dari sebelum didominasi oleh pemilik asing. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bank sebelum didominasi pemilik asing mampu melakukan efisiensi modal untuk menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan setelah didominasi pemilik asing. Meskipun demikian investor-investor asing ini tidak hanya mempertimbangkan ROE saja dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi, namun dikarenakan bank-bank yang menjadi sampel ini masih memiliki obligasi rekap yang bunganya dibayar oleh pemerintah Indonesia.

c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio ini membandingkan antara biaya operasi dengan pendapatan operasionalnya dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil angka rasio BOPO akan mencerminkan kondisi bank yang semakin baik.

Hasil nilai rata-rata BOPO memperlihatkan bank sesudah didominasi pemilik asing cukup tinggi dibandingkan dengan sebelum didominasi pemilik asing sama. Namun hasil uji statistik menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Ini menunjukkan bahwa perbaikan efisiensi dalam hal operasional bank sebelum didominasi dan sesudah didominasi tidak jauh berbeda. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sutjipto (2009) yang menyatakan adanya perbedaan kinerja bank sebelum dan sesudah didominasi pihak asing pada rasio BOPO. Hal ini dikarenakan bank-bank yang dijadikan sampel dalam penelitian tersebut terdapat bank-bank yang termasuk dalam daftar 10 bank besar di tanah air seperti BCA, Danamon dan BII.

5. Aspek Liquidity

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposits dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank.

Perbandingan nilai rat-rata LDR setelah didominasi menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum didominasi pemilik asing. Hasil tersebut tidak didukung dengan dengan hasil uji statistik yang menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebelum atau sesudah didominasi pemilik asing bank mampu membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh para deposit dengan mengandalkan sumber likuiditasnya. Namun ketika sebelum didominasi pemilik asing, bank-bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki nilai LDR rata-rata sebesar 72,71%, sehingga bank-bank tersebut dapat dikategorikan sangat likuid karena rasio berada diantara 50% - 75% (Taswan,2010:565). Sementara itu sesudah bank didominasi pemilik asing nilai rata-rata LDR yang dimiliki menjadi 94,42% dimana nilai ini masih berada pada rentang nilai LDR yang dianggap wajar oleh Bank Indonesia yaitu 80-100%.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan yang penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil perhitungan rasio CAR dan ROE ada perbedaan kinerja antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Hal ini mencerminkan kemampuan kecukupan

(21)

modal bank untuk menutupi kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi semakin lebih baik ketika sesudah didominasi pemilk asing. Bank juga mampu melakukan efisiensi modal untuk menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan setelah didominasi pemilik asing.

2. Dari hasil perhitungan rasio RORA, NPM, ROA, BOPO dan LDR menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas aktiva bank sebelum didominasi pemilik asing sama dengan kualitas aktiva sesudah didominasi pemilik asing, kualitas manajemen dari bank yang sebelum didominasi pemilik asing memang sudah baik bila dibandingkan dengan sesudah didominasi oleh pemilik asing, kemampuan bank sebelum didominasi pemilik asing dalam mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba lebih baik dengan bank sesudah didominasi pemilik asing, perbaikan efisiensi dalam hal operasional bank sebelum didominasi dan sesudah didominasi tidak jauh berbeda dan bank mampu membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh para deposit dengan mengandalkan sumber likuiditasnya.

Saran

Dari simpulan atas hasil penulisan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Agar kinerja keuangan dapat lebih ditingkatkan, adanya pihak asing yang masuk dalam manajemen bank seharusnya dapat menimbulkan perbedaan aspek kualitas aktiva dan kualitas manajemen. Peningkatan kualitas aktiva dapat dilakukan dengan memanfaatkan dana yang telah berhasil dihimpun sehingga dapat mengasilkan aktiva yang produktif untuk mendapatkan pendapatan yang semakin besar. Sedangkan peningkatan kualitas manajemen dapat dilakukan denagn penambahan aplikasi teknologi perbankan yang dapat diterapkan dalam operasional perbankan dan nantinya diharapkan dapat membawa keuntungan bagi bank.

2. Dalam usaha meningkatkan kinerja perbankan, usaha yang sebaiknya dilakukan adalah dengan meningkatkan nilai rasio menjadi lebih baik dengan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan cara meningkatkan pendapatan operasional dan mengurangi biaya operasional serta menghimpun lebih banyak dana pihak ketiga dan mengendalikan dengan hati-hati jumlah kredit yang disalurkan. Keterbatasan

Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa data yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan berasal dari laporan keuangan bank, sehingga untuk menilai aspek manajemen dirasakan masih sangat kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi ke-2. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. Djalil,M. 2006. Single Presence Policy. Infobank, No 323 Februari 2006.

Febryani, A dan Rahadian, Z. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol 7 No 4.

Hempel, G.H, and D.G Simonson. 1999. Bank Management Test and Cases Fifth Edition. John Wiley & Sons Inc. USA

Hermawati, I.A. 2012. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger pada PT Bank CIMB Niaga tbk di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Program Strata Satu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Surabaya.

Iqbal, H. 2002. Pokok-pokok Materi Metedologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

(22)

. 2004. Pemasaran Bank Edisi ke 1. Penerbit Prasada Media. Jakarta.

Kirana,S.P.E. 2010. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia. di unduh pada tanggal 22 November 2012.

Kuncoro, M, dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan : Teori dan Aplikasi. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Pertama. Penerbit Ekonisa. Yogyakarta.

Merkusiwati, N.K.L.A. 2007. Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan,

Buletin Studi Ekonomi, Vol 12, No 1, p. 100-108

Moin, A. 2004. Merger, Akuisisi & Divestasi.Edisi kedua. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta. Muljono, T.P. 1990. Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan. Penerbit Djambatan. Jakarta. Sjahrial, D. 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Penerbit Mitra Wacana

Media. Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta. Bandung

Sutjipto,S. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa Milik Lokal dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Didominasi Pemilik Asing di Indonesia. Skripsi. Program Strata Satu Universitas Airlangga. Surabaya. Taswan. 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Wiyono, G. 2011. 3 in one : Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. Penerbit STIM YKPN. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1  Rerangka Berfikir  Hipotesis
Tabel  9  menunjukkan  nilai  rata-rata  RORA  sebelum  dan  sesudah  didominasi  pemilik  asing
Tabel 13 menunjukkan nilai rata-rata BOPO sebelum dan sesudah didominasi  pemilik  asing  mengalami  kenaikan  dan  penurunan
Tabel  16  menunjukkan  analisis  deskriptif  dari  data  RORA  (Return  On  Risk  Assets)  sebelum  dan  setelah  didominasi  oleh  pemilik  asing

Referensi

Dokumen terkait

Hal demikian secara kontinuitas tetap d ij aga oleh masyarakat Pariaman, sehingga kesenian indang dapat tampil dalam berbagai aktivitas masyara- kat, seperti dalam acara

dalamnya.Hal ini disebabkan karena perspektif finansial dinilai tidak relevan apabila dihilangkan dari hubungan sebab-akibat Balanced Scorecard .Skripsi ini berhasil

Mencipta borang yang berkaitan dengan kandungan jadual 2.1.1 2.1.2 Melakar ERD (Entity Relationship Diagram) bagi permasalahan yang diberi Menghasilkan skema hubungan

Peningkatan NTP ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dibandingkan dengan peningkatan peningkatan indeks harga yang dibayar

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada karyawan, diperoleh hasil bahwa investasi sistem dan teknologi informasi menyediakan akses keluar atau pertukaran data yang

Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran serta untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa

Strategi perencanaan pajak yang digunakan tax avoidance , yaitu upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya-upaya yang masih

Dalam hal ini, seringkali pemerintah kota atau daerah mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai dengan keinginan pedagang kaki lima seperti menertibkan dengan