• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kota Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Kader Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kota Medan Tahun 2013"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Oleh karena itu, pemerintah menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan termasuk upaya kesehatan bagi lanjut usia (Depkes RI, 2009).

(2)

Nasional (2012) disebutkan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan seperti penduduk usia lanjut (lansia). Pengertian lansia sebagaimana disebutkan dalam UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Pembentukan posyandu lansia sebagai wadah pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui kerjasama Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan tatanan tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara rutin setiap bulannya (Kemensos RI, 2012). Pembinaan lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lansia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga (Depkes RI, 2005).

(3)

keberhasilan program harus dimulai dari awal kegiatan yang meliputi masukan, proses dan keluaran dengan aspek teknis dan manajerial termasuk penyediaan sarana, prasarana dan informasi yang digunakan untuk perencanaan lebih lanjut (Depkes RI, 2005).

Pembinaan kesehatan lansia melalui posyandu sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Umur harapan hidup merupakan salah satu indikator atau penilaian derajat kesehatan suatu negara dan digunakan sebagai acuan dalam perencanaan program-program kesehatan. Angka harapan hidup disebut juga lama hidup manusia didunia. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2011) angka harapan hidup diperkirakan mencapai 73,7 tahun, dengan usia harapan hidup pria adalah 68,26 tahun dan wanita 73,38 tahun. Indonesia berada pada nomor urut 121 berdasarkan daftar PBB dari 187 Negara yang dipublikasikan di HDI Report 2013, Norwegia berada pada nomor urut pertama (UNDP, 2013).

(4)

Panti Sosial Tresna Wredha, Sasana Tresna Wredha maupun yang dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), sarana pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (sekunder) dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjut (tersier).

Promosi kesehatan dalam pelaksanaan posyandu lansia merupakan kegiatan luar gedung puskesmas yang lebih diutamakan pada pendekatan pemberdayaan masyarakat akan pentingnya kesehatan dan upaya menolong dirinya bila ada masalah kesehatan pada dirinya dan keluarganya serta lingkungannya (Kemenkes RI, 2011).

(5)

Sasaran posyandu lansia meliputi beberapa kelompok di mana ada sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah usia virilitas/pra senilis 45 - 59 tahun, lansia 60 - 69 tahun, dan lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di mana lansia berada, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang melayani kesehatan lansia dan masyarakat luas (Depkes RI, 2006).

Menurut data yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui lembaga kependudukan dunia United Nations Population Fund (UNFP, 2010), jumlah lansia, pada tahun 2009 telah mencapai 737 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar dua pertiga tinggal di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2050 diproyeksikan bahwa jumlah penduduk di atas usia 60 tahun akan mencapai sekitar 2 miliar jiwa.

(6)

Hasil laporan program kesehatan lansia tahun 2012 menunjukkan bahwa beberapa wilayah kerja puskesmas di Kota Medan belum mempunyai cakupan program pelayanan lansia yang optimal, salah satu wilayah kerja puskesmas dengan pelayanan posyandu lansia yang rendah adalah Puskesmas Simalingkar. Jumlah posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar sebanyak 8 unit dengan jumlah kader 40 orang, rata-rata jumlah kunjungan setiap posyandu lansia hanya sekitar 42% dari seluruh lansia perbulan. Jumlah kunjungan lansia di posyandu lansia pada wilayah kerja Puskesmas Simalingkar dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Simalingkar Tahun 2012

No Posyandu Jumlah Lansia Jumlah Kunjungan

Orang %

Sumber : Puskesmas Simalingkar, 2012

(7)

dalam memberikan pelayanan posyandu lansia pada setiap tahapan pelayanan kepada lansia. Setelah dilakukan wawancara dengan 10 orang lansia yang bertempat tinggal di sekitar posyandu lansia Sawit, diketahui sebanyak 7 orang lansia yang menyatakan tidak sesuai dengan jadwal buka posyandu. Beberapa penduduk lansia sudah datang ke posyandu, namun kader posyandu belum berada di posyandu sehingga lansia harus menunggu kedatangan kader untuk mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam pelayanan posyandu lansia. Akibat seringnya keterlambatan kader datang ke posyandu menyebabkan lansia yang tidak sabar menunggu kembali kerumahnya tanpa mendapatkan pelayanan.

Kondisi yang telah diuraikan di atas menunjukkan adanya permasalahan dengan motivasi kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia. Beberapa penelitian terkait yang peneliti temukan sebagai perbandingan dan pendukung dalam mengkaji tentang pemanfaatan posyandu lansia adalah :

Penelitian Suwarsono (2003) dan Putri (2008) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan posyandu lansia perlu dukungan sosial sehingga dapat berjalan sesuai sistem pelayanan yang ditetapkan. Kegiatan posyandu lansia lebih banyak sebagai pos pengobatan karena keterbatasan sarana dan prasarana terutama fasilitas untuk laboratorium sederhana dan belum adanya petugas laboratorium serta belum terampilnya kader yang ada. Dukungan sosial serta kondisi dan situasi dianggap sebagai faktor penentu perilaku keaktifan kunjungan lansia ke posyandu lansia.

(8)

frekuensi kunjungan lansia ke posyandu lansia dan kader posyandu masih memerlukan tambahan pengetahuan dan keterampilan. Demikian juga penelitian Rochmadhona (2007) didapatkan dukungan pembina sebagian kader cukup, keaktifan kader sebagian besar baik, fasilitas Posyandu sebagian besar cukup dan peran serta pengguna sebagian besar cukup.

Penelitian lain yang terkait dengan motivasi dan kinerja kader seperti yang dilakukan Rosse (2012) menyimpulkan bahwa secara statistik variabel motivasi dan kemampuan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja kader posyandu lansia di Puskesmas Lampahan Kabupaten Bener Meriah.

Kinerja posyandu sebagai suatu organisasi selalu menjadi ukuran keberhasilan

dalam mempertahankan kelangsungan organisasi. Menurut Gibson dan Donnelly (2005), kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja individu dalam suatu organisasi

dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu (a) variabel individual, (2) variabel psikologi,

dan (3) variabel organisasi

Sehubungan dengan hasil survei pendahuluan bahwa masalah yang ditemukan

terkait dengan motivasi kader posyandu, maka salah satu indikator pada variabel

(9)

kader posyandu sebagai pelaksana pelayanan kesehatan lansia di posyandu diukur berdasarkan tugas dan fungsi yang ditetapkan Depkes RI (2003).

Motivasi yang baik di dalam suatu organisasi secara psikologis menentukan

terbentuknya SDM yang produktif dan profesional. Menurut Gibson dan Donnelly (2005), bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan

kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu, orang-orang yang

termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar. Dengan demikian faktor motivasi

merupakan salah satu variabel yang memengaruhi kinerja.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu serta survei pendahuluan peneliti berasumsi bahwa rendahnya pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar diakibatkan keberadaan kader yang belum mampu mendukung setiap lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia. Menurut Hezberg dalam Hasibuan (2005) faktor motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) merupakan faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan. Demikian juga halnya dalam pelayanan posyandu bahwa motivasi kader dalam bekerja akan menentukan keberhasilan program pelayanan posyandu dalam meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan posyandu lansia.

1.2 Permasalahan

(10)

(recognition), pekerjaan itu sendiri (the work it self), kemungkinan pengembangan (the possibility of growth), kemajuan (advancement) dan motivasi ekstrinsik : gaji, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja, status berpengaruh terhadap kinerja kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh faktor motivasi intrinsik : tanggung jawab (responsibility), prestasi yang diraih (achievement), pengakuan orang lain (recognition), pekerjaan itu sendiri (the work it self), kemungkinan pengembangan (the possibility of growth), kemajuan (advancement) dan motivasi ekstrinsik : gaji, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja, status terhadap kinerja kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kota Medan.

1.4 Hipotesis

(11)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan, pihak Puskesmas, kecamatan, pemerintah daerah dan sektor yang terkait di dalam pembinaan lansia melalui pemberdayaan program posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar. 2. Bagi kader posyandu lansia yang ada di wilayah kerja puskesmas, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai posyandu lansia.

Gambar

Tabel 1.1  Jumlah Kunjungan Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Simalingkar Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

chain management yang berguna untuk meningkatkan kinerja supply chain secara keseluruhan terutama bagi perusahaan semen instant. Mengidentifikasi proses-proses kunci pada

(2) Universitas dapat menyusun dan menetapkan peraturan yang lebih rendah tingkatannya dalam bentuk pedoman dan/atau panduan dan/atau prosedur dan atau petunjuk

Inventarisasi dari potensi keanekaragaman hayati pada ruang terbuka hijau Kampus Mendalo Universitas Jambi meliputi jalur hijau utama , hutan kampus, hutan sekunder dan beberapa

Ancangan panliten kang ditetapake sajrone panliten iki yoiku panliten tindakan kelas ( PTK). Asile panliten bisa diwedarake minangka wujud.. tanggung jawab ilmiah

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi konsumen tentang iklan susu anak di televisi, pengaruhnya terhadap motivasi pemilihan susu anak serta

(5) Jumlah jurnal internasional bereputasi yang dilanggan; (6) Jumlah jurnal ilmiah di lingkungan UMyang terakreditasi; (7) Jumlah penelitian kerjasama dengan pemerintah daerah;

Pada penelitian utama, keberdayaan pemangku kepentingan terhadap ke- berhasilan proyek dengan koefisien path sebesar 0,492 menunjukkan bahwa variabel laten ini sangat

Bahkan segitiga DHO yang dibuat subjek sama sekali tidak ada kaitannya dengan langkah untuk menghitung jarak dari garis ke bidang, sehingga kelemahan pada kemampuan spasial