• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENENTUKAN NILAI LIMIT BARISAN KONTRAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN RELASI REKURSIF SKRIPSI. Oleh : Muhamad Nur Huda NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENENTUKAN NILAI LIMIT BARISAN KONTRAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN RELASI REKURSIF SKRIPSI. Oleh : Muhamad Nur Huda NIM :"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENENTUKAN NILAI LIMIT BARISAN KONTRAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN RELASI REKURSIF

SKRIPSI

Oleh :

Muhamad Nur Huda NIM : 01510020

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

MALANG 2008

(2)

MENENTUKAN NILAI LIMIT BARISAN KONTRAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN RELASI REKURSIF

SKRIPSI

Diajukan Kepada :

Universitas Islam Negeri Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh :

Muhamad Nur Huda NIM : 01510020

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

MALANG 2008

(3)

MENENTUKAN NILAI LIMIT BARISAN KONTRAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN RELASI REKURSIF

SKRIPSI

Oleh :

Muhamad Nur Huda NIM : 01510020

Telah disetujui oleh : Dosen Pembimbing

Usman Pagalay, M. Si. NIP. 150 327 240

Tanggal 31 Maret 2008 Mengetahui

Ketua Jurusan Matematika

Sri Harini, M. Si NIP. 105 318 321

(4)

MENENTUKAN NILAI LIMIT BARISAN KONTRAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN RELASI REKURSIF

SKRIPSI

Oleh:

Muhamad Nur Huda NIM. 01510020

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Tanggal : 11 April 2008

Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan 1. Penguji Utama 2. Ketua 3. Sekretaris : : : Abdussakir, M.Pd NIP. 150 327 247 Sri Harini, M.Si NIP. 150 318 321 Usman Pagalay, M.Si NIP. 150 327 240

( )

( )

( )

Mengetahui dan Mengesahkan Ketua Jurusan Matematika

Sri Harini, M.Si NIP. 150 318 321

(5)

MOTTO

HIDUP adalah

PERJUANGAN yang harus dimenangkan

RINTANGAN yang harus dihadapi

RAHASIA yang harus digali

ANUGRAH yang harus dipergunakan

HIKMAH yang harus ditemukan

(6)

Persembahan

Karya ini

Ku persembahkan kepada

Nenek, Kakek, Ibu dan Ayahanda tercinta

Yang telah menyayangi dan mengasihiku setulus hati

Sebening cinta dan sesuci do’a.

Kupersembahkan kepada

Om dan tanteku (Fathul Qorib, Qurotul Aini)

Serta adik-adikku tersayang (Siti Muarifah, Zul Bahar)

dan keluarga besarku yang terus mendorongku untuk terus maju

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si). Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari dunia kegelapan dan kebodohan menuju dunia yang penuh cahaya dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah berpartisipasi dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, iringan do’a dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan, utamanya kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang.

2. Prof. Drs. Sutiman B.S., SU, DSc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.

3. Sri Harini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.

4. Usman Pagalay, M.Si. selaku dosen pembimbing, karena atas bimbingan, bantuan dan kesabarannya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ayah dan ibunda tercinta yang telah memberiku kasih sayang, do’a yang tulus serta dukungan moral maupun material.

(8)

6. Adik-adikku tersayang (Siti Muarifah, Zul Bahar) dan keluarga besarku yang terus mendorongku untuk terus maju.

7. Guruku, Dosenku, tanpamu aku takkan bisa apa-apa dan takkan ada artinya.

Sungguh engkau pahlawan tanpa tanda jasa.

8. Saudaraku (Heri, Lela, Emi) yang selalu baik hati, terimakasih atas kebersamaanya, Sahabatku (Wahid, Muslih, Fita, Evi, Aris, Diana, Irul, Royan, Mubin, Lia) terima kasih telah memberiku warna dalam hidupku, sehingga aku tahu arti persahabatan dan persaudaraan, Teman-teman seperjuangan angkatan 2001 yang telah memberikan dukungan dan pengalaman

9. Sahabat-sahabat PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) khususnya sahabat-sahabat Rayon Galileo, yang telah banyak memberikan pengalaman dan ilmunya untukku.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya serta dapat menjadi inspirasi bagi pembaca yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

31 Maret 2008

(9)

DFTAR ISI

Halaman

MOTTO ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v ABSTRAK ... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakng ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penulisan ... 3 D. Manfaat Penulisan ... 3 1. Bagi Penulis ... 3 2. Bagi Pembaca ... 3 3. Lembaga ... 3 E. Batasan Masalah ... 4 F. Metode Penulisan ... 4 G. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Barisan ... 6

1. Barisan Bilangan Riil ... 6

2. Limit Barisan ... 11 3. Barisan Terbatas ... 16 4. Barisan Monoton ... 23 5. Subbarisan ... 24 B. Barisan Cauchy ... 26 C. Barisan Kontraktif ... 29

(10)

D. Relasi Rekursif ... 32

BAB III PEMBAHASAN

A. Menentukan Nilai Limit Barisan Kontraktif Menggunakan Relasi Rekursif ... 37

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 50

(11)

i ABSTRAK

Huda, Muhamad Nur, 2008. Menentukan Nilai Limit Barisan Kontraktif Menggunakan Relasi Rekursif.

Pembimbing : Usman Pagalay, M.Si.

Kata kunci : Limit, Barisan kontraktif, Relasi rekursif

Konsep dasar tentang limit barisan merupakan hal yang mendasar dalam analisis matematika. Fenomena yang sering terjadi di dalam menentukan nilai limit suatu barisan adalah bentuk umum barisan tersebut sulit untuk diuraikan, misalnya dalam menentukan nilai limit barisan kontraktif yang memiliki bentuk umum xn+2xn+1Cxn+1xn , untuk semua nN, dengan 0< C <1, CR.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penilitian kepustakaan atau studi leteratur. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materiil yang terdapat di perpustakaan. Pendekatan kualitatif, digunakan karena dalam skripsi ini memfokuskan pada prosedur atau metode yang digunakan dalam menentukan nilai limit barisan kontraktif.

Data dan informasi yang sudah didapat akan digunakan untuk memahami dan mengkaji lebih dalam tentang pengertian barisan kontraktif serta prosedur atau metode yang memudahkan untuk menentukan nilai limit suatu barisan kontraktif, yaitu dengan menggunakan relasi rekursif. Adapun prosedur didalam menentukan limit barisan kontraktif dengan menggunakan relasi rekursif adalah : 1. Mensubtitusikan barisan xn =rn untuk memperoleh persamaan karakteristik. 2. Mencari akar-akar karakteristik dari prsamaan karakteristik.

3. Menentukan solusi umum dilihat dari akar-akar karakteristik yang diperoleh. 4. Melimitkan bentuk solusi umumnya.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan matematika. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya permasalahan yang dapat dimodelkan atau dianalisis menggunakan matematika. Oleh karena itu diperlukan pemahaman khusus pada matematika.

Konsep matematika tentang limit merupakan dasar dalam memahami kalkulus differensial, konsep kekonvergenan sebagai dasar analisis, diperkenalkan melalui limit dan barisan. Barisan bilangan real adalah suatu fungsi dari himpunan bilangan asli N ke himpunan bilngan real. (Bartle dan Sherbert, 1994: 67).

Misal )X =(xn adalah barisan bilangan real. Suatu bilangan real x

dikatakan limit dari X, jika untuk masing-masing lingkungan dari V dari x terdapat suatu bilangan asli K sehingga untuk semua nK, maka x adalah anggota V. n

(Bartle dan Sherbert, 1994: 70). Di bidang bisnis dan ekonomi, teori atau prisip-prinsip barisan dapat di terapkan untuk menganalisis dalam kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan suatu aktivitas baik itu aktivitas di bidang industri, keuangan, biaya, harga ataupun perhitungan pertumbuhan penduduk.

Di dalam analisis real dikenal macam-macam barisan salah satu di antaranya adalah barisan kontraktif yang berbentuk :

(13)

N n x x C x xn+2n+1n+1n,∀ ∈

Dengan 0 < C < 0, bilangan C disebut konstanta dari barisan kontraktif

( )

xn

.

(Bartle dan Sherbert, 1994: 104).

Untuk menentukan nilai limit barisan kontraktif biasanya sama dengan menentukan nilai limit secara umum yaitu dengan mensubstitusikan nilai yang sudah ditentukan ke bentuk umum barisan. Disini permasalahan yang sering terjadi di dalam menentukan limit sebuah barisan adalah jika bentuk umum barisan tersebut sulit diuraikan atau ditemukan nilai limit yang berbentuk tak tentu seperti nilai limitnya yang berbentuk

∞ ∞ , 0 0

. Jika ditemukan nilai limit tertentu maka dapat menggunakan metode yang menghubungkan dengan turunan (aturan L’Hopital). Andaikan

( )

=

( )

=∞ ∞ → ∞ → f x x f x x lim lim maka

( )

( )

( )

( )

x g x f x g x f x x ' ' lim lim ∞ → ∞ → =

(Purcell, 2003:7). Meskipun demikian tidak semua kasus dapat diselesaikan dengan aturan L’Hopital, di antara contohnya yang memiliki bentuk

(

)

, 2 2 1 2 1+ ∀ ≥ = x x n xn n n .

Untuk menyelesaikannya perlu digunakan suatu metode yang khusus yaitu dengan memodelkannya ke dalam bentuk relasi rekursif, sehingga nilai limit dari barisan tersebut dapat diketahui dengan lebih mudah.

Berangkat dari latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ” Menentukan Nilai Limit Barisan Kontraktif Menggunakan Relasi Rekursif”.

(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa macam konsep dan bentuk barisan, dan metode untuk menyelesaikan permasalahan tentang barisan. Maka yang pokok dalam pembahasan ini adalah “bagaimana prosedur untuk menentukan nilai limit suatu barisan kontraktif menggunakan relasi rekursif “?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui prosedur untuk menentukan nilai limit barisan kontraktif menggunakan relasi rekursif.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Bagi Penulis

a. Memperluas pengetahuan tentang kajian matematika khususnya pada barisan.

2. Bagi Pembaca

a. Menambah wawasan serta meningkatkan pengetahuan tentang matematika khususnya mengenai materi barisan.

b. Memperluas cakrawala berfikir 3. Lembaga

a. Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan di lembaga khususnya di Fakultas Sains dan Teknologi

(15)

UIN Malang sehingga dijadikan sebagai sarana pengembangan wawasan keilmuan terutama bidang matematika

E. Batasan masalah

Untuk mempermudah dalam pembahasan ini, penulis membatasi pada: 1. Barisan bilangan real

2. Relasi rekursif linear homogen dengan koefisien konstanta.

F. Metode Penulisan

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan atau penelitian literatur, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam matereal yang terdapat di dalam ruang perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, dokomen-dokumen, catatan, dan kisah-kisah sejarah (Mardalis, 1995: 28). Dari masing-masing literatur dipilah menurut kategori tertentu dan dipilih yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan materi dan informasi dengan cara membaca dan memahami literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat yaitu menentukan nilai limit barisan kontraktif dengan relasi rekursif. 2. Dengan adanya jaringan informasi berupa internet, maka penulis juga

(16)

3. Memilah atau memilih materi yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan 4 bab yang saling mendukung, yaitu bab I pendahuluan, bab II kajian teori, bab III pembahasan, dan bab IV penutup.

Bab I Bab II Bab III Bab IV : : : :

Pendahuluan. Difokuskan pada latar belakang, rumusan masalah yang terdiri dari pokok permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penelitian bagi penulis, bagi pembaca, dan bagi lembaga, batasan masalah, metode penulisan serta sistematika penulisan guna mempermudah dalam penulisan ini.

Kajian Teori. Berisi tentang seputar barisan bilangan real, Barisan Chauchy, barisan kontraktif, dan relasi rekursif.

Pembahasan. Berisikan uraian tentang contoh-contoh yang merupakan barisan kontraktif dan menentukan nilai limitnya dengan menggunakan relasi rekursif.

Penutup. Berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil pembahasan yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah dan juga berisi tentang saran terkait dengan topik pembahasan yang ada.

(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Barisan

1. Barisan Bilangan Real Definisi 1

Barisan bilangan real (barisan di R) adalah suatu fungsi dengan domain himpunan bilangan asli N ke himpunan bilangan real R dan dapat dinotasikan dengan f :NR. (Bartle dan Sherbert, 1994: 67)

Contoh 1

Diberikan fungsi X :NR yang didefinisikan dengan

( )

n n n N X = ,∀ ∈ maka X adalah barisan di R.

Demikian juga, fungsi Y:NR yang didefinisikan dengan

( )

n n n N Y =2 +3,∀ ∈

Maka Y juga merupakan barisan di R.

Dengan kata lain dari definisi di atas bahwa barisan di R adalah barisan yang diperoleh dengan memetakan atau memasangkan tepat satu bilangan asli

N

n∈ ke bilangan real nR. Bilangan real yang diperoleh disebut anggota atau elemen barisan, atau nilai barisan, atau suku barisan. Biasanya untuk menunjukkan elemen R yang dipasangkan pada nN digunakan simbol sebagai berikut x ,n a , atau n z . n

(18)

Jika X :NR, adalah barisan, maka unsur dari X pada n dinotasikan dengan x , tidak dinotasikan dengan n X

( )

n . Sedangkan barisan itu sendiri

dinotasikan dengan X,

( )

x , atau n

(

xn nN

)

. Dengan demikian barisan X dan Y pada contoh (1), masing-masing dapat dinotasikan X =

(

nnN

)

dan

(

n n N

)

Y = 2 +3 ∈ . Penggunaan tanda kurung ini membedakan antara notasi barisan X =

(

nnN

)

dengan himpunan

{

xn nN

}

. Sebagai contoh jika

(

n N

)

X = (−1)n ∈ adalah barisan yang unsurnya selang-seling antara -1 dan 1, yaitu X =

(

−1,1,−1,1,...

)

, sedangkan jika X =

{

(−1)nnN

}

adalah himpunan yang unsur-unsurnya adalah -1 dan 1, yaitu X =

{ }

−1,1 .

Untuk mendefinisikan barisan, kadang unsur-unsur dalam barisan ditulis secara berurutan, sampai rumus untuk barisan tersebut tampak. Perhatikan contoh berikut :

Contoh 2

Jika diketahui barisan X =

(

2,4,6,8,...

)

yang menyatakan barisan barisan bilangan asli genap, dimana salah satu rumus umumnya adalah :

(

n n N

)

X = 2 : ∈

Demikian juga dengan barisan ,...) 5 3 , 3 2 , 1 ( =

X yang menyatakan barisan bilangan rasional dengan salah satu rumus umumnya

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = n N n n X : 1 2 .

(19)

Kadang kala, rumus umum dari suatu barisan dapat dinyatakan secara rekursif artinya unsur atau suku pertama misalnya x1 ditetapkan terlebih dahulu kemudian diberikan suatu rumus untuk xn+1(n≥1) dengan x telah diketahui. n Contoh 3

Barisan bilangan asli genap dapat dinyatakan dengan rumus:

, 2 1 = x xn+1 =xn +2 (n≥1); atau dengan : , 2 1 = x xn+1 =x1+xn (n≥1);

Berikut ini akan dipekenalkan suatu cara yang penting dalam membuat barisan baru dari barisan yang telah diketahui.

Definisi 2

Misalkan X =

( )

xn dan Y =

( )

yn adalah barisan bilangan real. Jumlah dari

barisan X dan Y, yang dinotasikan dengan X + , adalah barisan yang Y didefinisikan dengan:

(

x y n N

)

Y

X + = n + n : ∈ (Bartle dan Sherbert, 1994: 69) Contoh 4

Misalkan X =

(

3n−2:nN

) (

= 1,4,7,10,...

)

dan Y =

(

2n:nN

) (

= 2,4,6,8,...

)

(20)

Definisi 3

Misalkan X =

( )

xn dan Y =

( )

yn adalah barisan bilangan real. Selisih dari barisan X dan Y, yang dinotasikan dengan X − , adalah barisan yang Y didefinisikan dengan:

(

x y n N

)

Y

X − = nn : ∈

(Bartle dan Sherbert, 1994: 69) Contoh 5

Misalkan X =

(

n+2:nN

) (

= 3,4,5,6,...

)

dan Y =

(

2n:nN

) (

= 2,4,6,8,...

)

maka XY =

(

−1,0,−1,−2,...

) (

= −n+2:nN

)

.

Definisi 4

Misalkan X =

( )

xn dan Y =

( )

yn adalah barisan bilangan real. Perkalian dari barisan X dan Y, yang dinotasikan dengan X • , adalah barisan yang Y didefinisikan dengan:

(

x y n N

)

Y

X • = n n : ∈

(Bartle dan Sherbert, 1994: 69) Contoh 6

Misalkan X =

(

3n:nN

) (

= 3,6,9,12,...

)

dan Y =

(

n+1:nN

) (

= 2,3,4,5,...

)

(21)

Definisi 5

Misalkan X =

( )

xn adalah barisan bilangan real dan cR. Kelipatan dari barisan X dan c, yang dinotasikan dengan cX , adalah barisan yang didefinisikan dengan:

(

cx n N

)

cX = n : ∈

(Bartle dan Sherbert, 1994: 69) Contoh 7

Misalkan X =

(

3n−2:nN

) (

= 1,4,7,10,...

)

dan c=2

maka cX =

(

2,8,14,20,...

) (

= 6n−4:nN

)

.

Definisi 6

Misalkan X =

( )

xn dan Y =

( )

yn adalah barisan bilangan real, dengan 0

n

Y . Pembagian dari barisan X dan Y, yang dinotasikan dengan Y X

, adalah barisan yang didefinisikan dengan:

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∈ = n N Y X Y X n n :

(Bartle dan Sherbert, 1994: 69) Contoh 8 Misalkan X =

(

3n−2:nN

) (

= 1,4,7,10,...

)

dan Y =

(

2n:nN

) (

= 2,4,6,8,...

)

maka : . 2 2 3 ,... 8 10 , 6 7 , 1 , 2 1 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = n N n n Y X

(22)

2. Limit Barisan Definisi 7

Misalkan R bilangan real, jika aR dan ε >0 maka lingkungan ε dari a adalah Vε(a)=

{

xR xa

}

.

(Bartle dan Sherbert, 1994: 41) Contoh 9

Jika a = 4 dan ε =1, tentukan lingkungan 1 dari 4. Jawab :

{

4 1

}

) 4 ( 1 = xR x− < V =

{

xR−1<x−4<1

}

=

{

xR3< x<5

}

Definisi 8

Misal )X =(xn adalah barisan bilangan real. Suatu bilangan real x dikatakan limit dari X, jika untuk masing-masing lingkungan dari V dari x terdapat suatu bilangan asli K sehingga untuk semua nK, maka x n adalah anggota V. (Bartle dan Sherbert, 1994: 70)

Jika x adalah limit dari barisan X, maka dikatakan bahwa X =(xn) konvergen ke x (mempunyai limit x). Jika barisan mempunyai limit maka barisan tersebut dikatakan konvergen, begitu juga sebaliknya jika barisan tidak mempunyai limit maka barisan tersebut dikatakan divergen. Ketika barisan

) (xn

(23)

x X =

lim atau lim(xn)=x yang kadang-kadang disimbolkan dengan x

xn → , dimana x mendekati bilangan x untuk n n→∞. Teorema 1

Limit suatu barisan bilangan real adalah tunggal. Bukti :

Misalkan )X =(xn barisan bilangan real. Andaikan X mempunyai lebih dari satu limit.

Misalkan x1 dan x2 adalah limit dari X, dengan x1x2.

Misalkan V adalah lingkungan dari ' x1 dan V adalah lingkungan '' dari x2. Pilih 1 2 2 1 x x − = ε , maka V'∩V '' =φ

Karena x1 limit dari X maka ada bilangan asli K sehingga jika ' nK' maka: xnV'

Karena x2 limit dari X maka ada bilangan asli K sehingga jika '' nK'' maka: xnV ''

Ambil K =maks

{

K',K''

}

Maka KK' sehingga xK ∈ dan V'

''

K

K ≥ sehingga xKV '' Berarti xkV'∩V ''

Jadi V'∩V '' ≠φ

(24)

Berarti pengandaian salah

Terbukti bahwa X mempunyai limit tidak lebih dari satu.

Pada pendefinisian limit suatu barisan bilangan real, masih digunakan istilah lingkungan. Dengan demikian, masih dirasa sulit untuk menunjukkan bahwa suatu barisan bilangan real adalah konvergen. Berikut akan diberikan suatu teorema yang ekuivalen dengan definisi limit barisan. Teorema ini akan mempermudah untuk menunjukkan bahwa suatu barisan bilangan real adalah konvergen atau divergen.

Teorema 2

Misal X =

( )

xn adalah barisan bilangan real dan xR . Pernyataan berikut ekuivalen .

a. X konvergen ke x.

b. Untuk setiap V lingkungan dari x terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n≥ , maka K xn adalah anggota V.

c. Untuk setiap ε>0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua K

n≥ ,maka x−ε <xn < x+ε.

d. Untuk setiap ε>0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua K

n≥ , maka xn − x <ε. (Bartle dan Sherbert, 1994: 71) Bukti :

1.

(

ab

)

(25)

Ambil sebarang V lingkungan dari x

Karena V lingkungan dari x, sesuai dengan definisi 3, maka terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua nK , maka xnanggota V . Karena V diambil sebarang, maka untuk setiap V lingkungan dari x terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua nK maka xn adalah anggota V .

2.

(

bc

)

Ambil sebarang ε >0

Misalkan V adalah lingkungan dari x

Berarti ada bilangan asli K sehingga untuk semua nK , maka V

xn ∈ berarti x−ε < xn <x

Karena ε >0 diambil sebarang berarti untuk setiap ε >0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua nK , maka

ε ε < < + − x x x n . 3.

(

cd

)

Ambil sebarang ε >0

Berarti ada bilangan asli K sehingga untuk semua nK , maka V

xn ∈ Karena xn ∈ berarti V x−ε <xn < x+ε.

(26)

Karena ε >0 diambil sebarang berarti untuk setiap ε >0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua nK , maka xn − x <ε. 4.

(

da

)

Misalkan V sebarang Lingkungan dari x

Karena ε >0 , berarti ada bilangan asli K sehingga untuk semua K n≥ , maka xn − x <ε ε < − x xn berarti x−ε < xn <x

Berarti bahwa untuk semua nK , maka x−ε <xn <x+ε Jadi xn∈ . Sesuai dari definisi berarti X konvergen ke x. V Contoh 10 Tunjukkan bahwa 3 2 1 3 lim ⎟= ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ∞ → n n Jawab : Untuk menunjukkan 3 2 1 3 lim ⎟= ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ∞ → n n ,

Misal untuk sebarang ε >0, maka 0 21 >ε

Karena 0

21 >ε , maka terdapat bilangan asli K dengan 2ε 1 > K . ∀ nK maka diperoleh ε 2 1 > n Jika nK , maka

(27)

ε 2 1 > n ε < n 2 1 ε < − +3 3 2 1 n ε < − − 3 2 1 3 n

Karena ε >0, maka terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua nK

maka ε < = − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + n n 2 1 3 2 1 3

Sesuai dengan teorema 2 (d), terbukti bahwa 3 2 1 3 lim ⎟= ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ∞ → n n 3. Barisan Terbatas Definisi 9

Misal )X =(xn adalah barisan bilangan real, X dikatakan terbatas jika ada bilangan real M >0 sedemikian hingga xnM untuk semua nN. (Bartle dan Sherbert, 1994: 78)

Berdasarkan definisi, maka barisan X =(xn) terbatas jika dan hanya jika himpunan

{

xn :nN

}

dari barisan X terbatas di R.

Contoh 6 Misalkan ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = ,... 1 ,..., 4 3 , 3 2 , 2 1 n n X .

(28)

X terbatas karena ada bilangan real 1 sehingga 1 1 ≤ + n n , untuk semua nN. Teorema 3

Barisan bilangan real yang konvergen adalah terbatas. (Bartle dan Sherbert, 1994: 78)

Bukti

Misal )X =(xn :nN adalah barisan bilangan real dan lim(xn)= x Pilih ε =1

Maka ada KN sehingga untuk semua nK berlaku xn − x <1

.

Dengan ketaksamaan segitiga diperoleh xn < x +1, untuk semua nK

Pilih M =maks

{

x1, x2 , x3,..., xk1, x +1

}

Maka diperoleh bahwa xnM untuk semua nN.

Terbukti, jika X konvergen maka X terbatas. Teorema 4

Misal )X =(xn dan Y =(yn) adalah barisan bilangan real yang masing-masing konvergen ke x dan y. Maka penjumlahan dari barisan X dan Y yang dinotasikan dengan X+Y konvergen ke x+y.

(Bartle dan Sherbert, 1994: 78) Bukti:

(29)

Maka ada K1,K2∈Nsehingga untuk semua nK1 berlaku 2 ε < − x xn

dan untuk semua nK2 berlaku

2 ε < − y yn pilih K =maks{K1,K2}

maka untuk nK diperoleh

y y x x y x y xn + n)−( + ) ≤ n − + n − ( 2 2 ε ε + < =ε

Karena ε >0 diambil sebarang maka disimpulkan bahwa X+Y konvergen ke x+y.

Teorema 5

Misal )X =(xn dan Y =(yn) adalah barisan bilangan real yang masing-masing konvergen ke x dan y. Maka selisih dari barisan X dan Y yang dinotasikan dengan X-Y konvergen ke x-y.

(Bartle dan Sherbert, 1994: 78) Bukti:

Ambil ε >0 sebarang

(30)

2

ε

< − x xn

dan untuk semua nK2 berlaku

2 ε < − y yn Pilih K =maks{K1,K2}

Maka untuk nK diperoleh

(

xnyn

) (

xy

)

xnx + yyn = xnx + yny 2 2 ε ε + < =ε

Karena ε >0 diambil sebarang, maka disimpulkan bahwa X-Y konvergen ke x-y.

Teorema 6

Misal )X =(xn dan Y =(yn) adalah barisan bilangan real yang masing-masing konvergen ke x dan y. Maka perkalian dari barisan X dan Y yang dinotasikan dengan XY konvergen ke xy.

(Bartle dan Sherbert, 1994: 78) Bukti: ) ( ) (x y x y x y xy xy y xn n − = n nn + n − ) ( ) (y y y x x xn n − + n − ≤

(31)

x x y y y xn n − + n − =

Karena X konvergen maka X terbatas. Jadi ada bilangan real M1 >0

sehingga xnM1, untuk semua nN. Pilih M =maks

{

M1, y

}

Diperoleh x x M y y M xy y xn n − = n − + n − Ambil ε >0 sebarang

Maka ada K1,K2Nsehingga untuk semua nK1 berlaku

M x xn 2 ε < −

dan untuk semua nK2 berlaku

M y yn 2 ε < − Pilih K =maks{K1,K2}

Maka untuk nK diperoleh

x x M y y M xy y xn n − = n − + nM M M M 2 2 ε ε + < ε =

Karena ε >0 diambil sebarang, maka disimpulkan bahwa XY konvergen ke xy.

(32)

Teorema 7

Misal )X =(xn adalah barisan bilangan real yang konvergen ke x. Dengan

R

c. Maka perkalian skalar c dengan barisan X yang dinotasikan dengan cX konvergen ke cx.

(Bartle dan Sherbert, 1994: 78) Bukti :

Misal Y =

(

c:nN

) (

= c,c,c,....

)

Maka Y merupakan barisan konstan c yang konvergen ke y=c

Sesuai dengan teorema (6), maka barisan YX konvergen ke yx. Jadi barisan cX konvergen ke cx.

Teorema 8

Misal )X =(xn adalah barisan bilangan real yang konvergen ke x. Jika

( )

zn

Z = barisan bilangan real tak nol yang konvergen ke z≠0, maka

pembagian dari barisan X dan Z yang dinotasikan dengan Z X konvergen ke z x

. (Bartle dan Sherbert, 1994: 78) Bukti :

Akan ditunjukkan bahwa barisan

( )

zn

1

konvergen ke z 1

Karena lim

( )

zn =z , maka ada bilangan asli K1sehingga untuk semua 1

K

(33)

a z zn − < 1 ,n K a z z z z a< n − ≤ n − < ≥ −

Maka−a<−znzznz <a, untuk semua nK1

Sehingga diperoleh z = zazn 2 1 , untuk semua nK1. Jadi z zn 2 1 < , untuk semua nK1. Dengan demikian z z z z z z n n n − = −1 1 n n z z z z − = 1 z z z n − < 22 ambil ε >0 sebarang

Maka ada K2N sehingga untuk semua nK2 berlaku

2 2 1 z z zn − < ε

Pilih K = maks

{

K1, K2

}

, maka untuk semua nK berlaku

ε < − z zn 1 1

Karenaε >0 maka dapat disimpulkan bahwa Z 1

konvergen ke z 1

(34)

Dengan demikian, sesuai dengan teorema (7) maka Z X Z X = 1 konvergen ke z x z x1 = 4. Barisan Monoton Definisi 10

Misal

( )

x adalah barisan bilangan real. n

Barisan

( )

x dikatakan barisan monoton naik, jika n

1 +

n n x

x , ∀nN

(Bartle dan Sherbert, 1994: 87) Contoh 12 Misalkan

( )

n N n n xn ∀ ∈ + + = , 2 2 1 3 Sehingga

( )

n N n n xn ∀ ∈ + + = ,... 2 2 1 3 ,..., 8 10 , 6 7 , 1 Karena ... 2 2 1 3 ... 8 10 6 7 1 2 3 1 + < + = < < = < = < = n n x x x x n maka

( )

x n

merupakan barisan monoton naik. Definisi 11

Misal

( )

x adalah barisan bilangan real. n

Barisan

( )

x dikatakan barisan monoton turun, jika n

1 +

n n x

x , ∀nN

(35)

Contoh 13 Misalkan

( )

n N n xn ∀ ∈ + = , 1 1 2 Sehingga

( )

n N n xn ∀ ∈ + = ,..., 1 1 ,..., 10 1 , 5 1 , 2 1 2 Karena ... 1 1 ... 10 1 5 1 2 1 2 3 2 1 > + = > > = > = > = n x x x x n maka

( )

x n

merupakan barisan monoton turun.

5. Subbarisan

Berikut ini akan dikenalkan definisi suatu subbarisan dari barisan bilangan real. Definisi dari subbarisan ini sering digunakan untuk menentukan kekonvergenan dan kedivergenan dari suatu barisan.

Definisi 12

Misal X =

( )

xn adalah barisan bilangan real, dan r1 <r2 <...rn <...barisan bilangan asli monoton naik. Maka

( )

n

r x

X' = disebut subbarisan dari X. (Bartle dan Sherbert, 1994: 94)

Contoh 14 Jika

( )

n N n xn = ,∀ ∈ 1 N n n R=3,4,5,6,..., +2,...,∀ ∈ Tentukan subbarisan dari

( )

xn

(36)

Jawab:

( )

,...,1,... 3 1 , 2 1 , 1 n xn = 6 , 5 , 4 , 3 = R ,…..

Misalkan Y adalah subbarisan dari

( )

x maka: n ... , , , ,... , , 2 3 3 4 5 6 1 x x x x x x x Y = r r r = ,... 2 1 ,..., 5 1 , 4 1 , 3 1 + = n

adalah subbarisan dari

( )

xn . Teorema 9

Misal

( )

xn barisan bilangan real dan xR . Jika

( )

xn konvergen ke bilangan real x, maka sebarang subbarisan dari

( )

xn juga konvergen ke x.

(Bartle dan Sherbert, 1994: 94)

Bukti :

Misal

( )

n

r

x sebarang subbarisan dari

( )

xn Akan dibuktikan bahwa:

x x n r )= lim( yaitu K N x x n K n r − < ≥ ∋ ∈ ∃ > ∀ε 0 ε,

Ambil ε >0 sebarang maka∃KNxnx <ε,nK

Diketahui rn ≥ ,nnN

Jika nK maka rn ≥ sehingga berlaku K x − x

n r , nK Jadi

( )

n r x konvergen ke x.

(37)

B. Barisan Cauchy

Definisi 13

Misalkan

( )

xn barisan bilangan real.

( )

xn disebut barisan Cauchy jika untuk setiap ε >0 ada KN sehingga jika m,nN dan m,nK maka

ε

<

n

m x

x

(Bartle dan sherbert,1994: 100)

Secara simbolik definisi tersebut dapat ditulis dengan:

( )

xn barisan Cauchy ⇔∀ε >0∃KNxmxn <ε, m,nK.

Teorema 10

Jika

( )

xn barisan bilangan real yang konvergen maka

( )

xn adalah barisan Cauchy.

(Bartle dan sherbert,1994: 100)

Bukti :

Misalkan

( )

xn konvergen ke x maka

Ambil ε >0 sebarang, karena ε >0 maka 0 2 > ε Sehingga 2 ε < − ∋ ∈ ∃K N xn x , nK Jika m,nK maka 2 ε < − x xm dan 2 ε < − x xn n m n m x x x x x x − = − + −

(38)

xmx + xxn x x x xm− + n − = 2 2 ε ε + < ε = Jadi ∀ε >0∃KNxmxn <ε, m,nK Teorema 11

Setiap barisan Cauchy pada bilangan real adalah terbatas (Bartle dan sherbert,1994: 101)

Bukti :

Misalkan

( )

xn sebarang barisan Cauchy.

Ambil ε =1 maka ∃KNxmxn <1m,nK 1 < − ≤ − n m n m x x x x , m,nK 1 < − ≤ − ≤ − − xm xn xn xm xm xn , m,nK 1 ≤ − m n x x , m,nK xnxm +1, m,nK

Pilih m=K maka diperoleh

1 +

K

n x

x , nK

(39)

N n L xn ≤ ,∀ ∈

Sehingga terbukti bahwa setiap barisan Cauchy adalah terbatas Teorema 12

Setiap barisan Cauchy pada bilangan real adalah konvergen (Bartle dan sherbert,1994: 101)

Bukti :

Ambil

( )

xn sebarang barisan Cauchy

Menurut teorema (11) bahwa setiap barisan Cauchy adalah terbatas maka

( )

xn mempunyai sub barisan misalkan

( )

xrn yang konvergen sebut ke x

Akan dibuktikan bahwa

( )

xn konvergen ke x Ambil ε >0

Karena ε >0 Cauchy maka

2 1 ε < − ∋ ∈ ∃K N xm xn , m,nK1 Karena

( )

n r x konvergen ke x maka 2 2 ε < − ∋ ∈ ∃K N x x n r , rnK

Pilih K =maks

{

K1, K2

}

maka:

Jika n,rnK maka 2 ε < − n r n x x dan 2 ε < − x x n r x x x x x x n n r r n n − = − + − x x x x n n r r n − + − ≤

(40)

2 2 ε ε + < ε = Jadi ∀ε >0∃KNxnx <ε , nK

Dengan demikian terbukti bahwa setiap barisan Cauchy adalah konvergen. Contoh 15 Misalkan

( )

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = n xn 2 1

3 , tunjukkan bahwa xn barisan Cauchy.

Jawab :

Karena telah dibuktikan bahwa

( )

xn konvergen, maka sesuai dengan

teorema (10), n xn 2 1 3+

= adalah barisan Cauchy.

C. Barisan Kontraktif Definisi 14

Barisan

( )

xn dikatakan berisan kontraktif jika terdapat konstanta C dengan 0 < C < 0, sehingga berlaku, xn+2xn+1Cxn+1xnnN.

(Bartle dan Sherbert, 1994: 104) Contoh 16 Misal barisan

(

2

)

7 1 3 1 = + + n n x

x dan 0< xn <1,∀nN. Tunjukkan bahwa

1 + n

(41)

Jawab: 1 2 + + − n n x x =

(

) (

2

)

7 1 2 7 1 3 3 1+ − + + n n x x = 2 2 7 1 3 3 1 + − − + n n x x = 3 3 1 7 1 n n x x + − = xn+ +xn+ xn +xn xn+1 −xn 2 1 2 1 7 1 Karena 10< xn < , maka xn+1 <1 sehingga n n n n x x x x +2+1 < 1+1+1 +1 − 7 1 1 2 + + − n n x x < xn+1xn 7 3 .

Jadi xn adalah barisan kontraktif dengan 7 3 =

C .

Teorema 13

Setiap barisan kontraktif

( )

xn merupakan barisan Cauchy dan konvergen. (Bartle dan Sherbert, 1994: 104)

Bukti :

Misal barisan

( )

xn adalah barisan kontraktif maka untuk suatu C, 0<C<1 berlaku 1 2 1 1 2 + + − + − nnnnn n x Cx x C x x x

(42)

C3 xn1xn2 ≤...≤Cn x2x1

Cn xnx1

Selanjutnya akan dibuktikan barisan kontraktif adalah barisan Cauchy. Untuk m>n maka : n n m m m m n m x x x x x x x x − = − 1 + 1− 2 +...+ +1−

Dengan ketaksamaan segitiga diperoleh

n n m m m m n m x x x x x x x x − ≤ − 1 + 1 − 2 +....+ +1 −

Dari barisan kontraktif didapatkan

1 2 2 1 C x x x xmmm − − − 1 2 3 2 1 x C x x xmmm− − 1 2 1 1 x C x x xn+nn− − Maka

(

)

2 1 1 3 2 ... C x x C C x xmnm− + m− + + n− −

(

)

2 1 2 1 1 1 ... x x C C Cn m n + m n + + − = − − − − −

Dengan menggunakan rumus jumlah deret geometri dimana = mn−1

C a dan r = C−1 maka diperoleh:

1 2 1 1 1 x x C C C x x n m n n m ⎟⎟ − ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − = − − −

Karena 0< C <1 dan m>n maka,

1 2 1 1 1 x x C C x xm n n ⎟ − ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ≤ − −

(43)

Karena 0< C <1 dan bahwa lim

( )

Cn =0, maka Cn <δ . Misalkan diambil ε >0 maka

N m n ≥ ∀ , berlaku ⎟ − <ε ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ≤ − − 1 2 1 1 1 x x C C x x n n m

berarti bahwa

( )

xn merupakan barisan Cauchy.

Karena barisan kontraktif merupakan barisan Cauchy, sedangkan setiap barisan Cauchy adalah konvergen, maka barisan kontraktif pasti konvergen.

D. Relasi Rekursif

Relasi rekursif adalah suatu topik penting dan menarik dalam kombinatorik. Banyak permasalahan dalam matematika, khususnya kombinatorik dapat dimodelkan ke dalam bentuk relasi rekursif. Suatu barisan didefinisikan secara rekursif jika kondisi awal barisan ditentukan, dan suku-suku barisan selanjutnya dinyatakan dalam hubungannya dengan sejumlah suku-suku yang sudah dinyatakan sebelumnya.

Definisi 15

Misal kN , relasi rekursif linear dengan koefisien konstanta order k dapat ditulis dalam bentuk

) ( ... 2 2 1 1 0x c x c x c x f n c n + n + n + + k nk =

dimana c0,c1,c2,...,ck konstanta dan f

( )

n suatu fungsi dalam n, ck ≠0 .

Jika persamaan f

( )

n =0, maka disebut relasi rekursif linear homogen order k dan jika f

( )

n ≠0 disebut relasi rekursif tak homogen order k. (Sutarno, 2005: 50)

(44)

Contoh 17

n n

n x

x 3 2

2 + −1 = adalah sebuah relasi rekursif linier order 1 dengan

koefisien konstanta.

5 2

5

3xnxn1+ xn2 =n2 + adalah sebuah relasi rekursif linier tak homogen order 2 dengan koefisien kontanta.

Solusi dari relasi rekursif adalah sebuah barisan pn,pnR . Sebuah

( )

Pn disebut solusi eksplisit persamaan

0 ... 2 2 1 1 0xn +c xn− +c xn− + +ckxnk = c ,

pada interval I, jika

( )

Pn terdefinisi pada I dan bila disubtitusikan untuk xn ke dalam 0c0xn +c1xn1+c2xn2 +...+ckxnk = memenuhi persamaan tersebut untuk setiap n dalam interval I..

Teorema 14

Misal c1,c2∈R dan jika diberikan

( )

pn dan

( )

qn dua solusi dari

persamaan 0c0xn +c1xn1+c2xn2 +...+ckxnk = ∀ ,A BR maka Sn , dimana N n q q q q B p p p p A sn = ( n + n1+ n2 +....+ nk)+ ( n + n1+ n2 +....+ nk),∀ ∈ juga solusi c0xn +c1xn1 +c2xn2 +...+ckxnk =0 (Sutarno, 2005: 52) Bukti :

Misal jika

( )

pn dan

( )

qn barisan bilangan real, dua solusi dari persamaan

0 ... 2 2 1 1 0xn +c xn− +c xn− + +ckxnk = c maka

(45)

k n k n n n c p c p c p p c0 + 1 1 + 2 2 +...+ k n k n n n c q c q c q q c0 + 1 1+ 2 2 +...+

persamaan c0pn +c1pn1+c2pn2 +...+ckpnk dikali dengan A dan persamaan c0qn +c1qn−1 +c2qn−2 +...+ckqnk dikali dengan B sehingga di

dapat 0 ... 2 2 1 1 0pn +Ac pn− +Ac pn− + +Ackpnk = Ac 0 ... 2 2 1 1 0qn +Bcqn− +Bc qn− + +Bckqnk = Bc maka ) ... ( ) ... ( n n 1 n 2 n k n n 1 n 2 n k n A p p p p B q q q q S = + + + + + + + + + ) ... ( ) ... (Ac0pn +Ac1pn1 + + Ackpnk + Bc0qn +Bc1qn1+ +Bckqnk = ) ( ... ) ( ) ( 1 1 1 0 Apn Bqn c Apn Bqn ck Apn k Bqn k c + + + + + + = k n k n n n c S c S c S S c + + + + = 0 1 1 2 2 ...

∞ = − = 0 k k n kS c

Jadi

{ }

sn adalah solusi dari relasi rekursif.

Selanjutnya akan dibahas permasalahan mencari

( )

pn dengan persamaan

karakteristik.

misal xi,ciR untuk i=1,2,3,...,k dan r adalah sebarang bilangan,

N n

∀ , 0xn =rn,r ≠ , maka persamaan c0xn +c1xn−1 +c2xn−2 +...+ckxnk =0 menjadi

(46)

0 ... 2 2 1 1 + + + = + − − nk k n n n or c r c r c r c

apabila dibagi dengan rnk diperoleh 0 .... 2 2 1 1 0 + + + + = − − k k k k c r c r c r c

disebut persamaan karakteristik dari c0xn +c1xn1+c2xn2 +...+ckxnk =0 dan dari persamaan c0rk +c1rk−1 +c2rk−2 +....+ck =0 diperileh nilai r1,r2,r3,...,rk yang disebut akar-akar persamaan karakteristik.

Teorema 15 i. Jika persamaan 2 2 .... 0 1 1 0 + + + + = − − k k k k c r c r c r c memiliki akar-akar

persamaan karakteristik yang berbeda r1,r2,r3,...,rk , maka

{ }

pn

adalah solusi untuk sembarang konstanta A1,A2,A3,....,AkR

sedemikian sehingga solusi umumnya adalah

( )

1 2

( )

2 3

( )

3 ....

( )

, 1,2,3,...

1 + + + + ∀ =

= A r A r A r A r n

pn n n n k k n

ii. Jika persamaan 2 2 .... 0

1 1 0 + + + + = − − k k k k c r c r c r c memiliki akar-akar

karakteristik yang sama r1 =r2 =r3 =,...,=rk =r maka

{ }

pn adalah solusi untuk sembarang konstanta A1,A2,A3,....,AkR sedemikian hingga solusi umumnya

( )

1 2

( )

2 3 2

( )

3 .... 1

( )

, 1,2,3,... 1 + + + + ∀ = = − n r n A r n A r n A r A pn n n n k k k n

iii. Jika persamaan c0rk +c1rk−1+c2rk−2 +....+ck =0 memiliki akar-akar persamaan yang kompleks, misal r1 =α +βi dan r2 =α −β

(

)

n

(

)

n

n A i B i

(47)

(

)

n

(

)

n ai r B ri r

A cosθ + sinθ + cosθ − sinθ =

(

nθ i nθ

)

Br

(

nθ i nθ

)

Arn cos + sin + n cos − sin =

(

A nθ Ai nθ

)

r

(

B nθ Bi nθ

)

rn cos + sin + n cos − sin

=

(

A B nθ i A B nθ

)

rn ( + )cos + ( − )sin =

maka solusi umumnya adalah pn =rn

(

C1cosnθ +iC2sinnθ

)

dimana

B A

(48)

BAB III PEMBAHASAN

A. Menentukan Nilai Limit Barisan Kontraktif Menggunakan Relasi Rekursif

Adapun langkah-langkah untuk menentukan nilai limit barisan dengan menggunakan relasi rekursif adalah:

1. Subtitusikan xn =rn untuk memperoleh persamaan karakteristik 0 .... 2 2 1 1 0 + + + + = − − k k k k c r c r c r c .

2. Menentukan akar-akar karakteristik dari persamaan karakteristik 0 .... 2 2 1 1 0 + + + + = − − k k k k c r c r c r c .

3. Menentukan bentuk solusi umumnya dilihat dari akar-akar karakteristik yang diperoleh yaitu :

Jika memiliki akar-akar persamaan karakteristik yang berbeda

k

r r r

r1, 2, 3,..., , ,...k =1,2,3 maka

( )

Pn adalah solusi untuk sembarang

konstanta A1,A2,A3,....,AkR sedemikian sehingga solusi umumnya adalah pn = A1

( )

r1 n +A2

( )

r2 n +A3

( )

r3 n +....+Ak

( )

rk n,∀n=1,2,3,...

Jika memiliki akar-akar karakteristik yang sama r1 =r2 =r3 =...=rk ,

,... 3 , 2 , 1 =

k maka

( )

Pn adalah solusi untuk sembarang konstanta R

A A A

A1, 2, 3,...., k ∈ sedemikian hingga solusi umumnya

( )

1 2

( )

2 3 2

( )

3 .... 1

( )

, 1,2,3,... 1 + + + + ∀ = = − n r n A r n A r n A r A pn n n n k k k n

(49)

4. Menentukan nilai kekonvergenannya dengan melimitkan bentuk solusi umumnya.

Selanjutnya akan diberikan contoh-contoh barisan, kemudian akan ditunjukkan bahwa barisan tersebut adalah barisan kontraktif dan mencari nilai limit barisan kontraktif menggunakan relasi rekursif.

Contoh 1

Misal 0<α <1, barisan

( )

xn dengan xn+1xn +

(

1−α

)

xn1 , ∀n≥2 , tunjukkan bahwa

( )

xn adalah barisan kontraktif ?

tentukan limitnya jika diketahui x0, x1, dan x0 < ? x1

Jawab :

(

)

(

1

)

(

1

(

)

2

)

1 1 − − 1 − + − n = n + − nn + − n n x x x x x x α α α α = αxn −αxn1+

(

1−α

)

xn1

(

1−α

)

xn2 ≤α xnxn−1 +

(

1−α

)

xn−1 −xn−2 karena 21≤ xn ≤ , ∀n≥2 dan x0 < x1 maka xn+1 −xn

(

α −1

)

xnxn−1

Jadi

( )

xn adalah barisan kontraktif dengan C=

(

α −1

)

.

Kemudian

( )

xn bisa ditampilkan dalam bentuk relasi rekursif

(50)

1. Substitusikan xn =rn sehingga diperoleh persamaan karakteristik

(

)

1

1 1 −

+ = n + − n

n x x

x α α adalah rn+1 =αrn +

(

1−α

)

rn−1apabila dibagi dengan rn−1 maka diperoleh r2 =αr +

(

1−α

)

atau

(

1

)

0

2 α α =

r r

2. Dari persamaan r2 −αr

(

1−α

)

=0 diperoleh akar-akar persamaan karakteristiknya yaitu :

( )

(

)

2 1 4 2 2 , 1 α α α ± + − = r

(

)

2 2 − ± =α α

Jadi akar-akar karakteristiknya adalah r1 =1 dan r2 =

(

α −1

)

3. Karena r1r2 maka bentuk solusi umumnya adalah

(

1

)

, 0,1,2,...

2

1+ − ∀ =

=c c n

pn α n untuk mencari c1 dan c2 , misal

0 0 x

p = dan p1 =x1 maka diperoleh sistem persamaan yang berbentuk 0 2 1 c x c + =

(

)

2 1 1 1c x c + α − = sehingga diperoleh :

(

)

α α − + − = 2 1 0 1 1 x x c α − − = 2 1 0 1 x x c

(51)

kemudian di substitusikan ke solusi umumnya, maka diperoleh . n

(

)

(

)

n x x x x p 1 2 2 1 0 1 0 1 − ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + − = α α α α

4. Selanjutnya akan ditentukan nilai konvergensinya dengan melimitkan solusi umum di atas yaitu :

(

)

(

)

n n n n n x x x x p 1 2 lim 2 1 lim lim 0 1 0 1⎟ − ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + − = ∞ → ∞ → ∞ → α α α α

(

)

(

)

n n x x x x 1 lim 2 2 1 0 1 0 1 − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + − = ∞ → α α α α

karena α −1 <1 maka lim

(

−1

)

=0

∞ → n n α sehingga

(

)

( )

0 2 2 1 lim 0 1 0 1⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + − = ∞ → α α α x x x x pn n

(

)

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + − = α α 2 1 x0 x1

Jadi nilai limit dari xn+1xn +

(

1−α

)

xn1 , ∀n≥2 adalah

(

)

α α − + − 2 1 x0 x1 .` Contoh 2

Misal bilangan Fibonacci f1,f2,f3,... didefinisikan secara rekursif dengan

: f1 =1, f2 =2, fn+1 = fn + fn−1, ∀n≥2. Tunjukkan n n n f f 1 lim + ∞ → ada, dan tentukan nilainya ?

(52)

Jawab : 1 2 1 1 1 1 − − − − − + = + + n n n n n n n n n n f f f f f f f f f f 2 1 2 1 2 2 1 − − − − − + − = n n n n n n f f f f f f

karena f barisan naik maka n

(

1 2

)

0 1 − − − ≥ − n n n f f f atau 2 1 2 1 2 1 − − 2 − − − n nn n n f f f f f dengan disubstitusikan ke 2 1 2 1 2 2 1 1 1 − − − − − − + + − = − n n n n n n n n n n f f f f f f f f f f di dapat 2 1 1 1 1 2 1 − − − − + n n n n n n n n f f f f f f f f

dengan induksi matematik di dapat

1 2 2 3 1 1 1 2 1 f f f f f f f f n n n n n − ≤ − − − + barisan n n f f +1

, ∀n≥2 merupakan barisan kontraktif dengan 2 1 = C , jadi n n n f f 1 lim + ∞ → ada (konvergen).

(53)

Nilai limit

n n f f +1

, ∀n≥2 dapat di tentukan menggunakan relasi

rekursif dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Substitusikan fn =rn sehingga diperoleh persamaan karakteristik

n n n n n f f f f f +1 + 1 = adalah n n n n n r r r r r +1 = + −1

apabila dibagi dengan rn−1

maka diperoleh r2 = r +1 atau r2 − r−1=0

2. Dari persamaan r2 − r−1=0 diperoleh akar-akar persamaan karakteristiknya yaitu :

( )

( )

2 1 4 1 1 2 2 , 1 + ± = r 2 5 1± =

Jadi akar-akar karakteristiknya adalah

2 5 1 2 + = r dan 2 5 1 2 − = r

3. Karena r1 ≠r2 maka bentuk solusi umumnya adalah

,... 2 , 1 , 2 5 1 2 5 1 2 1 ⎟⎟ ∀ = ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + =c c n p n n

n untuk mencari c1 dan c2,

misal p1 =2 dan

2 3

1 =

p maka diperoleh sistem persamaan yang berbentuk 2 2 5 1 2 5 1 2 1 ⎟⎟= ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + c c

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b terdapat di Distrik Kaimana, Distrik Buruway, Distrik Teluk Arguni, Distrik Arguni Bawah, Distrik

#2.  Tidak  begitu  jelas  apakah  developer  plugin  ini  merupakan  “orang  dalam  Kaskus”  atau  orang  yang  sudah  mendapatkan  izin  untuk  me‐

4) Tangki, waduk, pipa-pipa, batako. Tipe II: Semen ini digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan, seperti sistim drainase dengan sifat kadar

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Dari keseluruhan dapat dilihat bahwa hasil volume yang didapat mendekati nilai set point yang diinginkan meskipun terdapat error rata-rata sebesar 0,08 cm

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

+erdasarkan tabel di atas&amp; buatlah gra#k ,ungsin$a pada buku berpetak dengan -ontoh sebagai berikut :..

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan