• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. Gambaran Umum Legal Standing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. Gambaran Umum Legal Standing"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LEGAL STANDING

(Hak Gugat Organisasi Lingkungan)

I. Gambaran Umum Legal Standing

o Standing dapat diartikan secara luas yaitu akses orang perorangan, kelompok/organisasi di pengadilan sebagai Pihak Penggugat. Adapun pengertian Standing kelompok masyarakat yang bertindak untuk mewakili kepentingan umum (publik) dan kepentingan lingkungan.

Hak gugat organisasi lingkungan merupakan salah satu bagian dari hukum standing (standing law) yang berkembang banyak dibelahan dunia dan pada dasanya dapat dipilah menjadi :

a. Hak Gugat Warga Negara (Citizen Suit) ;

Bahwa warga negara tidak perlu membuktikan dirinya atau mereka memiliki kepentingan hukum atau pihak yang mengalami kerugian riil. Citizen suit ini banyak diatur dalam peraturan perundangan lingkungan di : (1) Amerika Serikat ; Clean Air Act (pasal 304), Clean Water Act (pasal 505), Comprehensive Environmental Response, Resource Conservation and Recovery Act (RCRA pasal 310) yang menjamin secara hukum bahwa setiap orang dapat meminta pemerintah di pengadilan untuk menjalankan kewajiban yang diwajibkan oleh undang‐undang. Bahkan setiap orang juga dapat bertindak sebagai penuntut umum untuk mengajukan tuntutan pidana lingkungan dalam bentuk pidana denda dalam hal penuntut umum negara (public prosecutor) tidak menjalankan tugasnya, (2) India ; Pengertian standing dikategorikan dalam 3 bentuk yaitu :‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐

2.1. Private/citizen prosecution (pasal 19 Environmental Protection Act) 2.2. Citizen stading

Hak gugat warga negara mengatasnamakan dirinya sebagai pembayar pajak atau warga negara yang haknya dijamin dalam konstitusi untuk mempersoalkan pelanggaran konstitusi atau peraturan perundangan.

2.3. Representative standing

Hak gugat warga negara atau kelompok warga negara mengatasnamakan the powerless untuk memperjuangkan hak konstitusi dan hak‐hak hukum lainnya dari orang‐orang yang diatasnamakannya

(2)

b. Hak Gugat LSM/Organisasi Lingkungan ;

Kecakapan LSM tampil dimuka pengadilan didasarkan pada suatu asumsi bahwa LSM sebagai wali (gurdian) dari lingkungan. Pendapat ini berangkat dari teori yang dikemukan oleh Profesor Cristoper Stone, dimana dalam artikelnya yang dikenal luas di Amerika Utara yang berjudul Sholud Tress Have Standing. Dalam teori ini memberikan hak hukum (legal right) kepada objek‐objek alam (natural objects) dan menurut Stone hutan, laut, atau sungai sebagai objek alam layak memiliki hak hukum dan adalah tidak bijaksana jika dianggap sebaliknya hanya karena sifatnya yang inanimatif(tidak dapat berbicara). Dalam dunia hukum sendiri sudah sejak lama mengakui hak hukum obyek inanimatif, seperti pada perseorangan, negara dan anak dibawah umur. Untuk penasehat hukum, kuasa atau walinya bertindak mewakili kepentingan hukum mereka.

o Urgensi Standing

Bahwa diterimanya pengembangan teori dan penerapan standing ini setidak‐tidaknya didasarkan pada dua :

1) Faktor Kepentingan Masyarakat Luas;

Beberapa kasus seperti kasus perlindungan konsumen dan pelestarian daya dukung lingkungan adalah kasus‐kasus publik yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, dengan kasus ini akhirnya mendorong lahirnya dan tumbuhnya organisasi – organisasi advokasi seperti Sierra Club Defense Fund (USA), Pollution Probe (Kananda), Environmental defenders Office (Australia), YLBHI, YLKI, Walhi (Indonesia).

Bahwa selain untuk kepentingan masyarakat organisasi ini efektif dalam mendorong pembaruan kebijak dan merubah sikap serta perilaku birokrasi dan kalangan penguasa melalui tekanan‐tekanan (pressures) yang dilakukan .Salah satu tekanan yang dapat dilakukan dalam kerangka negara hukum (rule of law) adalah melalui gugatan di Pengadilan.

2) Faktor Penguasaan Sumber Daya Alam oleh Negara ;

Berkenaan dengan kasus‐kasus sumber daya alam, objek sumber daya alam (sungai, hutan dan mineral atau tambang) biasanya secara konstitusional dikuasai oleh negara. Penguasaan oleh negara mengandung koensekuensi bahwa sifat keberlanjutan sumber daya alam lebih banyak ditentukan dan bergantung pada konsekuensi,

(3)

aktifisme, dan keberanian pemerintah sebagai aparatur negara, tetapi dalam prakteknya sering kali mengabaikan kewajibannya untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dengan tidak menerapkan perijinan atau menjalankan atau menjalankan fungsi pengawasan.

II. Legal Standing di Indonesia

Di Indonesia pada saat itu ada beberapa kasus legal standing LSM dalam gugatan perdata di pengadilan, gugatan ini menarik pada saat dilakukan karena hukum positif yang berlaku (tertulis) belum mengatur mengenai gugatan standing. Adapun kasus‐kasus tersebut seperti :

1. Walhi v Inti Indorayon Utama;

Dasar yang diberikan dalam pertimbangan hukum bersifat pokok yang menjadi dasar pemberian standing adalah :

1. Hak atas setiap orang lingkungan yang baik dan sehat;

Yaitu terpeliharanya lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem yang baik dan sehat, merupakan tanggungjawab yang menuntut peran serta setiap anggota masyarakat

2. Ha dan kewajiban setiap orang berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup;

Yaitu bahwa setiap orang mempunyai kewajiban untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan.

3. Hak‐hak subjektif melahirkan hak untuk menuntut secara hukum agar hak‐hak tersebut dihormati;

Yaitu bahwa hak subjektif memberikan hak kepada pemiliknya untuk menuntut melalui prosudur hukum termasuk melalui pengadilan.

2. Walhi v Kejaksaan Negari Mojokerto;

Jika kita melihat dari kasus ini dimana pertimbangannya yaitu : 2.1) Adanya keterkaitan pihak ketiga yang berwenang ;

2.2) LSM sebagai penunjang pengelolaan lingkungan hidup dan hal ini merujuk pada putusan majelis hakim dalam kasus Walhi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ;

3. Walhi v Presiden RI;

Dalam menetapkan hak standing LSM dalam kasus ini, Majelis hakim menetapkan kriteria sebagai berikut :

3.1. bahwa tujuan organisasi tersebut adalah benar‐benar melindungi lingkungan hidup atau menjaga kelestarian alam, dimana tujuan

(4)

tersebut harus tercantum dan dapat dilihat dalam AD organisasi yang bersangkutan ;

3.2. bahwa organisasi yang bersangkutan haruslah berbentuk badan hukum ataupun yayasan;

3.3. bahwa organisasi tersebut haruslah secara berkesinambungan menunjukan adanya kepedulian terhadap lingkungan hidup yang nyata di masyarakat;

3.4. bahwa orang tersebut harus cukup representatif;

III.Prosudure Pengajuan dan beracara Legal Standing

a) Prosudure Pengajuan Legal Standing :

Dalam mengajukan suatu gugatan ini tentunya haruslah secara tertulis yang ditujukan kepada Ketua Pegadilan Negeri diwilayah hukum tergugat dan kemudian gugatan ini daftarkan di Kepaniteraan Perdata (PN) untuk mendapatkan nomor register perkara. Namun sebelum itu penggugat haruslah menyetor sejumlah uang perkara (besarnya tergantung jumlah Tergugat) dan apabila dalam mengajukan gugatan ini diberikan kuasa kepada seorang/beberapa advokat tentunya harus dibarengi dengan surat kuasa untuk mewakili kepentingan Penggugat di Pengadilan.

Setelah gugatan didaftarkan dan mendapatkan nomor register perkara maka Pengadilan akan mempelajari kelengkapan dari gugatan tersebut, setelah itu Ketua PN akan membuatkan suatu penetapan majelis hakim dalam gugatan ini yang terdiri 3 hakim ( satu ketua majelis dan dua anggota majelis) dengan didampingi satu (1) orang panitera penganti. Dalam rentang waktu yang cukup dengan melihat jadwal di pengadilan maka kemudian pengadilan menetapkan hari sidang yang kemudian memanggil pihak‐pihak (Penggugat dan Tergugat) untuk hadir sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan.

b) Beracara Legal Standing :

Bagimana beracara dalam legal standing ini tentunya kita merujuk pada ketentuan yang telah diatur dalam UU No. 23 tahun 1997 Pasal 39 yang mnenyebutkan : “Tata cara pengajuan gugatan dalam masalah lingkungan

hidup oleh orang, masyarakat, dan/atau organisasi lingkungan hidup mengacu

pada Hukum Acara Perdata yang berlaku’.

(5)

Proses pertama yang dilakukan oleh majelis hakim dalam persidangan ini adalah mencoba memeriksa kelengkapan administrasi baik itu penggugat maupun tergugat berkenaan dengan surat kuasa maupun surat ijin (advokat)serta melakukan pengecekan secara cermat apa semua penggugat (kuasanya) dan Tergugat (kuasanya) sudah hadir pada persidangan, jika belum lengkap maka majelis hakim akan menunda sidang untuk memangil kembali seluruh pihak termasuk yang tidak hadir dipanggil kembali untuk menghadap pada hari dan waktu yang ditetapkan dalam persidangan pertama. Jika pada sidang kedua hal yang sama berlaku maka persidangan ditunda kemabli, baru pada pemanggilan ketiga ada para pihak tidak hadir maka proses persidangan dilanjutkan (sudah dipanggil secara patut).

1. Penetapan

Setelah pemanggilan secara patut telah dilakukan maka persidangan dilanjutkan dengan hakim meminta bukti‐bukti dari penggugat berkenaan dengan AD dan dokument pendukung seperti jursprudensi maupun penetapan maupun putusan yang pernah diajukan oleh Pengugat, setelah menyerahkan bukti tersebut maka majelis hakim mencoba mempelajari untuk melihat apakah penggugat mempunyai kompetensi melakukan hak gugat, dan pembuktian dilakukan oleh hakim dengan merujuk pada UU No. 23 tahun 1997 pasal 38 ayat (3) dengan melihat gugatan apabila memenuhi persyaratan :‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐

i. Berbentuk badan hukum atau yayasan

ii. Dalam anggaran organisasi lingkungan hidup yang bersangkutan menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

iii. Telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasar

Maka apabila dalam penetapannya majelis hakim berpendapat bahwa penggugat mempunyai hak gugat organisasi maka sidang dilanjutkan.

2. Perdamaian

Dalam penyelesaian suatu kasus putusan pengadilan bukan hanyalah salah satu cara dalam penyelesaian perselisian untuk itu pada proses ini kedua ini hakim memberikan waktu kepada para pihak untuk melakukan perdamaian.

(6)

3. Pembacaan Gugatan (eksepsi, replik dan duplik)

Rentang waktu yang cukup untuk melakukan perundingan antar para pihak jika tidak ditemukan kata sepakat dan atau penyelesaian dengan perdamaian maka pada sidang ini diberikan waktu kepada penggugat untuk membacakan gugatannya dipersidangan. Pada proses ini tergugat akan diberikan waktu untuk memberikan jawaban, kemudian Penggugat juga menanggapi dengan replik atas jawaban tergugat serta tergugat menanggapi replik dengan duplik.

4. Putusan Sela

Dari hasil jawab‐menjawab secara tertulis yang dilakukan oleh para pihak (penggugat dan tergugat) maka hakim membuat putusan sela, yaitu dengan melihat dalil‐dalil yang disampaikan para pihak dan tentunya dengan landasam hukum yang menjadi pijakan hakim selain dari pengetahuanya. Maka apabila putusan selah apa yang didalilkan tergugat diterima maka persidangan dihentikan dan jika sbaliknya maka proses akan dilanjutkan.

5. Pemeriksaan alat bukti : bukti surat, saksi‐saksi, saksi ahli, dll.

Pada fase ini tentunya diberikan pertama kali untuk membuktikan dalil‐dalilnya adalah pada penggugat yaitu dengan mengajukan bukti surat‐surat yang mendukung dalil‐dalil dalam gugatan, kemudian selanjutnya dibebankan pada tergugat melakukan hal yang sama untuk melemahkan dalil‐dalil tergugat. (saksi‐saksi. Saksi ahli didahulukan penggugat).

6. Kesimpulan

Setelah proses pembuktian selesai maka para pihak membuat sautu kesimpulan secara tertulis, kesimpulan ini diambil dari dalil, bukti surat maupun keterangan saksi/ahli dengan satu kesimpulan yang mendukung dalil‐dalil (penggugat/tergugat).

7. Putusan

Setelah diberikan waktu yang cukup untuk majelis hakim mempelajari seluruh materi dalam proses persidangan maka selanjutnya hakim akan membuat suatu putusan atas perkara yang diajukan oleh penggugat, putusan tersebut dengan dilakukan dengan membuat seluruh uraian (gugatan,jawaban,

(7)

replik, duplik, bukti surat, saksi/ahli) dan akhirnya membuat pertimbangan hukum, dengan pertimbangan hukum ini apakah dalam putusannya menetapkan menerima seluruhny, sebagian ataupun menolak dalil‐dalil pengugat.

IV.Perbedaan antara Legal Standing, Class Action dan Citizen

Lawsuit

Yang dimaksud dengan pengertian standing kelompok masyarakat yang bertindak untuk dan mewakili kepentingan publik dan kepentingan lingkungan, dan kepentingan hukum disini biasanya dikaitkan dengan kepentingan kepemilikan (proprietary interest) atau kerugian yang dialami langsung oleh Penggugat (injury in fact). Istilah standing dapat diartikan secara luas yaitu akses orang‐perorangan ataupun kelompok/organisasi di pengadilan sebagai pihak Penggugat

Sedangankan yang dimaksud dengan Class Action (Gugatan Perwakilan Kelompok) adalah suatu tata cara pengajuan gugatan, dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri‐sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok dimaksud.

Perwakilan kelompok dapat dibagi dalam :‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1. Wakil kelompok yaitu satu orang atau lebih yang menderita kerugian

yang mengajukan gugatan dan sekaligus mewakili kelompok orang yang lebih banyak jumlahnya.

2. Anggota kelompok yaitu sekelompok orang dalam jumlah banyak yang menderita kerugian yang kepentingannya diwakili oleh wakil kelompok di pengadilan

3. Sub kelompok yaitu pengelompokan anggota kelompok ke dalam kelompok yang lebih kecil dalam satu gugatan berdasarkan perbedaan tingkat penderitaan dan / atau jenis kerugian.

Kemudian yang dimaksud dengan Citizen Lawsuit yaitu gugatan yang memperjuangkan kepentingan publik karena negara tidak melakukan kewajibannya untuk melindungi hak asasi manusia. Selanjutnya untuk melihat pihak‐pihak mana saja yang dapat digugat dalam tiga bentuk gugatan tersebut dapat kita bandingkan dalam tabel berikut :

(8)

Tabel perbedaan antara Legal Standing, Class Action dan Citizen Lawsuit ;

Bentuk Gugatan

Penggugat Tergugat Tuntutan Keterangan

Legal Standing ‐ ‐ Badan Hukum Ngo/LSM 1. Pemerintah 2. Perusahan 3. Badan hukum 4. Individu Pemulihan Lingkungan dll Harus sesuai dengan tujuan organisasi dalam Anggaran Dasar Class Action ‐ ‐ Individu Kelompok masyarakat 1. Pemerintah 2. Perusahan 3. Badan hukum 4. Individu ‐ Pemulihan Keadaan lingkungan dll ‐ Ganti rugi Mengalami kerugian langsung maupun berpotensi mengalmi kerugian Citizen Lawsuit ‐ ‐ ‐ ‐ individu Kelompok Masyarakat Badan Hukum Ngo/LSM

Pemerintah Ganti rugi

maupun pemulian suatu keadaan

Gambar

Tabel perbedaan antara Legal Standing, Class Action dan Citizen Lawsuit ;

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa gunung yang penting di kawasan negara tetangga adalah Gunung Tahan dan Gunung Kinabalu (di Malaysia); Gunung Mayon dan Gunung Apo (di Filipina); Gunung Doi Ithanon

Memahami perkembangan wilayah Indonesia kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara serta benua-benua.. Membandingkan kenampakan alam dan keadaan

kekuatan yang telah dimiliki setiap orang itu bisa dikelola dengan baik, maka sangat membantu dalam mengenalkan seseorang pada dirinya sendiri yang selanjutnya bisa

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi oleh penulis baik meteril maupun moril, oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa

Menurut Boer Mauna Penduduk adalah sekumpulan individuindividu yang terdiri dari dua kelamin tanpa memandang suku, bangsa, agama, dan kebudayaan, yang hidup dalam suatu

b) Hepatitis C (HCV).. Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang masuk ke sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan material yang terdapat dalam sel

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Latihan Aerobic Intensitas Ringan dan Sedang