• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diplomasi Indonesia Dalam Mengahadapi Gugatan Arbitrase Internasional PT.Newmont Nusa Tenggara Terkait Pengembangan Industri Smelter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diplomasi Indonesia Dalam Mengahadapi Gugatan Arbitrase Internasional PT.Newmont Nusa Tenggara Terkait Pengembangan Industri Smelter"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Setiap negara tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai untuk

keberlangsungan hidup rakyat yang ada di dalamnya, begitu pula dengan

Indonesia, yang mana tujuan negara telah tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi

seluruh Rakyat Indonesia dengan berdasarkan Pancasila.1

Berawal dari kondisi dan dasar pemahaman demikian mendorong negara

Indonesia dalam hal ini pemerintah untuk berusaha mewujudkan pembangunan Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut, pemerintah telah berupaya

melakukan pembangunan pada seluruh bidang kehidupan. Salah satu unsur yang

paling penting untuk mewujudkan pembangunan tersebut ialah mengendalikan

kondisi sumber daya alam yang ada di dalamnya.Dikatakan penting karena

menyangkut eksistensi negara baik secara internal maupun eksternal yang pada

intinya menggambarkan bagaimana kekuatan dan kedaulatan negara itu terlebih

lagi ketika berhadapan dengan dunia internasional.

1

(2)

yang masih terus digalakkan hingga saat ini.Salah satunya adalah pembangunan

bidang ekonomi dengan pertambangan sebagai salah satu sektor utamanya, karena

sektor pertambangan merupakan sektor yang sangat dapat diandalkan untuk

memberikan pendapatan berupa devisa bagi negara.

Pengelolaan sektor pertambangan di Indonesia, didasarkan pada Pasal 33

ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa: (2)

Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan se

besar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.2

Pemerintah Indonesia dalam hal pengelolaan sumber daya yang ada,

baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia tidak dapat dipungkiri

haruslah memerlukan banyak dukungan.Salah satu faktor pendukung yang

menjadi dasar untuk mewujudkannya adalah lahirnya sebuah kebijakan.Pedoman

konstitutif yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan semua pihak baik

masyarakat,perusahaan bahkan negara lain agar mampu mengelola kepentingan

nasional (sumber daya alam) itu dengan baik dan seimbang.Sebab harus disadari Dewasa ini, tidak seorang pun meragukan

besarnya potensi kekayaan alam yang terdapat di tanah Indonesia sebagai “sumber

daya”.Selain itu,banyak manfaat lainnya dari kekayaan alam tersebut, dan

kesemuanya itu akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup umat manusia,

khususnya rakyat Indonesia.

2

(3)

bahwa keberhasilan pembangunan dan daya saing suatu negara sangat ditentukan

oleh komitmen dan usaha pemerintah sebagai aparatur negara karena aparatur

negara bukan saja pelaksana kebijakan tetapi juga fasilitator pembangunan bagi

masyarkat.3

Bidang usaha pertambangan merupakan salah satu bidang usaha yang

mendapat prioritas utama dari pemerintah yang menjadi sasaran berikutnya untuk

dijadikan sebuah kebijakan.Salah satunya melalui diterbitkannya Undang-Undang

Penanaman Modal, baik bagi pihak asing maupun pihak dalam negeri. Untuk itu,

pemerintah berusaha untuk dapat mengarahkan dan mengelola sumber-sumber

daya alam yang termasuk dalam bidang usaha pertambangan. Bidang usaha

pertambangan meliputi pertambangan minyak bumi, gas bumi, batubara, logam,

timah, bijih nikel, bausit, pasir besi, perak serta konsentrat tembaga.4

Dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam diperlukan modal yang

sangat besar, peralatan yang canggih, tenaga ahli, dan terdapat pula resiko yang

tinggi. Indonesia mengalami keterbatasan itu untuk melakukan kegiatan eksplorasi

dan ekploitasi, sehingga diperlukan adanya dukungan dari luar yakni dengan

melalui kerjasama dengan investor asing. Sumber daya alam yang terkandung di

dalam bumi Indonesia, sebagaimana yang dijabarkan dalam Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan dalam

3

Fatahullah Jurdi.2014.Studi Ilmu Politik.Yogyakarta : Graha Ilmu.Hal.83 4

(4)

pasalnya yaitu Pasal 3 ayat (1) tentang penggolongan galian, terbagi atas 3 (tiga)

golongan, yaitu:

a.Golongan bahan galian strategis.

b.Golongan bahan galian vital.

c.Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan a dan b.5

Pengusahaan bahan galian (tambang) tersebut di atas dapat dilakukan

langsung oleh pemerintah dan/atau menunjuk pihak kontraktor apabila diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak atau belum dapat

dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintah, sesuai dengan yang tertuang dalam

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967: Apabila usaha

pertambangan dilaksanakan oleh kontraktor, kedudukan pemerintah adalah

sebagai pemberi ijin kepada kontraktor yang bersangkutan. Ijin yang diberikan

oleh pemerintah berupa kuasa pertambangan, kontrak karya,perjanjian karya

pertambangan, dan kontrak production sharing.6

5

Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan, Pasal 10 ayat 1 6

Salim HS.2006.Hukum Pertambangan di Indonesia.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.Hal. 1-2.

Kontraktor dalam hal ini adalah pihak swasta yang melaksanakan

pekerjaan-pekerjaan di bidang bahan galian pertambangan. Pihak swasta tersebut

dapat berupa perusahaan swasta nasional maupun perusahaan swasta asing atau

kerjasama perusahaan swasta nasional dengan perusahaan swasta asing, yang

mana pendiriannya didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku

(5)

Program pengembangan bidang usaha pertambangan ditujukan pada

penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan eksport serta

penerimaan negara, serta perluasan kesempatan kerja dan berusaha. Pembangunan

bidang usaha pertambangan terutama dilakukan melalui penganekaragaman hasil

tambang dan pengelolaan hasil tambang secara efisien.

Namun program pengembangan melalui Undang-Undang tersebut

tampaknya belum membuahkan hasil yang baik dan dapat dirasakan oleh semua

pihak.Selama ini peraturan peundang-undangan di bidang pertambangan

disamping tidak berpihak pada kepentingan konservasi juga kurang

mengoptimalkan hasil produksi yang dapat dinikmati oleh negara dan rakyat

Indonesia.Tuntutan lain yang selama ini dilontarkan ialah peraturan

perundang-uudangan kurang memberikan perhatian terhadap kehidupan social ekonomi

masyarakat di sekitar lokasi pertambangan.Respon terhadap berbagai kekurangan

dan kelemahan yang ada sebelumnya itulah yang kemudian diramu dan

dirumuskan dalam revisi Undang-Undang No.11 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan menjadi Undang-Undang Mineral dan Batubara (

UU Minerba ) No.4 Tahun 2009.7

UU Minerba diharapkan akan memberikan perhatian yang sama terhadap

peningkatan produksi dan konservasi sumber daya mineral dan batubara sendiri

dan lingkungannya.Pemberian perhatian yang seimbang tersebut tidak hanya pada

7

(6)

tingkat asas hukum dan tujuan,namun juga penjabarannya secara lebih konkrit

dalam orientasi yang ditentukan sebagai berikut :8

a. Orientasi pada peningkatan produksi

Merupakan upaya untuk menghasilkkan sebanyak mungkin mineral dan

batubara melalui tiga aspek,yaitu : Pertama,Penempatan mineral dan

batubara sebagai salah satu komponen penggerak pertumbuhan

ekonomi.Kedua,pelaksanaan kegiatan usaha penambangan mineral dan

batubara harus dijalankan berdasarkan prinsip berdaya guna, dan berdaya

saing.Ketiga,jumlah produk yang dihasilkan harus optimal untu

pertumbuhan ekonomi.Keempat,setiap pelaku usaha penambangan mineral

dan batubara untuk menggunakan teknologi yang baik guna mendukung

pencapaian produktivitas.

b. Orientasi pada konservasi

Upaya untuk menjaga keberlanjutan eksistensi sumber daya mineral da

batubara sendiri dan pemanfaatannya.Upayanya antara lain :

Pertama,adanya asas keseimbangan ,keberlanjutan dan berwawasan

lingkungan dalam pengelolaan sumber daya mineral dan

batubara.Kedua,Salah satu tujuan pengelolaan mineral dan batubara ialah

menjamin manfaat pertambanga secara berkelanjutan da berwawasan

lingkungan hidup.Ketiga,diterapkannya kaedah konservasi dan masih

8

(7)

terjaminnya daya dukung lingkungan.Keempat,terdapatnya

kewajiban-kewajiban para pelaku usaha yang berkaitan dengan konservasi.

Secara umum perhatian yang diberikan dalam Undang-Undang tersebut

merupakan upaya untuk memaksimalkan dampak positif sebagai hasil dari

ekploitasi dan eksplorasi tambang Indonesia.Salah satu upayanya ialah

mendorong peningkatan nilai tambah dan pajak dari hasil produksi tambang

melalui perusahaan yang berdiri terutama perusahaan asing yang mendominasi

sektor pertambangan Indonesia. Itulah sebabnya diterapkan kebijakan

pengembangan pabrik industri pemurnian mineral atau disebut dengan smelter dan

diberlakukannya pelarangan ekspor bahan mentah (konsetrat) serta

diberlakukannya bea pajak ekspor sebagai pendukung agar kebijakan tersebut

terlaksana.

Dengan adanya UU Minerba, semua jenis bijih/barang tambang dan

mineral harus diolah dan dimurnikan terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai

tambah baru kemudian boleh di ekspor. Pada Pasal 102 UU minerba, perusahaan

wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam

pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral

dan batubara.9

9

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri.2013.Analisis Dampak Kebijakan Pelarangan Ekspor Raw Material Tambang Dan Mineral.Jakarta. : Kementerian Perdagangan RI.diakses melalui

Dikatakan nilai tambah ialah harga jual dari hasil tambang akan

lebih tinggi ketika dimurnikan terlebih dahulu dibandingkan langsung

(8)

mengekspornya secara mentah sebab harganya jauh lebih murah dan tidak banyak

menguntungkan (pemasukan negara).

Nilai tambah juga diperoleh ketika ditemukannya sumber daya lain dari

hasil pemurnian bahan mentah tersebut sehingga dapat dipasarkan

lagi.Artinya,dalam proses pemurnian yang dilakukan di dalam negeri tidak

menutup kemungkinan akan menghasilkan produk tambang lain dalam satu bahan

mentah atau tidak hanya cenderung pada satu hasil produksi saja.Kebijakan yang

disebut program hilirisasi tambang ini juga akan berpeluang membangun

perekonomian daerah pertambangan.Sebab dengan pengembangan industri

smelter ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan mobilisasi pun akan

menigkat.

Kementerian Keuangan pun merespon kebijakan pemerintah yang

dipandang baik itu melalui diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor

06 /PMK.011/2014 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar

dan Tarif Bea Keluar. Pengenaan bea keluar ini sendiri diharapkan dapat

mempercepat hilirisasi industri pertambangan. Dalam PMK ini diatur

pemberlakuan tariff progresif 20 persen sampai dengan 60 persen secara bertahap

setiap semester hingga 31 Desember 2016. Menurut Menteri Keuangan, adanya

tarif progresif diharapkan menjadi pemicu bagi perusahaan tambang untuk serius

membangun smelter guna memberikan nilai tambah bagi tambang yang digali dari

(9)

jika enggan membangun smelter di dalam negeri.10

Niat pemerintah dalam mendorong para pelaku usaha untuk peningkatan

nilai tambah tambang dan mineral serta pengenaan pajak yang dimaksud,

sebagaimana tertuang didalam Undang-undang No. 4 Tahun 2009 akan

diberlakukan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak UU dimaksud diundangkan

pada tanggal 12 Januari 2009 sehingga pemberlakukan pengolahan dan pemurnian

tambang dan mineral jatuh pada bulan Januari 2014.

Dengan demikian perusahaan

akan terdorong untuk membangun pabrik industri smelternya daripada harus

membayar bea keluar yang besar secara terus-menerus.

11

Oleh karena itu Undang-undang ini mengharuskan setiap perusahaan

tambang untuk memiliki fasilitas peleburan dan pengolahan pada tahun 2014.

Dalam perkembangannya, undang-undang tersebut memerlukan dukungan dalam

bentuk peraturan yang lebih operasional di tingkat kementerian. Salah satu

tindaklanjut dari undang-undang ini adalah terbitnya Peraturan Menteri ESDM

No. 7 tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Artinya pemerintah

memberikan waktu 5 tahun bagi perusahaan tambang mineral untuk

mempersiapkan diri membangun smelter di wilayah Indonesia.

10

Budi Sulistyo.2014. Menggali Potensi Pendapatan Negara Pasca-Pemberlakuan UU Minerba.Sekretariat

Jenderal Kementerian Keuangan. Diakses melalui

00.12 11

(10)

Pengolahan dan Pemurnian Mineral.12

Pemerintah melalui DPR dan kementerian terkait menerapkan UU ini

karena memandang sejauh ini nilai ekspor dalam bentuk mineral mentah sangatlah

murah. Padahal selama ini, perusahaan tambang telah mengeksploitasi bahan

mentah tambang di Indonesia yang kemudian di ekspor ke negara asal perusahaan

tersebut. Di negara induk tersebut, bahan tambang tersebutdiolah menjadi barang

jadi dan kemudian diekspor kembali ke Indonesia dengan harga

tinggi.

Dimana akhirnya berubah menjadi Permen

ESDM No.1 Tahun 2014 setelah mengalami perkembangan.Peraturan lain yang

turut mendukung ialah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.1 Tahun

2014 yang terbentuk atas perubahan Peraturan Pemrintah No.23 Tahun 2010 serta

diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan No.4 Tahun 2014 yang berasal dari

perubahan Peraturan Menteri Perdagangan No.29 Tahun 2012.

13

Di sisi lain para pelaku usaha tambang di Indonesia melihat hal yang

berbeda dari terbitnya Undang-Undang tersebut yang membuat perusahaan-Akhirnya,Indonesia yang kembali membeli hasil sumber dayanya sendiri

denga harga yang jauh lebih mahal.Sehingga dinilai wajar apabila pemerintah

Indonesia ingin menambahkan nilai jual dari produk tambang mineral dan batu

bara dengan mewajibkan perusahaan tambang membangun smelter sesuai dengan

Undang-Undang tersebut.

12

Deteksi.co.2014. Pemerintah VS PT.NNT. Diakses melaui

13

(11)

perusahaan berpikir ulang untuk menerimanya.Kebijakan tentang keharusan

perusahaan-perusahaan tambang untuk membangun smelter (pabrik pengolahan

dan pemurnian) menjadi pemicu hiruk pikuk para pemangku kepentingan tambang

mineral.14Penerapan peraturan ini kemudian ditentang oleh banyak perusahaan

tambang, karena dianggap memberatkan. Seperti Asosiasi Pengusaha Mineral

se-Indonesia (Apemindo) yang mendatangi komisi VII DPR-RI dan meminta

pemerintah membatalkan pelaksanaan UU Minerba, karena Apemindo

menganggap pemerintah tidak siap untuk memfasilitasi pembangunan

smelter.15

Dari sekian banyak perusahaan tambang yang menolak keberadaan UU

ini, terdapat sebuah perusahaan tambang yang paling gencar dalam menolak yaitu

PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT).Perusahaan ini bahkan mengancam akan

menghentikan produksinya di Indonesia yang akan menyebabkan pemutusan

hubungan kerja ribuan karyawan apabila pemerintah benar-benar menerapkan UU

No.4 tahun 2009 tentang Minerba.

Sebab pembangunan smelter ini diserahkan kepada pihak perusahaan

baik dalam pembangunan maupun modal yang dikeluarkan untuk banyak hal

seperti pendirian pabrik,pengadaan mesin dan peralatan hingga penyediaan tenaga

kerja baru.Belum lagi dikenakannya tarif bea pajak keluar ketika ingin

mengekspor hasil produksi.

Radhy,R.2014. Dilema Ekspor Minerba.Diakses melalui

(12)

PT Newmont Nusa Tenggara (PT.NNT) adalah perusahaan tambang

subsidiary dari perusahaan multinasional Newmont Mining Corporation yang

berasal dari Amerika Serikat.Perusahaan ini beroperasi di Indonesia melalui

PT.NNT sebagai operator yang melakukan penambangan di Tambang Batu Hijau,

tambang tembaga dengan mineral ikutan emas dan terletak di sebelah barat daya

pulau Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi NTB.Pemegang saham PT

Newmont Nusa Tenggara (NNT) adalah Nusa Tenggara Partnership B.V (56 %),

PT. Pukuafu Indah (17.8 %), PT. Multi Daerah Bersaing (24%), dan PT.

Indonesia Masbaga Investama (2.2 %).PT Newmont Pasific Nusantara dan

Sumitomo bertindak sebagai operator pengelola NNT.17

Produk yang dihasilkan NNT adalah konsentrat tembaga yang diolah dari

bijih tembaga di fasilitas pengolahan NNT. Produksi konsentrat NNTselama 5

tahun terakhir sebesar 2,3 juta ton konsentrat. Jumlah penjualan untuk dalam

negeri sebesar 525 ribu ton konsentrat sedangkan untuk penjualan ekspor sebesar

1,8 juta ton konsentrat.NNT saat ini menyerap tenaga kerja sekitar 3,867 orang

dengan rincian tenaga kerja asing 31 orang dan tenaga kerja Indonesia 3,656

orang. Tercatat hingga Desember 2015, PT NNT telah menyetor sebesar Rp 34,7

triliun kepada pemerintah RI berupa pajak, non-pajak dan royalti.18

Kisruh yang terjadi antara pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont

Nusa Tenggara (NNT) berujung pada dibawanya kasus ini ke badan arbitrase

17

Biro Kerjasama,Layanan Informasi dan Komunikasi.Sekretaris Jenderal Kementierian Energi dan Sumber Daya Mineral.

18

(13)

internasional. Diawali oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang ingin

menerapkan peraturan kebijakan Undang-undang no. 4 tahun 2009 tentang

peraturan pertambangan mineral dan batubara. Tidak adanya kesepahaman antara

pemerintah dengan perusahaan tambang ini kemudian membuat PT. NNT

membawa permasalahan ini ke ranah hukum dengan menggugat pemerintah

Indonesia ke jalur hukum melalui mahkamah arbitrase internasional melalui the

International Center for the Settlement of Investment Disputes (ICSID), sebuah

badan Bank Dunia yang mengelola penyelesaian sengketa investasi asing.

Arbitrase adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa yang prosesnya

dibantu oleh seseorang piha ketigak dengan menggunakan

kebijaksanaannya.19Arbitrase sebagai salah pranata penyelesaian sengketa di luar

pengadilandengan dibantu oleh seorang atau beberapa orang pihak ketiga (arbiter)

yang bersifat netral yang diberi kewenangan untuk membantu para pihak

menyelesaikann sengketa yang sedang mereka hadapi. Penyelesaian sengketa

melalui arbitrase ini didasarkan pada perjanjian atau klausula arbitrase

(arbritration clause),yang dibuat secara tertulis oleh para pihak,baik sebelum

maupun setelah timbulnya sengketa.20

Ada beberapa jenis arbitrase,antara lain arbritase Ad Hoc (Volunteer) dan

Abritrase Institusional(Institutional Abritation) yang terdiri dari Arbritase Institusi

Nasional (National Arbitration),Arbitrase Institusional Regional (Regional

19

Arbitrase menurut R.Surbekti dalam Suleman Batu Bara & OrintonPurba.2013.Arbitrase Internasional : Penyelesaian Sengketa Asing Melalui ICSID,UNCITRAL,dan SIAC.Jakarta : Raih Asa Sukses.Hal.8

(14)

Arbitration) dan Arbitrase Institusional Internasional (International Arbitration

Institutional).21Dalam hal ini salah satu institusi abitrase internasional ialah

International Center for Settlement of Investment Disputes,yang menjadi pihak

ketiga dalam gugatan yang terjadi antara Perusahaan tambang emas PT.Newmont

Nusa Tenggara terhadap pemerintah Indonesia.ICSID didirikan oleh Bank Dunia

dengan tujuan dua pokok.Pertama,untuk menjembatani jarak antara para pihak

yang bersengketa dan mengisi kekosongan hukum di dalam menyelesaikan

kasus-kasus penanaman modal asing.Kedua,mendorong dan melindungi arus modal dari

negara maju kepada negara berkembang(developing countries) sehingga

negara-negara berkembang dapat mendorong pertumbuhan ekonominya.22

Pada tahun 2014 PT.NNT akhirnya melayangkan suatu gugatan kepada

ICSID.Gugatan tersebut dilayangkan oleh PT.NNT kepada ICSID dan terdaftar

dalam perkara dengan nomor perkara ARB/14/15 pada tahun 2014.23

21

Ibid.Hal.10-14 22

Suleman Batu Bara & OrintonPurba.Op.Cit.Hal.34

Newmont

dan pemegang saham mayoritasnya yang mengadukan Indonesia ke arbitrase

internasinal untuk membatalkan kebijakan melalui larangan ekspor guna

pembangunan smelter itu.Mereka memandang ketentuan hilirisasi mineral berupa

pengenaan bea keluar dan larangan ekspor konsentrat tidak sesuai dengan kontrak

karya dan perjanjian investasi bilateral Indonesia dan Belanda.Dengan langkah

hukum ini, Newmont berharap The Internatonal Center for the Settlement of

kInvestment Disputes yang menangani masalah ini, menjatuhkan putusan sela

(15)

untuk membolehkan kembali ekspor konsentrat Newmont.Kebijakan hilirasasi

mineral menyebabkan NNT tidak bisa mengekspor konsentrat tembaga dan emas.

Alhasil, konsentrat yang mereka produksi hanya tertumpuk di fasilitas

penyimpangan di Batu Hijau, Nusa Tenggara.Ini berimbas pada penghentian

kegiatan produksi Newmont.24

Langkah perusahaan tambang ini mendorong Indonesia untuk memberi

pengaruh sebaik mungkin.Agar tetap terjaga ketahanan dan kedaulatan sebagai

power negara melalui konsistensi kebijakan yang telah dibuat dalam bentuk

Undang-Undang.Pengaruh ini juga jawaban Indonesia atas respon PT.NNT yang

tidak mendukung negara Indonesia.Upaya mengadakan pertemuan untuk

membentuk sebuah negosiasi dalam suatu waktu akhirnya terlaksana.Proses

interakasi tersebut akan menghasilkan sebuah perundingan dan kesepakatan untuk

bekerja sama mencapai kepentingan masing-masing pihak baik Indonesia maupun

perusahaan asing tersebut. Dalam perjalanannya, Pemerintah Indonesia Proses dialog pun dilakukan antara kedua pihak agar permasalahan ini bisa

diselesaikan.Adanya pertemuan antara pemerintah dan pihak PT.NNT

menghasilkan sebuah kesepakatan melalui negosiasi-negosiasi yang telah

dilakukan.Pada akhirnya keputusan tersebut tidak lepas dari strategi kedua pihak

terutama pemerintah Indonesia untuk menentukan politik luar negerinya dalam

mewujudkan kepentingan nasional untuk mengatur sumber daya yang sudah

tertuang dalam Undang-Undang sebagai salah satu tujuan negara.

24

(16)

mengupayakan diplomasi dengan PT. Newmont untuk dapat mematuhi UU No.4

tahun 2009 dan membatalkan tuntutannya terhadap mahkamah arbitrase the

International Center for the Settlement of Investment Disputes (ICSID).

Ketika memahami bahwa kepentingan nasional merupakan tujuan dan

faktor penentu akhir yang mengarahkan para perumus kebijakan suatu negara

dalam menentukan dan menarik kebijakan politik luar negerinya.25

25

Dr. Yanyan Moh. Yan dan Dr. Anak Agung Banyu Perwita, 2006.“Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, Hal. 35

.Maka, peran

atau keputusan-keputusan pemerintah sebagai perumus kebijakan sangat perlu

mendapatkan perhatian ketika berhadapan dengan ancaman luar agar kepentingan

nasional itu tetap terjaga.Itulah sebabnya diplomasi digunakan sebagai jalan bagi

Indonesia dan PT.Newmont Nusa Tenggara untuk mencegah terjadinya ancaman

baru yang merugikan kedua pihak ditengah permasalahan perundang-undangan

yang belum berakhir. Hal tersebut menjadikan diplomasi menjadi hal yang

penting untuk dikaji sebagai instrumen yang melekat dalam negara ditengah

kekisruhan yang melibatkan pihak luar . Bagaimana diplomasi menjadi bagian

tidak terpisah dalam proses pencapaian Kepentingan Nasional Indonesia dan

kepentingan perusahaan multinasional PT.Newmont Nusa Tenggara. Oleh karena

itu, penulis mengangkat judul “Diplomasi Pemerintah Indonesia dalam

Menghadapi Gugatan Arbitrase Internasional PT.Newmont Nusa Tenggara terkait

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia

dalam menghadapi gugatan arbitrase internasional PT.Newmont Nusa Tenggara

terkait kebijakan pengembangan industri smelter ?

1.3. Batasan Masalah

Dalam membuat penelitian ini,peneliti memerlukan batasan.Pembatasan

masalah berguna untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup mengenai

hal-hal apa saja dari masalah yang akan diteliti agar masalah yang diangkat tidak

menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai.Adapun batasan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Diterapkannya UU Minerba No.4 Tahun 2009 yang menyebabkan

penolakan dari perusahaan tambang PT.Newmont Nusa Tenggara melalui

gugatan dari pihak perusahaan ke lembaga arbitrase hingga dibatalkannya

gugatan tersebut pada tahun 2014.

2. Upaya apa saja yang telah dilakukan Indonesia dan PT Newmont Nusa

Tenggara dalam menyikapi pengembangan industri smelter yang belum

terlaksana.

3. Negosiasi-negosiasi yang dilakukan Indonesia dalam mengahadapi

(18)

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

a) Untuk mendeskripsikan kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah dalam

pengelolaan sumber daya mineral yang lebih produktif melalui peraturan

mengenai pengembangan industri smelter.

b) Untuk menganalisis apa yang telah diupayakan pemerintah Indonesia dan

PT.Newmont Nusa Tenggara agar pengembangan industri smelter dapat

diterapkan sesuai dengan Undang-Undang yang telah ditetapkan

c) Untuk menganalisis penyelesaian sengketa secara diplomatik yang

dilakukan oleh Indonesia dengan PT.Newmont Nusa Tenggara sehingga

permasalahan kebijakan tersebut bisa berakhir.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a) Secara teoritis,penelitian ini mampu menerapkan beberapa teori yang

dapat digunakan penulis sebagai acuan analisisnya,yaitu Konsep

Kepentingan Nasional serta Konsep Diplomasi

b) Secara akademis,penelitian ini diharapkan mampu menambah kajian

referensi dalam mengembangkan berpikir dan menulis bagi mahasiswa di

(19)

c) Secara praktis,penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan pribadi

dan masyarakat serta membantu agar lebih memahami masalah-masalah

politik yang berkaitan dengan sumber daya dalam lingkup nasional

maupun internasional.

1.6. Kerangka Konsep

1.6.1.Kepentingan Nasional

Negara merupakan aktor utama dalam kajian ilmu hubungan internasional.

Sebagai institusi yang bergerak secara rasional,negara diharuskan untuk

memenuhi kepentingan nasional sebagai konsekuensi dan salah satu tujuan dari

terbentuknya negara.

Negara dipandang sebagai sebuah institusi yang lengkap. Negara disusun

oleh aspek fisik dan aspek nonfisik yang saling menjaga dan mengisi satu sama

lain. Aspek fisik seperti wilayah teritorial, warga negara atau penduduk dan

sumber daya alam yang terkandung didalam wilayahnya. Sedangkan yang

dimaksud aspek non-fisik seperti aturan, hukum dan UU yang menjadi landasan

hukum sekaligus landasan filosofis dalam berjalannya proses pemerintahan dan

pengambilan kebijakan.26

Kepentingan nasional selalu menjadi objek utama dalam menganalisa

interaksi antar negara. Perbedaan metode dan bentuk dipandang sebagai cara.

26

(20)

Sedangkan kepentingan nasional merupakan core dalam analisis ilmu hubungan

internasional. Ketidakmampuan negara dalam memenuhi kepentingannya sendiri

telah menjadi landasan dalam interaksi sejak berabad-abad silam.Di era modern

seperti saat ini, Perkembangan teknologi dan semakin kompleksnya kebutuhan

manusia menjadi pendorong utama dalam interaksi antar negara.27

Kepentingan nasional suatu negara akan ditentukan berdasarkan kebutuhan

dalam negeri negara tersebut dan pembacaaan terhadap lingkungan

internasionalnya. Untuk lebih mudah memahami, Robinson membagi klasifikasi

kepentingan nasional sebagai berikut.28

• Primary Interest, kepentingan nasional terdiri atas wilayah, negara,

identitas politik, kebudayaan dan kelanjutan hidup bangsa terhadap

gangguan dari luar. Kepentingan primer ini tidak pernah dikompromikan.

Semua negara mempunyai kepentingan serupa dan kerapkali dicapai

dengan pengorbanan yang tidak sedikit. :

• Secondary Interest, kepentingan yang berada diluar primer tetapi dianggap

penting dan mendukung kepentingan primer.

• Permanent Interest, kepentingan yang bersifat konstan dalam jangka waktu

yang lama

27

Ahmad Gilang.Op.cit.hal.17 28

(21)

• Variable Interest, merupakan suatu kepentingan yang bersifat kondisional

dan dianggap penting sebagai kepentingan nasional pada suatu waktu

tertentu.

• General Interest, Kepentingan yang dapat diberlakukan untuk banyak

negara dan cenderung serupa dalam bidang khusus seperti bidang ekonomi

atau perdagangan.

• Spesific interest, kepentingan yang lebih bersifat khusus dan spesifik yang

cenderung berbeda berdasarkan kebutuhan dan kondisi negara.

Oleh karena itu, akan sangat penting untuk memahami kepentingan nasional

suatu negara sebagai landasan dan latar belakang kebijakan suatu negara. Dunia

hubungan internasional yang berkembang semakin pesat juga mendorong

berkembangnya kebutuhan negara. Namun, akan ada hal-hal prinsipil yang tidak

bergeser dan akan menjadi kepentingan nasional utama masing-maisng negara

dalam berinteraksi. Sebagai sebuah tujuan yang akan menjadi dasar dalam

interaksi serta perumusan kebijakan luar negeri negara.

Prinsip yang tertanam dalam kepentingan tersebut tidak sama konsistennya

(tidak bergeser) dengan memperolehnya secara aplikatif.Sebab untuk

mewujudkanya ,banyak cara dan pemahaman yang bisa dilakukan oleh actor yang

terlibat.Itulah sebabnya fenomena internasional dewasa ini mendorong

kepentingan nasional tidak lagi menjadi bersifat politik semata. Perkembangannya

(22)

Maksud dari multidimensional adalah adanya keterkaitan secara sistemik dalam

aplikasinya antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Selain itu

pergeseran isu keamanan dari state security menuju human security juga

mendorong konsep kepentingan nasional pada isu-isu kontemporer seperti

lingkungan, kesejahteraan dan kejahatan Transnasional bahkan sampai pada isu

sumber daya.

Mendefenisikan dan mengukur pencapaian kepentingan nasional suatu negara

lebih merupakan hal yang bisa diidentifikasikan dari pada harus di ukur secara

kongkrit.Para penganut realis seperti K.J. Holsti menyamakan kepentingan

nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power.29

Power itu yang menjadi nilai bagi suatu bangsa.Sebab dengan nilai-nilai

yang ada di dalamnya menunjukkan eksistensi bangsa itu sendiri dan

mempengaruhi identitasnya baik sekarang maupun masa yang akan datang.Itulah

hakikat kepentingan nasional,dimana menurut Frankel sebagai keseluruhan nilai

yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa.Lebih lanjut Frankel mengatakan

bahwa kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi negara,dan kepentingan Power itu sendiri adalah

segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara

terhadap negara lain.Artinya,segala daya yang ada dalam suatu negara sejatinya

dapat kita nilai sekalipun tidak harus melihat dan merasakannya secara langsung

sebab power yang dimiliki negara itu ada dan melekat sejak negara itu terbentuk.

29

(23)

nasional itu dapat dipakai secara operasional yang dapat dilihat dalam aplikasinya

pada kebijaksanaan maupun rencana yang dituju.Dengan demikian baik

kebijkasanaan maupun rencana yang dituju hanya berorientasi kepada

kepentingan nasional.30

Demikian juga menurut Morgenthau yang memandang bahwa negara tidak

bisa lepas dari situasi yang mengandung permasalahan-permasalahan mengenai

persaingan perebutan power.Adalah suatu kewajiban bagi negara bangsa dalam

sistem internasional untuk memberikan tanggapannya atas situasi dan berbagai

tujuan nasional yang diinginkan oleh negara bangsa sesuai dengan kepentingan

nasionalnya masing-masing.31

Morgenthau yakin bahwa kepentingan nasional sebagi suatu konsep harus

diartikan sebagai power.Oleh karena itu dia berulangkali menunjuk kepentingan

nasional berdasarkan defenisi power,artinya bahwa posisi power yang harus

dimiliki negara merupakan pertimbangan utama yang memberikan bentuk

kepentingan nasional.Konsekuensi dari pemikiran tersebut bahwa suatu situasi

atau tujuan nasional harus dievaluasi dan diukur dengan menggunakan tolok ukur

posisi power negara.32

Konsisten dengan rumusannya mengenai power,Morgenthau menyamakan

kepentingan nasional dengan usaha negara untuk mengejar power dimana power

30

R.Soeprapto.1997.Hubungan Internasional : Sistem,Interaksi,dan Perilaku.Jakarta : Raja Grafindo Persada.Hal.144

31

R.Soeprapto.1997Hal.143 32

(24)

dipandang sebagai sesuatu yang apat dipergunakan untuk memelihara mauun

mengembangkan kontrol suatu negara terhadap negara lain.Oleh karena itu

menurutnya,strategi diplomasi harus dimotivasi oleh kepentinngan nasional bukan

oleh karena moralistik,legalistik.33

Dalam kajian politik internasional, kemampuan untuk mengetahui dan

menganalisa kepentingan nasional suatu negara akan menjadi kunci dalam

menjelaskan dan memahami serangkaian kebijakan luar negeri (salah satu

power)suatu negara. Dalam cakupan selanjutnya, kepentingan nasional tersebut

akan menjadi dasar dalam pengembangan kepentingan negara yang paling vital,

seperti pertahanan, keamanan, militer dan kesejahteraan ekonomi.34

Hubungan-hubungan internasional yang diadakaan antar negara, negara

dengan individu, negara dengan organisasi internasional atau pun negara dengan

perusahaan transnasional dan multinasional tidak selamanya terjalin dengan baik.

Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara mereka. Sengketa dapat

bermula dari berbagai sumber potensi sengketa. Sumber potensi sengketa antar

negara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam, kerusakan lingkungan,

perdagangan, serta masalah tuduhan terhadap suatu negara yang di duga

melakukan dumping, tidak dilaksanakannya kewajiban-kewajiban suatu pihak

dalam perjanjian, masalah nasionalisasi suatu perusahaan asing, adalah sedikit

1.6.1.Konsep Diplomasi

33

Ibid.Hal.151 34

(25)

contoh kasus yang timbul dalam hubungan-hubungan ekonomi antar negara.35

Diplomasi penting dilakukan agar saluran komunikasi antar suatu negara,

atau pihak yang ada disuatu negara, dengan negara lain (atau tentunya pihak yang

ada di negara lain). Tanpa adanya saluran diplomasi, maka akan banyak

persoalan-persoalan antar negara yang tidak terselesaikan. Dan bila hal ini terjadi

secara terus menerus maka pada suatu titik dikhawatirkan akan adanya

keterdesakan negara untuk mengambil tindakan lebih ekstrim dari pada sebuah

sengketa yakni perang.

Oleh karena itu diplomasi memainkan peran dalam penyelesaiannya.Sebab

diplomasi adalah instrument yang tidak bisa dilepaskan dari masalah-masalah

internasional karena masih dijadikan sebagai jalan keluar dalam menghadapi

perbedaan pandangan yang berujung pada sengketa.

36

Diplomasi itu sebagaimana halnya dengan alat,mesin atau instrumen

lainnya namun ia bersifat netral,yang artinya terlepas dari nilai-nilai,apakah ia

bermoral atau tidak.Nilai-nilai dan penggunaannya tergantung kepada maksud dan

tujuan serta kemampuan,kemahiran atau kecakapan dari mereka yang

melaksanakannya.37

Menurut S.L Roy diplomasi adalah seni mengedepankan kepentingan

suatu negara melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin dalam

35

Sefriani.2009.321 36

A. Irawan J. H dan Giandi Kartasasmita.2015.Diplomasi Komersial Indonesia Ke Belanda Masa Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014). Yogyakarta : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.Hal.7 (Penelitian Monodisipliner) Pdf 37

(26)

hubungan dengan negara lain, jika cara damai gagal, cara ancaman untuk

kekuatan nyata diperbolehkan.38

S.L.Roy mencoba mengkaji hal-hal penting yang terdapat dalam berbagai

definisi mengenai diplomasi.menurut dia tampak jelas beberapa hal dalam

diplomasi,bahwa : (1) Unsur pokok diplomasi adalah negosiasi, (2) Negosiasi

dilakukan untuk mengedapankan kepentingan negara,(3) tindakan-tindakan

diplomatik diambil buat menjaga serta memajukan kepentingan nasional sejauh

mungkin dan dilaksanakan secara damai,pemeliharaan perdamaian dengan tanpa

merusak kepentingan nasional merupakan tujuan utama diplomasi, (4)

Teknik-teknik diplomasi yang sering dipakai untuk mempersiapkan perang bukan untuk

menghasilkan perdamaian, (5) Diplomasi berhubungan erat dengan tujuan politik

luar negeri suatu negara, (6) Diplomasi modern berhubungan erat dengan sistem

negara,(7) Diplomasi tidak bisa dipisahkan dari perwakilan negara.

Dengan demikian, diplomasi pada hakekatnya

merupakan hubungan antara negara yang satu dengan yang lain untuk mencapai

apa yang menjadi kepentingan nasional masing-masing negara tersebut.

39

Diplomasi yang digambarkan sebagai “the politics of international

relations” dalam sejarahnya terus berkembang sebagai suatu metode yang

berhubungan dengan dunia yang keras dimana berlaku sistem hubungan anatr

negara yang kompetitif sifatnya.Negara-negara saling bersaing untuk

memepertahankan hidupnya,memajukan kepentingan nasional mereka dan bahkan

38

S.L., Roy.1991.Diplomasi.terjemahan Harwanto & Mirsawati, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.hal 161. 39

(27)

menguasai negara lain.Persaingan anta negara tersebut terus berlanjut karena

mereka mengejar tujuan masing-masing dan sering satu negara mengejar lebih

dari satun tujuan.40

Negara dalam mengejar tujuan yang erat berkaitan dengan kepentingan

nasionalnya masing-masing,tidak jarang terjadi perbedaan-perbedaan kepentingan

bahkan kadang-kadang terjadi bentrokan kepentingan.Oleh sebab itu diplomasi

berperan untuk mendamaikan beragamnya kepentingan,paling tidak membuatnya

berkesuaian.Secara umum diakui bahawa fungsi utama diplomasi adalah

melakukan negosiasi,sedangkan ruang lingkup diplomasi adalah menyelesaikan

perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan negara melalui negosiasi yang

berhasil.41

Sebagai instrumen politik luar negeri,diplomasi pada dasarnya memikul

tugas-tugas politik,seperti :42

Di dalam diplomasi sendiri juga terdapat instrumen utama,yaitu : kerja

sama,penyesuaian dan penentangan.Kerja sama dan penyesuaian ditempuh lewat 1.Meniadakan suatu keadaan yang merugikan kepentingan nasional;

2.mempertahankan keadaan yang menguntungkan kepentingan nasional;

3.Menegakkan keadaan yang diperlukan demi kepentinga nasional.

40

R.Soeprapto.Op.cit.Hal.211 41

Ibid. 42

(28)

negosiasi dan apabila negosiasi gagal,penentangan tampil menggantikan cara-cara

damai.Diplomasi yang baik adalah memilih cara yang tepat dalam mencapai

tujuan.Oleh sebab itu hakikat diplomasi yag sukses adalah kemampuan untuk

melakukan pemilihan yang tepat pada keadaan tetentu atas satu atau lebih

instrumen diplomasi tersebut.43

Cara kerja diplomasi dapat dilaksanakan dengan melalui

departemen-departemen luar negeri,kedutaan-kedutaan besar,konsulat-konsulat serta misi-misi

khusus yang diselenggarakan di seluruh dunia.Dan pada umumnya,dijalankan

dengan pola hubungan bilateral.Akan tetapi disebabkan semakin terasa bahwa

demikian pentingnya kegiatan-kegiatan dengan diadakannya berbagai konferensi

yang berskala intermasional,organisasi-organisasi regional serta berbagai tindakan

keamanan bersama maka aspek-aspek yang berpolakan kepada hubungan yang

bersifat multilateral,dirasakan semakin penting perannya dalam rangka hubungan

antara negara-negara.44

Menurut Coulombis dan Wolfe,fungsi substansi diplomatik ada dua,yaitu

:45

43

R.Soeprapto.Hal.214 44

Ibid.197 45

(29)

a. Pelaporan

Yang dilaporkan ialah seputar hasil observasi terhadap kondisi-kondisi

baik politik,ekonomi.militer maupun sosial daru tuan rumah untuk disampaikan

ke negaranya secara akurat.

Dalam hal penyampaian informasi ini terjadi dalam bentuk lisan maupun

tulisan dalam bentuk dokumen.Dengan tujuan akan dapat merefleksikan

sikap,kelakuan,perangai serta ideosentrik dari lawan bicaranya.Pengumpulan

informasi ini bisa dilakukan secara terbuka (overtly) yang biasa disebut dengan

laporan diplomatik,dan secara terselubung (covertly) yang biasa dilakukan dalam

bentuk spionase.

b. Negosiasi

Diakui secara luas bahwa salah satu fungsi utama diplomasi adalah

negosiasi.46 Diplomasi mempunyai ruang lingkup menyelesaikan

perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan-kepentingan negara-negara melalui

negosiasi yang sukses. Negosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan

negara.47

Negosiasi merupakan suatu cara untuk mendamaikan berbagai

kepentingan nasional yang saling bersaing .Oleh sebab itu negosiasi adalah suatu

metode yang paling cocok untuk mendamaikan konflik selama perundingan masih

46

SL.Roy, terjemahan Harwanto & Mirsawati.hal.17 47

(30)

dapat berlangsung sehingga ledakan kekerasan dapat dihindarkan.Biasanya

negosiasi membicarakan pokok-pokok persoalan berikut detail-detailnya secara

konkret.Apabila para perunding berkonsentrasi kepada persoalan-persoalan yang

demikian maka akan dijauhkan dari hal-hal dimana tidak seorang pun mau

mengalah yang penuh dengan prasangka-prasangka dan emosi.

Dalam hal penyelesaian sengketa internasional negosiasi merupakan cara

yang pertama kali dan paling banyak digunakan Cara ini diakui sebagai cara yang

simple dan mudah dibandingkan cara-cara yang lain terlebih dengan cara jalur

hukum. Tidak ada tata cara khusus untuk melakukan negosiasi, dapat dilakukan

bilateral, multilateral, formal maupun informal. Namun akan sulit melakukan

negosiasi bila antar pihak yang bersengketa tidak memiliki hubungan diplomatik

atau saling tidak mengakui eksistensi masing-masing sebagai subjek kepentingan

nasional.

Negosiasi biasanya dimulai dengan saling mempertukarkan pendapat

kemudian disusul saling melakukan tawar-menawar guna mencari kompromi di

antara pendapat-pendapat tersebut.Dalam negosiasi tadi area-area yang menjadi

kesepakatan bersama ditegaskan dan diusahakan untuk bisa diperluas selebar

mungkin.Area-area yang tidak disepakati juga ditaskan dan diupayakan untuk

(31)

kesepakatan.Kesepakatan tersebut bisa dalam bentuk tidak formal atau dengan

dituangkan ke dalam suatu perjanjian internasional.48

Dalam pelaksanaannya negosiasi juga sering mengalami kegagalan

sehingga perundingan pun tidak terlaksana. Beberapa faktor penyebab kegagalan

itu antara lain misalnya apabila salah satu pihak menolak untuk melakukan

negosiasi. Faktor kegagalan yang lain adalah adanya upaya salah satu pihak untuk

menghentikan negosiasi dengan cara mengajukan penundaan tanpa batas waktu,

serta mengabaikan prosedur yang telah disepakati.49

Menurut Frankel,membujuk dan berkompromi merupakan teknik dasar

perundingan.Dia melihat bahwa kebanyakan pokok-pokok persoalan

bagaimanapun bertentangannya mencakup pula kesamaan dan kepentingan

tertentu.

Jika ditemukan hal yag

demikian maka usaha yang mendasar perlu untuk dilakukan dengan baik dan

benar.

50

Pelaksanaan perundingan selalu dikaitkan dengan empat unsur utama yang

ada di dalamnya,yakni : (1) Obyek perundingan, (2) Personel,yang sering

menentukan gagal atau suksesnya suatu perundingan, (3) kapan sebaiknya

48 J.Franklin.1980.Hubungan Internasional.ANS : Sungguh Bersaudara : Jakarta.Hal.133 49

Sefriani.2009.328 50

(32)

perundinga dilakukan atau sebaiknya tidak diselenggarakan,yang juga memiliki

nilai strategis dan, (4) Lokasi perundingan.51

Terwujudnya keempat unsur diatas pada akhirnya ditentukan oleh para

pendukung kegiatan itu sendiri.Yang dimaksudkan adalah bahwa keseluruhan

orang yang terlibat dalam proses diplomasi atau perundingan haruslah meliputi

kepribadian,kecerdasan,latar belakang pengetahuan,daya tahan fisik dan

mental,serta motivasinya akan sangat menentukan terhadap apa yang bisa dicapai

dalam mengahadapi lawan diplomasi atau perundingan.52

Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis,dan

terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud

mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas masala

yang sedang diteliti.Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiahh

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

1.7. Metodologi Penelitian

1.7.1. Metode Penelitian

53

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif,dimana penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena

atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa

individu,organisasi,industry atau perspektif yang lain.Adapun tujuannya adalah

(33)

untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang

diamati,menjelaskan karakteristik atau masalah yang ada.Pada umumnya

penelitian deskriptif ini tidak membutuhkan hiporesis,sehingga dalam

penelitiannya tidak merumuskan hipotesis.54

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Menurut

Bodgan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.

1.7.2. Jenis Penelitian

55

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah melalui studi pustaka.Melalui studi ini,data yang dikumpulkan adalah data

sekunder yang diperoleh dari buku,jurnal,website,artikel ataupun sumber-sumber

lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini.Pengumpulan data dilakukan Jenis ini bersifat eksplorasi,dimana

kegunanaannya menghasilkan uraian yang mendalam untuk memperoleh

pemahaman mengenai keadaan tertentu yang sedang dikaji dari sudut pandang

yang utuh dan menyeluruh.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

54

Suharsimi Arikunto.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka Cipta.hal.206 55

(34)

dengan cara membaca,menganalisis,kemudian mengutip dari sumber-sumber

tersebut.56

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu setelah data terkumpul

maka diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang dibahas,dianalisis isinya

(content analysis) dan bandingkan dengan data yang satu dengan yang lainnya

kemudian diintepretasikan dan akhirnya diberi kesimpulan.

1.7.4. Teknik Analisis Data

57

56

Saifuddin Azwar.2010.Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.hal.92 57

Sumdi Surya Brata.1992.Metode Penelitian.Jakarta:Rajawali Pers.hal.87

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan agar

proses penyusunan karya ilmiah lebih mudah dan terarah.Agar mendapatkan

gambaran yang jelas dan terperinci,penulis membagi penulisan ini ke dalam empat

bab,yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada BAB I terdiri dari latar belakang masalah,rumusan masalah,batasan

masalah,tujuan penelitian,kerangka teori,metode penelitian,serta

sistematika penulisan.

BAB II : PROFIL PERTAMBANGAN DI INDONESIA DAN

(35)

Pada BAB II Dalam bab ini akan mendeskripsikan profil mengenai

perusahaan tambang PT.Newmont Nusa Tenggara sebagai salah satu

perusahaan besar yang mengelola sumber saya mineral di Indonesia.Bab

ini juga akan menguraikan tinjauan dari kebijakan pengembangan industry

smelter bagi perusahaan tambang salah satunya PT.Newmont Nusa

Tenggara.

BAB III : ANALISIS DIPLOMASI PEMERINTAH INDONESIA

DALAM MENGAHADAPI GUGATAN ARBITRASE

INTERNASIONAL PT.NEWMONT NUSA TENGGARA TERKAIT

PENGEMBANGAN INDUSTRI SMELTER

Dalam BAB III penulis menganalisis upaya yang dilakukan pemerintah

melalui diplomasi dalam menghadapi gugatan arbitrase internasional dari

PT.Newmont Nusa Tenggara sehingga dikehahui sejauh mana peran

pemerintah dalam diplomasi tersebut mampu mempengaruhi hasil gugatan

dan konsistensi kebijakan mengenai perkembangan industri smelter yang

telah ditetapkan di Indonesia.Analisis ini akan dilakukan dengan

menggunakan beberapa teori dan data pendukung yang telah dikumpulkan

melalui studi pustaka.

BAB IV : PENUTUP

Pada BAB IV merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan dan

(36)

sehingga menjadi sebuah kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan serta menambahkan beberapa masukan yang akan menjadi saran

Referensi

Dokumen terkait

Return on investment adalah biaya Fixed Capital yang kembali pertahun atau tingkat keimtungan yang dapat dihasilkan dari tingkat investasi yang

Prinsip dari titrasi teofilin dengan metode Volhard adalah penambahan AgNO 3.. berlebih ke dalam

Ancak ülkemiz şartlarında en çok kullanılmakta olanlar ACSR( aluminyum conductor steel rainforced) çelik özlü alüminyum iletkenlerdir. Yine TEİAŞ şartnamelerinde

Misalnya membuat garis sepanjang 10 kekanan, maka yang perlu dilakukan hanyalah klik pada satu titik (misalnya tanda merah pada gambar dibawah), kemudian arahkan ke

Laporan Kinerja (LKj) Komisi Pemilihan Umum tahun Kabupaten Mandailing Natal 2016 ini, berisi hasil pengukuran kinerja sasaran yang dicapai melalui pelaksanaan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Didalam perencanaan tindakan penelitian ini menggunakan skenario pembelajaran melalui dua siklus melalui metode demonstrasi serta menggunakan media belah terong

Berdasarkan pengertian pelayanan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan perusahaan pada pelanggan atau