• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS GAYAM Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS GAYAM Skripsi"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS GAYAM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Graciana Intan Anggraini

NIM: 081134032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V SD KANISIUS GAYAM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Graciana Intan Anggraini

NIM: 081134032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Orang tuaku tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku hingga saat ini

(8)

vii

ABSTRAK

Anggraini, Graciana Intan. 2012. Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Kelas V SD Kanisius Gayam. PGSD, FKIP, USD, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau yang biasa disebut dengan penelitian Reaserch and Development (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta dan (2) memaparkan kualitas pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Gayam, Yogyakarta yang berjumlah 16 siswa. Data diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada siswa setelah siswa menggunakan produk berupa multimedia dan modul pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta dilakukan berdasarkan empat langkah, tahap satu mengkaji standar kompetensi dan materi pembelajaran yang dikembangkan, tahap dua melakukan analisis kebutuhan, tahap tiga memproduksi software dan modul pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara, dan tahap empat melakukan validasi dan revisi produk. Kedua, penelitian ini juga menghasilkan prototype yang dikemas dalam CD dan modul pembelajaran yang divalidasi oleh pakar pembelajaran bahasa Indonesia, pakar media, guru, dan siswa. Hasil validasi dari pakar pembelajaran bahasa Indonesia diperoleh skor rata-rata 4,9 untuk multimedia dan modul pembelajaran dengan kriteria sangat baik. Validasi pakar media diperoleh skor rata-rata sebesar 4,0 untuk modul dan multimedia pembelajaran dengan kriteria baik. Validasi oleh guru diperoleh skor rata-rata sebesar 4,8 untuk multimedia interaktif dan 4,7 untuk modul pembelajaran dengan kriteria sangat baik. Berdasarkan validasi uji lapangan diperoleh skor rata-rata 4,46 dengan kriteria sangat baik.

Dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif dan modul pembelajaran Bahasa Indonesia materi memerankan tokoh drama dengan lafal, ekspresi, dan intonasi yang tepat untuk siswa kelas V SD Kanisius Gayam valid/layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran di Sekolah.

(9)

viii

ABSTRACT

Anggraini, Graciana Intan. 2012. The Developing of Indonesia Speaking Skill using Interactive Multimedia for 5 Grade Students of Kanisius Gayam Yogyakarta Elementary School. PGSD, FKIP, USD, Yogyakarta.

The research is a Research and Development (R&D) study which intended (1) to explain the procedure of interactive multimedia for Indonesian language verbal skill development at Kanisius Gayam Primary School, Yogyakarta Fifth Grade (2) to describe the quality of interactive multimedia for Indonesian language verbal skill development at Kanisius Gayam Primary School, Yogyakarta Fifth Grade.

The research subject consists of 16 (sixteen) fifth grade students from Kanisius Gayam Primary School, Yogyakarta. The data obtained by circulating questionnaires to all of the students after they viewed some multimedia products and teaching learning modules which was designed by researcher.

The research shows that frist, the procedure of interactive multimedia for Indonesian language verbal skill development for fifth grade students at Kanisius Gayam Primary School, Yogyakarta always begin by carrying out a study on the competency standard and related teaching learning subjects, performing necessity analysis, producing software and Indonesian language verbal aspect teaching learning modules, validation process and product review. Second, producing compact disc (CD) and learning modules which are validated by Indonesian language teaching learning experts, media experts, teachers and students. As a result, Indonesian language teaching learning experts give the product an average score of 4.9 for multimedia and learning modules with very good criteria. Media experts’ validation process gives an average score of 4.0 for multimedia and learning modules with good criteria. Teachers’ validation process gives an average score of 4.8 for interactive multimedia and 4.7 for learning modules with very good criteria. Finally, the field test validation process gives an average score of 4.46 with very good criteria.

In conclusion, interactive multimedia and Indonesian language teaching learning modules of acting some performance characters with precise articulation, expression and intonation which has been used by fifth grade students at Kanisius Gayam Primary School is valid or suitable to be used at any other schools.

(10)

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas rahmat serta limpahan kasih-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Kelas V SD Kanisius Gayam dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini terwujud bukan semata-mata dari hasil kerja penulis sendiri melainkan berkat bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dari hati yang tulus perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, S.J, S.S., BST., M.A., selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan dosen pembimbing pertama yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan kebijaksanaan dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga selesai, serta memberikan dorongan untuk mempercepat penyelesaian skripsi.

3. Elga Andriana, S.Psi., M.Ed. selaku Wakil Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku dosen pembimbing kedua yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga selesai.

(11)

x 6. F. Chosa Kastuhandani, S.Pd. M.Hum., selaku pakar media pembelajaran yang telah memberikan penilainan, saran dan komentar mengenai media yang dikembangkan.

7. Ch. Isminarti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah Dasar Kanisius Gayam, Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan program pengalaman lapangan serta penelitian kepada penulis.

8. Fx. Sihono, selaku guru Bahasa Indonesia kelas 5 SD Kanisius Gayam, Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan uji coba dan pengumpulan data selama penelitian berlangsung.

9. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Gayam yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Papa dan Mama yang selama ini selalu memberikan dukungan moral, spiritual, dan materi dalam penulisan skripsi dari awal hingga akhir.

11.G. Gati Wardhani, S.Pd., kakakku yang selalu memberikan semangat agar penulis segera menyelesaikan skripsinya.

12.Birowo Budi Santoso, Ida Rini P, dan Anindya Putri, yang bersedia meminjamkan laptopnya kepada penulis serta selalu memberikan semangat dan keceriaan dalam hidup penulis selama di Yogyakarata.

13.Rizal Pikarima, yang selalu menemani dan mengantar penulis ke mana pun serta selalu mendengarkan keluh-kesah penulis.

14.Hari Prasetya, S.H., adik sepupuku yang selalu siap membantu saat penulis mengalami hambatan dalam menyelesaikan skripsinya.

15.Teman-teman PPL yang selalu kompak dan memberi semangat penulis.

16.Keluarga besar penulis yang membantu penulis dalam segala hal selama tinggal di Yogyakarta.

17.Segenap karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah melayani peminjaman buku sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

(12)

xi 19.Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan fasilitas baik spiritual maupun materiil sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, Agustus 2012

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 3

1.6 Batasan Istilah ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Kajian Pustaka ... 6

2.1.1 Teori-teori yang Relevan ... 6

2.1.2 Kajian Penelitian yang Relevan ... 15

2.2 Kerangka Berpikir ... 18

2.3 Hipotesis ... 19

2.4 Pertanyaan penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

(14)

xiii

3.2 Setting Penelitian ... 21

3.2.1 Subjek Penelitian ... 21

3.2.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.2.3 Waktu Penelitian ... 21

3.3 Prosedur Pengembangan ... 22

3.4 Uji Coba Produk ... 23

3.4.1 Desain Uji Coba ... 24

3.4.2 Subjek Uji Coba ... 24

3.5 Instrumen Penelitian ... 24

3.5.1 Jenis Data ... 24

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 25

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.7 Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Data Analisis Kebutuhan ... 27

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 28

4.2.1 Menyusun silabus ... 28

4.2.2 Menusun RPP ... 29

4.2.3 Pembuatan storyboard ... 29

4.2.4 Pembuatan software dan modul pembelajaran ... 29

4.2.5 Pengemasan Produk dan Uji Coba Produk ... 31

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 31

4.3.1 Deskripsi Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa ... 34

4.3.2 Revisi Produk ... 35

4.3.3 Deskripsi Data Validasi Pakar Media ... 37

4.3.4 Revisi Produk ... 39

4.3.5 Deskripsi Data Validasi Guru Bahasa Indonesia ... 39

4.3.6 Revisi Produk ... 40

4.3.7 Deskripsi Data Validasi Lapangan ... 40

4.4 Kajian Produk Akhir ... 40

4.4.1 Multimedia Interaktif ... 41

(15)

xiv

4.4.3 Penilaian Produk ... 42

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 45

5.3 Saran ... 45

DAFTAR REFERENSI ... 46

(16)

xv

DAFTAR BAGAN

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Konversi Nilai Skala Lima ... 26

Tabel 2 Konversi Nilai Skala Lima ... 32

Tabel 3 Kriteria Skor Skala Lima ... 33

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator Penilaian Kualitas Multimedia Dan Modul Pembelajaran

untuk Guru dan Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 49

Lampiran 2 Indikator Penilaian Kualitas Multimedia Dan Modul Pembelajaran untuk Pakar Media Pembelajaran ... 50

Lampiran 3 Indikator Penilaian Kualitas Multimedia Dan Modul Pembelajaran untuk Pakar Media Pembelajaran ... 51

Lampiran 4 Rekapitulasi Data Analisis Kebutuhan Siswa ... 52

Lampiran 5 Data Analisis Kebutuhan Siswa ... 54

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Analisis Kebutuhan Guru ... 62

Lampiran 7 Data Analisis Kebutuhan Guru ... 65

Lampiran 8 Rekapitulasi Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 77

Lampiran 9 Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia Tahap 1 ... 79

Lampiran 10 Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia Tahap 2 ... 82

Lampiran 11 Rekapitulasi Data Validasi Pakar Media Pembelajaran ... 85

Lampiran 12 Data Validasi Pakar Media Pembelajaran Tahap 1 ... 87

Lampiran 13 Data Validasi Pakar Media Pembelajaran Tahap 2 ... 89

Lampiran 14 Rekapitulasi Data Validasi Guru ... 91

Lampiran 15 Data Validasi Guru Bahasa Indonesia ... 93

Lampiran 16 Rekapitulasi Data Hasil Uji Lapangan ... 95

Lampiran 17 Data Validasi Uji Lapangan ... 96

Lampiran 18 Storyboard ... 102

Lampiran 19 Silabus ... 113

Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 116

Lampiran 21 Multimedia Interaktif ... 124

Lampiran 22 Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma 148 Lampiran 23 Surat Keterangan Penelitian dari SD... 149

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (6) batasan istilah.

1.1 Latar Belakang

Pelajaran bahasa Indonesia termasuk dalam salah satu mata pelajaran yang penting dalam dunia pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan diajarkannya mata pelajaran ini pada setiap jenjang pendidikan dan masuknya mata pelajaran bahasa Indonesia ke dalam Ujian Nasional (UN). Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan tiap jenjang pendidikan adalah agar siswa sekolah dapat menerapkan empat keterampilan dasar berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis) secara aktif khususnya dalam aspk berbicara. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan media yang dapat merangsang minat belajar, tingkat keaktifan, dan perkembangan keterampilan bahasa siswa secara aktif.

Kenyataannya banyak guru yang mengajar tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik minat siswa, merangsang tingkat keaktifan siswa khususnya dalam mengembangkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan analisis kebutuhan yang diberikan kepada siswa kelas V SD Kanisius Gayam pada tanggal 6 Desember 2011, sebagian siswa mengatakan bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan di kelas tidak menggunakan media pembelajaran. Dari data analisis kebutuhan diperoleh informasi bahwa, rata-rata siswa lebih menyukai pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media. Para siswa berpendapat bahwa mereka tertarik pada media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan karakteristik mereka.

(20)

2 aspek berbicara memerankan tokoh drama, karena dengan bermain drama siswa dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbicara mereka. Produk yang dikembangkan menerapkan prinsip Paradigma Pedagogik Reflektif (PPR). Peneliti memilih mengembangkan produk dengan menggunakan PPR, karena di dalam pelaksanaannya PPR memiliki lima unsur utama yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Lima unsur utama dalam PPR ini dapat memberikan hasil yang berupa 3C yaitu keterampilan secara akademis (competence), hati nurani (conscience), dan kepedulian sosial (compassion) kepada siswa.

Pengembangan produk ini diujicobakan kepada siswa di kelas V semester 2 SD Kanisius Gayam. Peneliti memilih SD Kanisius Gayam karena sekolah tersebut sudah menerapkan pendekatan PPR. Selain itu, sekolah tersebut sangat membutuhkan media dalam peoses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek berbicara. Penelitian ini dibatasi hanya pada usaha meneliti meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VB SD Kanisius Gayam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, peneliti menemukan rumusan masalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta?

(21)

3

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditemukan, tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1.3.1 Memaparkan prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta.

1.3.2 Memaparkan kualitas pengembangan multimedia interaktif untuk keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.

1.4.1 Bagi penulis

Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman baru bagi peneliti tentang cara membuat media yang menarik dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat media tersebut.

1.4.2 Bagi guru

Penelitian pengembangan ini dapat membantu guru dalam meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar.

1.4.3 Bagi siswa

Multimedia dan modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti mampu meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam belajar bahasa Indonesia aspek berbicara.

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

(22)

4 1.5.1 Multimedia interaktif

1.5.1.1 Software (perangkat lunak)

Peneliti menggunakan Microsoft Office PowerPoint 2007 (PPT 2007), yang menggabungkan gambar, teks, animasi, suara, video tentang pementasan drama, dan hyperlink.

1.5.1.2 Hardware (perangkat keras)

Multimedia ini dapat dijalankan dengan menggunakan hardware, di antaranya perangkat komputer/laptop yang memiliki spesifikasi (1) prosesor minimal Pentium IV atau sejenisnya, (2) RAM minimal 1GB, (3) kapasitas hardisk yang dibutuhkan sebesar 2 GB, dan (4) sistem operasi windows 7/XP/Vista; LCD proyektor; dan speaker.

1.5.2 Modul

Produk lainnya adalah modul pembelajaran yang berupa sebuah buku cetak untuk siswa. Modul tersebut berisi materi, evaluasi, refleksi, dan aksi.

1.6 Batasan Istilah

Batasan Istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Siswa SD adalah siswa kelas V semester 2 tahun ajaran 2011/2012 yang sedang menempuh pendidikan di SD Kanisius Gayam, Yogyakarta.

1.6.2 Multimedia adalah gabungan dari beberapa media seperti gambar, teks, suara, angka dan yang lainnya.

1.6.3 Multimedia interaktif adalah multimedia yang menggabungkan teks, suara, video, gambar, dan animasi yang dibuat menggunakan Microsoft Office Powerpoin 2007 dikemas dalam bentuk CD yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara lewat memerankan drama sehingga dapat menimbulkan komunikasi aktif terhadap siswa kelas V semester 2 SD Kanisius Gayam.

(23)

5 1.6.5 Pelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berbicara dengan materi memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

1.6.6 Keterampilan berbicara adalah keterampilan dalam bermain peran dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

1.6.7 Drama adalah cerita yang menggambarkan watak setiap tokohnya melalui tingkah laku dan dialog atau percakapan yang dipentaskan oleh siswa kelas V semester 2 SD.

(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori, terdapat tiga bagian yang akan dibahas peneliti yaitu (1) kajian pustaka, (2) kajian penelitian yang relevan, dan (3) pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan 2.1.1.1 Multimedia Interaktif

Teknologi berkembang sangat pesat di seluruh dunia. Perkembangan teknologi ini mempengaruhi seluruh bidang yang ada didunia tanpa kecuali bidang pendidikan. Sekarang ini, pembelajaran di sekolah tidak hanya mengunakan media yang berbentuk gambar atau teks saja untuk mendukung perkembangan siswa tetapi menggunakan kombinasi gambar, animasi, suara, teks, video, dan lainnya sehingga dapat membuat siswa belajar secara aktif dan dapat berinteraksi langsung sesuai dengan karakteristik siswa pada masa sekolah. Pada dunia pendidikan media gabungan tersebut dinamakan multimedia interaktif.

Kata multimedia interaktif terdiri dari dua kata yang memiliki pengertian masing-masing, yaitu multimedia dan interaktif. Multimedia adalah penyediaan informasi pada komputer yang menggunakan suara, grafik, animasi, dan teks (KBBI, 2008:937). Multimedia identik dengan komputer. Interaktif adalah sesuatu yang bersifat saling melakukan aksi, antarhubungan, dan saling aktif (KBBI, 2008:542).

(25)

7 interaktif dapat menjalankan fungsi guru sebagai sumber belajar yang cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Manfaat multimedia interaktif dalam pembelajaran (Daryanto, 2011:50) yaitu, (1) agar proses pembelajaran lebih menarik dan interaktif, (2) dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, (3) mengurangi waktu mengajar, (4) proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, dan (5) dapat meningkatkan sikap belajar siswa. Multimedia interaktif juga memiliki beberapa kekurangan yaitu, (1) pengembangannya memerlukan tim yang professional dan (2) pengembangannya memerlukan waktu yang cukup lama.

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan multimedia interaktif adalah multimedia yang dapat menimbulkan komunikasi yang aktif terhadap siswa melalui pengintegrasian teks, grafik, dan suara. Multimedia interaktif cocok digunakan dalam proses pembelajaran pada siswa SD karena dapat menimbulkan minat dan keterampilan siswa serta sesuai dengan karakteristik siswa SD. Walaupun multimedia interaktif memiliki kekurangan, multimedia interaktif tetap dapat meningkatkan motivasi belajar siswa serta mengatasi permasalahan perbedaan kecepatan pemahaman teori oleh siswa.

2.1.1.2 Modul Pembelajaran 1. Pengertian Modul

Modul pembelajaran sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah. Modul adalah unit kecil dari kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi, alat pembelajaran, alat untuk menilai, dan pengukur keberhasilan murid dalam belajar (KBBI, 2008:924). Pendapat tersebut juga didukung oleh pendapat Munadi (2010:99) yang mengatakan bahwa modul merupakan bahan ajar yang digunakan siswa secara mandiri dan sedikit mungkin mendapatkan bantuan dari orang lain. Munandi menambahkan bahwa di dalam modul terdapat tujuan pembelajaran, kegiatan, dan evaluasinya.

(26)

8 memperhatikan fungsi siswa sehingga siswa mendapat informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan kognitif, sikap dan motorik. Pendapat dari Santyasa sejalan dengan pendapat yang diberikan oleh Prastowo (2011:106) yang juga berpendapat bahwa modul merupakan bahan ajar yang diberikan kepada siswa yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa sehingga materi mudah dipahami oleh siswa. Selain itu bahasa yang digunakan seharusnya mudah dimengerti siswa.

Jadi, dapat dikatakan modul merupakan bahan ajar keterampilan berbicara memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat menggunakannya secara mandiri dan senimal mungkin mendapatkan bantuan dari orang lain. Dengan demikian, siswa mendapat informasi dan keterampilan yang diharapkan berdasarkan penghayatannya secara mandiri melalui modul.

2. Fungsi Modul

Modul merupakan salah satu bentuk dari bahan ajar. Menurut Prastowo (2011:107), modul memiliki lima fungsi. Fungsi modul yang pertama yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. Modul memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatannya sendiri dengan sedikit bantuan dari orang lain, sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak lagi tergantung pada orang lain. Fungsi modul yang kedua yaitu sebagai fasilitator maksudnya modul dijadikan sebagai alat bantu dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuannya sendiri. Fungsi modul yang ketiga sebagai alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi.Fungsi modul yang terakhir adalah sebagai bahan belajar untuk peserta didik.

3. Tujuan Modul

(27)

9 kejujuran, (4) tingkat dan kecepatan belajar siswa dapat terakomodasi, dan (5) siswa dapat mengukur tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

2.1.1.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

Berikut ini akan dijabarkan keterampilan berbicara siswa SD dan tujuan berbicara.

1. Keterampilan Berbicara Siswa SD

Mata pelajaran bahasa Indonesia sangat penting diajarkan di SD karena bahasa merupakan alat komunikasi yang paling mendasar. Di samping itu, dengan adanya mata pelajaran bahasa Indonesia di SD, siswa dapat mengembangkan 4 aspek ruang lingkup bahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa pada pendidikan di Sekolah Dasar. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian berbicara dari para ahli.

Keterampilan adalah ”kecakapan untuk menyelesaikan tugas (KBBI, 2005:1180). Berbicara menurut KBBI (2005:148) adalah berkata bercakap, berbahasa. Berbicara menurut Muammar (2009:21) adalah alat komunikasi antara manusia yang paling umum dan penting

Rofi’uddin (2002:7) mengatakan bahwa “kegiatan berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan suatu layanan”. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kegiatan berbicara siswa SD dalam memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

(28)

10

2. Tujuan Keterampilan Berbicara

Dengan mulut kita dapat berbicara karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya. Berikut ini tujuan keterampilan berbicara menurut beberapa ahli.

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi (Tarigan, 2008:16). Tarigan juga menambahkan agar pesan yang disampaikan dapat efektif, sang pembicara harus memahami segala sesuatu yang akan dia komunikasikan. Nurgiyantoro (2010:400) mengatakan tujuan orang melakukan kegiatan berbicara yaitu ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain atau karena ingin memberikan reaksi terhadap sesuatu yang didengarnya. Pendapat tersebut juga didukung oleh Haryadi & Zamzani (1997:54) yang mengatakan bahwa “berbicara merupakan proses berkomunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan dari suatu sumber ke tempat lain untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.

Iskandarwassid & Sunendar (2011:242) mengungkapkan keterampilan berbicara memiliki lima tujuan yaitu: (1) kemudahan berbicara berguna untuk mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan, (2) kejelasan berbicara baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya, (3) bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya, (4) membentuk pendengaran yang kritis, (5) membentuk kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu.

(29)

11

2.1.1.4 Pengembangan Materi Keterampilan Berbicara Bermain Drama Berikut akan dijabarkan keterampilan berbicara yang disajikan dalam materi bermain drama yang dikembangkan dalam produk. Produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran yang berbasis pada Paradigma Pedagogik Raflektif (PPR). Materi yang ditekankan di antaranya pengertian drama, unsur dalam drama, langkah-langkah memerankan drama, dan penilaian dalam bermain drama.

1. Paradigma Pedagogik Reflektif (PPR)

Dewasa ini tujuan dari pendidikan hanyalah sekedar kumpulan dari pembelajaran bidang studi dengan menggunakan berbagai metode mengajar. Pendidikan bukan hanya sekedar kumpulan dari pembelajaran bidang studi dengan metode mengajar melainkan suatu sistem untuk menumbuhkembangkan intelektual, bakat, dan perilaku siswa. Salah satu paradigma yang dapat menumbuhkembangkan intelektual, bakat, dan perilaku siswa adalah Paradigma Pedagogik Reflektif (PPR). Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian PPR, tata cara pelaksanaan PPR, dan kelebihan dari menggunakan PPR.

PPR merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani atau kemanusiaan (Kanisius, 2011:39). Pola pikir dilakukan dengan cara siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan yang difasilitasi oleh pertanyaan sebagai refleksi dari pengalaman yang mereka dapatkan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat mengalami sendiri, mendapatkan informasinya sendiri berdasarkan refleksi yang mereka lakukan, dan melakukan kegiatan dari kemauannya sendiri. Pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Disesuaikan dengan konteks siswa, pengembangan nilai-nilai kemanusiaannya dikembangkan melalui pengalaman, refleksi, dan aksi dan dikawal dengan evaluasi.

(30)

12 secara utuh yang berkenaan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik. Concience merupakan kemampuan afektif yang mengasah kepekaan dan hati nurani yang berupa kesadaran diri seperti kedisiplinan, ketelitian, dan kejujuran. Compassion merupakan kemampuan efektif yang berupa tindakan nyata dan batin yang disertai dengan bela rasa berupa kepedulian terhadap sesama.

Paradigma Pedagogik Reflektif memiliki lima unsur utama dalam pelaksanaannya yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

Bagan 1. Gambaran Pembinaan Siswa melalui PPR (Kanisius, 2008:41)

a. Konteks

Konteks berupa wacana tentang nilai-nilai yang ingin dikembangkan dalam diri siswa. Nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai tanggung jawab, kerja keras, kerjasama, dan lain sebagainya.

b. Pengalaman

Pengalaman digunakan untuk menumbuhkan sikap persaudaraan, solidaritas, dan saling memuji. Sikap-sikap tersebut dapat ditumbuhkan dengan melakukan kerjasama dalam proses pembelajaran. Sikap-sikap tersebut juga dapat diperoleh siswa secara tidak langsung dengan membaca atau membayangkan tentang suatu kejadian yang dipelajari. c. Refleksi

(31)

13 dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru biasanya memberikan refleksi berupa pertanyaan yang berbeda sehingga siswa dapat memahami, mendalami, dan meyakini apa yang dia temukan dari pengalamannya.

d. Aksi

Kegiatan ini membimbing siswa untuk dapat membangun niat dan tindakan sesuai dengan hasil yang siswa refleksikan sehingga siswa mampu membentuk pribadi sesuai dengan nilai-nilai yang direfleksikannya.

e. Evaluasi

Kegiatan ini digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa di bidang akademik dan perkembangan pribadi siswa.

Tiga kelebihan dari PPR adalah tidak memerlukan sarana dan prasarana yang khusus dalam penerapannya, dapat diterapkan pada segala kurikulum, dan dapat menumbuhkembangkan siswa menjadi pribadi yang dewasa (Kanisius, 2008:57-58).

2. Bermain Drama

Bermain peran merupakan salah satu penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Di dalam bermain peran, pelaku harus sanggup malakukan dengan tepat apa yang mungkin dilakukan orang lain, berperasaan atau menggungkapkan perasaan tertentu seperti sedih, gembira, jengkel, marah dengan ungkapan kata yang tepat.

Menurut Wiyanto (2002:1), drama memiliki dua pengertian yaitu drama dalam arti sempit dan drama dalam arti luas. Drama dalam arti sempit adalah kisah kehidupan dalam masyarakat yang ditampilkan di atas pentas atau panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerakannya berdasarkan naskah, yang didukung dengan peralatan-peralatan panggung. Drama dalam arti luas adalah segala macam bentuk pertunjukkan yang mengandung cerita dan di pertunjukkan di depan orang banyak.

(32)

14

tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan”. Drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung (Dewojati, 2010:7). Drama dapat melukiskan situasi yang mirip dengan situasi yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan masyarakat. Percakapan yang terjadi dalam suatu drama dapat berupa monolog, dialog atau polilog (percakapan antar banyak pihak). Musik atau suara belaka dalam drama biasanya digunakan untuk menimbulkan suatu kesan tertentu pada amanat yang disampaikan. Jadi, drama adalah cerita yang menggambarkan kehidupan dan watak setiap tokohnya melalui tingkah laku dan dialog atau percakapan yang dipentaskan.

3. Unsur-unsur Drama

Menurut Wiyanto (2002: 23-30) dan Dewojati (2011: 161-178), terdapat delapan unsur lakon dalam drama, yaitu tema, amanat, plot, karakter, dialog, setting, bahasa, dan interpretasi. Namun, peneliti hanya membahas empat unsur drama dalam kompetensi dasar memerankan tokoh drama yaitu tema, amanat, plot, dan tokoh.

a. Tema

Tema adalah “pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik”.

b. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama.Pesan dapat disimpulkan setelah seseorang menyaksikan suatu pementasan.

c. Plot

(33)

15 jalan keluar dari masalah. Tahap yang terakhir yaitu keputusan, di mana konflik cerita berakhir.

d. Karakter

Karakter adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter diciptakan untuk diwujudkan oleh pemain yang memerankan tokoh itu agar para pemain dapat memahami benar watak, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

4. Langkah-langkah Mementaskan Drama

Sebelum mementaskan drama kita harus mengerti langkah-langkah apa yang harus kita laksanakan. Ada tiga langkah dalam mementaskan drama (Dewojati, 2010:156-158). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari atau membuat naskah drama. Sebuah drama tidak akan berlangsung tanpa adanya naskah drama. Naskah drama dibuat untuk dijadikan suatu acuan para pemain drama dalam mengetahui karakter, ekspresi dan tingkah laku yang akan mereka lakukan.

Langkah yang kedua mencari atau menentukan pemainnya. Setelah mendapatkan naskah yang ingin ditampilkan, kita harus mencari dan menentukan para pemain drama. Para pemain drama tidak boleh ditentukan dengan asal. Pemain drama harus disesuaikan dengan karakter yang ada pada teks drama.

Langkah yang ketiga adalah mencari seseorang yang mampu memantau dan memahami apa yang akan disampaikan penulis. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan kostum dan perlengkapan panggung yang dapat menggambarkan dengan baik suatu keadaan atau suasana sehingga tersampaikan pada penonton. Selanjutnya, kita dapat mulai berlatih drama sehingga pada saat mementaskan dapat berjalan dengan baik.

2.1.2 Kajian Penelitian yang Relevan

(34)

16

2.1.2.1 Penelitian tentang Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Terdapat tiga penelitian tentang pengembangan media pembelajaran interaktif. Penelitian pertama oleh Susilo (2009), penelitian kedua oleh Rosana Anita Sari (2010), dan yang ketiga oleh Istirokhah (2009). Ketiga penelitian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2009) berjudul Pengembangan Multimedia Pembelajaran Sains Berbantuan Komputer untuk Siswa SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan multimedia pembelajaran tersebut layak digunakan sebagai sumber pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan rerata skor 4,1 untuk aspek kualitas materi pembelajaran, 3,8 untuk aspek kualitas strategi pembelajaran dan 3,9 untuk kualitas teknis. Penggunaan media pembelajaran ini juga mampu meningkatkan minat belajar, membantu siswa belajar, membantu guru mengajar, dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam sains.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosana Anita Sari (2010) berjudul Pengembangan Multimedia Pembelajaran Sains Materi Sistem Eksresi Manusia untuk SMP Kelas IX. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran sains yang dibuat memiliki kualitas baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan skor rerata yang cukup tinggi ditinjau dari tiga aspek penilaian. Ditinjau dari aspek pembelajaran memperoleh nilai sebesar 3,91; aspek materi sebesar 4,04; dan aspek media sebesar 4,17.

(35)

17

2.1.2.2 Penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara Terdapat tiga penelitian tentang pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara. Penelitian pertama oleh Antonia Retno Sriningsih (2008), penelitian kedua oleh Sugeng (2007), dan yang ketiga oleh Muammar (2009). Ketiga penelitian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut

Penelitian yang dilakukan oleh Antonia Retno Sriningsih (2008) tentang pengembangan media pembelajaran bahasa Indonesia berbantuan komputer untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran bahasa Indonesia yang dibuat memiliki kualitas yang sangat baik dengan rerata skor sebesar 4,53 dan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebesar 12,98%. Hal ini dibuktikan dengan skor rerata yang di peroleh peneliti ditinjau dari aspek pembelajaran, aspek isi, dan aspek media dengan rerata skor sebesar 4,51. Peningkatan kemampuan bicara siswa mengalami penaikan dari rerata skor awal (pre-test) sebesar 70,70 menjadi rerata skor akhir (pos-test) sebesar 78,75.

Penelitian yang dilakukan oleh Sugeng (2007) tentang pengembangan media pembelajaran dasar-dasar berpidato bahasa Indonesia berbantuan komputer untuk siswa SMP. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran bahas Indonesia yang dibuat memiliki kualitas yang baik dengan rerata skor sebesar 4,07 dan sangat dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebesar 90%. Hal ini dibuktikan dengan skor rerata yang diperoleh peneliti yang ditinjau dari aspek pembelajaran dengan rerata skore 4,09, aspek isi dengan rerata skor 4,06, aspek tampilan dengan rerata skor 4,03, dan aspek pemrogaman sebesar 4,51. Peningkatan pemahaman siswa mengalami kenaikan, yaitu 27 siswa dari 30 siswa telah mencapai standar ketuntasan belajar minimal yaitu 70.

(36)

18 komunikatif jenis diskusi dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata skor yang mula-mula 94,2 pada siklus pertama; 123 pada siklus kedua; dan 147,4 pada siklus ketiga.

Bagan 2. Literature Map penelitian-penelitian terdahulu

2.2 Kerangka Berpikir

Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas tidak hanya membutuhkan metode mengajar yang menarik saja, tetapi seorang guru harus memiliki perangkat pembelajaran yang dapat menarik minat siswa. Seorang

Pengembangan Rosana Anita Sari (2010)

(37)

19 guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyusun perangkat pembelajaran seperti Silabus, RPP, dan media pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran dan minat siswa selama proses pembelajaran meningkat.

Didukung dengan adanya perkembangan teknologi yang memengaruhi semua bidang, seorang guru kiranya dapat mengembangkan media mengajar mereka sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Tidak hanya melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan media konvensional saja, seharusnya guru dapat membuat sebuah media sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang ini sehingga dapat menumbuhkan minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Bermula dari alasan tersebut pengembang berasumsi bahwa media pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan berbicara yang berupa multimedia interaktif masih sangat minim. Karena itu, perlu dikembangkan multimedia interaktif untuk keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V SD.

2.3 Hipotesis

Setelah melihat permasalahan dan pembahasan teoritis tersebut, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut.

2.3.1 Multimedia interaktif keterampilan berbicara kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dikembangkan dengan empat langkah yaitu mengkaji standar kompetensi dan materi pembelajaran, melakukan analisis kebutuhan dan pengembangan program pembelajaran, memproduksi multimedia interaktif pembelajaran berbicara, dan melakukan validasi dan revisi produk.

(38)

20

2.4 Pertanyaan penelitian

Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat lima pertanyaan dalam penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai berikut.

2.4.1 Bagaimana prosedur pengembangan multimedia interaktif dalam keterampilan berbicara memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat?

2.4.2 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan berbicara memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat: 2.4.2.1 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan berbicara

memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat menurut pakar pembelajaran bahasa Indonesia?

2.4.2.2 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan berbicara memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat menurut pakar media?

2.4.2.3 Bagaimana kualitas multimedia interaktif dalam keterampilan berbicara memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat menurut guru bahasa Indonesia SD Kanisius Gayam?

(39)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) uji coba produk, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk dan menguji efektivitas produk tersebut (Sugiyono, 2011:297). Pada penelitian ini produk yang dihasilkan berupa silabus, RPP, multimedia interaktif, dan modul siswa, dan langkah pengembangan penelitian hanya dibatasi pada uji coba prototype produk.

3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian pengembangan akan dijabarkan sebagai berikut. 3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek untuk uji coba produk validasi penelitian adalah 16 siswa dari 22 siswa kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta (saat uji coba produk 6 siswa mengikuti lomba di luar sekolah).

3.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Kanisius Gayam Yogyakarta yang beralamat di Jl. Ki Mangunsarkoro 80 Yogyakarta sebagai tempat penelitian.

3.2.3 Waktu Penelitian

(40)

22

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan multimedia dan modul pembelajaran melalui empat tahap. Tahapan tersebut dapat dilihat pada bagan 3.1 di bawah ini.

(41)

23 Tahap pertama dari penelitian pengembangan ini adalah mengkaji standar kompetensi dan materi pembelajaran yang akan dikembangkan. Peneliti mengambil materi bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V semester 2 aspek berbicara.

Tahap kedua adalah pengembangan program pembelajaran. Tahapan ini diawali dengan melakukan analisis kebutuhan kepada guru dan siswa kelas V SD Kanisius Gayam dengan membagikan kuesioner. Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia semester 2 khususnya pada aspek berbicara. Pada tahap ini peneliti mendapatkan data awal yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan tahap selanjutnya.

Tahap ketiga adalah memproduksi media dan modul pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara. Tahapan ini dimulai dengan mendesain produk dan melakukan pengumpulan bahan yang nantinya akan menjadi produk pengembangan penelitian. Bahan yang telah dikumpulkan tadi diproses dan diprogram sesuai dengan desain yang telah direncanakan.

Langkah keempat adalah validasi dan revisi produk. Produk awal hasil pengembangan akan divalidasi oleh pakar pembelajaran, pakar media, dan guru. Hasil validasinya kemudian dianalisis oleh peneliti dan direvisi. Produk yang telah direvisi itu, kemudian divalidasi kembali dengan uji coba lapangan. Uji coba lapangan akan dilakukan di kelas VB SD Kanisius Gayam, dan akan divalidasi oleh siswa. Kemudian hasil validasi akan dianalisis dan direvisi lagi oleh peneliti hingga akhirnya diperoleh produk yang baik dan layak untuk digunakan.

3.4 Uji Coba Produk

(42)

24

3.4.1 Desain Uji Coba

Uji coba produk pengembangan ini akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama akan dilakukan penilaian oleh pakar pembelajaran bahasa, pakar media, dan guru bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Gayam. Kemudian pada tahap kedua akan dilakukan uji coba lapangan di kelas V SD Kanisius Gayam. Validitas dan masukan yang diperoleh dari penilaian pakar pembelajaran bahasa, pakar media, dan guru bahasa Indonesia kelas V akan dijadikan bahan pertimbangan untuk merevisi produk pengembangan multimedia dan modul pembelajaran aspek berbicara kelas V semester 2 sebelum diujicobakan kepada siswa.

Produk yang sudah direvisi berdasarkan masukan para pakar kemudian di cetak dan produk siap untuk diujicobakan kepada siswa di kelas VB SD Kanisius Gayam. Tanggapan dan penilaian dari uji coba lapangan yang diberikan oleh siswa akan dijadikan patokan apakah multimedia dan modul pengajaran yang dikembangkan telah layak untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara dengan kompetensi dasar memerankan drama dengan ekspresi, lafal, dan intonasi yang tepat.

3.4.2 Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Gayam tahun ajaran 2011/2012.

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Jenis Data

(43)

25

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen dalam mengumpulkan data. Kuesioner merupakan alat penilaian yang digunakan untuk memperoleh data. Kuesioner diberikan kepada pakar media, pakar pembelajaran bahasa, guru bahasa Indonesia, dan siswa kelas V. Kuesioner juga digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara dengan kompetensi dasar memerankan drama dengan ekspresi, lafal, dan intonasi yang tepat. Lembar kuesioner dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3 (lampiran 1-3, halaman 49-51 ).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yang dibagikan kepada pakar pembelajaran bahasa, guru bahasa Indonesia, pakar media, dan siswa. Kepada pakar pembelajaran bahasa, guru bahasa Indonesia, dan pakar media peneliti tidak hanya memberikan kuesioner saja melainkan kuesioner dan perangkat pembelajaran. Hasil kuesioner dari pakar pembelajaran bahasa, guru bahasa Indonesia, pakar media kemudian divalidasi dan dijadikan acuan awal untuk pengembangan perangkat pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Kepada siswa, peneliti memberikan media pembelajaran berupa modul dan kuesioner yang nantinya akan divalidasi dan dijadikan tolak ukur dari kelayak media yang dikembangkan oleh peneliti dalam pembelajaran.

3.7 Teknik Analisis Data

(44)

26

Tabel 1. Konversi Nilai Skala Lima

Interval Skor Kategori

X > Xi + 1,80 Sbi Sangat baik

Xi + 0,60 SBi< X ≤ Xi + 1, 80Sbi Baik Xi 0,60 SBi < X ≤ Xi + 0,60Sbi Cukup Xi 1,80 SBi < X ≤ Xi 0,60Sbi Kurang

X ≤ Xi 1,80Sbi Sangat Kurang

Keterangan:

Rerata ideal (Xi) : 1

2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) Simpangan baku ideal (SBi) :

1

(45)

27

BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini secara berturut-turut membahas tentang (1) data analisis kebutuhan, (2) deskripsi produk awal, (3) data uji coba dan revisi produk, dan (4) kajian produk akhir.

4.1 Data Analisis Kebutuhan

Multimedia pembelajaran bahasa Indonesia kelas V aspek berbicara dalam memerankan tokoh drama dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan yang diberikan kepada 43 siswa kelas V SD Kanisius Gayam pada tanggal 6 Desember 2011. Analisis kebutuhan juga diberikan kepada satu guru kelas dan satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia SD Kanisius Gayam pada tanggal 28 November 2011.Analisis data dilakukan untuk mengetahui kebutuhan siswa dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia aspek berbicara pada kelas V SD Kanisius Gayam khususnya pada kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Berdasarkan kuesioner yang diisi oleh siswa dan guru, peneliti mendapatkan data sebagai berikut:

1. Media pembelajaran yang digunakan guru selama mengajar hanya menggunakan papan tulis, buku paket, dan LKS saja. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang menggabungkan antara video, suara, gambar, dan teks.

2. Media pembelajaran yang memadukan antara LKS dan multimedia sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena dapat memberikan gambaran penuh kepada siswa serta dapat menyamakan pengetahuan yang didapat oleh siswa.

(46)

28 4. Keterampilan bahasa yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran bahasa adalah keterampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keempat keterambilan berbahasa ini sekiranya dapat dikembangkan secara maksimal. Rekapitulasi data analisi kebutuhan dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5 (lampiran 4-7, halaman 52-76). Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa baik guru maupun siswa kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta memerlukan media pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman, gambaran, dan perkembangan keterampilan berbahasa siswa secara maksimal. Media pembelajaran yang dibuat sekiranya menampilkan gambar, suara atau narasi, video, animasi, dan teks.

4.2 Deskripsi Produk Awal

Pengembangan produk awal multimedia pembelajaran bahasa Indonesia kelas V pada kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat diawali dengan pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, multimedia dikembangkan melalui lima langkah yaitu (1) menyusun silabus, (2) menyusun RPP menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), (3) membuat storyboard, (4) membuat software dan modulpembelajaran, dan (5) pengemasan produk dan melakukan uji coba produk. Kelima langkah tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

4.2.1 Menyusun silabus

(47)

29

4.2.2 Menusun RPP

RPP merupakan rancangan pembelajaran yang dibuat berdasarkan pengembangan dari silabus. RPP yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada paradigmaa pedagogi reflektif (PPR). RPP PPR ini memiliki beberapa bagian yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, kegiatan belajar, penilaian, dan sumber belajar yang digunakan. Indikator dan tujuan dalam RPP menerapkan 3C yaitu competence, conscience, dan compassion yang nantinya akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar pada RPP PPR ini berisi langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam tiap pertemuan, kegiatan refleksi dan aksi pada setiap pertemuannya. Silabus dan RPP yang dibuat oleh peneliti dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran bahasa dan dosen pembimbing. RPP dapat dilihat pada lampiran 20 (halaman 116-123). Selanjutnya peneliti mengumpulkan materi dan bahan-bahan yang dapat mendukung multimedia yang akan dibuat seperti suara, gambar, video, dan animasi.

4.2.3 Pembuatan storyboard

Langkah selanjutnya adalah pembuatan storyboard. Storyboard dibuat untuk memberikan gambaran bentuk tampilan setiap kegiatan pada Microsoft Office Powerpoint 2007 (lampiran 18, halaman 102-112).

4.2.4 Pembuatan software dan modul pembelajaran

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini berupa software dan hardcopy. Software dari produk ini berupa multimedia pembelajaran, sedangkan hardcopy dari produk ini adalah modul pembelajaran. Berikut akan dipaparkan mengenai spesifikasi kedua produk tersebut.

4.2.4.1 Deskripsi produk software

(48)

30 dengan baik dan lancar karena sesuai dengan storyboard yang telah dibuat dan kesiapan bahan yang diperlukan sesuai dengan karakteristik pengguna.

Multimedia interaktif ini memiliki komponen-komponen yang terdiri dari: 1. petunjuk: di dalam petunjuk terdapat penjelasan dari setiap simbol yang

akan ditemui pengguna dalam menjalankan multimedia. Di dalam petunjuk ini juga terdapat demo cara penggunaan dari multimedia tersebut. 2. kegiatan belajar: kegiatan belajar terdiri dari tiga pertemuan yang disesuaikan dengan setiap pertemuannya yang terdiri dari komponen indikator, permainan, materi, lagu, evaluasi, dan refleksi-aksi,

3. referensi: berisi acuan sumber yang digunakan oleh peneliti dalam membuat multimedia,

4. penyusun: berisi tentang biodata dari peneliti,

5. keluar: pada bagian ini pengguna dapat langsung keluar jika tidak atau telah selesai dalam pembelajaran.

Pengembangan multimedia ini memiliki pewarnaan yang cerah dan ceria seperti karakteristik dari siswa SD. Warna-warna yang digunakan antara lain merah, biru, hijau, kuning, ungu, oranye, dan warna-warna lain yang disesuaikan sehingga tidak mengganggu atau merusak penglihatan siswa. Pada multimedia ini juga terdapat gambar-gambar serta animasi yang dapat menambah pengetahuan siswa. Peneliti juga menggunakan berbagai macam animasi yang menarik baik dalam tulisan, gambar ataupun simbol-simbolnya.

4.2.4.2 Deskripsi produk modul

Modul pembelajaran adalah produk lain yang dihasilkan peneliti. Modul pembelajaran ini dibuat berdasarkan multimedia yang telah dibuat. Modul pembelajaran ini dibuat dengan menggunakan program Microsoft Office Publisher 2007 dan Adobe Photoshop. Program Microsoft Office Publisher 2007 memberikan kemudahan dalam menata letak antara tulisan dan gambar, sehingga modul yang dihasilkan dapat dibuat dengan menarik. Program Adobe Photoshop memberikan kemudahan untuk mengedit foto.

(49)

31 intonasi, dan ekspresi yang tepat dalam tiga kali pertemuan. Terdapat empat komponen dalam modul pembelajaran yaitu (1) indikator, (2) materi, (3) evaluasi, dan (4) refleksi-aksi yang disesuaikan dengan tiap pertemuan. Materi yang diberikan dalam modul dilakukan secara bertahap, dimulai dari pengenalan kepada siswa tentang pengertian dan unsur-unsur drama hingga siswa dapat memerankan tokoh drama.

4.2.5 Pengemasan Produk dan Uji Coba Produk

Pengemasan produk merupakan langkah selanjutnya dari pengembangan multimedia yang dibuat. Produk dikemas dalam dua bentuk, untuk multimedia sendiri dikemas dalam bentuk compact disk (CD) sedangkan modul pembelajaran dicetak dan dikemas seperti buku.

Setelah produk multimedia mata pelajaran bahasa hasil pengembangan tersebut selesai dibuat, selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap seluruh komponennya apakah sudah dapat berjalan dengan baik dan tidak ada kesalahan. Tahapan selanjutnya dilakukan uji coba validasi oleh pakar pembelajaran bahasa Indonesia, guru bahasa Indonesia, pakar media, dan uji lapangan untuk mencermati produk dan memberikan penilaian, komentar, dan saran tentang produk yang kita buat dari segi penampilan, isi, dan penggunaannya.

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk

(50)

32

Tabel 2. Konversi Nilai Skala Lima

Interval Skor Kategori

X > Xi + 1,80 Sbi Sangat baik

2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) Simpangan baku ideal (SBi) :

1

6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal) X : Skor aktual

(51)

33

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala lima yaitu sebagai berikut.

Tabel 3. Kriteria Skor Skala Lima

Interval Skor Kriteria

(52)

34

4.3.1 Deskripsi Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa

Uji coba materi dilakukan oleh seorang pakar pembelajaran bahasa Indonesia yaitu Drs. J. Prapta Diharja, SJ, M.Hum., beliau merupakan dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Validasi pakar pembelajaran bahasa dimaksudkan untuk memperoleh masukan tentang kualitas dan materi pelajaran dari produk yang telah dibuat. Uji coba produk oleh pakar pembelajaran bahasa dilakukan pada tahap I dan Tahap II. Berikut penjabarannya.

4.3.1.1 Tahap I

Validasi produk pada tahap I dilakukan pada tanggal 17 Februari 2012 Data validasi pakar pembelajaran bahasa diperoleh dengan cara memberikan produk dalam bentuk CD dilengkapi dengan modul pembelajaran, silabus, RPP, dan kuesioner tentang multimedia dan modul.

Adapun hasil rekaputulasi validasi pakar pembelajaran bahasa dapat dilihat pada tabel 6 (lampiran 8, halaman 77-78). Dari data tersebut didapatkan rata-rata kualitas multimedia pembelajaran menurut pakar pembelajaran bahasa adalah 4,5 dengan kriteria sangat baik, sedangkan rata-rata kualitas modul pembelajaran menurut pakar pembelajaran bahasa adalah 4,4 dengan kriteria sangat baik Untuk komentar, pakar pembelajaran bahasa Indonesia menyatakan bahwa materi yang diberikan oleh peneliti terlalu banyak dan kurang mengena pada SK dan KD yang dibuat. Pakar pembelajaran bahasa juga mengomentari beberapa hal yang terdapat dalam multimedia pembelajaran yang dibuat, seperti suara yang tidak keluar, kecerahan warna, bentuk tulisan yang tidak terlihat jelas, dan kesalahan penulisan ejaan. Hal tersebut selanjutnya direvisi untuk menyempurnakan produk yang dikembangkan. Kesimpulan dari pakar pembelajaran bahasa menyatakan bahwa produk yang dikembangkan layak digunakan sesuai dengan revisi.

4.3.1.2 Tahap II

(53)

35 multimedia dan modul pembelajaran dalam bentuk CD dan kuesioner tentang multimedia dan modul.

Adapun hasil validasi pakar pembelajaran bahasa dapat dilihat pada lampiran 10 (halaman 82-84). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata kualitas multimedia pembelajaran menurut pakar pembelajaran bahasa adalah 4,9 dengan kriteria sangat baik, sedangkan rata-rata kualitas modul pembelajaran menurut pakar pembelajaran bahasa adalah 4,9 dengan kriteria sangat baik. Pada tahap II pakar pembelajaran tidak memberikan komentar, hanya saja pakar pembelajaran bahasa memberikan saran untuk peneliti lakukan. Kesimpulan dari pakar pembelajaran bahasa menyatakan bahwa produk tersebut layak digunakan/uji coba lapangan dengan sedikit revisi yang sudah dilakukan.

4.3.2 Revisi Produk

Setelah mengisi angket yang diberikan, pakar pembelajaran bahasa juga memberikan saran untuk revisi produk. Adapun saran dan revisi yang diberikan:

4.3.2.1Tahap I

Revisi tahap I dilakukan peneliti sesuai dengan saran pakar pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut adalah saran dan revisi yang dilakukan oleh peneliti.

No Saran dan Komentar Revisi yang dilakukan

1 Video dan lagu dari powerpoint tidak bisa dioperasikan.

Menyatukan ppt dengan sound yang digunakan.

2 Dalam powerpoin pada pertemuan 1, tidak ada evaluasi 1 seperti dalam modul.

Memasukkan evaliasi 1 dalam ppt.

3 Dalam evaluasi 2 no. 4, tampaknya jawabannya keliru.

Memperbaiki soal yang di buat.

4 Dalam pertemuan 2 bagian evaluasi 1, c . langkah membuat naskah drama, sebaiknya tidak perlu diadakan. Evaluasi terlalu banyak.

(54)

36

No Saran dan Komentar Revisi yang dilakukan

5 Dalam pertemuan 3, di power poin tidak ditulis pertemuan 3 melainkan langsung di tulis materi.

Menuliskan pertemuan 3 sebelum masuk dalam materi

6 Dalam pertemuan 3, langkah mementaskan drama terlalu banyak. Bisa lebih

disederhanakan untuk siswa kelas V.

Membuatnya menjadi sederhana dan lebih mudah dipahami.

7 Dalam KD: Memerankan drama tapi evaluasi tidak sampai pada pementasan. Sesuaikan KD dengan evaluasi

Membuat evaluasi memerankan drama pada pertemuan 3.

8 Pada refleksi tidak sampai merefleksikan pementasan. Pengalaman bisa digali dengan pertanyaan: Bagaimana perasaan dan

pengalamanmu saat mementaskan/memerankan drama tadi?

Membuat refleksi sesuai saran.

9 Pertemuan ke-4 kiranya tidak perlu. Sudah terlalu banyak.

(55)

37

No Saran dan Komentar Revisi yang dilakukan

10 Bagian evaluasi hendaknya lebih

disederhanakan. Jangan terlalu banyak tugas. Dalam setiap pertemuan hanya 35 menit.

Memangkas beberapa evaluasi yang tujuannya hanya mengulang.

4.3.2.2 Tahap II

Pada tahap II, pakar pembelajaran bahasa memberikan beberapa masukan terhadap multimedia yang dibuat dan modul pembelajaran. Berikut masukan dari pakar pembelajaran dan perbaikannya.

No Komentar dan Saan Perbaikan

1 Dalam menjelaskan tokoh (multimedia), hendaknya diurutkan penjelasannya.

Penjelasan mengenai tokoh sudah diurutkan mulai dari protagonis, antagonis, kemudian figuran. 2 Alur (modul) kata-kata “atau bisa juga

sebaliknya” seharusnya tidak diperlukan karena dapat membingungkan siswa.

Kata “atau bisa juga sebaliknya” pada penjelasan tentang alur di modul sudah dibuang sesuai saran. 3 Bagian penjelasan tentang dialog (modul)

“ tanda titik kutip” seharusnya “tanda kutip”

Sudah di perbaiki mengenai penulisan “tanda titik kutip” telah di perbaiki menjadi “tanda kutip”. 4 Kesalahan penulisan pada soal evaluasi 2

no 2 kata “ protagonist” seharusnya “protagonis”

Peneliti memperbaiki kesalahan penulisan tersebut.

5 Dalam materi dari pertemuan 1 (multimedia), setelah amanat kenapa langsung berlanjut pada materi yang ada pada pertemuan kedua?

Peneliti sudah memperbaiki kesalahan tersebut.

4.3.3 Deskripsi Data Validasi Pakar Media

(56)

38 komentar/saran umum, dan kesimpulan oleh pakar media pembelajaran. Uji coba produk oleh pakar media dilakukan pada tahap I dan tahap II. Berikut penjabarannya.

4.3.3.1 Tahap I

Validasi produk pada tahap pertama dilakukan pada tanggal 17 Februari 2012. Data validasi pakar media diperoleh dengan cara memberikan produk dalam bentuk CD di lengkapi dengan modul pembelajaran, silabus, RPP, dan kuesioner tentang multimedia dan modul.

Adapun hasil validasi pakar pembelajaran bahasa dapat dilihat pada tabel 7 (lampiran 11, halaman 85-86). Dari data tersebut didapatkan rata-rata kualitas multimedia pembelajaran menurut pakar pembelajaran bahasa adalah 3,9 dengan kriteria baik , sedangkan rata-rata kualitas modul pembelajaran menurut pakar pembelajaran bahasa adalah 3,8 dengan kriteria baik. Kesimpulan dari pakar pembelajaran bahasa menyatakan bahwa Media dan Modul yang dikembangkan layak untuk digunakan tanpa revisi.

4.3.3.2 Tahap II

Validasi produk pada tahap kedua dilakukan pada tanggal 8 Maret 2012. Data validasi pakar media diperoleh dengan cara memberikan produk multimedia dan modul pembelajaran dalam bentuk CD dan kuesioner tentang multimedia dan modul.

(57)

39

4.3.4 Revisi Produk

Pakar media pada validasi tahap I dan tahap II tidak memberikan komentar atau pun saran, namun peneliti tetap melakukan beberapa revisi. Revisi produk dilakukan pada aspek-aspek yang memiliki nilai yang masih rendah.

Pada tahap I validasi aspek-aspek yang masih memiliki nilai yang rendah adalah aspek kemudahan teks dalam media pembelajaran saat dibaca, kemudahan pemahaman dan penjelasan komponen yang terdapat dalam modul pembelajaran, dan kesesuaian pemilihan huruf dan warna dengan karakter peserta didik. Aspek tersebut mendapatkan nilai 3 dari pakar media pembelajaran. Peneliti kemudian merubah jenis huruf dan size tulisan sehingga mudah dibaca dan tidak terlampau besar. Peneliti juga merubah warna dan huruf yang terdapat pada modul sehingga sesuai dengan karakter siswa SD. Pada tahap II peneliti hanya melakukan revisi pada pemilihan warna, permainan animasi saja karena pakar media pembelajaran tidak memberikan komentar atau saran secara tertulis pada peneliti skor yang didapat dari hasil validasi sama yaitu 4.

4.3.5 Deskripsi Data Validasi Guru Bahasa Indonesia

Uji coba produk dilakukan oleh F.X. Sihono, beliau adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Kanisius Gayam Yogyakarta. Validasi dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2012. Validasi dari guru bahasa Indonesia diperlukan untuk melihat kualitas media dan modul yang akan dikembangkan untuk penelitian. Data validasi lapangan diperoleh dengan cara memberikan produk pengembangan yang berupa multimedia yang dikemas dalam bentuk CD, modul pembelajaran, silabus, RPP, dan kuesioner.

Gambar

Tabel 4 Tabel Rekapitulasi Penilaian Produk ....................................................
Tabel 1.  Konversi Nilai Skala Lima
tabel 4 berikut ini.
Tabel 1. Indikator Penilaian Kualitas Multimedia Dan Modul Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

H1: Corporate Action, indikator independensi kepemilikan publik, jumlah susunan struktur GCG, kualitas laporan keuangan auditan, rasio return atas aset perusahaan

Well, everybody has their own reason ought to review some e-books New Cinematographers By Alex Ballinger Mainly, it will associate with their necessity to get understanding from

Keywords: social network analysis, graph theory, knowledge management, computer science, social compu

Meningkatnya peran agama dan masyarakat dalam pembangunan KELURAHAN TUGU

Berdasarkan Hasil penelitian ketidaktepatan kode diagnosa utama maka upaya yang dapat dilakukan yaitu diharapkan petugas rekam medis sebagai pemberi kode diagnosa lebih

Kemudian ke dalam larutan ini ditambahkan 3 tetes ekstrak buah naga merah dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N sampai terbentuk perubahan warna titrat dari warna merah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh persepsi yang ditujukan oleh pelaku bisnis di pasar Ngunut terhadap perbankan syariah. Serta Sikap dan Perilaku pelaku bisnis

Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun.. Komite Privatisasi Perusahaan