i
PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA
TERHADAP SIKAP ALTRUIS
SISWA SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN
AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)
Oleh :
MUHAMAD ABDUL ROZAQ
_______________________________________
NIM : 11109098
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id Email [email protected]
Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Muhamad Abdul Rozaq
NIM : 11109098
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu keguruan/Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG
TUA TERHADAP SIKAP ALTRUIS SISWA SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN AJARAN 2014/2015 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 3 April 2015 Pembimbing,
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id Email : [email protected]
PENGESAHAN
PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP SIKAP ALTRUIS SISWA SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN AJARAN
2014/2015
DISUSUN OLEH : MUHAMAD ABDUL ROZAQ
NIM : 11109098
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan PAI, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada tanggal 29 Agustus 2015, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.
Susunan Panitia Ujian
Ketua Penguji : Dr. H.Agus Waluyo, M.Ag ……….………
Sekretaris Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil ……….……
Penguji I : Facthurahman, S.Ag., M.Pd ……….………
Penguji II : Drs. Juz’an, M.Hum ……….………
Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
iv
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhamad Abdul Rozaq
NIM : 111 09098
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 3 April 2015
Penulis
v dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya.
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, sehingga skripsi ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpi saya:
1. Kepada ayah saya Bapak Syamsudin dan ibu saya Rhoudhotul Faidah, yang selalu mendo’akan dan memberi semangat kepada saya agar menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
2. Kakak dan adik saya yang selalu memberi semangat untuk bisa jadi yang terbaik dan meraih hidup yang lebih baik.
3. Dosen-dosen Tarbiyah, yang telah memberikan ilmu-ilmu, motivasi, dan segala inspirasi untuk menjadi bekal di masa yang akan datang.
4. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan khususnya kepada yang telah membantu dalam penyusunan skripsi, dan memberikan motivasi supaya terus Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan khususnya kepada yang telah membantu dalam penyusunan skripsi, dan memberikan motivasi supaya terus semangat dalam menyelesaikan skripsi.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirromanirrohim
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd., selaku kepala jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 4. Bapak Ahmad Maimun, M.Ag. selaku pembimbing akademik (PA). Dengan
sabar membimbing dan mengarahkan saya dari semester 1 sampai semester akhir
viii
6. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
Semoga kebaikan mereka mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca. Kurang lebihnya mohon maaf.
Billahi taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 3 April 2015 Penulis
ix ABSTRAK
Abdul, Rozaq, Muhamad. 2015. Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua terhadap Sikap Altruis Siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag, M.Phil.
Kata kunci: Bimbingan Keagamaan Sikap Altruis
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua terhadap Sikap Altruis Siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015. Rumusan masalah yang ingin dicari jawabanya adalah (1) Bagaimana variasi bimbingan keagamaan orang tua pada siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015 (2) Bagaimana sikap altruis siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015? (3) adakah pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap sikap altruis siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015?
Pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dilaksanakan dengan menggunakan metode angket atau kuesioner yang dibagikan pada 65 responden. Kemudian untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap Vaiabel Y yaitu dengan menggunakan Product Moment.
x Daftar Isi
Halaman Judul ... i
Halaman Nota Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Deklarasi ... iv
Motto ... v
Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Abstrak ... ix
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 5
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 8
G. Metode Penelitian ... 11
H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 16
xi
1. Pengertian Bimbingan ... 18
2. Pengertian Keagamaan ... 19
3. Pengertian BimbinganKeagamaan Islam ... 20
4. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Agama Islam ... 22
5. Ruang Lingkup Bimbingan Islami ... 25
6. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Keagamaan Anak ... 27
7. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua ... 28
8. Aspek-aspek dalam Pendidikan Keagamaan Orang Tua .... 31
B. Sikap Altruis ... 34
1. Pengaertian Sikap Altruis ... 34
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Altruis ... 37
3. Ciri-ciri Sikap Altruis ... 41
4. Macam-macam Bentuk Sikap Altruis ... 42
C. Pengaruh Bimbingan Keagamaan terhadap Sikap Altruis …… 44
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Ampel ... 47
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 2 Ampel ... 47
2. Letak Geografis SMP Negeri 2 Ampel ... 48
3. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Ampel ... 49
4. Keadaan Guru dan Siswa SMP Negeri 2 Ampel ... 50
5. Sarana dan Pra-sarana SMP Negeri 2 Ampel ... 51
xii
B. Penyajian Data Penelitian ... 55
1. Daftar Nama Responden ... 55
2. Hasil Jawaban Angket ... 57
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama ... 67
1. Analisis Bimbingan Keagamaan Orang Tua ... 67
2. Analisis Sikap Altruis Siswa ... 73
B. Analisis Kedua ... 79
Analisis Uji Hipotesis ... 79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84
B. Saran-saran ... 85
xiii Daftar Tabel
Tabel 1 Data Guru SMP Negeri 2 Ampel ... 51
Tabel 2 Data Siswa dalam 4 Tahun Terakhir ... 51
Tabel 3 Daftar Nama Responden ... 55
Tabel 4 Skor Angket per Item Bimbingan Keagamaan Orang tua ... 58
Tabel5 Jawaban Angket Bimbingan Keagamaan Orang tua ... 60
Tabel 6 Skor Angket per Item Sikap Altruis Siswa ... 62
Tabel 7 Jawaban Angket Sikap Altruis Siswa ... 64
Tabel 8 Hasil Skor Angket Bimbingan Keagamaan Orang Tua ... 68
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Bimbingan Keagamaan Orang Tu ... 70
Tabel 10 Nilai Interval Bimbingan Keagamaan Orang Tua ... 72
Tabel 11 Hasil Skor Angket Sikap Altruis Siswa ... 73
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Sikap Altruis Siswa ... 76
Tabel 13 Nilai Interval Sikap Altruis Siswa ... 78
Tabel 14 Tabel Penolong untuk Menghitung Indeks Komparasi Besarnya Hubungan ... 79
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini banyak orang yang membangga-banggakan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).Memang hal terseebut tidak ada salahnya.Namun, hal yang disayangkan adalah ketika seseorang terlalu bangga dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) masyarakat seringkali mengesampingkan Ilmu agama.Padahal yang seharusnya diutamakan dalam kehidupan yaitu dengan mendalami ilmu keagamaan dan aktivitas ibadah dalam kehidupan sehari-hari.Karena semua itu yang menentukan keselamatan manusia diakhirat nanti.
2
Orang tua mempunyai peran penting dalam memberikan pendidikan keagamaan kepada anaknya. Semua perilaku dan pengalaman anak sejak kecil, baik yang disadari maupun yang tidak disadari akan menyatu dalam kepribadian anak. Maka dari itu setiap manusia yang lahir di dunia akan mendapatkan pendidikan pertama kali dari orang tua. Orang tua harus mengambil peran penting dalam mendidik anak dengan cara mengajarkan akhlak yang mulia.Tujuan utama dari pendidikan adalah membentuk anak menjadi pribadi yang berakhlak mulia seperti yang dikatakan Bahri (2004:29) pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam.
Bimbingan keagamaan yang diberikan orang tua kepada anaknya sangatlah penting. Anak akan terdidik menjadi pribadi yang berakhlak baik sehingga menjadi pribadi yang suka menolong orang lain tanpa pamrih dan bersikap empati. Bimbingan keagamaan harus dimulai sejak dini karena anak terlahir didunia ini dengan keadaan yang suci belum mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
Penanaman nilai-nilai keagamaan khususnya pendidikan akhlak amatlah penting karena dapat memunculkan sikap altruis yang terdapat pada diri anak. Dengan adanya sikapal truis, anak akan mampu hidup di tengah-tengah bermasyarakat dengan damai dan disukai banyak orang. Hidup bermasyarakat yang dibutuhkan adalah rasa tolong menolong, saling menyayangi dan tidak bersikap individualis atau egois.
3
$pkš‰r'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#þqè%ö/ä3 |¡ àÿRr&ö/ä3 ‹Î=÷d r&ur#Y‘ $tRÇÏÈ....
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.... (QS. At- Tahrim ayat 6)
Maksud dari ayat diatas adalah perintah untuk memelihara keluarga termasuk anak.Bagaimana orang tua bisa mendidik, mengarahkan dan mengajarkan anak supaya berfikir positif dan berperilaku baik dan taqwa kepada Allah SWT.
David (2012:187) mengatakan Altruis adalah orang yang banyak mengutamakan kepentingan orang lain, orang yang mencintai sesama manusia tanpa mengharap imbalan. Altruisme (altruism) adalah kebalikan dari egoisme. Orang yang altruis peduli dan mau membantu meskipun tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan ia akan kembali mendapatkan sesuatu. Altruisme adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan seseorang.Jadi sikap altruis yang terdapat pada diri anak bisa dikembangkan dengan bimbingan keagamaan yang positif karena dalam pendidikan agama terdapat aturan-aturan hidup dalam bermasyarakat.
4
tenaga, pikiran, uang maupun yang lainnya tanpa adaimbalan yang diberikan.Manusia cenderung individualis yang mengarah pada kepentingan pribadi.
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia berfungsi sebagai makhluk sosial yang mengedepankan pola tingkah laku altruis, yaitu memusatkan perhatian untuk membantu orang lain dalam kondisi tertentu.Tingkah laku yang seperti ini yang harus diajarkan oleh orang tua kepada anaknya.
Namun dewasa ini sikap altruistik berubah drastis menjadi egoistik, yang dulunya mereka tolong- menolong dan bergotong- royong tanpa mengharap imbalan, sekarang semua yang dilakukan harus menghasilkan uang atau imbalan jasa. Sikap mengutamakan kepentingan orang lain mempunyai manfaat begitu besarwalau sekarang sulit dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu sebab dari munculnya permasalahan tersebut adalah kurangnya pengetahuan tentang ilmu agama dan kurangnya bimbingan keagamaan orang tua yang diberikan kepada anaknya sejak kecil, Bimbingan keagamaan sangatlah penting dalam membentuk sikap altruis..
5
bermanfaat bagi yang lain. Maka dengan itu semua dapat memunculkan sikap empati terhaap orang lain atau sikap tolong - menolong yang terdapt pada setiap diri individu.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa pendidikan keagamaan yang dimiliki sisiwa SMPN 2 Ampel masih kurang maksimal, karena minat dari siswa untuk mendalami dan menguasai ilmu keagamaan masih belum tinggi. Adanya faktor tersebut sikap altruis yang dimiliki oleh para siswa masih kurang baik.
Berdasarkan dari penjelasan di atas bimbingan keagamaan mempunyaifaktor penting dalam pembentukan sikap altruis anak.Kemampuan keagamaan yang dimiliki anak akan membantu meningkatkan sikap altruis sehingga anak bisa menjadi pribadi yang suka menolong, bersikap empati, dan menyayangi orang lain. Dari sini peneliti tertarik untuk meneliti apakah bimbingan keagamaan orang tua tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap altuistik siswa, khususnya pada siswa SMPN 2 Ampel.Oleh karena itu peneliti memberi judul “PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA TERHADAP SIKAP ALTRUIS SISWA SMP NEGERI 2 AMPELTAHUN AJARAN 2014/2015”.
6
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana variasi bimbingan keagamaan orang tua pada siswa SMPNegeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015?
2. Bagaimanapembentukansikap altruissiswa SMPNegeri 2 Ampeltahun ajaran 2014/2015?
3. Adakah pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadapsikap altruis siswa SMPNegeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana variasibimbingan keagamaan orang tua pada siswa SMPNegeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015.
b. Untuk mengetahui bagaimanasikap altruis siswa SMPNegeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015.
c. Untuk mengetahui adakah pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadapsikap altruissiswa SMPNegeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015.
D. Hipotesis Penelitian
7
Berdasarkan telaah diatas peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap sikap altruis siswa. Dengan kata lain semakin baik bimbingan keagamaan yang diberikan orang tua kepada anaknya maka anak semakin mempunyai sikap altruis yang baik.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas dunia pendidikan khususnya dunia ilmu ketarbiyahan.
b. Memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia, khususnya yang berkaitan dengan bimbingan keluarga.
2. Manfaat Praktis a. Bagi orang tua
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan kepada orang tua dalam mendidik anak dan mengarahkan untuk bersikap altruistik sesuai dengan norma-norma agama.
b. Bagi siswa
8
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang bimbingan keagamaan dan sikap altruissehingga dapat mengembangkannya lebih luas baik secara teoritis maupun secara praktis.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi ini peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu di jelaskan adalah sebagi berikut:
1. Bimbingan keagamaan orang tua
Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “GUIDECE” yang berarti memberikan bantuan berupa mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir (Yusuf, 2005:5).
Keagamaan adalah sifat-sifat yang ada di agama, segala sesuatu mengenai agama (Poerwadarminta, 1982:19).
9
untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat.
Dari penjelasan diatasbimbingan keagamaan adalah usaha untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang kesulitan baik secara lahir maupun batin yang menyangkut kehidupan sekarang maupun mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan mental maupun spiritual agar seseorang mampu mengatasinya dengan kemampuan yang dimilikinya melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada tuhannya.
Bimbingan keagamaan yang dimaksud peneliti adalah bimbingan keagamaan Islam, sebagaimana yang dikemukakan Fakih (2001:62) bimbingan keagamaan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia.
Adapun indikator bimbingan keagamaan orang tua adalah: a. Pernikahan dan keluarga.
b. Pendidikan.
c. Sosial (Kemayarakatan). d. Pekerjaan (Jabatan).
10 2. Sikap altruis siswa
Menurut Strickland sikap adalah predisposisi atau kecenderungan untuk memberikan respon secar kognitif, emosi, dan perilaku yang diarahkan pada suatu objek, pribadi, dan situasi khusus dalam cara-cara tertentu (Hanurawan, 2012:64).
Altruis adalah orang yang banyak mengutamakan kepentingan orang lain, orang yang mencintai sesama manusia tanpa mengharap imbalan. Altruisme adalah kebalikan dari egoisme. Orang yang altruis peduli dan mau membantu meskipun jika tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan ia akan kembali mendapatkan sesuatu. Altruisme adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan seseorang (David, 2012: 187).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap altruis adalah suatu sikap yang mendorong individu untuk menolong seseorang tanpa mengharapkan suatu imbalan.Dengan kata lain sikap altruis memunculkan rasa kasih sayang dan empati antara satu sama lain.
Adapun indikator darisikap altruis siswa sebagai berikut: a. Suka menolong orang lain tanpa pamrih.
b. Tidak bersifat egois.
11
e. Selalu mengasih dan menyayangi (Durkheim, 1990: 150-161). G. Metode Penelitian
Metode adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian (Mulyana, 2008:145). Jadi metode merupakan cara untuk menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran. Penelitian adalah suatu teknik penelitian secara sistematis yang diperluas dengan menggunakan perkakas-perkakas khusus, alat-alat dan prosedur-prosedur, dalam rangka usaha mencapai pemecahan suatu problem secara lebih baik dari pada yang dicapai dengan alat-alat biasa. Penelitian merupakan pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan masalah karena dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan menggunakan data-data yang valid(Kasiram, 2008:36).
Kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarakat apabila hasil penelitian itu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Maka penulis akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut:
1. Pendekatan dan rancangan penelitian
12
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua variabel.Variabel yang pertama bimbingan keagamaan orang tua dan variabel kedua pembentukan sikap altruis siswa.
Prosedur jalanya kegiatan penelitiannya adalah sebagai berikut: a. Melakukan observasi awal terhadap kondisi riil objek penelitian. b. Menyiapkan fasilitas pendukung berupa angket.
c. Melaksanakan penelitian.
d. Melakukan analisa dan membuat laporan hasil penelitian. 2. Lokasi dan waktu penelitian
a. Lokasi penelitian SMP 2 Ampel, Boyolali
JL. Candi, Candi, Ampel, Boyolali b. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11-20 Februari2015 3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
13 b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118). Peneliti akan melakukan penelitian di lapangan, dalam menentukan populasi dan sampel sesuai dengan pendapat Suharsini Arikunto, bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, tetapi jika subjeknya dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 1991:107). Populasi siswa SMPN 2 Ampeltahun ajaran 2014/2015(631) siswa, dari 10% subjeknya maka penelitian ini hanya mengambil (65) siswa.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu dengan caraquota sampling atau pengambilan sample secara jatah yang ditentukan (Darmawan, 20013:145).
4. Pengumpulan data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuesioner atau angket, observasi langsung serta dokumentasi. Adapun rinciannya sebagai berikut:
a. Angket atau kuesioner
14
Metode kuesioner ini akan digunakan untuk mendapatkan data tentang bimbingan keagamaan orang tua dan sikap altrusi siswa.
b. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2011:144). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono (2011:144) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang bimbingan keagamaan orang tua dan sikap altruis siswa.
c. Dokumentasi
15
F N
Menurut pengamatan peneliti, siswa SMPN 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015,memilikisikap altuis yangmasih rendah karena kurang adanya bimbingan dari orang tua untuk bersikap empati kepada orang lain, dan nilai-nilai agama yang ditanamkan orang tua pada siswanya kurang maksimal. Karena pendidikan keagamaan merupakan salah satu penunjang untuk membentuk individu yang suka menolong dan bersikap empati kepada orang lain sehingga mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi.
5. Instrumen penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Instrumen yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui pengaruh bimbingan keagamaan orang terhadap pembentukansikap altruissiswa adalah daftar pertanyaan dalam angket.
6. Teknik analisis data a. Analisis awal
Analisis awal ini untuk mengetahui bimbingan keagaamaan orang tua dan sikap altruis siswa. Teknik analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai berikut:
P = X 100 % Keterangan:
16
N = jumlah subjek dalam golongan b. Analisis lanjutan
Analisis lanjutan dilakukan dengan menggunakan teknik statistik untuk mencari adakah pengaruh bimbingan keagamaan terhadap sikap altruis siswa. Teknik analisisnya menggunakan product moment sebagai berikut:
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi X dan Y X = bimbingan keagamaan orang tua Y = pembentukan sikap altruistiksiswa. N = Jumlah responden
H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan sekripsi.
BAB II: LANDASAN TEORI
17
Memuat tentangkajian pustaka tentang pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap sikap altruis siswa.
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Memuat tentang gambaran umum lokasi penelitian (sejarah
berdirinya, struktur organisasi, sarana prasarana dan ketenagaa kerjaan yang dimiliki).Serta pemaparan data penelitianbimbingan keaagamaan orang dan pembentukan sikap altruis siswa.
BAB IV: ANALISIS
Memuat pengaruh bimbingan keagamaan orang tua terhadap sikap altruis siswa.Selanjutnya adalah pengujian hipotesis sekaligus pembahasan.
BAB V: PENUTUP
18 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Keagamaan Orang Tua 1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan salah satu faktor penting dalam mendidik, dan mengarahkan anak, karena bimbingan yang diberikan orang tua dapat membantu anak dalam mencapai sebuah tujuan yang diinginkan anak. Definisi bimbingan menurut beberapa para ahli sebagai berikut:
a. Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidence” yang berarti memberikan bantuan berupa mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir (Yusuf, 2005:5).
b. Menurut Walgito Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupan agar individu atau sekumpulan individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (2004:5).
19
teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.
d. Menurut Frank dan Jones bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatau jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Prayitni&Amti, 2013:93).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses untuk menunjukkan jalan, menuntun, dan memberikan bantuan kepada individu supaya individu tersebut dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam hidupnya, supaya potensi yang dimilikinya bisa berkembang secara maksimal sehingga dapat mencapai sebuah tujuan yang diinginkannya dan mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya. 2. Pengertian keagamaan
Menurut Thouless (1995:19) Agama adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dipercayai sebagai mkhluk atau wujud yang lebih tinggi dari pada manusia.
Menurut Harun Nasution agama adalah:
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
20
c. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada sutau sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
d. Kepercayaan pada sesuatau kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib. f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada sesuatu kekuatan ghaib.
g. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut dari kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seseorang Rosul (Rahmat, 1992:1-2).
Dari penjelasan di atas bahwasanya bimbingan keagamaan adalah usaha untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang kesulitan baik secara lahir maupun batin yang menyangkut kehidupan sekarang maupun mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan mental maupun spiritual agar seseorang mampu mengatasinya dengan kemampuan yang dimilikinya melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhannya.
3. Pengertian Bimbingan Keagamaan Islam
21
bimbingan keagamaan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat (Musnawar, 1992:5).
Menurut Hallen (2002:17) bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontiniu dan sisitematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadis ke dalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Hadis.
22
4. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Agama Islam a. Fungsi bimbingan Islami
Bimbingan Islami berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut menurut Hallen (2002:59-62) sebagai berikut:
1)Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
2)Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
23
Fungsi pengentasan dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
4)Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkanya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
5)Fungsi advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Dari beberapa fungsi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi dari bimbingan Islami adalah memberi bantuan dan pelayanan kepada individu agar setiap individu tersebut mampu berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang baik, mandiri dan berakhlak mulia.
24
Secara garis besar atau secara umum, menurut Musnawar (1992:34) membagi tujuan bimbingan Islami menjadi dua, yaitu:
1)Tujuan umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2)Tujuan khusus
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
c. Menurut Asdiqoh (2012:5) ciri khas bimbingan Islami yang sangat mendasar adalah:
25
2)Hukum konselor memberikan konseling kepada klien yang meminta kepada konselor adalah wajib dan suatu keharusan bahkan merupakan suatu ibadah.
3)Sistem konseling Islami dimulai dengan pengarahan kepada kesadaran nurani dengan membacakan ayat-ayat Allah setelah itu baru melakukan proses terapi dengan membersihkan dan mensucikan sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
4)Konselor sejati dan utama adalah mereka yang dalam proses konseling selalu di bawah bimbingan Allah dan Al-Qur’an.
Dalam gerak dan langkahnya bimbingan dan konseling Islami berlandaskan al-Qur’an dan sunah Rosul serta berbagai teori yang telah tersusun menjadi ilmu yang sejalan dengan ajaran Islam. 5. Ruang Lingkup Bimbingan Islami
Ruang lingkup bimbingan Islami menurut Musnawar (1992:41-42) mencakup berbagai bidang-bidang diantaranya, yaitu:
a. Pernikahan dan keluarga
Pernikahan dan keluarga sudah barang tentu untuk terlepas dari lingkungannya (sosial maupun fisik) yang mau tidak mau mempengaruhi kegiatan keluarga dan keadaan pernikahan, karena itulah maka bimbingan dan konseling Islami kerap kali amat diperlukan untuk menangani bidang ini.
26
Dalam belajar (pendidikan) kerap kali berbagai masalah timbul, baik yang berkaitan dengan belajar itu sendiri maupun lainnya. Problem-problem yang berkaitan dengan pendidikan ini sedikit banyak juga memerlukan bantuan bimbingan dan konseling Islami untuk menanganinya.
c. Sosial (kemasyarakatan)
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan kehidupannya sedikit banyak tergantung pada orang lain. Kehidupan masyarakat inipun kerap kali menimbulkan masalah bagi individu yang memerlukan penanganan bimbingan dan konseling Islami.
d. Pekerjaan (jabatan)
Untuk memenuhi hajat hidupnya, nafkah hidupnya, dan sesuai hakikatnya sebagai khalifah di muka bumi manusia harus bekerja. Mencari pekerjaan yang sesuai dan membawa manfaat besar, mengembangkan karir dalam pekerjaan, dan sebagainya, kerap kali menimbulkan permasalahan juga, bimbingan dan konseling Islamipun kerap kali diperlukan untuk menanganinya.
e. Keagamaan
27
Dari pemaparan di atas secara garis besar dapat disimpulkan bahwasanya ruang lingkup bimbingan dan konseling Islami mencakup berbagai bidang, yaitu pernikahan dan keluarga, pendidikan, sosial, pekerjaan dan keagamaan.
6. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Keagamaan anak
28
Langgulung (2004:310-311) mengemukakan beberapa cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak sebagai berikut:
a. Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.
b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil, sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging, mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tenteram sebab mereka melakukannya.
c. Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai dirumah dimana mereka berada.
d. Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem cipta itu dan atas wujud dan keagungan-Nya.
e. Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas agama dan lain-lain, lagi cara-cara lain.
29
keagamaan anak akan berkembang sesuai dengan norma-norma agama.
7. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua.
Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama, sekata, seiring dan setujuan dalam membangun maliga rumah tangga untuk mencapai keluarga yang sakinah dalam lindungan dan ridho Allah swt. Dalam keluarga selain ada ayah dan ibu juga ada anak yang menjadi tanggung jawab orang tua.
Orang tua bertanggung jawab mendidik dan membimbing anak, karena orang tua adalah pendidikan pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani, oleh karena itu perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan yang baik-baik saja kepada anak mereka (Djamarah, 2004:28-29).
30
Tanggung jawab besar yang diwajibkan oleh Islam kepada para pendidik, seperti bapak, ibu, para guru adalah tanggung jawab pendidikan fisik agar anak-anak tumbuh seiring dengan baiknya pertumbuhan fisik, sehat badan, bergairah dan bersemangat. Sebagaiman firman Allah dalam al-Qur’an:
...
dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma'ruf (Qs. al-Baqarah: 233)
Berikut ini adalah tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak dalam menafkahi keluarganya dan anak-anaknya yang dikemukakan oleh Abdullah Nashih Ulwan:
1)Kewajiban menafkahi keluarga dan anak.
2)Mengikuti aturan yang sehat ketika makan, minum dan tidur, agar kebiasaan itu menjadi akhlak anak-anak.
3)Menghindari penyakit menular. 4)Kewajiban mengobati penyakit.
5)Menerapkan prinsip “tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain”.
6)Membiasakan anak berolahraga.
7)Membiasakan anak hidup sederhana, tidak mewah dan tenggelam dalam kenikmatan.
31
b. Tanggung jawan pendidikan intelektual
Tanggung jawab pendidikan intelektual adalah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu-ilmu syariat, kebudayaan ilmiah dan modern, kesadaran intelektual dan peradaban sehingga anak matang dalam pemikiran dan sikap ilmiahnya (Ulwan, 1996:54)
c. Tanggung jawab pendidikan psikis
Tanggung jawab pendidikan psikis adalah sejak mulai bisa berfikir, seorang anak harus dididik untuk berani mengatakan yang hak, lugas, ksatria, merasa mampu, mencintai orang lain, dapat mengendalikan amarah, dan berhias diri dengan semua keutamaan jiwa dan moral, dan tujuan dari pendidikan ini tidak lain untuk membentuk pribadi anak dan menyempurnakannya (Ulwan, 1996:109).
Berdasarkan dari beberapa penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab orang tua dapat ditarik kesimpulan bahwasanya orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab berupa memberikan pendidikan fisik, intelektual dan psikis. Selain itu, dalam memberikan pendidikan orang tua juga harus membiasakan anak untuk melakukan hal-hal yang positif sejak dini, karena pendidikan dimasa kecil sangat berpengaruh di kehidupanya yang mendatang.
32
Setiap orang tua dan guru ingin membinan anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal maupun yang informal. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadi anak (Daradjat, 1970:56)
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6
$pkš‰r'¯»tƒ
Artinya: hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.... (QS. At- Tahrim ayat 6)
b. Pengarahan
Orang tua juga mengarahkan anak kejalan yang benar dan di ridhoi Allah swt, karena dengan pengarahan tersebut anak akan berkembang dengan baik. Orang tua juga selalu mengajak anak untuk berbuat kebaikan. Allah berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 36:
Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa... (Qs an-nisa’ ayat 36)
c. Keteladanan
33
untuk bersikap dan berperilaku yang mencerminkan akhlak yang mulia. Rosulullah SAW sendiri memberi contoh keteladanan yang baik kepada umatnya. Allah berfirman:
ô‰s)©9
Artinya: sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Qs, al-ahzab : 21)
d. Ajakan dan anjuran
. Allah berfirman dalam al-qur’an:
(#qçRur$yès?ur...
Artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya (Qs. al-Ma’idah: 2)
e. Seruan
34
Artinya: hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al- Hasyr: 18)
B. Sikap Altruis
1. Pengetian sikap altruis
Para ahli sepakat mendefinisikan sikap altruis sebagi sikap rasa saling tolong menolong antara satu sama lai. Berikut ini bebrapa definisi sikap altruis dari beberapa para ahli:
Menurut Strickland menjelaskan bahwa sikap adalah predisposisi atau kecenderungan untuk memberikan respon secar kognitif, emosi, dan perilaku yang diarahkan pada suatu objek, pribadi, dan situasi khusus dalam cara-cara tertentu (Hanurawan, 2012:64).
35
Menurut Comte altruisme diartikan sebagai menyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat. Bahkan bukan salah satu masyarakat melainkan suku bangsa manusia pada umumnya.(Juhaya, 1997:91)
Sehubungan dengan altruisme ini Comte menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan. Keilahian ini disebut Le Garand Etre (maha makhluk). Untuk ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian untuk Le Grand Etre itu lengkap dengan imam-imam, santo-santo, pesta-pesta ligurti, dan lain-lain. Dogma tentang hal ini adalah cinta kasih sebagai prinsip, tata tertib sebagai dasar, dan kemajuan sebagai tujuan (Juhaya, 1997: 91).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya sikap altruis adalah adalah suatu sikap yang mendorong individu untuk menolong seseorang tanpa mengharapkan suatu imbalan. Dengan kata lain sikap altruis memunculkan rasa kasih sayang dan empati antara satu sama lain. Maka dapat di katakan bahwasanya sikap altruis muncul karena ada dorongan dari sikap empati terhadap satu sama lain.
Altruisme yang didorong oleh empati:
36
b. Mencegah agresi. Seorang yang merasakan empati terhadap seorang target yang berpotensi agresi dan ia akan memperlihatkan kepada Anda seseorang tidak akan terlalu menyukai serangan. c. Meningkatkan kerjasama. Pada eksperimen laboratorium, Batson
dan Nadia Ahmad menemukan bahwa orang-orang yang berada dalam potensi konflik lebih dapat memberikan kepercayaan dan kooperatif ketika mereka merasakan empati untuk orang lain. d. Meningkatkan sikap terhadap kelompok-kelompok yang
mendapatkan stigma tertentu.
Namun altruisme yang didorong oleh empati juga memiliki kondisi-kondisi yang diungkapkan kelompok Batson sebagai berikut: a. Dapat menjadi sesuatu yang berbahaya. Orang yang
membahayakan hidup mereka atas nama orang lain terkadang kehilangan hal tersebut. Orang yang berusaha untuk melakukan hal yang baik juga dapat melakukan hal buruk, terkadang dengan secara tidak sadar mempermalukan, atau menurunkan motivasi dari penerimanya.
37
c. Empati dapat membakar perasaan. Merasakan sakit yang dirasakan orang lain adalah menyakitkan yang dapat membuat kita berusaha untuk menghindari situai-situasi yang membangkitkan empati kita, atau membuat kita berusaha untuk menghindari pengalaman terbakar atau kelelahan karena rasa iba.
d. Empati dapat meningkatkan favoritisme, ketidakadilan dan sikap masa bodoh terhadap kebaikan umum yang lebih besar (David, 2012: 208)
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sikap altruis itu mencul karena adanya dorongan rasa empati terhaap orang lain, jika seseorang memiliki rasa empati maka orang tersebut akan menolong orang lain yang sedang kesusahan dengan senang hati. Tetapi rasa empati itu tidak boleh berlebihan karena dapat membahyakan diri kita. Dalam arti ketika menolong seseorang harus sesuai dengan kemampuan, dan mengedepankan keselamatan diri sediri tidak semata-mata hanya mengedepankan keselamatan orang lain.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap altruis
38 a. Faktor kepribadian
Satow (Sears dkk,1994) mengamati bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan yang tinggi untuk diterima secara sosial, lebih cenderung menyumbangkan uang bagi kepentingan amal dari pada orang yang mempunyai tingkat kebutuhan rendah untuk diterima secara sosial, tetapi hanya bila orang lain menyaksikan.
b. Faktor personal dan situasional
Trivers (Sears dkk,1994). Faktor personal dan situasional sangat mungkin berpengaruh dalam perilaku menolong, seseorang lebih suka menolong orang yang disukainya, memiliki kesamaan dengan dirinya dan membutuhkan pertolongan, faktor–faktor diluar diri suasana hati, pencapaian reward pada perilaku sebelumnya dan pengamatan langsung tentang derajat kebutuhan yang ditolong. c. Hubungan sosial
Feldman, Tucher (Sears dkk,1994). Dari pengalaman sehari-sehari kita lebih suka menolong teman dekat atau orang-orang yang satu kelompok dengan kita dari pada orang asing atau orang-orang yang baru kita temui. Di sini dapat katakan seseorang cenderung menolong orang yang lebih kenal dari pada orang yang belum kenal sama sekali. Jadi hubungan sosial merupakan faktor pendorong dalam membantu seseorang.
39
London (Sears dkk,1994). Faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk menolong sangat tergantung dari penghayatan terhadap nilai-nilai agama dan moral yang mendorong seseorang dalam melakukan pertolongan.
e. Tanggung jawab
Bickman (Sears dkk,1994). Besarnya tangung jawab, hal ini berkaitan dengan kesadaran dalam diri seseorang bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah komunitas masyarakat yang mengharuskan dirinya untuk berkerja sama dengan orang lain. Dalam arti manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan.
f. Latar belakang keluarga
Campbell (Sears dkk,1994). Latar belakang keluarga juga sanggat berpengaruh dalam terbentuknya perilaku menolong, seorang anak yang dibesarkan dalam sebuah keluarga yang altruistik tinggi, akan mempengaruhi anak–anak untuk berperilaku altruistik seperti yang didapat di keluarga.
g. Suasana hati
40 h. Norma timbal balik
Walster, Berscheid (Sears dkk,1994). Norma timbal balik mengharuskan orang melakukan perbuatan menolong atau membantu dikarenakan rasa balas jasa karena pernah di tolong. Jadi norma timbal balik bisa dikatakan seperti berhutang budi terhadap orang yang menjadi penolong sehingga ketika orang yang pernah menolong mendapat kesusahan maka akan terdorong untuk membantunya.
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi sikap altruis yakni, faktor kepribadian, personal dan situasional, hubungan sosial, nilai-nilai agama dan moral, tanggung jawab, latar belakang keluarga, suasana hati dan norma timbal balik. Dari semua faktor tersebut yang lebih mempengaruhi yakni nilai-nilai agama dan moral, karena dengan adanya penanaman nilai-nilai agama dan moral kepada anak sejak kecil, akan membentuk pribadi anak yang berakhlak mulia sehingga mampu memupuk sikap altruis yang terdapat pada diri anak.
3. Ciri-ciri sikap altruis
41
dapat hidup sendiri dalam mengolah alam ataupun mempertahankan diri dalam masyarakat yang masih tergantung dengan alam. Kita bandingkan dengan kehidupan modern, dimana individualisme yang ditonjolkan, sehingga manusia berada dalam keadaan yang selemah-lemahnya, karena mengabaikan kehidupan social yang sehat. Berikut ini beberapa ciri sikap altruis:
a. Munculnya spontan (panggilan hati, terlihat pada situasi-situasi yang darurat).
b. Tidak ada paksaan dari luar.
c. Tujuan untuk menolong orang supaya lepas dari penderitaan tanpa mengharap imbalan, pujian, atau sanjungan.
Altruisme dapat dilatih, karena dalam kehidupannya manusia memiliki pengalaman-pengalaman yang menjadi pedoman dalam hidupnya. Perilaku altruisme juga tidak bebas nilai, karena ada berbagai pertimbangan dalam melakukan perilaku altruisme:
a. Tingkat urgensi (kebutuhan). b. Norma / batasan-batasan normative.
c. Otoriter (ada desakan dari luar yang sifatnya mutlak untuk menolong).
d. Harga diri (David,2012:187) 4. Macam-macam bentuk sikap altruis.
42
ketuhanan. Tindakan altruis dapat berupa loyalitas. Kehendak altruis berfokus pada motivasi untuk menolong sesama atau niat melakukan sesuatu tanpa pamprih dan bertujuan untuk mensejahterakan orang lain. Sikap altruis mempunyai beberapa macam bentuk, di antaranya yakni:
a. Bersikap empati
Menurut David, (2012: 205) adalah pengalaman yang mewakili perasaan orang lain. Ketika merasakan empati, seseorang tidak berfokus terlalu banyak kepada tekanan yang di rasakan sendiri, melainkan berfokus kepada mereka yang mengalami penderitaan. Jadi empati merupakan sebuah tindakan untuk menempatkan diri terhadap keadaan orang lain.
b. Tanpa pamrih/ikhlas
Tanpa pamrih atau ikhlas adalah tindakan sukarela untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Ilyas (2007:29) mengatakan ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih hanya semata-mata mengharap ridho Allah. Sayyid Sabiq mendefinisikan
43 c. Tidak egois
Menurut David (2012: 190) Egoisme adalah suatu motif yang mungkin mendasari semua perilaku) untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya. Tidak egois berati suatu perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain.
d. Kasih sayang
Rasa kasih sayang merupakan salah satu cara dalam membentuk keluarga yang harmonis, dan dapat menjadikan hubungan antar manusia menjadi aman dan damai. Kasih sayang merupakan sebuah metode yang efiktif dalam mendidik anak, maka orang tua dituntut untuk mendidik anak dengan penuh kasih sayang seperti yang dikatakan Ilyas (2007:172) orang tua harus memelihara, membesarkan, merawat, menyantuni dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang.
e. Peka dan siap bertindak
Di sini maksud peka dan dan siap bertindak adalah ketika melihat orang lain dalam kesulitan ia langsung memberikan bantuan tanpa mengaharap suatu imbalan apapun dan tidak memandang status sosial orang yang ditolong.
44
ketika dalam suatu kelompok masyarakat setiap individu mempunyai jiwa altruistik tinggi maka akan tercipta kehidupn yang sejahtera dan harmonis.
C. Pengaruh Bimbingan Keagamaan Orang Tua terhadap Sikap Altruis Siswa.
Anak merupakan amanat dan karunia Allah yang diberikan kepada pasangan suami istri yang mana harus dijaga, dibimbing dan dibina supaya menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan menjadi generasi penerus yang pandai dan berakhlak mulia. Anak dilahirkan di dunia dalam keadaan yang suci tanpa ada dosa. Bila sejak kecil anak didik dan dilatih dengan agama dan budi pekerti yang baik, maka anak menjadi pribadi yang baik.
45
Dalam sebuah keluarga, pendidikan merupakan sebuah cerminan dari latar belakang keluarga itu sendiri. Sehingga orang tua harus mampu menjalankan tugas dan tanggung jawa sebagai kepala rumah tangga. Di samping itu orang tua juga harus memperhatikan anaknya dengan memberikan pengarahan, pembinaan, ajakan dan anjuran kepada anak supaya anak tetap berkembang sesuai dengan nilai-nilai agama.
Bimbingan keagamaan orang tua merupakan salah satu faktor dalam membentuk sikap altruis anak karena dalam pendidikan keagamaan setiap individudi diajarkan untuk menghormati, dan peduli terhadap orang lain apalagi dalam agama Islam manusia di anjurkan untuk salaing tolong menolong. Jika anak mempunyai sikap altruis yang baik, maka akan anak berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan baik dan di senangi banyak orang karena mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Sikap altruis pada anak tidak bisa muncul dengan sendirinya. Karena pembentukan sikap altruis dipengaruhi oleh pendidikan dari keluarga serta pola pengasuhan dan bimbingan orang tua.
46
dikatakan bahwa bimbingan keagamaan mempunyai pengaruh yang dalam membentuk sikap altruis anak.
Disnilah pentingnya bimbingan keagamaan yang harus diberikan orang tua kepada anaknya karena dengan bimbingan tersebut anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki jiwa altrusi yang tinggi dan bermanfaat bagi orang lain, sehingga dapat menjadi generai penerus bangsa yang pandai dan berakhlak mulia.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran SMP Negeri 2 Ampel
1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 2 Ampel
47
didik dan warga masyarakat pencari pendidikan lainnya, agarma mampu bersaing / mengikuti perkembangan dunia pendidikan supaya menjadi “Terdepan dalam membangun dan mengantarkan pribadi terdidik yang berakhlakul karimah dan berbudaya lingkungan menuju sukses di eraglobalisasi”
Adapun Profil dari SMP Negeri 2 Ampel yaitu:
Nama : SMP N 2 AMPEL
NSS/NSM/NSD : 201030902017
Alamat : Jl. Candi, Ampel, Boyolali Rt 1/ Rw 1
No Telp : (0271) 331004
Kode Pos : 57352
Desa/Kelurahan : Candi
Kecamatan/Kota (LN) : Kec. Ampel Kab.-Kota/Negara (LN) : Kab. Boyolali Propinsi/Luar Negeri (LN) : Prop. Jawa Tengah
Status Sekolah : NEGERI
Jenjang Akreditasi : A Jenjang Pendidikan : SMP
Luas Tanah : 7010 M²
Luas Bangunan : 4908 M²
48
Secara geografis SMP Negeri 2 Ampel terletak di Jl. Candi, Ampel, Boyolali. Tepatnya di kecamatan Ampel Desa Candi Dusun Candi Rt 1/ Rw 1. Lokasi SMP Negeri 2 Ampel jika ditinjau dari wilayah-wilayah sekitarnya adalah:
a. Sebelah barat : Dusun Tukangan b. Sebelah timur : Dusun Candi c. Sebelah selatan : Dusun Tukangan d. Sebelah Utara : Dusun Kedurjan
Secara geografis sekolah ini cocok untuk kegiatan proses belajar mengajar karena suasana lingkungan yang bersih, dan jauh dari keramaian kota sehingga dapat menciptakan kenyamanan dalam kegiatan belajar. Selain itu SMP Negri 2 Ampel mudah dijangkau dengan kendaraan mobil atau sepeda motor.
3. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Salatiga
Visi SMP Negeri 2 Ampel sebagai berikut: “Terwujudnya sekolah yang beriman, terdidik, terampil dan berbudaya ”
Adapun indikatornya yakni: Terwujudnya
a. Taat menjalankan ibadah
49 e. Santun dalam tata pergaulan f. Peka terhadap kehidupan sosial g. Trampil dalam bidang ketrampilan h. Unggul dalam bidang olahraga dan seni Misi SMP Negeri 2 Ampel sebagai berikut:
a. Menumbuhkan kesadaaran siswa untuk secara ikhlas menjalankan ibadah menurut agamanya masing-masing.
b. Menumbuhkembangkan semangat untuk beraktifitas dalam kegiatan keagamaan.
c. Menciptakan suasana agamis dilingkungan intern dan ekstern sekolah.
d. Mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di kelas. e. Memberdayakan seluruh sumber daya sekolah.
f. Menciptakan suasana lingkungan belajar mengajar yang kondusif. g. Mendorong dan membantu siswa untuk mengembangkan bakat dan
minatnya secara optimal.
h. Menciptakan suasana pergaulan yang santun saling menghormati diantara warga sekolah.
i. Menumbuhkan rasa kepedulian, rasa kepemilikan, rasa tanggung jawab dan rasa banga terhadap sekolah.
50
k. Menumbuhkembangkan ketrampilan siswa dalam bidang olag raga dan seni.
l. Mengusahakan kelengkapan Sarana Prasarana guna menunjang tercapainya program kegiatan akademik, non akademik, olah raga dan seni serta keterampilan.
4. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan guru
Guru merupakan sosok yang berperan penting dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah., karena keberadaan guru sangat sentral dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jumlah guru di SMP Negeri 2 Ampel pada tahun Ajaran 2014/2015 ada 43 orang yang terdiri dari 35 guru tetap, 1 guru tidak tetap, dan 8 staff tata usaha. Untuk lebih jelas penulis akan memaparkan secara rinci yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Data Guru SMP Negeri Ampel tahun Ajaran 2014/2015
Jumlah Guru/Staff Keterangan
Guru Tetap (PNS) 35 Orang
Guru Tidak Tetap/Guru Bantu 1 Orang
Guru PNS Dipekerjakan (DPK)
Staf Tat Usah 8 Orang PNS: 2 PTT: 6
b. Keadaan Siswa
51 Tabel 2
Data Siswa 4 (empat) Tahun Terakhir
Tahun 5. Sarana dan Pra-sarana
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah semua sarana dan prasarana yang dimiliki dan dipergunakan dalam rangka pelaksanaan belajar mengajar. Dalam proses belajar disekolah, sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat menunjang dan merupakan syarat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Tanpa sarana yang memadai, proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik, akan tetapi apabila sarana prasaran dalam suatu lembaga pendidikan sangat memadai maka proses belajar mengajar akan berjalan dengn lancar dan maksimal.
Sarana dan pra-sarana yang dimiliki SMPN 2 Ampel yaitu: a. Perpustakaan
52 d. Lab. Komputer
e. Lab. Bahasa f. Ruang media
g. Ruang kegiatan belajar mengajar 6. Stuktur organisasi
Sekolah merupakan lembaga tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan. Pihak-pihak yang berperan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain, guru, kepala sekolah, komite sekolah dan pemerintah dan. Tentunya dalam suatu lembaga pendidikan mempunyai struktur organisasi, berikut ini penulis akan memaparkan struktur organisasi SMP Negri 2 Ampel
53
54 B. Penyajian Data
Setelah melakukan penelitian melalui penyebaran angket, pengumpulan data melalui observasi di lapangan, terlebih dahulu disajikan bentuk data guna memperlancar langkah suatu penelitian.
Untuk memperoleh data tentang bimbingan keagamaan orang tua dan sikap altruis siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015 menggunakan angket, dengan 10 pertanyaan tentang bimbingan keagamaan orang tua dan 10 pertanyaan tentang sikap altruis siswa. Dengan pilihan jawaban a, b, c kepada siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun ajaran 2014/2015.
Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di SMP Negeri 2 Ampel.
55
Daftar nama-nama siswa SMP Negeri 2 Ampel yang telah mengisi angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Daftar Nama Responden
No. Nama Responden Jenis Kelmin
57 2. Hasil jawaban Angket
Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel yang diurai dalam item pertanyaan dan pernyataan dalam angket sebagaimana terlampir, hasil jawaban atas opsi pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan Keagamaan Orang Tua
Data hasil jawaban angket tentang Bimbingan Keagamaan Orang Tua dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
59
Jawaban Angket Bimbingan Keagamaan
No. Nama Responden
61
b. Sikap Altruis Siswa
Data hasil jawaban angket tentang sikap altruis siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Skor Jawaban Per Item Sikap Altruis Siswa
63
Jawaban Angket Sikap Altruis Siswa
65
52 LW 4 6 0 10
53 IM 8 2 0 10
54 AY 1 9 0 10
55 AGH 2 8 0 10
56 NV 8 2 0 10
57 LN 7 3 0 10
58 LTF 3 7 0 10
59 MF 9 1 0 10
60 NG 6 4 0 10
61 AR 10 0 0 10
62 MRT 7 3 0 10
63 WDT 7 3 0 10
64 NR 4 6 0 10
65 WRT 8 2 0 10
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisis data tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari pokok permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Untuk memudahkan dalam menganalisis, maka ada tahap-tahap untuk menganalisis data tersebut agar berjalan dengan benar sesuai dengan data yang diteliti. Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
66
Setelah melakukan penggalian data, maka selanjutnya akan melakukan analisis data dari tiap variabel. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Bimbingan Keagamaan Orang Tua
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam angket yang terdiri dari 10 soal yang masing-masing ada alternatif jawaban dengan bobot sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A, memiliki bobot skor 3 b. Alternatif jawaban B, memiliki bobot skor 2 c. Alternatif jawaban C, memiliki bobot skor 1
Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah bobot nilai yang diperoleh dari hasil angket bimbingan keagamaan orang tua. Nilai yang diperoleh kemudian diklarifikasikan untuk mengkriteriakan bimbingan keagamaan orang tua.
Tabel 8
Hasil Skor Angket Bimbingan Keagaman Orang Tua
No. Resp
Alternatif Jawaban Item
Total Skor Jawaban Per
68
47 6 4 0 18 8 0 26
48 5 5 0 15 10 0 25
49 10 0 0 30 0 0 30
50 8 2 0 24 4 0 28
51 5 5 0 15 10 0 25
52 1 9 0 3 18 0 21
53 7 3 0 21 6 0 27
54 0 10 0 0 20 0 20
55 0 10 0 0 20 0 20
56 4 6 0 12 12 0 24
57 3 7 0 9 14 0 23
58 6 4 0 18 8 0 26
59 10 0 0 30 0 0 30
60 10 0 0 30 0 0 30
61 10 0 0 30 0 0 30
62 9 1 0 27 2 0 29
63 8 2 0 24 4 0 28
64 7 3 0 21 6 0 27
65 7 3 0 21 6 0 27
Total 708 808 12 1.524
Kemudian untuk mengetahui prosentase dari frekuensi bimbingan keagamaan orang tua, peneliti mencarinya dengan menggunakan rumus prosentase. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan:
P = prosentase individu dalam golongan F = frekuensi.
69
Dari data skor angket bimbingan keagamaan, kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) dari Pelaksanaan Pendidikan Islam sebagai berikut:
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Bimbingan Keagmaan Orang Tua
Skor Frekuensi (F) Persen (%) Komulatif Persen F.x
Setelah diketahui nilai mean, untuk melakukan penafsiran nilai mean yang telah didapat, peneliti membuat interval kategori dengan cara atau langkah-langkah sebagai berikut :
70 21
3 K
R i=
Keterangan :
i : Interval kelas R : Range K : Jumlah kelas.
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus : R = H – L + 1
Keterangan : R = Total Range
H = Highest Score (Nilai Tertinggi) L = Lower Score (Nilai Terendah) 1 = Bilangan Konstan
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka diketahui nilai tertinggi (H) = 30 dan nilai Terendah (L) = 10, oleh karena itu dapat dicari nilai rangenya dengan menggunakan rumus:
R = H – L + 1 = 30 – 10+1 = 21
Dari nilai R, selanjutnya dicari interval nilai (i) dengan rumus: i =