• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - JUDIONO BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - JUDIONO BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Potensi sektor pertanian di Indonesia sebagai negara agraris memiliki

sumber daya alam yang melimpah.Dalam pandangan orang awam, dengan

potensi yang demikian tentu memberi pengaruh terhadap pencapaian tujuan

masyarakat makmur dan sentosa.Kenyataan ini ternyata bertolak belakang

dimana masyarakat petani masih banyak yang mengalami kemiskinan. Beberapa

hal mendasari persoalan ini antara lain kekurangmampuan sumber daya manusia

untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif.

Kita tidak bisa mengolah sumber daya alam pertanian dengan tangan kita

sendiri.Banyak kehidupan petani tidak layak bahkan harus keluar dari dunia

pertanian karena harus menanggung beban hidup yang berat dan di dunia

pertanian tidak dapat menjanjikan dan memberikan harapan besar pada

petani.Seorang petani tidak ingin anaknya menjadi petani jika hal ini terjadi

maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

Harga berbagai hasil pertanian di Indonesia sering tidakmenentu.Kondisi

cuaca iklim dan lokasi wilayah serta kebijakan pemerintah sampai sekarang

belum bisa memberikan proteksi bagi produk pertanian dalam negeri dan belum

bisa memberikan jaminan harga untuk petani meski demikian, dunia pertanian

Indonesia menjadi lebih pasti dan menjanjikan dan memberikan jaminan bagi

(2)

Harga komoditas pertanian umumnya dan hortikultura khususnya

termasuk cabai memang cukup menarik untuk dicermati. Harga ini masih tetap

menjadi beban risiko terbesar yang ditanggung petani. Hal ini disebabkan harga

yang diterima petani harus mengikuti kenaikan harga pupuk dan sarana pertanian

lain. Namun kenyataannya yang diterima petani tidaklah demikian.Petani selalu

menerima harga yang sangat berfluktuatif sedangkan harga pupuk dapat

dipastikan selalu naik secara mantap (Setiadi, 1999).

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

sayuran yang banyak mendapat perhatian karena mempunyai nilai ekonomis

tinggi, oleh karena itu setiap tahun produksinya meningkat.Adapun untuk

mengetahui data produksi cabai tahun 2000 – 2009 dapat dilihat diTabel 1.

Tabel 1. Data Produksi Cabai Tahun 2000 – 2009

TAHUN Cabai besar

( Ton )

Cabai Rawit ( Ton )

Cabai ( Ton)

2000 - - 279,668

2001 - - 580,469

2002 - - 635,089

2003 774, 408 292,314 1,066,722

2004 714,705 385,809 1,100,514

2005 661,730 396,293 1,058,023

2006 736,019 449,038 1,185,057

2007 676,828 451,965 1,128,793

2008 695,707 457,353 1,153,060

2009 787,433 591,294 1,378,727

Sumber : Departemen Pertanian, Tahun 2011

Selain itu, cabai juga bermanfaat sebagai bumbu masak atau bahan

campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman, dan juga

digunakan untuk pembuatan obat-obatan dan kosmetik.Dua pemanfaatan yang

terakhir ini dapat meningkatkan peranan penting dan strategis kebutuhan

(3)

Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang

membutuhkan bahan baku cabai. Meskipun kebutuhan cabai meningkat, tetapi

produksi cabai di Indonesia masih rendah, rata – rata produksi nasional baru

mencapai 3,3 – 3,5 ton/ha, sedangkan produksi yang optimal setiap 1 hektar

berkisar 3 – 6 ton (Santika, 1999). Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin

meningkat,peningkatan produksi perlu dilakukan melalui intensifikasi maupun

ekstensifikasi.Kekurangan produksi itulah yang merupakan peluang dalam

negeri yang perlu digarap.

Cabai merah tidak hanya mengandung zat yang rasanya pedas, tetapi

banyak mengandung vitamin diantaranya vitamin A yang berguna untuk

kesehatan mata dan vitamin B1 berguna untuk pertumbuhan serta vitamin C

berguna untuk mencegah timbulnya sariawan dan lain-lain. Selain itu, cabai

merah juga mengandung mineral yang berguna, untuk kesehatan tubuh manusia

yaitu untuk metabolisme, sedangkan zat yang terkandung dalam buah cabai

meliputi kandungan air 8 %, lemak 0,6 %, protein 3 %, karbohidrat 6 %, serat

kalori 32 kal/100 gr, kalsium (Ca) 15 mg/100 gr, phospor 30 mg/100 gr, besi 0,5

mg/100gr (Pracaya, 1995).

Usahatani cabai di Desa Limpakuwus awalnya hanya beberapa orang

saja itupun orang-orang yang mempunyai modal dan pengalaman dan berasal

dari luar Desa Limpakuwus. Namun dengan berkembangnya ilmu dan informasi

mulai awal tahun 2005 banyak petani yang beralih membudidayakan cabai

(4)

Luas lahan yang ditanami setiap tahun bertambah.Tahun 2012 luas lahan

tanaman cabai di Desa Limpakuwus mencapai 60-100 ha dan jumlah petani

yang menanam 100-150 petani yang aktif setiap musim menanam cabai

merah.Teknik budidaya tanaman cabai yang dilakukan petani diDesa

Limpakuwus sudah dapat dikatakan sebagai petani yang berhasil karena dalam

membudidayakan hortikultura khususnya tanaman cabai sudah menggunakan

cara dan teknik yang benar. Ada beberapa alasan yang mendukung budidaya

cabai di Desa Limpakuwus, yaitu :

1. Teknik pengolahan lahan.

2. Teknik pembibitan/ persemaian.

3. Penanaman.

4. Pemupukan.

5. Pengendalian hama dan penyakit.

6. Pemanenan.

Harga jual di tingkat petani sangat berfluktuatif dari mulai harga Rp

2.500 sampai Rp 40.000 dan berbeda–beda setiap musimnya.Sistem Pemasaran

yang dilakukan ada dua saluran, yaitu : petani – pengepulpengecer dipasar

-konsumen dan petani–pengepul di pasar –-konsumen. Hasil panen masuk ke

pasar di wilayah Banyumas, Purbalingga, Ajibarang, Kroya, Brebes.

Hasil produksi rata-rata cabai merah yang rendah di Indonesia erat

kaitannya dengan teknik budidaya tanaman yang diterapkan oleh para

petani.Faktor lain yang mempengaruhi adalah luasan lahan,sarana produksi dan

(5)

itu perlu diadakan penelitian di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang guna

mengetahui lebih jauh penerapan teknik budidaya tanaman cabai merah oleh

para petani dan mengetahui rentabilitas usahatani cabai merah.

B. Perumusan Masalah

Usahatani cabai merah dapat dilakukan baik dalam lahan luas maupun

sempit dan dilakukan sepanjang tahun. Kelemahan melakukan usaha tani ini

adalah faktor harga yang tidak menentu dan susah diprediksi oleh petani. Biaya

yang dikeluarkan oleh petani tidak sebanding dengan pemasukan.

Analisis usaha diperlukan sebagai alat pemeriksaan keuangan suatu

usahataniyaitu untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai

selama usaha berlangsung.Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan

suatu perhitungan arus biaya dan pendapatan untuk mengetahui apakah usaha

tani cabai merah dapat memberikan keuntungan yang tinggi dan layak

diusahakan.

Berdasarkan hal tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapa besarnya biaya yang dikeluarkan petani dalam melakukan kegiatan

produksi usahatani cabai merah di Desa Limpakuwus pada musim tanam

Januari- Juni 2011?

2. Berapa besarnya tingkat pendapatan yang diterima petani cabai merah di Desa

Limpakuwus pada musim tanam Januari - Juni 2011?

3. Bagaimana rentabilitas ekonomi usahatani cabai merah di Desa Limpakuwus

(6)

C. Pembatasan masalah dan asumsi 1. Pembatasan masalah

1) Data yang digunakan adalah data usahatani cabai merah pada musim

tanam Januari 2011- Juni 2011.

2) Varietas benih cabai yang digunakan adalah varietas lado dan tropy.

3) Usahatani bersifat monokultur.

4) Petani responden adalah penggarap sewa budidaya cabai.

5) Obyek adalah petani cabai merah di Desa Limpakuwus.

2. Asumsi

1. Tingkat kesuburan tanah sama.

2. Semua produksi dijual habis.

3. Harga Saprotan ditingkat petani cabai merah di Desa Limpakuwus,

Kecamatan Sumbang adalah sama.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan

1. Untuk mengetahui besarnya biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam

melakukan kegiatan produksi usahatani cabai merah di Desa Limpakuwus

pada musim hujan.

2. Untuk mengetahui besarnya tingkat pendapatan yang diterima petani cabai

merah di Desa Limpakuwus pada musim hujan.

3. Untuk mengetahui rentabilitas ekonomi usahatani cabai merah di Desa

(7)

Manfaat

1. Bagi peneliti digunakan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

2. Bagi petani sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan usahatani yang

akan datang.

3. Memberikan sumbangan penelitian bagi pemerintah yang dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam merencanakan pembangunan daerah.

4. Bagi Institusi pendidikan (perguruan tinggi) sebagai sumbangan penelitian

dan referensi dalam pemenuhan sumber pustaka terkait rentabilitas usaha

cabai.

5. Bagi peneliti lain sebagai bahan refrensi dalam melakukan penelitian sejenis

Gambar

Tabel  1. Data Produksi Cabai Tahun 2000 – 2009

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, analisis optimalisasi pola tanam usahatani sayuran di Kecamatan Kejajar sangat penting untuk dilakukan agar pendapatan yang diperoleh petani

Mendapatkan konsentrasi sukrosa optimum untuk setiap tahapan induksi tiga genotipe cabai lokal dari berbagai sumber eksplan yang digunakan. Memperoleh sumber eksplan yang

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka berupa keterangan-keterangan yang secara

1. Total penerimaan yang diterima petani dari usahatani cabai merah per musim tanam dengan luas lahan rata-rata 0,09 di daerah penelitian sebesar Rp. Biaya produksi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan pada usahatani cabai merah per hektar per satu kali musim tanam di Desa

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana karakteristik pasien mioma uteri di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode 1 Januari 2011-31

Rata-ratadarisemua sarana penunjang pada usahatani melon semangka cabai dalam satu musim tanam yang lebih besar total biaya penyusutan adalah usahatani Cabai

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode Analisis kualitatif, tahap pertama peneliti melakukan pengumpulan data sekaligus mereduksi data atau memilih data