• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah-Abortus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah-Abortus"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ensiklopedi Indonesia mengartikan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Pembatasan ini tidak mengecualikan apakah abortus itu termasuk abortus spontan atau abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang tidak disengaja dan tanpa tindakan apa pun. Abortus macam ini lebih sering terjadi karena faktor di luar kemampuan manusia, misalnya pendarahan atau kecelakaan. Adapun abortus buatan (abortus provocatus) adalah abortus yang terjadi sebagai akibat tindakan tertentu. Abortus macam ini masih dapat dibagi lagi ke dalam abortus artificialis therapicus atau abortus yang dilakukan berdasarkan pertimbangan medik, dan abortus provocatus criminalis atau abortus yang dilakukan tanpa berdasarkan pertimbangan medik.

Abortus artificialis therapicus selalu positif karena bertujuan menyelamatkan jiwa ibu yang terancam jika kehamilannya dipertahankan, sedangkan abortus provocatus criminalis selalu negatif mengingat bencana yang banyak ditimbulkannya. Banyak contohnya. Sebelum Undang-Undang tentang abortus disahkan di negara bagian California Amerika Serikat pada era 1960-an misalnya, komplikasi yang timbul akibat pengguguran tidak sah menyebabkan satu dari lima kematian yang berhubungan dengan kelahiran, umumnya terjadi di kalangan wanita berpenghasilan rendah.

Hasil penelitian di Kolombia pada tahun 1964 menunjukkan bahwa komplikasi penyakit akibat pengguguran tidak sah merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian di kalangan wanita usia 15 hingga 35 tahun. Data di Santiago

(2)

2

Chile selama tahun 1980-an mengungkapkan separuh dari kematian yang berhubungan dengan kelahiran adalah akibat pengguguran tidak sah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan abortus? 2. Apa Etiologi dari Abortus?

3. Bagaimana Patogenesis dari Abortus? 4. Apa Manesfestasi Klinis dari Abortus? 5. Apa pemeriksaan penunjang dari abortus? 6. Apa Komplikasi dari Abortus?

7. Apa macam-macam dari abortus?

8. Bagaimana cara Mendiagnostik Abortus? 9. Bagaimana Teknik Pengeluaran Sisa Abortus? 10. Apa Faktor Resiko/Predisposisi Abortus? 11. Bagaimana Penatalaksanaan Abortus? C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta teknik pengeluaran abortus.

(3)

3

BAB II

PEMBAHASAN

ABORTUS

A. Pengertian

Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion berasal dari bahasa latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran. Sardikin Ginaputra dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memberi pengertian abortus sebagai pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Kemudian menurut Maryono Reksodipura dari Fakultas Hukum UI, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).

Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa abortus adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan dengan mengeluarkan janin dari kandungan sebelum janin itu dapat hidup di luar kandungan.

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik.

B. Etiologi

Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi

(4)

4

plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002).

Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).

Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:

1) penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, 2) toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian

sehingga terjadi abortus, 3) penyakit menahun, dan

4) kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, S, 2002).

C. Patogenesis

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak

(5)

5

jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D. Manifestasi Klinis

1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi 4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang

akibat kontraksi uterus 5. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus

2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup 3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

F. Komplikasi

1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi

2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah

(6)

6

Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas:

1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.

2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.

3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa

4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus

5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Pengertian

1. Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Penanganannya : 1) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan sehingga rangsang mekanik berkurang. 2) Pemberian hormon progesterone. 3) Pemeriksaan USG (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

2. Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya perforasinya kecil (Sarwono Prawirohardjo,2002). 3. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang – kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan, dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat

(7)

7

tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

4. Abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

5. Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD , 2007). Gejalanya seperti abortus immines yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang, mamma agak mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan negative. Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan (Sarwono Prawirohardjo,2002). Dengan human chorionic gonadotropin (hCG) tests bisa diketahui kemungkinan keguguran (James L Lindsey,MD , 2007).Biasanya terjadi pembekuan darah. Penanganannya, Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama + 12 jam kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dengan infuse intravena oktsitosin dosis tinggi. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20% kedalam dinding uteri melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia, perlu persediaan fibrinogen (Sarwono Prawirohardjo,2002). Pemberian misoprostol (Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis tunggal atau ganda untuk mengurangi rasa sakit (James L Lindsey,MD , 2007).

6. Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical aborsi dengan mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan, kelahiran dengan berat yang minim, dan kelahiran premature sebagai rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi berturut-turut dalam kehamilan adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian ditiga minggu pertama kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic ditemukan dengan kenaikan resiko yang signifikan untuk kehamilan ectopic berhubungan dengan aborsi medik tetapi tidak dengan surgical abortion,sebagai

(8)

8

bandingan dengan wanita yang tidak pernah melakukan aborsi. (Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.) Secara umum, pengguguran kandungan dapat dibagi kepada dua macam: 1. Abortus Spontan (Spontaneus Abortus), ialah abortus yang tidak disengaja.

Abortus spontan bisa terjadi karena penyakit syphilis, kecelakaan dan sebagainya 2. Abortus yang disengaja (Abortus Provocatus/ Induced Pro Abortion) dan abortus

ini ada 2 macam:

a. Abortus Artificialis Therapicus, yakni abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan diteruskan bias membahayakan jiwa si calon ibu, karena penyakit yang berat seperti TBC yang berat dan ginjal

b. Abortus Provocatus Criminalis, ialah abortus yang dilakukan tanpa dasar indikasi medis. Misalnya abortus yang dilakukan untuk meniadakan hasil hubungan seks di luar nikah/ untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

H. Diagnostik

1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.

2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.

3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !

4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium

5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)

6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.

(9)

9 I. Teknik Pengeluaran Sisa Abortus

Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.

1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.

2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.

3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.

4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret

J. Faktor Risiko/Predisposisi Abortus 1. Usia ibu yang lanjut

2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik 3. Riwayat infertilitas

4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh Imunologi sistemik dsb).

5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)

6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb) 7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama

8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)

Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.

K. Penatalaksanaan

Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.

Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).

(10)

10

BAB III

ASKEP ABORTUS

A. Pengkajian 1. Riwayat Obstetri a) Riwayat menstruasi Menarche Siklus Lama Banyak Warna Bau Flour albous HPHT Disminorhe b) Riwayat kehamilan

c) Riwayat kehamilan sekarang - HPL - ANC - Keluhan - TT d) Riwayat kontrasepsi 2. Riwayat perkawinan 3. Pola kebiasaan sehari-hari

a) Nutrisi

Sebelum hamil Selama hamil

(11)

11 Sebelum hamil Selama hamil c) Istirahat Sebelum hamil Selama hamil d) Aktifitas Sebelum hamil Selama hamil

e) Pola hubungan sexualitas Sebelum hamil Selama hamil f) Personal hygiene Sebelum hamil Selama hamil 4. Riwayat psikososial 5. Data spiritual B. Data Objektif 1 Keadaan umum 2 Kesadaran 3 TTV 4 TB BB sebelum hamil LILA BB setelah hamil 5 Pemeriksaan fisik

(12)

12 a) Muka b) Mata c) Genetalia 6 Status obstetri a) Inspeksi Muka Perut Vulva b) Palpasi Abdomen / TFU 7 Pemeriksaan dalam Servik 8 Pemeriksaan penunjang Hb

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang berlebihan

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya distribusi darah ke seluruh tubuh.

3. Resti infeksi berhubungan dengan tindakan invasif 4. Berduka berhubungan dengan kehilangan calon anak

(13)

13

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Nyeri

berhubungan dengan

kontraksi uterus yang berlebihan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 2 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan Criteria hasil :

 Klien menyatakan nyeri hilang/ terkontrol

 Ekspresi wajah tidak menunjukkan rasa menahan sakit

 Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3  Perilaku relaksasi

 TD 120/80 – 130/90 mmHg  Nadi 90x/ menit

 Pola nafas efektif 24x/ menit

 Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat

 Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi. Perhatikan perubahan perilaku (bedakan antara kegelisahan karena nyeri atau kehilangan darah akibat dari proses pembedahan.

 Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan gosokan punggung anjurkan penggunaan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi (rangsangan jaringan kutan)

 Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh, memudahkan berkemih periodic setelah pengangkatan kateter indwelling.

 Anjurkan penggunaan dengan penyokong.

 Lakukan latihan nafas dalam, spirometri intensif dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic. 2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya distribusi darah ke seluruh

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 2 jam diharapkan klien dapat

menunjukkan perfusi aekuat, sesuai dengan bukti tanda vital atsbil, nadi teraba, pengisian kapiler baik, mental biasa, keluaran urin adekuat secara individual dan bebas edema.

 Panatau tanda vital; palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler;kaji keluaran atau karakteristik urine, evaluasi perubahan mental.

(14)

14

tubuh. prineal, perhatikan warna, jumlah

dan bau drainase. Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat yang kering, bila pasien mengalami perdarahan hebat.

 Ubah posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan nafas dalam.

 Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan di bawah lutut atau menyilangkan kaki.

 Bantu/instruksikan latiha kaki dan telapak dan ambulas sesegera mungkin.

 Periksa tanda hormo. Perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas, atau keluhan nyeri dad tiba-tiba pada dispnea.

Kolaborasi

 Berikan cairan IV, produk drah sesuai indiaksi.

 Pekaikan stoking anti emboli.

 Bantu/dorong penggunaan spirometri insentif. 3. Resti infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan klien dapat menerapkan teknik kontrol infeksi yang dibuktikan dengan criteria hasil:

 Suhu 37 C

 Poal nafas efektif 24x/ menit  Tidak terdapat nyeri tekan

 Luka bekas dari drainase dengan tanda awal penyembuhan

 Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pangalas kotoran pembakut parineal dan linen terkontaminasi dengan tepat

 Tinjau ulang Hb/Ht prenatal: perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi

 Infeksi balutan abdominal terhadap eksudat/ rembesan.

(15)

15

 Tidak terdapat kemerahan Lepaskan balutans sesuai indikasi

 Dorong dan masukan cairan oral dan diet tinggi protein, Vit C dan besi

 Kaji suhu, nadi, dan jumlah sel darah putih

 Kaji lokasi dan kontraktivitas uterus, perhatikan perubahan involusi/ adanya nyeri tekan uterus yang ekstrim

Kolaborasi:

 Berikan infuse antibiotic profilaksi dengan detil pertama biasanya diberikan segera setelah pengekleman tali pusat dan 2 dosis lagi masing-masing berjarak 6 jam.

 Dapatkan kultur darah, vagina dan urin bila infeksi dicurigai  Berikan antibiotic khusus untuk

untuk proses infeksi yang diidentifikasi. 4. Berduka berhubungan dengan kehilangan calon anggota keluarga

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien mampu menerima keadaan yang sebenarnya tentang kematian anaknya yang dibuktikan dengan :

1. mengidentifikasi dan menunjukkan perasaan secara cepat

2. menunjukkan perkembangan melalui proses duka

3. menikmati masa sekarang dan rencana untuk masa

Mandiri

1. Kaji status emosional

2. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien. Dorong ekspresi perasaan bebas, tidak berdaya dan keinginan untuk mati

3. Kaji potensial untuk berdiri 4. Ikutsertakan orang terdekat

dalam diskusi dan aktifitas sampai pada tingkat yang mereka

(16)

16

depan, hari demi hari inginkan

5. Berikan sentuhan atau pelukan bebas sesuai penerimaan individu

Kolaborasi

6. Rujuk pada sumber-sumber lain sesuai indikasi, misalnya special klinik, perawat, pekerja social. 7. Bantu dengan atau rencanakan

dengan spesifik sesuai kebutuhan (misalnya instruksi lanjutan (untuk menentukan status kode atau keinginan untuk hidup), membuat wasiat pengaturan pemakaman)

(17)

17

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik

B. Saran

Pada pembahasan ini tentang abortus, betapa pentingnya benar-benar diperhatikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk mengantisipasi dari pada bentuk abortus, faktor-faktor penyebab abortus serta dampak negative yang dapat mengancam jiwa bagi penderita.

Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun didalam kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan abortus hendaknya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.

(18)

18

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul " Asuhan Keperawatan Klien Abortus" tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini Penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan sarannya, Penulis mengucapkan terimakasih.

Tegal, Oktober 2014

(19)

19 DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi ...iii

BAB I : PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...2

C. Tujuan ...2

BAB II : PEMBAHASAN ABORTUS ...3

A. Pengertian ...3 B. Etiologi ...3 C. Patogenesis ...4 D. Manifestasi Klinis ...5 E. Pemeriksaan Penunjang ...5 F. Komplikasi ...5 G. Macam-Macam Aborsi ...5 H. Diagnostic ...8

I. Teknik Pengeluaran Sisa Abortus ...9

J. Factor Prediposisi/Resiko Abortus ...9

K. Penatalaksanaan ...9

BAB III : ASKEP ABORTUS ...10

A. Pengkajian ...10 B. Data Objektif ...11 BAB IV : PENUTUP...17 A. Kesimpulan ...17 B. Saran ...17 DAFTAR PUSTAKA

(20)

20

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Hamilton, C. Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6. Jakarta: EGC

Km Ita Wirasadi. 2010. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Dengan Abortus.

Liza. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kehamilan Abortus.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

Wiknjosastro Hanifa.1991. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Gramedia http://lizanurviana.blog.com/2010/11/28/askep-abortus/

http://ppnikarangasem.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-gawat-darurat-pada.html

Referensi

Dokumen terkait

Konsep dan ide baru yang menjadi acuan penulis dalam penelitian ini adalah memberikan contoh rencana pembelajaran bahasa Indonesia dalam apresiasi sastra melalui

DARAH KAPILER pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak daun telinga, pada bayi atau. anak kecil boleh juga tumit atau ibu

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah dan inayah-Nya jualah, penulis dapat

Pengamanan aset atas pengelolaan barang milik daerah pada Kabupaten Gorontalo sudah baik terutama pada indikator yang mempunyai pengaruh, memberikan alasan logis

Nomor peserta ujian seleksi tertulis sama dengan Nomor Urut yang tertera pada daftar nama pelamar lulus seleksi administrasi... BUDI SANTOSO GAGAKSIPAT RT 1 RW 3 NGEMPLAK

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat hubungan antara aktivitas spesifik protease dengan kadar protein, Isolat ATH-03 menunjukkan aktivitas tertinggi pada hari ke-7 (23,72

untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya

Kemampuan Melaka menjadi sebuah pelabuhan yang penting di dunia pada zaman ini berdasarkan kepada beberapa faktor iaitu kedudukan yang strategik, perairan