1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. Negara Indonesia ini mempunyai kekayaan alam yang melimpah terutama pada jenis tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan umbi belum optimal. Agar kecukupan pangan saat ini dapat terpenuhi, maka upaya yang dilakukan adalah meningkatkan produktivitas budidaya pangan dengan pemanfaatan teknologi. Salah satunya adalah bahan lokal talas (Nurcahya, 2014).
Pemanfaatan sumber pangan dari komoditas pertanian berupa umbi-umbian di Indonesia memiliki prospek yang baik untuk menambah devisa negara. Tanaman umbi-umbian seperti ubi kayu dan ubi jalar sudah sering digunakan sebagai sumber pangan dan bahan baku industri. Padahal umbi-umbian lain seperti talas mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan (Ridal, 2003).
2
lebih luas dan dikarakterisasi sesuai dengan syarat mutu dekstrin untuk industri pangan SNI 1992. Kemudian Pudiastuti dan Pratiwi (2013) juga telah melakukan penelitian tentang pembuatan dekstrin dari tepung tapioka (merk “Gunung Agung”) secara enzimatik (α-amilase dari Bacillus licheneformis) dengan
pemanasan microwave sebagai pengganti pemanas konvensional dan mengkaji pengaruh konsentrasi pati dan waktu likuifaksi terhadap DE dan viskositas. Selain itu Santosa (2010) juga telah melakukan penelitian tentang hidrolisa enzimatik pati tapioka (merk “Gunung Agung”) dengan kombinasi pemanasan microwave-water bath pada pembuatan dekstrin sebagai salah satu usaha untuk mengkonversi pati tapioka menjadi dekstrin dengan ketersediaan bahan baku pati tapioka yang terpenuhi, sehingga dapat mengurangi volume impor dekstrin. Peneliti lain Triyono (2007) telah melakukan pemanfaatan jenis umbi lain yaitu ubi jalar (Ipomea batatas (L.)) untuk meningkatkan fungsional pati dari ubi jalar dengan menggunakan enzim α-amilase dari Bacillus subtilis sebagai bahan subsitusi
pengolahan pangan dengan memperhatikan pengaruh pH dan konsentrasi pati yang dikarakterisasi sesuai persyaratan mutu Standar Nasioanal Indonesia (SNI). Sun, et., al (2010) juga telah melakukan penelitian tentang pembuatan dekstrin menggunakan pati jagung dan memperhatikan pengaruh suhu, waktu reaksi dan penambahan α-amilase netral dan α-amilase termostabil pada nilai dextrose
equivalen (DE), yang kemudian dikarakterisasi dari morfologi, kristalografi,
3
Penelitian tentang pemanfaatan umbi talas dalam pembuatan dekstrin masih terbatas, beberapa yang telah diteliti diantaranya Perwitasari (2009) yang melakukan pembuatan dekstrin sebagai bahan perekat dari pati umbi talas (Colocasia esculenta (L.)) dengan menggunakan variasi jumlah katalisator HCl dan suhu pemanasan. Kemudian Ridal (2003) telah melakukan penelitian tentang sifat fisiko-kimia tepung dan pati talas (Colocasia esculenta) dan kimpul (Xanthosoma sp) yang dikarakterisasi dan diuji penerimaan α-amilase (Bacillus licheneformis) terhadap pati talas dan kimpul. Peneliti lain Triyono (2006)
melakukan upaya pemanfaatan umbi talas (Colocasia esculenta) sebagai bahan pati pada pengembangan teknologi pembuatan dekstrin menggunakan enzim α -amilase jenis fungamil (fungi) dengan variasi konsentrasi pati dan enzim yang digunakan. Penelitian-penelitian diatas umumnya menggunakan umbi talas jenis Colocasia esculenta (L.) sebagai bahan baku pembuatan dekstrin, sementara talas
jenis Xanthosoma sagittifolium (L.) pemanfaatannya masih terbatas dan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan dekstrin.
4 biologis (Ridal, 2003).
Dalam industri farmasi terdapat dua jenis pati yang sering digunakan yaitu pati alami dan pati modifikasi. Pati dalam bentuk alami (native starch) adalah pati yang dihasilkan dari sumber umbi-umbian dan belum mengalami perubahan sifat fisik dan kimia. Pati yang belum dimodifikasi mempunyai beberapa kekurangan yaitu membutuhkan waktu pemasakan yang lama (sehingga membutuhkan energi tinggi), pasta yang terbentuk keras dan tidak bening, sifatnya terlalu lengket, tidak tahan dengan perlakuan asam dan kelarutan rendah. Kendala-kedala tersebut menyebabkan pati alami penggunaannya terbatas dalam industri pangan, oleh karena itu dikembangkan teknologi untuk memodifikasi pati sehingga diperoleh pati dengan kecerahan lebih tinggi (pati lebih jernih), kekentalan yang stabil baik pada suhu tinggi maupun suhu rendah, gel yang terbentuk lebih jernih, tekstur gel yang terbentuk lebih lunak, granula pati lebih mudah pecah, waktu dan suhu dalam gelatinisasi yang lebih rendah, kelarutan tinggi, serta waktu dan suhu granula pati untuk pecah lebih rendah (Koswara, 2009).
5
proses yang tidak ekstrim (suhu sedang dan pH mendekati normal), tingkat konversi yang lebih tinggi dan diperoleh reaksi yang lebih spesifik (Ridal, 2003). Dekstrin adalah polimer dekstrosa dalam bidang farmasi digunakan sebagai diluent tablet dan kapsul, pengikat, bahan selaput gula yang berfungsi sebagai plasticizer, perekat dan agen pengetal (thickening agent) untuk suspensi (Rowe,
et al., 2009).
Dunia industri farmasi di Indonesia menggunakan dekstrin yang selama ini diimport dari luar. Kebutuhan dekstrin dalam industri farmasi dari tahun ke tahun semakin meningkat (Triyono, 2007). Volume import dekstrin Indonesia pada tahun 2007 mencapai 39.309.703 kg senilai US$ 26.209.257. Itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 36.747.033 kg senilai US$ 21.791.938 (Pudiastuti dan Pratiwi, 2013).
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian pembuatan dekstrin dari pati umbi talas sehingga meningkatkan pemanfaatan pati umbi talas. Kemudian dilakukan karakterisasi dekstin yang didapatkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2593-1992).
1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah dekstrin dari pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) dengan metode katalis asam memenuhi persyaratan SNI 01-2593-1992 ?
6
c. Apakah terdapat perbedaan karakterisasi dekstrin yang diperoleh dari pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) dengan metode katalis asam dan metode enzimatis ?
1.3 Hipotesis
a. Dekstrin dari pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) dengan metode katalis asam memenuhi persyaratan SNI 01-2593-1992. b. Dekstrin dari pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott)
dengan metode enzimatis memenuhi persyaratan SNI 01-2593-1992. c. Terdapat perbedaan karakterisasi dekstrin yang diperoleh dari pati umbi
talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) dengan metode katalis asam dan metode enzimatis.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui dekstrin dari pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) dengan metode katalis asam apakah memenuhi persyaratan SNI 01-2593-1992.
b. Mengetahui dekstrin dari pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) dengan metode enzimatis apakah memenuhi persyaratan SNI 01-2593-1992.
7 1.5 Manfaat Penelitian