• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN MASALAH SEHARI-HARI MENGGUNAKAN ATURAN KOSINUS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN MASALAH SEHARI-HARI MENGGUNAKAN ATURAN KOSINUS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN MASALAH SEHARI-HARI MENGGUNAKAN ATURAN KOSINUS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DI KELAS X MIA SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Wajib Pandia *) Devi Nursela Br Ginting**)

*) Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Univ. Quality Medan **) Alumni Mahasiswa Prodi Matematika FKIP Univ. Quality Medan

ABSTRAK

Matematika merupakan pelajaran penting untuk perkembangan pola pikir siswa. Kemampuan siswa dalam pelajaran matematika masih rendah. Kegiatan pembelajaran berfokus kepada guru dan siswa menjadi bosan dalam pelajaran matematika. Untuk itu dilakukan penelitian judul “kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di kelas X MIA SMA Negeri15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, untuk mengetahui kemampuan siswa dengan pembelajaran konvensional serta mengetahui mana lebih baik kemampuan siswa setelah dilaksanakannya perbaikan pembelajaran dalam aturan kosinus. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan instrumen penelitian adalah tes berbentuk uraian sebanyak tiga soal yang telah divalidasi oleh validator. Bentuk desain yang digunakan adalah Control group pretest-posttest design. Sampel penelitian ditentukan dengan cara simple random sampling sehingga diperoleh 2 kelas menjadi sampel yaitu kelas X MIA-Einstein dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA-Rutherfort dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share kelas eksperimen mendapat peridakat baik dan kemampuan siswa dengan pembelajaran konvensional kelas kontrol mendapat predikat cukup serta kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan siswa dengan pembelajaran konvensional di kelas kontrol SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci: Kemampuan, Think Pair Share, Pembelajaran Konvensional, Quasi Eksperimen, Aturan Kosinus

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 1 mendefinisikan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana unutuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan ,pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam pembangunan nasional.

Pendidikan matematika di Indonesia belum cukup baik karena masih banyak

kekurangan yang terdapat di dalamnya. Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan matematika adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan selama ini di sekolah hanya berorientasi pada guru saja. Matematika merupakan pelajaran yang memiliki peminat paling rendah dibandingkan pelajaran yang lain. Trigonometri merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang diajarkan ditingkat SMA dari kelas X sampai kelas XI. Kariadinata (2013:13) menyatakan bahwa “Trigonometri adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi trigonometri, seperti sinus, kosinus, dan tangen”. Aturan kosinus merupakan bagian dari trigonometri.

(2)

Berdasarkan observasi dan wawan-cara dengan guru matematika, masih ditemukan nilai siswa yang belum memenuhi ketuntasan kriteria minimum (KKM). Nilai KKM pada mata pelajaran matematika di SMA Negeri 15 Medan adalah 70. Salah satu penyebab kesulitan siswa dalam pembelajaran Trigonometri terutama dalam menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus adalah karena sebagian besar guru belum mampu memilih model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk pokok bahasan materi yang akan diajarkan serta model yang digunakan guru kurang bervariasi. Sehingga menyebabkan siswa merasa jenuh dan kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran trigonometri khususnya pada materi aturan kosinus adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa dan saling mengambil tanggung jawab. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan tipe Think Pair Share. Model Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa untuk berfikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Model pembelajaran ini menekankan agar siswa dapat mengembangkan potensi secara aktif dengan membuat kelompok yang terdiri dari dua orang yang akan menciptakan pola interaksi yang optimal, mengembangkan semangat kebersamaan, timbulnya motivasi serta menumbuhkan komunikasi yang efektif . Menurut penelitian Hidayat (2018:37): “kemampuan matematis yang diajarkan dengan model pembelajaran TPS lebih baik dari pembelajaran konvensional”.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di kelas X MIA-Einstein SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019.

2. Untuk mengetahui kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan pembelajarann konvensional di kelas X MIA-Rutherfort SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019.

3. Untuk mengetahui kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di kelas X MIA-Einstein lebih baik dari pada kemampuan siswa dengan pembelajaran konvensional di kelas X MIA-Rutherfort SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan suatu kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila dapat melakukan sesuatu yang harus dilakukan. Hamzah (2015:78) menyatakan bahwa “kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mendedikasikan cara-cara berperilaku atau berfikir dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam waktu yang lama”. Menurut Uno (2015:78) : “kemampuan adalah kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang yang mendedikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam waktu lama”. Arikunto (2015:20) menyatakan bahwa “Kepandaian seseorang dapat diukur melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal, dalam kenyataannya ada yang memiliki kemampuan umum rata-rata tinggi, rata-rata-rata-rata rendah, dan ada yang memiliki kemampuan khusus tinggi”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran yang berkaitan erat dengan kecakapan, kemampuan dan berfikir yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama 2.2 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses atau usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu pengetahuan, keterampilan, maupun tingkah laku yang baik sebagai pengalaman untuk mendapatkan kesan dari yang dipelajari. Slameto (2015:2) menyatakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi pengetahuan maupun keterampilan. Menurut Karwono dan Mularsih (2017:16) “belajar adalah upaya

(3)

yang dilakukan individu agar terjadi perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap, perolehan perubahan tersebut bukan sebagai akibat dari kematangan (maturity). Sedangkan Susanto (2016:4) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan belajar adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan maupun keterampilan serta belajar juga dapat mengubah pola pikir maupun tingkah laku kearah yang lebih baik.

2.3 Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika tidak hanya berisi tentang angka, tetapi pembelajaran matematika juga dapat meningkatkan kreatifitas berfikir siswa serta mendapatkan aspek intelektual pada diri siswa tersebut. Lestari dan Yudhanegara (2015:80) berpendapat: “pembelajaran matematika mencangkup perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti kemampuan matematis, yaitu pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperilakukan untuk dapat melakukan manipulasi matematika dan kemampuan berfikir dalam matematika”. Susanto (2016:186) menyatakan: Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Hamzah dan Muhlisrarini (2016:65) menyatakan: Pembelajaraan matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksananakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika dengan melibatkan partisipasi aktif peseta didik di dalamnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang dilakukan guru dengan melibatkan peran aktif dari siswa yang bertujuan mengembangkan ketrampilan, kemampuan terhadap materi matematika.

2.4 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan acuan bagi para pengajar dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam melangsungkan proses belajar mengajar. Lestari dan Yudhanegara (2015:37) menyatakan “model pembelajaran adalah suatu pola interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas”. Hamdayana (2016) menyatakan “Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien”. Menurut Sumantri (2015:37) “model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Ngalimun, dkk (2016:24) berpen-dapat bahwa : Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam perorga-nisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan model pembelajaran adalah suatu rancangan yang dibentuk berdasarkan implimentasi kurikulum pada proses pembalajaran yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang dapat diterapkan dalam mencapai tujuan belajar yang dengan efektif dan efesien serta dengan model pembelajaran kegiatan belajar lebih menarik, mudah dipahami dan dapat berjalan dengan baik.

2.5 Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajarn kooperatif merupkan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam prodes pembelajaran dan hasil

(4)

belajar siswa. Menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2016:220): “model pembela-jaran kooperatif adalah suatu model belajar kelompok yang melibatkan siswa untuk belajar secara kolaborasi dalam mencapai tujuan”. Rusman (2014:202) berpendapat bahwa : Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Sohimin (2016:45) menyatakan bahwa ”cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda”.

Berdasarkan beberapa pendapat ter-sebut dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menerapkan siswa secara berkelompok yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar serta siswa dtuntun untuk saling bekerja sama antar siswa.

2.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share

Think Pair Share merupakan salah satu bagian dari model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share siswa dapat aktif mengekspresikan dirinya dalam pembelajaran di kelas.

Trianto ( 2016:81) menyataka bahwa “Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempe-ngaruhi pola interaksi siswa”. Menurut Shoimin (2016:208) “Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa untuk berfikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain”. Sedangkan menurut Kurniasih dan Sani (2016:58) “model pembelajaran think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan model pembela-jaran tipe think pair share adalah suatu model pembelajaran yang dirancang secara berpasangan yang bertujuan terjadinya

interaksi dan kerjasama antar siswa serta membuat siswa berpikir dan merespon pada proses pembelajaran.

Shoimin (2016:211) menyatakan ada tiga langkah-langkah dalam model tipe think pair share yaitu:

Tahap satu, think (berpikir) : Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat ini, yaitu guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas. Pertanyaan ini hendaknya beru-pa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab dengan berbagai macam jawaban. Tahap dua, pair (berpasangan): Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mulai pertanyaan atau masalah yang diberikan guru dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaannya, dan jadwal pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis jawaban atas pemecahan masalah hasil pemikirannya.

Tahap 3, share (berbagi): Pada tahap ini secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda. 2.7 Pembelajaran Konvensional

Belajar secara konvensional adalah bentuk kegiatan belajar yang biasa dikenal yakni terjadinya interaksi antara guru, siswa dan bahan belajar dalam suatu lingkungan tertentu. Pembelajaran konvensional berpusat pada guru, artinya orang yang paling aktif di dalam pembelajaran adalah guru bukan siswa. Menurut Ida (2016:52): “pembelajaran konvensional adalah kegiatan pembelajaran yang digunakan guru secara monoton, guru hanya memberi teori, contoh soal, dan pembahasan kemudian tugas”. Sedangkan menurut Sanjaya (2016:261) “pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran”. Djamarah dalam Daryanto dan Karim (2017:117) menyatakan “Pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisonal atau disebut juga dengan metode ceramah, karena

(5)

sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam peroses belajar dan pembelajaran”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembe-lajaran konvensional adalah pembepembe-lajaran yang berpusat pada guru dan bersifat monoton, dengan peran guru sebagai pengendali terhadap pembelajaran, hal ini disebut sebagai metode ceramah, guru hanya memberi teori,contoh soal dan pembahasan kemudian memberi tugas dan siswa menerima arahan yang diberikan oleh guru dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah kemam-puan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan siswa dengan pembelajaran konvensional kelas kontrol SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil

1. Hasil Tes Awal dan Akhir

Nilai rata-rata tes awal kelas X MIA-Einstein Nilai rata-rata tes awal kelas X MIA-Rutherfort . Nilai rata-rata siswa kelas X Einstein dan X MIA-Rutherfort adalah setara.

Nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen (predikat baik), nilai rata-rata tes akhir kelas kontrol (predikat cukup) 2. Uji Normalitas Data

Hasil uji normalitas data tes awal kelas X MIA-Einstein adalah

dan kelas X

MIA-Rutherfort adalah maka dapat

dinyatakan bahwa data tes awal berdistribusi normal dengan taraf nyata  = 0,05.

Hasil uji normalitas data tes akhir kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah

dan untuk

ke-las kontrol maka

dapat dinyatakan bahwa data tes akhir berdis-tribusi normal dengan taraf nyata  = 0,05.

3. Uji Homogenitas Varians Data

Uji homogenitas varians data tes awal kelas X MIA-Einstein dan X MIA-Rutherfort diperoleh

maka dapat dinyatakan bahwa varians tes awal homogen dengan taraf nyata  = 0,05.

Uji homogenitas varians data tes akhir kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional diperoleh

maka dapat dinyatakan bahwa varians tes akhir homogen dengan taraf nyata  = 0,05. 4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis tes akhir kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional

diperoleh

maka dapat dinyatakan bahwa uji hipotesis terima dengan taraf nyata  = 0,05. 1.2 Pembahasan

Dari perhitungan statistik t

menunjukkan

maka diterima, sehingga dapat disimpulkan kemampuan siswa menyele-saikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik dari pada kemampuan siswa dengan pembelajaran konvensional di kelas X SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sujana dan Maskhopipah (2017:50-51) menyatakan bahwa : Model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, peningkatan terjadi karena proses pembelajaran siswa dihadapkan langsung dalam suasana kelas yang tidak monoton dengan diberikannya Think Pair Share, Siswa dihadapkan langsung dengan siswa yang lainnya sesuai dengan masing-masing kelompok, sehingga dapat berdiskusi dengan anggota kelompoknya, dan dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi dengan aktif,

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Syahri (2017:57) menyatakan bahwa : Keunggulan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah mampu meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, karena penggunaan model pembelajaran TPS

(6)

menuntut siswa menggunakan waktunya mengerjakan tugas atau permasalahan yang diberikan guru, sehingga siswa memahami materi phytagoras dengan baik, Memperbaiki kehadiran, karena tugas yang diberikan oleh guru disamping melibatkan siswa secara aktif juga akan berusaha untuk dapat hadir, Model pembelajaran TPS dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan model konvensional

IV. SIMPULAN

1. Kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di kelas eksperimen SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019 mendapat predikat baik.

2. Kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinus dengan pembelajaran konvensional kelas kontrol SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019 mendapat predikat cukup.

3. Kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari menggunakan aturan kosinusyang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Sharekelas eksperimen lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas kontrol SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2018/2019.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto dan Karim, Syaiful. 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gaya Media

Hamdayana, Jumanta .2016. Metedologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi

Hamzah, Ali & Muhlisrarini. 2016. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali.

Hamzah, Ali . 2015. Perencanaan dan strategi pembelajaran matematika. Jakarta: Rajawali

Hasratuddin. 2015. Mengapa harus belajar matematika. Medan: Perdana Publishing.

Hidayat, Fitria, Dkk. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Kuok. E-ISSN 2654-5497 P-ISSN 2655-1365. Journal On Education, Volume 1, No.1, Desember 2018.

Ida. 2016. Model-model pengajaran dan pembelajaran . Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kaliky, Syafruddin. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Trigonometri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Siswa Kelas X1 SMA Muhammadiyah Ambon. ISSN 2303-0992.Jurnal Matematika dan Pembelajaran Volume 5, No. 1, Juni 2017, h. 68-86.

Kariadinata, Rahayu.2013. Trigonometri Dasar. Bandung: PustakaSetia. Karwono dan Mularsih, Heni. 2017. Belajar

dan pembelajaran. Depok: Rajawali Pers

Kasmadi dan Sunariah. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Khuluqo, El Ihsana. 2017. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2016. Ragam pengembangan model pembelajaran. Kata pena

Lestari, Kurnia Eka dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. 2015. Penelitian pendididikan matematik. Bandung: PT.Refika Aditama.

Margono, S. 2014. Metedologi Peneitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. PT Raja Grafindo Persada

Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswada Pressind

Purnomo.2014.Pembelajaran Matematika Untuk PGSD. Bandung: Erlangga.

Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rusman 2015.Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Depok: PT.Raja Grafindo Persada.

Samidi dan Istarani. 2016. Kompetensi & Profesionalisme Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dan Matematika. Jakarta : LARISPA

(7)

Sanjaya, W. 2016. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Media Pratama.

Sari, Maila, Dkk. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dalam Pembelajaran Metematika Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Dan Pengembangan Karakter Siswa SMA Kota Sungai Penuh. E-ISSN 2620-8911 P-ISSN 2620-8903. Edumatika Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1, Nomor 1, Mei 2018. Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran

Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: AR.Ruzz Media.

Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-Faktor yang memengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryono, 2018.Metode penelitian pendidikan.Jakarta.: Kencana

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudirman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada

Sudjana. 2016. Metoda Statistika. Bandung :Tarsito.

Sugiyono. 2015. Statistika untuk penilitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman, Erman. 2001. Stategi

Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung:JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Sujana, Asepdan Maskhopipah. 2017. Penerapan model pembelajaran kooperatiftipe think pair share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. ISSN 2548-2297. Pasundan journal of reseach in mathematics learning and education.Volume 2 nomor 1, juni 2017.

Sukardi. 2015. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: PT BumiAksara Sumanrti, Mohamad Syarif. 2015. Strategi

pembelajaran. Jakarta: PT.Raja grafindo Persada.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Prenadamedia Group

Syahri, Putri. 2017. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tps terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan teorema Pythagoras.ISSN 2549-3906 E-ISSN 2549-3914. Al Khawarizmi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017.

Trianto. 2016. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif, konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: PT.BumiAksara.

Triwiyanto, Teguh. 2015.Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Perkasa.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

[r]

Halite and gypsum are examples of minerals that precipitate from aqueous solutions to form chemical sedimentary rocks. Biochemical sedimentary rocks are

Penelitian sifat pemesinan kayu kelapa sawit terkompregnasi menunjukkan bahwa jenis cacat yang muncul pada masing-masing proses pemesinan adalah serat patah.. (torn

Perdarahan penyebab kematian ibu paling banyak (32 persen), diikuti hipertensi (28 persen) dan infeksi (5 persen). Perkawinan dan kehamilan dini. Nikah dini ini, khususnya terjadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..