• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) adalah Komitmen Negara terhadap rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) adalah Komitmen Negara terhadap rakyat"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Millennium Development Goals (MDGs) adalah Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan Komitmen Indonesia kepada masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat ditunjukkan oleh paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target terukur. Komitmen Indonesia mencapai MDGs adalah komitmen meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia (Diformulasikan di UN Milennium Summit, New York September, 2000).

Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, dimana perlunya disusun Rencana Aksi Daerah Tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang memuat arah kebijakan dan strategi percepatan pencapaian terkait program program pencapaian tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs).

Indikator kinerja upaya pencapaian target MDG’s merupakan indikator proses dari setiap langkah program percepatan pencapaian target MDG’s secara lintas sektor yang dilakukan oleh instansi-instansi. Dengan demikian diharapkan terjadi sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai sasaran pokok.

Indikator dipergunakan sebagai tolok untuk menilai kemajuan, keseluruhan kinerja dan dampak program percepatan pencapaian target MDG’s. Indikator merupakan kunci sistim pemantauan dan evaluasi sehingga indikator-indikator kinerja yang ada harus dapat diverifikasi secara obyektif.

Salah satu alat transformasi data yang merupakan bagian dari proses pemantauan dan evaluasi yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah Laporan Tahunan, yang berisi data tahunan dari hasil pembangunan kesehatan. Sedangkan pada pembangunan kesehatan adanya upaya yang dilaksanakan oleh semua

(2)

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatn masyarakat yang setinggi- tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.

Dalam penyajiannya diusahakan untuk menampilkan berbagai data dan informasi yang menjawab Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan yakni ”Terwujudnya

Masyarakat Kabupaten Bandung Yang Sehat Mandiri”. Pembangunan kesehatan

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1)Penyediaan obat dan perbekalan, 2)Upaya kesehatan masyarakat, 3)Pengawasan obat dan makanan, 4)Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, 5)Perbaikan gizi masyarakat, 6)Pengembangan lingkungan sehat, 7)Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, 8)Standarisasi pelayanan kesehatan, 9)Pelayanan kesehatan penduduk miskin, 10)Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya, 11)Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan, 12)Peningkatan pelayanan kesehatan lansia, dan 13)Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas

(3)

sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Laporan Tahunan disusun untuk memberikan gambaran dan informasi tentang hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Bandung khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung selama tahun 2012. Laporan tahunan Dinas Kesehatan ini disusun dari data-data laporan kegiatan yang didapat dari masing-masing bidang dan bagian yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

(4)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Kondisi Geografi

Kabupaten Bandung merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, dengan luas 176.238,67 Ha atau 1.762,39 Km2. Secara geografis, Kabupaten Bandung mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis, baik dipandang dari segi pembangunan ekonomi, pembangunan fisik prasarana maupun dari segi komunikasi dan perhubungan. Kabupaten Bandung terletak di dataran tinggi pada garis 60°,41‘ – 70°,19‘ dan 1070°,22‘ – 1080°,5‘ Bujur Timur, dan pada ketinggian antara 500 meter sampai dengan 1.800 meter di atas permukaan laut dengan temperatur udara antara -12°28° Celcius dan batas-batas wilayah sebagai berikut :

sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kabupaten Sumedang

sebelah Timur : Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut sebelah Selatan : Kabupaten Garut dan kabupaten Cianjur

sebelah Barat : Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur Sebelah Tengah : Kota Bandung dan Kota Cimahi

Gambar 2.1

(5)

TABEL 2.1

LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PEN DUDUK MENURUT KECAMATAN

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

         

N O

KECAMATAN LUAS JUMLAH P ENDUDUK KEPADATAN WILAYAH PENDUDUK (km2) per km2 1 2 3 4 5 1 CILEUNYI 10.54 74,260 7045.54 2 CIMENYAN 11.03 48,449 4392.48 3 CILENGKRANG 15.72 81,297 5171.56 4 BOJONGSOANG 14.62 74,502 5095.90 5 MARGAHAYU 45.25 141,285 3122.32 6 MARGAASIH 25.51 66,659 2613.05 7 KATAPANG 25.36 102,970 4060.33 8 DAYEUHKOLOT 24.01 77,321 3220.37 9 BANJARAN 24.61 122,206 4965.70 10 PAMEUNGPEUK 35.99 84,455 2346.62 11 PANGALENGAN 40.14 111,374 2774.64 12 ARJASARI 18.35 48,980 2669.21 13 CIMAUNG 48.47 170,325 3514.03 14 CICALENGKA 55.00 154,161 2802.93 15 NAGREG 42.92 78,978 1840.12 16 CIKANCUNG 30.12 154,072 5115.27 17 RANCAEKEK 27.81 233,336 8390.36 18 CIPARAY 54.57 92,888 1702.18 19 PACET 47.30 117,016 2473.91 20 KERTASARI 31.58 67,507 2137.65 21 BALE ENDAH 46.18 71,276 1543.44 22 MAJALAYA 51.03 114,054 2235.04 23 SOLOKAN JERUK 41.56 107,198 2579.36 24 PASEH 49.30 92,036 1866.86 25 IBUN 91.94 138,871 1510.45 26 SOREANG 53.08 122,335 2304.73 27 KUTAWARINGIN 64.98 114,577 1763.27 28 PASIRJAMBU 195.41 108,884 557.21 29 CIWIDEY 239.58 173,114 722.57 30 RANCABALI 152.07 48,247 317.27 31 CANGKUANG 148.37 107,355 723.56 JUMLAH (KAB/KOTA) 1,762.40 3,299,988 1,872.44

(6)

2.2 KONDISI DEMOGRAFI

Kabupaten Bandung merupakan percontohan Otonomi Daerah dan merupakan daerah penyangga Jawa Barat yang berkembang cukup pesat. Selain berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi juga munculnya masalah kependudukan, dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk yang besar, penyebaran penduduk yang tidak merata serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung, jumlah penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2011 sebesar 3.299.988 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Baleendah yakni sebesar 233.336 jiwa (7.07%) kemudian diikuti oleh Kecamatan Cileunyi sebesar 173.114 jiwa (5.24%). Sementara itu Nagreg, Rancabali dan Cilengkrang adalah tiga Kecamatan yang jumlah penduduknya paling rendah yaitu secara berurutan 48.980 jiwa (1.48%), 48,449 jiwa (1.46%) dan 48,247 jiwa (1.46%).

Luas wilayah Kabupaten Bandung sekitar 1.756,65 Km2, yang didiami oleh 3.299.988 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bandung adalah 1.878 jiwa per Km2. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Margahayu yakni sebanyak 1,14 orang per Km2, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Rancabali yakni sebanyak 0,03 orang per Km2.

Dalam melaksanakan kegiatannya Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung memiliki daerah wilayah kerja yang terdiri dari 31 kecamatan, 267 desa, 9 kelurahan, 4.239 RW dan 16.552 RT dengan luas wilayah kerja mencapai 1.756,65 Km2.

Sedangkan sex ratio penduduk Kabupaten Bandung sebesar 103,9%, artinya jumlah penduduk laki-laki 1.95% lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung per tahun selama 2010-2011 sebesar 6.37%. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Cileunyi adalah yang tertinggi dibandingkan Kecamatan lain di Kabupaten Bandung yakni sebesar 5.49%, sedangkan yang terendah di Kecamatan Dayeuhkolot yakni sebesar 1.09%.

(7)

TABEL 2.2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DAN JENIS KELAMIN KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2011 N

o

Kecamatan Laki - laki Perempuan Laki - laki + Pere

mpuan N % N % N % 1 Ciwidey 37,777 50.87 36,483 49.13 74,260 100.00 2 Rancabali 24,507 50.58 23,942 49.42 48,449 100.00 3 Pasirjambu 41,548 51.11 39,749 48.89 81,297 100.00 4 Cimaung 37,784 50.72 36,718 49.28 74,502 100.00 5 Pangalengan 71,202 50.40 70,083 49.60 141,285 100.00 6 Kertasari 33,757 50.64 32,902 49.36 66,659 100.00 7 Pacet 53,234 51.70 49,736 48.30 102,970 100.00 8 Ibun 39,407 50.97 37,914 49.03 77,321 100.00 9 Paseh 62,629 51.25 59,577 48.75 122,206 100.00 10 Cikancung 43,276 51.24 41,179 48.76 84,455 100.00 11 Cicalengka 56,485 50.72 54,889 49.28 111,374 100.00 12 Nagreg 25,038 51.12 23,942 48.88 48,980 100.00 13 Rancaekek 85,158 50.00 85,167 50.00 170,325 100.00 14 Majalaya 79,237 51.40 74,924 48.60 154,161 100.00 15 Solokanjeruk 40,086 50.76 38,892 49.24 78,978 100.00 16 Ciparay 78,687 51.07 75,385 48.93 154,072 100.00 17 Baleendah 119,289 51.12 114,047 48.88 233,336 100.00 18 Arjasari 47,234 50.85 45,654 49.15 92,888 100.00 19 Banjaran 59,687 51.01 57,329 48.99 117,016 100.00 20 Cangkuang 34,413 50.98 33,094 49.02 67,507 100.00 21 Pameungpeu k 36,310 50.94 34,966 49.06 71,276 100.00 22 Katapang 58,327 51.14 55,727 48.86 114,054 100.00 23 Soreang 54,865 51.18 52,333 48.82 107,198 100.00 24 Kutawaringin 47,338 51.43 44,698 48.57 92,036 100.00 25 Margaasih 71,083 51.19 67,788 48.81 138,871 100.00 26 Margahayu 61,954 50.64 60,381 49.36 122,335 100.00 27 Dayeuhkolot 58,624 51.17 55,953 48.83 114,577 100.00 28 Bojongsoang 55,824 51.27 53,060 48.73 108,884 100.00 29 Cileunyi 88,081 50.88 85,033 49.12 173,114 100.00 30 Cilengkrang 24,536 50.85 23,711 49.15 48,247 100.00 31 Cimenyan 54,831 51.07 52,524 48.93 107,355 100.00 Kab. Bandung 1,682,20 8 50.98 1,617,78 0 49.02 3,299,98 8 100.00

(8)

2.3 SUMBER DAYA KESEHATAN 1.1.1 TENAGA KESEHATAN

Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten yang mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan operasional kegiatan di bidang pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan, penanggulangan penyakit dan penyehatan lingkungan, fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat, pengawasan dan pengendalian kesehatan serta melaksanakan ketatausahaan dinas.

Tenaga kesehatan yang terdaftar di sarana kesehatan pemerintah (RSUD dan Puskesmas).

Tabel 2.3

TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012

NO JENIS TENAGA JUMLAH TENAGA

1 Dokter ahli DSOG 8 Orang

2 Dokter ahli DSA 8 Orang

3 Dokter Umum 101 Orang

4 Dokter Gigi 42 Orang

5 Tenaga Keperawatan 255 Orang

6 Tenaga Kefarmasian 50 Orang

7 Tenaga Kesehatan Masyarakat 31 Orang

8 Sanitasi 62 Orang

9 Tenaga Gizi 62 Orang

10 Tenaga Ketehnisan Medis 27 Orang

11 Tenaga Non Kesehatan 208 Orang

12 Bidan Swasta 129 Orang

13 Bidan Puskesmas 213 Orang

(9)

15 Bidan Desa PTT Provinsi 12 Orang

16 Bidan Desa PTT Pusat 127 Orang

17 Bidan PTT Poned 35 Orang

18 Bidan Koordinator 31 Orang

JUMLAH TENAGA 1491 ORANG

(Sumber: Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Tahun 2012)

1.1.2 SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN

Puskesmas dan jaringannya merupakan sarana penyelenggara pelayanan kesehatan dasar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semakin banyak jumlah ketersediaannya maka semakin memudahkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Sementara itu Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, praktek dokter/dokter gigi, praktek bidan dan apotek serta toko obat merupakan sarana pelayanan kesehatan swasta yang juga memberikan pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.

TABEL 2.4

SARANA PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012

NO JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH

1 RS Pemerintah ( RSUD ) 3 Buah

2 RS Perkebunan (BUMN ) 1 Buah

3 RS Swasta (AMC dan Bina Sehat ) 2 Buah

4 Puskesmas Tanpa Perawatan 56 Buah

5 Puskesmas PONED 13 Buah

6 RSUD PONED 2 Buah

7 Puskesmas Rawat Inap 5 Buah

15 Rumah Bersalin 16 Buah

16 Laboratorium Kesehatan 26 Buah

(10)

18 Balai Pengobatan 70 Buah

19 Praktek dokter 151

20 Praktek dokter gigi 14

21 Praktek bidan 129

22 Apotek 258

23 Toko Obat 118

(Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2012)

Walaupan sarana kesehatan di wilayah Kabupaten Bandung tercatat cukup banyak tidak berarti dapat menggambarkan bahwa semua daerah di wilayah kerja Kabupaten Bandung telah mendapatkan pelayanan kesehatan secara merata. Hal ini disebabkan masih ada beberapa daerah yang karena letak geografisnya sulit menjangkau pelayanan kesehatan yang memadai.

TABEL 2.5

JUMLAH SARANA UKBM KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012

NO JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH

1 Posyandu 4080 Buah

2 Polindes 108 Buah

3 Posbindu 384 (aktif 348)

4 Puskesmas Santun Lansia 8 Buah

5 Pustu 76 Buah

6 Poskesdes 103 Buah

7 Poskestren 15 Buah

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

(11)

pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

UKBM lainnya yang mempunyai peran penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan antara lain Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan anak; Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang berfungsi sebagai tempat untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan musyawarah masyarakat desa dalam bidang kesehatan.

(12)

BAB III

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

3.1 VISI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

Dalam mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kabupaten Bandung serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pada tahun 2012 – 2015 yang hendak dicapai dalam tahapan kelima Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung yaitu :

”Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung Yang Sehat Mandiri”

Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup nasional, regional, maupun global.

Penjabaran makna dari Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tersebut adalah sebagai berikut :

Masyarakat Kabupaten Bandung : adalah Penduduk /masyarakat yang bermukim

dan tinggal di wilayah Kabupaten Bandung dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kabupaten Bandung

Sehat : adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani dan sosial yang merupakan aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan.

Mandiri: adalah sikap dan kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, dalam bidang kesehatan.

(13)

3.2 MISI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai masyarakat Kabupaten Bandung yang mandiri, dinamis dan sehat.

Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dalam rangka pencapaian Visi Kabupaten Bandung ditetapkan dalam 5 (lima) Misi.

1. Memberikan pelayanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat.

2. Menyehatkan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan tempat beraktivitas.

3. Menanggulangi penyakit menular dan tidak menular.

4. Menyehatkan keluarga dan memberdayakan masyarakat dalam bidang

kesehatan.

5. Melaksanakan Pengawasan sediaan Farmasi dam Makanan

Dalam rangka mewujudkan ke 5 (lima) misi tersebut, didasarkan pada nilai-nilai agama dan budaya daerah, dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan dalam pelayanan publik, sebagai berikut:

1. Melayani :

Berkomitmen untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan.

2. Integritas :

Menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.

3. Kebersamaan, Keterbukaan, Saling Menghormati, dan Saling Menghargai : Kebersamaan, keterbukaan, saling menghormati, dan saling menghargai adalah kunci untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif.

4. Kualitas yang Tinggi :

Berupaya mencapai visi dengan memberikan pelayanan terbaik yang mencerminkan komitmen kami pada kualitas yang tinggi.

5. Innovasi :

Berupaya mencari cara baru untuk mencapai hasil yang memuaskan masyarakat dalam menyelesaikan misi kami.

(14)

3.3 TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan Analisis Strategis. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Dinas Kesehatan untuk mengukur sejauh mana visi misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi misi organisasi.

Adapun tujuan strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut ;

1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

2. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang sehat

3. Menurunnya angka kesakitan penyakit menular dan tidak menular

4. Meningkatnya status gizi dan kesehatan keluarga dalam masyarakat .

5. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.

6. Meningkatnya kualitas farmasi, makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan .

3.4 SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Sasaran pembangunan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan adalah :

1. Meningkatkannya cakupan pelayanan kesehatan dasar umum

2. Meningkatnya pelayanan kesehatan di UPTD Yankes di tingkat kecamatan 3. Meningkatnya pelayanan kesehatan matra bencana

4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan khusus 5. Meningkatnya kompetensi tenaga kesehatan

6. Meningkatnya kualitas Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta (SPKS) 7. Meningkatnya fungsi sarana pelayanan kesehatan

(15)

9. Meningkatnya penyajian data informasi kesehatan

10. Meningkatnya pelaksanaan pengembangan Jamkesda dan peraturan-peraturan sebagai penunjang perumusan kebijakan penyelenggaraan kesehatan

11. Meningkatnya lingkungan sehat pada rumah tangga

12. meningkatnya lingkungan sehat pada tempat-tempat umum 13. meningkatnya lingkungan sehat pada kawasan industri 14. meningkatnya air minum yang memenuhi syarat

15. meningkatnya tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat 16. Menurunnya angka kesakitan penyakit DBD

17. Menurunnya angka kesakitan penyakit TB Paru 18. Menurunnya angka kesakitan penyakit Diare 19. Menurunnya angka kesakitan penyakit ISPA 20. Menurunnya angka kesakitan penyakit HIV/ AIDS 21. Menurunnya angka kesakitan penyakit kusta

22. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit bersumber binatang lainnya

23. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular tertentu (DM, CA Cercix, Hypertensi, Penyakit Jantung, Asma dan PPOK)

24. Menurunnya angka kesakitan Filariasis dan Schistosomiasis 25. Meningkatnya surveilans epidemiologi dan wabah

26. Menurunnya angka kesakitan akibat Penyakit yang Dapat Ditanggulangi Dengan Imunisasi (PD3I) seperti: Campak, TBC, Polio, Diphtery, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B

27. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada ibu, bayi dan usia SD. 28. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada lanjut usia

29. Meningkatnya gizi pada keluarga, ibu hamil dan ibu melahirkan. 30. Meningkatnya gizi pada bayi dan balita

(16)

32. Meningkatnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) mandiri 33. Meningkatnya kualitas pengelolaan obat di lingkungan Dinas Kesehatan

34. Meningkatnya kualitas pengelolaan obat di lingkungan apotik dan pedagang eceran obat

35. Meningkatnya kualitas obat, obat tradisional dan kosmetik yang beredar di masyarakat

36. Meningkatnya kualitas makanan dan minuman hasil industri rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan

3.5 KEBIJAKAN

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka ditetapkan kebijakan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara bertahap antara lain :

1. Peningkatan Akses & Kualitas Pelayanan Kesehatan 2. Pengendalian Penyakit Berbasis Lingkungan

3. Penanggulangan & Pengendalian Penyakit Menular / Tidak Menular 4. Peningkatan Kualitas Kesehatan Ibu dan Anak

5. Peningkatan Status Gizi Masyarakat

6. Peningkatan Kualitas Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

7. Peningkatan Pengawasan Obat / Farmasi dan Makanan Minuman

3.6 STRATEGI

Pembangunan dilaksanakan di Kabupaten Bandung pada dasarnya bermuara pada peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari 3 komponen yaitu: kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. Khusus untuk bidang kesehatan tantangan yang dihadapi kedepan sangat berat seiring dinamika perubahan pola hidup. Fenomena yang menarik adalah timbulnya pola penyakit degeneratif yang kian meningkat,

(17)

Sebagai Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) di Pemerintah Kabupaten Bandung, Dinas Kesehatan sangat berperan penting dalam menyelenggarakan kegiatan pembangunan kesehatan dilakukan secara koordinasi dan terintegrasi dengan bidang yang lain yang mempunyai peran dan fungsi yang sama. Sehingga diharapkan mampu untuk mewujudkan derajat kesehatan yang masyarakat yang optimal sebagai amanat tujuan pembangunan kesehatan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten BandungTahun 2012-2015 ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan baik bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang berkesinambungan.

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 2012-2015, berorientasi pada pembangunan dan peningkatan kompetensi segenap sumber daya yang terdapat di Kabupaten Bandung dalam bidang kesehatan, guna menyiapkan kemandirian masyarakat sehat Kabupaten Bandung.

Kemampuan untuk hidup sehat dalam menciptakan derajat kesehatan masyarakat akan terus didorong. Kebijakan kesehatan daerah diarahkan untuk mencapai masyarakat yang mandiri sejahtera dan berkualitas melalui pengembangan kegiatan utama (core business) berdasarkan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan sarana pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh peningkatan sumber daya kesehatan.

Isu strategis mengenai permasalahan yang berkaitan dengan fenomena penting aktual atau yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 (lima) tahun sebelumnya serta memiliki dampak jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, akan diatasi secara bertahap.

Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai masyarakat Kabupaten Bandung yang mandiri, dinamis dan sehat.

(18)

BAB IV

KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung merupakan Dinas Otonomi Daerah yang secara struktur sepenuhnya berada dalam kewenangan pemerintahan Daerah, sedangkan hubungan dengan Dinas Kesehatan Propinsi adalah merupakan hubungan kerja fungsional, sehingga tugas-tugas bantuan (dekonsentrasi) di bidang kesehatan di tingkat Kabupaten dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Maksud dan tujuan pembentukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, sebagaimana tercantum dalam peraturan Daerah Kabupaten Bandung, Nomor 20 Tahun 2007 yaitu :

1. Bahwa untuk meningkatkan dan mengembangkan bidang Kesehatan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Bandung, telah dibentuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

2. Bahwa agar Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna dipandang perlu untuk menetapkan susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung mempunyai kedudukan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

4.1 KEDUDUKAN

a. Dinas daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

b. Dinas Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan tanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah.

(19)

4.2 STRUKTUR ORGANISASI

Susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati Bandung Nomor 5 Tahun 2008. Adapun unsur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung terdiri atas :

1. Pimpinan, adalah Kepala Dinas

2. Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat 3. Pelaksana adalah :

a. Sekretariat, membawahkan :

- Subbag Umum dan Kepegawaian - Subbag Keuangan

- Subbag Penyusunan Program

b. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahkan : - Sie Pelayanan kesehatan dasar

- Sie Pelayanan kesehatan khusus - Sie Penunjang Pelayanan Kesehatan

c. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, membawahkan : · Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit

· Seksi Pemberantasan Penyakit · Seksi Penyehatan Lingkungan

d. Bidang Bina Kesehatan masyarakat, membawahkan : · Seksi Kesehatan Keluarga

· Seksi Gizi

· Seksi Kemitraan dan Pembiayaan e. UPTD Laboratorium

f. UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan, dan

(20)

4.3 Tugas Pokok

Dinas mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan sistem kesehatan Kabupaten dan dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi program, penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, pelayanan kesehatan, kesehatan keluarga, farmasi serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.

4.4 Fungsi

a. Berdasarkan Perda tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :

· Pelaksanaan perumusan kebijaksanaan sistem kesehatan kabupaten dan pelaksanaan kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, kesehatan keluarga dan farmasi.

· Pelaksana pelayanan teknis administratif ketatausahaan.

b. Dalam menjalankan fungsinya Kepala Dinas Kesehatan dibantu oleh bagian dan bidang sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

a. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembangunan di Bidang Kesehatan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Kepala Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

· perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

(21)

lingkup tugasnya;

· pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

· pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

a. Sekretaris mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan

mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan.

b. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Sekretaris mempunyai fungsi :

· Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

· Penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu;

· Penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas;

· Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan kerumahtanggaan;

· Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat;

· Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian; · Penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;

· Penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Dinas;

· Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan tugas Dinas;

· Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan penyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas;

(22)

· Pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan; · Evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

· Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

· Pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan.

c. Sekretariat, membawahkan:

1. Sub Bagian Penyusunan Program

Kepala Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengkoordinasian penyusunan rencana dan program Dinas.

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan administrasi umum dan kerumahtanggaan serta administrasi kepegawaian.

3. Sub Bagian Keuangan

Kepala Subag Keuangan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan administrasi dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Dinas.

1. Bidang Pelayanan Kesehatan

a. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, pelayanan

(23)

kesehatan khusus dan penunjang kesehatan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokoknya Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

· penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan kesehatan;

· penetapan rumusan kebijakan pengelolaan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan khusus dan penunjang pelayanan;

· penetapan rumusan kebijakan penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan;

· penetapan rumusan kebijakan penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan, terpencil, dan rawan;

· penetapan rumusan kebijakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji; · pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesehatan;

· evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesehatan;

· pelaksanaan tuas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; · pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan.

c. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahkan: 1. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar

Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesehatan dasar.

2. Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus

Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesehatan khusus.

(24)

3. Seksi Penunjang Pelayanan

Seksi Penunjang Pelayanan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengembangan dan pengelolaan penunjang pelayanan kesehatan.

4. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

a. Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok dan fungsi memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan lingkungan yang meliputi pengamatan dan pencegahan penyakit, pemberantasan penyakit serta penyehatan lingkungan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokoknya Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menyelenggaran fungsi:

· penetapan penyusunan rencana dan program kerja pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan lingkungan;

· penyelenggaraan surveilans epidemiologi dan penyelidikan kejadian luar biasa;

· penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan penyakit tidak menular tertentu;

· penyelenggaraan operasional pencegahan dan penanggualangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah;

· penyelenggaraan pencegahan dan penganggulangan pencemaran lingkungan;

· penyelenggaraan penyehatan lingkungan;

· pelaporan pelaksanaan tugas pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan lingkungan;

· evaluasi pelaksanaan tugas pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan lingkungan;

(25)

· pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; · pelaksanaan koordinas/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan lingkungan.

c. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, membawahkan:

1. Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit

Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengembangan pengamatan dan pencegahan penyakit.

2. Seksi Pemberantasan Penyakit

Seksi Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan dan pengembangan pemberantasan penyakit.

3. Seksi Penyehatan Lingkungan

Seksi Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan dan pelayanan penyehatan lingkungan.

5. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

a. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat yang meliputi kesehatan keluarga, pelayanan gizi serta pengembangan kemitraan dan pembiayaan kesehatan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokoknya Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat menyelenggaran fungsi:

· penetapan penyusunan rencana dan program kerja fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat;

(26)

· penyelenggaraan pelayanan kesehatan keluarga yang meliputi kesehatan ibu, neonatal, bayi, balita, anak, kesehatan reproduksi, upaya kesehatan sekolah dan kesehatan usia lanjut;

· penyelenggaraan survailans dan penanggulangan gizi buruk;

· penyelenggaraan perbaikan gizi keluarga dan integritas program gizi; · penyelenggaraan promosi kesehatan;

· penyelenggaraan pengkajian potensi dan permasalahan dalam pengembangan JPKM yang meliputi pengembangan badan penyelenggara, kepesertaan, Bapim dan penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan serta pembiayaan kesehatan;

· penyelenggaraan pembinaan dan pengendalian bapel JPKM;

· penyelenggaraan pengembangan pola kemitraan pelayanan kesehatan yang meliputi pengembangan pesan kesehatan, sarana dan metoda penyuluhan serta upaya memotivasi petugas kesehatan;

· penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kondisi lokal; · penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan nasional;

· pelaporan pelaksanaan tugas fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat;

· evaluasi pelaksanaan tugas fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat · pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; · pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat.

c. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, membawahkan: 1. Seksi Kesehatan Keluarga

Seksi Kesehatan Keluarga mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan

(27)

kesehatan keluarga. 2. Seksi Gizi

Seksi Gizi mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan dan pengembangan pelayanan gizi.

3. Seksi Kemitraan dan Pembiayaan Kesehatan

Seksi Kemitraan dan Pembiayaan Kesehatan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengembangan kemitraan pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

6. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan

a. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan yang meliputi pengawasan dan pengendalian farmasi dan makanan dan minuman, sumber daya kesehatan serta penelitian, pengembangan dan informasi kesehatan.

b. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan mempunyai fungsi :

· Penetapan penyusunan rencana dan program kerja peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan;

· Penyelenggaraan pembinaan, monitoring dan evaluasi pengawasan farmasi dan makanan dan minuman, sumber daya kesehatan serta penelitian pengembangan informasi kesehatan;

· Penetapan rumusan kebijakan registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana kesehatan;

(28)

· Penetapan rumusan kebijakan pemberian perijinan sarana kesehatan yang meliputi Rumah Sakit Pemerintah Kelas C/D, Rumah Sakit Swasta yang setara, praktek berkelompok, klinik umum/spesialis, rumah bersalin, klinik dokter keluarga/gigi, kedokteran komplementer, pengobatan tradisional dan sarana penunjang yang setara serta rekomendasi perijinan sarana kesehatan tertentu;

· Penetapan penyediaan dan pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar, alat kesehatan, reagensia dan vaksin;

· Penyelenggaraan pemeriksaan setempat sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan sarana pelayanan kesehatan swasta lainnya;

· Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian peredaran registrasi serta sertifikasi produk makanan dan minuman;

· Penyelenggaraan sertifikasi alat kesehatan dan PKRT Kelas I serta pemberian rekomendasi perijinan PBF Cabang, PBAK dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT);

· Penyelenggaraan pemberian perijinan sarana dan tenaga kesehatan swasta; · Penyelenggaraan dan pendayagunaan serta pemanfaatan tenaga kesehatan

strategis;

· Penetapan pelaksanaan kebutuhan pelatihan teknis dan fungsional;

· Penyelenggaraan registrasi, akreditasi dan sertifikasi tenaga keehatan tertentu sesuai peraturan perundang-undangan;

· Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung perumusan kebijakan pelayanan kesehatan;

· Penyelenggaraan dan pengelolaan surkesda;

· Penyelenggaraan implementasi penapisan IPTEK di bidang pelayanan kesehatan;

(29)

· Pelaporan pelaksanaan tugas peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan;

· Evaluasi pelaksanaan tugas peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan

· Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

· Pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan.

c. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan, membawahkan:

1. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Farmasi dan Makanan dan Minuman

Seksi Pengawasan dan Pengendalian Farmasi dan Makanan dan Minuman mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan pengawasan dan pengendalian farmasi dan makanan dan minuman.

2. Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pembinaan dan peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan.

3. Seksi Penelitian, Pengembangan dan Informasi Kesehatan

Seksi Penelitian, Pengembangan dan Informasi Kesehatan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas penelitian, pengembangan dan informasi kesehatan.

7. UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan

a. UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan

(30)

sebagian fungsi Dinas di bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, monitoring dan evaluasi obat dan perbekalan kesehatan.

b. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

· Perencanaan operasional kegiatan pengendalian obat dan perbekalan kesehatan;

· Pelaksanaan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar;

· Pelaksanaan perhitungan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan;

· Penyusunan rencana pengadaan obat dan perbekalan kesehatan;

· Pelaksanaan distribusi obat dan perbekalan kesehatan sesuai permintaan unit pelayanan;

· Pelaksanaan pencatatan, pelaporan, evaluasi dan monitoring penggunaan obat dan perbekalan kesehatan;

· Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

· Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

· Pelaksanaan koordinasi obat dan perbekalan kesehatan dengan sub unit kerja lain di lingkungan Dinas.

c. UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan, membawahkan Sub Bagian Tata Usaha yang mempunyai tugas pokok menyusun dan melaksanakan pengelolaan ketatausahaan UPTD di bidang pengendalian obat dan perbekalan kesehatan.

(31)

a. UPTD Laboratorium mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan pengembangan laboratorium kesehatan.

b. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut UPTD Laboratorium Kesehatan menyelenggarakan fungsi;

· Perencanaan operasional kegiatan pelayanan dan pengembangan laboratorium kesehatan;

· Pelaksanaan pelayanan dan pengembangan laboratorium kesehatan;

· Pelaksanaan pemberian bahan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian pelayanan dan pengembangan kesehatan;

· Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pelayanan dan pengembangan laboratorium kesehatan;

· Pelaksanaan operasional kegiatan laboratorium kesehatan yang meliputi laboratorium klinik, kualitas air, skrining tes, surveilans epidemiologi, KLB dan penyakit menular;

· Penyelenggaraan rujukan kesehatan dan pengujian kesehatan; · Pelaksanaan kegiatan pelayanan dan pengujian kesehatan; · Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

· Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

· Pelaksanaan koordinasi pelayanan laboratorium kesehatan dengan sub unit kerja lain di lingkungan Dinas.

c. UPTD Laboratorium Kesehatan membawahkan Sub Bagian Tata Usaha yang mempunyai tugas pokok menyusun dan melaksanakan pengelolaan ketatausahaan UPTD di bidang pelayanan dan pengembangan laboratorium kesehatan.

(32)

9. UPTD Pelayanan Kesehatan

a. UPTD Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok mempimpin, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut UPTD Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

· perencanaan operasional kegiatan pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan;

· pelaksanaan pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan; · fasilitasi pemberdayaan masyarakat di bidang pelayanan dan pembangunan

kesehatan di tingkat kecamatan;

· pelaksanaan pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat;

· pelaksanaan rujukan pelayanan kesehatan;

· penyusunan mekanisme organisasi dan tatalaksana pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat;

· pengelolaan anggaran pelaksanaan pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan;

· pelaksanaan pengembangan kemitraan pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan;

· pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

· pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; · pelaksanaan koordinasi pelayanan kesehatan dengan sub unit kerja lain di

lingkungan Dinas.

(33)

mempunyai tugas pokok menyusun dan melaksanakan pengelolaan ketatausahaan UPTD di bidang pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan.

10. Jabatan Fungsional

Pengaturan tugas pokok dan fungsi jabatan fungsional diatur lebih lanjut setelah dibentuk dan ditetapkan jenis dan jenjangnya oleh Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB V

PROGRAM DAN INDIKATOR KESEHATAN

1.1 PROGRAM KESEHATAN

Program dan kegiatan kesehatan yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 sesuai dengan Permendagri 13/2006 Jo.59/2007 adalah sebagai berikut:

1.1.1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

1.1 Penyediaan jasa surat menyurat

1.2 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik 1.3 Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor 1.4 Penyediaan jasa kebersihan kantor

1.5 Penyediaan alat tulis kantor

1.6 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan 1.7 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor 1.8 Penyediaan peralatan rumah tangga

(34)

1.10 Penyediaan makanan dan minuman

1.11 Rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

1.12 Pengadaan tenaga pendukung administrasi dan teknis perkantoran 1.13 Rapat Koordinasi dan Konsultasi Dalam daerah

1.14 Penunjang perayaan hari-hari bersejarah

1.1.2 Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur

a. Pemeliharaan rutin/ berkala rumah dinas. b. Pemeliharaan rutin/ berkala gedung kantor.

c. Pemeliharaan rutin/ berkala kendaraan dinas/ operasional

1.1.3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.

a. Pendidikan dan pelatihan formal

1.1.4 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja

Dan Keuangan

a. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD b. Penyusunan laporan keuangan semesteran

c. Penyusunan pelaporan prognosis realisasi anggaran d. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun

e. Penyusunan rencana dan penganggaran kegiatan

1.1.5 Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan

a. Kegiatan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (Sumber Dana : APBD II dan DAK 2012)

b. Kegiatan peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

c. Kegiatan peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit d. Peningkatan Mutu Penggunaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan (Sumber

(35)

Dana: DAK 2012 dan Pendamping DAK)

1.1.6 Program Upaya Kesehatan Masyarakat

a. Kegiatan pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya

b. Kegiatan Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan sarana dan Prasarana dan Jaringannya (Sumber Dana: DAK dan Pendamping DAK))

c. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat

d. Kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana e. Kegiatan peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan. f. Kegiatan penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan

g. Kegiatan Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah kesehatan (Peningkatan Manajemen Yankes)/ DBHCT

1.1.7 Program Pengawasan Obat Dan Makanan

a. Kegiatan peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya

1.1.8 Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Kegiatan peningkatan pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat

b. Kegiatan peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan

c. Kegiatan peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan

1.1.9 Program Perbaikan Gizi Masyarakat

a. Kegiatan penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi

b. Pemberian makanan dan vitamin bagi balita (Sumber Dana : APBD II dan Bangub 2012)

c. Kegiatan penanggulangan KEP, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya

(36)

1.1.10 Program Pengembangan Lingkungan Sehat

a. Kegiatan pengkajian pengembangan lingkungan sehat

1.1.11 Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular

a. Kegiatan pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah b. Penyemprotan/ Fogging sarang Nyamuk

c. Kegiatan pencegahan penularan penyakit endemic/ epidemic d. Kegiatan peningkatan imunisasi

e. Kegiatan peningkatan surveillance epidemilogi dan penanggulangan wabah f. Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

g. Kegiatan pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging

1.1.12 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

a. Kegiatan penyusunan standar jaminan pelayanan kesehatan (kajian jaminan pelayanan kesehatan daerah)

b. Kegiatan evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan

c. Kegiatan pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan

d. Kegiatan penyusunan standar analis belanja pelayanan kesehatan e. Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan

1.1.13 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

a. Kegiatan pelayanan operasi katarak

b. Kegiatan pelayaan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat miskin (Sumber Dana : APBD II dan Bangub 2012)

1.1.14 Program Pengadaan, Peningkatan Dan Perbaikan Sarana Dan Prasarana

(37)

a. Kegiatan pengadaan puskesmas keliling

b. Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana puskesmas (Sumber Dana : APBD II dan Bangub 2012)

c. Kegiatan pemeliharaan rutin/ berkala sarana dan prasarana puskesmas d. Kegiatan pengembangan gedung dan revitalisasi puskesmas berfungsi

PONED (Bangub)

1.1.15 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

a. Kegiatan kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedis.

b. Kegiatan peningkatan kualitas SDM kesehatan (Sumber Dana : Bangub 2011)

1.1.16 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

a. Kegiatan pembangunan pusat-pusat pelayanan kesehatan (Kesga)

1.1.17 Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Dan Anak

a. Kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu

1.1 INDIKATOR KESEHATAN

Agar keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diketahui dan terukur, ada berapa indikator yang dijadikan acuan dalam melaksanakan program dan kegiatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Indikator tersebut merupakan indikator kunci pelayanan kesehatan yaitu: Umur Harapan Hidup Waktu Lahir, Angka Kematian (Mortalitas) Ibu Dan Bayi, Angka Kesakitan (Mobiditas) dan Status Gizi.

1.1.1 UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo)

Salah satu indikator derajat kesehatan yang digunakan secara luas adalah Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo) (UHH). Indikator ini telah ditentukan sebagai salah satu tolak ukur terpenting dalam menghitung dan menentukan (IPM). Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, diharapkan pada Tahun

(38)

2012 dapat mencapai IPM sebesar 80 serta indeks kesehatan 78 pada tahun 2015. Saat ini IPM Kabupaten Bandung mengalami peningkatan dari 75,05 pada tahun 2011 menjadi 75,24 pada tahun 2012.

UHH mencerminkan lamanya usia seorang bayi baru lahir diharapkan hidup dan dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa. Perkembangan UHH dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 5.1

Angka Harapan Hidup (E0)(UHH) Di Kabupaten Bandung Tahun 2008 -2012

TAHUN ANGKA HARAPAN HIDUP SUMBER

2008 68.42 Suseda

2009 68.94 Suseda

2010 69.40 Suseda

2011 70.06 Suseda

2012 70,28 Suseda

(Sumber : IPM BPS dan BAPEDA Kab. Bandung)

Perhitungan Umur Harapan Hidup Waktu lahir (Eo) dengan Proyeksi Estimasi didasarkan pada Umur Harapan Hidup Waktu Lahir dari tahun ke tahun serta dari sensus penduduk yang dilaksanakan setiap 10 tahun, dan asumsi tingkat penurunan kematian bayi dan balita.

Peningkatan UHH merupakan tolak ukur keberhasilan upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh Kabupaten Bandung. Masih relatif rendahnya pencapaian UHH di kabupaten Bandung menjadi pemikiran bersama. Hal ini mencerminkan kualitas hidup sebagian masyarakat kabupaten Bandung masih cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya terobosan dalam rangka akselerasi UHH di Kabupaten Bandung yang

(39)

lebih jelas dan tepat sasaran. Perbandingan UHH Kabupaten Bandung dengan UHH Jawa Barat seperti pada gambar berikut:

GRAFIK 5.1

Perbandingan UHH Kabupaten Bandung dengan UHH ProvinsiJawa Barat Tahun 2008-2011

2008 2009 2010 201 1 2012

Prop. Jawa Barat 66.07 66.47 66.6

Kab. Bandung 68.42 68.94 69.4 70.06 70.28 63 64 65 66 67 68 69 70 71

(Sumber : Badan Pusat Statistik Prop. Jawa Barat)

Besarnya UHH di Kabupaten Bandung dari tahun 2008 terus mengalami peningkatan. UHH di kabupaten Bandung pada tahun 2012 adalah 70.28

1.1.2 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

Secara umum tingkat kematian berhubungan erat dengan tingkat kesakitan karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian. Peristiwa kematian yang terjadi dalam suatu wilayah dapat menggambarkan derajat

(40)

37,36 36,02 34,75 34,17 34,05 50 P er 1 .0 00 K H Bandung Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung 40

kesehatan di wilayah tersebut disamping itu dapat pula digali lebih dalam lagi hal–hal yang berkaitan dengan peristiwa kematian

Penyebab kematian dibedakan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Tapi yang terjadi adalah akumulasi interaksi berbagai faktor tunggal maupun bersama yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kematian masyarakat

Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian maupun kesakitan antara lain adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup dan upaya pelayanan kesehatan

Pada umumnya pola kematian diklasifikasikan kedalam kematian bayi, kematian balita dan kematian kasar (semua golongan umur). Analisis mengenai klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi dibawah usia satu tahun pada setiap 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi menjadi Indikator yang sangat sensitif terhadap ketersediaan, kualitas dan pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan perinatal disamping itu Angka Kematian Bayi dipengaruhi pula oleh pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan gizi keluarga. Sehingga Angka Kematian Bayi juga dapat dipakai sebagai tolak ukur pembangunan social ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

AKB di Kabupaten Bandung pada tahun 2011 adalah 34,17/1000 KH. Dan Tahun 2012 34,05/1000 KH. Penurunan Angka Kematian Bayi dari tahun ke tahun, baik di Kabupaten Bandung maupun di Jawa Barat, seperti ditunjukkan grafik berikut ini:

GRAFIK 5.2

Angka Kematian Bayi Kabupaten Bandung

dibandingkan dengan Angka Kematian Bayi Jawa Barat Tahun 2008 - 2012

(41)

Di Kabupaten Bandung jumlah kematian neonatal berdasarkan laporan tahun 2012 sebanyak 276 kasus dengan penyebab terbanyak BBLR 92 (33,3%), Asfiksia 64 (23,1%), Prematur 57 (20,6%), Tetanus neonatorum 2 (0,7%), Kecacatan 23 (8,3%), Sepsis 14 (5 %), Ikterus 5 (1,8%), Trauma Lahir 5 (1,8 %), Masalah Laktasi 3 ( 1% ), Hypotermia 3 (1%), Sebab lain 9 (3,2 %) dengan umur kematian 0 – 6 hari sebanyak 268 kasus (97,1%) dan umur 7 - 28 hari sebanyak kasus 8 (2,8%), umur 1 tahun sebanyak 21 kasus dan umur 1 - 5 tahun sebanyak 4 kasus.

TABEL 5.2

Jumlah Kematian Bayi Di Kabupaten Bandung Tahun 2008 – 2012 Penyebab Kematian Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Asfiksia 37 45 50 33 64 BBLR 21 61 60 59 92 TN 0 4 1 0 2 Infeksi 21 2 2 14 Masalah Laktasi 3 Prematur 57 Kel. Konginetal 8 13 23 Trauma Lahir 5 Ikterus 5 Hypothermi 3 Sebab lain 34 46 59 35 9 Total 92 177 180 144 276 Lahir Mati 71 121 129 48 129

(Sumber : Seksi Kesga, Dinas Kesehatan Kab. Bandung)

Berdasarkan data tersebut di atas maka pada tahun 2012 jumlah kematian bayi yang terbanyak disebabkan oleh BBLR. Tingginya kasus BBLR menunjukkan masalah pada ibu hamil yang disebabkan oleh rendahnya kualitas pengetahuan, perilaku dan lingkungan kesehatan masyarakat.

(42)

Tingginya kasus BBLR juga disebabkan masih kurangnya jumlah dan kualitas bidan dalam penanganan kegawat daruratan pada BBLR atau keterlambatan penanganan.

Rendahnya tingkat sosial ekonomi menyebabkan masyarakat tidak membawa bayi mereka ke tenaga kesehatan walaupun sudah menunjukkan masalah dengan kesehatannya.

2.

Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) untuk Kabupaten Bandung belum didapat, karena angkanya sangat kecil dan tidak semua kematian ibu bersalin baik yang ditolong oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya dilaporkan. Untuk kepentingan perencanaan pembangunan kesehatan Angka Kematian Ibu di Jawa Barat, sesuai dengan hasil SDKI yaitu 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003 dan pada tahun 2015 ditargetkan menjadi 102 per 100.000 KH.

Untuk jumlah kematian Ibu yg terjadi di Kabupaten Bandung Tahun 2011 berjumlah 45, dan pada Tahun 2012 Jumlah Kematian Ibu adalah sebanyak 49 orang, sebenarnya data ini berdasarkan Laporan dari Puskesmas kalau dilihat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012. Seperti tabel di bawah ini:

GRAFIK 5.3

JUMLAH KEMATIAN IBU KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 s/d 2012 49 45 62 28 41 0 20 40 60 80 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

(43)

TABEL 5.4

Penyebab Kematian Ibu Berdasarkan Laporan Puskesmas Di Kabupaten Bandung Tahun 2009 – 2012

NO PENYEBAB KEMATI AN TAHUN 20 09 TAHUN 201 0 TAHUN 201 1 TAHUN 2012 JML % JML % JML % JML % 1. Perdarahan 9 32.1 26 41,9 17 37 20 40,8 2. Preeklamsia 7 25 16 25,8 14 31 7 14,2 3. Inversio uteri 1 3.5 2 3,2 0 0 1 2 4. Ruptur uteri 3 4,8 1 2.2 3 6,1 5. Decompensatio cordis 1 3.5 4 6,4 6 13.3 5 10,2 6. Partus lama 1 3.5 2 3,2 1 2.2 0 0 7. Prolaps uteri 1 3.5 0 0 0 0 1 2

8. Kehamilan Ektopik Ter

ganggu 0 0 0 0 0 0 0 0 9. Infeksi 2 7.1 1 1,6 1 2.2 4 8,1 10 Help syndrome 1 3.5 1 1,6 0 0 11 KPSW 2 7.1 3 4,8 1 2.2 10. Sebab Lain 3 10.7 4 6,4 3 6.6 8 16,3 Jumlah 28 100 62 100 45 100 49 100

(Sumber: Bidang Binkesmas, Dinkes Kab. Bandung)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah kematian ibu pada tahun 2011 sebanyak 45 kasus dari 47798 KH, tahun 2012 sebanyak 49 kasus dari 57114 KH. Melihat data di atas penyebab kematian ibu bersalin tertinggi adalah perdarahan diikuti oleh eklamsia atau preeklamsia. Masih adanya kematian ibu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 bila dihubungkan dengan penolong persalinan, disebabkan masih adanya pertolongan persalinan oleh dukun (paraji), Tahun 2011 sebanyak 18,6 % dan tahun 2012 sebanyak 12,9%.

Dari 62 Puskesmas ada 34 Puskesmas yang terdapat kasus kematian Ibu hal tersebut di atas terjadi disebabkan karena jasa pelayanan kesehatan yang ada di

(44)

tingkat dasar (Puskesmas, Polindes) belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat disamping itu ada beberapa desa yang belum memiliki Polindes (63,04%), Bidan yang sudah dilatih APN baru mencapai ( 38,44 %), persalinan oleh tenaga kesehatan masih kurang (82,9%), masih terbatasnya sarana pelayanan kesehatan yang mampu menangani kasus kegawatdaruratan obstetri dan Neonatal yaitu Puskesmas Poned yang ada hanya 13 dari 62 Puskesmas.

Ditinjau dari faktor perilaku yaitu masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun/paraji ( 12,9 % ) disamping itu pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih rendah sehingga keluarga tidak tahu risiko bahaya kehamilan dan persalinan, masih adanya keluarga yang terlambat mencari pertolongan, serta masih ada anggapan melahirkan di tenaga kesehatan mahal walaupun fasilitas untuk pelayanan kebidanan bagi masyarakat miskin sudah ada dengan Jamkesmas dan Gakinda juga adanya program Jampersal tapi hasil pelayanan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan belum maksimal.

Masih tingginya jumlah kematian ibu membutuhkan kerja keras lagi dari berbagai pihak yang terkait untuk menurunkannya.

1. ANGKA KESAKITAN

a. Penderita Penyakit Chikungunya pada tahun 2011 ditemukan pada usia 5 – 9

Tahun (26 kasus), usia 10 – 14 tahun (25 kasus), usia 15 – 45 tahun (226 kasus) dan usia >45 tahun (179 kasus).

b. Penyakit Filariasis, pada tahun 2008 kasus filariasis cukup tinggi yaitu 18 kasus

sedangkan di tahun 2009 s.d 2010 mengalami penulurunan 61% dan 36% tetapi pada tahun 2011 mengalami kenaikan 50%. Kasus filariasis terbanyak diderita pada bagian kaki. Dan jumlah penderita terbanyak ada di wilayah puskesmas majalaya, margaasih, kutawaringin, cimaung dan paseh.

c. Penyakit TB, cakupan penemuan BTA Pos baru yang masih < 50 % ada 19

(45)

paseh, pacet, panca, kertasari, santosa, sukamanah, warnasari, sugihmukti, rancabali, pasirjambu, sukajadi, katapang, margahayu selatan dan bihbul. Berdasarkan penjaringan suspek dari tahun 2007 s.d 2011 belum mencapai perkiraan suspek 107/100.000 x jumlah penduduk tiap tahunnya. Berdasarkan cakupan penemuan BTA Pos baru sudah mengalami peningkatan tiap tahunnya diawali dari tahun 2007 s.d 2010 sudah mendekati target Nasional yaitu 80% dan di tahun 2011 ada peningkatan pencapaian melebihi target yaitu 82,13%.

d. Penyakit ISPA, berdasarkan cakupan penemuan ISPA dari tahun 2007 s.d 2011

hampir mencapai target Nasional 86%. Berdasarkan penemuan kasus Pneumonia tahun 2011 berdasarkan golongan umur banyak ditemukan pada 1-4 tahun yaitu sebanyak 12955 kasus.

e. Penyakit Diare, pada tahun 2011 ditemukan di puskesmas per golongan umur

terbanyak adalah pada golongan umur > 4 tahun yaitu sebanyak 63102 kasus.

f. Penyakit HIV/AIDS, penemuan penderita HIV berdasarkan risiko penularannya dari

tahun 2008 s.d 2011 banyak ditemukan pada kasus IDU.

g. Penyakit Kusta, Kasus PB dan MB yang paling banyak ditemukan adalah pada

tahun 2010 sebanyak 5 kasus, sedangkan pada tahun 2011 PB tidak ditemukan sama sekali, dan penemuan kasus kusta berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2007 s/d 2011 adalah Laki-laki (40 kasus) dan perempuan (60 kasus).

h. Kolaborasi TB-HIV, Berdasarkan data laporan puskesmas selama tahun 2011

belum ada data yang tercatat antara TB dan HIV dalam satu pasien.

i. PAL, Berdasarkan data laporan Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di

Kabupaten Bandung selama tahun 2011 pasien sudah tercatat di penjaringan suspek TB, penderita asma dan Pneumonia.

2. STATUS GIZI

Hasil Bulan Penimbangan Balita tahun 2012 di Kabupaten Bandung ditemukan balita gizi buruk (sangat Kurus) sebesar 0.94% atau sebanyak 159 balita dari 277.033

(46)

balita yang ditimbang. Prevalensi balita sangat kurus di kabupaten Bandung masih relative rendah bila dibandingkan dengan batasan masalah gizi masyarakat yaitu >1%.

Perkembangan status gizi balita di Kabupaten Bandung dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 5.5

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BB/U DI KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2007 – 2012

TAHUN STATUS GIZI

LEBIH BAIK KURANG BURUK

2007 1.33 86.04 11.83 0.80 2008 1.50 87.90 9.80 0.80 2009 1.60 86.60 10.60 1.20 2010 1.52 89.80 7.80 0.90 2011 1.53 89.28 8.28 0.91 2012 1.61 88.87 8.57 0.94

(Sumber: Bidang Kesga & Gizi, Dinkes Kab. Bandung)

(Dan sejak tahun 2009 penentuan status gizi balita juga dilaksanakan berdasarkan BB/TB)

Tabel. 5.6

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN PB/TB/U DI KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2007 – 2012

TAHUN STATUS GIZI

SANGAT P ENDEK PENDEK NORMAL 2007 - - -2008 - - -2009 - - -2010 - - -2011 10.07 15.40 74.53 2012 10.07 15.96 73.97

(47)

Tabel. 5.7

Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB Di Kabupaten Bandung

Tahun 2007-2012

TAHUN STATUS GIZI

Gemuk Normal Kurus SangatKurus

2007 - - -2008 - - -2009 2.80 94.60 2.5 0.08 2010 4.13 92.90 2.80 0.06 2011 4.25 92.96 2.75 0.06 2012 4.53 91.56 3.87 0.03

Standar yang digunakan untuk menentukan status gizi balita adalah menggunakan standar WHO (World Health Organization, 2005). Standar ini berupa tabel yang memuat standard panjang badan/tinggi badan menurut umur, berat badan menurut panjang badan/tinggi badan dan berat badan menurut umur. Standar tersebut menunjukkan berat badan atau panjang/tinggi badan yang harus dicapai oleh balita pada usia tertentu. Penyebab dari balita gizi buruk (sangat kurus) yang ada di Kabupaten Bandung tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi , tetapi factor lainnya yang sangat berpengaruh adalah penyakit infeksi yang diderita oleh balita seperti radang paru, TBC, meningitis, kelainan bawaan lahir seperti kelainan pencernaan, penyakit jantung bawaan, dll. Faktor pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh juga sangat besar pengaruhnya.

Dinas Kesehatan melalui Program Perbaikan Gizi Masyarakat secara terus menerus berupaya untuk menanggulangi masalah gizi yang ada di Kabupaten Bandung,

(48)

No. Jenis Belanja Alokasi Realisasi % Saldo 1 Belanja Tidak

Langsung 71,959,351,962 70,023,969,198 97.31 1,935,382,764 a. Gaji dan Tunjangan 58,325,710,000 57,680,997,621 98.89 644,712,379.00 b. Tambahan Penghasilan

Pegawai 13,227,155,962 12,038,461,052 91.01 1,188,694,910.00 c. Insentif Pemungutan

Retribusi Daerah 406,486,000 304,510,525 74.91 101,975,475.00 2 Belanja Langsung 102,848,792,964 94,834,268,932 92.207 8,014,524,032 Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan; Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang Gizi, Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin, Penanggulangan KEP, AGB, GAKI, KVA dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya.

BAB VI

PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2012

Selain pembiayaan APBD Kabupaten murni, dalam pelaksanaan program kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung juga ditunjang oleh pembiayaan dari berbagai sumber antara lain APBN (DAK) dan APBD Propinsi dan dana dari bantuan luar negeri (BLN) .

1.1 PEMBIAYAAN BERSUMBER APBD KABUPATEN BANDUNG

TABEL 6.1

ALOKASI DAN REALISASI BELANJA APBD KABUPATEN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012

(49)

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Bandung

Dari tabel di atas terlihat bahwa alokasi belanja daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung untuk Tahun 2012 sesuai anggaran perubahan sebesar Rp.174.808.144.926,00 dan terealisasi sebesar Rp. 164.858.238.13000 ( 94,31%). Adapun proporsi realisasi belanja tidak langsung 42,47 % dari realisasi belanja, sedangkan sisanya merupakan belanja langsung, berupa kegiatan yang ada di SKPD (1,66%) dan belanja kegiatan Program (56,12%)

Gambar

TABEL 7.1 INDIKATOR SPM CAKUPAN (%) KABUPATEN BANDUNG Tahun 2009 - 2012 No . INDIKATOR -SPM TAHUN2009 TAHUN2010 TAHUN2011 TAHUN2012 TARGET SP M TAHUN 20 12 1 Kunjungan Bumil K4 87.69 88.35 75.12 89.77 91% 2 Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 100 75.14 1.77 1.77 90% 3 Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehata n yang Memiliki Kompet ensi Kebidanan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan profil degradasi perancah koral buatan berbagai konsentrasi yang direndam dalam larutan medium

Ruang OSIS terletak disebelah barat bersebelahan dengan kelas X. Ruang ini difungsikan untuk kegiatan yang berhubungan dengan OSIS dan untuk penyimpanan

Perhitungan CCT pada Sistem Smart Grid 3-Generator 10-Bus saat Terhubung Infinite Bus dengan Damping Simulasi yang akan dilakukan selanjutnya adalah mencari nilai CCT dengan

Dalam memperingati Dies Natalis Forum Komunikasi Mahasiswa Minang Universitas Gadjah Mada (FORKOMMI-UGM) yang ke-19, sebagai bagian dari organisasi yang berada di

prestasi kerja karyawan kebanyakan dari kemampuan tiap individu yang beraneka ragam dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para pegawai memiliki tingkat

Hasil penelitian menunjukkan: (a) probabilitas terjadinya efektifitas proses pembelajaran sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu padi sawah pada petani etnis

Proses berakhirnya praktik kerjasama ternak kambing di Desa Bebekan Selatan Taman Sepanjang Sidoarjo yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak (pemodal dan pengelola)

Penelitian ini juga menghasilkan rancangan strategi pengembangan dan pemanfaatan bangunan Indis berupa penetapan Kawasan Cagar Budaya dan Bangunan Cagar Budaya, insentif