BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan Keluarga 1. Definisi
Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
2. Fungsi Dukungan Keluarga
Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi
dukungan yaitu a. Dukungan informasional keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan
tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan
mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah
nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi, b. Dukungan penilaian
keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota
keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian, c. Dukungan
instrumental keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan, d. Dukungan emosional keluarga
sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan (Akhmadi, 2009, ¶ 1).
3. Sumber dukungan keluarga
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang
oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga
(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial
kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara
kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).
4. Manfaat dukungan keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai
tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap-tahap siklus kehidupan,
dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga (Akhmadi, 2009, ¶ 2).
Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga
(dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan
efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat
dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama
dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari
(Akhmadi, 2009, ¶ 2).
5. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Menurut Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang
menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang
berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak
dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua
(khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas
sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan
atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah,
suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam
akeluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu
orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah
(Akhmadi, 2009, ¶ 3).
6. Peran Suami Selama Masa Kehamilan dan persalinan
Ada delapan cara peran suami selama masa kehamilan dan persalinan yaitu a.
Tenangkanlah rasa ketidaknyaman istri anda, Selama awal kehamilan sering
terjadi mual muntah (morning sickness), rasa lelah, perubahan perasaan, dan nafsu
makan yang berkurang. Lakukanlah sesuatu untuk menenangkan rasa tidak
nyaman yang dirasakan istri, b. Berikan perhatian dan berusaha memahami
keadaaan ini sehingga istri anda mengerti bahwa anda mengasihinya. Dengarkan
kekuatirannya dan keluhannya dengan penuh perhatian, c. menemani istri anda
percaya diri. Calon ayah pun perlu mengetahui apa yang terjadinya selama
kehamilan, d. Binalah ikatan dengan calon bayi, Bicaralah dan bacakan cerita
untuk bayi dalam kandungan istri, dan rasakan tendangan dan gerakan bayi di
perut istri. Ikuti terus perkembangan calon bayi anda, e. Banyak hal yang akan
anda berdua persiapkan untuk calon bayi anda mulai dari membeli segala
perlengkapan bayi, pakaian, ranjang sampai memilih nama bayi, f. Makanlah
bersama dengan sehat, Makanan yang bernutrisi sangat penting dalam kehamilan,
g. Lengkapi diri anda dengan pengetahuan, tentang kehamilan dan persalinan.
Sehingga anda dapat lebih mengerti setiap perkembangan dan perubahan pada
istri anda dan juga mempersiapkan diri menghadapi tanda-tanda awal persalinan
istri anda, h. Temani saat proses persalinan, Ketika hari persalinan tiba bersiaplah
menemani istri anda melalui proses persalinannya (Suririnah, 2008, hlm. 143).S
B. Kepatuhan Ibu 1. Definisi
Kepatuhan adalah tingkat ketaatan penderita melaksanakan cara
pengobatan dan perilaku seperti yang disarankan oleh dokternya atau yang
lain ( Suparyanto, 2010 ¶ 1).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Dalam hal kepatuhan Carpenito L.j.(2000) berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang
dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi
mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya:
Pemahaman tentang instruksi, Seseorang mungkin tidak mematuhi instruksi
Spelman tahun 1967 menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di
wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi
yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh
kegagalan professional yaitu kesalahan dalam memberikan informasi
lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi
yang harus di ingat oleh penderita ( Suparyanto, 2010 ¶ 1).
a.
C. Antenatal Care (ANC) 1. Defenisi ANC
Kehamilan merupakan bagian dari tahapan atau siklus hidup seorang wanita.
Kehamilan juga disebut sebagai periode penting dalam siklus kehidupan wanita.
Sebagai bagian dari siklus hidup seorang wanita, kehamilan merupakan proses
yang normal, alami dan sehat, bukan suatu penyakit atau kelainan. Meskipun
kadang-kadang perubahan tubuh ibu hamil menimbulkan reaksi yang tidak
nyaman, tetapi hal tersebut bukanlah suatu penyakit yang perlu ditangani secara
medis, kecuali oleh karena faktor tertentu keadaan semakin memburuk
(komplikasi terjadi) (Bartini, 2012).
ANC adalah salah satu program safe motherhood yang merupakan pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga profesional meliputi
pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standart pelayanan yaitu minimal 4 kali
pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester 1, satu kali pada trimester
ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga (Ariani, 2014).
2. Tujuan ANC
Tujuan ANC adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu
mendeteksi komplikasi yang mengancam jiwa, dan mempersiapkan kelahiran
serta memberikan pendidikan (Ariani, 2014).
Tujuan asuhan ANC adalah memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, dan mempertahankan
kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya
ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan,
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI Ekslusif, mempersiapakan peran ibu dan keluarga
dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal serta
optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar (Ariani, 2014).
Pelayanan ANC umum bertujuan untuk meningkatkan kesehatan selama
hamil sesuai denngan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya
dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat. Sedangkan secara khusus tujuan
ANC bertujuan untuk mendeteksi ibu hamil dengan faktor beresiko tinggi dan
menanggulangi sedini mungkin, merujuk kasus tinggi ke tingkat pelayanan
kesehatan yang sesuai, memberi penyuluhan dalam bentuk komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) sehingga terjadi peningkatan cakupan dan
merencanakan serta mempersiapkan persalinan sesuai dengan resiko yang
dihadapinya (Ariani, 2014).
3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu dan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan Antenatal standart untuk mendapatkan pemeriksaan
yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, ibu hamil di
kunjungi petugas kesehatan ke rumahnya atau ke posyandu (Ariani, 2014).
Kunjungan ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan standart dalam
pengelolaan program yang telah di sepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang
ke- 4 (K4) adalah kontak ibu hamil yang ke empat dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Ariani, 2014).
Menurut (Ariani, 2014), Pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan
antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan Pertama (K1) Meliputi :
1. Identitas atau biodata
2. Riwayat Kehamilan
3. Riwayat Kebidanan
4. Riwayat Kesehatan
5. Riwayat Sosial Ekonomi
6. Pemeriksaan Kehamilan dan Pelayanan Kesehatan
7. Penyulahan dan Konsultasi
b. Kunjungan Keempat (K4) Meliputi :
1. Anamnesa (keluhan atau masalah)
2. Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
3. Pemeriksaan psikologis
4. Pemeriksaan laboratorium
6. Sikap dan Rencana tindakan
4. Cakupan Pemeriksaan Kehamilan
Cakupan pemeriksaan kehamilan adalah persentase ibu hamil yang telah
mendaoat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga di suatu wilayah kerja. Cakupan
kunjungan baru ibu hamil (K1) dipakai sebagai indikator aksesabilitas
(jangkauan) pelayanan, angka cakupan K1 di peroleh dari jumlah K1 dalam 1
tahun di bagi jumlah ibu hamil adalah cakupan kunjungan ibu hamil yang ke
empat (K4) yang di pakai sebagai indikator tingkat perlindungan ibu hamil
(Ariani, 2014).
5. Keuntungan Layanan ANC
Keuntungan layanan ANC sangat besar karena dapat mengetahui resiko dan
komplikasi sehungga ibu hamil dapat di arahkan untuk melakukan rujukan ke
rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan sehingga dapat di lakukan
pengawasan yang lebih intensif, pengobatan agar resiko dapat di kendalikan,
serta melakukan rujukan untuk mendapat tindakan yang adekuat (Ariani, 2014).
Pelayanan yang dilakiukan secara rutin juga merupakan upaya untuk
melakukan deteksi dini kehamilan beresiko sehingga dapat dengan segera
dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan serta
memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan Antenatal terdiri dari junlah
kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal. Pelayanan ANC
mempunyai pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan janin atau lama waktu
mengandung, baik dengan diagnosis maupun dengan perawatan berkala terhadap
adanya komplikasi kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan
di ketahui seawal mungkin dan dapat segera di kurangi atau di hilangkan
(Ariani, 2014).
6. Standart Mutu Pelayanan ANC
Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standart
pelayanan antenatal yang di tetapkan.
Kualitas pelayan antenatal erat hubungannya dengan penerapan. Standart
pelayana kebidanan yang mana standart pelayanan yang berguna dan penerapan
norma dan tingkat kinerja yang di perlukan untuk mencapai hasil yang di
inginkan. Penerapan standart pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat,
karena penilaian terhadap proses dan hasil penilain dapat di lakukan dengan
dasar yang jelas. Mengukur tingkat kebutuhan terhadap standart yang baik input,
proses pelayan dan hasil pelayanan khususnya tingkat pengetahuan pasien
terhadap pelayanan antenatal yang di kenal standart mutu (Meilani, Setiyawati,
Estiwidani, & Sumarah, 2009).
7. Standart Pelayanan ANC
Dalam buku Meilani, Setiyawati, Estiwidani, & Sumarah, (2009) Terdapat 6
Standart dalam pelayanan Antenatal seperti berikut ini :
a. Identifikasi Ibu Hamil
Standart ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya.
Pernyataan standart : Bidan melakukan kunjunga rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan teratur. Hasil yang di harapkan
adalah :
1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
2. Ibu, suami dan masyarakat menyadari akan manfaat pelayanan kehamilan
secara dini, tertur serta mengetahui tempat pelayanan kehamilan
3. Meningkat ibu yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 12 minggu.
b. Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pemeriksaan dan pemantauan Antenatal bertujuan memberikan pelayanan
antenatal berkualitas dan di teliti dalam komplikasi. Bidan memberikan
sedikitnya 4 kali pelayanan Antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnese dan pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk menilai apakah apakah perkembangan berlangsung normal.
Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi kelainan, khususnya
anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS atau infeksi HIV, memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang di
berikan oleh puskesmas. Meraka harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila di temukan kelainan, mereka harus mampu mengambil
tindakan yang di perlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. Hasil
yang di harapkan adalah :
1. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan
2. Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat
3. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahuai tanda dan bahaya
4. Mengurus transfortasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawaat
daruratan.
c. Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
Standart ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan
melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung. Pemeriksaan Haemoglobin (HB) secara rutin selama
kehamilan merupakn kegiatan yang umumnya di lakukan untuk mendeteksi
anemia. Pemeriksaan Hb di anjurkan untuk di lakukan pada awal kehamilan
dan di uilang kembali pada minggu ke 30 untuk mendapatkan gambaran yang
akurat tentang status Hb.
d. Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Standart ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini hipertensi dan
menemukan secara dini kehamilan dan melakukan tindakan yang di
perlukan.Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala eklamsi lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.
e. Persiapan Persalinan
Standart persiapan persalinan dengan tujuan memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan menandai dengan pertolongan
bidan terampil. Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hamil, suami atau
keluarganya pada trimester III memastikan bahwa persiapan bersih dan aman
adalah suatu suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik,
terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan
kunjungan ke setiap rumah ibu hamil.
f. Kebijakan Program Pelayanan ANC
Pelayanan Antenatal merupakan cara untuk memonitor dan mendukung
untuk kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi. Pelayanan
ANC penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan
normal. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap
saat.
Kebijakan program pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal
sebaiknnya di lakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan’ Penerapan
operasionalnya di kenal standart minimal (7T) yang terdiri atas :
1) Timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, suatu teknologi tepat guna
yang dapat di manfaatkan untuk menilai status gizi ibu balita tidak tersedia
timbangan pada waktu pemeriksaan kehamilan yang pertama adalah
pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
2) Terhadap penyakit menular seksual
3) Temu Ukur takanan darah
4) Ukur tinggi fundus uteri
5) Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxiod) atau TT lengkap
6) Pemberian tablet besi, minimal 90 tablet selama kehamilan
7) Tes wicara dalam rangka persiapan rujukan
g. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil 1) Mengumpulkan data dasar atau pengkajian data
2) Menginterpretasikan atau menganalisa data
4) Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman
5) Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang di laksanakan
6) Pendokumentasian dengan SOAP.
(Meilani, Setiyawati, Estiwidani, & Sumarah, 2009)
D. Standart Asuhan Kehamilan
Pemriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah
seorang wanita merasa dirinya hamil. Kebijakan pemerintah tentang kunjungan
antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling
sedikit 4 kali selam kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:
1. Minimal 1 (satu) kali pada trimester pertama (1-3 bulan) Kunjungan ini dilakukan untuk:
1. Penapisan dan pengobatan anemia
2. Perencanaan persalinan
3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2. Minimal 1 (satu) kali dapa trimester dua (4-6 bulan) Kunjungan ini dilakukan untuk:
1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2. Penapisan PE, Gemelli, Infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan.
3. Mengulang perencanaan persalinan
3. Mininal 2 (dua) kali pada trimester tiga (7-9 bulan) Kunjungan ini dilalakukan untuk:
1. Sama seperti kunjungan sebelumnya
2. Mengenali adanya kelainan letak dan persentasi
4. Mengenali tanda-tanda persalinan
Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah,
keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak, dan sebagainya, maka
frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan (Meilani, Setiyawati,
Estiwidani, & Sumarah, 2009).
Dalam pelaksanaan Antenatal Care, dikenal standart minimal pelayanan “7
T”, yang terdiri dari:
1. Timbang berta badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Ukur Tinggi fundus uteri
4. Pemberian Imunisasi TT lengkap
5. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Test terhadap penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan malaria.
7. Temu wicara ( konseling) dalam rangka rujukan.
E. Evidance Based Practice dalam pada kehamilan 1. Perkiraan hemoglobin pada kehamilan
Dalam kehamilan normal makan terjadi penurunan kadar Hb. Kadar Hb
terendah terjadi sekitar umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan
Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal, lalu diulang
pada sekitar minggu ke-30. Jadi pemberian suplementasi besi rutin pada
kehamilan diberikan pada ibu hamil yang telah terbukti menderita anemia.
2. Perkiraan Tinggi Fundus
Pada saat ini disarankan menggunakan pita ukur untuk mengukur tinggi
fundus dari tepi simpisis pubis karena hasilnya lebih akurat dan dapat
fundus uteri pada kehamilan lanjut dengan posisi terlentang terbukti dapat
memberikan hasi pengukuran fundus uteri lebih tinggi dari sebenarnya. Biasanya
dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 24 minggu. Oleh karena itu
dianjurkan untuk berbaring dalam posisi setengah duduk pada saat pengukuran
fundus (Bartini, 2012).
3. Hipotesisi pada saat berbaring terlentang
Posisi ibu hamil akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darahnya
khususnya dengan posisi terlentang. Selain itu dapat mengakibatkan pengukuran
aliran darah dan menyebabkan pengurangan oksigenasi ke otak dan dapat
mengakibatkan pingsan pada janin dan mengakibatkan pola denyut jantung
menjadi normal (Bartini, 2012).
F. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil
Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil, termasuk pelayanan pemeriksaan
kehamilan merupakan interaksi antar ibu hamil dengan petugas kesehatan yang
melakukan pemeriksaan kehamilan. Aspek yang terkait dengana ibu hamil adalah
faktor usia, pekerjaan, sosial ekonomi dan pengetahuan ibu (Ariani, 2014).
1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi ibu hamil adalah antara umur 20-35 tahun.
Apabila di bawah 20 tahun, maka meningkatkan resiko kehamilan dan
persalinan karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum
sempurna secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaannya pun belum siap
dalam menerima kehamilan. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan
bagian lainnya belum siap untuk terjadi kehamilan dan adanya kecenderungan
kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu berumur 20-35 tahun rahim dan
di peroleh tentang kehamilan serta lebih dewasa dimana lebih besar rasa
tanggung jawab dan percaya diri (Ariani, 2014).
2. Pekerjaan
Pekerjaan dan gerakan seseorang berbeda-beda. Seorang dengan gerak yang
aktif otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada yang hanya duduk
diam saja. Setiap pekerjaan memerlukan energi, maka apabila semakin banyak
aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak (Ariani,
2014).
Wanita haamil yang bekerja kurang memerlukan waktu untuk memeriksakan
kehamilannya seperti melakukan pemeriksaan Antenatal Care. Oleh karena itu
pekerjaan juga merupakan faktor yang berhubungan dengan kebutuhan ibu hamil
dalam pemeriksaan Antenatal Care (Ariani, 2014).
3. Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan. Ilmu ( Science) bukan sekedar menjawab pertanyaan what,
melainkan akan menjawab pertanyaan what dan how (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemeriksaan Antenatal Care.
Pengetahuan ibu rendah akan menyebabkan ibu tidak melakukan pemeriksaan
Antenatal Care, disebkan belum tahu keuntungan dan kerugian jika
memeriksakan kehamilannya. Ibu dengan pengetahuan lebih tinggi lebih terbuka
untuk mengetahui informasi dari luar tentang cara pemberian Antenatal Care
(Ariani, 2014).
Pendapatan adalah penghasilan kelurga perkapita perbulan di hitung dengan
menjumlahkan penghasilan perbulan seluruh anggota keluargadi bagi dengan
Status ekonomi masyarakat seperti pendapatan mempengarui pola
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Golongan menengah dengan pendapatan
yang lebih memadai akan cenderung berprilaku sebagai pengguna yang lebih
selektif sedangkan golongan ekonomi lemah dengan kondisi kehidupan yang
kurang memadai akan bersikap sebagai pengguna yang pasif (Ariani, 2014).
1. Pendidikan
Wanita yang berpendidikan yang lebih rendah atau tidak berpendidikan
biasanya mempunyai anak yang lebih banyak di bandingkan yang berpendidikan
lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah pada umumnya tidak dapat atau
sulit diajak memahami dampak negatif dari mempunyai banyak anak (Ariani,
2014).
2. Paritas a. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Penggolongan paritas menurut Manuaba, 2009 yaitu:
1. Primipara : Wanita yang pernah melahirkan untuk pertama
kalinya.
2. Multipara : Wanita yang telah pernah melahirkan anak
hidup beberapa kali dimana persalinan
tersebut tidak lebih dari 5 kali.
3. Grande Multipara : Wanita yang telah melahirkan lebih dari 5