• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Kemisikinan Antara Keluarga Pemulung Orang Tua Utuh dan Orang Tua Tunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komparasi Kemisikinan Antara Keluarga Pemulung Orang Tua Utuh dan Orang Tua Tunggal"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan

memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan

maupun non makan. Itu artinya BPS tidak hanya memahami kemiskinan hanya

sebatas ketidakmampuan secara ekonomi saja, tetapi kemiskinan juga kegagalan

dalam pemenuhan hak-hak dasar” dan “perbedaan perlakuan bagi seseorang atau

sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

Selaras dengan BPS , Nasikun (1995) juga berpendapat bahwa yang

dimaksud dengan kemiskinan adalah sebuah fenomenal asset, multidemensial dan

terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan

sandang, pangan dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses

yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang sangat

diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

hidup yang paling dasar, antara lain informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan

kapital.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan sendiri dapat

diartikan sebagai kondisi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar kehidupan

dan keterbatsan mengakses sumber daya kehidupan, yang berdampak tercipta

kekurangan, penderitaan dan kesesangraan bagi yang mengalaminya. Sehingga

kemiskinan bukan lagi hanya masalah ekonomi saja tetapi juga termasuk masalah

(2)

Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal,

ketrampilan, dan lain-lain.

2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal

usaha.

3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.

4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.

Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai

keterampil

Menurut Baswir dan Sumodiningrat (dalam Setiadi dkk, 2011), secara

sosioekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan yaitu :

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan Absolut adalah kemiskinan di mana orang-orang miskin

memiliki tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan, atau jumlah

pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum.

Kebutuhan minimum antara lain dapat diukur dengan kebutuhan pangan,

sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, GNP per kapita, dan

pengeluaran konsumsi. Bank Dunia mendefenisikan kemiskinan absolute

sebagai, hidup dengan pendapatan di bawah $ 1perhari. Dari penjelasan

(3)

yang diukur oleh suatu standar konsisten yang telah ditetapkan, tidak

terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan Relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan

perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya.

Contoh, seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa

tertentu, bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa lainnya.

Selain itu terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus juga menjadi

penyebab kemiskinan, yaitu ;

a. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang

miskin. Kelompok masyarakat ini manjadi miskin karena tidak memiliki

sumber daya yang memadai baik sumber daya alam, manusia , maupun

pembangunan. Menurut Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan

yang disebabkan oleh faktor-faktor amaliah seperti karena cacat, sakit, usia

lanjut, ata karena bencana alam.

b. Kemiskinan Kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau

kelompok, masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup

dan budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa

kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah diajak berpartisipasi

dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan

mengubah tingkat kehidupannya.

c. Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh

faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi

(4)

dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.

Menurut Sumodiningrat mengatakan bahwa munculnya kemiskinan

struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan

struktural, yaitu dengan direncanakan bermcam-macam program dan

kebijakan.

Berdasarkan bentuk-bentuk kemiskinan di atas beberapa penyebab

kemiskinan diantaranya karena kebijakan pembangunan yang belum merata,

karena budaya , dan juga karena ketimpangan dalam memperoleh akses baik

terhadap pendidikan, kesehatan, kekuasaan, dan sumber daya lainnya. Hal yang

sama patut di duga terjadi pada pemulung yang hidup dalam kemiskinan

dikarenakan keterbatasan dalam mengakses sumber daya.

Demikianlah hal nya menurut Koncoro (1997) penyebab kemiskinan

adalah sebagai berikut:

1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumber daya yang menimbulkan ketimpangan distribusi

pendapatan, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah

yang terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia

karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas

juga rendah, upahnya pun rendah.

3. Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal

2.2 Konsep Aset Penghidupan (Livehood Asset)

DFID (dalam SMERU, 2008:3) dalam upaya memahami kondisi

(5)

penghidupan berkelanjutan (Sustainable Livelihood) yang dikembangkan oleh

Departement for Internasional Development-DFID. Kerangka penghidupan

berkelanjutan berfokus pada rangkaian asset atau jenis-jenis modal yang dimiliki

dan dimanfaatkan oleh masyarakat ,termasuk masyarakat miskin.

Pendekatan Sustainable Livelihood (PSL) adalah cara berpikir dan bekerja

untuk pembangunan yang berkembang secara evolusi dan dalam tujuan untuk

mengefektifkan segala usaha-usaha mengakhiri kemiskinan. Pendekatan

sustainable livelihoods menempatkan masyarakat sebagai pusat pembangunan.

Kemiskinan dilihat langsung dari kacamata masyarakat miskin itu sendiri, dengan

melihat potensi/kekuatan yang dimliki masyarakat yaitu berupa sumber daya/aset

kehidupan. Fokus pada masyarakat ini sama pentingnya baik pada makro (seperti

pengentasan kemiskinan, pembaruan ekonomi atau pembangunan yang

berkelanjutan) maupun pada tingkat mikro (seperti pada kemiskinan keluarga

pemulung).

Menurut Saragih (2007) Livelihood dapat dimaknai sebagai strategi

mencari nafkah, yaitu berbagai upaya yang dilakukan seseorang untuk

memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimilikinya untuk mendapatkan

penghasilan sehingga mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Pendekatan Sustainable Livelihoods berusaha mengidentifikasi

hambatan-hambatan paling besar yang dihadapi oleh manusia, dan peluang-peluang yang

paling menjanjikan dan terbuka bagi, masyarakat, terlepas darimana asalnya

(misalnya disektor mana, pada wilayah mana atau tingkat apa, dari lokal sampai

internasional). Pendekatan ini dibangun di atas pengertian atau definisi

(6)

memungkinkan, pendekatan ini selanjutnya bisa membantu masyarakat

membicarakan/menyadari hambatan dan peluang tersebut (Saragih,dkk, 2007:7).

Tinjauan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penghidupan

berkelanjutan masyarakat miskin dilakukan dengan pendekatan “Pentgonal Aset”,

yaitu dengan melihat aset yang dimiliki masyarakat miskin yang dalam hal ini

adalah keluarga pemulung. Aset adalah sesuatu yang dimiliki (berkuasa

mengkontrol) atau dapat diakses untuk menjalankan penghidupan. Aset

merupakan modal untuk melaksanakan kegiatan sehingga tujuan penghidupan

bisa dicapai. Setiap suatu unit keluarga atau komunitas tertentu melangsungkan

hidup dan penghidupannya dengan bertumpu pada berbagai aset yang dimilikinya

atau yang secara materil dan imaterial melekat pada unit dimaksud.

DFID mengelompokkan aset penghidupann ke dalam lima kelompok yang

disebut Pentagonal Aset. Pentagonal Aset terdiri dari modal alam (natural

capital), modal manusia (human capital), modal keuangan (financial kapital),

modal fisik (infrastruktur), dan modal sosial (social capital) (DFID:2001 dalam

Saleh,S.E, 2014).

1. Sumber daya manusia (human capital)

Modal manusia (human capital) mengacu pada tenaga kerja yang tersedia

untuk rumahtangga: dengan pendidikan, ketrampilan, dan kesehatan. Aset utama

yang dimiliki oleh masyarakat perdesaan adalah tenaga kerja mereka sendiri.

Tenaga kerja sebagai aset rumah tangga harus terbebas dari berbagai macam

penyakit atau masalah kesehatan yang dapat mengurangi produktifitasnya (Ellis,

2000). Senada yang dikemukakan oleh Baiquni (2007) bahwa manusia sebagai

(7)

untuk mengusahakan penghidupan yang lebih baik. Pengembangan kualitas

manusia sangat menentukan, mengingat manusialah yang akan mengelola semua

aset untuk didayagunakan dan dilestarikan keberlanjutannya. Modal manusia

adalah komponen terpenting dalam penghidupan, pengetahuan dan kemampuan

yang dimilikinya diperlukan untuk mengolah empat aset penghidupan lainnya.

Manusia juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan strategi pemanfaatan

tiap-tiap jenis aset secara optimal. Sekaligus perilaku manusia sangat

mempengaruhi keberlanjutan sumber penghidupan (aset) lainnya. Sepertiyang

diungkapkan oleh Baiquni (2007) bahwa pengembangan sumberdaya manusia

sangat menentukan, mengingat manusialah yang akan mengelola semua aset

untukdidayagunakan dan dilestarikan keberlanjutannya.(Saleh,S.E, 20014:30).

Dalam hal ini sumber daya manusia (human capital) yang akan dikaji pada

keluarga pemulung adalah tingkat pendidikan pemulung,ketrampilan (skill)

tertentu yang dimiliki pemulung termasuk keterampilan pemulung dalam

mengolah hasil memulung.

2. Sumber Daya Alam (natural capital)

Modal alam bisa disebut dengan sumberdaya alam adalah merupakan

persediaan alam yang menghasilkan dayadukung dan nilai manfaat bagi

penghidupan manusia. Mencakup; tanah dan produksinya, air dan sumber daya air

di dalamnya (ikan), pohon dan hasil hutan, binatang buruan, serat dan pangan

yang tidak dibudidayakan, keanekaragaman hayati, sesuatu kegiatan yang

berhubungan dengan lingkungan. Modal ini mewakili sumber daya alam dan

sumber daya hayati yang melingkupi suatu masyarakat. (DFID, 2001 dalam

(8)

Modal alam (Natural Capital) lebih menggambarkan kepemilikan atau

penguasaan bersama atas sumberdaya alam seperti iklim, kesuburan tanah, dan

sumber air sebagai modal produksi. Hal ini bervariasi pada setiap wilayah, baik

ketersediaan maupun karakteristiknya, sehingga dapat membentuk pola

penghidupan masyarakat. Dalam modal alam, sebuah perbedaan penting di buat

antara sumberdaya alam terbarukan dan sumberdaya alam non terbarukan.

(Baiquni, 2007 dalam Saleh,S.E, 2014:31)

Dari pengertian diatas, modal alam ini disebut juga sebagai lingkungan yang

merupakan gabungan dari berbagai faktor biotik dan abiotik di sekeliling manusia.

Modal ini dapat berupa sumberdaya yang bisa diperbaharui maupun tidak bisa

diperbaharui. Contoh dari modal sumberdaya alam adalah air, pepohonan, tanah,

stok kayu dari kebun atau hutan, stok ikan di perairan, maupun sumber daya

mineral seperti minyak, emas, batu bara dan lain sebagainya. Pada akhirnya

sumberdaya alam bisa menghasilkan keuntungan jika penduduk mempunyai akses

yang aman.

3. Sumber daya ekonomi atau keuangan ( financial capital)

Modal finansial adalah sumber-sumber keuangan yang dapat digunakan

dan dimanfaatkan masyarakat dalam mencapai tujuan penghidupan mereka, yaitu

meliputi; Cadangan atau persediaan; meliputi sumber keuangan berupa tabungan,

deposito, atau barang bergerak yang mudah diuangkan. Selain yang bersumber

dari milik pribadi, juga termasuk sumber keuangan yang disediakan oleh bank

atau lembaga perkreditan. Aliran dana teratur; sumberdana ini meliputi uang

pensiun, gaji, bantuan dari negara, kiriman dari kerabat yang merantau, dsb.

(9)

Modal ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan yang ada di

masyarakat(seperti penghasilan, tabungan atau simpanan, pinjaman modal usaha,

sertifikat surat berharga, saham, kredit/hutang /hibah baik fomal maupun

informal, kiriman dari keluarga yang bekerja di luar daerah, dana pensiun,

keuntungan usaha, upah/gaji,dan sebagainya) yang dapat dimanfaatkan untuk

menunjang derajat kehidupan masyarakat.

Dalam hal ini yang menjadi sumber daya ekonomi (financial capital)

dalam keluarga pemulung adalah pendapatan yang diperoleh pemulung,

pengeluaran keluarga pemulung, tabungan/ivestasi yang dimiliki oleh keluarga

pemulung.

4. Sumber daya sosial (social capital)

Konsep modal sosial pertama kali dikemukakan oleh James Coleman,

menurutnya, modal sosial bukan entitas tunggal tetapi bermacam-macam entitas

berbeda yang memiliki dua karakteristik umum: mereka semua terdiri atas

beberapa aspek struktur sosial, dan mereka memudahkan beberapa tindakan

individu-individu yang ada dalam stuktur tersebut. Seperti modal lainnya, modal

sosial bersifat produktif, yang memungkinkan pencapaian beberapa tujuan yang

tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya. (Coleman, 2010:418).Putnam, dalam

Field (2010:51) menyatakan bahwa modal sosial adalah bagiandari kehidupan

sosial-jaringan, norma dan kepercayaan – yang mendorong partisipasi dan

tindakan bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama. Modal

sosial merupakan suatu aset yang dapat digunakan oleh rumahtangga untuk

mempertahankan kelangsungan hidup. (de Haan, 2000, Carney, 1999 dalam

(10)

Dalam hal ini modal sosial yang dimaksud dalam keluarga pemulung

sendiri adalah solidaritas berdasarkan kebutuhan ekonomi yang mengandalkan

kepercayaan baik antar pemulung dengan penampung/tokeh barang bekas ,

jaringan, pertukaran informasi, hubungan yang berbasis rasa saling percaya dan

saling mendukung antar sesama pemulung, keluarga, maupun tetangga

5. Sumber daya fisik (physical capital)

Modal fisik adalah prasarana dasar dan fasilitas lain yang dibangun untuk

mendukung proses penghidupan masyarakat. Prasarana yang dimaksud meliputi

pengembangan lingkungan fisik yang membantu masyarakat dalam melaksanakan

tugas kehidupan lebih produktif. Prasarana umumnya merupakan fasilitas umum

yang digunakan tanpa dipungut biaya langsung. Terkecuali prasarana tertentu

seperti perumahan, listrik, jalan tol dan air minum. Sarana terntentu seperti

gedung, kendaraan, dan sebagainya , umumnya dapat digunakan secara pribadi

atau kelompok melalui sistem sewa.

. (DFID, 2001dala Saleh, S.E, 2014) modal fisik memperlihatkan

penguasaan lahan, luas lahan, jenis tanaman budidaya, dan kepemilikan bangunan

seperti rumah, kenderaan, perabotan dan peralatan rumahtangga, pabrik serta

teknologi produksi. Dalam konteks kewilayahan modal fisikal ini berupa

infrastruktur jalan, irigasi, dan fasilitaspublik. (Baiquni, 2007 dalam Saleh, S.E

(11)

Berikut adalah bagan dari pentagonal aset:

Gambar 1.1 Skema Pentagon aset

Pada gambar 1.1 menekankan pentingnya pemahaman akan beragam

kondisi penghidupan rumahtangga dan jenis-jenis aset yang menopangnya.

Segilima aset menggambarkan bahwa antar komponen aset penghidupan memiliki

beragam hubungan dan keterkaitan satu sama lain. Bentuk segilima dan garis yang

saling menghubungkan dengan titik pusat ditengah bidang tersebut

menggambarkan variasi tingkat kepemilikan dan akses rumah tangga terhadap

aset.

Tingkat aksesibilitas terhadap aset penghidupan berbeda-beda pada tiap

individu, rumahtangga dan masyarakat, demikian pula nilai manfaat dari aset

tersebut bagi penghidupan, banyak faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya

dianalogikan, di posisi titik tengah atau terdalam dari segilima menunjukkan

tingkat akses individu atau rumahtangga terhadap sumberdaya/modal adalah =

nol, atau tidak memiliki akses sama sekali. Sedangkan bagian terluar dari segilima

adalah kondisi ideal, dimana seseorang atau rumah tangga memiliki akses yang

(12)

segilima ini, kita dapat menggambarkan beragam kondisi perubahan tingkat

aksesibilitas terhadap sumberdaya/modal penghidupan.

Kelima sumber daya/aset tersebut saling berkaitan satu dengan yang

lainnya, misalnya orang/komunitas yang hanya memiliki uang banyak tetapi tidak

memiliki aset kekerabatan maka akan hidup didalam komunitas yang tidak aman.

Keluarganya dan dirinya mungkin terancam hidupnya, atau jika dia atau

keluarganya menghadapi bencana maka tidak ada dari kerabatnya yang akan

membantunya. Satu jenis aset bisa juga bermakna ganda, artinya bisa sekaligus

menjadi aset tangible dan intangible, misalnya memiliki tanah atau sapi misalnya

dibeberapa komunitas tertentu akan juga meningkatkan status sosial (aset

tangible) sehingga perannya didalam proses pengambilan keputusan di

masyarakat semakin meningkat.

Besar atau kecilnya, keragaman, dan keseimbangan antar aset sangat

mempengaruhi keberlanjutan hidup suatu masyarakat. Semakin sedikit atau

terbatas kepemilikan aset maka akan semakin rentan bagi suatu masyarakat masuk

dalam kemiskinan, sementara itu tidak semua masyarakat mendapatkan akses

yang sama untuk memiliki atau mendapatkan aset, apalagi bagi masyarakat miskin

yang aksesnya pada kepemilikan aset sangat terbatas. Maka dari itu menurut

(SMERU, 2008:3) pendekatan ini berupaya untuk memahami konteks yang

membuat kondisi-kondisi aset tersebut rentan mengalami penurunan, pengurangan

atau kerusakan serta memahami komponen struktur dan proses (kondisi lembaga

dan kelembagaan) yang mempengaruhi keberadaan dan keberlangsungan strategi

(13)

2.3 Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak

mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan

suatu gejala (Moleong, 1997).Selain itu konsep juga berfungsi sebagai panduan

bagi peneliti untuk menindak lanjuti penelitian tersebut serta menghindari

timbulnya kekacauan akibat kesalahan tapsir dalam penelitian. Adapun konsep

yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain:

1. Pemulung

Pemulung adalah individu/sekelompok orang yg mencari nafkah dengan cara

mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas dan menjualnya

kepada pengusaha yang akan mengelolanya kembali menjadi barang

komoditas. Dalam hal ini, yang menjadi salah satu alasan peneliti untuk

memilih meneliti pemulung karena pemulung umumnya dipandang sebagai

pekerjaan yang kurang elit dan tergolong sebagai komunitas yang

termarjinalkan sehingga indentik dengan kemiskinan.

2. Keluarga

Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat yang tinggal bersama

dalam suatu rumah tangga yang diikat oleh hubungan perkawinan dan memiliki

hubungan darah.

3. Keluarga Orang Tua Utuh

Keluarga dengan orang tua utuh adalah keluarga yang memiliki kedua

orakelng tua dan menjalankan fungsi keluarga bagi anggota keluarga tersebut.

(14)

adalah kedua orang tua bekerja sebagai pemulung dan juag keluarga

pemulung yang salah satu oarng tua memulung dan yang lainnya juga

bekerja, namun masih dalam pekerjaan sektor informal juga.

4. Orang Tua Tunggal (Single Parent)

Menurut Duval & Miller (1985) single parent adalah orang tua yang

memelihara dan membesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran dan dukungan

dari pasangannya. Park (2008) membedakan single-parent menjadi 4 kategori

yaitu Keluarga dengan ayah sebagai single parent karena bercerai, Keluarga

dengan Ayah sebagai single parent karena kematian dan hal lain, Keluarga

dengan Ibu sebagai single parent karena bercerai. Keluarga dengan Ibu

sebagai single parent karena kematian dan hal lain. Dalam hal ini yang

dimaksud orang tua tunggal (single parent) ialah orang tua tunggal baik ayah

atau ibu dan juga setiap individu yang seorang diri mengasuh dan

membesarkan anak dan anggota keluarga lainnya, baik itu nenek/kakek,

bibi/paman, dan bermata pencaharian sebagai pemulung.

5. Kemiskinan

Kemiskinan yang dimaksud dalam suatu kondisi kekurangan, dan

ketidakmampuan akan penuhan kebutuhan dasar manusia, akibat dari

kurangnya penghasilan, minimnya akses untuk memiliki aset penghidupan

sehingga minimbulkan ketergantungan dan penderitaan. Dalam hal ini

pemulung dikategorikan kelompok miskin, walaupun terdapat juga pemulung

yang produktif dan penghasilannya mumpuni. Oleh karena itu pemulung yang

dikategorikan miskin disini dapat dilihat dari penghasilan serta kondisi rumah

(15)

6. Pentagonal Asset

Pentagonal Asset adalah konsep pendekatan Sustainable Livehood Aproach

atau Pendekatan Penghidupan berkelanjutan dengan menggunakan pentagonal

asset atau lima aset yaitu diantaranya sumber daya manusia (human capital),

sumber daya alam (nature capital), modal finansial (financial capital), modal

fisik ( physical capital), dan modal sosial (social capital). Kelima aset/ modal

penhidupan ini digunakan untuk mengukur dan mengakaji kemiskinan yang

Gambar

Gambar 1.1  Skema Pentagon aset

Referensi

Dokumen terkait

Human Capital dan pengembalian investasi dari sumber daya manusia atas biaya yang telah dikeluarkan untuk sumber daya manusia sehingga perusahaan tidak tahu seberapa besar

Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : ada hubungan positif yang sangat signifikan dengan resiliensi remaja pada keluarga orang tua

Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan

Peran orang tua sebagai pengawas pendidikan dasar anak dengan cara memperhatikan asupan gizi yang diberikan ke anak telah dilaksanakan oleh masing-masing

ANAK PADA KELUARGA PEMULUNG DI DESA TAPIAN NAULI LINGKUNGAN IX KELURAHAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL”.. Skripsi ini

Artinya, membangun human capital yang kosmopolitan adalah membangun sumber daya manusia yang bukan hanya memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat bekerja secara

Peran orang tua sebagai pengawas pendidikan dasar anak dengan cara memperhatikan asupan gizi yang diberikan ke anak telah dilaksanakan oleh masing-masing

Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli