• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPERASI STL polinema.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPERASI STL polinema.pdf"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PO

OPERA

OLITE

MOD

ASI SIST

EKNIK

DUL A

TEM TEN

K NEGE

2017

AJAR

NAGA LI

ERI MA

STRIK

ALANG

G

(2)

iv DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vi

KONTRAK PERKULIAHAN vii

GBPP xii

TINJAUAN MATA KULIAH xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Sistem Ketenagalistrikan 1

1.2 Pengertian dalam Operasi Sistem Ketenagalistrikan 2

1.3 Tujuan Operasi Sistem Ketenagalistrikan 2

1.4 Keadaan Operasi Sistem Ketenagalistrikan 4

BAB II PERSOALAN DALAM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK 6

2.1Pengaturan Frekuensi 6

2.2 Pengaturan tegangan dalam sistem 7

2.3 Pemeliharaan Peralatan 11

2.4 Biaya Operasi 13

2.5 Gangguan Dalam Sistem 16

2.6 Perkembangan Sistem Ketenagalistrikan 19

BAB III MANAJEMEN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK 23

3.1 Perencanaan Operasi 24

3.2 Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi 41

(3)

v

BAB IV OPTIMASI ALIRAN DAYA PADA UNIT PEMBANGKIT 49

4.1 Economic Dispatch 49

4.2 Metode Lagrange 52

4.3 Metode Dynamic Programming 54

BAB V OPERASI EKONOMIS SISTEM TENAGA 58

5.1 Biaya Operasi Pembangkit Thermal 58

5.2 Case 1 : Economic Dispatch dengan Mengabaikan Rugi-Rugi dan kapasitas

Generator 60

5.3 Case 2 : Economic Dispatch dengan Mengabaikan Rugi-Rugi dan Menghitung

kapasitas generator 69

5.4 Case 3 : Economic Dispatch tanpa Mengabaikan Rugi-Rugi 71

BAB VI JADWAL OPERASI UNIT PEMBANGKIT 80

6.1 Jadwal Operasi Unit Pembangkit 80

6.2 Menghitung jadwal Operasi Unit pembangkit 83

(4)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 1.1. Sistem Ketenagalistrikan Diagram Satu Garis 1

Gambar 1.2. Tujuan Operasi Sistem Ketenagalistrikan 3

Gambar 1.3. Keadaan Operasi Sistem Ketenagalistrikan 5

Gambar 2.1. Hubungan antara pembangkitan dan beban terhadap frekuensi 7 Gambar 2.2 Kurva karakteristik antara biaya bahan bakar terhadap daya aktif 15

Gambar 2.3 Pertumbungan kebutuhan dan ketersediaan energi 20

Gambar 2.4. Sistem Ketenagalistrikan Sistem Kempetisi 21

Gambar 3.1 Contoh kurva karakteristik beban didaerah Queensland Australia 27

Gambar 4.1 Konfigurasi Pembagian Beban 50

Gambar 5.1. Kurva karakteristik biaya operasi bahan bakar 60

Gambar 5. 2. Contoh sebuah bus yang menghubungkan jumlah generator -ng dengan

beban 61

Gambar 6.1 Kurva hubungan antara beban sistem dengan waktu 81

Gambar 6.2 Kurva hubungan antara biaya start dengan waktu 82

Gambar 6.3 Kurva biaya bahan bakar dari unit pembangkit sebagai fungsi

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sistem Ketenagalistrikan

Sistem tenaga listrik merupakan sebuah sistem kelistrikan yang menyalurkan daya listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Daya listrik yang disalurkan tersebut melalui sebuah jaringan yang disebut dengan jaringan transmisi dan distribusi. Melalui jaringan ini daya listrik dapat dimanfaatkan oleh konsumen berdasarkan kebutuhan masing-masing pelanggan. Dalam penyalurannya komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya. Sehingga secara umum sistem ketenagalistrikan dibagi atas 3 bagian utama, yaitu: pembangkit, transmisi dan distribusi. Ketiga komponen utama tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini:

Gambar 1.1. Sistem Ketenagalistrikan Diagram Satu Garis

Gambar 1.1 diatas menunjukkan bahwa daya listrik yang digunakan oleh konsumen, disalurkan melalui jaringan transmisi dan distribusi. Daya tersebut dihasilkan oleh pembangkit yang dikoppel dengan generator. Jenis pembangkit listrik

(6)

2

yang digunakan seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga air (PLTA) atau jenis pembangkit listrik lainnya. Melalui trafo step-up (penaik tegangan), tegangan yang dihasilkan dari generator di naikkan kemudian disalurkan melalui jaringan transmisi ke jaringan distribusi. Sebelum disalurkan melalui jaringan distribusi, tegangan tersebut diturunkan kembali melalui trafo step-down (penurun tegangan). Melalui trafo distribusi, daya listrik tersebut disalurkan kekonsumen berdasarkan kebutuhan masing-masing pelanggan.

1.2 Pengertian dalam Operasi Sistem Ketenagalistrikan

Sebelum penulis membahas tentang tujuan operasi sistem tenaga listrik, maka penulis akan terlebih dahulu membahas tentang beberapa macam istilah yang umum digunakan dalam mata kuliah operasi sistem ketengalistrikan, antara lain:

1. Operasi adalah pelaksana rencana yang telah dikembangkan

2. Sistem tenaga listrik adalah sistem yang menyalurkan energi listrik dari pembangkit kekonsumen melalui sebuh jaringan transmisi dan/atau distribusi. 3. Pembangkitan tenaga listrik adalah kegiatan yang dilakukan oleh

perorangan/kelompok dalam memproduksi/menghasilkan energi listrik. 4. Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit

listrik ke sistem distribusi atau ke mkonsumen.

5. Distribusi tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari sistem transmisi atau dari sistem pembangkitan ke konsumen.

6. Konsumen adalah setiap orang atau kelompok/organisasi dan atau badan usaha yang menggunakan listrik.

1.3 Tujuan Operasi SistemKetenagalistrikan

Dalam mengoperasikan suatu sistem tenaga listrik maka ada 3 hal/faktor yang menjadi landasan anatar lain:

1. Ekonomi (Economy)

Sistem ketenagalistrikan yang dioperasikan harus dengan daya guna yang ekonomis dengan tetap memperhatikan nilai-nilai keandalan dan kualitas.

(7)

3

2. Keandalan (Security)

Merupakan tingkat keamanan sistem ketengalistrikan terhadap adanya gangguan yang ditimbulkan baik dari gangguan internal maupun eksternal. Gangguan yang terjadi sedapat mungkin bisa diatasi dengan waktu yang singkat tanpa melakukan pemadaman atau menimbulkan kerugian lain terhadap sistem maupun kepada konsumen sebagai pengguna listrik.

3. Kualitas (Quality)

Merupakan hasil/output dari suatu sistem ketenagalistrikan. Nilai-nilai ini berdasarkan dengan nilai yang sudah ditetapkan oleh pihak penyedia atau pengelolah sistem ketenagalistrikan seperti kualitas tegangan, frekuensi dan faktor daya.

Gambar 1.2 berikut mengindikasikan gambaran yang ingin dicapai dari tujuan operasi sistem ketenagalistrikan, sebagai berikut:

Gambar 1.2. Tujuan Operasi Sistem Ketenagalistrikan

Berdasarkan gambar diatas, ketiga komponen tersebut menjadi priorotas dalam pengoperasian suatu sistem ketenagalistrikan. Ketika terjadi sebuah gangguan baik ekternal maupun internal maka yang menjadi prioritas utama adalah keandalan sistem. Begitupula ketika keadaan normal maka kualitas dan ekonomi menjadi sasaran utama dalam pengoperasian sistem tenaga listrik. Demikian juga halnya ketika sistem pengoperasian dalam keadaan normal dengan kualitas listrik yang

Keandalan Ekonomi

(8)

4

dihasilkan sudah bagus maka yang menjadi prioritas utama adalah aspek ekonomi. Sehingga dengan demikian dari ketiga aspek tersebut tidak ada yang menjadi priorotas utama, tergantung dari kondisi pengoperasian sistem ketengalistrikan.

1.4 Keadaan Operasi SistemKetenagalistrikan

Dalam pengoperasian sistem ketenagalistrikan, keadaan normal tidak selamanya terjadi setiap saat. Gangguan dalam sistem seringkali terjadi baik yang disebabkan oleh gangguan internal maupun eksternal. Gangguan ini bisa saja terjadi dalam waktu yang singkat maupun dalam waktu yang cukup lama dengan tipe gangguan yang berbeda-beda. Akan tetapi bukan berarti bahwa keadaan normal tidak pernah terjadi dalam pengoperasiannya. Bahkan keadaan normal sebagai sasaran utama dalam pengoperasian. Keadaan normal lebih sering terjadi dalam sebuah sistem operasi ketenagalistrikan yang dikelolah dengan profesional. Dalam tulisan ini ada beberapa keadaan yang mungkin terjadi pada saat operasi sistem ketenagalistrikan, seperti diuraikan berikut ini:

1. Normal

Kondisi ini yang merupakan harapan yang dinginkan antara penyedia listrik dengan konsumen. Pada keadaan ini keandalan sistem dapat beroperasi dengan baik, dimana sistem keamanan dapat terpenuhi sesuai dengan standar yang diinginkan. Konsumen dapat menggunakan energi listrik yang disuplai oleh penyedia listrik dengan semaksimal mungkin.

2. Siaga

Pada kondisi ini, penyedia listrik masih sanggup memenuhi segala kebutuhan listrik konsumen. Konsumen bisa menggunakan energi listrik sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Gangguan yang terjadi masih bisa diselesaikan dengan baik oleh pihak pengelolah listrik. Hanya saja securiti sistem sudah

tidak dapat terpenuhi dengan baik. Dengan demikian pihak

(9)

5

3. Darurat

Dalam keadaan ini, kondisi operasi sistem ketenagalistrikan mengalami gangguan. Kendala operasi tidak dapat diatasi dengan baik. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan yang muncul baik itu gangguan dalam sistem maupun diluar sistem. Sehingga konsumen tidak dapat dilayani dengan baik.

4. Pemulihan

Kondisi ini adalah merupakan fase peralihan dari keadaan darurat menjadi normal. Kualitas sistem tenaga listrik yang disalurkan ke konsumen berada dalam range yang dianjurkan oleh pihak penyedia listrik, seperti tegangan, frekuensi dan faktor daya. Sehingga pada kondisi ini konsumen sudah bisa dilayani hanya belum bisa menggunakan listrik semaksimal mungkin.

Hubungan antara beberapa kondisi sistem ketenagalistrikan dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini:

Gambar 1.3. Keadaan Operasi Sistem Ketenagalistrikan Garis Kerja Normal Siaga Pemulihan Darurat

(10)

6 BAB II

PERSOALAN DALAM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa dalam pengoperasian sistem tenaga listrik, beberapa persoalan-persoalan yang muncul setiap waktu. Persoalan tersebut disebabkan karena persoalan didalam dan diluar sistem. Seperti adanya gangguan karena hubung singkat, jatuh tegangan dan juga jenis gangguan lainnya. Hal ini disebabkan karena beban yang selalu berubah-ubah setiap waktu, biaya operasional dan juga karena faktor lingkungan/alam.

Pada pembahasan ini, penulis hanya akan membahas beberapa persoalan utama yang dihadapi oleh penyedia listrik dalam mengoperasikan sistem tenaga, anatara lain:

2.1 Pengaturan Frekuensi.

Untuk menjaga kualitas dan kontinuitas energi listrik maka penyedia listrik berkewajiban untuk menjaga sistem secara kontinuitas. Salah satu hal pokok yang harus dijaga dan diperhatikan oleh penyedia listrik adalah besaran frekuensi. Besaran frekuensi ini sangat penting karena menjadi tolak ukur akan kualitas dari sebuah sistem ketenagalistrikan. Frekuensi sistem adalah merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui bahwa besaran daya yang dibangkitkan sebanding dengan beban dalam sistem. Kalau daya yang dibangkitkan lebih kecil dari pada beban sistem maka nilai besaran frekuensi turun, begitupula sebaliknya bila daya yang dibangkitkan lebih besar dari pada beban dalam sistem maka frekuensi naik. Sehingga akan terjadi kegagalan pada unit-unit pembangkit secara beruntun yang menyebabkan kegagalan pada sistem secara total.

Pengaturan frekuensi pada sistem tenaga pada batas yang dianjurkan bukan hanya untuk menghindari kerusakan alat yang digunakan oleh konsumen. Dimana peralatan yang digunakan oleh konsumen saat ini berkisar antara 50-60 Hz. Akan tetapi hal ini maksudkan untuk menjaga kestabilan pada sistem. Kestabilan sistem

(11)

7

yang dimaksudkan adalah terciptanya keadaan yang seimbang antara pembangkitan dan beban sehingga frekuensi sistem bisa normal. Gambar berikut mengilustrasikan hubungan antara pembangkitan dengan beban:

Gambar 2.1. Hubungan antara pembangkitan dan beban terhadap frekuensi

2.2 Pengaturan tegangan dalam sistem

Sama halnya dengan frekuensi, tegangan merupakan salah satu indikator kualitas sistem tenaga listrik. Tegangan listrik yang disalurkan melaui jaringan transmisi dan distribusi ke konsumen sebagai pengguna listrik dituntut untuk sesuai dengan standard yang diberlakukan oleh penyedia listrik. Hal ini disebabkan karena perlalatan-peralatan yang digunakan oleh konsumen biasanya telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengkonsumsi tegangan sampai batas waktu tertentu. Olehnya itu diperlukan pengaturan tegangan sehingga penggunaan setiap daya dan tegangan dapat menjadi ekonomis serta aman untuk digunakan oleh konsumen.

Kendala umum yang dihadapi dalam operasi sistem tenaga pada pengaturan tegangan adalah besarnya tegangan pada setiap gardu induk tidak sama. Hal ini disebabkan karena tegangan sangat dipengaruhi oleh besarnya daya reaktif. Daya reaktif yang dibangkitkan disetiap gardu induk berebeda-beda tergantung dari jenisnya beban yang dihadapi. Dengan demikian pengaturan tegangan ini tidak dapat

(12)

8

dipisahkan dengan besarnya daya reaktif. Besarnya daya reaktif tergantung dari jenis beban yang ada pada satiap gardu induk. Sehingga diperlukan cara tertentu dalam pengaturan tegangan ini pada setiap gardu induk.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengaturan tegangan disetiap gardu distribusi [1], antara lain:

1. Menggunakan alat pengatur (kontrol) tegangan pada setiap gardu induk 2. Memasang kapasitor secara paralel (shunt capasitor) pada gardu induk

Pada gardu induk distribusi, pengaturan tegangan dilakukan dengan cara mengatur posisi sadapan pengubahan sadapan beban (On Load Tap Changing = OLTC) yang dilengkapi dengan pengaturan tegangan otomatis dan memasang kapasitor shunt pada sisi sekunder transformator utama dalam gardu induk distribusi. Olehnya itu diperlukan suatu metode yang dapat menjaga agar kinerja peralatan-peralatan tersebut tetap ekonomis dengan tetap menjamin kualitas tegangan yang baik [1].

Penentuan posisi sadapan berbeban dan status terhubung terputusnya kapasitor shunt merupakan salah satu upaya untuk mengatur tegangan pada sisi sekunder. Metode Fuzzy Dynamic Programming dengan proses forward dynamic programming digunakan untuk menentukan posisi sadapan berbeban pada transformator. Batasan-batasan penyimpangan tegangan sekunder jumlah maksimal pergantian tap dan jumlah status terhubung terputusnya kapasitor shunt digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan hasil yang diinginkan[1].

Fuzzy Dynamic Programming bertujuan untuk mencari kombinasi antara posisi sadapan dan status kapasitor shunt yang optimum berdasarkan proses optimasi sebelumnya sehingga didapat tegangan sekunder berkualitas baik dan factor daya yang maksimal dari hasil proses pencarian posisi sadapan dan status terhubungnya kapasitor shunt. Fuzzy Dynamic Programming melakukan pendekatan fuzzy dengan menggunakan variabel-variabel fuzzy seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan disesuaikan dengan operasi himpunan fuzzy yang digunakan.

(13)

9

Dalam pengaturan tegangan pada gardu induk distribusi dengan menggunakan

fuzzy dynamic programming, terdiri dari beberapa proses yang meliputi banyak proses. Pada proses pencarian posisi sadapan dan status terhubungnya kapasitor shunt dilakukan pada setiap jam. Terlebih dahulu ditentukan besarnya daya reaktif daya nyata dan tegangan primer setiap jam yang telah diperkirakan dengan menggunakan prakirakan jangka pendek. Kemudian ditentukan dan kondisi yaitu pada saat kapasitor shunt terputus (Xi= 0) dan pada saat kapasitor shunt terhubung (Xi= 1) lalu dicari rasio tegangan transformator ideal (tideal) untuk masing-masing kondisi, dimana tegangan sekunder merupakan tegangan sekunder yang ingin dipertahankan (V2=1.0

pu). Lalu tentukan tiga posisi TAP (TAPoptimal, TAPoptimal-,TAPoptimal+). Sehingga rasio tegangan sekunder actual (tactual) mendekati nilai (tideal). Nilai tactual digunakan mendapatkan tegangan sekunder actual (V2actual). Perbedaan antara tegangan sekunder ideal dengan tegangan sekunder actual akan menghasilkan penyimpangan tegangan sekunder (ΔV2).

Sedangkan untuk menentukan status terhubungnya kapasitor shunt. Dicari apakah daya reaktif hasil prakiraan lebih besar maka kapasitor shunt terhubung dan sebaliknya, apabila lebih kecil maka kapasitor shunt terputus. Kemudian dicari nilai factor daya (pf). Untuk mengetahui jumlah perpindahan posisi sadapan (NTAP) dan penghubung kapasitor shunt (NC) dalam satu hari, posisi sadapan dan status kapasitor shunt setiap jam dalam satu hari harus diketahui terlebih dahulu. Total perpindahan posisi sadapan dapat dihitung dengan menjumlahkan hasil pengurangan posisi sadapan pada suatu jam (TAPi)dengan posisi sadapan pada jam sebelumnya (TAPi-1) dari jam 1 hingga 24, proses tersebut juga berlaku untuk mengetahui total penghubungan kapasitor shunt. Setelah nilai ΔV2, pf, NTAP ,dan Nc ditentukan,

nilai-nilai tersebut ditransformasikan ke dalam ruang himpunan fuzzy, dengan memberikan nilai-nilai keanggotaannya. Dengan nilai-nilai keanggotaan ini, maka kita dapat mencari suatu kondisi dengan nilai obyektifitas tertinggi.

Selain dengan metode tersebut, pengaturan tegangan dalam sistem juga dpat dilakukan berdasarkan periode beban, yaitu beban rendah dan beban puncak [2].

(14)

10

1. Pengaturan tegangan pada beban rendah

Langkah-langkah operasi yang ditempuh dalam sistem penyaluran untuk mengurangi kelebihan-kelebihan daya reaktif pada kondisi beban rendah adalah sebagai berikut: a. Pengoperasian reaktor dan pelepasan kapasitor

Semua reaktor yang dipasang pada gardu induk tegangan ekstra tinggi pada periode beban rendah dalam posisi dioperasikan. Semua kapasiotr yang terpasang pada jaringan 150 kV, 70 kV dan 20 kV dikeluarkan.

b. Pengaturan daya reaktif unit pembangkit

Semua unit pembangkit yang berskala besar pada periode beban rendah beroperasi menyerap daya reaktif untuk mengantisipasi tegangan tinggi yang terjadi pada sistem

c. Perubahan Konfigurasi jaringan

Jaringan sistem 500 kV dengan sirkit ganda akan dioperasikan dengan modus operasi sirkit tunggal dengan melihat kondisi operasi real time. Pengaturan tegangan dengan dengan modus operasi sirkit tunggal pada jaringan sistem 500 kV akan dilakukan secara real time oleh pelaksana pengendali operasi dipusat pengatur beban. Sedangkan sistem 150 kV dan 70 kV akan dilakukan oleh region. Rekonfigurasi jaringan saluran kabel tegangan tinggi dan saluran udara tegangan tinggi dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan rekonfigurasi jaringan di saluran udara tegangan ekstra tinggi

2. Pengaturan tegangan pada beban puncak

Langkah operasi yang ditempuh dalam sistem penyaluran untuk meningkatklan kekurangan daya reaktif pada saat terjadi beban puncak adalah sebagai berikut:

1. Pelepasan reaktor dan pengoperasian kapasitor

Reaktor yang dipasang pada gardu induk tegangan ektra tinggi pada periode ini dalam posisi dikeluarkan. Semua kapasiotr yang dipasang disisi 150 kV, 70 kV dan 20 kV pada periode ini dimasukkan.

(15)

11

Semua unit pembangkit terutama yang berskala besar pada periode beban puncak beroperasi memberi daya reaktif untuk mengantisipasi tegangan rendah yang terjadi pada sistem.

2.3 Pemeliharaan Peralatan

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan terpadu yang dilakukan terhadap instalasi dan sarana pendukungnya untuk mencegah kerusakan atau mengembalikan/memulihkan instalasi dan sarana tersebut pada keadaan normal. Keadaan yang ingin dicapai dengan melakukan pemeliharaan tersebut adalah [3]:

1. Mempunyai umur (masa guna) yang panjang

2. Selalu menampilkan unjuk kerja yang andal, daya mampu serta efisiensi yang optimal

3. Tetap dalam keadaan baik dan selalu dalam keadaan siap pakai 4. Teratur, rapi dan memberikan suasana yang menyenangkan

5. Dapat mengembalikan modal/biaya yang sudah dikeluarkan dalam jangka waktu yang tepat dan memberikan keuntungan

6. Aman terhadap petugas dan lingkungan.

Untuk mendapatkan tujuan dari pemeliharaan tersebut maka peralatan tersebut perlu dipelihara secara periodik berdasarkan waktu yang sudah ditentukan melalui buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik peralatan yang bersangkutan. Disisi lain, jadwal pemeliharaan ini akan mengganggu kinerja operasi dalam sistem tenaga. Dengan demikian perlu ada koordinasi didalam sistem sehingga jadwal pemeliharaan tidak akan mengganggu kontinuitas daya yang didistribusikan kekonsumen.

Pemeliharaan merupakan salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pengoperasian sistem tenaga listrik, karena dengan sistem pemeliharaan yang baik, peralatan-peralatan pada sistem tenaga dapat beroperasi dengan baik, sehingga kebutuhan energi listrik ke konsumen dapat terlayani dengan baik dengan tingkat keandalan yang tinggi, selain itu harga peralatan sistem tenaga listrik yang mahal dan investigasi yang besar dalam sistem ketenagaan listrik juga mendorong perlunya

(16)

12

pemeliharaan peralatan sistem tenaga listrik. Salah satu hal yang melatarbelakangi perlunya pemeliharaan terhadap peralatan listrik adalah karena peralatan listrik mempunyai peran yang menentukan dalam operasi suatu sistem, misalnya Pemutus Tenaga Listrik (PMT) [4].

Baik buruknya pemeliharaan pada peralatan listrik dapat dilihat dari umur peralatan listrik itu sendiri dan besar relatif beban yang ditanggung peralatan listrik dalam operasi kerjanya. Umur operasi peralatan listrik dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu sistem pemeliharaan, semakin lama umur operasi peralatan listrik dapat dikatakan baik pula sistem pemeliharaan yang dilakukan, sebaliknya apabila umur operasi peralatan listrik yang pendek menandakan sistem pemeliharaan yang kurang baik. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya pemeliharaan, peralatan listrik dapat bekerja lebih lama dengan performa maksimal sehingga meningkatkan kualitas sistem tenaga listrik[4].

Berikut dijelaskan beberapa jenis-jenis pemeliharaan peralatan, sebagai berikut [5]:

1. Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala

kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (ConditionBase Maintenance ).

2. Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada : Instruction Manual dari pabrik, standar-standar yang ada ( IEC, CIGRE, dll ) dan

(17)

13

pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu ( Time Base Maintenance ).

3. Corective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau penggantian part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana.

4. Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

2.4 Biaya Operasi

Optimisasi aliran daya merupakan salah satu masalah dalam analisa sistem tenaga yang berperan penting dalam analisa perencanaan sistem tenaga baik dalam pengadaan sistem yang baru maupun pengembangan sistem yang telah ada. Optimisasi aliran daya sebagai suatu studi sistem tenaga yang memberikan banyak informasi yang antara lain berupa sudut fasa tegangan tiap bus dalam sistem, besar daya pembangkitan dan beban aktif maupun reaktif pada tiap bus dan informasi lain. Aliran daya dapat juga dipakai untuk memperoleh kondisi awal pada analisa kestabilan [6].

Dua langkah utama perhitungan optimisasi aliran daya sistem tenaga listrik adalah perhitungan aliran daya dan optimisasi biaya operasi pembangkit sebagai pemberi daya. Biaya bahan bakar adalah faktor utama dalam stasiun pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil perlu diminimisasi melalui pembebanan ekonomis [6].

Menurut [7] Pengoperasian sistem yang efisien sangat penting dampaknya hingga dapat menjamin hubungan yang pantas antara biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan listrik untuk memproduksi satu kilowatt jam dengan biaya yang harus

(18)

14

dibayar oleh pelanggan. Faktor ekonomi yang dominan dalam operasi sistem tenaga adalah biaya bahan bakar pembangkit thermal.

Biaya bahan bakar pada umumnya merupakan komponen biaya terbesar kira-kira 60 % dari keseluruhan biaya operasi. Pengendalian biaya operasi ini merupakan hal yang pokok, optimalisasi biaya sebesar 1% saja untuk sistem yang berskala besar dapat menghasilkan

penghematan dalam orde milyaran rupiah pertahun[7].

Pembangkit-pembangkit yang ada saat ini sebagian besar menggunakan pembangkit hidro dan thermis. Walaupun jenis pembangkit lain juga ikut andil didalam membangkitkan/memproduksi energi listrik. Manajemen sistem pembagian beban antara satu pembangkit dengan pembangkit lain harus dilakukan seefektif mungkin untuk mendapatkan biaya operasi seminimal mungkin tanpa mengabaikan batasan minimal pembangkitan suatu unit pembangkit listrik. Biaya operasi yang sangat tinggi mengharuskan manajemen penyedia listrik untuk melakukan cara yang tepat didalam mengoperasikan pembangkit-pembangkt listrik tersebut. Penghematan biaya operasi dan produksi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pembangkit hidro, hal ini disebabkan karena jenis pembangkit ini tidak memerlukan bahan bakar untuk pengoperasian pembangkit.

Dalam pengoperasian pembangkit diperlukan suatu metode untuk menekan biaya operasi suatu pembangkit. Pengoperasian unit-unit pembangkit pada pemintaan daya tertentu dalam suatu stasiun dilakukan dengan mendistribusikan beban di antara unit-unit pembangkit dalam stasiun tersebut[8]. unit pembangkit dalam suatu stasiun mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga diperlukan suatu penjadwalan pengoperasian setiap unit pembangkit untuk suatu pembebanan ekonomis tertentu pada sistem dengan mempertimbangkan kehilangan daya pada saluran transmisi. Dengan demikian dapat diperoleh suatu pengoperasian pembangkit yang optimal untuk menekan biaya operasi [9, 10].

Gambar berikut mengindikasikan kurva karakteristik biaya bahan bakar terhadap daya aktif.

(19)

15

Gambar 2.2 Kurva karakteristik antara biaya bahan bakar terhadap daya aktif Hubungan antara konsumsi bahan bakar terhadap daya yang dibangkitkan pembangkit dirumuskan oleh persamaan berikut [10]:

Ci = α i + β i Pgi + γ i Pgi2

(2.1)

Dimana:

Ci, = konsumsi bahan bakar unit ke-i (m3/h atau liter/jam) Pgi = daya yang dibangkitkan generator unit ke-i (kW)

α i , β i , γ i=konstanta hubungan bahan bakar dan daya yang dihasilkan uni t ke i .

Konstanta α i , β i , γ i didapatkan dengan menentukan 3 (tiga) titik potong seperti pada gambar diatas ini hubungan antara konsumsi bahan bakar (yi) dan daya yang dibangkitkan atau beban (xi) yang dipikul unit pembangkit terlebih dahulu. Tiga titik potong tersebut adalah titik x1y1 (pada beban rendah), x2y2 (pada beban menengah) dan x3y3 (pada beban tinggi) yang ketiga titik tersebut diambil pada sembarang titik [10]. Dengan demikian persamaan diatas menjadi:

y1 = α 1 + β 1 x1 + γ 1 x12 (2.2) y2 = α 2 + β 2 x2 + γ 2 x22 (2.3) y3 = α 3 + β 3 x3 + γ 3 x32 (2.4)

Ketiga persamaan tersebut disubtitusikan hingga didapatkan nilai-nilai α i , β i , γ i. Dalam suatu sistem tenaga dengan sejumlah n pembangkit, konsumsi bahan bakar total pembangkitan dapat dirumuskan sebagai berikut [10]:

(20)

16

dimana:

Ct = konsumsi bahan bakar total pembangkit Ci = konsumsi bahan bakar unit ke-i pembangkit n = jumlah unit pembangkit

2.5 Gangguan Dalam Sistem

Gangguan yang terjadi pada system tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal dimana keadaan ini dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan tenaga listrik. Secara umum klasifikasi gangguan pada system tenaga listrik disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:

1. Gangguan yang berasal dari system 2. Gangguan yang berasal dari luar system

Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem antara lain : 1.Tegangan dan arus abnormal.

2.Pemasangan yang kurang baik.

3.Kesalahan mekanis karena proses penuaan 4.Beban lebih.

5.Kerusakan material seperti isolator pecah, kawat putus, atau kabel cacat isolasinya. Sedangkan untuk gangguan yang berasal dari luar sistem antara lain:

1.Gangguan-gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain. Gangguan ini terjadi untuk sistem kelistrikan bawah tanah.

2.Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan surja petir dapat mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat menyebabkan gangguan hubung singkat karena tembus isolasi peralatan ( breakdown ).

3.Pengaruh lingkungan seperti pohon, binatang dan benda-benda asing serta akibat kecerobohan manusia.

Bila ditinaju dari segi lamanya waktu gangguan, maka dapat dikelompokkan menjadi :

(21)

17

1. Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya. Gangguan sementara jika tidak dapat hilang dengan segera, baik hilang dengan sendirinya maupun karena bekerjanya alat pengaman dapat berubah menjadi gangguan permanen.

2. Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk membebaskannya diperlukan tindakan perbaikan dan/atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut.

Untuk gangguan yang bersifat sementara setelah arus gangguannya terputus misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh rele pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali. Sedangkan pada gangguan permanen terjadi kerusakan yang bersifat permanen sehingga baru bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti.

Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga yang jauh lebih besar dari rating arus maksimum yang diijinkan, sehingga terjadi kenaikan temperatur yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan listrik yang digunakan.

Dalam sistem tenaga listrik tiga fasa, gangguan–gangguan arus lebih yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut yaitu :

a. Gangguan beban lebih (overload)

Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri arus tersebut. Pada saat gangguan ini terjadi arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan pengaman yang terpasang.

b.Gangguan hubung singkat

Gangguan hubung singkat dapat terjadi dua fasa, tiga fasa, satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, atau 3 fasa ke tanah. Gangguan hubung singkat ini sendiri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu gangguan hubung singkat simetri dan

(22)

18

gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan yang termasuk dalam hubung singkat simetri yaitu gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan yang lainnya merupakan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan ini akan mengakibatkan arus lebih pada fasa yang terganggu dan juga akan dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu.

Hampir semua gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan tidak simetri. Gangguan tidak simetri ini terjadi sebagai akibat gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, gangguan hubung singkat dua fasa, atau gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah.

Gangguan-gangguan tidak simetri akan menyebabkan mengalirnya arus tak seimbang dalam sistem sehingga untuk analisa gangguan digunakan metode komponen simetri untuk menentukan arus maupun tegangan di semua bagian sistem setelah terjadi gangguan. Gangguan ini akan mengakibatkan arus lebh pada fasa yang terganggu dan juga akan dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu. Gangguan dapat diperkecil dengan cara pemeliharaannya.

Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan dengan adanya gangguan hubung singkat tersebut antara lain:

1. Rusaknya peralatan listrik yang berada dekat dengan gangguan yang disebabkan arus-arus yang besar, arus tak seimbang maupun tegangan-tegangan rendah.

2. Berkurangnya stabilitas daya system tersebut.

3. Terhentinya kontinuitas pelayanan listrik kepada konsumen apabila gangguan hubung singkat tersebut sampai mengakibatkan bekerjanya CB yang biasa disebut dengan pemadaman litrik.

C. Gangguan tegangan lebih

Gangguan tegangan lebih diakibatkan karena adanya kelainan pada sistem. Gangguan tegangan lebih dapat terjadi antara lain karena :

(23)

19

2. Gangguan surja hubung, di antaranya adalah penutupan saluran tak serempak pada pemutus tiga fasa, penutupan kembali saluran dengan cepat, pelepasan beban akibat gangguan, penutupan saluran yang semula tidak masuk sistem menjadi masuk sistem, dan sebagainya.

2.6 Perkembangan Sistem Ketenagalistrikan

Perkembangan sistem ketengalistrikan semakin pesat seiring dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang bertambah setiap saat. Hal ini disebabkan karena beban selalu berubah sepanjang waktu dan juga selalu berkembang seirama dengan perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan secara eksak, sehingga perlu diamati secara terus menerus agar dapat diketahui langkah pengembangan sistem yang harus dilakukan agar sistem selalu dapat mengikuti perkembangan beban sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga listrik dalam sistem[11].

Peningkatan beban listrik dengan ketersediaan daya listrik yang tidak seimbang adalah merupakan masalah pokok yang dihadapi bukan saja oleh pemerintah, perusahaan listrik sebagai penyedia listrik teatpi juga masyarakat sebagai pengguna listrik. Perusahaan penyedia listrik seakan-akan tidak sanggup meng"cover" beban listrik yang berkembang pesat ditengah-tengah masyarakat. Kebutuhan akan energi listrik semakin hari semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan serta ekonomi masyarakat yang semakin hari semakin meningkat. Sehingga akan menyebabkan munculnya masalah baru dalam sistem ketenagalistrikan baik dalam sistem operasi maupun dalam penyalurannya.

Gambar berikut ini mengindikasikan perkembangan beban/kebutuhan listrik dengan tingkat pertumbuhan energi yang tersedia. Dari gambar tersebut nampak bahwa jarak antara tingkat kebutuhan energi dengan ketersediaan energi sangat besar. Hal inilah yang menyebabkan penyaluran energi listrik kekonsumen tidak bisa

(24)

20

berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Selain itu pula akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan disektor ekonomi/industri.

Gambar 2.3 Pertumbungan kebutuhan dan ketersediaan energi

Berdasarkan hal tersebut maka penyedia listrik dituntut untuk bisa mengatasi masalah ini. Bukan hanya dengan cara membangun pembangkit baru, sebagai salahsatu cara yang bisa ditempuh untuk menambah energi baru. Akan tetapi diupayakan bisa mengoptimalkan sumber energi yang sudah ada dengan mencari inovasi-inovasi baru dalam menanggulangi krisis energi listrik. Sehingga gap yang terjadi antara kebutuhan dan ketersediaan energi dapat dikurangi seminimal mungkin dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lain seperti investasi, politik dan lingkungan.

Dalam penyaluran energi listrik ke konsumen; pembangkit, transmisi dan distribusi biasanya dikuasai oleh sebuah perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengoperasikan, menyalurkan dan menjual daya listrik ke konsumen. Namun dalam dua dekade terakhir, beberapa negara maju melakukan perubahan terhadap sistem ketenagalistrikan, seperti Australia, Amerika dan Inggeris. Hal ini didasarkan pada

(25)

21

aturan dan kebijakan masing-masing negara. Perubahan utama yang dilakukan dalam sistem tersebut adalah dengan melibatkan pihak ketiga dalam mengoperasikan pembangkit, transmisi dan distribusi bahkan melibatkan perusahaan berbeda dalam proses penjualam energi listrik ke konsumen yang biasa disebut dengan "retail company". Sistem ini dikenal dengan nama sistem ketenagalistrikan sistem kompetisi (Competition electricity power system structure) seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2.4. Sistem Ketenagalistrikan Sistem Kempetisi [12]

Dalam sistem ketenagalistrikan ini, yang menjadi perbedaan utama dengan sistem ketenagalistrikan yang lama adalah keberadaan pihak ketiga seperti "retail company" dan "aggregator" dalam sistem. Selain itu pula keberadaan "market operator" yang bertanggung jawab penuh terhadap sistem kelistrikan secara keseluruhan. Biasanya market operator ini adalah gabungan dari pihak-pihak yang ikut serta dalam menyediakan sumber energi listrik. Dalam praktreknya market operator ini sahamnya dikuasai oleh pihak pemerintah setempat. Disamping itu pula,

(26)

22

perusahaan transmisi dan distribusi listrik yang tidak lagi hanya dikuasai oleh satu perusahaan saja, hanya bertanggung jawab dalam menyalurkan daya listrik ke konsumen. Penjualan listrik akan dikelolah oleh perusahaan lain yang disebut dengan istilah "retail company". Aggregator adalah merupakan kumpulan/kelompok konsumen yang keberadaannya dimaksudkan untuk membantu konsumen dalam melakukan komunikasi antara antara pihak konsumen dengan pihak market operator. Hal-hal yang bisa dikomunikasikan adalah pelayanan dan harga listrik. Tentunya harga listrik yang dimaksud adalah adalah harga listrik produksi (electricity market) yang juga bisa digunakan oleh konsumen dalam melakukan proses jual beli listrik.

Tujuan yang diharapkan dengan penerapan sistem kempetisi ini adalah disamping untuk meningkatkan eifisiensi, mengurangi biaya pemeliharaan juga untuk memberikan beberapa pilihan pada konsumen dalam menentukan sumber energi listrik yang diinginkan [13].

(27)

23 BAB III

MANAJEMEN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai dalam mengoperasikan suatu sistem tenaga listrik, yaitu ekonomi, andal dan berkualitas, maka didalam pengeoperasiannya perlu dikelolah dengan baik dan profesional. Mengingat hal ini bukan saja karena faktor pelayanan tetapi juga karena biaya operasi sistem ketenagalistrikan yang sangat besar. Olehnya itu perlu dibuat suatu rencana operasi/schedule sebelum sistem ini dijalankan dengan baik. Rencana operasi ini menyangkut tentang rencana alokasi energi yang akan didistribusikan kekonsumen juga rencana pemeliharaan unit-unit yang membangkitkan energi listrik serta bentuk dan jenis rencana lain yang erat hubungannya dengan pengoperasian sistem tenaga listrik. Sehingga diharapkan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud sesuai dengan harapan pemerintah, penyedia listrik dan masyarakat sebagai pengguna listrik.

Untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain[8]:

a. Perencanaan Operasi

Dalam perencanaan operasi mencakup bukan saja rencana operasi itu sendiri akan tetapi juga menyangkut analisa beban, optimasi, koordinasi pemeliharaan dan keandalan serta mutu tenaga listrik.

b. Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi.

Pelaksanaan dari rencana operasi serta pengendaliannya apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dari rencana operasi tersebut.

c. Analisa Operasi

Setelah perencanaan dan pelaksanaan operasi maka perlu diadakan analisa atas hasil-hasil yang telah dicapai dari sistem pengeoperasian sebagai bahan masukan, rujukan dan perbaikan untuk perencanaan operasi selanjutnya.

(28)

24 3.1 Perencanaan Operasi

3.1.1 Rencana Operasi

Rencana operasi adalah suatu rencana mengenai bagaimana suatu sistem tenaga listrik akan dioperasikan untuk kurun waktu tertentu. Hal ini tergantung kepada masalah yang harus dipersiapkan maka ada beberapa macam rencana operasi berdasarkan waktu [8], yaitu

a. Rencana Tahunan

Masalah-masalah yang penyelesaiannya memerlukan waktu kira-kira satu tahun dicakup dalam rencana ini, misalnya rencana pemeliharaan unit-unit pembangkit yang memerlukan persiapan satu tahun sebelumnya karena pengadaan suku cadangnya memerlukan waktu satu tahun. Di lain pihak pemeliharaan unit-unit pembangkit dalam sistem tenaga listrik perlu dikoordinir agar unit- unit pembangkit yang tidak mengalami pemeliharaan dan siap operasi dapat cukup menyediakan daya bagi beban.

Rencana Operasi tahunan juga meliputi perencanaan alokasi energi yang akan diproduksi dalam satu tahun dalam setiap Pusat Listrik dalam kaitannya dengan rencana pemeliharaan unit pembangkit tersebut diatas, perkiraan beban tahunan, beroperasinya unit-unit pembangkit baru serta perkiraan hujan atau perkiraan produksi PLTA dalam tahun yang bersangkutan. Alokasi energi yang akan diproduksi Pusat Listrik Termis berarti pula alokasi biaya bahan bakar yang merupakan biaya terbesar dalam Perusahaan Listrik pada umumnya demikian pula halnya pada

Perusahaan penyedia listrik Rencana pemeliharaan unit-unit pembangkit

sesungguhnya merupakan bagian dari rencana pemeliharaan peralatan secara keseluruhan dan biaya pemeliharaan unit-unit pembangkit menelan biaya terbesar dari biaya pemeliharaan peralatan perusahaan. Dari uraian diatas kiranya jelas bahwa Rencana Operasi Tahunan merupakan bahan utama bagi penyusunan Rencana Anggaran Biaya Tahunan suatu Perusahaan Listrik.

(29)

25

b. Rencana Triwulan

Rencana Operasi Triwulanan merupakan peninjauan kembali Rencana Operasi Tahunan dengan horison waktu tiga bulan ke depan. Hal-hal yang direncanakan dalam Rencana Operasi Tahunan tetapi ternyata setelah waktu berjalan tidak cocok dengan kenyataan perlu dikoreksi dalam Rencana Operasi Triwulanan. Misalnya unit pembangkit baru yang diperkirakan dapat beroperasi dalam triwulan ke dua dari Rencana Tahunan ternyata menjelang triwulan kedua diperkirakan belum dapat beroperasi dalam triwulan kedua.Maka sehubungan dengan hal ini perlu dilakukan koreksi-koreksi terhadap Rencana Operasi Tahunan dalam menyusun Rencana Operasi Triwulan kedua.

c. Rencana Bulanan

Selain merupakan koreksi terhadap Rencana Triwulanan untuk horison waktu satu bulan ke depan, Rencana Operasi Bulanan mulai mengandung rencana yang menyangkut langkah-langkah operasionil dalam sistem, sedangkan Rencana Operasi Tahunan dan Triwulanan lebih banyak mengandung hal-hal yang bersifat manajerial. Hal-hal yang bersifat operasionil yang dicakup dalam Rencana Operasi Bulanan adalah :

1. Peninjauan atas jam kerja unit-unit pembangkit yang bersifat peaking units terutama dalam kaitannya dengan rencana pemeliharaan. Hal ini diperlukan untuk membuat jadwal operasi unit-unit pembangkit yang bersangkutan. 2. Alokasi produksi Pusat-pusat Listrik Termis dalam kaitannya dengan

pemesanan bahan bakar kepada perusahaan Bahan Bakar. d. Rencana Mingguan

Dalam Rencana Operasi Mingguan tidak ada lagi hal-hal yang bersifat manajerial karena masalah-masalah manajerial tidak mungkin diselesaikan dalam jangka seminggu. Rencana Operasi Mingguan mengandung rencana mengenai langkah-langkah operasional yang akan dilakukan untuk jangka waktu satuminggu yang akan datang dengan memperhatikan pengarahan yang tercakup dalam rencana bulanan dan mempertimbangkan perkiraan atas hal-hal yang bersifat tidak menentu

(30)

26

untuk jangka waktu satu minggu yang akan datang. Hal-hal yang bersifat tidak menentu adalah jumlah air yang akan diterima PLTA-PLTA (pada musim hujan) serta beban untuk 168 jam (satu minggu) yang akan datang.

Rencana Operasi Mingguan berisi jadwal operasi serta pembebanan unit-unit pembangkit untuk 168 jam yang akan datang atas dasar pertimbangan ekonomis (pembebanan yang optimum) dengan memperhatikan berbagai kendala operasionil seperti beban minimum dan maksimum dari unit pembangkit serta masalah aliran daya dan tegangan dalam jaringan.

e. Rencana Harian

Rencana Operasi Harian merupakan koreksi dari Rencana Operasi Mingguan untuk disesuaikan dengan kondisi yang mutakhir dalam sistem tenaga listrik Rencana Operasi Harian merupakan pedoman pelaksanaan Operasi Real Time.

3.1.2 Analisa beban Sistem

Beban listrik adalah besarnya daya listrik yang digunakan oleh pengguna listrik. Besarnya beban listrik tergantung dari jumlah pemakaian yang dikonsumsi oleh pengguna. Olehnya itu besarnya beban listrik dalam suatu sistem tidak bisa dihitung secara real time. Beban listrik bisa diperkirakan berdasarkan beban listrik sebelumnya dan perkiraan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini disebabkan karena beban listrik tergantung dari tingkat kebutuhan masyarakat. Semakin besar kebutuhan masyarakat maka kebutuhan akan daya listrik juga akan meningkat.

Analisa beban pada suatu sistem ketenagalistrikan sangat dibutuhkan untuk membantu pihak pegelolah dalam menentukan rencana operasi sistem. Analisa beban ini bisa dilakukan untuk mengantisipasi bila terjadi lonjakan/kelebihan beban pada sistem. Analisa beban dilakukan dengan melakukan perkiraan pertumbuhan beban baik dalam jangka waktu singkat, menengah maupun waktu lama. Perubahan beban boleh saja terjadi dalam waktu yang singkat disebabkan karena terjadinya beban puncak. Beban puncak tersebut terjadi karena peningkatan kebutuhan tenaga listrik oleh pengguna.

(31)

27

Berdasarkan dari jenisnya, maka beban dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu beban puncak (peak-sesion) dan bukan beban puncak (off-peak session). Beban puncak ini biasanya terjadi ketika pengguna listrik secara bersamaan menggunakan listrik untuk kebutuhannya masing-masing. Biasanya ini terjadi dari jam 17.00 sore sampai 21.00 malam. Ketika pengguna listrik bersamaan menggunakan kebutuhan listrik dirumah-masing-masing. Tapi juga tidak menutup kemungkinan beban puncak terjadi disiang hari, ketika pengguna listrik secara bersamaan menggunakan peralatan air cinditinoing (AC) disiang hari pada musim kemarau. Sedangkan off-peak session terjadi ketika lonjakan akan kebutuhan listrik tidak terlalu meningkat. Kebutuhan listrik berada pada level/tingkatan dasar atau menengah, seperti pada waktu-waktu biasa.

Gambar berikut ini mengindikasikan lonjakan daya pada waktu-waktu tertentu, dimana peak-sesion terjadi. Disisi lain, off-peak session juga terjadi ketika sebahagian masyarakat tidak menggunakan daya listrik secara bersama-sama.

Gambar 3.1 Contoh kurva karakteristik beban didaerah Queensland Australia[14] Gambar diatas adalah salahsatu contoh perubahan beban ketika terjadi perubahan beban dari bukan beban puncak ke beban puncak pada tanggal 11 Oktober sampai dengan 13 Oktober 2015 di Queensland Austrlia. Berdasarkan gambar

(32)

28

tersebut diatas mengindikasikan bahwa beban puncak yang terjadi dari jam 17.00 sampai 21.00. Bahkan beban puncak juga terjadi pada jam 12.00 siang pada tanggal 13 Oktober 2015. Disisi lain off-peak sesason terjadi diluar waktu tersebut. Hal ini berarti bahwa beban puncak itu bisa saja terjadi setiap saat ketika pemakaian energi listrik digunakan oleh konsumen secara besar-besaran. Olehnya itu dalam operasi sistem tenaga perlu diadakan evaluasi/analisa perkiraan beban listrik untuk menghindari munculnya gangguan atau tidak cukupnya energi listrik yang disediakan oleh perusahaan penyedia listrik ke konsumen.

Operasi sistem tenaga listrik yang modern biasanya berhubungan dengan berbagai variasi prosedur perencanaan. Perencanaan operasi meliputi metodologi dan proses pengambilan keputusan di mana suatu sistem tenaga listrik disusun untuk memenuhi beban listrik dalam jaringan yang telah ditetapkan kriteria kinerja teknis serta kriteria kinerja ekonomisnya. Proses perencanaan operasi harus dimulai dengan proyeksi penyaluran beban listrik masa depan pada interval waktu tertentu, yaitu dengan melakukan peramalan beban (load for ecasting). Peramalan beban listrik diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu peramalan beban jangka pendek (short term load forecasting) , jangka menengah dan jangka panjang. Setiap model peramalan beban menggunakan metode yang berbeda untuk memenuhi tujuan spesifiknya [15] .

Peramalan beban selalu menjadi bagian penting dalam perencanaan dan operasi sistem tenaga listrik yang efisien. Oleh karena itu peramalan beban telah menjadi fokus penelitian di dalam negeri dan juga di luar negeri [1]. Data hasil peramalan beban dapat digunakan sebagai acuan optimalisasi aliran daya, operasi ekonomis sistem tenaga, unit commitment hydro-thermal dan perencanaan pembangkitan energi listrik. Oleh karena itu sistem peramalan beban menjadi bagian yang sangat penting, sehingga tingkat akurasinya sangat diperlukan [15].

Masalah utama dalam perencanaan adalah penentuan kebutuhan beban listrik dimasa depan, karena energi listrik tidak dapat disimpan. Peramalan beban yang benar akan sangat penting untuk kebutuhan investasi. Peramalan beban jangka

(33)

29

pendek menghitung estimasi beban listrik harian untuk setiap jam (bahkan per setengah jam) dan menghitung beban puncak harian. Banyak metode yang dikembangkan untuk melakukan peramalan beban, tetapi umumnya menggunakan pendekatan berbagai metode statistik misalnya regresi linier, model Bob Jenkins, eksponensial smooting dan Kalman Filter. Metode-metode diatas tidak dapat mewakili masalah non-linier yang kompleks. Bahkan PT. PLN sebagai perusahaan penyedia listrik masih mengadopsi metode peramalan beban konvensional yaitu dengan pendekatan deret waktu yang dikenal dengan metode koefisien beban. Metode tersebut masih memberikan error prediksi yang sangat besar ( rentang 8-10%) sehingga diperlukan metode lain untuk memperkecil tingkat error prediksi tersebut [15].

Dalam tulisan ini, berdasarkan kemungkinan waktu terjadinya maka dalam perkiraan beban dikelompokkan menjadi 3 bagian utama [8], antara lain:

A. Perkiraan beban jangka panjang

Laju pertumbuhan jumlah penduduk seiring dengan meningkatnya pembangunan disektor perumahan telah membawa konsekuensi logis akan bertambahnya kebutuhan akan energi listrik. Kebijakan pemerintah yang membuat para investor berminat untuk menanamkan modalnya dengan membangun beberapa industri juga memberikan konstribusi besar dalam pertumbuhan kebutuhan energi listrik. Olehnya itu sistem kelistrikan suatu daerah harus mampu mencukupi kebutuhan akan energi listrik dimasa sekarang dan yang akan datang. Sehingga perlu diadakan analisa perkiraan beban untuk jangka waktu yang panjang.

Peramalan beban jangka panjang adalah untuk jangka waktu satu tahun atau lebih. Dalam perkiraan beban jangka panjang masalah-masalah makro ekonomi yang merupakan masalah ekstern perusahaan listrik merupakan faktor utama yang menentukan arah perkiraan beban. Faktor makro tersebut misalnya pendapatan perkapita penduduk [8]. Dalam prediksi jangka panjang masalah-maslah makro ekonomi (Pendapatan Domestik Regional Bruto atau PDRB) merupakan masalah

(34)

30

ekstern perusahaan listrik merupakan faktor utama yang menentukan arah prediksi kebutuhan energi [16]. Olehnya itu perlu berkonsultasi dengan pihak pemerintah setempat didalam menentukan arah kebijakan perusahaan listrik terkait dengan masalah ini.

Dalam menganalisa perkiraan beban, ada dua parameter pokok dengan menggunakan 6 variabel, seperti: parameter ekonomi dengan variabel produk domestik regional bruto, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan parameter listrik dengan variable rasio elektrifikasi, faktor beban, losses [16]. Berdasarkan parameter dan variabel tersebut diatas maka kita bisa melakukan analisa perkiraan beban untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan beberapa metode, seperti metode regresi, neurol network (jaringan saraf tiruan), metode koefisioen beban, dsbnya. Dalam pembahasan ini akan diberikan satu contoh analisa perkiraan beban dengan menggunakan metode regresi, seperti pada lampiran.

B. Perkiraan beban jangka menengah

Perkiraan beban jangka menengah adalah untuk jangka waktu dari satu bulan sampai dengan satu tahun. Poros untuk perkiraan beban jangka menengah adalah Perkiraan Beban Jangka Panjang, sehingga perkiraan beban jangka menengah tidaklah dapat menyimpang terlalu jauh terhadap perkiraan beban jangka panjang. Dalam perkiraan beban jangka menengah masalah-masalah manajerial perusahaan misalnya kemampuan teknis memperluas jaringan distribusi, kemampuan teknis menyelesaikan proyek saluran transmisi. Masalah penyelesaian proyek ini sesungguhnya tidak sepenuhnya merupakan masalah intern perusahaan listrik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern khususnya jika menyangkut masalah pembebasan tanah dan masalah penyediaan dana. Dalam perkiraan beban jangka panjang biasanya hanya diperkirakan beban puncak yang tertinggi yang akan terjadi dalam sistem tenaga listrik, karena perkiraan beban jangka panjang lebih banyak dipergunakan untuk keperluan perencanaan pengembangan sistem. Tetapi dalam perkiraan beban jangka menengah aspek operasional yang menonjol, karena dalam

(35)

31

jangka menengah (kurang dari satu tahun) tidak banyak lagi yang dapat dilakukan dalam segi pengembangan. Oleh karenanya perkiraan mengenai besarnya beban minimum juga diperlukan karena beban yang rendah dapat menimbulkan persoalan operasional seperti timbulnya tegangan yang berlebihan serta keperluan untuk memberhentikan unit PLTU [8, 17].

Penyambungan langganan baru yang mempunyai daya tersambung dengan nilai antara 1 sampaiu 3% dari beban puncak sistem perlu diperhitungkan dalam perkiraan beban jangka menengah karena hal ini selain mempengaruhi beban yang akan terjadi dalam sistem terutama perlu dianalisa dari segi aliran daya. Untuk langganan baru dengan daya tersambung diatas 3% dari beban puncak sistem perlu diperhitungkan dalam perkiraan beban jangka panjang karena selain masalah aliran daya yang bakal terjadi dalam sistem juga masalah penyediaan dayanya perlu dipersiapkan dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun) dengan perhatian khusus [8].

C. Perkiraan beban jangka pendek.

Peramalan beban jangka pendek bertujuan untuk meramalkan beban listrik pada jangka waktu menit, jam, hari, atau minggu. Peramalan beban jangka pendek, memainkan peran yang penting dalam real time control dan fungsi-fungsi keamanan dari suatu sistem manajemen energi. Sebuah peramalan beban listrik jangka pendek yang tepat, dapat menghasilkan penghematan biaya operasional bagi produsen dan pengoptimalan penyediaan tenaga listrik kepada konsumen. Peramalan beban listrik jangka pendek untuk jangka waktu 1-24 jam ke depan adalah penting untuk operasi sehari-hari dari utilitas daya. Peramalan beban ini digunakan untuk unit commitment, energy transfer scheduling, dan load dispatch [15].

Dalam perkiraan beban jangka pendek terdapat batas atas untuk beban maksimum dan batas bawah untuk beban minimum yang ditentukan oleh perkiraan beban jangka menengah. Besarnya beban untuk setiap jam ditentukan dengan memperhatikan data beban diwaktu lalu dengan memperhatikan berbagai informasi

(36)

32

yang dapat mempengaruhi besarnya beban sistem seperti cuaca dan suhu udara. Dengan demikian perkiraan beban baik itu beban puncak maupun bukan beban puncak dapat diketahui sebagai landasan dalam operasi sistem tenaga listrik untuk periode yang singkat.

D. Metode Perkiraan Beban

Tenaga listrik merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Tenaga listrik digunakan oleh beberapa sektor, antara lain sektor rumah tangga, industri, usaha komersial, dan tempat layanan umum. Besar konsumsi listrik pada suatu rentang waktu tidak dapat dihitung secara pasti. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan adalah meramalkan besar konsumsi listrik. Jika besar konsumsi listrik tidak diperkirakan maka dapat mempengaruhi ke siapan dari unit pembangkit untuk menyediakan pasokan listrik kepada konsumen. Ketidakseimbangan daya listrik antara sisi supply dan sisi demand dapat mengakibatkan kerugian. Pada sisi pembangkit dapat terjadi pemborosan apabila daya yang dibangkitkan lebih besar daripada penggunaan listrik di sisi konsumen. Pada sisi konsumen dapat terjadi pemadaman apabila daya yang dibangkitkan lebih kecil dari kebutuhan listrik konsumen [18].

Ada beberapa metode yang sudah dipakai untuk memprakirakan beban saat ini antara lain, metode koofisien beban, metode pendekatan linier, Fuzzy Logic (FL), Neural Network (NN), Probabilistic Reasoning (PR), Genetic Algorithms (GA), Multilayer Perceptron Network, Elman Recurrent Neural Network, Radial Basis Function Network, Hopfield Model, Fuzzy Inference System, Fuzzy Neural Network, dan lain sebagainya.

Dalam tulisan ini ada beberapa metode yang akan dijelaskan, sebagai berikut:

1. Metode Prediksi Regresi

Regresi adalah salah satu teknik statistik yang paling banyak digunakan. Untuk metoda regresi pada kasus peramalan beban listrik biasanya digunakan hubungan konsumsi beban dan lainya seperti faktor cuaca, jenis hari dan kelas

(37)

33

pelanggan [19]. Metode prediksi regresi dibedakan menjadi dua: regesi linier, dan regresi non linier [16] .

1. 1. Regresi linier

Regresi linier merupakan bentuk hubungan di mana variabel bebasXmaupunvariabel tergantungYsebagaifaktoryangberpangkatsatu. Regresilinierinidibedakanmenjadi [4]: a) Regresi linier sederhana dengan bentuk fungsi:

Y =a+bX, …..….. …………(3.1) b) Regresi linier berganda dengan bentuk fungsi:

Y =b0+b1X1+ …+bpXp...(3.2)

Dari kedua fungsi di atas (1dan 2); masing-masing berbentuk garis lurus (linier sederhana) dan bidang datar (linier berganda).

1.2. Regresi Non Linier

Regresi nonlinier ialah bentuk hubungan atau fungsi di mana variabel bebas X dan atau variabel tak bebas Y dapat berfungsi sebagai faktor atau variabel dengan pangkat tertentu. Selain itu,variabel bebas Xdan atau variabel tak bebas Ydapat berfungsi sebagai penyebut (fungsi pecahan), maupun variabel X dan atau variabel Y dapat berfungsisebagaipangkat fungsi eksponen=fungsi perpangkatan. Regresi non linier dibedakan menjadi [4]: a) Regresi Polinomial b) Regresihiperbola (fungsiresiprokal). c) Regresi Eksponensial d) Regresi Logaritmik e) Regresifungsigeometri.

Metode regresi ini biasanya digunakan untuk perkiraan beban jangka panjang, seperti yang diuraikan pada lampiran buku ajar ini.

2. Metode Keefisien Energi

Metode ini dipakai untuk meramalkan beban harian dari suatu sistem tenaga listrik. Beban untuk setiap jam diberi koefisien yang menggambarkan beasrnya beban pada jam tersebut dalam perbandingannya terhadap beban puncak.

(38)

Koefisien-34

koefisien ini berbeda untuk hari Senin sampai dengan Minggu dan untuk hari libur bukan hari Ahad. Setelah didapat perkiraan kurva beban harian dengan metode koefisien, masih perlu dilakukan koreksi-koreksi berdasarkan informasi-informasi terakhir mengenai perkiraan suhu dan kegiatan masyarakat. Perkiraan beban ini bisa juga digunakan untuk peramalan beban jangka menengah.

Langkah perkiraan beban untuk keperluan operasi dimulai dari pembuatan kurva energi selama satu tahun yang terdiri dari 52 minggu. Kurva tahunan merupakan suatu kurva yang dibentuk oleh energi mungguan selama satu tahun. Kurva ini dibentuk dengan mengetahui dahulu besarnya target pembelian energi untuk menghitung perkiraan energi tahunan disamping data energi mingguan dari tahun-tahun sebelumnya. Pembentukan koefiesien energi mingguan selama satu tahun dengan data operasional sebagai berikut [17, 20]:

Koef E M1 Koef E M2 Koef E M3...Koef E M52

...(3.3)

Koef E M53 Koef E M54 Koef E M55...Koef E M104

...(3.4) Koef EMrk Sehingga:

Energi mingguan tahun ke-n = Koef EMrk x Energi Tahunan yg direncanakan ...(3.5) Dimana:

Koef E M1 adalah Koefisien energi mingguan pada minggu ke-1 untuk data

ke-n

Koef EMrk adalah Koefisien energi mingguan selama 1 tahun

3. Metode Similar-Day Approach

Pendekatan ini didasarkan kepada mencari sejarah data untuk hari dalam satu, dua atau tiga tahun yang memiliki karakteritik serupa sampai hari perkiraan. Karakteristik serupa termasuk cuaca, hari minggu dan tanggal. Beban dari hari yang sama dianggap sebagai ramalan. Bahkan beban hari yang sama, ramalan bisa menjadi

(39)

35

kombinasi linear atau prosedur regresi yang dapat mencakup hari yang serupa. Koefisien trend dapat digunakan untuk hari yang sama di tahun sebelumnya [19].

4. Metode Time Series

Metoda ini didasarkan pada asumsi bahwa, data memiliki struktur internal, seperti autokorelasi, trend atau variasi musiman. Metoda ini mendeteksi dan mengeksplorasi struktur seperti itu. Metoda ini telah dipakai sejak lama terutama pada bidang-bidang seperti ekonomi, pemrosesan sinyal digital, serta peramalan beban listrik. Secara khusus, ARMA (Autoregressive Moving Average), ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average), ARMAX (Autoregressive Moving Average with Exogenous Variable), dan ARIMAX (Autoregressive Interated Moving Average with Exogenous Variable) adalah metode yang paling sering menggunakan time series klasik.

5. Metode Neurol Networks

Jaringan Syaraf Tiruan adalah sistem pemrosesan informasi yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf biologi. Jaringan Syaraf Tiruan melakukan peniruan aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam sebuah jaringan syaraf biologi otak manusia. Pada jaringan syaraf biologi terjadi berbagai aktivitas yang sangat kompleks dan rumit. Beberapa diantaranya adalah mengingat, memahami, menyimpan, dan memanggil kembali informasi yang pernah dipelajari. Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut sinapsis. Neuron bekerja berdasarkan impuls atau sinyal yang diberikan pada neuron. Neuron meneruskannya pada neuron lain. Diperkirakan manusia memiliki 1012 neuron dan 6.1018 sinapsis. Dengan jumlah yang begitu banyak, otak mampu mengenali pola, melakukan perhitungan, dan mengontrol organ-organ tubuh dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan komputer digital [21].

Neuron memiliki 3 komponen penting yaitu dendrit, soma dan axon. Dendrit menerima sinyal dari neuron lain. Sinyal tersebut berupa impuls elektrik yang dikirim

(40)

36

melalui celah sinaptik melalui proses kimiawi. Sinyal tersebut dimodifikasi (diperkuat atau diperlemah) di celah sinaptik. Berikutnya, soma menjumlahkan semua sinyal-sinyal yang masuk. Kalau jumlahan tersebut cukup kuat dan melebihi batas ambang (threshold), maka sinyal tersebut akan diteruskan ke sel lain melalui axon. Frekuensi penerusan sinyal berbeda-beda antara satu sel dengan yang lain. Beberapa metoda yang menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk peramalan beban listrik adalah Backpropogation, Multilayer Perceptron, Kohonen Map, ANN (Artificial Neural Networks) [22].

6. Metode Fuzzy Logic

Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelegent) yang mengemulasi kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk algoritma yang kemudian dijalankan oleh mesin. Algoritma ini digunakan dalam berbagai aplikasi pemrosesan data yang tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk biner. Logika fuzzy menginterpretasikan statement yang samar menjadi sebuah pengertian yang logis. Logika Fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh seorang kebangsaan Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley pada tahun 1965 dalam papernya yang monumental. Dalam paper tersebut dipaparkan ide dasar fuzzy set yang meliputi inclusion, union, intersection, complement, relation dan convexity. Pelopor aplikasi fuzzy set dalam bidang kontrol, yang merupakan aplikasi pertama dan utama dari fuzzy set adalah Prof. Ebrahim Mamdani dan kawan-kawan dari Queen Mary College London. Penerapan kontrol fuzzy secara nyata di industri banyak dipelopori para ahli dari Jepang, misalnya Prof. Sugeno dari Tokyo Institute of Technology, Prof.Yamakawa dari Kyusu Institute of Technology, Togay dan Watanabe dari Bell Telephone Labs. Himpunan fuzzy merupakan suatu pengembangan lebih lanjut tentang konsep himpunan dalam matematika. Himpunan Fuzzy adalah rentang nilai-nilai. Masing-masing nilai mempunyai derajat keanggotaan (membership) antara 0 sampai dengan 1. Ungkapan logika Boolean menggambarkan nilai-nilai “benar” atau “salah”. Logika fuzzy

(41)

37

menggunakan ungkapan misalnya: “sangat lambat”, ”agak sedang”, “sangat cepat” dan lain-lain untuk mengungkapkan derajat intensitasnya, Logika fuzzy menggunakan satu set aturan untuk menggambarkan perilakunya. Aturan-aturan tersebut menggambarkan kondisi yang diharapkan dan hasil yang diinginkan dengan menggunakan statemen IF… THEN. Suatu himpunan fuzzy A dalam semesta pembicaraan dinyatakan dengan fungsi keanggotaan (membership function) Aμ , yang harganya berada dalam interval (0,1) [19].

Contoh dari beberapa metode tersebut diatas akan disajikan langsung pada sesi pertemuan kuliah (tatap muka).

3.1.3 Keandalan Sistem

Beberapa faktor yang menentukan kualitas energi listrik yang dipakai adalah kestabilan tegangan, frekuensi, kontinuitas pelayanan dan faktor daya. Namun dari beberapa faktor diatas yang dirasakan jelas oleh pelanggan adalah kontinuitas pelayanan energi listrik karena banyak keluhan dari para pelanggan mengenai sering terjadi aliran listrik yang padam dan lama padam yang terlalu lama. Sehingga untuk dapat melayani pelanggan dengan baik, sebuah perusahaan listrik biasnya mempunyai standar kualitas dalam penyaluran tenaga listrik, seperti [23]:

a) Tenaga listrik arus bolak-balik yang disalurkan baik satu fasa maupun tiga fasa mempunyai frekuensi 50 Hz, dengan penyimpangan ±0,5 Hz.

b) Pada jaringan tegangan rendah, tegangan nominalnya adalah : o Antara fasa dengan netral : 220 volt

o Antara fasa dengan fasa : 380 volt

c) Pada jaringan tegangan menengah, tegangan nominalnya adalah 20 kV. d) Variasi tegangan yang diperbolehkan adalah maksimum 5% nominal dan

minimum 10% nominal, baik tegangan rendah maupun tegangan menengah. Kualitas energi listrik yang diterima konsumen sangat dipengaruhi oleh keandalan sistem pendistribusiannya. Keandalan menggambarkan suatu ukuran tingkat ketersediaan/pelayanan penyediaan tenaga listrik dari sistem ke

Gambar

Gambar 1.1. Sistem Ketenagalistrikan Diagram Satu Garis
Gambar 1.2 berikut mengindikasikan gambaran yang ingin dicapai dari tujuan  operasi sistem ketenagalistrikan, sebagai berikut:
Gambar 1.3. Keadaan Operasi Sistem KetenagalistrikanGaris Kerja   Normal Siaga Pemulihan  Darurat
Gambar 2.1. Hubungan antara pembangkitan dan beban terhadap frekuensi 2.2 Pengaturan tegangan dalam sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Stimulus berupa tekanan akan direspon oleh reseptor tekan dan menmbulkan sensasi tekan. Stimuls untuk sensasi tekan adalah tekanan fisik pada kulit.Walaupun manusia

Rencana operasi mingguan berisi jadwal operasi serta pembebanan unit-unit pembangkit untuk 168 jam yang akan datang atas dasar pertimbangan ekonomis (pembebanan

Berdasarkan hasil analisis ragam dapat diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair dengan dosis berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap produksi serat kasar hijauan gamal

Kemenaker harus mencarikan solusi membuka lapangan kerja bagi buruh rokok yang di PHK (karena perusahaan rokok lebih senang memproduksi rokok mesin yang serapan tenaga kerjanya

Oleh karena itu dengan kemampuan dan waktu terbatas yang penulis miliki akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul ”Prosedur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan preferensi konsumen dalam pembelian buah Mangga Gedong Gincu di Pasar Tradisional Kota Cirebon, atribut buah mangga Gedong

Dari tabel di atas menunjukan bahwa dari 36 orang siswa yang di jadikan sampel penelitian 17 orang siswa atau 47,22% menyatakan bahwa tahapan- tahapan yang dilakukan oleh

[3.11] Menimbang bahwa Pemohon pada pokoknya mendalilkan keberatan terhadap Keputusan Termohon berupa Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala