• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model CTL (Contextual Teaching Learning) Berbantuan Schoology Dalam Peningkatan Motivasi Pembelajaran TIK(Studi Kasus: SMP Negeri 1 Tengaran Semarang Kelas IXA) T1 Full

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model CTL (Contextual Teaching Learning) Berbantuan Schoology Dalam Peningkatan Motivasi Pembelajaran TIK(Studi Kasus: SMP Negeri 1 Tengaran Semarang Kelas IXA) T1 Full"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)

BERBANTUAN SCHOOLOGY DALAM PENINGKATAN MOTIVASI

PEMBELAJARAN TIK

(STUDI KASUS: SMP NEGERI 1 TENGARAN SEMARANG KELAS IX-A)

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti :

Ibnu Rohmadi (702010114) Adriyanto J. Gundo, S.Si. M.Pd

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika & Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)

BERBANTUAN SCHOOLOGY DALAM PENINGKATAN MOTIVASI

PEMBELAJARAN TIK

(STUDI KASUS: SMP NEGERI 1 TENGARAN SEMARANG KELAS IX-A)

1)Ibnu Rohmadi, 2)Adriyanto J. Gundo, S.Si, M.Pd

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)702010114@student.uksw.edu,2)adriyanto.gundo@staff.uksw.edu

Abstract

The problem in this research is the use of conventional learning method make low students’ motivation. This research aimed to find out the effect of applying the CTL (Contextual Teaching Learning) model assisted Schoology in increasing the motivation of ICT (Information and Communication Technology) students’ of class IX-A. This research uses descriptive qualitative. The results using conventional methods showed 25%, while the use of CTL model assisted Schoology showed 84.36%. This proves that applying of CTL model assisted Schoology affect the increase in students’ motivation.

Keywords: CTL (contextual teaching learning) model, Schoology, Learning motivation.

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran secara konvensional membuat motivasi belajar siswa rendah. Penelitian ini ditujukan untuk

mengetahui pengaruh penerapan model CTL (Contextual Teaching Learning) berbantuan

Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional menunjukkan 25%, sedangkan

penggunaan model CTL berbantuan Schoology menunjukkan 84,36%. Hal ini

membuktikan penerapan model CTL berbantuan Schoology berpengaruh terhadap

peningkatan motivasi belajar siswa.

Kata kunci: Model CTL (contextual teaching learning), Schoology, Motivasi

pembelajaran.

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan

Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(9)

2

1. Pendahuluan

Berdasarkan hasil observasi awal hanya mencapai 25% serta wawancara dengan guru TIK di kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang, dampak pembelajaran secara konvensional berakibat motivasi belajar siswa rendah saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran secara konvensional yang dimaksud adalah guru mengajar dengan cara ceramah dan media standar misalnya penggunaan media LKS (Lembar Kerja Siswa), modul dan powerpoint. Tersedianya fasilitas seperti komputer dan layanan internet di kelas sering disalah gunakan oleh siswa, yaitu membuka situs social media. Hal ini yang menjadikan guru kesulitan mengontrol siswa saat mengajar di kelas.

Model pembelajaran CTL dianggap tepat diterapkan pada pembelajaran TIK, karena dapat membuat siswa aktif dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sekaligus menerapkan dan mengkaitkan dengan dunia nyata. Secara tidak langsung kondisi tersebut akan membuat motivasi belajar siswa meningkat.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa kelas IX-A yang berjumlah 32 orang saat pembelajaran TIK berlangsung, siswa lebih menyukai membuka situs social media. Mengetahui hal tersebut, perlu dikembangkan media pembelajaran yang memanfaatkan kegemaran siswa membuka social media. Pemilihan Schoology sebagai media pembelajaran dianggap tepat untuk mendukung model CTL dan memanfaatkan kegemaran siswa membuka social media. Fitur dalam Schoology ini lengkap dengan berbagai alat pembelajaran, sama seperti di kelas dalam dunia nyata, mulai dari absensi dan tes atau kuis. Schoology juga menyediakan jejaring sosial yang memungkinkan siswa untuk berdiskusi dengan guru dan teman satu kelasnya diluar jam pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model CTL berbantuan Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang. Diharapkan melalui penerapan model dan media tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Kajian Pustaka

Penelitian dari Hamidah Hannum Nasution yang berjudul “Penerapan Pendekatan CTL Dalam E-learning Berbasis Weblog Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa penerapan pendekatan CTL dalam e-learning berbasis weblog memberikan peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa lebih tinggi dari pada penerapan pendekatan CTL tanpa e-learning berbasis weblog [1].

Penelitian lain dari Selvi Yulindha yang berjudul “Penerapan Metode CTL Berbantuan Open Meeting Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Belajar TIK Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Beji”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran dengan metode CTL berbantuan Open Meeting mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan TIK siswa [2].

(10)

3

media pembelajaran dan pengukuran peningkatan motivasi belajar siswa di kelas. Diharapkan melalui penelitian ini dengan menerapkan model CTL berbantuan Schoology dapat meningkatkan motivasi belajar pada pembelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar [3]. Pembelajaran mempunyai komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu (1) tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran [4]. (2) Siswa adalah orang yang datang kesuatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari ilmu pengetahuan [5]. (3) Guru adalah figur yang berperan sebagai menejer, motivator, dan fasilitator, yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa [6]. (4) Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar [7]. (5) Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya [8]. (6) Media pembelajaran adalah salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan [9]. Salah satu masalah dalam pembelajaran adalah kurangnya motivasi belajar siswa.

Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan [12]. Pembelajaran akan kondusif jika guru menerapkan metode atau model yang membuat motivasi belajar siswa meningkat sehingga aktif dalam pembelajaran. Model CTL dianggap tepat untuk diterapkan guna membuat motivasi belajar siswa meningkat dan aktif dalam pembelajaran.

Model CTL (Contextual Teaching Learning) adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam mengembangkan kemampuan kemampuan yang dimilikinya sekaligus menerapkan dan mengkaitkan dengan dunia nyata. Macam-macam prinsip CTL yang harus diciptakan oleh guru, yaitu menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment) [10]. Selanjutnya yang dilakukan siswa dalam pembelajaran adalah inquiry, learning community (berdiskusi dalam kelompok masing-masing) dan authentic assesment. Perlunya pembaharuan media pembelajaran juga harus dilakukan oleh guru guna mendukung model CTL. Schoology dianggap tepat diterapkan untuk mendukung model CTL, karena fitur-fiturnya sama seperti kelas dunia nyata.

(11)

4

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu sebuah upaya mendeskripsikan fenomena yang terjadi dikelas IX-A SMP N 1 Tengaran Semarang dalam pembelajaran TIK pada saat penelitian. Lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Tengaran Semarang, Jalan Masjid Besar, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Subyek dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran TIK dan siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang yang berjumlah 32 anak. Pemlilihan kelas IX-A atas rekomendasi dari guru TIK. Menurut informasi dari guru TIK, kelas IX-A merupakan salah satu kelas yang kurang termotivasi dalam pembelajaran. Sasaran penelitian ini adalah penerapan model CTL berbantu Schoology untuk meningkatkan motivasi belajar khususnya pada mata pelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi.

Instrumen dalam penelitian ini berupa observasi dan hasil wawancara. Observasi digunakan untuk mengamati peningkatan atau penurunan motivasi siswa dalam penerapan model CTL berbantuan Schoology pada pembelajaran TIK. Sedangkan hasil wawancara digunakan sebagai data pendukung guna memperkuat hasil data observasi. Beberapa aspek dan pernyataan yang akan digunakan dalam lembar observasi motivasi pembelajaran dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Aspek tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model CTL berbantuan Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang.

Tabel 1. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa (Sardiman) [12]

No Aspek Pernyataan

1 Tekun menghadapi tugas Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan cara mencari atau menelaah materi pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok.

2 Ulet menghadapi kesulitan Siswa tidak mudah putus asa dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 3 Menunjukan minat terhadap

macam-macam masalah untuk orang dewasa

Siswa bekerja secara kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

4 Lebih senang bekerja

mandiri Siswa berusaha mengerjakan soal/ kuis sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 5 Cepat bosan dengan tugas

rutin Siswa semangat dengan tugas yang diberikan oleh guru. 6 Dapat mempertahankan

pendapatnya Siswa berani mengeluarkan pendapatnya beserta alasan saat diskusi maupun menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi pembelajaran.

7 Senang mencari dan

memecahkan soal-soal Siswa bertanya dengan guru atau mencari sendiri dari berbagai sumber untuk memecahkan soal-soal yang belum dipahami.

(12)

5 yang mengenal schoology?”

 Guru menyampaikan tema tujuan pembelajaran

 Siswa menjawab pertanyaan dari guru

 Siswa menyiapkan bahan-bahan yang diperluakan dalam pembelajaran

Inti (60 menit)

Eksplorasi

Guru memperkenalkan dan menjelaskan schoology serta fitur-fitur yang ada didalamnya

Guru meminta siswa untuk membuat kelompok 3-4 orang dalam satu kelompok (learning community)

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa membuat kelompok (learning community)

Elaborasi

 Guru meminta siswa untuk membuat

accountstudentschoology

Siswa mengikuti arahan guru untuk masuk kedalam courses schoology

Konfirmasi  Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui mengenai media schoology (reflection)

 Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham

Penutup (10

menit)  Guru menarik kesimpulan

Pertemuan 2

Pendahuluan (10 menit)

 Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learing community)

 Guru bertanya kepada siswa

(questioning): “Sebutkan pengertian ukuran kecepatan akses internet?”

Guru menyampaikan tema tujuan pembelajaran

 Siswa berkumpul sesuai kelompoknya (learing community)

 Siswa menjawab pertanyaan guru

Siswa menyiapkan bahan-bahan yang diperluakan dalam pembelajaran

Inti (60 menit)

Eksplorasi

Guru menjelaskan pengertian ukuran kecepatan akses internet

 Guru meminta siswa untuk mencari informasi mengenai komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dari berbagai sumber (inquiry)

Siswa memperhatikan penjelasan guru

 Siswa mencari informasi tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dari berbagai sumber dalam kelompoknya (inquiry)

Elaborasi

 Guru menanyakan hasil eksplorasi mengenai komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data

 Guru berdiskusi dengan siswa tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data (learing community)

 Guru memberi contoh gambar

(modelling) tentang materi komponen-komponen yang

 Siswa melaporkan hasil pencarian komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data

 Mendiskusikan dan mengadakan tanya jawab

Siswa melihat contoh gambar di

(13)

6

mempengaruhi kecepatan transfer data di coursesSchoology

Konfirmasi  Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui tentang materi pembelajaran yang didiskusikan (reflection)

 Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham

Penutup (10

menit) Guru menarik kesimpulan

Pertemuan 3

Pendahuluan (10 menit)

 Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learing community)

 Guru mereview materi pada pertemuan sebelumnya

Guru bertanya kepada siswa

(questioning): “Sebutkan macam-macam kecepatan akses internet?”

 Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran

 Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya (learing community)

 Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa menjawab pertanyaan dari guru

Siswa menyiapkan bahan-bahan yang diperluakan dalam pembelajaran

Inti (60 menit)

Eksplorasi

 Guru meminta siswa untuk mencari informasi macam-macam kecepatan akses internet dari berbagai sumber

(inquiry)

 Siswa mencari informasi macam-macam kecepatan akses internet

(inquiry)

Elaborasi

 Guru menanyakan hasil eksplorasi tentang macam-macam kecepatan akses internet

Guru berdiskusi dengan siswa

(learing community) tentang macam-macam akses internet (hasil eksplorasi)

Guru menyebutkan macam-macam kecepatan akses internet yang telah dishare di courses Schoology

Guru menunjukkan gambaran dari Dial-up melalui jalur PSTN, ADSL, GPRS, dan 3G di courses schoology (modelling)

 Siswa melaporkan hasil eksplorasi tentang macam-macam kecepatan akses internet

Siswa berdiskusi dan mengadakan tanya jawab

Siswa memperhatikan penjelasan guru dan membuka materi yang dishare di coursesschoology

 Siswa melihat gambaran Dial-up melalui jalur PSTN, ADSL, GPRS, dan 3G di schoology

Konfirmasi Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui tentang materi pembelajaran yang didiskusikan (reflection)

Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham

Penutup (10

menit)  Guru menarik kesimpulan

Pertemuan 4

Pendahuluan (10 menit)

Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learing community)

Guru mereview materi pada pertemuan sebelumnya

 Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran

Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya (learing community)

Siswa memperhatikan penjelasan guru

(14)

7 Inti (60

menit)

Eksplorasi

Guru meminta siswa untuk mencari informasi Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel dari berbagai sumber (inquiry)

Siswa mencari informasi Wi-Fi,

Wireless Broadband, LAN, TV-kabel dari berbagai sumber (inquiry)

Elaborasi

Guru menanyakan hasil eksplorasi tentang Wi-Fi, Wireless Broadband,

LAN, TV-kabel

Guru berdiskusi dengan siswa

(learing community) tentang Wi-Fi,

Wireless Broadband, LAN, TV-kabel

 Guru memberikan ilustrasi di

Schoology (modelling) Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel di courses Schoology

 Guru memberi soal kepada siswa di

courses Schoology (authentic assessment)

Siswa melaporkan hasil eksplorasi tentang Wi-Fi, Wireless Broadband,

LAN, TV-kabel

Siswa berdiskusi dan mengadakan tanya jawab

 Siswa melihat dan memperhatikan ilustrasi (modelling) di courses Schoology

Siswa mengerjakan soal (authentic assessment) di coursesSchoology

Konfirmasi Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui tentang materi pembelajaran yang didiskusikan (reflection)

Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham

Penutup (10

menit) Guru menarik kesimpulan

Keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif demi kevalidan dan tingkat kepercayaan data yang telah terkumpul. Keabsahan data yang dipakai adalah teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, baik secara teknik maupun sumber yang digunakan. Triangulasi yang dipakai adalah triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan memeriksa kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber-sumber data [13]. Triangulasi dengan sumber-sumber dapat dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi secara deskriptif. Data hasil observasi dapat dianalisis dengan cara, (a) Menghitung banyaknya siswa dalam kelas yang termotivasi (melaksanakan aspek motivasi yang diamati) pada saat pembelajaran berlangsung. Selanjutnya prosentase siswa “PS” yang termotivasi dihitung dengan rumus:

= × 100% [14]

(b) Setelah diketahui prosentase siswa yang termotivasi, selanjutnya dimasukkan kedalam lembar observasi. Tahap selanjutnya, untuk mencari total prosentase “TP” hasil observasi dihitung dengan rumus:

(15)

8

(c) Langkah selanjutnya, total prosentase yang diperoleh dari hasil observasi dimasukkan kedalam kriteria motivasi belajar.

Tabel 3. Kriteria Motivasi Belajar [14]

Prosentase Motivasi Kriteria

76 % s/d 100 % Sangat Baik 51 % s/d 75 % Baik

26% s/d 50 % Cukup 0 % s/d 25 % Kurang

Analisis kualitatif dilakukan dengan teknik interactive model analysis [15]. Teknik analisis model interaktif terdiri beberapa tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian, dan kesimpulan (verfikasi). Empat komponen membentuk sebuah siklus yang saling berinteraksi dan prosesnya berjalan bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data.

Gambar 1. Interactive Model Analysis Miles dan Huberman 4. Hasil dan Pembahasan

(16)

9

bertanya dengan temannya yang memperhatikan penjelasan guru. Akibatnya suasana kelas menjadi gaduh, hal ini yang menyebabkan guru kesulitan mengontrol kelas dan tidak menutup kemungkinan guru harus berteriak untuk mengkondisikan kelas kembali tenang. Setelah kegiatan inti selesai masuk dalam kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung, kemudian memberikan tugas atau “PR” (Pekerjaan Rumah) bila diperlukan dan menutup pertemuan dengan memimpin do’a. Pengamatan aspek motivasi sebelum dilakukan penerapan model dan media yaitu pada saat pembelajaran konvensional berlangsung mencapai 25%. Pengamatan aspek motivasi sesudah penerapan model dan media mencapai 84,36%, selanjutnya akan dideskripsikan per aspek yang diamati pada pertemuan kedua sampai dengan pertemuan keempat. Hasil pengamatan (observasi) motivasi siswa sebelum dan sesudah penerapan model dan media dapat ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Observasi Motivasi siswa

No Aspek Pernyataan Prosentase

Sebelum Sesudah

1 Tekun menghadapi

tugas Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan cara mencari atau menelaah materi pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok.

31,25% 75%

2 Ulet menghadapi

kesulitan Siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru. 21,875% 90,625% 3 Menunjukan minat

terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa

Siswa bekerja secara kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

21,875% 100%

4 Lebih senang

bekerja mandiri Siswa mengerjakan soal/ kuis berusaha sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi pembelajaran.

34,375% 81,25%

7 Senang mencari dan memecahkan soal-soal

(17)

10

Pertemuan pertama yaitu, (1) siswa diberi pertanyaan (questioning) “Adakah dari kalian yang mengenal Schoology?”. Questioning bertujuan untuk menggali rasa ingin tahu siswa tentang apa itu Schoology, sebab pengetahuan seseorang itu bermula dari bertanya. Setelah memunculkan rasa ingin tahu siswa terhadap schoology, kemudian guru menjelaskan konsep Schoology beserta fitur-fitur yang ada didalamnya. (2) Guru meminta siswa untuk membuat kelompok (learning community), masing-masing kelompok berjumlah 3-4 siswa. Kegiatan learning community bertujuan untuk menciptakan suasana diskusi dalam kelas, sehingga terjadi interaksi antara teman satu kelompoknya, antar kelompok dan guru. Setelah pembentukan kelompok, siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya dan membuat account student. Ditemukan masalah saat pembuatan account yaitu siswa menuliskan nama tidak sesuai dengan nama aslinya. Guru meminta siswa untuk merubah nama sesuai nama asli. Foto siswa sedang membuat account dapat ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Foto siswa sedang membuat account Schoology

(18)

11

luar jam pembelajaran tidak dimungkinkan, karena sebagian siswa bertempat tinggal di pelosok desa dan tidak mempunyai layanan internet.

(19)

faktor-12

faktor yang menentukan bandwidth dan troughput. Permodelan dari komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Permodelan Bandwidth Gambar 4. Permodelan Throughput

(6) Setelah guru memberi contoh gambar melalui Schoology, kemudian pada tahap refleksi (reflection) guru mengulas kembali materi yang telah disampaikan. Kegiatan refleksi materi yang telah disampaikan, beberapa dari siswa masih bingung dengan materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Ditemukan saat guru mengamati aspek pencapaian motivasi yaitu senang mencari dan memecahkan soal-soal, siswa tidak bertanya dengan guru. Padahal beberapa diantara siswa masih kebingungan dan belum paham betul dengan materi yang didiskusikan, sehingga guru harus menunjuk salah satu siswa untuk berani bertanya. Selanjutnya guru menjelaskan bagian-bagian yang belum dipahami siswa. Guru memberi kesimpulan dari pembelajaran pada pertemuan kedua.

(20)

13

Gambar 5. Kegiatan Inquiry

(4) Guru berdiskusi (learning community) dengan siswa untuk membahas materi tentang macam-macam kecepatan akses internet. Materi tersebut berisi dial-up melalui jalur PSTN (Public Switched Telephone Network), ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line), GPRS (General Packet Radio Service), dan 3G ( third-generation technology). (5) Selanjutnya guru menjelaskan materi yang telah di diskusikan bersama, kemudian siswa ditunjukan contoh gambar dari materi tersebut supaya lebih mengerti (modelling). (6) Langkah selanjutnya adalah guru memberi refleksi (reflection) terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa bertanya dengan guru terkait materi pembelajaran yang belum dimengerti. Pengamatan aspek motivasi yang dilakukan oleh guru saat kegiatan refleksi yaitu senang mencari dan memecahkan soal-soal, membuat siswa termotivasi untuk berani bertanya terkait dengan materi pembelajaran yang belum dimengerti. Selanjutnya guru memberi kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

(21)

14

memahami materi pembelajaran per individu. Contoh kuis yang dikerjakan siswa dalam Schoology dapat ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Contoh kuis

Ditemukan masalah kembali saat kegiatan authentic assessment berlangsung, siswa bingung bagaimana cara mengerjakan kuis dalam Schoology. Sehingga guru harus menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah cara mengerjakan soal di Schoology. Pengamatan aspek pencapaian motivasi yang dilakukan oleh guru saat kegiatan authentic assessment/ kuis yaitu lebih senang bekerja sendiri, ditemukan siswa mengerjakan kuis sendiri dan tidak mencontek dengan temannya. Selesai mengerjakan kuis, beberapa siswa senang dan ada juga yang kecewa dengan hasil akhir dari kuis yang dikerjakan. Setelah diketahui hasil kuis yang dikerjakan, guru mudah untuk melakukan langkah selanjutnya, seperti refleksi kembali bagian-bagian yang dianggap sulit siswa atau remidial untuk memperbaiki nilai yang masih kurang. (6) Tahap selanjutnya guru memberi refleksi (reflection) terhadap materi yang telah dibahas. Siswa bertanya dengan guru terkait dengan pertanyaan kuis yang dianggap sulit. Guru menjelaskan dan mengulas kembali materi pembelajaran terkait dengan pertanyaan dari siswa. Seperti pada pertemuan ketiga saat kegiatan refleksi, siswa termotivasi untuk berani bertanya dengan guru mengenai pertanyaan-pertanyaan yang belum dipahami siswa. Setelah kegiatan refleksi selesai guru memberi kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

(22)

15

prosentase menunjukkan <75%. Sesuai yang dikatakan oleh Mulyasa, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik dari segi fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran [16]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model CTL berbantu Schoology berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa.

Wawancara dilakukan kepada guru TIK dan siswa saat sesudah penerapan model dan media. Pertanyaan wawancara dengan guru TIK yaitu (1) Bagaimana menurut guru TIK tentang penerapan model CTL berbantuan Schoology dalam pembelajaran TIK dikelas (2) Apakah guru TIK tertarik menerapkan model CTL dan media Schoology pada pembelajaran TIK. Pertanyaan wawancara dengan siswa yaitu “Bagaimana tanggapan siswa tentang penerapan model CTL berbantuan Schoology pada pembelajaran TIK”. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil wawancara

Guru TIK 1. Penerapan model dan media ini sangat memudahkan guru untuk menjelaskan materi pembelajaran siswa. Siswa antusias dan lebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional.

2. Guru TIK tertarik untuk menerapkan model CTL dan media Schoology

pada tahun ajaran baru.

Siswa Siswa lebih menyukai cara penyampaian dengan model CTL dan media

Schoology dibandingkan dengan guru berceramah di kelas.

5. Simpulan dan Saran

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model CTL berbantu schoology pada pembelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil observasi menggunakan metode secara konvensional menunjukkan 25%, sedangkan model CTL berbantuan Schoology menujukkan 84,36%. Dilihat dari kriteria motivasi belajar, total prosentase 25% berada dalam kriteria kurang, sedangkan 84,36% berada dalam kriteria sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan model CTL berbantuan Schoology berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa.

(23)

16

6. Daftar Pustaka

[1] Nasution, Hamidah Hannum. 2013. Penerapan Pendekatan CTL Dalam E-learning Berbasis Weblog Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi. Medan: FMIPA UNIMED.

[2] Yulindha, Selvi. 2012. Penerapan Metode CTL Berbantuan Open Meeting Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Belajar TIK Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Beji. Malang: Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

[3] UU RI No.20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dep Pendidikan Nasional.

[4] Daryanto, H. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

[5] Khan, Shafique, A. 2005. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali. Bandung: CV Pustaka Setia.

[6] Yamin, Martinis & Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.

[7] Djamarah, B. S. & Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka cipta.

[8] Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. [9] Daryanto. 2011. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting Dalam

Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

[10] Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

[11] Amiroh. 2013. Antara Moodle, Edmodo dan Schoology. http://amiroh.web.id/antara-moodle-edmodo-dan-schoology. 13 Maret 2015.

[12] Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[13] Moleong, Lexy, J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

[14] Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka.

[15] Rohidi, Tjetjep, Rohendi. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gambar

Tabel 1. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa (Sardiman) [12]
Tabel 2. Desain Pembelajaran
Tabel 3. Kriteria Motivasi Belajar [14]
Tabel 4. Hasil Observasi Motivasi siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis, karena jumlah konsumsi hampir sama walaupun harga mahal

Finally, whereas after Rogoff (1985a) the literature has put a lot of emphasis on the politics of Central Bank independence, our results document fairly consistent empirical

Dengan demikian, Perangkat Pembelajaran Berbasis Multimedia pada Materi Menulis Teks Prosedur yang dikembangkan telah valid, praktis, dan efektif dan dapat

Setelah mendapatkan hasil dari beberapa uji di atas, penulis dapat memberikan argumentasi bahwa alur transmisi moneter melalui jalur harga aset syariah (yang

Kedua, pada grup facebook Yusuf Lubis Bupati Pasaman lebih mengutamakan kalimat menyatakan dan memuji sehingga pengguna facebook menggunakan kalimat yang bermaksud

Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor

[r]

Scheinders (dalam Desmita, 2011) juga menyebut penyesuaian diri (adjusment) pada prinsipnya adalah suatu proses yang mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana