• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode tiga titik#5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode tiga titik#5"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

5. METODE TIGA TITIK

Pada bagian ini kita akan belajar cara menentukan strike dan dip dari suatu bidang atau lapisan planar dengan menggunakan tiga titik pengamatan yang diketahui kordinat serta ketinggian. Data - data ini bisa didapat dari data pengukuran lapangan ataupun dari data pemboran (drilling). Perhitungan atau cara ini menggunakan prinsip dasar yang menyatakan bahwa gabungan dari tiga titik atau lebih dapat membentuk sebuah bidang dengan arah tertentu. Terdapat 2 jenis tipe masalah yang akan kita jumpai dalam menggunakan metode tiga titik ini :

1. 2 titik yang berada pada ketinggian yang sama. 2. ketiga titiknya berada pada elevasi yang berbeda. Tipe pertama :

Contoh kasus ;

Bayangkan suatu lapisan putih tuff yang berada diantara 2 lapisan masiv agglomerat hasil aktifitas vulkanik. Sequennya bersifat homoklin (arah strike tidak berubah), tetapi karena tuff tersebut bersifat friable (rapuh) dan mudah lapuk, kita tidak dapat melakukan pengukuran strike / dip. Lokasi dan elevasi dari 3 titik pengamatan, adalah kontak antara tuff dan agglomerat pada gb 5.1a. Titik X dan Y berada pada ketinngian 100 m, dan titik Z pada elevasi 60 m. Tentukan arah dari kontak agglomerat dengan lapisan tuff. X,Y,dan Z adalah lapisan tuff.

Langkah-langkah pengerjaan :

a. Buat gambar berskala yang menggambarkan ke tiga titik pada elevasi yang sama ( pada kasus ini 2 titik berada pada elevasi yang sama (X dan Y) sedangkan satu titik lainnya merupakan proyeksi dari titik yang tidak berada pada elevasi yang sama ( Z’)). Lihat gambar 5.1

b. Hubungkan X dan Y dengan satu garis lurus. Karena berada pada ketinggian yang sama dengan kata lain garis ini posisinya horizontal, maka garis ini merupakan strike dari bidang.

c. Dengan menggunakan penggaris segitiga, gambar garis tegak lurus dengan garis XY memotong titik Z’. kita namakan garis ini garis Z’Q yang paralel dengan arah true dip. Garis Z’Q juga merupakan garis sumbu putar. Putar penampang sampai horizontal dengan sumbu pada garis Z’Q sehingga titik Z

(2)

seolah olah nampak di permukaan atau berada pada elevasi yang sama dengan titik X, Y, Z’. dengan menggunakan skala vertikal yang sama dengan skala horizontal maka kita akan mempunyai suatu bidang segitiga dengan titik titik Z, Z’ dan Q. Sudut lancipyang dibentuk antara QZ’’ dan dan QZ adalah nilai dip dari bidang tersebut.

Gbr. 5.1 Penyelesaian secara grafis terhadap metode tiga titik (a,b) penyelesaian untuk tipe pertama, (c-g) adalah penyelesaian untuk tipe kedua.

- Tipe kedua

a. Buat penampang berskala yang menggabungkan ke tiga titik pada satu elevasi yang sama ( pada kasus ini jadikan elevasi titik tertinggi sebagai elevasi utama dan proyeksikan 2 titik lainnya ke elevasi ini).

b. Buat garis LN’ ynag menghubungkan titik tertinggi dengan proyeksi titik terendah. Dititik tertentu dari garis LN’ terdapat titik Q’ yang merupakan proyeksi dari titik Q yang berada pada elevasi yang sama dengan titik M. karena titik Q berada pada elevasi yang sama dengan M, maka garis QM merupakan garis strike dari lapisan ini pada elevasi M dan Q. garis Q’M’

Lab. Geodinamik UNPAD

(3)

merupakan proyeksi dari garis strike pada elevasi tertinggi. Langkah selanjutnya akan menjelaskan cara lain untuk menentukan titik Q pada garis LN’.

c. Gambar garis N’V arah dengan arah sembarangan dimulai dari N’. Paling

ideal adalah bila garis N’V membentuk sudut 200 – 400 dengan garis LN’ dan

kurang lebih 20% lebih panjang. Pada garis ini buat titik titik yang melambangkan perbedaan elevasi dari titik tertinggi hingga ke rendah. Hubungkan titik pada N’V ynag menghubungkan elevasi L dengan titik L , dan kita namakan titik F. garis FL tidak harus tegak lurus dengan garis LN’. tentukan titik pada garis N’V yang melambangkan elevasi pada titik M, dan kita sebut dengan titik Q. Gambar garis dari titik E sehingga bersinggungan dengan garis LN’ dan tegak lurus dengan garis FL. Titik persinggungan antara garis E dengan garis LN’ kita sebut dengan garis Q’. Lalu buat garis yang menghubungkan titik Q’ dengan titik M’dan kita namakan dengan garis Q’M’. Garis Q’M’ merupakan garis strike dari bidang atau lapisan ini.

d. Garis LN’ sebagai sumbu putar (sama dengan fungsi garis Z’Q pada soal tipe 1). Kita ibaratkan bahwa kita memutar garis ini sehingga titik N yang berada dibawah sekarang berada di elevasi yang sam dengan titik N’. buat garis yang tegak lurus LN’ dan melewati titik N’, pada garis ini buat skala kedalaman ( skala vertikal = skala horizontal) hingga skala tersebut mencapai titik N.bila kita sudah mendapatkan titik N, buat garis yang menghubungkan antara titik N dan titik L. Sudut yang dibentuk oleh garis NL dan garis LN’ adalah apparent dip dari lapisan ini (kenapa bukan true dip??). Pada garis dimana kita membuat skala vertikal, tentukan elevasi titik Q pada garis . Pada titik ini buat garis yang tegak lurus garis NN’ dan menyinggung garis LN. Titik persinggungan antara garis ini dengan garis LN kita namakan titik Q’ yang merupakan proyeksi titik Q pada kedalaman yan sama M. Setelah itu buat garis sejajar garis NN’ dan menyinggung garis LN’. titik persinggungan ini merupakan proyeksi titik Q pada elevasi tertinggi. Hubungkan titik Q’ dan dan titik M’ sehingga membentuk sebuah garis. Garis ini merupakan arah strike dari lapisan.

Setelah kita mendapatkan arah strike dari perlapisan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan besar dip dari lapisan. Agar tidak membuat pusing

(4)

kepala sebaiknya pembuatan dip tidak di gambar pada gambar yang sama dimana kita menggambar arah strike ( takut tertukar antara apparent dip dan true dip).

Dari proyeksi titik terendah (N’) gambar garis tegak lurus memotong garis Q’M’, perpotongannya kita namakan titik D. dengan menggunakan garis DN’ sebagai sumbu putar, kita putar garis ini sehinnga titik N berada di permukaan. Gunakan skala yang sama antara horizontal dan vertikal. Sudut lancip yang dibentuk antara garis DN dan garis DN’ merupakan nilai dip dari lapisan ini.

Penggunaan Metode tiga titik dalam kasus pemboran

Cara penyelesaian sama persis dengan langkah-langkah di atas, perbedaannya data pada kasus di atas didapat pada permukaan sehingga jarak vertikal adalah ketinggian (elevasi), sedangkan dalam pengeboran jarak vertikal adalah kedalaman.

Sekian dari saya heheheheh : ), semoga loe loe semua bisa nelen dan ngerti tulisan gue ini.. : ) by Kevin.

(5)

PROBLEM 1

Data yang tersedia : Tiga titik A,B, dan C kesemuanya ada pada permukaan bidang yang sama, dengan elevasi 75 kaki, 175 kaki dan 100 kaki.

(6)

PROBLEM 2

Pada suatu eksplorasi Batubara, terdapat 3 lubang bor yaitu A,B dan C. Pada lubang Bor A dijumpai kontak antara batubara dengan batulempung pada

kedalaman 50 m ( batubara berumur lebih tua). Pada lubang Bor B dan C dijumpai pula kontak tsb dengan kedalaman masing-masing 175 m dan 50 m. Jarak lubang bor A-B = 100 m, A-C = 75 m

Azimut dari Bor A ke B = N080°E Dari Bor A ke C = N155°E

Tentukan jurus dan kemiringan lapisan batubara !!!!!!!!!!!

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 2.2 Solusi layak semua constraint kasus Reddy Mikks Langkah 2 Menentukan solusi optimal dari diantara semua titik sudut solusi layak.. Daerah solusi layak seperti pada

Kuasa titik (x 1 , y 1 ) terletak diluar lingkaran maka kuasanya merupakan kuadratnya jarak titik tersebut ke titik singgung lingkaran dari garis singgung yang dibuat

- Nilai pergeseran rata-rata posisi horisontal titik-titik yang berada pada lokasi dengan ruang pandang ke langit relatif terbuka (poligon model 1 & 2) memberikan hasil yang

dan titik 3 berada dalam kategori buruk dengan persentase tutupan hard coral sebagai berikut: titik 1 (satu) 29,75% , titik 2 (dua) 31,16%, dan titik 3 (tiga) 24,26%,

- Nilai pergeseran rata-rata posisi horisontal titik-titik yang berada pada lokasi dengan ruang pandang ke langit relatif terbuka (poligon model 1 & 2) memberikan hasil yang

(5) Penarikan Garis Pangkal Lurus Kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan dengan memanfaatkan titik-titik terluar pada Garis Air Rendah pada setiap

1) Jika tiga bidang berpotongan dan perpotongannya berupa titik, maka SPLTV tersebut mempunyai satu anggota dalam himpunan penyelesaiannya (mempunyai penyelesaian

3 Ketiga bidang tersebut dapat digambarkan seperti berikut Jika titik 𝑃 berada dalam ruang dimensi tiga, maka secara sistem koordinat kartesius dituliskan berupa bilangan ganda tiga