• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. H a l a m a n ii 116

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. H a l a m a n ii 116"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

H a l a m a n

ii | 116

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Modul Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat untuk Infrastruktur Permukiman telah tersusun yang

disarikan dari sumber-sumber yang relevan dan pengalaman kegiatan serupa sebelumnya. Sebagai sebuah panduan dan modul buku ini akan senantiasa disesuaikan dengan

pengalaman lapangan untuk edisi berikutnya.

Buku ini terdisi dari kumpulan modul meliputi; modul caya penyusunan IMAP dan

perencanaan infrastruktur permukiman, modul pendampingan tematik air minum, modul pendampingan tematik sanitasi, modul pendampingan tematik bina penataan bangunan an modul pendampingan tematik pengembangan infrastruktur kawasan permukiman (PKP)

Modul-modul yang tercakup dalam buku ini adalah sebagai panduan mahasiswa dalam melakukan pendampingan di masyarakat sesuai dengan pilihan tematik infrastruktur yang dipilih sehingga dalam penggunaanya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk

mengetahui gambaran menyeluruh yang dibahas dalam modul ini dapat dibaca pada buku “ Kuliah Kerja Nyata Tematik Infrastruktur Permukiman, Apa Yang Dilakukan dan

Bagaimana Melakukannya”, Untuk memahami kerangka pemberdayaan secara

keseluruhan dalam KKN Tematik Infrastruktur Permukiman dapat dibaca pada Buku 2 Panduan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelaksanaan KKN Tematik Infrastruktur Permukiman.

Modul ini dan buku-buku pendukung lainnya tersedia dalam versi soft copy yang bisa diakses dan didownload melalui alamat web site ; http://kkn-tematikp2ip.com/ Semoga buku ini memberikan manfaat bagi penggunanya.

Jakarta , Agustus 2015

(3)

H a l a m a n

iii | 116

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...II DAFTAR ISI...III MODUL 1: CARA PELAKSANAAN IMAP DAN PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN TINGKAT DESA/KELURAHAN... 1

1.1 Pendahuluan... 2 1.1.1 Penjelasan Umum ... 2 1.1.2 Tujuan Modul ... 2 1.1.3 Keluaran ... 2 1.1.4 Proses ... 3 1.1.5 Struktur Penyajian ... 3

1.1.6 Cara Penggunaan Modul ... 3

1.2 Fasilitasi Pelaksananaan Identifikasi Masalah dan Analisis Potensi (IMAP) ... 5

1.1.1 Gambaran Umum ... 5

1.2.1 Penyiapan Data IMAP ... 5

1.2.2 Penyiapan Peta Sosial dan Infrastruktur Permukiman ... 7

1.2.3 Penyiapan Laporan IMAP ... 9

1.3 Fasilitasi perencanaan infrastruktur permukiman tingkat desa/kelurahan ... 11

1.3.1 Gambaran Umum ... 11

1.3.2 Ruang Lingkup Dokumen Road Map Infrastruktur Permukiman ... 11

1.3.3 Proses Penyusunan ... 12

1.4 LAMPIRAN MODUL IMAP dan PERENCANAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN 14 2 MODUL 3 PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGELOLAAN AIR MINUM 17 2.1 PENDAHULUAN ... 18

2.1.1 Ruang Lingkup ... 18

2.1.2 Acuan Normatif ... 18

2.1.3 Istilah dan Definisi ... 18

2.2 CARA KERJA SPAM PERPIPAAN PERDESAAN ... 20

2.2.1 Perlindungan Sumber Air ... 20

2.2.2 Unit Produksi ... 20

2.2.3 Unit transmisi dan distribusi air ... 21

2.2.4 Unit Pelayanan ... 24

(4)

H a l a m a n

iv | 116

2.3 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM ... 28

2.3.1 Perencanaan Teknis Unit Air Baku ... 29

2.3.2 Perencanaan Teknis Unit Transmisi Air Baku ... 29

2.3.3 Perencanaan Unit Produksi ... 30

2.3.4 Perencanaan Teknis Unit Distribusi ... 30

2.3.5 Perencanaan Teknis Unit Pelayanan ... 31

2.4 PENGELOLAAN DAN PERAWATAN ... 33

2.5 BIAYA OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN ... 36

2.6 Lampiran ... 38

3 MODUL 3 PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KEGIATAN SANITASI 45 3.1 Pendahuluan... 46

3.1.1 Penjelasan Umum ... 46

3.1.2 Pengertian dan Lingkup Sanitasi pada KKN Tematik ... 46

3.1.3 Pentingnya Sanitasi Berbasis Masyarakat... 47

3.1.4 Tujuan... 47

3.1.5 Keluaran Yang Diharapkan ... 47

3.1.6 Sub-Komponen SANITASI Dalam Pendampingan KKN TEMATIK ... 47

3.1.7 Kerangka Pelaksanaan Pendampingan ... 48

3.1.8 Tahapan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat ... 49

3.2 Pendampingan Kampanye PHBS ... 50

3.2.1 Tujuan dan Keluaran ... 50

3.2.2 Sasaran dan Metode ... 50

3.2.3 Proses Pelaksanaan dan Materi Faslitasi ... 50

3.3 pendampingan kegiatan Pembuangan Tinja Rumah Tangga ... 53

3.3.1 Tujuan dan Keluaran Fasilitasi ... 53

3.3.2 Sasaran dan Metode Fasilitasi ... 53

3.3.3 Proses dan Materi Fasilitasi ... 53

3.4 pendampingan pengelolaan sampah 3R ... 57

3.4.1 Penjelasan Umum ... 57

3.4.2 Tujuan dan Keluaran Fasilitasi ... 57

3.4.3 Sasaran dan Metode Fasilitasi: ... 58

3.4.4 Proses dan Materi Fasilitasi ... 58

3.5 pendampingan Pengelolaan Sistem Pengelolaan Limbah Komunal ... 63

3.5.1 Tujuan dan Keluaran Fasilitasi ... 63

(5)

H a l a m a n

v | 116

3.5.3 Proses dan Materi Fasilitasi ... 63

4 MODUL 4 SEKTOR BINA PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 67 4.1 pendahuluan ... 68

4.1.1 Gambaran Umum ... 68

4.1.2 Tujuan... 68

4.1.3 Keluaran ... 68

4.1.4 Metode Fasilitasi ... 69

4.1.5 Beberapa Istilah Dalam BPB ... 69

4.1.6 Komponen BPB ... 69

4.1.7 Kerangka Pendampingan ... 69

4.2 Manual Klinik Konsultasi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ... 71

4.2.1 Penjelasan Umum ... 71

4.2.2 Manfaat ... 71

4.2.3 Tujuan... 71

4.2.4 Output/Hasil yang Diharapkan ... 71

4.2.5 Pokok Bahasan ... 72

4.2.6 Metode... 72

4.2.7 Proses Sosialisasi ... 72

4.3 Manual Rencana Proteksi Kebakaran Skala Lingkungan (RPKSL) ... 74

4.3.1 Gambaran Umum ... 74

4.3.2 Pokok Bahasan ... 74

4.3.3 Sub Pokok Bahasan ... 74

4.3.4 Tujuan dan Keluaran Yang Diharapkan ... 75

4.3.5 Waktu ... 75

4.3.6 Sasaran/Peserta ... 75

4.3.7 Metode, alat dan Bahan ... 75

4.3.8 Proses ... 75

4.4 Manual Persyaratan Pokok Rumah yang Lebih Aman ... 81

4.4.1 Gambaran Umum ... 81

4.4.2 Pokok Bahasan ... 81

4.4.3 Sub Pokok Bahasan ... 81

4.4.4 Tujuan... 82

4.4.5 Output/Hasil yang Diharapkan ... 82

4.4.6 Waktu ... 83

(6)

H a l a m a n

vi | 116

4.4.8 Metode, Alat dan Bahan ... 83

4.4.9 Proses ... 83

5 MODUL 4 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 85 5.1 PENDAHULUAN. ... 86

5.1.1 Penjelasan Umum ... 86

5.1.2 Tujuan... 86

5.1.3 Pengguna Panduan... 87

5.1.4 Cara Penggunaan Panduan ... 87

5.2 INFRASTURKTUR KAWASAN PERMUKIMAN ... 89

5.2.1 Penjelasan Umum ... 89

5.2.2 Tujua ... 90

5.2.3 Prasarana dan Sarana Ekonomi Wilayah di Perdesaan ... 91

5.2.4 Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Permukiman di Perkotaan ... 93

5.3 kegiatan pendampingan untuk pkp ... 96

5.3.1 Tahapan Pendampingan Tematik PKP ... 96

5.4 Pelaksanaan Pendampingan ... 99

5.4.1 Strategi Pelaksanaan ... 99

5.5 tips fasilitasi ... 103

5.5.1 Orientasi ... 103

5.5.2 Memahami Potensi Tantangan dan Hambatan ... 103

5.5.3 Strategi Komunikasi ... 104

(7)

H a l a m a n

1 | 116

MODUL 1: CARA PELAKSANAAN IMAP DAN

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

(8)

H a l a m a n

2 | 116

1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 Penjelasan Umum

Peta isu dan permasalahan merupakan dasar utama dalam Perencanaan Infrastruktur Permukiman tingkat desa/kelurahan dan dari perencanaan tersebut selanjutnya dijadikan dasar dalam pemilihan tema pendampingan masyarakat berdasarkan sektor. Dalam modul ini mahasiswa dipandu dalam melakukan fasilitasi Identifikasi Masalah dan Analisis Potensi dan dalam fasilitasi Perencanaan Infrastruktur Permukiman tingkat desa/kelurahan. Pada bagian pertama dibahas proses penyusunan IMAP dan pada bagian kedua dibahas tenntang proses perencanaan infrastruktur permukiman.

1.1.2 Tujuan Modul

Tujuan secara umum dari modul ini adalah memandu fasilitator dalam memfasilitasi/ memberikan bantuan teknis kepada masyarakat dalam penyiapan data kondisi eksisting dan perencanaan infrastruktur permukiman tingkat desa/kelurahan. Tujuan secara khusus adalah:

(1) Menjelaskan dan menggambarkan cara pengumpulan data kondisi eksisting infrastruktur permukiman tingkat desa/kelurahan

(2) Menjelaskan cara penyiapan peta sosial dan kondisi infrastruktur permukiman tingkat desa/kelurahan

(3) Menjelaskan cara pemanfaatan hasil pemetaan kondisi eksisting dalam penyiapan rencana pembangunan infrastruktur permukiman tingkat desa/kelurahan

(4) Cara menetapkan target kondisi mendatang yang diharapkan infrastruktur permukiman tingkat desa/kelurahan

(5) Cara menetapkan strategi dan kegiatan dalam rangka pencapaian target pencapaian kondisi mendatang yang diharapkan

(6) Cara penyusunan rencana pembangunan infrastruktur permukiman tingkat desa/ kelurahan

1.1.3 Keluaran

Dengan menggunakan modul ini dalam fasilitasi akan menghasilkan keluaran sebagai berikut:

(1) Informasi/data kondisi eksisting infrastruktur permukiman mencakup sektor air minum, penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi), penataan bangunan dan pengembangan kawasan permukiman

(2) Peta indikatif situasi sosial dan kondisi infrastruktur permukiman desa/kelurahan

(9)

H a l a m a n

3 | 116

1.1.4 Proses

Proses menyeluruh pelaksanaan modul ini digambarkan sebagai berikut:

1.1.5 Struktur Penyajian

Modul ini terdiri dari tiga bab: Bab 1 pendahuluan yang berisi penjelasan umum, tujuan, keluaran dan struktur penyajian. Bab 2 Cara pelaksanaan Identifikasi Masalah dan Analisis Potensi (IMAP), Bab 3 Cara penyusunan Rencana Infrastruktur Permukiman tingkat desa/ kelurahan.

1.1.6 Cara Penggunaan Modul

Cara penggunaan modul ini adalah sebagai berikut: Daftar Masalah yang dirasakan oleh masyarakat Kelompok permaslahan berdasarkan sektor Kesepakatan Awal Permasalahan

Data dan potensi yang terverifikasi Laporan hasil IMAP

Perencanaan Infra-struktur Permukiman

jangka menengah Rencana tindakan

spesifik untuk keber-lanjutan infrastruktur

SPAM sada

San PBL Bangkim Hasil IMAP

Pemanfaat data IMAP Observasi

Testimoni

Klarifikasi Eksplorasi data Pengelompokan data

Trianggulasi/verifikasi

Penyimpulan Laporan Kajian

(10)

H a l a m a n

4 | 116

(1) Dalam setiap bab baca penjelasan umum yang berisi gambaran keluaran yang diharapkan dan langkah langkah yang perlu dilakukan

(2) Gunakan format-format yang disediakan sebagai alat fasilitasi

(3) Untuk memperdalam pemahaman tentang substansi baca pada bagian bahan bacaan.

(4) Pertimbangkan kondisi lapangan dalam proses fasilitasi karena apa yang dijalaskan dalam modul ini bersifat generik

(11)

H a l a m a n

5 | 116

1.2 FASILITASI PELAKSANANAAN IDENTIFIKASI MASALAH DAN

ANALISIS POTENSI (IMAP)

1.1.1 Gambaran Umum

Kegiatan IMAP adalah proses menemukan dan mengenali gambaran kondisi eksisiting infrastruktur permukiman, permasalahan dan sumber permasalahan serta menganalisis potensi potensi yang bisa dimanfaatkan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dokumen IMAP infrastruktur permukiman adalah dokumen yang berisi:

(1) Data kondisi eksisting infrastrutur permukiman,

(2) Daftar pernyataan permasalahan terkait dengan sektor air minum, sanitasi, penataan bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman.

(3) Daftar potensi tentang sektor-sektor di atas yang tersedia di desa/kelurahan yang bisa dimanfaatkan dalam rangka menyelesaikan permasalahan,

Peta sosial dan infrastruktur permukiman adalah gambaran visual yang diidikasikan dalam peta mengenai status kondisi eksisting infrastruktur permukian, indikasi permasalahan serta lokasi permasalahan tersebut berada,

1.2.1 Penyiapan Data IMAP

1.2.1.1 Tujuan

Mengumpulkan informasi menyeluruh mengenai kondisi eksisting infrastruktur permukiman dan data data pendukung yang diperlukan

1.2.1.2 Ruang Lingkup Informasi Yang Dikumpulkan

Informasi yang dikumpulkan dalam IMAP mencakup informasi umum dan informasi spesifik dari masing masing sektor mencakup:

Umum Sektor Pengelolaan Air Minum Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi)

Bina Penataan Bangunan Pengembangan Kawasan Permukiman

A. Data Kondisi

eksisting

(1) Data geografis dan

kependudukan

(2) Kecenderungan

(1) Data keberadaan / status sarana

(2) Data cakupan

(3) Data aspek teknis

(4) Data aspek kelembagaan

(5) Data aspek sosial

(6) Data aspek keluangan

(7) Data aspek lingkungan

(1) Data jumlah bangunan

(rumah)

(2) Data status rumah ber IMB

(3) Data rumah tidak layak huni

(4) Data sistem pengelolaan

bangunan beresiko (1) Data pengembangan kawasan ekonomi (2) Data pengembangan fasilitas umum B. Data

Permasalahan Daftar permasalahan terkait sektor air minum, penyehatan lingkungan permukiman, bina penataan bangunan dan pengembangan kawasan permukiman

C. Data Potensi Ketersedian sumber daya lokal untuk

optimalisasi pelaksanaan dan keberlanjutan pengelolaan sarana/aksi untuk sektor air minum dan sanitasi

Kegiatan dan sumber daya lokal yang bisa dioptimalkan dalam pelaksanaan bina penataan bangunan

Potensi potensi yang bisa dikembangkan dalam menjawab kebutuhan infrastruktur di masa mendatang

(12)

H a l a m a n

6 | 116

Daftar pertanyaan secara lengkap dapat dilihat pada lembar F-2. Alur proses pelaksanaan IMAP adalah sebagaimana tergambar sebagai berikut:

1.2.1.3 Sumber Informasi

Sumber informasi dalam pengumpulan data IMAP dan pembahasannya adalah :

 Data sekunder desa/kelurahan yang terakhir,

 Data primer diperoleh dari hasil pertemuan/wawancara dengan perangkat desa/kelurahan, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum.

1.2.1.4 Cara Pengumpulan Informasi

Cara mendapatkan informasi dilakukan melalui diskusi terfokus (FGD), dan trianggulasi melalui pengamatan langsung terhadap kondisi fisik lapangan dan dengan cara wawancara dengan masyarakat di lapangan. Urutan kegiatan dalam pelaksanaan IMAP adalah sebagai berikut:

Langkah 1 ; Pertemuan masyarakat ke 1: menghadirkan beberapa orang kunci untuk melakukan sosialisasi kegiatan KKN Tematik dan pengisian data IMAP (dari F-1) dan pembuatan peta sosial dan infrastruktur diilustrasikan sebagai berikut:

Sebagaimana ilustrasi di atas dalam pertemuan mencakup pleno dan FGD/tugas kelompok untuk melakukan tugas masing-masing kemudian hasil dari tugas kelompok di pertemukan dalam pleno sambil menyempurnakan peta sosial dan infrastruktur yang dibuat.

Status cakupan layanan dan ketersediaan innfrastruktur saat iini

Masalah yang dirasakan/dihadapi dari

kondisi dan keterse-diaan saat ini

Potensi yang tersedia di desa/kel yang bisa di-manfaatkan untuk

men-jawab permasalahan

Upaya yang sedang dilakukan oleh desa/kelurahan

(13)

H a l a m a n

7 | 116

Langkah 2

Pelaksanaan observasi lapangan untuk melihat kondisi infrastruktur di palapangan dan melakukan wawancara atau testimoni secukupnya dengan masyarakat

Langkah 3

Penyempurnaan data dari hasil pertemuan 1 dan melengkapi peta berdasarkan hasil pengamatan lapangan untuk mempertegas gambaran lokasi-lokasi yang beresiko.

Langkah 4

Pertemuan masyarakat ke 2: melakukan pemaparan hasil penyempurnaan data dan peta untuk mendapatkan masukan akhir dari masyarakat.

Langkah 5

Display peta IMAP di kantor desa/kelurahan (direkomendasikan peta dibuat seukuran triplek untuk mudah dilihat)

Langkah 6

Menyusun dokumen laporan IMAP dan dokumen tersebut disahkan atau ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah sebagai bukti sebagai dokumen resmi yang dilampiri daftar peserta yang terlibat dalam proses pelaksanaan IMAP.

1.2.2 Penyiapan Peta Sosial dan Infrastruktur Permukiman

1.2.2.1 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penyiapa peta adalah menyiapkan peta indikatif tentang kondisi, masalah dan potensi infrastruktur permukiman. Manfaat peta adalah mempermudah pemerintah desa/ kelurahan dan pihak-pihak lain mengenai kondisi infrastruktur permukiman sebagai acuan dalam perencanaan dan aksi dalam pengelolaan infrastruktur permukiman

1.2.2.2 Proses Penyiapan Peta

Penyiapan peta dilakukan secara partisipatif dipimpin oleh salah satu tokoh masyarakat (tugas kelompok ke 2 pada pertemuan masyarakat 1). Hasil yang diharapkan adalah peta sosial dan kondisi infrastruktur permukiman sebagaimana ilustrasi dalam gambar 1.1. Peran mahasiswa (pendamping) dalam proses penyusunan peta ini adalah memberikan instruksi mengenai langkah langkah penyiapan dengan urutan sebagai berikut:

(1) Membantu dalam menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk menggambar dengan bahan yang bisa dijangkau oleh masyarakat/desa/kelurahan antara lain; kertas ukuran A-0 sebanyak dua, tiga atau empat lembar untuk digabung untuk menghasilkan bidang gambar yang luas dan memudahkan masyarakat untuk memasukkan informasi dalam peta

(2) Meminta pimpinan diskusi untuk menggambarkan peta desa secara umum mencakup batas-batas wilayah (dusum/lingkungan), dan prasarana dasar misalnya jalan utama, jalan kampung, jembatan dan bangunan umum antara lain sekolah, kantor desa, kantor dusun.

(3) Setelah peta dasar diselesaikan minta pimpinan diskusi untuk memasukan peta sektor air minum perpipaan dengan cara menetapkan di mana posisi/letak sumber

(14)

H a l a m a n

8 | 116

air, jalur pipa utama, pipa cabang, posisi/letak bangunan bak penampungan dan rumah/panel pompa (jika dengan sistem pemompaan), posisi hidran umum dan rumah-rumah yang telah mendapatkan sambungan air minum.

(4) Setelah informasi dasar air minum tergambar, minta pimpinan diskusi untuk memasukkan peta indikasi sanitasi antara lain, letak SPAL komunal dan jalur perpipaanya (jika ada), daerah rawan BABS, daerah rawan sampah, TPS, daerah rawan diare dan sebagainya.

(5) Peta indikatif Bina Penataan Bangunan yang perlu dimasukan adalah posisi semua rumah (termasuk rumah yang mendapatkan sambungan air minum), rumah tidak layak huni dan rumah yang telah memiliki IMB dan yang belum memiliki dibedakan warnanya atau diberi kode, posisi lingkungan padat rumah yang beresiko terhadap bencana kebakaran.

(6) Peta indikasi pengembangan kawasan permukiman dengan memasukkan indikasi di mana lokasi fasilitas umum, lokasi/ ruas jalan kampung yang memerlukan penanganan perbaikan, lokasi sentra home industri, lokasi pasar dan sebagainya.

Gambar 1.1. Ilustrasi peta sosial dan infrastruktur permukiman.

Dalam menggambar peta sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pensil terlebih dahulu yang bisa dihapus dan diganti jika ada kesalahan. Setelah semua posisi yang digambar dengan menggunakan pensil sudah tepat/benar baru dipertebal dengan menggunakan spidol.

RAWAN DIARE

Daerah layanan

RAWAN BABS RAWAN AIR MINUM

SD

+

PUSKESMAS HOME Mata air SPAM

(15)

H a l a m a n

9 | 116

Gambar 1.1 adalah peta indikatif mencakup keseluruhan infrastruktur. Sebagai gambaran yang lebih konkrit dapat dilihat peta IMAP jaringan layanan SPAM perpipaan dari salah satu desa di Bantul Yogyakarta sebagai berikut:

Contoh peta jaringan SPAM perpipaan di atas adalah contoh peta yang cukup detail mencakun nama pemilik rumah dan posisinya dalam peta yang telah diberi nomor.

1.2.3 Penyiapan Laporan IMAP

Laporan IMAP adalah dokumen yang berisi data menyeluruh kondisi eksisting infrastruktur permukiman yang dilengkapi dengan penjelasan analitis terhadap permasalahan dan potensi yang ada. Dalam penyusunan laporan IMAP ini mahasiswa sebagai pendamping memegang peran utama dalam membantu menjabarkan penjelasan secara analitis dari data dan hasil observasi lapangan. Isi laporan IMAP dibagi menjadi tiga bagian yaitu; Gambaran kondisi eksisting infrastruktur permukiman, gambaran permasalahan infrastruktur permukiman dan gambaran potensi-potensi yang bisa dimanfaatkan dalam pengelolaan infrastruktur permukiman. Isi secara keseluruhan laporan IMAP adalah sebagai berikut: Bab 1 : Gambaran Kondisi Eksisting Infrastruktur Pemukiman Desa/Kelurahan

(1) Data Umum : uraian jumlah penduduk, KK, rumah tangga, pembagian jumlah penduduk berdasarkan jender, mata pencaarian,

(2) Data Akses Umum: gambaran umum akses desa dengan pusat pemerintahan kecamatan dan kabupaten, dengan pusat layanan kesehatan, dengan lembaga Gambar 1.2: Ilustrasi Peta Sosial dan Jaringan Pelayanan Air Minum

Rawan bocor

Aliran Tidak Lancar (kurang Tekanan HU Bocor

(16)

H a l a m a n

10 | 116

pendidikan, dengan pusat perekonomian misalnya dengan pasar atau tempat penjualan produk masyarakat.

(3) Data sektoral berisi data sektor air minum, sanitasi, penataan bangunan dan permukiman dalam betuk tabel dan uraian (naratif secukupnya). Isi data sektoral meliputi cakupan, penjelasan aspek teknis, kelembagaan, sosial dan lingkungan,

(4) Peta sosial dan kondisi eksisting infrastruktur. Bab 2: Analisis Permasalahan infrastruktur Permukiman

Penjelasan analisis permasalahan meliputi permasalahan pencapaian cakupan dan keberlanjutan sarana, permasalahan terkait; teknis, kelembagaan, sosial, keuangan (untuk keberlanjutan SPAM dan SPAL komunal (jika ada)) dan permasalahan aspek lingkungan. Bab 3: Analisis Potensi Pendukung Infrastruktur Permukiman berisi penjelasan potensi sumberdaya yang ada di desa dan sekitarnya yang bisa dimanfaatkan dalam pengelolaan infrastruktur pemukiman.

Keterangan

(17)

H a l a m a n

11 | 116

1.3 FASILITASI PERENCANAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

TINGKAT DESA/KELURAHAN

1.3.1 Gambaran Umum

Rencana Infrastruktur Permukiman tingkat desa/keluarahan adalah sebuah Road Map (peta jalan) pembangunan Infrastruktur Permukiman merupakan dokumen perencanaan jangka menengah yang sebagai arah yang memandu desa/kelurahan dalam merencanakan program pembangunan tahunan bidang infrastruktur permukiman.

Road Map adalah perencanaan sistematis dalam rangka mencapai tujuan kondisi mendatang yang diharapkan yang menggambarkan tahapan pencapaian secara terukur mencakup sasaran, strategi dan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan. Konsep Road Map Infrastruktur permukiman desa/kelurahan digambarkan sebagai berikut

Keterangan:

 Kondisi saat ini adalah hasil IMAP

 Kondisi mendatang adalah capaian cakupan yang diharapkan

 Rencana kerja adalah rencana kerja menyeluruh dan rencana kerja tahunan sebagai pencabaran rencana kerja menyeluruh

1.3.2 Ruang Lingkup Dokumen Road Map Infrastruktur Permukiman

(1) Uraian kondisi saat ini mencakup: cakupan dan mutu infrastruktur permukiman, kondisi lingkungan yang mendukung dan fungsi kelembagaan dalam pengelolaan infrastruktur permukiman

(2) Uraian kondisi mendatang yang diharapkan mencakup target pencapaian cakupan dan mutu pelayanan, fungsi yang diharapkan dari lingkungan yang mendukung dan kinerja yang diharapkan dari kelembagaan infrastruktur permukiman

(3) Cakupan dan mutu pelayanan mencakup; cakupan air minum, cakupan sanitasi, pemenuhan infrastruktur dalam pengembangan permukiman dan cakupan bangunan dan lingkungan yang memenuhi standar keamanan

(4) Lingkungan yang mendukung (Enabling environment) mencakup; kebutuhan dan fungsi peraturan, kelembagaan, sumber-sumber pembiayaan

Dari ruang lingkup di atas struktur Road Map Infrastruktur Permukiman dapat digambarkan sebagai berikut:

Kondisi infrastruktur permukiman Saat Ini

Kondisi infrastruktur Mendatang yang diharapkan

Rencana Kerja untuk Pencapaian

(18)

H a l a m a n

12 | 116

Kondisi Saat Ini Kondisi Mendatang Yang

Diharapkan Rencana Kerja Cakupan dan Mutu

Pelayanan

 Cakupan layanan air minum % peningkatan yang

diharapkan Strategi dan upaya yang akan dilakukan dan sumber pembiayaan  Cakupan/akses masy

terhadap sanitasi % peningkatan yang diharapkan

Strategi dan upaya yang akan dilakukan dan sumber pembiayaan  Cakupan infrastruktur

pengembangan permukiman % peningkatan yang diharapkan

Strategi dan upaya yang akan dilakukan dan sumber pembiayaan  Cakupan rumah yang

memenuhi standar keamanan

% peningkatan yang diharapkan

Strategi dan upaya yang akan dilakukan dan sumber pembiayaan Lingkungan Yang Mendukung

 Kelembagaan Pengelola

SPAM Fungsi yang diharapkan

Strategi dan upaya yang akan dilakukan dan sumber pembiayaan  Sistem Iuran dan peraturan Kemampuan pembiayaan

yang diharapkan

Strategi dan upaya yang akan dilakukan dan sumber pembiayaan  Gerakan STOP BABS Terbebas dari praktek BABS Strategi dan upaya yang akan

dilakukan dan sumber pembiayaan  Gerakan 3 R Terbebas dari buan sampah

sembarangan

Strategi dan upaya yang akan dilakukan dan sumber pembiayaan  Peraturan desa untuk

bangkim Dijalankan

Strategi dan upaya yang akan dilakukan dan sumber pembiayaan  Peraturan desa untuk PBL Dijalankan Strategi dan upaya yang akan

dilakukan dan sumber pembiayaan

1.3.3 Proses Penyusunan

Penyusunan Road Map dilakukan melalui pertemuan warga menjadi kelanjutan dari pertemuan IMAP (lihat modul IMAP) setalah langkah penyempurnaan data eksisting. Dalam proses penyusunan peserta pertemuan diminta untuk menyepakati besaran target pencapaian kondisi mendatang yang diharapkan dengan menggunakan format sebagaimana tabel ... di atas. Setelah target kondisi mendatang disepakati selanjutnya peserta diminta dan dipandu muntuk merumuskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai target kondisi yang diharapkan tersebut serta menetapkan kapan/pada tahun ke berapa target dan kegiatan tersebut akan dicapai. Cara praktis dalam memfasilitasi penyusunan Road Map ini adalah sebagai berikut:

Langkah 1

tuliskan indikator cakupan dan mutu pelayanan dan lingkungan yang mendukung sebagaimana tabel .... diatas

Langkah 2

Buatkan kolom target pencapaian untuk diisi bersama dan tuliskan indikasi tersedianya lingkungan yang mendukung pada kolom diantara kondisi eksisting dengan kondisi mendatang

Langkah 3

(19)

H a l a m a n

13 | 116

Contoh Matrik Perencanaan (Road Map) Infrastruktur Permukiman Tingkat Desa/Kelurahan

URAIAN Thn 2015 Cakupan Target Thn 2020 Kegiatan yang akan dilakukan (contoh) Sumber Biaya

Waktu TA 2 01 6 TA 2 01 7 TA 2 01 8 TA 2 01 9 TA 2 02 0 Cakupan

 Jumlah KK yang menikmati air minum dengan layak

KK KK

 Penambahan sambungan rumah (SR) APBDes/Kel x x x x  Pembangunan SPAM perpipaan baru Usulan APBD x

 Pembangunan Sumur Gali oleh

masyarakat Swadaya x x x x x

 Jumlah KK yang memiliki dan

menggunakan jamban KK KK

 Gerakan STOP BAB Sembarangan APBDes/Kel x x x x x  Penyediaan kloset dengan harga

terjangkau BUMDes x x x x x

 Jumlah KK yang mengelola Sampah dengan

sehat KK KK

 Gerakan pengelolaan sampah 3R Swadaya x x x x x  Penyediaan TPS sampah di setiap

dusun/RW APBDes/Kel x x

 Jumlah rumah yang sudah dilengkapi IMB

Rmh Rmh  Sosialisasi IMB disetiap RT APBDes/Kel x

 Layanan konsultasi IMB APBDes/Kel x x x x x  Jumlah titik lokasi kumuh dan beresiko

bencana kebakaran Titik Titik  Aksi penataan kawasan kumuh Mitigasi resiko bencana kebakaran APBDes/Kel APBDes/Kel x x x x x x x  Jumlah ruas jalan kampung/lingkungan

ruas ruas  Penambahan jalan lingungan APBDes/Kel x x  Peningkatan/perluasan jalan lingkungan APBDes/Kel x x x  Jumlah keluarga yang memiliki kegiatan

industri rumah tangga Titik Titik

 Pembangunan show room/tempat

pemasaran hasil industri rumah tangga Usulan APBD x

Penyediaan Dukungan

 Badan Pengelola SPAM Ada/Tidak Ada/Tidak  Pembentukan Badan Pengelola SPAM APBDes/Kel x  Peraturan Sistem Iuran SPAM Ada/Tidak

Ada/Tidak  Penetapan dan pemberlakukan iuran SPAM APBDes/Kel x  PERDES/KEL Pengelolaan Lingk. Ada/Tidak Ada/Tidak  Penetapan dan pemberlakuan Perdes/kel

pengelolaan infrastruktur (aset) permukiman

APBDes/Kel

(20)

H a l a m a n

14 | 116

1.4 LAMPIRAN MODUL IMAP DAN PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN

Format F-2a: Data Kondisi Eksisting Infrastruktur Permukiman Data Umum

Jumlah Penduduk Jumlah Rumah/KK Jumlah dusun

Data Sektoral

URAIAN satuan URAIAN Satuan

Jalan

Dilewati jalan nasional (ya/tidak) jika YA mtr Dilewati jalan kabupaten (ya/tidak) Jika YA mtr

Dilewati jalan provinsi (ya/tidak) Jika YA mtr ml ruas/panjang jalan kampung ruas

mtr

Sarana Pendidikan

TK/PAUD Unit SLTA Unit

Sekolah Dasar Unit Taman bacaan/rumah pintar Unit

SLTP Unit

Sarana Sosial/Agama dan Olah Raga

Masjid/mushala Unit Lapangan/tempat olah raga Unit

Gereja Unit Taman bermain anak-anak Unit

Pura Unit Temapt Rekreasi Unit

Vihara Unit

Sarana Sosial/Agama dan Olah Raga

Puskesmas Unit Posyandu Unit

Polindes Unit

Sarana Ekonomi Desa

Pasar desa Unit Home industri Unit

Komperasi Unit BUMDes Unit

SEKTOR PBL

Jumlah rumah layak huni rumah Klinik IMB

Jumlah rumah tidak layak huni rumah Alat pemadam kebakaran unit

Jumlah bangunan rumah dgn IMB rumah Pos tanggap darurat (tempat penampungan

korban bencana) unit

Jumlah rumah beresiko bencana rumah

SEKTOR SANITASI

Sarana Sanitasi Lingkungan unit Akses Sanitasi KK

TPS sampah unit Jml Rumah Tangga memiliki jamban sehat KK

SPAL Perpipaan Komunal unit Jml Rumah Tangga belum memiliki jamban KK

MCK Umum unit Jml pengguna SPAL perpipaan Komunal KK

Kelembagaan Sanitasi unit Jumlah pengguna MCK umum KK

Pokja/KSM sanitasi unit Jumlah pengguna TPS sampah KK

SEKTOR AIR MINUM

Jumlah rumah yang menikmati air minum layak Sudah dilengkapi Badan Pengelola SPAM ?

Menerima bantuan SPAMDesa ? Ada sistem iuran ?

Jika YA jumlah unit SPAM Desa Ada peraturan pengelolaan SPAM?

(21)

H a l a m a n

15 | 116

F-2b. Daftar Masalah dan Potensi Infrastruktur Permukiman

Daftar Permasalahan Uraiann masalah Potensi dan Peluang Yang Bisa Dimanfaatkan untuk

Mengatasi Permasalahan Fungsi sarana air minum

Fungsi keembagaan air minum

Iuran dan peraturan pemanfaatan air minum

Kepemilikan jamban keluarga

Perilaku BAB masyarakat

Perilaku pengeloolaan sampah

Kecukupan Sarpras lingkungan

Kondisi penataan bangunan dan lingkungan

(22)

H a l a m a n

16 | 116

F-3 : Format Rencana Kerja Infrastruktur Permukiman

URAIAN Cakupan tahun sekarang Target lima tahun mendatang Kegiatan yang akan dilakukan (contoh) Sumber

Biaya Waktu TA 2 01 6 TA 2 01 7 TA 2 01 8 TA 2 01 9 TA 2 02 0

(23)

H a l a m a n

17 | 116

2 MODUL 3 PENDAMPINGAN PELAKSANAAN

KEGIATAN PENGELOLAAN AIR MINUM

(24)

H a l a m a n

18 | 116

2.1 PENDAHULUAN

2.1.1 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Modul Teknis Air Minum meliputi perencanaan SPAM yang terdiri dari:

(1) Pendahuluan, meliputi ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi.

(2) Cara Kerja SPAM Perpipaan Perdesaan, meliputi prinsip dasar hidrolika, jenis-jenis sumber air, pengolahan air baku menjadi air siap minum, serta unit-unit dalam sistem penyediaan air minum.

(3) Pengelolaan dan Perawatan SPAM Perpipaan Perdesaan, meliputi prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan perawtan, petunjuk perawatan, pengaturan dan pembagian jaringan, serta deteksi kerusakan dan kebocoran. (4) Pengembangan SPAM Perpipaan Perdesaan, meliputi prinsip-prinsip yang perlu

diperhatikan dalam penambahan jaringan dan sambungan, termasuk memperhitungkan debit air baku.

(5) Biaya Operasional dan Pemeliharaan, meliptui faktor-faktor yang diperhitungkan, cara menghitung, dan penetapan tarif yang aman dan relaistis

.

2.1.2 Acuan Normatif

Acuan normatif SPAM adalah sebagai berikut

(1) Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang PemerintahananDaerah; (2) Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

(3) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

(4) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum; (5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007 tentang

Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

2.1.3 Istilah dan Definisi

Beberapa istilah dan definisi dalam SPAM adalah sebagai berikiut:

a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. c. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi

(25)

H a l a m a n

19 | 116

d. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu

kesatuan sistem fisik (teknik) dan non-fisik dari prasarana dan sarana air minum. e. Unit air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air baku,

meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.

f. Unit produksi adalah adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi dan/atau biologi, meliputi bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum. g. Unit distribusi adalah sarana untuk mengalirkan air minum dari pipa transmisi air

minum sampai unit pelayanan.

h. Air Tanah Bebas adalah air tanah yang tidak dibatasi oleh dua lapisan kedap air atau semi kedap air.

i. Air Tanah Dangkal adalah air tanah bebas yang terdapat dalam tanah dengan kedalaman muka air kurang atau sama dengan dua puluh meter.

j. Air Tanah Dalam adalah air tanah yang terdapat di dalam tanah yang kedalaman muka airnya lebih besar dari dua puluh meter atau air tanah yang terdapat di dalam akifer tertekan dimana akifer ini berada dalam kedalaman lebih dari dua puluh meter.

k. Air Permukaan adalah air baku yang berasal dari sungai saliran irigasi, waduk kolam atau dana.

l. Debit Minimum adalah debit terkecil yang dapat memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat pedesaan.

m. Geoklimatologi adalah ilmu mengenai iklim dan cuaca yang berhubungan dengan bentuk permukaan bumi.

n. Topografi adalah ilmu mengenai seluk beluk bentuk atau kontur permukaan bumi. o. Bangunan penyadap (Intake) adalah bangunan penangkap air atau tempat air masuk

sungai, danau, situ, atau sumber air lainnya.

p. Jaringan Pipa Transmisi Air Baku adalah ruas pipa pembawa air dari sumber air sampai unit produksi;

q. Jaringan Pipa Transmisi Air Minum adalah ruas pipa pembawa air minum dari unit produksi/bangunan penangkap air sampai reservoir atau batas distribusi;

r. Jaringan Pipa Distribusi adalah ruas pipa pembawa air dari bak penampung reservoir sampai jaringan pelayanan;

s. Reservoir adalah tempat penyimpanan air untuk sementara sebelum didistribusikan kepada pelanggan atau konsumen.

t. Sambungan Rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang mensuplai airnya langsung ke rumah-rumah biasanya berupa sambungan pipa-pipa distribusi air melaui meter air dan instalasi pipanya di dalam rumah

(26)

H a l a m a n

20 | 116

u. Hidran Umum adalah jenis pelayanan pelanggan sistem air minum perpipaan atau non

perpipaan dengan sambungan per kelompok pelanggan dan tingkat pelayanan hanya untuk memenuhi kebutuhan air minum, dengan cara pengambilan oleh masing-masing pelanggan ke pusat penampungan.

2.2 CARA KERJA SPAM PERPIPAAN PERDESAAN

2.2.1 Perlindungan Sumber Air

Definisi : Perlindungan Sumber Air adalah bangunan yang dibangun untuk pelindungi mata air terhadap pencemaran yang dilengkapi dengan bak penampung. Bangunan Perlindungan Sumber Air terdiri dari:

(1) Bak Penangakap Air (Bronkaptering)

a. Permukaan air dalam bak penangkap = permukaan asal air b. Pipa peluap dipasang pada ketinggian muka air asal

(2) Bak Penampung

a. Diletakkan sedekat mungkin dengan bak penangkap b. Volume bak berdasarkan :

i. Debit minimum mata air

ii. Besarnya pemakaian dan waktu pengambilan iii. Asumsi kebutuhan 30 s/d 60 lt/org/hr iv. Waktu pengambilan 8 -12 jam/hari

2.2.2 Unit Produksi

Maksud unit produksi : “Unit produksi merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi dan/atau biologis”

(1)

Tahapan perencanaan pengolahan air

Gambar A.2 - 1 : Diagram Alir Perencanaan Pengolahan Air Minum Perdesaan KUALITAS AIR BAKU PENENTUAN DEBIT RENCANA PERENCANAAN STRUKTUR PERENCANAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL PERENCANAAN BANGUNAN PENUNJANG & LANDSCAPE BANGUNAN PENUNJANG

·Ruang operasi dan Kontrol

·Laboratorium

·Gudang

·Bengkel

·Rumah Kimia

·Rumah Pembangkit Listrik/Genset

·dll

PERENCANAAN DIMENSI UNIT-UNIT PENGOLAHAN AIR

UNIT - UNIT PENGOLAHAN

· Pra sedimentasi · Koagulasi · Flokulasi · Sedimentasi · Filtrasi (SPC, SPL dll) · Reservoir · Pengolahan Lumpur

(27)

H a l a m a n

21 | 116

(2) Mengolah air

1)

Pengolahan Secara Alamiah

Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya. Didalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi pengendapan dari zat-zat yang terdapat didalam air sehingga air akan menjadi jernih

.

2)

Pengolahan Air dengan Menyaring

Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi maju dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum

.

(3) Saringan Pasir

Gambar A.2 - 2 : Proses Penjernihan Air untuk Konsumsi

2.2.3 Unit transmisi dan distribusi air

Sistem transmisi yaitu; Rangkain perpipaan yang mengalirkan air dari sumber air baku ke unit pengolahan dan membawa air yang sudah diolah dari IPA ke reservoir distribusi. Sistem distribusi yaitu; Rangkaian perpipaan air bersih/minum yang mengalirkan air dari pipa transmisi ke daerah pelayanan yang berupa sambungan rumah atau kran umum. Jenis pipa yang biasa digunakan untuk mengalirkan air minum antara lain;

(28)

H a l a m a n

22 | 116

Pipa PVC (Polyvinyl

Chloride) Pipa Besi Pipa HDPE (High Density Polythylene)

Keunggulan: Tahan lama dan mudah perawatan, tidak dapat berkarat atau

membusuk

Keunggulan: Kekuatan

sangat tinggi Keunggulan: Penyambungan kuat dan tahan bocor, fleksibel dan tahan terhadap tekanan tinggi, tahan korosi dan bahan kimia, mudah dalam perawatan

(4) Kelengkapan Pipa

 Katup Aliran Air (Valve)

 Katup Sekat (Gate Valve atau Sluice Valve)

 Katup Pencegah Aliran Balik (Check Valve atau Non Return Valve)  Katup Udara (Air Valve)

 Katup Penguras (Wash-Out)  Hidran Kebakaran (Fire Hydrant) (5) Bangunan Perlintasan Pipa

 Pemasangan pipa di bawah jalan kereta api  Perlintasan di Sungai

o Perlintasan di bawah / dasar sungai (Syphon) o Perlintasan melalui sungai-sungai (Jembatan Pipa)

o Penyeberangan pipa di dalam terowongan air (Talang Air)

(6) Tapping Pipa

 Pipa Primer, tidak diperkenankan untuk dilakukan tapping

 Pipa Sekunder, diperkenankan tapping untuk keperluan tertentu, seperti : Fire Hydrant, Bandara dan pelabuhan

 Pipa Tersier, diperkenankan Tapping untuk keperluan pendistribusian air ke masyarakat melalui pipa kuarter

(29)

H a l a m a n

23 | 116

(7) Pemeliharaan Jaringan Pipa

 Pemeliharaan Pipa  Pemeriksaan jalur pipa

o Pengurasan pipa

o Perbaikan pipa yang bocor

o Pemeriksaan tekanan air pada jaringan pipa o Pemeriksaan Perlengkapan

o Penggelontoran  Pemeliharaan jembatan pipa (8) Kehilangan Air

Tabel B.4 - 1 : Penyebab Kehilangan Air

KEBOCORAN TEKNIS

KEBOCORAN NON TEKNIS

1. Pengurasan pipa

2. Pengurasan lumpur pada Instalasi Pengolahan Air

3. Pencucian saringan pasir 4. Operasi pompa

5. Kebocoran pipa transmisi

6. Penggunaan air dan kebocoran pada Instalasi Pengolahan Air, reservoir dan pompa 7. Pengurangan pipa distribusi

8. Penggunaan pemadam kebakaran

9. Kebocoran jaringan pipa distribusi termasuk Sambungan Rumah

1. Tetesan air dari kran pelanggan

2. Pengurangan tagihan air pada sambungan bermeter

3. Penggunaan air melalui sambungan liar 4. Kehilangan air akibat meter yang tidak teliti 5. Penggunaan air melalui sambungan resmi

tanpa meteran

6. Kesalahan membaca meteran air dan kesalahan membuat rekening

(9)

Penanggulangan kehilangan air

 Pembentukan sistim monitoring

 Pencarian dan identifikasi sumber-sumber kehilangan air

 Pengolahan data pelanggan untuk identifikasi kehilangan air non fisik  Inspeksi dan deteksi kebocoran pipa

 Meterisasi sambungan rumah dan penyempurnaan pengolahan data dan sistem tagihan serta melalui program penyuluhan

 Pembenahan jaringan dan sistim tekanan

(30)

H a l a m a n

24 | 116

Gambar A.2 - 3 : Contoh Diagram Unit Distribusi

2.2.4 Unit Pelayanan

a.

Sistem Perpipaan

Sambungan Rumah (SR); Kran Umum (KU)

Hidran Umum

Sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannnya, dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meter air

Perlengkapan

Bagian penyadapan pipa Meter air dan pelindung

meter air (flowrestrictor) Katup pembuka / penutup

aliran

Pipa dan perlengkapannya

Kran Umum meliputi : Pekerjaan perpipaan dan Pemasangan meter air

Hidran umum adalah salah satu sarana pelayanan air bersih/minum yang digunakan secara komunal, terdiri dari tangki penampung air berupa hidran yang penyediaan airnya dialirkan melalui pipa

distribusi.

PEMASANGAN

Dengan sistim perpipaan dan atau mobil tangki Dilengkapi meter 2 1 2 5 2 1 1 1 PIPA BAGIA DI 6 2 2 CLAMP PASANGA

(31)

H a l a m a n

25 | 116

Contoh unit layanan

Sambungan Rumah

Tanki Air

2.2.5 Sistem Non Perpipaan (Perdesaan)

Perlindungan Mata Air (PMA)

Mata Air yang Terlindungi adalah yang memiliki bangunan

pelindung/broncaptering seperti gambar disamping ini :

Sumur Gali Sumur Gali yang Terlindungi adalah sumur yang memiliki emplasemen/pelataran di sekitar sumur yang disemen, serta memiliki saluran pembuangan air bekas yang dialirkan ke sumur

resapan/drainase seperti gambar disamping ini :

Sumur Pompa Tangan (SPT) Dangkal/Dalam

Sumur Pompa Tangan yang Terlindungi adalah yang memiliki emplasemen/pelataran di sekitar sumur yang disemen, serta memiliki saluran pembuangan air bekas yang dialirkan ke sumur resapan/drainase seperti gambar disamping ini :

Sumur Dalam Sumur Dalam adalah sumur Bor/pompa adalah sumur terlindungi yang menggunakan pompa listrik untuk menaikkan airnya, dengan sumber airnya berasal dari air tanah pada kedalaman di atas 25 meterseperti gambar disamping ini

Sistem Instalasi Pengolahan Air

Merupakan bangunan pengolah air yang mampu mengolah air baku menjadi air bersih untuk pelayanan secara komunal

(32)

H a l a m a n

26 | 116

Sederhana

(SIPAS)

Dalam pembuatan SIPAS harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : Bangunan harus kedap air

Kapsitas pengolahan maksimum 0,25 lt/dt Penempatan lokasi harus bebas dari genangan air

SIPAS harus terjamin dalam kontinuitas pengolahan air bersih Penampungan

Air Hujan (PAH)

Penampung air hujan (PAH) adalah tempat penampungan air hujan yang akan

digunakansebagai sumber air bersih dengan menggunakan bahan fiber glass atau pasangan batu bata sebagai cetakan pembuatanbangunan penampung air hujan, seperti gambar disamping ini.

Hidran Umum Lihat butir tulisan sistem perpipaan diatas. Saringan Rumah

Tangga (SARUT)

Merupakan sarana pengolahan air dengan menggunakanteknologi sederhana untuk sekala individual/rumah tangga, berupa suatu wadah yang diisipasir/kerikil/arang batok kelapa dengan ukuran butir tertentu dan berfungsi menyaring ataumenurunkan kekeruhan.

Tipe SARUT, terdiri dari 2 tipe sebagai berikut:

Tipe I digunakan bila air baku

yang dipilih berasal dari air permukaan dengan tingkatkekeruhan rendah(5 – 10 NTU);

Tipe II digunakan bila air baku yang dipilih berasal dari air permukaan dengan tingkatkekeruhan sedang(11 – 20 NTU);

(33)

H a l a m a n

27 | 116

Tabel 1 Jenis, ukuran, jumlah bahan untuk SARUT

NO. JENIS PEKERJAAN VOLUME DAN JUMLAH BAHAN

TIPE I TIPE I

1. Tabung/drum diameter 60 cm 2 buah 2 buah

2. Pasir halus t : 25 cm

v : 70 liter v : 84 liter t : 30 cm

3. Kerikil halus tebal 5 cm v = 14 liter v = 14 liter

4. Kerikil kasar tebal 10 cm 28 liter 28 liter

5. Arang batok kelapa tebal 5 cm dibungkus

kasa nyamuk plastik - 14 liter

6. Pipa PVC diameter 3/4" 2 meter 2 meter

7. Pipa PVC diameter 1" 2 meter 2 meter

8, Perlengkapan Pipa (accessories)

-Ball Valve diameter 3/4" dan 1" -Ball Valve Kran diameter 1/2" -Socket draft luar PVC diamater 3/4" -Socket draft luar PVCdiameter 1" -Socket draft dalam PVC diameter 1/2" -Socket draft dalam PVC diameter 3/4" -Socket draft dalam PVC diameter 1" -Knee/Bend PVC diameter 3/4" -Knee/Bend PVC diameter 1" -Dop PVC diameter 3/4" -Ring Karet PVC diameter 3/4" -Ring Karet PVC diameter 1" -Pompa Karet 1 buah 1 buah 4 buah 3 buah 1 buah 2 buah 1 buah 2 buah 3 buah 7 buah 1 buah 1 buah -- 1 buah 1 buah 4 buah 3 buah 1 buah 2 buah 1 buah 2 buah 3 buah 7 buah 1 buah 1 buah -- 9. Penyangga

-Tinggi penyangga atas -Tinggi penyangga bawah -Lantai atas -Lantai bawah -Balok kayu 8/12 cm -Balok kayu 5/7 cm -Paku 120 cm 20 cm 60 x 120 cm 60 x 120 cm 20 m 15 m 70 buah 120 cm 20 cm 60 x 120 cm 60 x 120 cm 20 m 15 m 70 buah Catatan:

t adalah tebal lapisan v adalah volume

(11)

Peran serta masyarakat dalam upaya menjaga kelestarian sumber air

 Masyarakat berperan penuh dalam upaya menjaga kelestarian sumber air  Sungai Bawah Tanah; Sungai Permukaan; Danau/Waduk/embung/bendung;

Sumur dangkal (shalowwell); Sumur dalam (deepwell); Mata air alami (Broncaptering); Sumur Artesis; Air Hujan (PAH)

 Untuk menjamin tercapainya : Kuantitas, kualitas dan kontinuitas, beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait kelestarian sumber air :

o Sanitasi

o Konservasi DAS

o Optimalisasi Air Permukaan o Reduksi Eksploitasi Air Aquifer

(34)

H a l a m a n

28 | 116

2.3 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR

MINUM

Kegiatan Survei rancang teknik sistem penyediaan air minum meliputi:

a. Persiapan

1) Pengumpulan data sekunder, meliputi :

 Peta dasar, topografi, hidrologi, geohidrologi, morfologi, tata  guna lahan, foto udara atau citra satelit;

 Data cuaca dan iklim;

 Data kependudukan, sosioekonomi, kepadatan penduduk;  Kondisi eksisting sistem air minum;

 Peraturan perundangan yang berlaku.

2) Persiapan peralatan

b. Pengumpulan data primer dari survei lapangan (survei yang dilaksanakan adalah survei sesaat, dan bukan survei berkala yang dilaksanakan pada periode tertentu)

 Survei geomorfologi dan geohidrologi;  Survei hidrolika air permukaan;  Survei topografi;

 Penyelidikan tanah;  Survei lokasi sistem;

 Survei ketersediaan bahan konstruksi;  Survei ketersediaan elektro mekanikal;  Survei ketersediaan bahan kimia;  Survei sumber daya energi;

 Survei ketersediaan dan kemampuan kontraktor;  Survei harga satuan.

Kriteria survei rancang teknis sistem penyediaan air minum meliputi:

a. Survei Geomorfologi dan Geohidrologi, untuk mengetahui:  Kondisi morfologi daerah perencanaan;

 Kondisi litologi daerah perencanaan;  Persediaan air tanah.

b. Survei Hidrolika Air Permukaan, untuk mengetahui:

 Mendapatkan debit maksimum, debit minimum, debit rata-rata, debit andalan dan debit penggelontoran;

Besarnya sedimentasi (sedimen transport); Infiltrasi, evaporasi, limpasan (run off). c. Survei Topografi, untuk mengetahui:

 Beda tinggi dan jarak antara sumber dengan pelayanan;  Jalur pipa transmisi dan distribusi;

 Potongan melintang jalur pipa;  Rencana tapak bangunan meliputi:

sumber daya air: bangunan penyadap (intake)  unit produksi: IPA

(35)

H a l a m a n

29 | 116

d. Survei Penyelidikan Tanah, untuk mengetahui:

 Mengetahui karakteristik tanah;  Mengetahui struktur tanah.

e. Survei ketersediaan bahan konstruksi, untuk mengetahui: Ketersediaan bahan konstruksi di daerah perencanaan.

f. Survei ketersediaan bahan kimia: Ketersediaan bahan kimia di daerah perencanaan. g. Survei ketersediaan bahan elektro mekanikal: Ketersediaan sumber elektro

mekanikal.

h. Survei sumber daya energi, untuk mengetahui:  Ketersediaan sumber energi;

 Pengadaan generator.

Pelaksanaan perencanaan teknis pengembangan SPAM harus meliputi komponen-komponen dari unit-unit SPAM antara lain:

 Perencanaan teknis unit air baku  Perencanaan teknis unit produksi  Perencanaan teknis unit distribusi  Perencanaan teknis unit pelayanan  Perencanaan teknis bangunan penunjang  Perencanaan teknis rinci bangunan pelengkap

2.3.1 Perencanaan Teknis Unit Air Baku

Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit air baku harus disusun berdasarkan ketentuan dimana debit pengambilan harus lebih besar daripada debit yang diperlukan, sekurang-kurangnya 130% kebutuhan rata-rata air minum. Bilamana kapasitas pengambilan air baku tidak dapat tercapai karena keterbatasan sumbernya akibat musim kemarau, maka dilakukan konversi debit surplus pada musim hujan menjadi debit cadangan pada musim kemarau. Debit cadangan ini harus melebihi kapasitas kebutuhan air minum.

Perencanaan teknis bangunan pengambilan air baku harus memperhatikan keandalan bangunan, pengamanan sumber air baku dari bahan pencemar, keselamatan, biaya operasi dan pemeliharaan yang optimal. Bilamana diperlukan dapat dilakukan kajian lanjutan antara lain kajian yang meneliti hak-hak atas penggunaan air baku, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas air baku, kondisi iklim yang akan mempengaruhi fluktuasi air baku baik dari aaspek kualitatif maupun kuantitatif, level air banjir, dan level air minimum, peraturan yang ditetapkan dalam pemanfaatan sumb

er air baku, informasi navigasi, geografi, dan

geologi, serta isu-isu ekonomi lainnya.

2.3.2 Perencanaan Teknis Unit Transmisi Air Baku

Perencanaan teknis unit transmisi harus mengoptimalkan jarak antara unit air baku menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju reservoir/jaringan distribusi sependek mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari unit produksi menuju reservoir). Hal ini terjadi karena transmisi distribusi pada dasarnya harus dirancang

(36)

H a l a m a n

30 | 116

untuk dapat mengalirkan debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan pipa transmisi air baku dirancang mengalirkan kebutuhan maksimum. Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level garis hidrolis untuk menjamin aliran sebagaimana diharapkan dalam perhitungan agar debit aliran yang dapat dicapai masih sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan. Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa transmisi terjadi perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.

2.3.3 Perencanaan Unit Produksi

Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit produksi disusun berdasarkan kajian kualitas air yang akan diolah, dimana kondisi ratarata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air, yang kemudian dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum yang akan dicapai. Rangkaian proses pengolahan air umumnya terdiri dari satuan operasi dan satuan proses untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses netralisasi dan proses desinfeksi. Unit produksi dapat terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, netralisasi, dan desinfeksi. Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:

 SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;  SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem

Konvensional Dengan Struktur Baja;

 SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air.

2.3.4 Perencanaan Teknis Unit Distribusi

Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun dalam bentuk reservoir tanah yang umumnya untuk menampung produksi air dari sistem IPA, atau dalam bentuk menara air yang umumnya untuk mengantisipasi kebutuhan puncak di daerah distribusi. Reservoir air dibangun baik dengan konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang.

Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi,

(37)

H a l a m a n

31 | 116

lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang. Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem distribusi adalah sebagai berikut:

a) Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;

b) Tipe sistem distribsi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan; c) Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,

diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan relatif datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump);

d)

Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m, wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga

memenuhi persyaratan tekanan minimum

.

Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan tekanan dapat digunakan pompa penguat.

2.3.5 Perencanaan Teknis Unit Pelayanan

Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum, terminal air, hidran kebakaran dan meter air.

2.3.5.1 Sambungan Rumah

Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya, dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meter air. Fungsi utama dari sambungan rumah adalah:

 mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;

 untuk mengetahui jmlah air yang dialirkan ke konsumen. Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah:

 bagian penyadapan pipa;

meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor;  katup pembuka/penutup aliran air;

 pipa dan perlengkapannya.

2.3.5.2 Hidran/Kran Umum

Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran air berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU menggunakan pipa pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran ¾”. Panjang pipa pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di lapangan/pelanggan. Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan pekerjaan sipil yang sederhana meliputi pembuatan bantalan beton, meteran air, penyediaan kotak pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat baja beserta anak kuncinya, pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai gambar rencana. Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:

(38)

H a l a m a n

32 | 116

 lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah

 saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air kotor/selokan terdekat yang ada

 KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾”

2.3.5.3 Hidran Kebakaran

Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan kepadatan bangunannya. Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:

 Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran. Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.

 Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup katup ini maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air. Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:

 bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran  badan hidran

 kepala hidran  katup hidran

(39)

H a l a m a n

33 | 116

2.4 PENGELOLAAN DAN PERAWATAN

NO. JENIS SARANA

PERPIPAAN OPERASIONAL PEMELIHARAAN

1. Penangkap Mata Air

(PMA) Persiapan pengoperasian sistem PMA dilakukan sebagai berikut:  Buka katup outlet sesuai dengan kebutuhan air hingga bak

penampung (reservoir) terisi.

 Buka katup penguras agar kotoran yang terdapat di dalam bak

penangkap air dan bak penampung dapat dibersihkan.

 Tutup katup penguras agar bak penampung terisi penuh.

Pelaksanaan pengoperasian sistem PMA dilakukan sebagai berikut:

 Lakukan pengecekan pada setiap bagian bak penampung

terhadap k ebocoran, jika tidak ada kebocoran maka bak dapat dioperasikan.

 Buka katup untuk daerah pelayanan.

 Gunakan pompa untuk daerah layanan yang elevasinya lebih

tinggi dari PMA.

Pemeliharaan Harian atau Mingguan

Pemeliharaan Perlindungan Mata Air yang dapat dilakukan setiap hari atau minggu yaitu:

 Bersihkan bangunan penangkap air dari sampah, daun, lumut.

 Periksa bangunan penangkap air terhadap kerusakan, jika terjadi kerusakan segera

perbaiki.

 Bersihkan katup/valve dari tanah atau kotoran dan pemeriksaan terhadap kerusakan dan

kebocoran, jika terjadi kerusakan segera diganti.

 Bersihkan kotoran dari sekitar bangunan bak penampung, cek bangunan dan perlengkapan

terhadap kerusakan.

 Bersihkan rumah katup/ box valve dari tanah dan kotoran.

 Bersihkan lubang kontrol dari kotoran dan cek terhadap kerusakan.

Pemeliharaan Bulanan atau Tahunan

Pemeliharaan Perlindungan Mata Air yang dapat dilakukan bulanan atau tahunan adalah:

 Periksa dan jaga sekitar radius 100 meter dari bangunan penangkap air dari pencemaran

atau kotoran dan kerusakan lingkungan.

 Bersihkan bangunan bagian dalam penangkap air bila terjadi penyumbatan.

 Periksa dan bersihkan pipa peluap dari lumut sehingga tidak terjadi penyumbatan.

 Bersihkan bangunan bak penampung dari lumut dan rumput, cat dan perbaiki dan ganti

bangunan pelengkap bila terjadi kerusakan.

 Cat box valve dan lubang kontrol.

2. Saringan Pasir

Lambat  Operasikan pompa (bila menggunakan pompa). Media penyaring air harus dalam keadaan terendam air terus,

pada waktu dioperasikan atau dalam keadaan diam.

 Buka katup inlet dan atur aliran sesuai dengan spesifikasi.

 Amati proses yang terjadi bila air hasil penyaringan masih

kotor, buang beberapa saat sebelum dikonsumsi.

Pemeliharaan harian atau mingguan

 Bersihkan saringan dari kotoran dan sampah-sampah.

 Bersihkan saluran pembawa air baku dari endapan.

 Bersihkan kolam penampung dari sampah, daun dan kotoran.

 Bersihkan batu kali resapan dari sampah, daun dan kotoran.

 Bersihkan sumur pengambil dan sekitarnya dari daun dan kotoran.

 Cek pompa dan perlengkapannya dari kebocoran, genangan dan daya pompa serta

bersihkan pompa dari kotorannya.

 Bersihkan rumah pompa dari sampah, rumput, lumut dan kotoran.

 Cek tangki saringan kasar terhadap keretakan dan kebocoran.

 Bersihkan dudukan dari tanah dan kotoran serta cek terhadap pelapukan untuk konstruksi

kayu, karat untuk konstruksi dari besi, dan kerusakan lainnya.

 Cek SPL terhadap kebocoran dan keretakan bangunan, cek terhadap katup dan cek pipa

terhadap kebocoran.

 Bersihkan saluran pembuang dari rumput dan kotoran serta periksa bila ada keretakan.

(40)

H a l a m a n

34 | 116

NO. JENIS SARANA

PERPIPAAN OPERASIONAL PEMELIHARAAN

 Periksa pipa pembawa air baku terhadap kondisi pipa.

 Keruk kolam penampungan dari endapan lumpur dengan cara:

 Tutup pipa saluran pembawa padaintake.

 Kuras kolam penampung

 Keruk endapan lumpur.

 Perbaiki kondisi fisik kolam penampung.

 Periksa pompa pada bagian kipas,seal, klep, dan komponen-komponen.

 Cat tutup rumah pompa bila terbuat dari plat.

 Kuras saringan kasar dengan membuka katup penguras secara mendadak dan berulang

kali agar kotoran pada SKNT (saringan kasar naik turun) terbawa keluar jika diperlukan dilakukan pengadukan dan penyemprotan.

 Tutup kembali katup penguras maka sistem akan berjalan kembali seperti biasa.

 Cat konstruksi.

 Bersihkan SPL sekitar 1–2 bulan sekali dengan cara :

 Tutup katup inlet.

 Buka katup penguras secara perlahan sehingga permukaan air berada 10 cm dari

bawah muka pasir dan katup ditutup kembali.

 Kupas permukaan pasir setebal 2– 3 cm atau sampai terlihat perbedaan antara pasir

kotor dan pasir bersih di bagian bawah, kupas secara merata dan seragam.

 Pisahkan pasir hasil kupasan kira-kira 1 liter untuk kapasitas 0,25 liter per detik dan 2

liter untuk kapasitas 0,5 liter per detik, cuci sisanya sampai bersih dan simpan atau dimasukkan kembali.

 Perhatikan bahwa jika ketebalan pasir dalam bak mencapai 50 cm, pasir yang

sebelumnya dikeluarkan harus dimasukkan kembali.

 Sebelum mulai kembali dioperasikan masukkan kembali kupasan pasir yang telah

dipisahkan ke dalam bak secara merata pada bagian permukaan.

 Cek pipa aerasi dari lubang-lubang yang terdapat pada pipa aerasi, jika terjadi

penyumbatan segera dibersihkan.

 Periksa bangunan penguras terhadap kerusakan.

 Bersihkan tempat pencucian pasir dari rumput, lumut dan kotoran.

 Lakukan pencucian media, bila air yang keluar mengecil atau air keluar dari saluran

pelimpah bak saringan.

 Ganti media saringan jika dirasa sudah tidak efektif melakukan penyaringan.

 Lakukan pembersihan jika terjadi kemacetan pada saringan yang ditunjukkan dengan

meluapnya air melalui pelimpah.

5. Sumur Bor dan

pompa dengan pipa distribusi

 Dibuat penjadwalan pemakaian pompa, agar tidak melebihi

beban kerja pompa yang semestinya.

 Memasang indikator level otomatic (pelampung) untuk

menghemat kinerja pompa dan terbuangnya air secara percuma.

 Perbaikan diperlukan bila kemampuan sumur untuk mengeluarkan air mengecil, bahkan

kering sama sekali,hal ini dapat disebabkan karena pada konstruksi sumur saringannya tersumbat kotoran atau pasir halus.

 Melakukan perawatan dengan cara mengangkat pompa untuk mengecek dan mengganti

beberapa segel (seal), gear, dan sparepart lain yang rusak.

Gambar

Gambar 1.1. Ilustrasi peta sosial dan infrastruktur permukiman.
Gambar 1.2: Ilustrasi Peta Sosial dan Jaringan Pelayanan Air Minum
Ilustrasi Kegiatan Pengelolaan Sampah 3R  Pewadahan Sampah
Tabel Identifikasi Fasilitas Infrastruktur di  Desa/Kel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional juga memerlukan dukungan dan kerjasama dengan stakeholder terkait lainnya, seperti

Ini adalah jenis pemrograman di mana programmer mendefinisikan tidak hanya tipe data dari sebuah struktur data, tetapi juga jenis operasi (fungsi) yang dapat diterapkan

Dalam perancangan Museum Sejarah site berada Jl. Yos Sudarso No.10, Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Menggunakan bangunan Gedung Cipta Niaga yang berada di kawasan

a) Menampilkan citra secara langsung di jendela utama beserta distribusi nilai keabuan citra. b) Proses akuisisi citra dapat dilakukan secara manual atau otomatis. c)

Dalam bukunya, Kaplan dan Norton (2005) memperjelas lagi bahwa masing-masing perspektif haruslah sedemikian rupa terkait satu sama lain sehingga realisasinya

Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan dan Rencana Teknik Tahunan di Wilayah Perum Perhutani. Berlakunya Permenhut ini sekaligus merevisi peraturan terkait

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui secara keseluruhan mayoritas wanita usia subur tentang kanker serviks di Dusun Grogol, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta

Obyek penelitian yang dicakup dalam penelitian ini adalah aplikasi metode Spektral dekompisisi dengan Transformasi Wavelet Kontinyu (CWT) untuk mendeteksi keberadaan