BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kemiskinan
Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan
memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan
maupun non makan. Itu artinya BPS tidak hanya memahami kemiskinan hanya
sebatas ketidakmampuan secara ekonomi saja, tetapi kemiskinan juga kegagalan
dalam pemenuhan hak-hak dasar” dan “perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.
Selaras dengan BPS , Nasikun (1995) juga berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan kemiskinan adalah sebuah fenomenal asset, multidemensial dan
terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan
sandang, pangan dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses
yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang sangat
diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
hidup yang paling dasar, antara lain informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kapital.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan sendiri dapat
diartikan sebagai kondisi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar kehidupan
dan keterbatsan mengakses sumber daya kehidupan, yang berdampak tercipta
kekurangan, penderitaan dan kesesangraan bagi yang mengalaminya. Sehingga
kemiskinan bukan lagi hanya masalah ekonomi saja tetapi juga termasuk masalah
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal,
ketrampilan, dan lain-lain.
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan
kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal
usaha.
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai
keterampil
Menurut Baswir dan Sumodiningrat (dalam Setiadi dkk, 2011), secara
sosioekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan yaitu :
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Absolut adalah kemiskinan di mana orang-orang miskin
memiliki tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan, atau jumlah
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum.
Kebutuhan minimum antara lain dapat diukur dengan kebutuhan pangan,
sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, GNP per kapita, dan
pengeluaran konsumsi. Bank Dunia mendefenisikan kemiskinan absolute
sebagai, hidup dengan pendapatan di bawah $ 1perhari. Dari penjelasan
yang diukur oleh suatu standar konsisten yang telah ditetapkan, tidak
terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan Relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan
perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya.
Contoh, seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa
tertentu, bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa lainnya.
Selain itu terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus juga menjadi
penyebab kemiskinan, yaitu ;
a. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang
miskin. Kelompok masyarakat ini manjadi miskin karena tidak memiliki
sumber daya yang memadai baik sumber daya alam, manusia , maupun
pembangunan. Menurut Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan
yang disebabkan oleh faktor-faktor amaliah seperti karena cacat, sakit, usia
lanjut, ata karena bencana alam.
b. Kemiskinan Kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau
kelompok, masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup
dan budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa
kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah diajak berpartisipasi
dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan
mengubah tingkat kehidupannya.
c. Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi
dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.
Menurut Sumodiningrat mengatakan bahwa munculnya kemiskinan
struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan
struktural, yaitu dengan direncanakan bermcam-macam program dan
kebijakan.
Berdasarkan bentuk-bentuk kemiskinan di atas beberapa penyebab
kemiskinan diantaranya karena kebijakan pembangunan yang belum merata,
karena budaya , dan juga karena ketimpangan dalam memperoleh akses baik
terhadap pendidikan, kesehatan, kekuasaan, dan sumber daya lainnya. Hal yang
sama patut di duga terjadi pada pemulung yang hidup dalam kemiskinan
dikarenakan keterbatasan dalam mengakses sumber daya.
Demikianlah hal nya menurut Koncoro (1997) penyebab kemiskinan
adalah sebagai berikut:
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan ketimpangan distribusi
pendapatan, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas
juga rendah, upahnya pun rendah.
3. Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal
2.2 Konsep Aset Penghidupan (Livehood Asset)
DFID (dalam SMERU, 2008:3) dalam upaya memahami kondisi
penghidupan berkelanjutan (Sustainable Livelihood) yang dikembangkan oleh
Departement for Internasional Development-DFID. Kerangka penghidupan
berkelanjutan berfokus pada rangkaian asset atau jenis-jenis modal yang dimiliki
dan dimanfaatkan oleh masyarakat ,termasuk masyarakat miskin.
Pendekatan Sustainable Livelihood (PSL) adalah cara berpikir dan bekerja
untuk pembangunan yang berkembang secara evolusi dan dalam tujuan untuk
mengefektifkan segala usaha-usaha mengakhiri kemiskinan. Pendekatan
sustainable livelihoods menempatkan masyarakat sebagai pusat pembangunan.
Kemiskinan dilihat langsung dari kacamata masyarakat miskin itu sendiri, dengan
melihat potensi/kekuatan yang dimliki masyarakat yaitu berupa sumber daya/aset
kehidupan. Fokus pada masyarakat ini sama pentingnya baik pada makro (seperti
pengentasan kemiskinan, pembaruan ekonomi atau pembangunan yang
berkelanjutan) maupun pada tingkat mikro (seperti pada kemiskinan keluarga
pemulung).
Menurut Saragih (2007) Livelihood dapat dimaknai sebagai strategi
mencari nafkah, yaitu berbagai upaya yang dilakukan seseorang untuk
memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimilikinya untuk mendapatkan
penghasilan sehingga mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pendekatan Sustainable Livelihoods berusaha mengidentifikasi
hambatan-hambatan paling besar yang dihadapi oleh manusia, dan peluang-peluang yang
paling menjanjikan dan terbuka bagi, masyarakat, terlepas darimana asalnya
(misalnya disektor mana, pada wilayah mana atau tingkat apa, dari lokal sampai
internasional). Pendekatan ini dibangun di atas pengertian atau definisi
memungkinkan, pendekatan ini selanjutnya bisa membantu masyarakat
membicarakan/menyadari hambatan dan peluang tersebut (Saragih,dkk, 2007:7).
Tinjauan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penghidupan
berkelanjutan masyarakat miskin dilakukan dengan pendekatan “Pentgonal Aset”,
yaitu dengan melihat aset yang dimiliki masyarakat miskin yang dalam hal ini
adalah keluarga pemulung. Aset adalah sesuatu yang dimiliki (berkuasa
mengkontrol) atau dapat diakses untuk menjalankan penghidupan. Aset
merupakan modal untuk melaksanakan kegiatan sehingga tujuan penghidupan
bisa dicapai. Setiap suatu unit keluarga atau komunitas tertentu melangsungkan
hidup dan penghidupannya dengan bertumpu pada berbagai aset yang dimilikinya
atau yang secara materil dan imaterial melekat pada unit dimaksud.
DFID mengelompokkan aset penghidupann ke dalam lima kelompok yang
disebut Pentagonal Aset. Pentagonal Aset terdiri dari modal alam (natural
capital), modal manusia (human capital), modal keuangan (financial kapital),
modal fisik (infrastruktur), dan modal sosial (social capital) (DFID:2001 dalam
Saleh,S.E, 2014).
1. Sumber daya manusia (human capital)
Modal manusia (human capital) mengacu pada tenaga kerja yang tersedia
untuk rumahtangga: dengan pendidikan, ketrampilan, dan kesehatan. Aset utama
yang dimiliki oleh masyarakat perdesaan adalah tenaga kerja mereka sendiri.
Tenaga kerja sebagai aset rumah tangga harus terbebas dari berbagai macam
penyakit atau masalah kesehatan yang dapat mengurangi produktifitasnya (Ellis,
2000). Senada yang dikemukakan oleh Baiquni (2007) bahwa manusia sebagai
untuk mengusahakan penghidupan yang lebih baik. Pengembangan kualitas
manusia sangat menentukan, mengingat manusialah yang akan mengelola semua
aset untuk didayagunakan dan dilestarikan keberlanjutannya. Modal manusia
adalah komponen terpenting dalam penghidupan, pengetahuan dan kemampuan
yang dimilikinya diperlukan untuk mengolah empat aset penghidupan lainnya.
Manusia juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan strategi pemanfaatan
tiap-tiap jenis aset secara optimal. Sekaligus perilaku manusia sangat
mempengaruhi keberlanjutan sumber penghidupan (aset) lainnya. Sepertiyang
diungkapkan oleh Baiquni (2007) bahwa pengembangan sumberdaya manusia
sangat menentukan, mengingat manusialah yang akan mengelola semua aset
untukdidayagunakan dan dilestarikan keberlanjutannya.(Saleh,S.E, 20014:30).
Dalam hal ini sumber daya manusia (human capital) yang akan dikaji pada
keluarga pemulung adalah tingkat pendidikan pemulung,ketrampilan (skill)
tertentu yang dimiliki pemulung termasuk keterampilan pemulung dalam
mengolah hasil memulung.
2. Sumber Daya Alam (natural capital)
Modal alam bisa disebut dengan sumberdaya alam adalah merupakan
persediaan alam yang menghasilkan dayadukung dan nilai manfaat bagi
penghidupan manusia. Mencakup; tanah dan produksinya, air dan sumber daya air
di dalamnya (ikan), pohon dan hasil hutan, binatang buruan, serat dan pangan
yang tidak dibudidayakan, keanekaragaman hayati, sesuatu kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungan. Modal ini mewakili sumber daya alam dan
sumber daya hayati yang melingkupi suatu masyarakat. (DFID, 2001 dalam
Modal alam (Natural Capital) lebih menggambarkan kepemilikan atau
penguasaan bersama atas sumberdaya alam seperti iklim, kesuburan tanah, dan
sumber air sebagai modal produksi. Hal ini bervariasi pada setiap wilayah, baik
ketersediaan maupun karakteristiknya, sehingga dapat membentuk pola
penghidupan masyarakat. Dalam modal alam, sebuah perbedaan penting di buat
antara sumberdaya alam terbarukan dan sumberdaya alam non terbarukan.
(Baiquni, 2007 dalam Saleh,S.E, 2014:31)
Dari pengertian diatas, modal alam ini disebut juga sebagai lingkungan yang
merupakan gabungan dari berbagai faktor biotik dan abiotik di sekeliling manusia.
Modal ini dapat berupa sumberdaya yang bisa diperbaharui maupun tidak bisa
diperbaharui. Contoh dari modal sumberdaya alam adalah air, pepohonan, tanah,
stok kayu dari kebun atau hutan, stok ikan di perairan, maupun sumber daya
mineral seperti minyak, emas, batu bara dan lain sebagainya. Pada akhirnya
sumberdaya alam bisa menghasilkan keuntungan jika penduduk mempunyai akses
yang aman.
3. Sumber daya ekonomi atau keuangan ( financial capital)
Modal finansial adalah sumber-sumber keuangan yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan masyarakat dalam mencapai tujuan penghidupan mereka, yaitu
meliputi; Cadangan atau persediaan; meliputi sumber keuangan berupa tabungan,
deposito, atau barang bergerak yang mudah diuangkan. Selain yang bersumber
dari milik pribadi, juga termasuk sumber keuangan yang disediakan oleh bank
atau lembaga perkreditan. Aliran dana teratur; sumberdana ini meliputi uang
pensiun, gaji, bantuan dari negara, kiriman dari kerabat yang merantau, dsb.
Modal ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan yang ada di
masyarakat(seperti penghasilan, tabungan atau simpanan, pinjaman modal usaha,
sertifikat surat berharga, saham, kredit/hutang /hibah baik fomal maupun
informal, kiriman dari keluarga yang bekerja di luar daerah, dana pensiun,
keuntungan usaha, upah/gaji,dan sebagainya) yang dapat dimanfaatkan untuk
menunjang derajat kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini yang menjadi sumber daya ekonomi (financial capital)
dalam keluarga pemulung adalah pendapatan yang diperoleh pemulung,
pengeluaran keluarga pemulung, tabungan/ivestasi yang dimiliki oleh keluarga
pemulung.
4. Sumber daya sosial (social capital)
Konsep modal sosial pertama kali dikemukakan oleh James Coleman,
menurutnya, modal sosial bukan entitas tunggal tetapi bermacam-macam entitas
berbeda yang memiliki dua karakteristik umum: mereka semua terdiri atas
beberapa aspek struktur sosial, dan mereka memudahkan beberapa tindakan
individu-individu yang ada dalam stuktur tersebut. Seperti modal lainnya, modal
sosial bersifat produktif, yang memungkinkan pencapaian beberapa tujuan yang
tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya. (Coleman, 2010:418).Putnam, dalam
Field (2010:51) menyatakan bahwa modal sosial adalah bagiandari kehidupan
sosial-jaringan, norma dan kepercayaan – yang mendorong partisipasi dan
tindakan bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama. Modal
sosial merupakan suatu aset yang dapat digunakan oleh rumahtangga untuk
mempertahankan kelangsungan hidup. (de Haan, 2000, Carney, 1999 dalam
Dalam hal ini modal sosial yang dimaksud dalam keluarga pemulung
sendiri adalah solidaritas berdasarkan kebutuhan ekonomi yang mengandalkan
kepercayaan baik antar pemulung dengan penampung/tokeh barang bekas ,
jaringan, pertukaran informasi, hubungan yang berbasis rasa saling percaya dan
saling mendukung antar sesama pemulung, keluarga, maupun tetangga
5. Sumber daya fisik (physical capital)
Modal fisik adalah prasarana dasar dan fasilitas lain yang dibangun untuk
mendukung proses penghidupan masyarakat. Prasarana yang dimaksud meliputi
pengembangan lingkungan fisik yang membantu masyarakat dalam melaksanakan
tugas kehidupan lebih produktif. Prasarana umumnya merupakan fasilitas umum
yang digunakan tanpa dipungut biaya langsung. Terkecuali prasarana tertentu
seperti perumahan, listrik, jalan tol dan air minum. Sarana terntentu seperti
gedung, kendaraan, dan sebagainya , umumnya dapat digunakan secara pribadi
atau kelompok melalui sistem sewa.
. (DFID, 2001dala Saleh, S.E, 2014) modal fisik memperlihatkan
penguasaan lahan, luas lahan, jenis tanaman budidaya, dan kepemilikan bangunan
seperti rumah, kenderaan, perabotan dan peralatan rumahtangga, pabrik serta
teknologi produksi. Dalam konteks kewilayahan modal fisikal ini berupa
infrastruktur jalan, irigasi, dan fasilitaspublik. (Baiquni, 2007 dalam Saleh, S.E
Berikut adalah bagan dari pentagonal aset:
Gambar 1.1 Skema Pentagon aset
Pada gambar 1.1 menekankan pentingnya pemahaman akan beragam
kondisi penghidupan rumahtangga dan jenis-jenis aset yang menopangnya.
Segilima aset menggambarkan bahwa antar komponen aset penghidupan memiliki
beragam hubungan dan keterkaitan satu sama lain. Bentuk segilima dan garis yang
saling menghubungkan dengan titik pusat ditengah bidang tersebut
menggambarkan variasi tingkat kepemilikan dan akses rumah tangga terhadap
aset.
Tingkat aksesibilitas terhadap aset penghidupan berbeda-beda pada tiap
individu, rumahtangga dan masyarakat, demikian pula nilai manfaat dari aset
tersebut bagi penghidupan, banyak faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya
dianalogikan, di posisi titik tengah atau terdalam dari segilima menunjukkan
tingkat akses individu atau rumahtangga terhadap sumberdaya/modal adalah =
nol, atau tidak memiliki akses sama sekali. Sedangkan bagian terluar dari segilima
adalah kondisi ideal, dimana seseorang atau rumah tangga memiliki akses yang
segilima ini, kita dapat menggambarkan beragam kondisi perubahan tingkat
aksesibilitas terhadap sumberdaya/modal penghidupan.
Kelima sumber daya/aset tersebut saling berkaitan satu dengan yang
lainnya, misalnya orang/komunitas yang hanya memiliki uang banyak tetapi tidak
memiliki aset kekerabatan maka akan hidup didalam komunitas yang tidak aman.
Keluarganya dan dirinya mungkin terancam hidupnya, atau jika dia atau
keluarganya menghadapi bencana maka tidak ada dari kerabatnya yang akan
membantunya. Satu jenis aset bisa juga bermakna ganda, artinya bisa sekaligus
menjadi aset tangible dan intangible, misalnya memiliki tanah atau sapi misalnya
dibeberapa komunitas tertentu akan juga meningkatkan status sosial (aset
tangible) sehingga perannya didalam proses pengambilan keputusan di
masyarakat semakin meningkat.
Besar atau kecilnya, keragaman, dan keseimbangan antar aset sangat
mempengaruhi keberlanjutan hidup suatu masyarakat. Semakin sedikit atau
terbatas kepemilikan aset maka akan semakin rentan bagi suatu masyarakat masuk
dalam kemiskinan, sementara itu tidak semua masyarakat mendapatkan akses
yang sama untuk memiliki atau mendapatkan aset, apalagi bagi masyarakat miskin
yang aksesnya pada kepemilikan aset sangat terbatas. Maka dari itu menurut
(SMERU, 2008:3) pendekatan ini berupaya untuk memahami konteks yang
membuat kondisi-kondisi aset tersebut rentan mengalami penurunan, pengurangan
atau kerusakan serta memahami komponen struktur dan proses (kondisi lembaga
dan kelembagaan) yang mempengaruhi keberadaan dan keberlangsungan strategi
2.3 Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk
mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak
mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan
suatu gejala (Moleong, 1997).Selain itu konsep juga berfungsi sebagai panduan
bagi peneliti untuk menindak lanjuti penelitian tersebut serta menghindari
timbulnya kekacauan akibat kesalahan tapsir dalam penelitian. Adapun konsep
yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain:
1. Pemulung
Pemulung adalah individu/sekelompok orang yg mencari nafkah dengan cara
mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas dan menjualnya
kepada pengusaha yang akan mengelolanya kembali menjadi barang
komoditas. Dalam hal ini, yang menjadi salah satu alasan peneliti untuk
memilih meneliti pemulung karena pemulung umumnya dipandang sebagai
pekerjaan yang kurang elit dan tergolong sebagai komunitas yang
termarjinalkan sehingga indentik dengan kemiskinan.
2. Keluarga
Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat yang tinggal bersama
dalam suatu rumah tangga yang diikat oleh hubungan perkawinan dan memiliki
hubungan darah.
3. Keluarga Orang Tua Utuh
Keluarga dengan orang tua utuh adalah keluarga yang memiliki kedua
orakelng tua dan menjalankan fungsi keluarga bagi anggota keluarga tersebut.
adalah kedua orang tua bekerja sebagai pemulung dan juag keluarga
pemulung yang salah satu oarng tua memulung dan yang lainnya juga
bekerja, namun masih dalam pekerjaan sektor informal juga.
4. Orang Tua Tunggal (Single Parent)
Menurut Duval & Miller (1985) single parent adalah orang tua yang
memelihara dan membesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran dan dukungan
dari pasangannya. Park (2008) membedakan single-parent menjadi 4 kategori
yaitu Keluarga dengan ayah sebagai single parent karena bercerai, Keluarga
dengan Ayah sebagai single parent karena kematian dan hal lain, Keluarga
dengan Ibu sebagai single parent karena bercerai. Keluarga dengan Ibu
sebagai single parent karena kematian dan hal lain. Dalam hal ini yang
dimaksud orang tua tunggal (single parent) ialah orang tua tunggal baik ayah
atau ibu dan juga setiap individu yang seorang diri mengasuh dan
membesarkan anak dan anggota keluarga lainnya, baik itu nenek/kakek,
bibi/paman, dan bermata pencaharian sebagai pemulung.
5. Kemiskinan
Kemiskinan yang dimaksud dalam suatu kondisi kekurangan, dan
ketidakmampuan akan penuhan kebutuhan dasar manusia, akibat dari
kurangnya penghasilan, minimnya akses untuk memiliki aset penghidupan
sehingga minimbulkan ketergantungan dan penderitaan. Dalam hal ini
pemulung dikategorikan kelompok miskin, walaupun terdapat juga pemulung
yang produktif dan penghasilannya mumpuni. Oleh karena itu pemulung yang
dikategorikan miskin disini dapat dilihat dari penghasilan serta kondisi rumah
6. Pentagonal Asset
Pentagonal Asset adalah konsep pendekatan Sustainable Livehood Aproach
atau Pendekatan Penghidupan berkelanjutan dengan menggunakan pentagonal
asset atau lima aset yaitu diantaranya sumber daya manusia (human capital),
sumber daya alam (nature capital), modal finansial (financial capital), modal
fisik ( physical capital), dan modal sosial (social capital). Kelima aset/ modal
penhidupan ini digunakan untuk mengukur dan mengakaji kemiskinan yang