BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
yang lebih menekankan keterampilan proses didalamnya.
Keterampilan proses belajar tersebut harus dimiliki oleh siswa, sebab dengan menggunakan keterampilan proses akan terjadi interaksi antara konsep/ prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses itu sendiri (Trianto, 2010). Selain itu, keterampilan proses perlu dilatihkan/ dikembangkan dalam pembelajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peranan yaitu siswa dapat menggunakan berbagai sumber belajar, siswa lebih menghayati materi karena menghadapi langsung dengan obyek belajar , sikap ingin tahu, kemampuan kreatifitas, sikap kritis, sistematis, terbuka, jujur dapat ditumbuhkembangkan dan siswa dilibatkan secara optimal baik mental maupun fisik, sehingga pengetahuan mudah meresap dan tahan lama (Julianto, 2003).
menghafal dan mempelajari materi sendiri dari pada meningkatkan kemampuan bertanya untuk memahami konsep IPA materi Biologi. Dari realita tersebut, menjadikan pemahaman siswa terhadap materi hanya sebatas pemahaman dari apa yang dipelajari sendiri, tanpa melakukan kemampuan bertanya yang dapat memperkuat pemahaman terhadap konsep IPA materi Biologi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembelajaran biologi yang sesuai dengan karakteristik (ciri) ilmu biologi yaitu: pembelajaran harus menarik, mengikuti hirarki peningkatan konsep dengan contoh sehari-hari agar persyaratan knowledge (pengetahuan) pada kontruksivisme dipenuhi, melibatkan siswa secara aktif selama pembelajaran sehingga menyeimbangkan antara proses dan kemampuan, merangsang rasa ingin tahu untuk mencari dan belajar sendiri, menekankan pada pengertian bukan ingatan atau hafalan, materi ajar biologi harus lengkap, ekstensif dan menyeluruh, dan bentuk assessment disesuaikan dengan bahan ajar dan lebih berorientasi pada pemecahan masalah Depdiknas,
dalam Destiarini (2011).
pembelajaran adalah kemampuan bertanya. Sebesar 62% responden menjawab tidak bertanya jika mengalami kesulitan dalam pelajaran, hal tersebut terjadi karena beberapa alasan yaitu siswa masih malu untuk bertanya , takut untuk mengutarakan pertanyaan dan malas berkomunikasi dengan guru yang membosankan. Sehingga mengacu dari hasil angket tersebut, yang sangat urgen untuk diselesaikan adalah kekemampuan bertanya siswa.
Hasil angket tersebut diperkuat dengan keadaan siswa selama proses pembelajaran yang masih terkesan acuh terhadap penjelasan guru. Menurut guru yang mengajar di kelas VIII D menjelaskan bahwa siswa dirasa kurang aktif dan komunikatif menanggapi materi yang disampaikan oleh guru. Siswa masih terkesan menjadi pendengar saja, sehingga wujud pencapaian siswa terhadap penjelasan guru hanya sekedar menulis dan mendengarkan saja. Padahal dengan kegiatan siswa yang hanya mendengar dan menulis saja hanya sedikit sekali ilmu yang bisa di serap. Kegiatan lain yang penting dan harus dilakukan selama proses belajar mengajar adalah bertanya.
Menurut Abimanyu dalam Saraswati (2008) mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan bertanya siswa di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pertama telah berakarnya kebiasaan mengajar dengan menggunakan metode
ceramah sehingga guru terlalu dominan dan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi. Kedua, latar belakang kehidupan sisswa dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak terbiasa mengajukan pertanyaan dan gagasan. Ketiga, adanya perasaan sungkan bertanya baik terhadap guu maupun teman. Keempat, siswa tidak menguasai materi sehingga tahu apa yang harus ditanyakan. Kelima, siswa takut salah dan takut ditertawakan oleh teman. Beberapa faktor tersebut juga terjadi pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Sokaraja. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 1 Sokaraja, mengungkap bahwa selama proses pembelajaran siswa memiliki kemampuaan bertanya yang masih tergolong rendah.
Kemampuan bertanya yang masih rendah, harus diselesaikan karena semakin rendahnya kemampuan bertanya maka semakin rendah aktivitas yang berlangsung selama proses belajar mengajar. Dampaknya, pembelajaran akan terkesan membosankan karena sikap pasif siswa dan pemahaman siswa terhadap konsep materi kurang terbangun. Dari data yang diperoleh menjelaskan bahwa ketuntasan nilai ulangan harian materi Biologi masih sangat rendah yaitu dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 38, dengan jumlah siswa yang sudah mencapai KKM hanya 17%. Data tersebut mengungkap bahwa proses pembelajaran tidak berhasil, karena KKM masih dibawah 65%. Dikatakan berhasil apabila jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 65% (Arikunto, 2009), namun dalam penelitian ini akan digunakan ketuntasan kelas yang sudah ditentukan oleh sekolah yaitu 85 %.
Penyelesaian masalah tersebut diatas dapat dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran yang relevan (bersesuaian) dengan materi yang disampaikan dan menekankan pada keterlibatan siswa/peran aktif siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan bertanya adalah model pembelajaran CTL (Contextual Teaching
and Learning). Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran CTL merupakan
sendiri pengetahuaanya. Proses yang mendorong siswa untuk menemukan pengetahuaanya itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan bertanya yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Penelitian tentang model pembelajaran CTL pernah dilakukan oleh Ayunani (2010) untuk meningkatkan ketrampilan daya analisis siswa kelas X2 SMA Negeri Baturaden. Hasil yang diperoleh yaitu terjadinya peningkatan ketrampilan daya analisis siswa dan berdampak positif pada hasil belajar.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan bertanya pada pembelajaran IPA Biologi menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Sokaraja melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu:
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanya pada pembelajaran IPA Biologi menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Sokaraja.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru , sekolah dan peneliti.
1. Bagi siswa
Menjadi acuan bagi siswa agar dapat aktif berpartisipasi, dalam mengajukan pertanyaan dan menuangkan pemahaman-pemahaman mereka dalam konsep IPA Biologi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 2. Bagi guru
Guru akan mendapatkan gambaran tentang perlunya menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA Biologi
3. Bagi sekolah
Dapat mengetahui cara untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa dalam memahami konsep IPA Biologi dan memberikan kebijakan untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih tepat.
4. Bagi peneliti