• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISI 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISI 1"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen, serta harganya relatif murah.

Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet, bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan pengikat dari tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan. Bahan ini akan menghancurkan tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran pencernaan. Tablet akan hancur menjadi granul selanjutnya pecah menjadi partikel-partikel halus dan akhirnya obat akan hancur (Gunsel et al, 1970)

Amilum (pati) merupakan bahan penolong yang sering digunakan pada pembuatan tablet. Salah satunya adalah sebagai bahan penghancur. Amilum akan melepaskan kekuatannya dari bahan pengikat dan menyebabkan pembengkakan dari beberapa komponen penyusun sehingga sebagian atau seluruh aksinya membantu hancurnya tablet (Voigts , 1984)

(2)

Parasetamol memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik, sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu sifat parasetamol yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi.

Penelitian yang sudah dilakukan menunjukan bahwa amilum singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan penghancur dalam tablet Paracetamol dengan profil kecepatan disolusi. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan pati singkong atau amylum manihot dari tanaman (Manihot utilissima. Pohl ) sebagai bahan penghancur dalam tablet parasetamol dengan metode granulasi basah, untuk mengetahui tablet yang mempunyai sifat fisik yang memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia dan pustaka lain.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pembuatan tablet paracetamol menggunakan metode granulasi basah.

2. Mengetahui evaluasi granul dengan melakukan beberapa uji seperti uji kecepatan alir dengan menggunakan 2 metode yaitu metode corong dan metode sudut istirahat, kelembaban, bobot jenis, BJ sejati, Kadar pemampatan, perbandingan Haussner, persen kompresibilitas dan granulometri.

3. Mengetahui evaluasi tablet meliputi organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas, keseragaman bobot, dan uji disolusi.

(3)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul dan tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan. Keduanya efektif memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan, pengenalan dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil.

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel hal. 244). Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang tahan terhadap pemasukan (temperproof).

Hal – hal berikut merupakan keunngulan jutama tablet :

1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah. 3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak. 4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak 5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ; tidak

memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.

7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat

(4)

9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

(Lachman, 2008)

Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :

1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.

2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.

3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 2008)

Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut :

1. Pengisi/pengencer(diluents)

Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir)

(5)

Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk

Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap proses.

4. Pelincir (lubricant)

Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidan)

Stickland mendeskripsikan:

 Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.

 Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan selanjutnya ada dinding cetakan.

 Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul. 5. Antiadheran ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.

Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian : 1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.

2) Distribusi glidan dalam granul.

3) Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.

4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.

(6)

Selain bahan tambahan (eksipien) yang disebutkan diatas biasanya ditambahkan pula agen pendapar, pemanis/flavor, agen pembasah, agen penyalutan, pembentuk matriks dan pewarnaan (zat warna).

Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :

a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan, kintaminasi, dan lain lain.

b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.

c. Stabil secara fisika, kimia.

d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan. e. Bioavailibilitas (Lachman, 1986 halaman 647-648).

f. Memenuhi keseragaman ukuran g. Memenuhi keseragaman bobot h. Memenuhi waktu hancur

i. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat

j. Memenuhi waktu larut (dissolution test).(Anief, 2005)

k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan dalam batas yang dizinkan (spesifikasi).

l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur, transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan menggunakan.

m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang dipersyaratkan.

n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Lachman, 2008)

(7)

punch dan pencetak ganda berputar atau rotary press. Mesin pencetak tablet dirancang dengan komponen komponen dasar sebagai berikut:

1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan memasukkan granul yang akan dicetak

2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet

3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die 4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh

5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan granul dari hopper ke dalam die.(Ansel, 2008)

Metode pembuatan tablet dibagi menjadi metode granulasi dan kempa langsung

dan granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikeldengan

cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar. Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering.

Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994). Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu :

1. Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien

(8)

3. Preparasi larutan pengikat

4. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk membentuk masa basah

5. Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran mesh 6-12

6. Pengeringan granul basah

7. Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20

8. Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran

9. Pengempaan tablet.(Anief, 1994)

Untuk memantau kualitas produk obat, evaluasi secara kuantitatif serta penetapan sifat kimia, fisika, dan bioavilibilitas tablet harus dibuat evaluasi meliputi :

a. Evaluasi Granul 1. Sifat alir

2. BJ nyata, BJ mampat, % Kompresibilitas 3. Kelembaban

b. Evaluasi Tablet 1. Organoleptis

2. Keseragaman Ukuran 3. Keseragaman bobot 4. Friabilitas

5. Kekerasan dan kerenyahan tablet 6. Waktu hancur

7. Kandungan obat dan pelepasannya

Parasetamol atau asetominofen memilikikhasiat dari sebagai analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.( Depkes RI, 1995)

(9)

Parasetamoldiindikasikan untukmenghilangkannyeri ringansampai sedang; pengobatan demam. Penggunaanberlabel(s): Nyeridan demamsetelah vaksinasiprofilaksis.(A to Z Drug fact)

Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kofein dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit – metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat – glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif.

Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak – anak 4 – 6 dd 10 mg/kg, yakni rata – rata usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 - 4 tahun 240 – 360 mg, 4 – 5x sehari. (Obat – Obat Penting ed IV, hlm 318-319)

2.2Preformulasi a. Zat aktif

1. Paracetamol : acetaminophenum (FI edisi III hal 37)\

Pemerian :Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.

(10)

Titik lebur : antara 169°C sampai 172°C

Pka/pkb : pka 0,5 pada 25°C

Ph larutan : 5,2 sampai 6,5

Stabilitas : Peningkatan suhu dapat memprcepat degradasi obat Khasiat : Analgetikum dan antipiretikum

b. Zat tambahan

1. Amprotab

Pemerian : Tidak berbau dan tidak berasa, serbuk berwarna putih berupa granl granul kecil berbentuk sperik atau oval dengan ukuran dan banetuk yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan air dingin

Ph : 5,5 sampai 6,5

Suhu lebur : 73°C untuk pati jagung

Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika dilindungi dari kelembaban yang tinggi.

Kegunaan : Glidan, pengisi tablet dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul pengikat tablet.

(11)

Pemerian : Serbuk halus kadang berupa gumpalan kecl, putih, tidak berbau dan tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 95% P

OTT : Amylum bersifat readuktor dapat dioksidasi oleh oleh zat zat pengoksidasi

Kegunaan : Sebagai zat tambahan dalam tablet digunakan sebagai pengikat, pengisi dan penghancur . Antidotum dalam keracunan iodium.

3. Etanol 96%: Alkohol ( FI edisi III hal 62)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P dan dalam eter P.

Stabilitas : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya , tempat sejuk dan terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Zat tambahan.

4. Laktosa

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.

(12)

Pka/pkb : pH larutan 10% b/v 4,0 – 6,5

Stabilitas : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan

5. Mg Stearat

Pemerian : Hablur, sangat halus, putih, berbau khas dan berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air, sedikit larut dalam benzene hangat dan etanol (95%) P hangat.

Titik leleh : 88,5°C

Stabilitas : Stabil

Polimorfisme : Trihidrat, bentuk asikular dan dihidrat, bentuk lamellar.

Kegunaan : Lubrikan untuk tablet dan kapsul

6. Talk

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih samapi putih abu abu tidak berbau, langsung melekat pada kulit, lembut disentuh.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, larutan organik dan alkali.

Ph : 6,5 sampai 10 untuk larutan disperse 20% b/v

Stabilitas : Stabil dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160°C selama tidak lebih dari 1 jam.

(13)

BAB III METODE 3.1 Analisa Formulasi (Formulasi A)

 Fasa Dalam (92%)

1. Paracetamol 350 mg 2. Amprotab 10% 3. Muchilago amily 10%

4. Laktosa q.s

 Fasa Luar (8%)

1. Mg stearat 1%

2. Talk 2%

3. Amprotab 5%

3.2 Perhitungan

 Rencana bobot tablet : 500 mg

 Tablet dibuat sebanyak : 400 mg

 Bobot seluruh tablet : 500 x 400 = 200000 mg (200 gr) 1. Paracetamol = 350 mg x 400

= 140000 mg

(14)

2. Amprotab 10% = 10 100 x200 = 20 gr

3. Fasa Dalam = 92 100 x200 = 184 gr

4. Muchilago amili = 1

3 x184 = 61,3 gr

5. Laktosa = 184 – (140 + 20 + 61,3)

= 17,87 gr

Jumlah tablet yang diperoleh = 165,63gr 184 x400

= 360,065 tablet

 Fasa Luar

1. Mg Stearat 1% = 921 x165,63

= 1.80 gr

2. Talk 2% = 2

92x165,63

= 3,60 gr

3. Amprotab 5% = 5

92x165,63

= 9,00 gr

4. Bobot tablet yang teoritis = 165,63+1,80+3,60+9,00 360,065

(15)

= 0.499 gr atau 499 mg/tablet

a. Prosedur pembuatan mucilago amilum 10% sebagai pengikat 1. Timbang gelas piala (1) + Batang pengaduk 1 bobot = 132,03 gr

2. Masukan dan Timbang air kedalam gelas kimia (1) sejumlah 2/3 MA dikurangi 20% (67ml) . Panaskan air tersebut sampai mendidih.

3. Dalam gelas kimia lain (2), buat suspensi amilun : timbang amilum sejumlah 10g, masukan ke dalam 20% dari 2/3 MA ( 13ml) air, aduk homogeny

4. Setelah air dalam gelas kumia (1) mendidih, tambahkan suspensi amilum dari gelas kimia (2) sambil terus diaduk sampai bening

5. Air sisa 1/3 ( 33ml) digunakan sebagian untuk membilas gelas kimia bekas suspensi amilum dan menambahkan pada gelas kimia 1 sampai

4. Tambahkan mucilago amili sedikit sambil diaduk sampai terbentuk masa basah yang mudah dikepal

5. Masa basah tersebut lalu diayak dengan menggunakan Mesh

6. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C sampai kandungan lembab kurang dari 3%

(16)

9. Granul yang telah memenuhi syarat dapat dicampur dengan talk dan amprotab, aduk sekitar 10 menit sampai homogen

10. Kemudian tambahkan Mg stearat aduk selama 2 menit

11. Masa siap cetak dievaluasi kemudian ditabletasi dengan menggunakan Punch diameter dengan bobot yang telah ditentukan

12. Tablet dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku

3.5 Prosedur evaluasi granul a. Kecepatan aliran

1. Metode corong

 Sejumlah 100 g granul dimasukan ke dalam corong dengan ukuran tertentu.

 Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari lubang corong

 Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan untuk mengalirkan seluruh granul keluar dari corong.

 Kecepatan aliran dihitung dengan membagi bobot granul (100g) dengan waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong (g/detik) Penafsiran hasil : aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100g granul ≤ 10 detik.

2. Metode sudut istirahat

 Timbang granul sebanyak 30 gr masukan ke dalam corong

 Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang atau corong dan ditampung pada suata bidang datar hingga timbunan granul berbentuk kerucut

 Dari timbunan ini diukur sudut istirahat ( sudut antara lereng granul dengan bidang datar )

 Dengan rumus rumus : α = arc tan h r

Penafsiran hasil : α = 25-30° granul sangat mudah mengalir : α = 30-38 ° granul mudah mengalir : α = > 38° granul kurang mengalir b. Kelembaban ( Moisture Balance )

 Timbang granul sebanyak 3gr

 Lapisi lempengan alumunium pada alat dengan alumunium foil

(17)

 Baca kadar air yang tertera pada skala (%) Penafsiran hasil : Kadar air yang baik 1-2% c. Bobot jenis

1. Bj nyata

 Timbang 30 gr granul dan masukan dalam gelas ukur

 Catat volumenya, hitung dengan rumus = ƿ w v

 P = Bj pada n ketukan, W= Bobot granul, V= volume granul tanpa pemampatan

2. Bj mampat

 Timbang 30gr granul dan masukan dalam gelas ukur

 Catat volumenya (V0)

 Siapkan piknometer kosong dan kering

 Timbang piknometer kosong, catat hasilnya (a)

 Timbang 1g granul masukan dalam piknometer, timbang dan catat hasilnya (b)

 Keluarkan granul, cuci bersih piknometer keringkan dan masukan cairan pendispersi (paraffin cair) timbang kemudaian hasilnya dicatat (d)

 Keluarkan cairan pendispersi setengahnya, masukan 1gr granul tambahkan lagi cairan pendispersi tutup pikno, timbang dan catat (c)

 Hasil semua dihitung dengan rumus :

Bj sejati = (ba)x Bj cairan pendispersi

(b+d)−(a+c)  Keterangan : a = bobot piknometer kosong

b = bobot piknometer + 1g granul

c = bobot piknometer + 1g granul + cairan pendispersi d = bobot piknometer + cairan pendispersi ( paraffin cair) 4. Kadar pemampatan

(18)

 Gelas ukur diketuk sebanyak 10 kali ketukan sampai 200 ketukan catat volumenya (V10 dan V200 )

 Hitung kadar pemampatan : Kp= V0−V200

V0 x100

 Keterangan :kp = kadar pemampatan

V0 = Volume granul sebelum pemampatan V200 = Volume granul pada 200 kali ketukan

 Penafsiran hasil : granul memenuhi syarat jika kp ≤ 20% 5. Perbandingan Hausner

 Timbang 30gr granul dan masukan dalam gelas ukur

 Catat volumenya (V0)

 Gelas ukur diketuk-ketuk sebanyak 10x dan 200x kemudian catat volumenya ( V10 dan V200 )

 Hitung dengan angka Hausner :

Angka Hausner = BJ setelah pemampatan Bj sebelum pemampatan

 Penafsiran hasil : granul memenuhi syarat jika angka hausner tidak lebih dari 1

6. Persen kompresibilitas

 Timbang 30 gr granul dan masukan dalam gelas ukur catat volumenya hitung dengan rumus (Bj nyata)

 Timbang 30gr granul dan masukan dalam gelas ukur

 Catat volumenya (V0)

 Gelas ukur diketuk-ketuk sebanyak 10x dan 200x kemudian catat volumenya ( V10 dan V200 )

 Kemudian hitung dengan rumus ( bj mampat)

 Hitung dengan rumus % kompresibilitas :

% K = Bj mampatBj nyata Bj mampat x100

 Penafsiran jika % k : 5-15% aliran sangat baik 16-25% aliran baik

26% aliran buruk

d. Granulometri ( Distribusi Ukuran Partikel )

 Timbang 50 gr granul

(19)

 Getarkan mesh

 Timbang granul yang tertahan tiap mesh

 Hitung persentase granul pad tiap mesh 3.6 Prosedur evaluasi Tablet

a. Uji organoleptik

 Diambil 10 tablet yang dihasilkan

 Lalu diamati secara visual meliputi bentuk, warna, tekstur permukaan dan penampilan fisik

b. Uji keseragaman ukuran ( keseragaman diameter )

 20 tablet diukur diameter dan tebalnya

 Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong c. Uji Keseragaman Bobot

 Ditimbang 20 tablet

 Lalu dihitung bobot rata rata tiap tablet dan penyimpangn tablet terhadap bobot rata rata , dengan rumus :

Penyimpangantablet=x rata ratakeseragaman bobotX1tablet

x rata rata keseragaman bobot

d. Uji kekerasan

 Dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak

 Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet

 Beban yang dinyatakan dalam kg/cm2

 Tentukan rata rata dan standar deviasinya

 Syarat tablet besar 7-10kg/cm2, tablet kecil 4kg/cm e. Uji Friabilator

 Sebanyak 20 tablet ditimbang saecara seksama (W0)

 Tablet dimasukan friabilator dan menjalan alat (25 rpm)

 Dilakukan sebanyak 100x putaran dalam 4 menit

 Hitung dengan rumus :

F = ab a x100

(20)

 Ambil 30 tablet secara acak, ditentukan kadar dari 10 tablet dengan metode yang cocok, jika ada 1 tablet yang diluar 85-115% tentukan 20 tablet sisanya

 Dapat dilakukan dengan dengan cara 20 tablet digerus, ambil 50 mg larutkan dengan larutan buffer posfat ad 100 ml

 Tentukan kadar menggunakan spektrofotometer dan lihat absorbansinya. g. Uji waktu hancur ( Disentegration Tester)

 Bejana diisi dengan air sebanyak 800ml

 Suhu pelarut 36-38°C , 5 tablet dimasukan satu persatu kedalam keranjang tabung kemudian alat dinyalakan, dan atur naik turun keranjang.

 Waktu hancur dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal

 Waktu tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut . h. Uji Disolusi

 Siapkan alat disolusi

 Ambil 1 tablet secara acak

 Masukan ke dalam tabung atau keranjang

 Turunkan spindle set rpm 150 rpm dengan waktu 15 menit pada suhu 37°C

 Nyalakn mesin sesuai dengan waktu yang ditentukan

 Ambil sampel dengan selang waktu tertentu dan uji dengan spektrofotometri.

BAB IV PEMBAHASAN

Praktikum yang telah dilakukan yaitu mengenai pembuatan tablet parasetamol 350 mg dengan menggunakan metode granulasi basah.Tablet merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.

(21)

berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta produksi rata- rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikelurkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering.

Metode pembuatan tablet pada praktikum kali ini adalah menggunakan metode granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang paling banyak digunakan. Caranya yaitu dengan memproses campuran partikel zat aktif dengan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebebasan tertenru pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.

(22)

Larutan pengikat atau larutan pensuspensi yang digunakan yaitu amilum manihot, Salah satu fungsi dariamilum manihot adalah sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet. Sangatcocok digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet dengan metodagranulasi basah dengan cara dibuat mucilago terlebih dahulu.Pemerian serbuk halus berwarna putih, kelarutan praktis tidak larut dalamair dingin dan dalam etanol, tetapi larut dalam air panas. Penambahan amilum berfungsi sebagai bahan pengatur aliran serta sebagai bahan pengikat dan penghancur. Selain itu mucilago amilum bersifat netral dan non reaktif sehingga dapatdigunakan dengan kebanyakan zat aktif. Amilum manihot sebagai bahan pengikat biasanya digunakan dalam konsentrasi 5-10%.

Evaluasi granul pertama yang dilakukan yaitu uji kecepatan alir granul dengan menggunakan metode corong dan metode sudut istirahat. Granul yang digunakan sebanyak 30 g dimasukan kedalam alat flow tester kemudian digetarkan dan catat waktu yang diperlukan granul untuk mengalir melewati corong serta di amati susut istirahat granul. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa granul sebannyak 30 g dapat mengalir selama 3,32 detik dengan sudut istirahat yang terbentuk adalah 32,005o . apabila dilihat dari nilai yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa granul memiliki kecepatan alir yang baik karena masuk pada rentang yang ditentukan yaitu untuk metode corong 100 g granul waktu yang diperlukannya harus kurang dari 10 detik, sedangkan untuk sudut istirahat rentang 30-38o bisa dikatakan granul mudah mengalir.

Kemudian dilakukan uji kelembaban pada granul dengan menggunakan alat moisture balance, dimana hasil yang diperoleh menunjukan bahwa granul yang sudah dibuat memiliki kadar air sebanyak 1,10 %, dari nilai ini menunjukan bahwa granul memiliki kadar air yang baik karena rentang nya antara 1-2%.

(23)

volume yang dihasilkan pada gelas ukur dan dihasilkan BJ nyata dari granul yaitu 0,422 g/ml, selanjutnya BJ mampat dihasilkan dari granul yang berada dalam gelas ukur diketuk-ketukan sebanyak 10 kali dam 200 kali selanjutnya diukur lagi BJ nya dan dihasilkan nilai 0,434 g/ml (10 ketukan) dan o,5 ( 200 Kali ketukan). Kemudian untuk pengukuran BJ sejati dilakukan dengan menggunakan piknometer untuk membandingkan rasio bobot granul dengan zat baku (paraffin), setelah dilakukan pengukuran dihasilkan BJ sejati granul adalah 0,092 g/ml, hasil ini menunjukan bahwa granul memiliki BJ yang lebih besar dari paraffin. Selnjutnya untuk menghitung kadar pemampatan dari granul, dilakukan dengan menggunakan rumus yaitu volume granul sebelum pemampatan dikurang volume granul pada 200 kali ketukan dibagi dengan granul sebelum pemampatan dan dihasilkan nilai Kp = 15 %, menunjukan granul memenuhi syarat karena nilai Kp≤ 20 %. Perbandingan Haussner juga ditentukan dengan menggunakan rumus BJ setelah pemampatan dibagi dengan BJ sebelum pemampatan dan dihasilkan nilai 1,1 dan memenuhi syarat granul. Selanjutnya dilakukan perhitungan persen kompresibilitas granul dengan menggunakan rumus dan dihasilkan granul memiliki persen kompresibilitas sebesar 15,6 % menunjukan bahwa granul memiliki aliran yang baik. Apabila dilihat dari pengujian atau pengukuran BJ dari granul diketahui bahwa granul yang dibuat telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Pengujian selanjutnya pada granul yaitu granulometri, dimana granul diayak pada mesh yang sudah diurutkan yaitu pada mesh berukuran 10, 12, 14 dan 16. Setelah dilakukan penimbangan serta perhitungan diperoleh hasil yaitu pada mesh 10= 0,04% mesh 12 = 0,26 %, mesh 14 = 2,72 % dan pada mesh 16 = 5,44%. Tetapi nilai ini tidak mencapai 100 %, hal ini disebabkan dalam melakukan pengujian ini, granul yang sudah tertampung didalam wadah tidak ditimbang, sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh.

(24)

menggunakan metode garanulasi basah. Adapun evaluasi yang dilakukan antara lain oragoleptik, uji sifat fisika kimia meliputi uji keseragaman bobot, diameter, dan tebal tablet, friabilitas, uji kerapuhan tablet, uji kekerasan tablet, uji waktu hancur tablet dan uji penetapan kadar zat aktif pada tablet.

Pada uji keseragaman bobot dilakukan penimbangan terhadap 20 tablet yang dihasilkan. Penggunaan 20 tablet untuk uji keseragaman bobot ini sesuai dengan yang tercantum pada literatur (FI IV) Dari hasil penimbangan diperoleh bobot tablet yang bervariasi dengan bobot tablet rata-rata sebesar 0,606 gram. Adapun faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya variasi dalam penimbangan bobot antara lain : volume dan berat bahan yang diisikan ke dalam cetakan serta garis tengah cetakan dan tekanan yang diberikan pada bahan saat dilakukan kompresi, selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang digunakan selama proses penabletan seperti berubahnya pengaruh tekanan (Depkes RI 1979).

Selain itu persentase penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-rata tablet harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1979) yaitu tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B.

Bobot rata – rata

Penyimpanan bobot rata – rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

(25)

Lebih dari 300 mg 5% 10%

(Depkes RI 1979)

Dimana dalam uji ini dengan bobot tablet lebih dari 300 mg diperoleh 3 tablet yang persentase bobot terhadap bobot rata-ratanya melebihi 10% yaitu pada tablet ke-2 , 6, dan 7 .Hal ini dapat disimpulkan pula bahwa keseragaman bobot dalam sediaan tablet kurang baik dan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dimana tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. Kemudian dilakukan uji keseragaman ukuran yang merupakan perbandingan diameter dan tebal. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa tablet memenuhi syarat Farmakope III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.

Tahap evaluasi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen. Tujuan dari dilakukannnya uji kekerasan ini yaitu untuk mengetahui kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, dan pengepakanSelain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat penting diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah bioavailabilitas nyata atau potensial serta pada produk yang sensitif atas gangguan pada profil penglepasan pelarutan sebagai fungsi dari tenaga kerja yang digunakan (Ansel 2008)

(26)

oleh bahan juga akan rendah sehingga kekerasan tablet juga akan menjadi rendah atau tablet bersifat rapuh. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas tetapi juga cukup lunak untuk melarut akan menghancur dengan sempurna begitu digunakan dan dapat dipatahkan diantara jari-jari bila tabletnya perlu dibagi.

Uji kerapuhan bertujuan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan sewaktu pengemasan dan pengiriman.Selain itu kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil) adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet. Pada uji kerapuhan dilakukan dengan cara memasukan 20 tablet yang telah ditimbang sebelumnya dan dimasukkan ke dalam alat uji kerapuhan (friabilator) kemudian alat diputar dengan kecepatan konstan (25 rpm) sebanyak 100 kali putaran Setelah 100 kali putaran dilakukan penimbangan kembali pada semua tablet yang digunakan untuk uji kerapuhan. Bobot tablet pada awalnya adalah 12,01 g sedangkan setelah dilakukan uji kerapuhan tablet yang ditimbang didapatkan bobotnya sebesar 11,75 g Nilai % kerapuhan tablet didapatkan dengan cara bobot awal dikurangi bobot tablet yang diuji dibagi bobot awal tablet maka diperoleh angka kerapuhan tablet. Dari perhitungan diperoleh angka kerapuhan tablet sebesar 2,16 % Hasil ini tidak memenuhi standar yaitu untuk nilai friabilitas kurang dari 1%. Kerapuhan tersebut diakibatkan karena pengikat yang digunakan tidak terdistrubusi dengan homogen di dalam tablet atau tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi rapuh. Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan pengemasan dan pengepakan.

(27)

agar tablet tetap terjaga dalam keranjang dan tidak keluar dari tube saat dinaik turunkan. Proses pencelupan naik turun ini merupakan simulasi dari gerakan peristaltik saluran cerna, sedangkan volume medium 800 ml dengan suhu 370 C dipilih untuk menyerupai volume cairan tubuh manusia dan suhu tubuhnya Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastric (Sulaiman 2007) Namun pada pengujian ini media yang digunakan adalah aquadest dengan pertimbangan bahwa sebagian besar cairan tubuh manusia adalah air. Unutk uji kadar zat aktif dilakukan dengan menimbang 0,05 gram tablet yang telah di gerus kemudian dilarutkan dalam larutan buffer 100 ml dan dilakukan pengenceran dengan memipet sebanyak 250 mikron add larutan buffer 10 ml. Larutan yang terbentuk kemudian dimasukan kedalam kuvet untuk selanjutnya di lihat nilai absorbansinya dengan spektrofotometer, dapat diketahui nilai absorbansi yang terbaca yaitu 0,735 dan untuk kadar dari tablet paracetamol yaitu 0,355 mg/ml.

Farmakope Indonesia III menyebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit Dalam praktikum uji waktu hancur yang dilakukan tablet hancur dalam waktu 4 menit 46 detik sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan waktu hancur.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan praktikum pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah dapat disimpulkan :

(28)

mencapai 100%. adapun parameter yang memenuhi syarat meliputi uji kecepatan alir, uji kelembaban, pengukuran BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar pemampatan, perbandingan Haussner dan persen kompresibilitas.

Berdasarkan evaluasi tablet paracetamol yang telah dilakukan, parameter yang tidak memenuhi syarat yaitu friabilitas karena memiliki nilai f>1% kemudian Keseragaman bobot tablet tidak memenuhi syarat karena terdapat data yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B Yaitu >10% . adapun parameter uji yang memenuhi syarat meliputi uji keseragaman ukuran dan uji kekerasan.untuk uji waktu hancur diperlukan waktu selama 4 menit 46 detik dan kadar dari tablet paracetamol yaitu 0,355 mg/ml.

5.2 Saran

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk sampel tramadol PT Indofarma memiliki bobot rata-rata 176 mg dan kadar yang diperoleh 101,68%, sampel tramadol PT Kimia Farma memiliki bobot rata-rata 242 mg dan kadar

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan penalaran matematis kelas uji coba bahan ajar melebihi kriteria ketercapaian rata-rata kelas dan ketuntasan individual

Perbandingan persentase kenaikan kemampuan, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen dapat dilihat dari selisih rata-ratanya. Hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa:

Hasil yang diperoleh adalah bobot rata-rata marshmallow adalah 8,1 gram dengan lebih dari 2 tablet yang mempunyai penyimpangan lebih dari 5% terhadap bobot rata-rata sehingga

Hasil yang diperoleh adalah bobot rata-rata marshmallow adalah 8,1 gram dengan lebih dari 2 tablet yang mempunyai penyimpangan lebih dari 5% terhadap bobot rata-rata sehingga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat fisika sediaan tablet sublingual ekstrak daun tembakau meliputi bobot rata-rata tablet, keseragaman bobot

Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A,

Jika model regresi Poisson tidak fit dengan data cacahan dan ragam peubah respon melebihi rata-ratanya yang sering disebut sebagai overdispersi (hal ini dapat