• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA EKONOMI MAKRO

3.1. Perkiraan Kondisi Ekonomi Tahun 2006

Stabilitas perekonomian merupakan syarat untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini pemerintah sebagai fasilitator (agent of development) dapat memberikan jaminan kepastian berusaha. Sedangkan ketidakstabilan akan menimbulkan biaya tinggi bagi perekonomian, sebagai contoh inflasi yang tinggi menyulitkan pembedaan pergerakan harga yang disebabkan oleh perubahan permintaan atau penawaran barang dan jasa dari kenaikan umum harga-harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih. Sehingga pada akhirnya akan berdampak terhadap penurunan daya beli masyarakat.

Dengan demikian keberhasilan pembangunan dapat diindikasikan melalui pencapaian stabilitas perekonomian melalui indikator pertumbuhan ekonomi, yang pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor produksi (sektor riil), kebijakan moneter dan inflasi, serta situasi dan kondisi umum serta pengaruh global. Disamping itu perkembangan daerah sekitar juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan, dimana saat ini rata-rata tingkat LPE Kota Bandung mencapai 7%, masih diatas rata-rata LPE daerah sekitarnya yang hanya mencapai kisaran 3 – 5%, serta masih diatas capaian LPE Provinsi Jawa Barat yang mencapai 5,31% untuk tahun 2005.

Sehubungan dengan hal tersebut maka laju pertumbuhan ekonomi kota Bandung tahun 2006 diharapkan dapat mencapai 7,61 % dalam kondisi normal

(2)

dan dalam kondisi optimistik mencapai 7,75%, dengan kontribusi laju pertumbuhan dari sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar. Peningkatan LPE tersebut didorong oleh peningkatan nilai investasi dalam bentuk Pembentukan modal tetap Bruto (PMTB) berkisar antara Rp 6.2 – 6.3 trilyun. Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sebesar 985.215 orang. Tabel berikut ini menyajikan pertumbuhan PDRB berdasarkan lapangan usaha sampai tahun 2005 dan perkiraan tahun 2006.

Tabel 3.1

Laju Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2000 – 2005

ADH KONSTAN 2001 2002 2003 2004 Rerata Tumbuh Pertanian -2.42 -2.02 1.89 -5.20 -1.93 Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0 Industri pengolahan 11.25 9.65 6.88 6.17 8.48 Listrik, Gas dan Air Bersih 3.13 11.28 10.29 10.25 8.73 Bangunan Kontruksi 2.44 5.32 7.92 7.55 5.80 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 6.27 5.52 7.13 9.26 7.045

Pengangkutan dan Komunikasi 11.28 10.47 6.97 8.26 9.2 Keuangan, persewaan dan

Jasa Perusahaan 5.71 4.86 14.87 8.29 8.43

Jasa-jasa 3.24 3.83 4.63 4.67 4.09

PDRB 7.54 7.13 7.34 7.49 7.37

(3)

Sumber : BPS Kota Bandung th 2001-2004, data diolah Bappeda

3.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007

Karakterisktik Kota Bandung sebagai kota metropolitan, membawa konsekuensi terhadap perkembangan struktur perekonomian yang mengarah kepada semakin siginifikannya peranan sektor tersier (sektor jasa-jasa) terhadap PDRB Kota Bandung pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar 63,04%, diikuti oleh sektor sekunder (Industri Pengolahan) sebesar 33,01%, dan sektor primer yang memberikan kotribusi sebesar 0,32%. Kontribusi tersebut secara terinci diuraikan kedalam 53 sektor yang tertuang dalam Tabel Input - Output dengan menggunakan analisis indeks komposit dapat ditelusuri sektor unggulan apa saja yang berperan dalam struktur perekonomian tersebut, dengan memperhatikan beberapa variabel sebagai berikut :

1. Besarnya kontribusi PDRB Kota Bandung;

2. Efek relatif dari kenaikan output sektor terhadap peningkatan output sektor lainnya (indeks daya penyebaran);

3. Efek relatif dari peningkatan output suatu sektor terhadap dorongan peningkatan output sektor-sektor lainnya (nilai indeks derajat kepekaan);

4. Pengaruh permintaan akhir sektor terhadap total output perekonomian secara total (multiplier output);

5. Pengaruh pengganda pendapatan;

(4)

Dari hasil analisis tersebut maka didapat nilai indeks komposit 53 sektor kegiatan unggulan ekonomi di Kota Bandung sebagai berikut :

Tabel 3.2

Sektor Unggulan berdasarkan Analisis Indeks Komposit

KODE SEKTOR Nilai Indeks

Komposit

[1] [2] [3]

42 Jasa Komunikasi 175,320

35 Perdagangan 175,190

23 Industri kimia dan barang-barang dari bahan

kimia lainnya 173,040

18 Industri kayu dan barang-barang lainnya terbuat

dari kayu, bambu, gabus dan rotan 160,400

43 Bank dan lembaga keuangan lainnya 157,490

36 Perhotelan 142,600

13 Industri tekstil, kecuali untuk pakaian jadi 128,320

32 Listrik 125,070

44 Jasa Perusahaan 120,240

25 Industri barang-barang dari plastik kecuali

furnitur 112,760

14 Industri perajutan 110,340

15 Industri pakaian jadi, kecuali untuk alas kaki 109,980

41 Jasa Penunjang angkutan 109,590

(5)

16 Industri kulit dan barang dari kulit, kecuali untuk

alas kaki 104,760

40 Jasa Angkutan udara 104,750

20 Industri kertas ,barang dari kertas dan

sejenisnya 104,620

34 Bangunan 104,360

47 Jasa Pendidikan pemerintah 103,960

17 Industri alas kaki 103,270

24 Industri karet dan barang-barang dari karet 102,820

46 Jasa Pemerintahan umum 101,920

28 Industri mesin dan peralatannya termasuk

perlengkapannya 100,710

27 Industri logam dasar dan barang dari logam,

kecuali mesin dan peralatannya 100,470

29 Industri alat angkutan 99,051

38 Jasa Angkutan rel 96,656

30 Industri peralatan professional, ilmu

pengetahuan, pengukur dan pengatur 96,430

21 Industri penerbitan dan percetakan 96,222

48 Jasa Kesehatan pemerintah 95,976

9 Perikanan dan hasil perikanan lainnya 94,053

50 Jasa Kesehatan Swasta 93,491

31 Industri pengolahan lainnya 92,737

(6)

49 Jasa Pendidikan swasta 91,817

39 Jasa Angkutan jalan 90,764

33 Air Bersih 89,301

19 Industri furnitur semua bahan 85,727

53 Jasa perseorangan dan rumah tangga 83,417

52 Jasa rekreasi, kebudayaan, dan olah raga 82,619

37 Restoran 81,725

8 Ternak, unggas dan hasil-hasilnya 80,309

45 Real Estate dan Usaha Persewaan 79,323

51 Jasa Kemasyarakatan Swasta Lainnya 78,208

2 Jagung 74,045 1 Padi 73,170 4 Ubi jalar 71,044 3 Ketela pohon 71,020 6 Buah-buahan 70,532 7 Sayur-sayuran 69,371 5 Kacang Tanah 69,288

10 Hasil pertanian lainnya 66,695

22 Industri pengilangan minyak bumi 52,395

11 Barang tambang dan hasil galian lainnya 45,344 Sumber : Data BPS diolah Bappeda

Nilai Indeks komposit tersebut menunjukkan nilai keunggulan dari masing-masing sektor. Sektor kegiatan yang memiliki nilai indeks komposit lebih besar dari rata-rata, menandakan sektor tersebut menjadi sektor

(7)

unggulan di Kota Bandung. Sektor kegiatan yang menjadi sektor unggulan di Kota Bandung adalah 24 sektor yang meliputi sektor jasa komunikasi dengan nilai indeks komposit terbesar yaitu (175,32), sektor perdagangan menjadi sektor terbesar kedua dengan nilai indeks komposit sebesar (175,19), terbesar ketiga adalah sektor Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia lainnya sebesar (173,04), Industri kayu dan barang-barang lainnya terbuat dari kayu, bambu, gabus dan rotan sebesar (160,400), sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar (157,490), sektor perhotelan (142,600), sektor Industri tekstil, kecuali untuk pakaian jadi (128,320), listrik sebesar (125,070), jasa perusahaan sebesar (120,240), Industri barang-barang dari plastik kecuali furniture (112,760), Industri perajutan (110,340), Industri pakaian jadi, kecuali untuk alas kaki (109,980), Jasa Penunjang angkutan (109,590) Industri makanan , minuman dan tembakau (105,400) Industri kulit dan barang dari kulit, kecuali untuk alas kaki (104,760), Jasa Angkutan udara (104,750), Industri kertas ,barang dari kertas dan sejenisnya (104,620), Bangunan (104,360), Jasa Pendidikan pemerintah (103,960) Industri alas kaki (103,270 ) Industri karet dan barang-barang dari karet (102,820) Jasa Pemerintahan umum (101,920) Industri mesin dan peralatannya termasuk perlengkapannya (100,710) Industri logam dasar dan barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya (100,470)

Dari ke-24 (dua puluh empat) sektor unggulan tersebut terbagi ke dalam klasifikasi sektor industri pengolahan terdiri dari 12 (dua belas) sektor, dan sektor jasa – jasa 12 (dua belas ) sektor. Dengan demikian strategi pertumbuhan ekonomi kota Bandung harus berbasis pada ekonomi jasa, sesuai dengan karakteritik kota Bandung sebagai kota metropolitan. Kenyataaan ini harus disikapi dengan penetapan kebijakan ekonomi yang mendorong

(8)

pengembangan sektor jasa melalui penciptaan iklim yang kondusif yang mencakup peningkatan pelayanan publik (regulasi, perbaikan infrastruktur, kenyamanan berusaha).

Berdasarkan kondisi tersebut, diperkirakan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung tahun 2007 diperkirakan masih berada pada kisaran 7% yaiitu 7,61% dalam kondisi normal dan 7,75% pada kondisi optimis.

Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah sebagai fasilitator berperan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, mengingat investasi memiliki peran yang penting dalam mendorong perekonomian suatu daerah. Berdasarkan pada perkiraan laju pertumbuhan ekonomi yang telah disebutkan dengan asumsi sektor produksi terus melakukan inovasi atau menggunakan teknologi yang lebih baik, maka tingkat investasi tersebut akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Berdasarkan kondisi normal, perkiraan pertumbuhan kebutuhan investasi pada tahun 2007 mencapai 20% atau total investasi yang dibutuhkan mencapai RP 6,6 trilyun, dengan perkiraan serapan tenaga kerja berdasarkan kondisi normal, tahun 2007 secara akumulatif mencapai 913.190 orang, sedangkan berdasarkan skenario optimis, angka tersebut mencapai 931.454 orang.

Dalam mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut pemerintah tidak dapat bekerja sendirian tetapi perlu pelibatan berbagai Stakeholder, hal ini sesuai dengan peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator dalam menyediakan pelayanan publik dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif. Implikasi dari pencapaian pertumbuhan tersebut diperkirakan membutuhkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota

(9)

Bandung tahun 2007, yang didasarkan atas perhitungan secara sederhana melalui proporsi Anggaran angka rata-rata terhadap PDRB atas dasar harga berlaku dengan asumsi rata-rata inflasi 8%, adalah sebesar Rp 1.410.087.202,800,-. Anggaran pembangunan daerah semata mata ditujukan untuk menciptakan iklim usaha yang bersifat eskalatif sehingga anggaran pembangunan harus difokuskan pada upaya perbaikan pelayanan publik, misalnya perbaikan kwalitas sumber daya manusia, penataan kota, perbaikan dalam pelayanan ekonomi jasa, perbaikan aparatur pemerintahan.

Perkiraan PDRB Kota Bandung Tahun 2005-2007 (harga konstan 2000)

(dalam juta rupiah)

Tahun Normal Optimis

2000 18.732.422 18.732.422 2001 20.458.341 20.458.341 2002 21.854.641 21.854.641 2003 23.420.125 23.420.125 2004 25.169.540 25.169.540 2005 21.370.696 2006* 22.439.230 23.080.351 2007* 25.766.103 26.338.683 2008* 30.919.323 31.606.419 *) Angka sangat sementara

(10)

3.3 Peningkatan Optimalisasi Anggaran

Penyusunan prioritas program pada proses perumusan RAPBD Kota Bandung 2007 ini ditujukan untuk meningkatkan optimalisasi anggaran, dimana Pemerintah Kota Bandung menyusun program dan kegiatan yang berbasis pada pertumbuhan ekonomi Kota Bandung 11% pada 2008.

Struktur anggaran yang optimal dapat dicapai apabila seluruh komponen pendapatan daerah dan belanja daerah diukur dalam sebuah proyeksi kinerja Pemerintah Kota secara menyeluruh.

Pencapaian kinerja yang dimaksud adalah pengukuran tingkat output dari suatu program dan atau kegiatan, dimana paradigma baru yang ingin dibangun dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan saat ini adalah customer satisfaction (kepuasan publik). Publik harus dimaknai sebagai “pelanggan”, dan aparatur Pemerintah Kota Bandung sebagai penyedia pelayanan publik (public service provider). Dengan demikian, peningkatan kualitas pelayanan publik harus senantiasa menjadi salah satu inti dari pelayanan prima Pemerintah Kota Bandung.

Pemahaman paradigma dimana publik menjadi pelanggan (customer) sesungguhnya membutuhkan perubahan sikap, perilaku dan tindakan secara drastis dari seluruh aparat Pemerintah Kota Bandung untuk senantiasa meningkatkan kualitas SDM dan adanya sebuah Sistem Operasional dan Prosedur (SOP) tentang Standar Kualitas Pelayanan Publik, sehingga seluruh unit kerja dan SKPD mengacu tidak hanya pada tugas pokok dan fungsi semata, melainkan melakukan inovasi dan terobosan dalam ruang lingkup ketatalaksanaan Pemerintah Kota Bandung, namun yang ingin dicapai adalah

(11)

adanya kepuasan masyarakat atas kinerja Pemerintah Kota Bandung secara menyeluruh.

Optimalisasi anggaran juga memerlukan dukungan politik (political will) dari pada pimpinan dalam hal ini Walikota dan juga masing-masing pimpinan unit kerja dan SKPD, tentunya hal ini berimplikasi pada produktivitas dan kinerja aparatur Pemerintah Kota yang berwibawa, bertanggungjawab, efisien, akuntabel, dan transparan.

3.4 Mendukung Laju Pertumbuhan Ekonomi 11% Pada 2008

Program dan kegiatan yang akan disusun dalam APBD 2007 ini diusulkan sebagai usaha dalam sebuah kerangka mendukung laju pertumbuhan ekonomi 11% pada 2008, dengan pendekatan alokasi anggaran pada 4 (empat) aspek atau indikator, yaitu:

a. Kesempatan Kerja

Aspek kesempatan kerja merupakan indikator yang paling relevan dalam usaha Pemerintah Kota Bandung meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu usaha ini pun akan secara tidak langsung dapat menurunkan angka pengangguran.

Namun, pada dasarnya aspek kesempatan kerja ini akan menjadi faktor pendukung dalam upaya masyarakat dalam memperoleh akses pekerjaan, akses sumberdaya keuangan, akses kemudahan informasi yang disediakan Pemerintah Kota Bandung, dan banyak hal lain

(12)

dimana Pemerintah menjadi penyedia pelayanan publik yang memberikan berbagai kemudahan dan akses bagi masyarakat.

Dalam aspek kesempatan kerja ini, tentu tidak cukup hanya instrumen Pemerintah Kota Bandung saja yang menyediakan pelbagai bentuk penyediaan pelayanan publik ini, justru pihak stakeholder lainnya dapat dilibatkan dan menjadi bagian terintegrasi dalam suatu sistem pelayanan publik Pemerintah Kota yang mendorong terwujudnya kepuasan publik (customer satisfaction).

b. Pembangunan Infrastruktur

Aspek pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari usaha meningkatkan sarana dan prasarana fasilitas umum dan pelbagai bentuk penyediaan pelayanan publik. Hal ini juga mendukung tersedianya sebuah kebutuhan dasar bagi peningkatan pelayanan publik bagi warga kota, sebagai bagian dari apa yang telah mereka bayarkan dalam bentuk pajak daerah dan retribusi daerah.

Pembangunan infrastruktur juga mengakselarasi pertumbuhan sektor riil, dimana dengan demikian semakin lengkapnya sarana dan prasarana infrastuktur Kota diharapkan terwujudnya sinergitas pengembangan kapasitas ekonomi kota dan mendorong sektor riil untuk meningkatkan produktivitas dalam skala Kota. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur menjadi bagian penting dalam pencapaian laju pertumbuhan ekonomi 11% Kota Bandung pada 2008.

(13)

c. Peningkatan Kapasitas Investasi dan Produksi Jasa

Aspek peningkatan kapasitas investasi dan produksi jasa merupakan indikator yang dapat diukur dari kinerja program dan kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Bandung. Untuk itu, program dan kegiatan yang dimaksud harus mendorong faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan investasi dan produksi jasa Kota.

Kapasitas investasi dan produksi jasa merupakan faktor-faktor dari instrumen penyediaan pelayanan publik Pemerintah Kota Bandung dalam hal upaya-upaya melakukan deregulasi perijinan, memberikan insentif bagi pembangunan di kawasan Timur dan Gedebage, memberikan insentif pajak daerah sesuai kewenangan yang dimiliki Pemerintah Kota Bandung dalam hal meningkatkan sektor riil yang akan meningkatkan produksi jasa.

d. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Aspek peningkatan kualitas pelayanan publik senantiasa menjadi perhatian utama Pemerintah Kota Bandung, hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Bandung sangat memperhatikan apa yang diperoleh masyarakat dalam pelayanan publik.

Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan komitmen Pemerintah Kota Bandung sebagai bentuk pertanggung-jawaban aparatur dalam mengemban amanah untuk memberikan yang terbaik dalam pelayanan pada masyarakat.

(14)

Untuk itu, Pemerintah Kota Bandung dalam implementasi program dan kegiatannya senantiasa melakukan pelbagai perbaikan dalam usahanya meningkatkan kualitas pelayanan publik yang lebih dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

3.5. Kebijakan Alokasi Anggaran

3.5.1. Dasar Pertimbangan Alokasi Anggaran

Dalam penyusunan anggaran, perlu kiranya Pemerintah Kota Bandung mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini sebagai dasar pertimbangan dalam alokasi anggaran, yaitu sebagai berikut:

A. Kesejahteraan Masyarakat

Anggaran yang dikelola Pemerintah Kota Bandung kiranya didorong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Untuk itu, dibutuhkan komitmen tinggi dari seluruh aparatur Pemerintah Kota Bandung agar tata kelola anggaran menjadi lebih efiesien, transparan dan akuntabel. Dengan demikian, pada penyusunan program dan kegiatan di masing-masing unit kerja dan SKPD diharapkan dapat memperhatikan hal-hal mendasar yang dibutuhkan masyarakat, khususnya pelayanan pendidikan dasar dan pelayanan kesehatan dasar.

B. Ketahanan Sosial, Budaya, Ekonomi, Politik dan Pemerintahan

(15)

Pola penyusunan anggaran pula harus memperhatikan aspek ketahanan sosial, budaya, ekonomi, politik dan pemerintahan, dimana ketahanan ini dapat memberikan suatu kekuatan dari dalam meningkatkan kinerja Pemerintah Kota Bandung dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.

Dampak dari ketahanan sosial, budaya, ekonomi, politik dan pemerintahan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pemerintah.

C. Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Berdasarkan visi Kota Bandung yang bermartabat, maka pembangunan berwawasan lingkungan harus menjadi komitmen Pemerintah Kota, sehingga terciptanya suatu kondisi lingkungan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik, penguatan dan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas ekosistem Kota Bandung.

D. Pembangunan Berkelanjutan

Pemerintah Kota Bandung mendukung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada upaya-upaya pelestarian sumberdaya alam, dengan sebuah paradigma pembangunan dimana konsumsi sumberdaya alam yang dilakukan generasi saat ini tanpa mengurangi hak generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya atas pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia

(16)

3.6. Perkiraan APBD 2007

Perkiraan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2007, disesuaikan dengan Struktur APBD dalam Permendagri No 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai berikut :

(17)

Tabel 3.3

Proyeksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Daerah

TAHUN No Uraian 2006 2007 1 PENDAPATAN DAERAH 1,269,067,282,000 1,410,087,202,800

1.1 Pendapatan Asli Daerah

233,770,032,000 250,614,282,800 1.2 Dana Perimbangan 1,034,797,250,000 1,158,972,920,000 1.3 Lain-lain Pendapatan

daerah Yang Sah

2 BELANJA DAERAH

1,296,392,685,000 1,394,651,055,060

2.1 Belanja Tidak Langsung

814,427,578,000 912,158,887,360

2.2

Belanja Langsung (Program dan Kegiatan SKPD) 353,785,607,000 453,232,008,750 3. PEMBIAYAAN DAERAH (32,479,903,000) 4,436,147,740

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa variansi pada variabel pertumbuhan sukuk korporasi yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2015-2018 sebesar 97,4% dapat

Manakah yang lebih baik antara kreativitas siswa dalam belajar matematika yang mengikuti model pembelajaran creative problem solving dan siswa yang mengikuti

Didalam pendidikan evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah pesserta didik capai, agar sebagai

Bagi pihak akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh perubahan opini audit dan laba tak terduga terhadap waktu penyampaian laporan

Berbagai faktor dari luar tubuh yang dapat menyebabkan proses menua dini kulit sehingga menampilkan wajah yang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya, yaitu antara lain :..

 Menyimpulkan (Berpikir kritis dan bekerjasama (4C) dalam menyusun kesimpulan yang tepat sesuai dengan konsep (Literasi) dengan rasa ingin tahu dan percaya diri

Meskipun demikian, pada beberapa penyakit yang menghasilkan kerusakan pada tubular epithelium, penampakan dari banyak cast epitel mungkin menunjukkan kelebihan desquamation

Hasil rapat Tugas per Tugas Dalam Jabatan 12 Setiap bulan 180 Mengikuti rapat-rapat koordinasi dengan instansi lain di Tingkat KecamatanE. Hasil rapat Tugas per Tugas Dalam