• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Internal Pada Sistem Pembayaran Apbn Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Medan II Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengawasan Internal Pada Sistem Pembayaran Apbn Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Medan II Chapter III IV"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Anggaran

Anggaran secara umum adalah suatu rencana yang disusun secara

sistematis dalam bentukangka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi

seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang akandatang. Oleh karena

rencana yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran

sering kali disebut juga dengan rencana keuangan.

Pengertian Anggaran Menurut Munandar (2001:11) defenisi

anggaranadalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi

seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit atau kesatuan moneter

yang berlaku untuk jangka waktu yang akan datang.

Menurut Welsch (2000:5) Anggaran juga dapat diartikan sebagai istilah

perencanaan untuk pengendalian laba menyeluruh dapat didefenisikan secara luas

sebagai suatu anggaran sistematis dan formal untuk perencanaan,

pengkoordinasian dan pengendalian tanggung jawab manajemen.

Menurut Nafarin, (2000:11), Anggaran merupakan rencana tertulis

mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk

jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat

(2)

B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Pengertian APBN secara umum adalah rencana kerja yang diperhitungkan,

yang disusun secara sistematis, dimana mencakup rencana penerimaan dan

rencana pengeluaran untuk satu tahun anggaran, yang telah disusun oleh

pemerintah pusat dan telah disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Penyusunan APBN merupakan manifestasi pelaksanaan kewajiban pemerintah

sesuai dengan pasal 23 amandemen UUD 1945.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia UU No. 1 Tahun 2004

pasal 12 tentang perbendaharaan Negara, APBN didalam satu tahun anggaran

yaitu meliputi:

1. Hak pemerintah dalam hal ini pemerntah pusat yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih.

2. Kewajiban pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih.

3. Penerimaan yang nantinya perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan

diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada

tahun-tahun anggaran berikutnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.17 tahun 2003,

tentang pengertian Anggaran secara mendasar, adalah sebagai berikut:

pengertian Anggaranadalah alat akuntabilitas dalam manajemen dan

kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi akuntabilitas, maka pengeluaran anggaran

hendaknya dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan hasil berupa

(3)

Sebagai alat manajemen, maka dalam sistem penganggaran selayaknya dapat

membantu aktivitas berkelanjutan untuk memperbaiki efektivitas dan efesiensi

program pemerintah . adapun instrument kebijakan ekonomi, maka anggaran

tersebut berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

serta pemeretaan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

B.1 Fungsi sumber penerimaan dan pengeluaran APBN B.1.1Fungsi APBN

Fungsi APBN menurut Eeng (2007:11) tertulis didalam bukunya yang berjudul:

“Membina Kompetensi Ekonomi” menjelaskan tentang fungsi APBN adalah

sebagai berikut:

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,

distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran

yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan

dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai

pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

- Fungsi otorisasi

mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan

demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada

(4)

1. Fungsi perencanaan

mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi

negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu

pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat

rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah

direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan

dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk

mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.

- Fungsi pengawasan

berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah

kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah

tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu

dibenarkan atau tidak.

- Fungsi alokasi

berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi

pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan

efektivitas perekonomian.

- Fungsi distribusi

Pendapatan negara dan daerah yang dihimpun dari berbagai sumber

penerimaan akan digunakan kembali untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

(5)

- Fungsi stabilisasi

memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

B.1.2 Sumber penerimaan APBN

Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yaitu :

Penerimaan pajak yang meliputi :

1. Pajak Penghasilan (PPh),

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB),

4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) &Cukai, dan

5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan

pajak/pungutan ekspor)

6. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi

7. Penerimaan dari sumber daya alam.

8. Setoran laba BUMN.

9. Penerimaan bukan pajak lainnya.

B.1.3 Sumber Pengeluaran APBN

Pengeluaran negara merupakan pengeluaran untuk membiayai kegiatan-kegiatan

pada suatu negara, dalam rangka menjalankan fungsinya mewujudkan

kesejahteraan rakyat. Setiap periode anggaran, jumlah pengeluaran pemerintah

(6)

1. Meningkatnya fungsi pertahanan, fungsi keamanan,dan fungsi

ketertiban.

2. Meningkatnya fungsi pemerintah.

3. Meningkatkan fungsi perbankan.

4. Meningkatnya fungsi pembangunan.

Ada 2 sifat Pengeluaran Pemerintah, yaitu:

1. Sifat Ekhsautif, pengeluaran pemerintah yang ada kontra prestasinya

berupa pembelian atau belanja barang atau jasa dalam perekonomian baik

untuk konsumsi maupun untuk menghasilkan barang.

2. Sifat Transfer, pengeluakran pemerintah yang tidak ada kontra

prestasinya yaitu berupa penyimpanan atau pemindahan.

B.2 Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggung jawaban APBN B.2.1 Penyusunan APBN

Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang

APBN kepada DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan

Undang-Undang tentang APBN selambat-lambatnya 2 bulansebelum tahun anggaran

dilaksanakan.

B.2.2 Pelaksanaan APBN

Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN

dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.Berdasarkan perkembangan, di

(7)

revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan

RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan APBN

dilakukan paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran

DPR.Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat

melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya.

B.2.3 Pertanggungjawaban APBN

Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden

menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada

DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa

Keuangan.

B.3 Prinsip penyusunan APBN

Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:

1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan

penyetoran.

2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.

3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan

penuntutan denda.

Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN

adalah:

1. Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.

(8)

3. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan

memperhatikan kemampuan atau potensi nasional

B.4 Azas penyusunan APBN

APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:

1. Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri;

2. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas;

3. Penajaman prioritas pembangunan; dan

4. Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara.

B.5 Hubungan Antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi

APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisahkan, alokasi dana yang terdapat didalam APBN digunakan untuk

pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan

ekonomi. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang

penting dalam menentukan tingkat kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang

APBN adalah indikator makro ekonomi yang menjadi indikator dalam proses

pertumbuhan ekonomi.

Menurut Sadli dalam Kliping Berita Ekonomi dan Opini Ekonomi pada

tahun 2007 yang berjudul “Pertumbuhan Ekonomi Tidak Bisa Dipaksakan”

Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran

yang tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan

skill sebagian terbesar SDM kita. Dilain pihak tenaga kerja juga kurang fleksibel,

(9)

C.Mekanisme Pembayaran APBN

Dalam pencairan dana pengeluaran negara dikenal 2 mekanisme

pembayaran, yaitu mekanisme pembayaran langsung kepada pihak ketiga (LS)

dan melalui Uang Persediaan (UP).

C.1 Mekanisme Pencairan Dana Anggaran Uang Persedian (UP)

Uang persediaan merupakan uang muka kerja dengan jumlah tertentu yang

bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada bendahara pengeluaran hanya

untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat

dilakukan dengan pembayaran langsung. Terminologi uang persediaan tersebut

telah melewati beberapa kali perubahan nama dan jumlah. Sejak diperkenalkan

pertama kali dengan nama Uang Untuk DiPertanggungjawabkan (UUDP),

kemudian mengalami perubahan menjadi Uang Yang Harus

Dipertanggungjawabkan (UYHD), kemudian mengalami perubahan menjadi Uang

Persediaan (UP) yang dikenal selama ini. Uang persediaan yang diberikan kepada

bendahara pengeluaran merupakan uang muka kerja dari Bendahara Umum

Negara (BUN) atau Kuasa BUN yang belum membebani anggaran (transito) yang

harus dipertanggungjawabkan.

Menurut PMK.190/PMK.05/2012 Surat Perintah Pembayaran Uang

Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang berisi permintaan pembayaran tagihan

(10)

sebagaimana lampiran 1 (satu) dan kelengkapan persyaratannya diatur sebagai

berikut :

1. SPP-UP

Surat pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang

ditunjuk, menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus LS. SPP-UP

dipergunakan untuk mengisi Uang Persediaan tiap-tiap SKPD (Satuan Kerja

Pengelolaan Keuangan Daerah). Pengajuan SPP-UP hanya dilakukan sekali dalam

setahun, selanjutnya untuk mengisi saldo uang persediaan akan menggunakan

SPP-GUP.

2. SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan)

SSP-TUP dipergunakan hanya untuk memintakan tambahan uang, apabila

terjadi pengeluaran yang sedemikian rupa sehingga saldo UP tidak akan cukup

untuk membiayainya. Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus

dipertanggungjawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan kembali.

Adapun kelengkapan persyaratannya diatur sebagai berikut :

a. Rincian rencana penggunaan dana Tambahan Uang Persediaan dari Kuasa

Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.

b. Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk

bahwa :

1) Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan

habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D;

(11)

3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara

langsung.

c. Rekening Koran yang menunjuk saldo terakhir.

3. SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)

SPP-GUP dipergunakan untuk mengganti UP yang sudah habis

terpakai. Adapun kelengkapan persyaratannya diatur sebagai berikut :

a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran;

b. SPTB (Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja;

c. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh Kuasa Pengguna Anggaran

atau pejabat yang telah ditunjuk.

Uang persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk Satuan

Kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari (kelompok akun 52

dan 58), yaitu untuk pengeluaran belanja barang pada klasifikasi belanja 5211,

5212, 5221, 5231, 5241 dan 5811 dan biaya administrasi kegiatan pada kelompok

belanja modal (kelompok akun 53), yaitu akun 5311, 5321, 5331, 5341 dan 5361

yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung. Pengajuan Dana Uang

Persediaan melalui Surat Perintah Membayar yang terdiri dari :

1. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) adalah Surat Perintah

Membayar yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa pengguna Anggaran,

yang dananya dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasional kantor

sehari-hari.

2. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GUP) adalah Surat

(12)

Anggaran penggunaan Anggaran dengan membebani DIPA, yang dananya

dipergunakan untuk menggantikan uang persediaan yang telah dipakai.

3. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TUP) adalah Surat

Perintah Membayar yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa pengguna

Anggaran karena kebutuhan dananya melebihi dari pagu uang persediaan yang

ditetapkan.

4. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan

(SPM-PTUP) adalah pertanggungjawaban atas TUP, dimana TUP/Tambahan

Uang Persediaan adalah uang muka yang diberikan kepada Bendahara

Pengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan

melebihi pagu yang telah ditetapkan.

5. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persedian Nihil (SPM-GUP Nihil)

adalah surat yang diterbitkan PPSPM sebagai pertanggungjawaban TUP dengan

membebani DIPA.

Berdasarkan Surat Permintaan Membayar di atas oleh KPPN sebagai

Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) menerbitan Surat Perintah Pencairan

Pembayaran (SP2D).

C.1.1 Prosedur Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

Adapun prosedur pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah sebagai

(13)

1. Dasar pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) UP adalah pelaksanaan

kegiatan yang harus dilakukan yang diperjanjikan baik dalam spesifikasi teknis

maupun dalam jadwal/waktu penyelesaian.

2. Pada setiap-setiap penyelesaian pekerjaan perlu dilakukan pemeriksaan. Hasil

pemeriksaan dituangkan dalam suatu dokumen Berita Acara Hasil Pemeriksaan

Penyelesaian Pekerjaan.

3. Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan harus memuat

sekurang-kurangnya identitas pekerjaan (yang meliputi kantor/satuan kerja pengelola

pekerjaan, nomor dan tanggal kontrak kerja, tempat/lokasi pekerjaan, besar nilai

kontrak, tempat/lokasi pekerjaan, besar nilai kontrak, nomor dan tanggal DIPA

yang menjadi dasar pembuatan dan/atau ditunjuk dalam kontrak), tahap

penyelesaian pekerjaan (termin), pernyataan kesaksian atas prestasi kerja yang

telah diselesaikan, dan rekomendasi pembayaran hak/tagihan atas penyelesaian

pekerjaan.

4. Berita Acara dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap 5 (lima) dan disampaikan

kepada pihak yang melakukan kontrak (masing-masing satu berkas), dua berkas

(asli dan tindasan) kepada penerbit SPM (sebagai lampiran Surat Permintaan

Pembayaran), dan satu berkas untuk disimpan oleh pejabat pelaksana pemeriksaan

pekerjaan yang bersangkutan.

5. Berdasarkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan, Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) segera membuat dan menyampaikan SPP kepada

PA/Kuasa PA (Selaku Pemberi Kerja) untuk selanjutnya diteruskan kepada

(14)

1) Nomor dan Tanggal DIPA yang dibebankan

7) Identitas penerima pembayaran (nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening,

nama bank)

6. SPP dilengkapi dengan asli dokumen kontrak, kuitansi yang diisi dengan nilai

pembayaran yang diminta, dan asli Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan

Berita Acara Hasil Penyelesaian Pekerjaan.

C.1.2 Prosedur Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

Setelah menerima SPP, Pejabat Penerbit SPM melakukan kegiatan

penerbitan SPM melalui mekanisme sebagai berikut :

C.1.2.1 Penerimaan dan Pengujian SPP

Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi

check list kelengkapan berkas SPP, mencatatnya dalam buku pengawasan

penerimaan SPP kemudian menyerahkan tanda terima SPP berkenan. Selanjutnya,

petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada Pejabat Penguji SPP

untuk melakukan pengujian sebagai berikut :

1) Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan

(15)

2) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh

keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran.

3) Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja yang dicapai

dengan indicator kinerja.

4) Memeriksa kebenaran atashak tagih yang menyangkut, antara lain:

a) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan,

alamat, nomor rekening dan nama bank)

b) Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau kelayakannya prestasi

kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak

berkenaan), dan

c) Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang

tercantum dalam DIPA dan/atau ketepatannya terhadap jadual waktu

pembayaran guna meyakinkan bahwa tagihan yang harus dibayar belum

melampaui batas waktu yang telah ditentukan)

5) Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan indicator

kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenan dan/atau spesifikasi teknis yang

telah ditetapkan dalam kontrak.

C.1.2.2 Penetapan SPM-UP

Setelah melakukan pengujian SPP, SPM diterbitkan sekurang-kurangnya

dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan :

1) Lembar kesatu dan lembar kedua disampaikan kepada KPPN sebagai Kantor

(16)

2) Lembar ketiga sebagai pertinggal pada kantor/satuan kerja yang bersangkutan.

SPM yang diterbitkan dinyatakan sah apabila ditandatangani oleh pejabat

penanda tangan SPM. Instansi penerbit SPM harus menyampaikannya kepada

KPPN, nama, specimen tanda tangan pejabat yang diberi kewenangan utnuk

menandatangani SPM dan cap instansi penerbit SPM.

C.1.2.3 Penerbitan SPM UP

Pengujian SPM-UP dilakukan dengan cara sebagi berikut :

1. PA/Kuasa PA menerbitkan SPM-UP berdasarkan alokasi dana dalam DIPA atau

dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPA atas

permintaan dari Bendahara Pengeluaran yang dibebankan pada Mata Anggaran

Keluaran (MAK) untuk pengeluaran transito.

2. KPPN berdasarkan SPM-UP dimaksud di atas menerbitkan SP2D untuk rekening

Bendahara Pengeluaran yang ditunjuk dalam SPM-UP

C.1.2.4 Penerimaan SPM UP

SPM disampakan oleh PA/Kuasa PA melalui loket penerimaan SPM.

Petugas loket penerimaan SPM. Petugas loket penerimaan SPM memeriksa

kelengkapan berkas SPM, mengisi check list kelengkapan berkas SPM, mencatat

dalam buku pengawasan penerimaan SPM dan menyerahkan tanda terima.

(17)

C.1.2.5 Pengujian SPM UP C.1.2.5.1 Pengujian Substansi

Petugas dari seksi Perbendaharaan melakukan pengujian ulang atas SPM

beserta lampiran sebagai berikut :

1) Memeriksa kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM.

2) Memeriksa ketersediaan dana pada sub kegiatan/kegiatan/MAK dalam DIPA yang

ditunjuk dalam SPM tersebut.

3) Memeriksa kontrak/SPK Pengadaan barang/jasa.

4) Memeriksa bukti pengeluaran dan/atau Surat Pernyataan Tanggung Jawab dari

Kepala Kantor/satuan kerja atau pejabat lain yang ditunjuk mengenai tanggung

jawab terhadap kebenaran pelaksanaan pembayaran.

5) Faktur pajak beserta SPP-nya.

C.1.2.5.2 Pengujian Formal

Pengujian formal dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Memeriksa tanda tangan pejabat penandatangan SPM.

2. Memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf

(termasuk tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan).

C.1.2.5.3 Keputusan Hasil Pengujian

Atas dasar pengujian tersebut, seksi Perbendaharaan :

1) Mengembalikan SPM kepada Pejabat Penerbit SPM kepada pejabat Penerbit SPM

(18)

2) Menerbitkan SP2D atas SPM-UP, kecuali SPM-GU pada akhir tahun.

3) Menerbitkan SP2D dan Surat Perintah Pembebanan (SPB) dan SPM-GU yang

membebani rekening khusus KPPN nonKBL.

4) Keputusan pengembalian SPM dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja

sejak diterimanya SPM.

C.1.2.6 Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D

1) SP2D ditandatangani bersama oleh Seksi Perbendaharaan dan Seksi Bank/Giro

Pos atau Seksi Bendum.

2) Penerbitan SP2D Uang Persediaan (UP) dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu)

hari kerja sejak diterimanya SPM dari Pejabat Penerbit SPM.

3) Penerbitan SP2D untuk pembayaran gaji induk (gaji bulanan) PNS Pusat :

a) SPM sudah harus diterima paling lambat 15 (lima belas) bulan sebelumnya.

b) SP2D diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja sebelum awal bulan pembayaran

gaji.

4) Untuk pembayaran non gaji induk (non gaji bulanan), SP2D diterbitkan paling

lambat 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya SPM.

5) Pengembalian SPM dilakukan paling lambat hari kerja berikutnya sejak

diterimanya Surat Perintah Membayar berkenaaan

6) SP2D diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga) dan dibubuhi stempel timbul Seksi

Bank/Giro Pos atau Seksi Bendum ( Nomor 1 ) yang disampaikan kepada :

(19)

2. Lembar 2 : kepada Penerbit dengan dilampiri SPM yang telah diberi cap “Telah Diterbitkan SP2D tanggal…….., nomor…………..”

3. Lembar 3 : pertinggal KPPN (Seksi Verifikasi dan Akuntansi)

C.1.2.7 Penerbitan Daftar Penguji

Untuk menyampaikan SP2D ke Bank Operasional diterbitkan daftar penguji

(sesuai format dalam lampiran III Surat Edaran ini) dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Ditandatangani bersama oleh Kepala KPPN dan Kepala Seksi Bendum dan

dibubuhi stempel timbul KPPN.

2) Daftar Penguji diterbitkan dalam rangkap 2 (dua) dan dikirimkan melalui kurir

KPPN ke Bank Operasional bersama-sama SP2D.

3) Daftar Penguji Lembar 2 setelah ditandatangani oleh Bank Operasional

dikembalikan kepada KPPN melalui kurir.

C.2 Mekanisme Pencairan Dana Anggaran Langsung (LS)

Mekanisme pembayaran langsung (LS) yaitu mekanisme pembayaran dari

Bendahara Umum Negara (KPPN)/Negara kepada rekanan atau pihak ketiga.

Mekanisme pembayaran LS tidak hanya untuk melakukan pembayaran dengan

menggunakan sistem kontrak saja, tetapi dapat dikembangkan untuk pembayaran

langsung kepada pihak ketiga/rekanan tanpa melalui ikatan pekerjaan dengan sistem

kontrak, seperti pembayaran honor atau untuk pengadaan barang dan jasa sampai

dengan Rp. 50.000.000,- sesuai dengan Keppres 80 Tahun 2003 yang mengatur

(20)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK-190/PMK.05/2012

tanggal 29 November 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, serta peraturan lainnya

yang masih berlaku. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukakn oleh satuan

kerja setiap awal tahun :

C.2.1 Langkah-Langkah Awal Tahun Berjalan (di Satker)

1. Menetapkan Pejabat Perbendaharaan;

2. Meneliti DIPA untuk memastikan kebenaran baik jumlah dana atau akun yang

digunakan, jika ada yang salah dan tidak sesuai segera lakukan revisi DIPA;

3. Menyusun POK beserta jadwal kegiatan;

4. Menyusun rencana penarikan dana berdasarkan POK yang telah disusun;

5. Menunjuk petugas pengantar SPM dan Pengambilan SP2D.

C.2.2 Langkah-Langkah Awal Pencairan Dana ( di KPPN)

1. KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) menyampaikan surat keputusan penetapan

pejabat perbendaharaan kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta

spesimen tanda tangan dan cap/stempel Satker, apabila belum ada penunjukkan

dapat mempergunakan pejabat yang lama dengan memberitahukan kepada KPPN;

(PMK-190/PMK.05/2012)

2. Permohonan persetujuan pembukaan rekening dalam rangka pelaksanaan

penerimaan dan pengeluaran anggaran di lingkungan kementrian Negara/lembaga

(21)

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada Bendahara Umum

Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara, dengan menggunakan formulir dalam

Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan PMK-57/PMK.05/2007 yang diubah

dengan PMK-05/PMK.05/2010, dengan dilampiri :

a. Fotokopi dokumen pelaksanaan anggaran, dan

b. Surat Pernyataan tentang Penggunaan Rekening, dengan menggunakan formulir

dalam Lampiran II 57/PMK.05/2007 yang diubah dengan

PMK-05/PMK.05/2010.

KPPN menerbitkan surat persetujuan pembukaan rekening sesuai format

Lampiran III PMK-57/PMK.05/2010, selanjutnya satker membuka rekening

pengeluaran di Bank dan melaporkan rekening pengeluaran yang telah dibuka

membuka formulir dalam Lampiran IV PMK-57/PMK.05/2007, paling lambat 5

(lima) hari kerja sejak tanggal pembukaan rekening

3. KPA menunjuk petugas pengantar SPM dan pengambilan SP2D (paling banyak 3

orang); petugas yang ditunjuk adalah pejabatperbendaharaan atau PNS yang

memahami prosedur pencairan dana; menyampaikan surat penunjukan kepada

KPPN (format lampiran III PER-57/PB/2010, dilampiri :

a. Surat Penunjukan Petugas Pengantar SPM dan pengambil SP2D;

b. Fotokopi SIM/KTP atau identitas lainnya;

c. Foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6

d. Selanjutnya KPPN menerbitkan Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS)

(PER-57/PB/2010 diubah dengan PER-41/PB/2011 diubah dengan PER-41/PB/2011

(22)

4. PPSPM menyampaikan register pendaftaran PIN PPSPM, Registrasi dilakuakn

dengan mengisi formulir pendaftaran dan surat pernyataan sesuai format,

dilengkapi lampiran sebagai berikut :

a. Fotokopi KTP

b. Fotokopi Surat Keputusan Pengangkatan sebagai PP SPM Satu Lembar Materai

Rp. 6000,-(PER-19/PB/2015)

5. Melakukan pencairan dana dengan menggunakan aplikasi yang disediakan, yaitu :

a. Aplikasi GPP PNS (khusus satker KD yang ada pembayaran gaji);

b. Aplikasi SPM dan PIN PPSPM;

c. Aplikasi AFS.

C.2.3 Langkah-Langkah Prosedur Tahun Berjalan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 190/PMK.50/2012 tentang Tata

Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

berikut ini merupakan garis besar dokumen yang harus disertakan pada saat pengajuan

pencairan dana APBN ke KPPN.

Lampiran SPP-LS yang harus dilampirkan pada SPM :

a. Gaji induk :

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya;

2. Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Data Pegawai (PRB)

yang ditandatangani PPABP;

3. ADK gaji (GPP);

(23)

5. Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai)

6. Apabila pegawai baru (CPNS) : ADK kirim pegawai baru (krm) setelah SK,

SPMT, data keluarga direkam pada aplikasi GPP dengan lengkap dan benar;

7. Bila pegawai baru pindahan : ADK kirim pegawai baru (krm).

b. Kekurangan Gaji :

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya;

2. Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Data Pegawai

(PRB);

3. ADK Gaji (GPP);

4. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang dilegalisir Kesatker

atau pegawai yang berwenang;

5. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21;

6. Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai).

c. Gaji Susulan

1. Gaji Susulan Pegawai

a) SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya;

b) Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Data Pegawai

(PRB);

c) ADK Gaji (GPP);

d) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang dilegalisir Kesatker

atau pegawai yang berwenang;

e) Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21;

(24)

g) ADK kirim pegawai pindahan (krm)

d. Gaji Susulan Pegawai Pindahan/Baru (jika sudah masuk gaji induk):

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya;

2. Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Data Pegawai

(PRB);

3. ADK Gaji (GPP);

4. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21;

5. Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai).

e. Uang Duka/Wafat/ Tewas

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya dan uraian dalam

SPM mencantumkan nama almarhum dan tanggal meninggal;

2. Daftar perhitungan UDW/T, Rekap Daftar UDW/T, Halaman Luar UDW/T

yang ditandatangani PPABP, BP, dan KPA/ PPK.

3. SK Pemberian UDW/T dari pejabat yang berwenang;

4. Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian atau UDW/T;

5. Surat Keterangan Kematian/visum dari Camat atau Rumah Sakit;

6. Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Data Pegawai

(PRB);

7. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data

pegawai;

(25)

f. Gaji Terusan

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya dan uraian dalam

SPM mencantumkan gaji terusan ke-berapa dan bulan gaji terusan dimaksud;

2. Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Data Pegawai

(PRB);

3. Copy Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau RS yang telah

dilegalisir Kesatker/ pejabat yang berwenang untuk pembayaran pertama kali;

4. ADK Gaji (GPP);

5. SSP PPh Pasal 21;

6. Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai)

g. Uang Muka Gaji

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya;

2. Copy SK Pindah atau Mutasi yang telah dilegalisir Kesatker/ Pejabat yang

berwenang, Surat Permintaan Uang Muka Gaji dan Surat Keterangan untuk

Mendapatkan Tunjangan Keluarga;

3. Daftar Perubahan Data Pegawai beserta ADK Perubahan Data Pegawai

(PRB);

4. ADK Gaji (GPP);

5. Daftar Rekening Terlampir (penerima lebih dari 1 pegawai).

h. Uang Lembur

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya dan uraian dalam

SPM menyebutkan bulan pelaksanaan lembur beserta nomor dan tanggal

(26)

2. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21.

i. Uang Makan

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya dan uraian dalam

SPM menyebutkan bulan uang makan yang dimintakan;

2. Surat Setoran Pajak(SSP) PPh Pasal 21.

j. Honorarium Tetap (Honor 51)/Vakasi/tunjangan profesi/tunjangan tambahan

penghasilan non sertifikasi/uang kehormatan, dan sebagainya

1. SPM 2 lembar beserta Arsip Data Komputer (ADK)nya dan Daftar

Perhitungan Honorarium/ Vakasi yang ditandatanganii PPABP, BP,

KPA/PPK;

2. SK Pejabat yang berwenang;

3. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21.

Ketentuan lain-lain :

1. Pengangkatan dalam jabatan tidak boleh berlaku surut (terutama dalam

jabatan pertama);

2. Untuk pejabat struktural, bulan pertama tugas belajar, tunjangan jabatan

hilang;

3. Tanggal pertama SK pengangkatan menjadi PNS tidak boleh melebihi

tanggal TMT SK;

4. Anak dinyatakan dewasa umur 21 tahun apabila tidak kuliah dan 25 tahun

apabila sekolah dengan ketentuan harus melampirkan Surat Keterangan

(27)

5. Bila anak telah menyelesaikan sekolah/telah bekerja maka segera diubah

statusnya dari daftar tanggungan gaji menjadi tidak dapat walaupun tanpa

ijazah. Hal ini untuk menghindari kelebihan tunjangan anak beserta berasnya;

6. Anggota keluarga yang sudah tidak berhak mendapatkan tunjangan keluarga

agar segera dihapus dari aplikasi GPP.

k. Langganan Daya dan Jasa

Dilampiri dengan dokumen pendukung berupa surat tagihan penggunaan daya dan

jasa yang sah.

l. Perjalanan Dinas

Dilengkapi dengan Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri :

a) Daftar norminatif perjalan dinas; dan

b) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam

negeri bagi pejabat Negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.

1. Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar

norminatif perjalan dinas;

2. Daftar norminatif sebagaimana dimaksud pada angka1 dan angka 2

ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi mengenai

pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan), tujuan,

tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan

untuk masing-masing pejabat.

3. Perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen pertanggungjawaban

(28)

Keuangan mengenai perjalanana dinas dalam negeri bagi pejabat Negara,

pegawai negeri dan pegawai tidak tetap.

C.2.4 Penyampaian SPP LS

1. SPP LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan

disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja stelah dokumen

diterima secara lengkap dan benar.

2. SPP LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan

disampaikan kepada PPSPM paling lama tanggal 5 sebelum bulan pembayaran.

3. Dalam hal tanggal 5 (lima) sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hari

libr atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP LS kepada PPSPM

dilakukan paling lama pada hari kerja sebelum tanggal 5.

4. SPP LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan

disampaikan kepada PPSPM paling lama 5 (lima) hari kerja setelah dokumen

pendukung diteriam secara lengkap dan benar dari penerima hak.

5. Penerbitan SPP LS utnuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima

bantuan sosial diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

6. Penerbitan SPP LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang,

belanja subsidi, belanja hibah, masing-masing diatur alam Peranturan Menteri

(29)

C.2.5 Pengujian SPP LS

Petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada Pejabat Penguji SPP

untuk melakukan pengujian sebagai berikut :

1. Memeriksa kelengkapan dokumen pendukung SPP;

2. Menyesuaikan tanda tanagn SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;

3. Memeriksa kebenaran pengisian format SPP;

4. Menyesuaikan kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja

Anggaran Satker;

5. Memeriksa ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan

DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;

6. Memeriksa kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi

persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;

7. Memeriksa kebenaran formal/surat bukti yang menjadi

persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang dan jasa;

8. Memeriksa kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran SPP

sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;

9. Memeriksa kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban dibidang

perpajakan dari pihak yang mempunyai hak tagih;

10. Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada Negara oleh

pihak yang mempunyai hak tagih;

11. Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam perjanjian

(30)

C.2.5.1 Penerbitan SPM LS oleh PPSPM

1. Jangka waktu penerbitan SPP LS paling lambat 5 (lima) hari kerja;

2. Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung

tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis

alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (hari) kerja setelah

diterimanya SPP;

3. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM disimpan

oleh PPSPM, menjadi bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan

eksternal;

4. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi yang disediakan

oleh Direktoral Jenderal Perbendaharaan;

5. SPM yang diterbitkan melalui sitem aplikasi SPM tersebut memuat Personal

Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang sah;

6. Dalam penerbitan SPM melalui aplikasi, PPSPM bertanggung jawab atas :

a. Keamanan data pada aplikasi SPM;

b. Kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPM dengan data pada ADK

SPM; danPenggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.

C.2.5.2 Penyampaian SPM LS

Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh petugas pengantar SPM

(31)

1. Petugas pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dan

ADK SPM melaluui front office penerimaan SPM pada KPPN;

2. Petugas pengantar SPM harus menunjukkan Kartu Identitas Petugas Satker

(KIPS) pada saat penyampaian SPM kepada Petugas Front Office;

3. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN, penyampain

SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat melalui kantor pos/jasa

pengiriman resmi;

4. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman resmi, KPA terlebih

dahulu menyampaikan konfirmasi/pemberitahuan kepada kepala KPPN.

Adapun prosedur penyampaian SPM kepada KPPN adalah sebagai berikut:

1. PPSPM menyampaikan SPM dalam rangkap (dua) besrta ADK SPM kepada

KPPN;

2. Penyampaian SPM LS dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) dan bukti setor

lainnya, atau daftar norminatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima;

3. Penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, disamping mengacu

4. Untuk penyampaian SPM LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka atas

perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan :

a. Asli surat jaminan uang muka;

b. Asli surat kkuasa bermaterai cukup dan PPK kepada Kepala KPPN untuk

mencairkan jaminan uang muka; dan

c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai

(32)

5. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja

setelah SPM diterbitkan;

6. SPM LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling

lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran. Dalam hal tanggal 15

merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur, maka penyampaian

SPM LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling lambat

1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15, kecuali untuk Satker yang kondisi

geografis dan transportasinya sulit, dengan memperhitungkan waktu yang

dapat dipertanggungjawabkan;

C.2.5.3 Penelitian SPM LS

SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai dasar penerbitan SP2D.

Dalam pencairan anggaran belanja Negara, KPPN melakukan penelitia dan

pengujian atas SPM yang disampaikan oleh PPSPM. Penelitian SPM meliputi :

1. Meneliti kelengkapan dokumen SPM;

2. Meneliti kebenaran SPM, seperti :

a. meneliti kesesuaian tandatangan PPSPM pada SPM dengan tandatangan

PPSPM pada KPPN;

b. memeriksa kebenaran penulisan/pengisian jumlah angka dan huruf pada

SPM; dan

c. memeriksa kebenaran penulisan dalam SPM, termasuk tidak boleh terdapat cacat

(33)

C.2.5.4 Pengujian SPM LS Pengujian SPM meliputi :

1. Menguji kebenaran perhitungan angka atas beban APBN yang tercantum dalam

SPM;

2. Menguji ketersediaan dana pada kegiatan/output/jenis belanja dalam DIPA

dengan yang dicantumkan pada SPM;

3. Menguji kesesuaian tagihan dengan data perjanjian/kontrak atau perubahan data

pegawai yang telah disampaikan KPPN;

4. Menguji persyaratan pencairan dana;

5. Menguji kesesuaian nilai potongan pajak yang tercantum dalam SPM dengan nilai

pada SSP.

Pengujian kebenaran perhitungan angka merupakan pengujian kebenaran

jumlah belanja/pengeluaran dikurangi dengan jumlah potongan/ penerimaan

dengan jumlah bersih dalam SPM.

C.2.5.5 Penerbitan SP2D

KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah

memenuhi syarat. KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila satker belum

mengirimkan :

1. Data perjanjian/kontral beserta ADK untuk pembayaran melalui SPM LS kepada

pihak ketiga;

(34)

Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standard operasional dan

norma waktu yang ditetapkan ileh Dirjen Perbendaharaan. Dalam hal hasil

penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat, kepala KPPN mengembalikan

SPM beserta dokumen pendukung secara tertulis

D. Analisis dan Evaluasi Pengawasan Internal atas Mekanisme Pembayaran APBN.

Pembayaran yang dilakukan oleh KPPN ada yang bersifat rutin dan non rutin.

Pembayaran rutinmeliputi: pembelian alat tulis kantor (ATK) pembayaran gaji

pegawai sipil (PNS), biaya perjalanan dinas serta pemeliharaan gedung, biaya

perbaikan jalan dll.KPPN melakukan inspeksi secara mendadak terhadap aktivitas

perusahaa. Terutama dalam hal ini penerimaan kas negara. Dimana staff

persepsidan akuntansi secara periodic membuat rekonsiliasi bank untuk

mencocokkan buku bankdengan penerimaan kas negara yang ada di KPPN. Selain

itu pada tutup tahun 31 Desember atau hari kerja terakhir apabila tanggal 31

Desember hari libur pada setiap akhir tahun anggaran, maka KPPN melakukan

pekerjaan penyelesaian akhir laporan realisasi anggaran, arus kas, neraca, dan

catatan atas laporan keuangan. Untuk keperluan tersebut maka:

1. Kepala kantor / satker selaku unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

(UAKPA) wajib membuat laporan realisasi anggaran dan neraca serta arsip data

komputer yang dikelola pada menteri/ pimpinan lembaga secara berjenjang

melalui Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran tingkat Wilayah

(35)

2. Kepala KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara wajib membuat Laporan

Kas Posisi (LKP) harian dan mingguan yang disampaikan kepada direktur jendral

perbendaharaan u.p direkrur pengelola kas negara dengan tembusan kepada

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

3. Kepala KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara wajib membuat laporan

halaman realisasi anggaran, arus kas dan neraca kepada kepala kanwil Direktorat

Jendral Perbendaharaan. Untuk diproses dan selanjutnya diteruskan kepada

Direktur Jendral Perbendaharaan u.p. Direktur informasi dan Akuntansi.

4. Laporan yang menyangkut dengan realisasi APBN lainnya sepanjang belum

dicatat dan masih diperlukan tetap dilaksanakan.

Agar pembayaran APBN tersebut lebih efektif dan efisien maka sebelum

KPPN menerbitkan SP2D, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan / pengujian

Surat Perintah Membayar (SPM) yang mencakup pengujian substantif dan formal.

Pengujian substantif dilakukan untuk :

1. Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM;

2. Menguji ketersediaan dana pada kegiatan / sub kegiatan / MAK dalam DIPA yang

ditunjuk dalam SPM tersebut;

3. Menguji dokumen sebagai dasar penagihan ( Ringkasan kontrak/SPK, surat

keputusan, Daftar Nominan Perjalanan Dinas)

4. Menguji surat pernyataan tanggung jawab (SPTB)dari kepala kantor / satker atau

pejabat lain yang ditunjuk mengenai tanggung jawab terhadap kebenaran

pelaksanaan pembayaran.

(36)

Sedangkan pengujian formal dilakukan untuk:

1. Mencocokkan tanda tangan pejabat SPM dengan specimen tanda tangan.

2. Memeriksa cara penulisan/ pengisian jumlahh uang dalam angka dan huruf

3. Memeriksa kebenaran dalam penulisan termasuk tidak boleh terdapat cacat

dalam penulisan.

Setiap pembayaran yang dilakukan harus mendapat otoritas dari

petugas-petugas yang berwenang. Demikian juga halnya terhadap pembayaran atas APBN

yang dilaksanakan oleh KPPN. Selain itu pengawasan yang dilakukan KPPN

ditujukan untuk semua pembayaran yang bersifat rutin dan non rutin. Adapun

pengawasan yang dilakukan oleh KPPN cukup ditandai dengan adanya pemisahan

tugas yang jelas antara lain :

Petugas Front Office menerima SPM serta memeriksa dan meneliti kelengkapan

dokumen.

1. Pelaksana seksi perbendaharaan mencetak dan meneliti konsep SP2D.

2. Kepala seksi Perbendaharaan I/II melakukan pengujian terhadap SPM serta

memeriksa dan memaraf konsep SP2D.

3. Pelaksana seksi Bank/Giro pos menerima SP2D serta meneliti dan

mencocokkan lembar ke-1 SP2D dengan daftar penguji.

4. Kepala seksi Bank/Giro Pos memeriksa ketersediaan dana pada bank

operasional serta menandatangani lembar ke-1 SP2D dan Daftar penguji.

5. Kepala kantor menerima, meneliti lembar ke-1 SP2D dan menandatangani

(37)

6. Pelaksana Subag Umum menerima lembar ke-1 SP2D dan daftar penguji

serta membubuhi stempel timbul pada Daftar Penguji.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa pengawasan intern pembayaran atas

APBN yang dilaksanakan oleh KPPN telah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat

(38)

A. Kesimpulan

Berdasarkan tentang penjelasan mekanisme APBN pada bab terdahulu, maka

kesimpulan dari pengawasan internal atas sistem pembayaran APBN adalah

sebagai berikut:

1. Penerapan pengawasan internal pembayaran atas APBN pada KPPN bertujuan

untuk memberikan kelancaran didalam proses pembayaran tersebut.

2. KPPN melakukan pembayaran bukan melalui cek melainkan dengan SP2D.

Sebelum menerbitkan SP2D, maka terlebihdahulu KPPN telah melakukan

pemeriksaan SPM dan kelengkapan dokumen lainnya.

3. KPPN telah melakukan inspeksi secara mendadak sehingga segala bentuk

kecurangan dan penyelewengan yang sedang terjadi dapat segera diketahui.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil kesimpulan diatas, penulis memberikan saran atau

masukan kepada pihak KPPN Medan II. Dan semoga saran atau masukan ini

dapat membantu KPPN Medan II untuk meningkatkan kinerja Pengawasan dalam

(39)

Adapun saran yang penulis sampaikan adalah :

1. Semakin di tingkatkannya sistem pengawasan dalam pembayaran APBN baik

dalam pengawasan internal maupun eksternal. Misalnya dalam bentuk

pengawasan yang lebih rutin agar siklus pembayaran tetap terkontrol dan tidak

ada kesalahan yang terjadi antara pihak kantor dengan satker.

2. Diharapkan agar pemeriksaan SP2D dapat ditingkatkan dalam benntuk digital.

Sehingga tidak memerlukan pemeriksaan yang dilakukan secara manual. Agar

pemeriksaan lebih akurat dan dapat meminimalisir kesilapan.

3. Tidak hanya pemeriksaan dalam sistem pengawasan yang dilakukan secara rutin,

namun juga diharapkan kepada pihak KPPN juga rutin melakukan pemeriksaan

jumlah satker yang bekerja sama kepada pihak KPPN, karena apabila jumlah

satker terus bertambah tentu income yang diperoleh KPPN juga bertambah. Dan

Referensi

Dokumen terkait

Gambar tari di atas ditampilkan di ruang terbuka (outdoor) beralaskan tanah dengan posisi pemain melingkar dalam tata pentas arena. Gambar tari di atas adalah.... Tari serimpi

Untuk lebih menjelaskan perbedaan antar ketiga macam penelitian berbasis tiga macam paradigma yang berbeda tersebut, di bawah ini (lihat Tabel Ragam-1)satu per satu dibahas

Dalam penelitian ini menguji pengaruh kinerja keuangan perusahaan (ROA) terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good

Several tests that included sieve analysis were carried out on constituents of terracrete (granite and laterite) to determine their particle size distribution and performance

Setelah dilakukan analisis rekayasa nilai, terjadi penghematan sebesar 17,509 % atas penggunaan profil kastela sebagai balok pada Proyek Pembangunan Showroom BMW Medan,

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, bahwa aplikasi bank sampah sekolah harus sesuai dengan entitas yang terlibat dalam pengelolaan bank

Duflow surface water hydrodynamic model [5] is used in this case study to simulate various extreme flood behaviours, and their retardation levels using four structural

Catatan: Kegiatan ini digunakan untuk memahamkan siswa tentang KD BAHASA INDONESIA (3.7 dan 4.7), hasil kegiatan dapat digunakan sebagai data bagi guru untuk melihat