• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial Minoritas Tamil di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial Minoritas Tamil di Kota Medan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian ini penting dilakukan untuk menggambarkan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial secara ideal dan aktual melalui pendekatan antropologi

hukum1. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dimaksud tentunya

berlangsung berdasarkan aturan-aturan dalam mekanisme hukum. Beberapa

antropolog hukum sudah pernah menulis tentang penyelenggaraan kesejahteraan

sosial seperti Franz von Benda-Becman dan Keebet von Benda-Beckman (1991)

mengenai pemberian zakat pada massyarakat Islam di Hila Ambon. Penelitian

Sulistyowati Irianto (1989) mengenai penyelengaraan kesejahteraan sosial yaitu

wanita pengrajin ulos pada masyarakat Kristen di Tarutung, Tapanuli Utara,

Sumatera Utara (1989). Penelitian ini juga menggambarkan penyelengaraan

kesejahteraan sosial pada masyarakat minoritas Tamil Hindu yang terdapat di

Kota Medan.

Negara-negara berkembang biasanya menfokuskan pembangunannya pada

penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dapat membantu negara dalam proses

pembangunan.. Komponen yang sangat penting adalah meningkatkan kualitas

sumber daya manusia pada negara tersebut. Manusia memiliki peran penting

sebagai sentral pembangunan, karena apabila hal itu tidak dapat terwujud maka

1

(2)

akan mempengaruhi sektor pembangunan yang lain.

Masalah yang ada pada negara Indonesia adalah menyangkut masalah

kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu faktor penghambat dalam

pembangunan suatu negara. Kesejahteraan sosial pada dasarnya memang

ditujukan kepada masyarakat-masyarakat miskin baik yang berada di perkotaan

maupun pedesaan. Semua upaya juga di lakukan pemerintah untuk meminimalisir

angka kemiskinan.

Sejak tahun 2004 sampai 2014 pemerintahan Indonesia sudah banyak

melaksankan kebijakan tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Setiap

kebijakan yang dibuat meliputi segala aspek seperti aspek ekonomi, aspek sosial

dan apsek kesehatan. Bentuk perlindungan sosial untuk keluarga miskin antara

lain pemberian beras miskin (Raskin) yang disalurkan melalui Badan Usaha

Logistik (Bulog). Penerima Raskin ini adalah rumah tangga yang berada pada

garis kemiskinan yang sudah terdata oleh Kementerian Koordinator Kesjahteraan

Rakyat. Dana Program Keluarga Harapan (PKH) juga diberikan pemerintah agar

dapat mengurangi dan menekan angka kematian bagi ibu hamil dan menyusui

yang disalurkan ke rekening masing-masing. Selanjutnya pemerintah juga

mengucurkan dana untuk masyarakat miskin yang di sebut Bantuan Langsung

Tunai (BLT) yang merupakan tranformasi dari Bantuan Langsung Sementara

Masyarakat (BLSM) yang diberikan kepada masyarakat miskin yang terdaftar di

(3)

Pada bidang kesehatan pemerintah juga sudah melakukan program seperti

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program ini merupakan jaminan

kesehatan untuk warga Indonesia, yang bertujuan memberikan perlindungan

sosial dibidang kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin yang tidak mampu.

Iurannya dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya dapat

terpenuhi. Kementerian Kesehatan juga telah membuat dan menjalankan program

yang berskala nasional yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS

Kesehatan.

Pemerintah juga memberikan jaminan pendidikan berupa Program

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Program ini bertujuanuntuk

mengurangi beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka

belajar sembilan tahun yang bermutu. Pemerintah juga memberikan hunian tempat

tinggal bagi masyarakat miskin melalui Kementerian Perumahan Rakyat.

Pemerintah menyediakan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa), rumah

swadaya, rumah khusus dan rumah bersubsidi.

Pada bidang usaha pemerintah telah melakukan program Kredit Usaha

Rakyat (KUR) yang memudahkan untuk akses permodalan bagi pelaku Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pedesaan juga mendapat perhatian dari

pemerintah dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPM Mandiri) yang berbasis pemberdayaan masyarakat desa itu sendiri. Pihak

(4)

berbagai sektor. Baik itu menggunakan program Corporate Social Responsibility

(CSR2) maupun dengan pemberian dana kepada Lembaga Swadaya masyarakat

(LSM) yang bergerak dalam program penyelenggaraan kesejahteraan sosial itu

sendiri.

Acuan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah

Undang-Undang No 11 tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial membahas bahwa

kesejahteraan sosial itu berfungsi untuk melihat siapa yang pantas atau tidak

pantas untuk mendapatkan bantuan, karena yang menjadi prioritas dari

kesejahteraan sosial adalah mereka yang berada pada garis kemiskinan,

keterlantaran, ketunaan sosial, penyimpangan prilaku, korban bencana,

eksploitasi, keterpencilan dan diskriminasi.

Setiap program penyelengaraan kesejahteraan sosial pasti terdapat pelaku

dalam kesejahteraan sosial tersebut baik oleh institusi, lembaga formal dan non

formal maupun dari pihak swasta dan lembaga agama. Mereka tersebut memiliki

peran besar dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial terutama pada

daerah-daerah yang memiliki banyak kelompok etnik.

Salah satu daerah yang memiliki intensitas suku bangsa yang beragam di

Indonesia adalah kota Medan. Kota Medan itu sendiri merupakan salah satu kota

besar yang ada di Indonesia yang berada di pulau Sumatera. Kota Medan

2The World Business Council of for Sustainable Development

(5)

memiliki daya tarik yang cukup kuat pada masa abad ke-19 karenna merupakan

kota yang tumbuh pesat pada sektor pertanian dan perkebunan pada saat itu.

Sebagai kota yang memiliki daya tarik tersendiri tersebutlah yang membuat kota

Medan menjadi kota yang berpenduduk majemuk baik itu dari kalangan

masyarakat pribumi maupun imigran dari kawasan Asia seperti Cina, India, Arab

dan imigran dari kawasan Asia Tenggara.

Menjadi salah satu kota yang memiliki keberagaman agama dan etnis yang

cukup banyak, membuat kota Medan harus dapat mencakup segala lini pada setiap

ras, agama, dan etnis yang beragam tersebut. Begitu banyak etnis yang mayoritas

di kota Medan, akan tetapi ada juga etnis yang minoritas di dalam etnis yang

mayoritas tersebut. Dari data agama yang tersebar di kota Medan kita dapat

melihat kuantitas masyarakat mayoritas dan minoritas di kota Medan ( Islam

1.422.237 Jiwa, Protestan 425.253 Jiwa, Katolik 37.552 Jiwa, Hindu 9.296 Jiwa,

Budha 184.807 Jiwa dan Khong Hu Chu 370 Jiwa dengan jumlah keseluruhan

2.097.610 Jiwa)3.

Data tersebut menggambarkan juga etnis yang memeluk agama pada

masyarakat kota Medan. Hindu merupakan salah satu agama yang minoritas yang

lebih besar dibandingkan dengan agama Khong Hu Chu, Pemeluk agama Hindu

terbanyak di kota Medan adalah masyarakat Tamil. Meskipun Hindu adalah

sebagai agama yang banyak di peluk oleh masyarakat Tamil, tetapi tidak sedikit

pula masyarakat tersebut yang memeluk agama Islam, Kristen Protestan maupun

3

(6)

Khatolik.

Kecamatan Medan Polonia menjadi lokasi penelitian penulis untuk

melihat program Pemerintah dalam bentuk bantuan baik berupa dana tunai

maupun pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pendamping dari pihak

pemerintahan. Program yang akan di dalami penulis yaitu Program Keluarga

Harapan (PKH). Kelebihan program tersebut tidak seperti program pemerintah

yang di jalankan saat ini yaitu fokus di pendidikan atau kesehatan. Program

Keluarga Harapan ini menitik beratkan langsung pada kedua masalah tersebut.

Program Keluarga Harapan ini sendiri menggunakan data yang ada pada

Badan Pusat Statistik seperti yang dilakukan untuk program pemerintah lain

seperti BLT, BLSM, maupun Raskin. Data yang di dapatkan tersebut di gunakan

untuk mencari siapa yang layak menjadi penerima bantuan. Data yang ada di cari

oleh pendamping dan operator langsung kepada Rumah Tangga Sangat Miskin

(RTSM) atau Keluarga Sangat Miskin (KSM). Program ini menjadi tolak ukur

sejauh mana perhatian pemerintah kepada masyarakat minoritas.

Selain program pemerintah, tulisan ini juga sudah mendalami

program-program yang memang berpihak dan didapati oleh orang Tamil yang berada pada

garis kemiskinan. Baik itu program yang di jalankan oleh lembaga keagamaan,

lembaga kemanusiaan, maupun dalam bentuk bantuan hibah. Bantuan hibah yang

memang di peruntukan untuk masyarakat miskin khusunya orang Tamil di kota

(7)

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, kota Medan Memiliki 17.335

RTSM dari 21 Kecamatan dengan 91 orang pendamping yang akan diberikan

bantuan yang dimulai pada 15 Mei- 18 Mei 2013. Bantuan yang di berikan berupa

bantuan tetap senilai Rp 200 ribu, bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin yang

diberikan kepada ibu hamil, dan mempunyai anak usia balita sebesar Rp800 ribu,

jika mempunyai anak SD diberikan senilai Rp 400 ribu, jika mempunyai anak

SMP diberikan senilai Rp 800 ribu. Jadi bantuan minimum yang diberikan per

RTSM adalah sebesar Rp 600 ribu dan maksimum adalah sebesar Rp 2,2 juta

yang akan disalurkan dalam 4 kali pembayaran dalam satu tahun. Untuk

verifikasi, dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. Hasil verifikasi menjadi dasar

pembayaran bantuan yang akan diterima, yakni verifikasi pendidikan dan

kesehatan.

Kota Medan merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk

miskin yang tinggi. Pada tahun 2009, jumlah keluarga miskin di Kota Medan

berjumlah 393.147 KK. Berdasarkan hasil pencatatan Sensus Penduduk 2009,

jumlah penduduk Kota Medan adalah 2.121.053 orang, yang terdiri atas 1.049.457

laki-laki dan 1.071.596 perempuan4.

Para Pendamping Program Keluarga Harapan yang betugas untuk mencari

sebanyak 17.355 Keluarga Sangat Miskin (KSM) dari 393.147 Keluarga Miskin

di Kota Medan. Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) saja yang bisa menerima

program keluarga harapan dari pemerintah. Kecamatan Medan Polonia yang

menjadi lokasi penelitian penulis tentang program ini hanya memiliki tiga orang

(8)

pendamping saja. Para pendamping ini di pilih langsung oleh Dinas kesejahteraan

dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Masa kerja pendamping terhitung semenjak

mereka lulus menjadi Pendamping PKH di Sumatera Utara. Data di atas

menunjukan bahwa pembagian pendamping berdasarkan jumlah penduduk yang

ada pada kecamatan tersebut.

Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi bagaimana sebenarnya

penyelenggaraan kesejahteraan sosial, baik yang dilakukan oleh pemerintah

maupun pihak swasta. Sebagai masyarakat yang tergolong sedikit di bandingkan

dengan masyarakat etnis lain, maka membuat masyarakat Tamil yang ada di kota

Medan menjadi masyarakat yang di anggap sebagai masyarakat yang

termarjinalkan di banding dengan kelompok masyarakat lain yang ada di kota

Medan.

Masih banyak masyarakat Tamil yang ada Kota Medan hidup di bawah

garis kemiskinan. Selama melakukan pengamatan, penulis melihat bahwa mereka

memiliki tempat tinggal yang tidak memadai dan dari segi ekonomi mereka

bekerja di sektor informal. Cuma segelintir dari mereka saja yang kehidupannya

bisa di katakan berada di atas rata-rata. Posisi tawar yang rendah dari masyarakat

Tamil itu sendiri membuat mereka tertinggal dari kelompok masyarakat yang

lain.

Adanya indikasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial antara pemberi dan

penerima beserta broker memiliki relasi kekuasaan yang sangat signifikan. Hal

(9)

pemberian bantuan kepada masyarakat minoritas. Masalah-masalah kesejahteraan

sosial yang ada pada masyarakat Tamil di kota Medan merupakan masalah yang

sangat komplek, karena mereka tidak mendapatkan perhatian pemerintah.

Kurangnya perhatian dari pemerintah membuat masyarakat Tamil di kota

Medan tidak mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat lain dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Terdapat ketimpangan pada pemberian

jaminan sosial yang tidak merata, membuat masyarakat Tamil di kota Medan

selalu hidup tanpa memnerima bantuan yang sama dari pemerintah.

Penulis ingin melihat bagaimana pluralisme hukum dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial antara pemerintah dan masyarakal Tamil

maupun antara pihak swasta dengan dengan masyarakat Tamil selaku masyarakat

minoritas. Minoritas dalam kajian majemuk merupakan hal yang di anggap

memiliki jumlah sedikit di bandingkan dengan jumlah yang lain, baik itu jumlah

etnis masyarakat tertentu maupun jumlah pemeluk agama pada kelompok

masyarakat tertentu pula. Permasalahan antara mayoritas dan minoritas membuat

kurang maksimalnya penyelengaraan kesejahteraan sosial tersebut.

Kelompok minoritas adalah kelompok-kelompok yang di akui berdasarkan

perbedaan ras, agama, atau sukubangsa, yang mengalami kerugian sebagai akibat

prasangka atau diskriminasi istilah ini pada umumnya di pergunakan bukanlah

istilah teknis, dan malahan ia sering di pergunakan untuk menunjukan pada

(10)

1978: 258-259)5.

Posisi Masyarakat Tamil yang ada di Indonesia dan Medan khususnya

hampir tidak lagi memiliki hubungan dengan pemerintah. Hanya beberapa orang

saja yang duduk pada lembaga pemerintahan maupun swasta yang bergerak pada

bidang penyelengaraan kesejahteraan sosial. Pemerintah kota Medan memang

menganggap bahwa semua penduduk itu sama. Negara harus menganggap semua

masyarakat yang berbeda suku bangsa sama di mata hukum

Meskipun dalam aturan negara sudah jelas bahwa semua masyarakat sama

di mata hukum, tetapi pada kenyataannya masih banyak masyaraat minoritas

khusunya masyarakat Tamil di kota Medan yang merasa terdiskriminasi6 dari

kelompok masyarakat yang lain.

Uraian masalah di atas memperlihatkan bahwa adanya diskriminasi

meskipun tidak terlihat secara jelas pada masyarakat minoritas tertentu.

Masyarakat minoritas tersebut tidak memiliki kekuatan yang mendominasi,

sehingga membuat mereka masih terkurung dalam konsep minoritas tersebut.

Sebagai kota majemuk sudah seharusnya Medan menjadi institusi yang

5   James Danandjaja : Diskriminasi terhadap minoritas masih merupakan masalah aktual di  indonesia  sehingga  perlu  di  tanggulangi  segera  (http://www.lfip.org/english/pdf/bali‐   seminar/Diskriminasi%20terhadap%20minoritas%20‐%20james%20danandjaja.pdf) diakses 9  Juni 2014. 

 

6  Maksud terdiskriminasi disini adalah dimana tidak adanya perlakuan yang seimbang terhadap  perorangan  maupun  kelompok  berdasarkan  sesuatu.  Biasanya  bersifat  kategorial,  atau  atribut‐atribut khas seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan  kelas‐kelas  sosial.  Dalam  (James  Danandjaja  :  Diskriminasi  terhadap  minoritas  masih  merupakan  masalah  aktual  di  indonesia  sehingga  perlu  di  taunggulangi  segera(http://www.lfip.org/english/pdf/bali‐

(11)

menampung segala aspirasi masyarakatnya. Apabila hal tersebut tidak dapat di

lakukan maka membuat kelompok tertentu saja yang mendapatkan

bantuan-bantuan baik dari pemerintah maupun swasta karena kelompok minoritas tersebut

tidak memiliki kekuatan untuk mendapatkannya.

1.2. Tinjauan Pustaka

Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial

materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan

ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk

mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah-rohaniah dan

sosial sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat, dengan menjunjung

tinggi hak-hak, azas serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila7.

Kesejahteraan sosial sekarang merupakan salah satu penyelesaian masalah hukum

non sengketa yang di fokuskan pada pengkajian kemajemukan hukum. Griffith

(dalam Irianto, 1993), pengertian hukum dalam antropologi hukum adalah

aturan-aturan atau norma-norma yang benar berlaku dan di gunakan individu untuk

mengatur hubungan-hubungan dalam aktivitas-aktivitas sehari-hari tanpa peduli

hukum itu bersumber8.

Permasalahan hukum dimaksud diatas adalah permasalahan yang muncul

dari berbagai pranata hukum yang mendasari mekanisme penyelenggaran

7  (UU No.6/1979 pasal 2.1 dalam Kesejahteraan Sosial Dalam Sudut Pandang  Pluralism Hukum  Sulityyowati Irianto Edisi Antropologi Hukum sebuah Bunga Rampai) 

 

(12)

kesejahteraan sosial yang bersifat konteksual dan bagaimana pranata-pranata itu

bekerja dalam realita. Hal tersebut menunjukan bahwa adanya aturam-aturan atau

hukum-hukum yang ada pada masyarakat tetapi tidak tercantum dalam hukum

yang tertulis negara tersebut. Berarti adanya sebuah situasi yang disebut juga

dengan kemajemukan hukum. Kemajemukan hukum berarti adanya lebih dari satu

sistem hukum yang hidup di dalam suatu arena sosial, yang hidupnya saling

berdampingan satu sama lain (Irianto,1993). Kesejahteraan sosial yang dimaksud

dalam peneilitan ini lebih fokus pada pelaku yang akan menerima bantuan dalam

bentuk langsung ataupun tidak langsung yang aturan hukumnya tidak hanya dari

pemerintah. Aturan pemerintah hanya menjadi acuan dalam pemilihan siapa

penerima bantuan yang pantas dan layak untuk mendapat bantuan tersebut.

Griffith, 1986:1 “By legal pluralism I mean the presence in a social field

of more than one legal order” Pluralisme hukum adalah adanya lebih dari satu

tatanan hukum dalam suatu arena sosial9. Kemudian Irianto menambahkan bahwa

Arena sosial itulah yang merupakan tempat dimana orang mengadakan transaksi

ekonomi, kontak-kontak kekerabatan dan sosial, hubungan-hubungan politik dan

keberagamaan, dan hubungan-hubungan lain. Semua dapat kita lihat bahwa

memang hukum yang berinteraksi adalah hukum yang ada pada masyarakat

tersebut. Kesejahteraan sosial yang terdapat dalam masyarakat minoritas seperti

masyarakat Tamil Hindu tersedia dalam hubungan-hubungan sosial: kelompok

(13)

kekerabatan, persahabatan, pertetanggaan dan patronage & brokarage.10

Pada tahun 1978 Holleman (dalam Irianto 2009) mengatakan bahwa di

wilayah urban di negara-negara berkembang, tumbuh bentuk-bentuk hukum baru

yang tidak dapat diberi label sebagai hukum negara, hukum adat, atau hukum

agama, sehingga disebut sebagai hybrid law, dan kebayakan pengarang lain

menyebutnya unnamed law. Letak dasar formulasi kesejahteraan sosial terletak

dalam berbagai pranata hukum, hukum kebiasaan, nilai, norma dan

kebiasaan-kebiasaan lain atau self regulation yang hidup dalam arena sosial tempat orang

berinteraksi (Irianto,1993:245). Pengguanaan hukum negara sebagai label untuk

mencari individu masyarakat yang pantas atau tidak menerima bantuan menjadi

otoritas pelaku yang mendapat wewenang dari negara untuk menjalankan tugas

tersebut.

Pada hakikatnya penyelenggaraan kesejahteraan sosial termasuk dalam

bidang-bidang sosial yang semi-otonomi,11 memberi kesan yang kuat bagaimana

10     Pengertian patronage sering diartikan sebagai hubungan yang melibatkan seseorang atau  beberapa orang yang memiliki sumber‐sumber kesejahteraan itu di satu pihak (patron)  dengan kelompok orang yang membutuhkan sumber‐sumber tersebut di pihak lain (client). Di  antara kedua belah pihak itu terjadi ikatan yang bersifat saling memberi dan saling menerima.  Boissevain mengartikan patron sebagai orang yang memiliki sumber pertama berupa tanah,  kerja atau kesejahteraan, yang di gunakan untuk melindungi dan membantu client mereka  (Boissevain 1969:385 dalam Kesejahteraan Sosial Dalam Sudut Pandang   Pluralism Hukum  Sulityyowati Irianto Edisi Antropologi Hukum sebuah Bunga Rampai). Orang atau orang yang  di sebut broker  adalah mereka  yang memiliki sumber  kedua. Jadi sebenarnya mereka  merupakan perantara antara patron dan client. Pengertian hubungan brokerage dalam hal ini  di terangkan oleh Bossevain, bahwa broker adalah orang yang menggunakan sumber kedua,  dengan tujuan yang sama seperti pada hubungan patron‐client. Hubungan brokerage juga  dapat di artikan sebagai hubungan dalam bidang ekonomki (bossevain 1969:385 dalam  Kesejahteraan Sosial Dalam Sudut Pandang   Pluralism Hukum Sulityyowati Irianto Edisi  Antropologi Hukum sebuah Bunga Rampai) 

 

(14)

berbagai proses yang memungkinkan aturan-aturan yang timbul dari dalam

menjadi efektif, juga seringkali merupakan kekuatan-kekuatan yang menetukan

cara tunduk, atau sebaliknya tidak kepada-kepada aturan hukum yang di buat

negara (Moore, 1993:152). Dasarnya semi-otonom itu tidak bisa bekerja sendiri,

melainkan membutuhkan bidang sosial lain untuk saling melengkapi antara satu

dengan yang lain agar tercipta suatu bidang yang saling mendukung dalam proses

pelaksanaannya tersebut.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial12 dalam masyarakat tentunya ada

pelaku yang dominan dan ada juga pihak yang inferior. Sccot (1976) menyebukan

bahwa dalam sebuah ikatan patron dan klien tentunya ada pihak yang lebih

dominan yaitu patron dan pihak yang inferior yaitu klien. Akan tetapi tidak

adanya pemerataan pembagian sumber daya membuat klien menjadi pihak yang

dirugikan. Menurut Sccot (1976) bagi klien hubungan yang dinyatakan sebagai

hubungan yang adil adalah pada saat patron dapat menyediakan jaminan sosial

dasar bagi kebutuhan substensi dan keamanan, jika hak-hak mereka mendapatkan

jaminan sosial dan keamanan gagal maka menurut pertimbangan klien hubungan

tersebut ialah hubungan yang tidak adil dan eksploitasi. Terjadinya hubungan

yang tidak seimbang dalam masyarakat membuat suatu kelompok minoritas pihak

dalam, tapi dipihak lain bidang tersebut juga rentan terhadap aturan‐aturan dan keputusan‐ keputusan dan kekuatan‐kekuatan lain yang berasal dari luar yang mengelilinginya. 

  

(15)

yang dirugikan, sehingga apabila ada pihak yang dalam posisi yang tidak

seimbang ataupun terjadi ketimpangan maka akan membuat hubungan yang

harmonis dalam masyarakat suatu daerah akan terganggu.

Kajian ini memiliki relevansi yang mana formulasi kesejahteraan sosial

terletak dalam berbagai bentuk prnata hukum, termuat dalam berbagai

perundang-undangan, peraturan, hukum kebiasaan, nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan

lain atau selg-regulation yang hidup dalam arena sosial tempat orang lain

mengadakan interaksi (Irianto,1993). Irianto juga menjelaskan gagasan F. Benda

Beckmann mengenai tingkatan abstraksi yang merujuk pada pengertian

kesejahteraan sosial. Dengan demikian relevansi mengkaji masalah kesejahteraan

sosial dalam pengkajian hukum adalah terletak pada tingkat abstraksi yang

pertama, istilah kesejahteraan sosial mengacu pada keberagaman nilai-nilai,

ideal-ideal, ideologi-ideologi dan dalam bentuknya yang konkret ialah tujuan-tujuan

kebijakan.

Bila dilihat lebih dalam lagi, maka suatu hubungan yang dilakukan oleh

patron maupun klien dan sebagai penengahnya seorang broker tidak lepas dari

namanya kekuasaan ataupun relasi kuasa. Pada dasarnya suatu hubungan tidak

akan lepas dari kebijakan yang di buat oleh seorang pembuat kebijakan. Seperti

diketahui selama ini, studi kebijakan kebanyakan menerima input dari ilmu

politik, administrasi publik, kebijakan sosial, kajian organisasi, hubungan

(16)

oleh banyak penulis memberi input terhadap kajian kebijakan.13Selama ini,

walaupun de facto antropologi kebijakan telah ada, tapi identitasnya sebagai

antropologi kebijakan tidak begitu jelas (lacking a clear identity); malahan sering

disebut dengan sesuatu yang lain, atau tidak langsung disebut dengan antropologi

kebijakan.14

Zuska (2005) mengatakan “bahwa kebijakan (policy) itu sebenarnya tidak

bisa dipisahkan dari pada isu kekuasaan. Dalam hal ini kebijakan dapat diartikan

dengan cara bagaimana pemerintah memainkan kekuasaan melalui

kebijakan-kebijakan. Kalau kita melihat kebijakan maka seringkali dikaitkan dengan

pemerintah sebagai alat atau instrument. Padahal kita ketahui bersama bahwa

pemerintah memainkan kekuasaannya yang terdapat di dalam relasi-relasi antara

pemerintah dan individu-individu (Fikarwin, 2005). Alat yang di gunakan dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial, baik yang bersifat individu maupun

kelompok tidak lepas dari namanya kebijakan yang di ambil oelh pemegang

kekuasaan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di muka maka rumusan

masalah dalam Penyelenggaraana Kesejahteraan Sosial Masyarakat Minoritas

Khusunya Masyrakat Tamil di kota Medan, maka rumusan masalah dapat di

13Fikarwin Zuska, “Penghampiran   Antropolgi atas Kebijakan dan Kekuasaan   (Berefleksi dari 

Kebijakan Otonomi Daerah),” Jurnal Antropologi Sosial Budaya, No. 3 (Desember, 2005), hal  .157 

14Fikarwin Zuska, “Penghampiran   Antropolgi atas Kebijakan dan Kekuasaan   (Berefleksi dari 

(17)

uraikan dalam pertanyaan penelitian berikut ini :

1. Aturan-aturan seperti apa yang terjadi dalam penyelenggaran

kesejahteraan sosial tersebut ?

2. Bagaimana penyelenggaraan kesejahteraan sosial itu berlangsung ?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pluralisme hukum

mengenai hukum yang berlaku dalam penyelengaraan kesejahteraan sosial

masyarakat minoritas di kota Medan khusunya masyarakat Tamil yang merupakan

masyarakat yang ada di bawah aturan kota Medan. Penelitian ini juga melihat

aturan-aturan dalam penyelenggraan kesejahteraan sosial sudah tersentuh ke

segala lini atau tidak oleh pemerintah. Hal lain yang dilihat dalam penelitian ini

adalah untuk melihat penyelengaraan kesejahteraan sosial yang dilakukan

pemerintah maupun swasta dapat berlangsung dengan baik dan

berkesinambungan. Tersedianya data penelitian mengenai penyelenggaraan

kesejahteraan sosial di harapkan mampu memberikan gambaran dan masukan

mengenai penyelenggaraan kesejahteraan terhadap masyarakat minoritas

khususnya di daerah setempat dan di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini juga

di harapkan dapat menjadi pedoman bagi agen-agen pemerintah yang terlibat

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah terbentuknya

kesadaran yang lebih besar bagi masyarakat minoritas agar kesejahteraan hidup

mereka terus dapat meningkat, sehingga masalah kesejahteraan masyarakat

(18)

perspektif antropologi dengan menggunakan pendekatan pluralisme hukum.

1.5. Lokasi Penelitian

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian Secara Spesifik

Lokasi penelitian yang di pilih oleh penulis adalah kota Medan. Kota

medan merupakan salah satu kota Metropolitan di Sumatera Utara dan juga kota

terbesar no tiga di Indonesia. Alasan pemilihan lokasi penelitian di kota Medan

karena Medan memang memiliki banyak keberagaman budaya, etnis, suku,

(19)

memang termarjinalkan dibandingkan dengan masyarakat etnis lain di kota

Medan yaitu orang Tamil. Kecamatan Polonia menjadi pilihan lokasi tempat

penelitan karena masyarakat Tamil tinggal memiliki basis masyarakat yang

lumayan besar dibandingkan kecamatan lain. Untuk memperkecil lokasi

penelitian agar mendapatkan hasil yang maksimal, maka fokus penelitian ini

berada di kelurahan Sari Rejo di kecamatan Medan Polonia kota Medan.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat etnografis dengan penggambaran yang dilakukan

secara holistik. Memiliki fokus pada peyelenggaraan kesejahteraan sosial

masyarakat minoritas di kota Medan yang merupakan kota multikulturalisme di

Sumatera yang terdapat masyarakat Tamil di dalamnya. Dalam rangka hendak di

galinya pranata-pranata yang dihayati sebagai hukum15 oleh individu, kelompok

orang atau masyrakat, kasus-kasus sengketa dan non sengketa dikaji untuk dapat

memberikan pemahaman dan penjelasan dan nantinya dapat menggambarkan

mengenai hukum dalam pandangan antropologi hukum. Kemudian menurut

kasus-kasus yang di temukan di lapangan dapat di jembatani jurang antara pranata

hukum sebagai suatu yang ideal di suatu pihak, dengan keadaan yang nyata

berlaku, yang tercermin dalam prilaku sosial di pihak lain dan mengkaji berbagai

aspek di luar hukum (sosial, ekonomi, politik) yang mempengaruhi hukum secara

terintegrasi (Irianto 1993).

(20)

1.6.1 Teknik Observasi

Dalam observasi16 ini peneliti sudah mengamati langsung bagaimana

penyelenggaraan kesejahteraan sosial baik dalam bentuk bantuan dari pemerintah

maupun lembaga yang menaungi masyarakat Tamil di kota Medan. Serta dalam

pengamatan tersebut saya juga melihat aturan-aturan yang di gunakan pemberi

bantuan kepada masyarakat Tamil selaku penerima bantuan tersebut.

Dalam pengamatan tersebut peneliti juga membangun Rapport17 dengan

orang-orang yang bersangkutan dan dengan para penyelenggara perhimpunan

maupun pimpinan kuil, tidak lupa juga dengan beberapa pegawai di pemerintahan.

Peneliti akan ikut dengan kegiatan yang berlansung dalam pemberian bantuan dan

meminta dokumen dan data yang dibutuhkan. Agar tidak sulit untuk melakukan

penelitian dengan beberapa masyarakat Tamil karena sudah memiliki acuan dan

data awal.

16Observasi adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala atau tingkah laku dan peristiwa  dengan  cara  mengamati.  observasi  ini  dilakukan  untuk  memperoleh  gambaran  tentang  Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Minoritas Tamil di Kota Medan . Observasi yang digunakan  adalah observasi partisipasi, dimana mengamati suatu gejala  dengan melibatkan peneliti untuk  ikut serta dalam kegiatan sosial dari masyarakat yang akan diteliti.   

17 Rapport adalah proses menjalin hubungan yang baik antara peneliti dengan masyarakat yang  akan diteliti sehingga tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya. 

(21)

1.6.2 Teknik Wawancara

Selain observasi, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk

mendapatkan data dari informan. Wawancara digunakan untuk memperoleh data

dalam hunian mereka dengan panduan interview guide sebagai bahan untuk

mendapatkan data yang lengkap.

Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan wawancara yang

terstruktur dan mendalam. Wawancara ini menggali informasi secara mendalam,

terbuka, tegas, bebas tetapi dengan tetap memperhatikan fokus dalam penelitian.

Untuk menjaga agar wawancara berjalan dengan lancar dan sesuai dengan struktur

interview guide. Sehingga dapat menemukan jawaban-jawaban atau informasi

yang diperlukan untuk mempertajam data yang dicari.

Penelitian ini, peneliti ikut berpartisipasi dalam program yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga terkait. Peneliti berpartisipasi

dengan mereka dalam segala hal yang memungkinkan untuk mendapatkan

informasi yang bersangkutan dengan masyarakat Tamil tersebut.

Selain menggunakan pedoman wawancara seperti interview guide, peneliti

juga dalam penelitiannya menggunakan kamera digital dan recorder atau perekam

suara. Penggunaan ini bertujuan untuk mencegah kurang tertangkapnya informasi

pada saat berlangsungnya wawancara sehingga dapat membantu penelitian untuk

mencegah kelupaan serta kamera digital untuk menangkap gambar sebagai

penguat data dari hasil wawancara dan observasi.

1.6.3 Informan Penelitian

(22)

beberapa informan18 untuk mendapatkan informasi tentang penyelenggaran

kesejahteraan sosial. Dimulai dengan penentuan informan yang tepat dan mampu

memberikan informasi yang tepat untuk menentukan lancarnya pengumpulan

data.

Penentuan informan biasa, dilakukan secara berantai dari satu informan ke

informan yang lain. Pencarian informan dihentikan ketika wawancara yang

dilakukan sudah merasa mendapatkan data yang jenuh dan tidak bervariasi lagi.

Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini peneliti memiliki informan yang

harus diwawancarai. Bagian-bagian tersebut memiliki tugas masing-masing dan

tanggung jawab masing-masing di dalam setiap program yang mereka jalankan.

Awalnya mewawancarai pemegang program dari pemerintah sebagai

informan kuncinya19. Setelah itu untuk menambah informasi tentang bantuan yang

di berikan lembaga lain dan mewawancarai informan pokok lainnya di kuil Shri

Mariaman sebagai pusat informasi ibadah masyarakat Hindu Tamil di kota

Medan, antara lain Ketua Parisada Hindu Dharama Indonesia (PHDI), Ketua

Perhimpunan Kuil, dan lembaga lain yang terikat beserta anggota dan masyarakat

penerima bantuan.

1.7 Pengalaman Penelitian.

Pertama kali menginjakan kaki di kuil membuat penulis mengerti bahwa

masyararat Hindu Tamil memiliki tata krama yang sangat baik, mungkin agak

18

Informan  adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata‐kata, frasa,  dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi (Webster’  New Collegiate Dictionary, dalam Metode Etnografi, James S Spradley hal:39) 

(23)

berbeda kalau melihat mereka dari fisik saja. Penelitian ke kuil untuk pertama kali

meninggalkan kesan yang sangat menarik bagi penulis dan membuat penulis

memiliki teman baru dan relasi baru dari etnis dan agama yang berbeda. Bahkan

sampai sekarang penulis masih memiliki hubungan baik dengan petinggi kuil,

ketua perhimpunan, bahkan dengan beberapa masyarakat-masyarakat etnis Tamil.

Pada saat penelitian, para mahasiswa di haruskan untuk bertanya kepada

umat Hindu tentang kegiatan dan acara tersebut, dan bagaimana acara tersebut

berlangsung dan sejak kapan acara tersebut di laksanakan. Pertanyaan demi

pertanyaan di kami tanyakan langsung kepada umat hindu yang berada dikuil

tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat kami saling mengenal lebih

dekan dan bahkan membuat kami saling bertukang nomor handphone. Tidak

sampai disitu saja hubungan yang kami jalani, kami juga saling berkomunikasi di

media sosial dan saling bertukar informasi.

Setelah acara Deepavali di kuil, beberapa mahasiswa di ajak untuk datang

kerumah beberapa orang Tamil oleh Bu Rytha. Hari Deepavali sama halnya

dengan hari raya lainya bagi kita agama Islam maupun Kristen. Mereka juga

menyambut tamu untuk datang kerumah mereka dan bersilahturahmi. Penulis

menjadi terkesan melihat prilaku dan tindakan yang mereka lakukan kepada tamu

tamu mereka yang datang kerumah mereka. Mengunjungi rumah mereka menjadi

rutinitas penulis pada saat setiap hari Deepavali untuk selanjutnya.

Sejak penelitian pertama tentang masyarakat Tamil, membuat penulis

terkesan dengan etnis tersebut. Penulis juga melakukan beberapa kali perjumpaan

(24)

sebatas tentang agama saja, kami juga membicarakan tentang relasi masyarakat

Tamil. Relasi yang di bicarakan lebih mengacu kepada hubungan masyarakat

Tamil dengan pihak pemerintah dan juga relasi orang Tamil dengan masyarakat

dari etnis dan agama lain.

Pendalaman tentang etnis Tamil tidak hanya sampai disitu saja, penulis

juga memperhatikan gejala dan dinamika yang di alami oleh masyarakat Tamil

tersebut. Setelah diperhatikan dan di amati, ternyata masyarakat Tamil di kota

medan ini mendapat perlakuan yang tidak adil dengan etnis lain baik itu pribumi

maupun etnis pendatang lain. Pada saat memasuki semester enam, penulis banyak

berdiskusi dengan buk Rytha terkait judul yang akan di angkat oleh penulis pada

saat penulisan skripsi. Saat penulis berbicara tentang masyarakat Tamil, buk Rytha

sangat banyak memberi arahan dan masukan. Hingga pada akhrinya penulis

mendapat tema tentang kesejahteraan sosial masyarakat Tamil.

Diskusi dengan dosen Penasehat Akademik pun di lakoni oleh penulis.

Perjumpaan dengan buk Sabariah bangun akhirnya terjadi, penulis meminta izin

dan meminta permohonan agar buk Sabariah mengizinkan penulis untuk

mengambil judul tentang Penyelenggaraan Kesejahtraan Sosial Minoritas Tamil di

Kota Medan dengan pembimbing yang di setujui oleh beliau saat itu adalah buk

Rytha Tambunan. Pada tahap selanjutnya penulis menjumpai Ketua Departemen

Antropologi yang tak lain adalah Bapak Fikarwin Zuska. Diskusi alot akhirnya

terjadi, dimana bapak Fikarwin juga mengatakan kalau memang masyarakat Tamil

ini salah satu masyarakat minoritas.

(25)

bagaimana sebenarnya proses penyelenggaraan kesejahteraan sosial itu. Akhirnya

beliau menyetujui judul yang diajukan oleh penulis. Berbekal hasil lapangan yang

telah penulis lakukan, membuat penulis melakukan tahap pertama dalam

pembuatan proposal. Pembuatan proposal yang dilakukan penulis mendapat

arahan dan masukan yang cukup banyak oleh pembimbing.

Penelitian awal secara resmi dilakukan penulis pada akhir bulan Juni,

tepatnya pada tanggal 29 juni 2014. Awal bulan Ramadhan yang merupakan hari

pertama puasa membuat peneliti bersemangat mengisi hari-hari demi penelitian.

Peneliti diajak oleh bu Rytha untuk hadir pada acara kematian seorang warga

tamil di daerah Pasar Empat Padang Bulan. Peneliti hadir dengan Jayanti yang

memang rekan penelitian saat itu. Pukul 10:00 WIB peneliti sudah hadir dilokasi

dengan Jayanti dan bu Rytha. Disana kami berjumpa dengan keluarga duka yaitu

bapak Manugren. Bapak Manugren merupakan salah satu pengurus besar Parisada

Hindu Dharma Indonesia atau disingkat dengan PHDI.

Pertemuan awal membuat peneliti mengerti tentang kondisi awal

masyarakat Tamil secara singkat. Hubungan yang baik dilakukan penulis

membuat penulis di ajak makan kedalam rumah beliau sebagai bentuk

kekeluargaan. Tetapi penulis menolak karena pada saat itu penulis sedang

menjalankan ibadah puasa.

Tata cara upacara kematian pada masyarakat Tamil di kota Medan ada dua cara, yaitu dengan dikremasi secara adat atau di kubur. Untuk lokasi pemakaman sendiri, masyarakat Tamil memiliki tempat perkuburan di daerah Lubuk Pakam.

(Wawancara dengan Bapak Manugren) .

(26)

mencapai penentuan program-program yang akan peneliti cari. Pada saat awal

kuliah kami mahasiswa semester tujuh di harapkan untuk mengikuti Praktek

Kerja Lapangan II atau biasa kami disebut Magang.

Penulis sengaja memilih tempat Magang yang memang berhubungan

dengan skripsi yang akan penulis teliti. Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi

Sumatera Utara menjadi sasaran Penulis. Saat menjalan proses magang selama

dua bulan lamanya, penulis di tempatkan di salah satu seksi di tempat tersebut.

Seksi bantuan sosial menjadi tempat penulis mencari data yagn di butuhkan. Saat

berbincang-bincang dengan pegawai dinas bersangkutan, peneliti sempat

menyinggu soal bantuan-bantuan apa saja yang seksi tersebut salurkan untuk

masyarakat Medan khusunya orangt Tamil.

Bantuan-bantuan yang mereka lakukan hanya berupa pembinaan saja. Pembinaan yang dilakukan berupa bantuan sosial yang akan disalurkan sedangkan untuk bentuk bantuan nyata di urus oleh sub-sub bagian yang memang telah ada penanggung jawabnya. Beliau juga mengatakan bahwa mereka hanya membantu pemerintah dalam bidang publikasi saja. Seperti bantuan Raskin, pihak dinas menyerahkan kepada setiap kelurahan untuk proses pembagiannya. Itu urusan masing-masing kelurahan dek.Penulis menanyakan soal BLT dan BLSM, beliau mengatakan kalau itu sudah di urus oleh kelurahan untuk pendataan ulang. Data sudah di ambil dari BPS, pihak kelurahan melakukan validasi ulang. Validasi ulang berguna untuk mencari siapa yang benar-benar berhak mendapatkan bantuan. Setahu saya seperti itu dek.

(Wawancara dengan Bu Jenti Nadeak)

Keesokan harinya penulis juga bertanya kepada salah satu pegawai yang

lain, ibu Ros juga menjadi salah informan penulis di dinas tersebut.

(27)

Tetapi tidak dapat di pungkiri juga kalau sebenarnya dinas juga berkontribusi, coba adek liha sendiri di depan piket. Pasti ada saja yang minta bantuan berupa uang, hal itu dapat di penuhi apabila sudah memenuhi persyaratan dek. Karena setipa uang yang kita keluarkan harus ada prosedurnya, agar kita tidak kena audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan maupun lembaga bersangkutan.

(Wawancara dengan Bu Ros)

Hari demi hari dilalu saat magang demi mencari data yang Real di instansi

pemerintah. Pada hari jumat pada bulan oktober penulis sempat bebincang dengan

ibu Tarigan yang merupakan salah satu staff khusus di seksi tempat penulis

magang. Beliau memberikan buku Program Keluarga Harapan (PKH). Dalam

buku tersebut di jelaskan bagaimana dana, anggaran, teknis pelaksanaan,

kepersetaan, bahkan sampai input dan output yang di hasilkan program tersebut

pun dijelaskan secara rinci dalam beberapa buku pedoman.

Pada akhir oktober penulis bertemu dengan salah satu penanggung jawab

program keluarga harapan untuk wilayah provinsi Sumatera Utara. Pertemuan

pertama tidak terlalu intensif karena hanya berupa tegur sapa saja. Kemudian

seksi pembinaan bantuan sosial melakukan bimbingan pemantapan bagi

pendamping dan operator program keluarga harapan (PKH). Penulis dapat

kesempatan untuk hadir datang karena memang merupakan peserta magang saat

itu.

Acara yang dilaksanakan di Wisma PHI Medan yang berada di Jl. Gatot

Subroto merupakan awal mula penulis kenal dengan program tersebut secara

langsung. Hadir saat acara tersebut bapak Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial

Provinsi Sumatera Utara yaitu Drs. Alexius Purba selaku pembuka acara.

(28)

karena memang pada dasarnya program ini merupakan program jangka panjang dan sangat besar efeknya bagi keluargan yang menerima program ini. Bapak Alexius Purba juga mengimbau kepada para pendamping agar bekerja keras dan sunggung-sungguh meskipun memang saat ini dinas sedang mengusahakan agar honor yang di dapat bisa di atas UMR.

(Peranyataan Bapak Alexius Purba)

Tanpa panjang lebar, lalu bapak Alexius Purba meninggal ruangan setelah

menerima laporan resmi pembukaan acara oleh bapak Kawalta Ginting selaku

kepala Seksi Pembinaan Bantuan Sosial pada saat itu. Pada acara tersebut terjadi

diskusi yang langsung di pimpin oleh penanggung jawab PKH untuk provinsi

Sumatera Utara yaitu Kak Ivo Nila Sari. Sebelum acara di mulai beliau

mengucapkan salam memperkenalkan diri terlebih dahulu Kak Ivo Nila Sari

mengingatkan.

Agar pada saat pengumpulan data kepersetaan PKH di kirim secepatnya kepada operator masing-masing wilayah. Agar cepat di proses oleh pusat dan dananya cepat di cairkan oleh pemerintah. Kak Ivo menegaskan kalau Medan merupakan salah satu kota yang sering bermasalah soal pengiriman data dan pelengkapan data selain daerah Nias.

Begitu lama diskusi yang disampaikan oleh kak Ivo pada saat itu, sehingga

ada beberapa penanya dari pihak pendamping selaku peserta diskusi pada saat itu,

lalu seorang Pendamping mengatakan.

Sesungguhnya pelaksaannya tidak akan lama buk, tapi saat melakukan verifikasi data dan mengajak para ibu-ibu untuk pemeriksaan ke posyandu sangat sulit, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk pengisian data. Pendamping yang bertanya tersebut juga mengatkan kalau mengecek data-data anak yang masih sekolah juga membutuhkan waktu. Karena memang pada dasarnya kami harus mencari anak tersebut di dalam sekolah dan melihat apakah memang rutin untuk pergi kesekolah.

(29)

apabila para pendamping dapat melakukan dengan sungguh-sungguh. Karena kalau saya lihat, pendamping untuk kota Medan sangat suka mengumpulkan data pada saat hari-hari terakhir. Padahal apabila di kumpul pada waktu akhir, sebenarnya akan mempersulit kota kita sendiri dan terutama para Operator yang memang membutuhkan waktu untuk pengirimapn dan pemasukan data.

(Tanggapan Kak Ivo Nila Sari mengenai pernyataan Pendamping)

Selesai acara bimbingan dan pemantapan tersebut, penulis menjadi tertarik

dengan program yang di jalankan tersebut. Karena memang pada dasarnya

program tersebut terstruktur dengan jelas. Setelah menyelesaikan magang pada

akhir tahun. Penulis akhirnya fokus kembali mencari data tentang program

tersebut setelah mendapat surat penelitian resmi dari kampus dan Balitbang kota

Medan.

Pada awal bulan tiga tahun 2015 penulis kembali turun kelapangan secara

resmi setelah mendapat surat lapangan dari Kecamatan Medan Polonia dan

kelurahan Sari Rejo, pada saat itu penulis sempat berbincang dengan seorang

pegawai kelurahan soal bantuan-bantuan untuk masyarakat yang di salurkan dari

tingkat kelurahan.

Beliau mengatakan bahwa pemberian bantuan telah terdata di kelurahan dan memang sudah sesuai jalur. Kalau ada bantuan yang tidak melalui kelurahan saya tidak dek, karena kami hanya menjalankan tugas dari atasan saja. Beliau juga menambahkan bahwa tidak tahu menahu soal PKH tersebut. Saat penulis menanyakannya.

(Wawancara dengan pegawai kelurahan)

Penulis mencoba bertanya kemada masyarakat Tamil yang tinggal di

(30)

Saya tidak tahu menahu soal Program Keluarga Harapan. Saya tidak tahu program itu dek, saya saja sudah lepas makan dan belanja anak sekolah saja sudah cukup. Karena suami saya hanya buruh harian lepas yang kadang dapat kdang tidak. Selama ini tidak ada sosialisasi dari pemerintah maupun perangkat kelurahan soal program yang kamu sebutkan tadi. Di kelurahan ini banyak orang yang hidup pas-pasan dek, tapi tidak tahu bagaimna proses penyaluran bantuan di lakukan kami sungguh tidak tahu sama sekali.

(Wawancara dengan Bu Prema)

Penulis kurang puas dengan jawaban informan tersebut hingga akhirnya

penulis mencari informan yang lain.

Saya tidak tahu menahu soal program tersebut. Saya hanya hidup sendiri dek, suami saya sudah lama meninggal. Anak saya juga telah tiada saat dia masih kecil. Jadi saya hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri. Program yang kamu jelaskan kepada saya tadi tidak sesuai dengan saya, karena saya bukan ibu hamil ataupun ibu yang sedang memiliki anak balita apalagi anak sekolah. Saya sudah cukup makan saja sudah syukur kepada Tuhan. Kenapa program yang kamu sampaikan tidak ada salah satu kriterianya memberi bantuan kepada janda seperti saya dek.

(Wawancara dengan Bu Gauri)

Penulis menjadi bingung menjawab dan mengakhiri dengan terima kasih.

Sebelumnya penulis menjelaskan bahwa program tersebut program pemerintah,

saya hanya bertanya saja kepada ibu. Saat di jalan penulis berpapasan dengan

seorang ibu yang memang di lihat dari bentuk fisiknya membuktikan beliau

adalah orang Tamil di daerah tersebut. Beliau sedang menggendong anaknya yang

masih balita.

(31)

balita bahkan anak sekolah. Oh, saya tidak tahu dek. Memang nya program apa itu ? kenapa saya baru dengar ya. Kemudian penulis menjelaskan secara rinci. Kalau itu rasa nya tidak ada sosialiasi dek, saoalnya saya tidak pernah dapat program tersebut. Oh gitu ya bu, terima kasih sebelumnya ya bu. Oh iya dek, sama-sama.

(Penggalan Dialog)

Setelah beberapa bulan mencarai data, hampir semua seperti itu jawabn

informan yang penulis tanyai. Hingga akhirnya penulis berhenti sejenak dan

memikirkan kenapa hal tersbut bisa terjadi. Awal bulan sembialn penulis

memutuskan untuk bertemu dengan kak Ivo selaku penanggung jawab untul

wilayah Provinsi Sumatera Utara. Setelah membuat janji kahirnya penulis

berkesempatan untuk bertemu dengan beliau.

Sebernarnya tidak ada pembatasan etnis maupun dari

agama soal program ini. Coba kamu liat Fai, di daerah Marelan setau saya banyak sekali orang Cina yang dapat bantuan ini. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya program ini tidak pandang bulu. Kan tidak mungkin orang BPS yang mana data BPS kita gunakan di semua program pemerintah memilih-milih orang miskin. Kan tidak mungkin juga kalau misalnya orang BPS tersebut survei mengatakan: ahh orang Cina, ngapain masuk ketempat mereka. Merekakan orang-orang kaya semua. Tentu saja orang BPS tidak melakukan hal tersebut. Coba aja kamu cari kembali, siapa tau nanti pasti ada kamu dapat. Setahu saya sih orang BPS memang memiliki data tanpa pilih-pilih.

(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)

Setelah mendapat masukan dan arahan, akhirnya penulis menemukan

seorang informan yang memang mendapatkan bantuan tersebut. Beliau mau

memberi tahu soal program tersebut asal penulis tidak menanyakan nama beliau.

Karena beliau takut terkena Resterfikasi (pemeriksaan ulang).

(32)

Tetapi karena program PKH anak saya tidak bisa mendapat dana bantuan operasional sekolah (BOS). Karena anak saya telah mendapat dana dari Kementerian Sosial berupa PKH. Karena mendapat penjelasan seperti itu saya tidak berani menuntut. Karena suami saya hanya seorang pekerja yang tidak cukup gajinya apabila kami makan. Sebenarnya program ini cukup membantu saya karena dengan begini saya bisa menyekolahkan anak dan anak saya paling kecil bisa mendapat gizi yang baik. Program ini sudah saya rasakan lebih dari lima tahun. Saya akan di cek ulang pada tahun ke enam, apakah saya pantas atau tidak untuk lanjut sampau tahun ke delapan dek.

(Wawancara dengan Informan)

Setelah mendengar pernyataan tersebut akhirnya penulis menyudahi

untuk mencari penerima PKH untuk orang Tamil. Pada saat menjelang akhir

tahun 2015 tepatnya bulan november tanggal 10, penulis kembali menghadiri

acara Deepavali yang diadakan di kuil Shri Mariaman yang saat itu di hadiri juga

oleh mahasiswa Antropologi angkatan 2014. Pada kesempatan itu penulis bertemu

kembali dengan bapak Narain Sami, bapak Candra Bose dan bapak Manugren.

Pada kesempatan itu penulis dan bu Rytha kembali bersilaturahmi dengan

kenalan-kenalan yang memang sebelumnya telah di kenal oleh penulis melalui bu

Rytha. Bapak Manugren kemudian menjelaskan kepada kami bahwa beberapa

yang lalu ada acara pasar murah yang diadakan oleh Parisada Hindu Dharma

Indonesia bersama pemerintah pusat melalui Kementerian Koperasi dan UKM.

Saat mendengar hal tersebut, lalu penulis mulai bertanya kepada

masyarakat Tamil yang berada di dekat kuil Shri Mariaman. Kemudian penulis

bertanya kepada seorang pendeta kuil yang mana kuilnya berada di daerah

Polonia.

(33)

pasar murah yang di maksud pak Manugren. Loh, memang nya ada. Kapan memangnya Fai. Kata beliau seminggu yang lalu bang !. loh, saya kok tidak tahu, saya tidak mengetahui hal itu Fai. Padahal kan bantuannya ribuan bang, masak abang tidak dapat satupun. Jangankan dapat bantuannya Fai, infonya saja abang baru dengar dari kamu barusan. Loh lucu kali abang sampai gag dapat, seharusnya abangkan dapat!!. Abang beneran gag dapat loh Fai. Oh yaudah kalau begitu bang, nanti Fai kabari lagi kalau Fai butuh bantuan sama abang ya. Ok Fai.

(Wanwancara dengan Bang Arul)

Setelah penulis bertanya, kemudian penulis menghampiri bu Rytha.

Sebelum pulang kami menjumpai bapak Manugren kembali. Ternyata beliau

mengajak Bu Rytha untuk hadir pada acara pernikahan yang diadakan tanggal 29

november 2015.

Tanggal 25 november menjadi hari bahagia bagi pasangan Sashi Rekha

dan Krisna Murti yang menikah. Sangat jarang penulis melihat orang Tamil

melaksanakan resepsi pernikahan di gedung, apalagi ini menikah di dekat gedung

kuil yang pada dasarnya memang membayar uang sewa. Saat accara penulis dan

bu Rytha bertemu dengan bapak Manugren. Beliau menjelaskan kembali tentang

bantuan dari Kementerian Sosial tersebut. Tetapi beliau enggan banyak bicara,

soalnya beliau tidak mau salah bicara. Karena yang menanggung jawabin program

dan kegiatan tersebut adalah bapak Narain Sami. Jadi beliau mengarahkan agar

penulis dan bu Rytha menemui beliau saja di kantornya saat hari kerja.

Kemudian selang beberapa minggu penulis bersama bu Rytha dan Denny

datang menuju kantor Parisada yang berada di Jl. Zainul Arifin. Kami masuk

melalui pintuk depan kuil. Saat sampai di dekat kantor kami masuk lewat pintu

(34)

memasuki ruangan kami di sambut baik oleh para staf dan pegawai yang bekerja

di PHDI yang memang mereka semua adalah umat Hindu. Di ruangan tersebut

kami bertemu dengan bapak Manugren dan bapak Narain Sami. Kemudian bapak

Narain Sami mengatakan.

Ayo masuk-masuk. Gimana ruangan kita, lebih nyaman dari sebelumnya kan ungkap beliau. Sebelum kita turun dan tidak menjabat lagi, kalau bisa memang ruangan yang kita tinggalkan harus nyaman, agar mereka yang mengantikan kita bisa semangat bekerja. Lalu beliau bertanya, jadi apa yang mau kalian tahu sekarang. Jadi begini Pak! Kami pernah ingin tahu soal pasar murah dari Kementrian. Aduhhh !! bagaimana ya, saya pun tidak tahu darimana datangnya itu. Hahahahhahaaa. Sembari tertawa, bu Rytha mengatakan, ayolah Pak, kasih tahu kami dulu. Oh iy iy, sebenarnya begini. Bantuan ini sebenarnya ada teman yang memberikan info dari Dinas Koperasi Provinsi Sumatera Utara. Teman saya disana Haikal mengatakan kalau sekarang Menteri Koperasi orang Hindu, siapa tahu dapat bantuan Pak. Itu kata Haikal waktu sama saya. Jadi saya masukanlah Proposal dan Surat Permohonan. Akhirnya mendapat tanggapan walau seminggu lagi mau Deepavali. Gapapalah telat, sebelumnya kita juga sudah mengadakan kegiatan ini beberapa minggu yang lalu. Tetapi itu hanya bantuan dari teman-teman masyarakat Tamil yang berekonomi lumayan dan di bantu dari beberaoa teman yang lain.Pada saat acara Pasar Murah pertama itu kita hanya mendapat 300 bingkisan. Bingkisan tersebut berisi sembako seperti beras, gula, minyak, sirup. Untuk proses pembagiannya kita memberikan sebuah kupon atau voucer yang kita jual senilai lima belas ribu rupiah. Sebenarnya harga sembako itu enam puluh ribu rupiah, tapi hanya kita jual lima belas ribu rupiah melalui kupon tersebut. Kupon tersebut kita bagikan bagi masyarakat miskin yang benar-benar tidak mampu. Lalu kemudian kita mendapat bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM yang memang sangat beruntung kita. Karena Menterinya dari orang kita Hindu, jadi begitu di lihatnya logo Parisada, mungkin dia langsung hormat dan memberikan bantuan kepada kita. Dari 1500 paket yang kita minta untuk pasar murah, mereka memberikan bantuan 1250 paket. Tapi harus kita sendiri yang menentukan perusahaannya, agar dari pihak kementrian memberikan langsung dana tersebut kepada perusahaan agar menyediakan barang senilai enam puluh ribu rupiah. Dengan harga segitu pihak Kementerian berharap tidak ada pengurangan isi dari sembako tersebut.

(35)

Setelah berbicara tentang kegiatan tersebut, bapak Narain Sami kemudian

menceritakan hal lain yang sebenarnya tidak berhubungan dengan pertanyaan.

Kemudian setelah berbicara dengan bapak Narain Sami, kemudian penulis

menghampiri bapak Manugren.

Pak saya bisa lihat contoh kuponnya tidak pak, oh iya tunggu sebentar. Lalu beliau menyuruh stafnya untuk mengambilnya. Oh tidak ada lagi pak, kemarin beberapa hari yang lalu masih ada. Tapi karena terlalu banyak dan tidak terpakai lagi, maka saya buang saja pak. Lah, jadi gimana ini!. Waduh Pak, tolonglah carikan Pak. Begitulah yang di katakan oleh Bu Rytha. Setelah dicari akhirnya kupon itu di dapatkan dalam bentuk FILE di dalam komputer PHDI. Lalu penulis meminta data penerima pasar murah tersebut kepada bapak Manugren. Tetapi beliau tidak mengetahui dimana berkas tersebut diletakan. Hanya pendeta yang mengurus hal tersebut yang mengetahui dimana berkas tersebut di letakan. Setelah pendeta itu kembali membeli alat tulis kantor, lalu pak Manugren berkata, dimana kita tarok berkas kemaren itu Pak tentang pasar rakyat. Tunggu sebentar, dengan santai tapi pasti akhirnya data tersebut dapat kami lihat. Kemudian Bu Rytha meminta Denny untuk mengfoto copy seluruh berkas tersebut.

(Wawancara dengan Bapak Manugren)

Setelah mendapat data tersebut, lalu kami kembali pulang ke rumah

masing-masing. Pertengahan bulan Desember 2015 kemaren penulis melihat

kondisi rumah fisik penerima bantuan Pasar Rakyat. Melakukan survei secara

acak berdasarkan data yang di terima, membuat penulis sedikit terkejut setelah

melihat rumah penerima. Hampir sebagian besar walaupun tidak semuanya,

rata-rata mereka memiliki rumah yang layak huni dan bisa di kategorikan tidak miskin

Gambar

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian Secara Spesifik

Referensi

Dokumen terkait

”...orang-orang awalnya kan coba-coba tentang batu ini, tanpa ia tau berapa penghasilannya cukup atau tidak, kekmana besok ada gak lagi uangnya atau tidak, banyak memang

juga yang disidang disini, jadi tidak mungkin, jadi kalau di atas lima, apalagi sampai sepuluh misalnya disitu, nah bisa di tempat KUA itu kami pinjam tempat di kecamatan untuk

Interaksi antara penyandang kusta dengan keluarga yang tidak terkena.

Jadi tidak adil juga kalau melihat, sekarang jadi tidak Ignasian lalu, barangkali menjadi tidak adil.. Karena mungkin sekarang orang bisanya tinggal

Jawab: sebenarnya mereka kalau misalnya sedang tidak minat belajar atau emosi nya sedang naik ya kita juga tidak bisa paksa kita calming down kan dulu macam mana

Jawab : Mungkin mereka melakukan pendekatan tapi ini kan sudah tertulis dan sudah disetujui oleh sama-sama orang Bukit Lawang kalau kita tidak setuju dengan adanya suatu

“Kita kan turun, keliling Kota Makassar, dilampu merah, itu kita sudah ada, kita dapat kita bawa ke kantor, kita assessment, kalau mereka tidak sekolah kita koordinasi ke lembaga yang

Arini Safitri Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Prokrastinasi Akademik Dalam Menyelasaika n Skripsi skripsi adalah penting hanya saja tidak menyenang kan, sehingga tidak