• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPT BORAKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPT BORAKS"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

S E L P I A N I S E L P I A N I 0 3 0 . 0 6 . 20 3 0 . 0 6 . 2 3 9 3 9 F K F K T R I S A K T IT R I S A K T I M E G A M E G A M U Z D A L I F A H M U Z D A L I F A H 0 3 0 . 0 8 . 10 3 0 . 0 8 . 1 5 9 5 9 F K F K T R I S A K T IT R I S A K T I W I L L I A M W I L L I A M M A K D I N A T A M A K D I N A T A 0 3 0 . 0 8 . 20 3 0 . 0 8 . 2 5 7 5 7 F K F K T R I S A K T IT R I S A K T I A M A R I L L A A M A R I L L A R I A N D I T A R I A N D I T A 2 2 0 1 0 12 2 0 1 0 1 1 2 2 1 0 01 2 2 1 0 0 8 9 8 9 F K F K U N D I PU N D I P B H I M O B H I M O P R I A M B O D O P R I A M B O D O 2 2 0 1 0 12 2 0 1 0 1 1 2 2 1 0 11 2 2 1 0 1 4 9 4 9 F K F K U N D I PU N D I P C H R I S T I E C H R I S T I E A Y U D I A T A M A A Y U D I A T A M A 2 2 0 1 0 12 2 0 1 0 1 1 2 2 1 0 11 2 2 1 0 1 4 4 4 4 F K F K U N D I PU N D I P N U R I N N U R I N A I S Y I Y A H A I S Y I Y A H L L 2 2 0 1 0 12 2 0 1 0 1 1 2 2 1 0 01 2 2 1 0 0 5 2 5 2 F K F K U N D I PU N D I P KEPANITERAAN KLINIK KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

RSUP DR. KARIADI SEMARANG RSUP DR. KARIADI SEMARANG

KERACUNAN

(2)
(3)

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

BTP

BTP

(Permenkes no.33 th. 2012)

(Permenkes no.33 th. 2012)

Surveilans Keamanan Pangan Badan POM

Surveilans Keamanan Pangan Badan POM

RI th. 2010

RI th. 2010

Penyalahgunaa

Penyalahgunaa

n

n

boraks

boraks

8,80%

8,80%

= sodium tetraborate

(4)

KERACUNAN

KERACUNAN

Definisi :

Definisi :

menurut WHO

menurut WHO

Keracunan adalah kondisi yang mengikuti masuknya

Keracunan adalah kondisi yang mengikuti masuknya

suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan

suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan

kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi dan

kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi dan

respon psikofisiologis.

(5)

BORAKS

BORAKS

berasal dari bahasa

berasal dari bahasa

arab

arab :

: BOURAQ

BOURAQ

•• kristal lunak yang

kristal lunak yang

mengandung

mengandung

unsur-unsur boron

unsur boron

•• berwarna putih atau

berwarna putih atau

transparan

transparan

•• larut dalam air 

larut dalam air 

Nama ilmiah :

Nama ilmiah :

natrium

natrium

tetraborate

tetraborate

decahydrate

decahydrate

Boraks

Boraks

dipasaran :

dipasaran :

pijer, petitet,

pijer, petitet,

dan bleng.

dan bleng.

(6)

900 SM

• Cina pengilap kaca • Arab finishing emas

1702

• Kristal boraks buatan manusia pertama oleh Wilhelm Homberg yang merupakan boraks dengan campuran dan mineral asam dengan air.

• Air menguap meninggalkan kristal boraks dan sering disebut "garam Homberg”.

1861

• Deposito boron Turki, yang dikenal sejak abad ke-13, mulai ditambang secara besar-besaran Deposito boraks pada

1870

• Deposito boron ditemukan di Nevada dan Death Valley, California.

(7)

SIFAT FISIK BORAKS

bentuk padat atau serbuk kristal dalam suhu kamar 

boraks berwarna putih atau tidak berwarna.

tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera

pencium

(8)

SIFAT KIMIA BORAKS

Na

2

B

4

O

2

(H2O)

10

berat molekul 381,43

kandungan boron sebesar 11,34 %.

basa lemah dengan pH (9,15-9,20).

larut dalam air, kelarutan boraks berkisar 62,5 g/L pada

suhu 25°C (meningkat seiring dengan peningkatan suhu

air)

boraks tidak larut dalam senyawa alkohol.

zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan

sebagai campuran bahan makanan.

(9)
(10)

PENGGUNAAN BORAKS DALAM

MAKANAN

Hasil investigasi dan pengujian

Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan:

-pengawet dalam ikan asin,

tahu, pengenyal dalam mie

basah dan bakso

-tidak hanya ditemukan di

sejumlah pasar tradisional,

tetapi sering pula ditemukan

di berbagai supermarket di

berbagai wilayah di tanah air.

Pangan yang paling banyak

mengandung boraks adalah :

• mie basah • bakso

(11)
(12)

 ABSORBSI DISTRIBUSI METABOLISME EKSKRESI

TOKSIKOKINETIK

(13)

INTOKSIKASI

BORAKS

Intoksikasi akut

(14)

INTOKSIKASI AKUT

Dibutuhkan waktu beberapa jam

Dosis lethal :

LD

50

dewasa 15-20 gram

LD

50

anak-anak 5 gram

(15)

GEJALA INTOKSIKASI AKUT

mual, muntah, nyeri perut , diare nyeri kepala, halusinasi, tremor kejang gagal ginjal akut (ATN/  Acute Tubular  Necrosis) erythema pada kulit

(16)
(17)
(18)

GEJALA INTOKSIKASI

KRONIK

letargi, tremor, kejang , penurunan kesadaran sampai koma iritasi saluran pernafasan seperti rhinitis, bersifat transient tidak menetap. mual, muntah, nyeri perut, perubahan warna lidah jadi kemerahan (

red

glossy tongue

), erythema kulit bahkan ulseratif, bahkan rambut rontok sampai alopesia gangguan proliferasi dari sel limfosit sehingga dapat menimbulkan kerentanan terhadap infeksi

(19)

PEMERIKSAAN

FORENSIK

• Makanan

• Bahan yang dimuntahkan • Urine • Feses • Keringat • Saliva

Korban

Hidup

• Pemeriksaan Luar  • Pemeriksaan Dalam • Pemeriksaan Toksikologi

Korban

Meninggal

(20)

PENGAMBILAN SAMPEL

Lambung Usus Otak Kandung Kemih Pada Kasus Keracunan

Secara Umum

Muntahan

Urine Feses Keringat

(21)

Pemeriksaan Khusus Keracunan

Boraks

Darah

( serum dewasa : 0,2 mg/dl anak:0,125 mg/dl

Urine

0,004-0,66 mg/dl

Jaringan

Kadar senyawa boron dalam tubuh

kalorimetrik / spektrometrik atom

bertemperatur tinggi

(22)

CAIRAN TUBUH

Sebaiknya diperiksa dengan jarum suntik

yang bersih/baru.

Perhatikan:

• Darah seharusnya selalu diperiksa pada

gelas kaca

• Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu

beri label pada tabung sampel darah:

• Pembuluh darah femoral.

• Jantung.

(23)

CAIRAN TUBUH

Pemeriksaan pada mayat tidak otopsi:

• Darah diambil dari vena femoral. Jika vena

ini tidak berisi, dapat diambil dari subclavia.

• Urine diambil dengan menggunakan jarum

panjang yang dimasukan pada bagian

bawah dinding perut terus sampai pada

tulang pubis.

(24)

CAIRAN TUBUH

Pada mayat yang diotopsi :

• Darah diambil dari vena femoral.

• Jika darah tidak dapat diambil dari vena femoral,

dapat diambil dari : Vena subklavia, Aorta, Arteri

pulmonalis, Vena cava superior dan Jantung.

• trauma massif: darah tidak dapat diambil dari

pembuluh darah tetapi terdapat darah bebas pada

rongga badan.

(25)

BAHAN PENGAWET

Bahan pengawet yang dipergunakan adalah :

1. Alkohol absolute.

2. Larutan garam jenuh.

3. Natrium fluoride 1%.

4. Natrium fuorida + natrium sitrat.

5. Natrium benzoate dan phenyl mercuri nitrate.

Sampel padat atau organ

Sampel cair  Urin

(26)

WADAH

Minimal 9:

• Dua buah toples :2 liter untuk hati dan usus.

• Tiga buah toples : 1 liter untuk lambung beserta

isinya, otak dan ginjal.

• Empat buah botol : 25 ml untuk darah (2 ) urine

dan empedu.

(27)

PENGIRIMAN BAHAN

PEMERIKSAAN

Harus memenuhi kriteria:

1.

Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan

pemeriksaan.

2.

Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk kontrol.

3.

Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label

yang memuat keterangan mengenai tempat pengambilan

bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya.

4.

Disertakan hasil pemeriksaan otopsi secara singkat jika

mungkin disertakan anamnesis dan gejala klinis.

(28)

PENGIRIMAN BAHAN

PEMERIKSAAN

5.

Surat permintaan pemeriksaan dari penyidik harus disertakan

dan memuat identitas korban dugaan racun .

6.

Hasil otopsi dikemas dalam kotak dan harus dijaga agar botol

tertutup rapat dijaga tidak tumpah atau pecah. Kotak diikat

mati serta diberi lak pengaman.

7.

Penyegelan dilakukan oleh Polisi yang mana juga harus

dibuat berita acara penyegelan dan berita acara ini harus

disertakan dalam pengiriman. Dalam berita acara tersebut

harus terdapat contoh kertas pembungkus, segel, atau materi

yang digunakan.

8.

Pada korban hidup: alkohol tidak dapat dipakai untuk

desinfektan lokal saat pengambilan darah. Sebagai gantinya

dapat digunakan sublimate 1% atau mercuri klorida 1%.

(29)

Metode Nyala Api

•Tumbuk sample hingga halus dengan mortar, kemudian

timbang sample sebanyak ± 3 gram sample.

•Masukkan ke dalam cawan petri, dan atur pH dengan

menambahkan air kapur jenuh hingga suasana menjadi asam,

diukur dengan kertas lakmus.

•Setelah asam, kemudian masukkan cawan petri ke dalam

furnace.

•Tambahkan 5 ml H

2

SO

4

pekat, aduk sampai homogen hingga

larutan menjadi asam (lakmus biru menjadi merah), tambahkan

10 ml methanol kemudian nyalakan. Jika nyala api berwarna

hijau maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.

IDENTIFIKASI BORAKS DALAM

MAKANAN

(30)

Metode Kertas Kunyit

• Bahan makanan atau minuman kurang lebih 20 gram (sebelumnya

dihaluskan dulu) masukkan ke dalam cawan porselin.

• Tambahkan larutan kapur jenuh sampai basa (lakmus merah

menjadi biru).

• masukkan dalam waterbath.

• Panaskan di atas kompor.

• Pijarkan sampai menjadi abu, kemudian kerjakan sebagai berikut :

Sebagian abu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan HCl 10% sampai menjadi asam, saring dengan kertas saring, celupkan kertas curcuma ke dalam air hasil saringan, jika kertas curcuma memerah kembali dengan asam tambahkan amoniak menjadi hijau biru tua maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks

IDENTIFIKASI BORAKS

ALAM MAKANAN (2)

(31)

Test kit boraks dari “easy test”.

Metode uji boraks yang mudah dan praktis.

Produknya terdiri dari dua botol reagen uji (untuk 50 kali

pemakaian) dan botol reaksi.

IDENTIFIKASI BORAKS

ALAM MAKANAN (3)

(32)

Prosedur pemakaian test kit boraks untuk analisis cepat

kandungan boraks adalah sebagai berikut :

Bahan uji berupa padatan

Cincang atau lumatkan dengan digerus bahan yang akan diuji,

ambil setengah sendok teh dan masukkan dalam botol uji yang

telah disediakan. Campur dengan 10 ml air mendidih. Aduk dan

biarkan dingin.

Tambahkan 5 ml HCl teknis dan 4 tetes reagen cair. Tutup botol

dan kocok dengan kuat.

Ambil kertas uji dan celupkan ke dalam botol sampai terendam

sebagian.

Keringkan di bawah terik matahari atau diangin-anginkan.

Setelah kering amati bagian kertas uji yang tadi dibasahi. Jika

terbentuk warna merah bata berarti bahan yang diuji positif 

mengandung boraks

IDENTIFIKASI BORAKS

ALAM MAKANAN (4)

(33)

Bahan uji berupa cairan

Ambil 1 sendok makan bahan yang akan diuji (±5ml) dan 4

tetes reagen cair. Tutup botol dan kocok dengan kuat.

Ambil kertas uji dan celupkan ke dalam botol sampai

terendam sebagian.

Keringkan di bawah terik matahari atau diangin-anginkan.

Setelah kering amati bagian kertas uji yang tadi dibasahi.

Jika terbentuk warna merah bata berarti bahan yang diuji

positif mengandung boraks

IDENTIFIKASI BORAKS

ALAM MAKANAN (5)

(34)

PENANGANAN

KERACUNAN BORAKS

•Apabila boraks tertelan atau terminum, bilas lambung dengan air  hangat.

•Berikan larutan pencahar yang mengandung garam (saline cathartics) dengan 15-30 g sodium sulfat dalam air.

•Berikan cairan infus glukosa dan elektrolit untuk mengurangi dehidrasi akibat muntah dan diare.

•Atasi shock dengan oksigen, intravenoer plasma, atau transfusi darah. •Apabila terjadi kejang-kejang, berikan obat barbiturat yang aksinya

pendek (short acting barbiturate).

•Berikan obat-obat pencegah infeksi (antibiotik).

•Bila perlu berikan obat-obat analeptika, seperti caffeine sodium benzoat.

(35)

ASPEK HUKUM BAHAN

TAMBAHAN PANGAN

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.33 tahun 2012 :

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang

ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat

dan bentuk pangan.

(36)

PERMENKES RI NO.33 TAHUN 2012

GOLONGAN BTP YANG DIGUNAKAN • Antibuih; • Antioksidan; • Bahan pengkarbonas i; • Garam pengemulsi; • Gas untuk kemasan; • Pelapis; • Pemanis; • Pembawa; • Pembentuk gel; • Pembuih; • Pengatur  keasaman; • Pengawet; • Pengembang; • Pengemulsi; • Pengental; • Pengeras; • Penguat rasa; • Peningkat volume; • Penstabil; • Peretensi warna; • Perisa; • Perlakuan tepung. BTP YANG TIDAK DIIZINKAN ATAU DILARANG • Asam borat dan senyawanya • Asam salisilat dan garamnya • Dietilpirokar  bonat • Dulsin • Formalin • Kalium bromat • Kalium klorat • Kloramfenik ol • Nitrofurazon • Dulkamara • Kokain • Nitrobenzen • Sinamil antranilat • Dihidrosafrol

(37)

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN

1996 TENTANG PANGAN

• Pasal 10 :

• Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan;

• Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam

kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1);

• Pasal 11 :

• “...Bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pangan, tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan penggunaannya dalam kegiatan atau proses produksi pangan untuk diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari pemerintah....”

(38)

• Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan

• Pasal 111

• (1) Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan.

• (2) Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• (3) Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang berisi:

• Nama produk;

• Daftar bahan yang digunakan; • Berat bersih atau isi bersih;

• Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan makanan dan minuman kedalam wilayah Indonesia; dan

• Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.

AKIBAT HUKUM DARI PRODUK

MAKANAN YANG MENGANDUNG

BAHAN-BAHAN BERBAH

(39)

(4) Pemberian tanda atau label sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus dilakukan secara benar dan akurat.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian

label sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(6) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan

standar, persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan

disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

• Pasal 112

Pemerintah berwenang dan bertanggung jawab mengatur 

dan mengawasi produksi, pengolahan, pendistribusian

makanan, dan minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal

109, Pasal 110, dan Pasal 111.

(40)

Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan:

• Pasal 8 yaitu: “setiap orang dilarang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau peredaran makanan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi;

• Pasal 20 ayat (1): “setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib menyelenggarakan sistem jaminan mutu, sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi”;

• Pasal 21 huruf (a): “setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia”;

• Pasal 26 huruf (b): “setiap orang dilarang memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan mutu yang dijanjikan”;

• Pasal 55 yaitu: “barang siapa dengan sengaja bertentangan dengan Pasal 8, Pasal 21 huruf (a), Pasal 26 huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 600.000.000; (enam ratus juta rupiah);

(41)

• Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen

• Pasal 8 ayat (1)

• “pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan /atau jasa yang :

• Tidak memenuhi atau sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

• Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses

pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan pada label atau keterangan barang dan/atau jasa

tersebut;

• Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

• Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atau barang tertentu;

(42)

Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,

sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam

label;

Tidak memasang label atau memuat informasi penjelasan

mengenai barang yang memuat nama barang, ukuran,

berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal

pembuatan, akibat samping, nama dan alamat pelaku usaha

serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut

ketentuan harus dipasang/dibuat;

Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk

penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

• Pasal 62 ayat (1) :

“pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak

Rp. 2.000.000.000; (dua milyar rupiah)

(43)

KESIMPULAN

• Boraks dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).

• Boraks biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air . Sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks pada produk makanan padahal dalam jumlah tertentu sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menimbulkan keracunan dengan gejala akut seperti mual,muntah bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan neurologis.

• Boraks dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan maupun kulit yang terluka. Boraks tidak mengalami metabolisme dalam tubuh sehingga keberadaan boraks dalam tubuh dapat terdeteksi dari urin.

• Pemerintah dalam undang undang kesehatan telah mengatur  mengenai bahan tambahan pangan, namun penegakan hukum belum dilakukan secara tegas dalam menindak oknum yang menyalahgunakan boraks sebagai bahan tambahan pangan.

(44)

SARAN

• Masyarakat diharapkan secara proaktif meningkatkan pengetahuannya mengenai penyalahgunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan dan harus lebih jeli dalam memilih makanan dalam upaya menghindari efek buruk dari boraks bagi tubuh.

• Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu menyusun program kegiatan sebagai bentuk edukasi dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyalahgunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dalam konteks makro.

• Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas sangat dibutuhkan, seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat undang-undang mengenai boraks.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

• •

• Budianto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Muni’m A, Herpian S, et al. I lmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia; 1997. P 71.

• Rose Mill Company. What is boric acid?. Available at

• http://www.natbat.com/What%20Is%20Boric%20Acid.pdf . Accessed 18 November 2012.

• National Pesticide Information Center. Boric Acid Technical Fact Sheet. Available at:http://npic.orst.edu/factsheets/borictech.pdf . Accessed 18 November  2012.

• United States Enviromental Protection Agency. Health Effects Support Document for Boron. Available at:

http://www.epa.gov/ogwdw/ccl/pdfs/reg_determine2/healtheffects_ccl2-reg2_boron.pdf . Accessed 18 November 2012.

• Forest Health Protection USDA Forest Service. Human Health and Ecological Risk Assessment for Borax Final Report. Available at : http://www.fs.fed.us/foresthealth/pesticide/pdfs/022406_borax.pdf 

• . Accessed 19 November 2012.

• http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22602/4/Chapter%20II.pdf . Accessed 18 November 2012. • http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20996

• Nasution, Anisyah, Analisa Kandungan Boraks Pada Lontong Di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2009, USU 2010 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17797

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. • http://www.pom.go.id/pom/hukum_perundangan/pdf/BTP_033.pdf 

• Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 USU http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4909/1/09E01994.pdf 

• Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta: 1999.

• Sinaga Edward J. Peranan Toksikologi dalam Pembuatan Visum Et Repertum Terhadap Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan dengan Me nggunakan Racun, 2010, USU http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20996

• World Health Organization. Management of Substance Abuse. W HO 2012.www.who.int/substance_abuse/terminology/acute_intox/index.html • Day,JR.Analisis Kimia Kuantitatif.1996.Jakarta:Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No 722/Menkes/IX/1988, boraks salah satu bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pada produk pangan karena

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai

Penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan dapat menimbulkan efek racun pada manusia akan tetapi toksisitas boraks yang terkandung dalam makanan tidak

Konvensi Minamata mengatur pengadaan dan perdaganganmerkuri dan senyawa merkuri, termasuk di dalamnya pertambangan merkuri, penggunaannya sebagai bahan tambahan di

Bahan-bahan sebelum tiba digudang diperiksa terlebih dahulu oleh bagian pengawasan mutu untuk mengetahui apakah bahan tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah

Setiap bahan pustaka yang baru diterima perpustakaan baik itu secara pembelian maupun hadiah perlu diperiksa terlebih dahulu, apakah bahan pustaka tersebut sesuai dengan

Bahan tambahan pangan (BTP) secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai

Bahan tambahan pangan (BTP) secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai