• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Tanya Jawab Pada Siswa Kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Tanya Jawab Pada Siswa Kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

119

Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode

Tanya Jawab Pada Siswa Kelas III SDN Doda

Kecamatan Lore Tengah

Yurlin Mengkiso, Moh. Tahir, dan Idris Patekai Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui metode Tanya jawab pada siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah melalui metode Tanya jawab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui metode Tanya jawab. Untuk menjawab permasalahan di atas, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 4 langkah yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah sebanyak 18 siswa yang terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 8 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan/observasi siswa dan guru, serta evaluasi materi yang diajarkan pada setiap siklus. Kemudian data dianalisis secara kuantitatif dan kualitataif. Indikator kinerja secara klasikal adalah 80% dan secara individu 65. Jika sudah mencapai target yang direncanakan dianggap berhasil dan selesai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui metode Tanya jawab yang ditandai dengan peningkatan pada perolehan nilai daya serap klasikal pada observasi awal sebesar 61,11. Kemudian pada siklus I naik menjadi 70,37 dan pada siklus II naik lagi menjadi sebesar 81,48. Ketuntasan klasikal pada observasi awal sebanyak 8 orang (44%), pada siklus I siswa yang tuntas menjadi sebanyak 11 orang (61%), dan pada siklus II siswa yang tuntas meningkat lagi menjadi sebanyak 15 orang (83%). Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada akhir setiap siklus, maka tindakan tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya karena indikator kinerja pada siklus II sudah tercapai yakni ketuntasan klasikal melebihi 80%. Jadi, hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima yaitu melalui metode tanya jawab dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah.

Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Metode Tanya Jawab.

I. PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Oleh karena itu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai lambang kebanggaan nasional,

(2)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

120 sebagai alat penyatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa dan sebagai pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan.

Bahasa Indonesia memiliki ragam lisan dan tulisan yang kedua-duanya dapat digunakan di dalam situasi formal (resmi) dan situasi tak resmi. Guru selayaknya memperkenalkan bahasa Indonesia kepada siswa-siswinya dengan menggunakan ragam lisan yang formal dan non formal. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata, dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan, bukan sebagai pengetahuan. Tata bahasa teori pengembangan kosakata, teori sastra sekedar sebagai pendukung atau alat penjelas.

Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan adalah keterampilan reseptif (menyimak dan membaca) dan keterampilan produktif (menuturkan dan menulis). Pengajaran bahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, keterampilan produktif dapat ikut ditingkatkan. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Seorang anak belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhannya untuk berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, sedini mungkin anak-anak diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk keperluan berkomunikasi dalam berbagai situasi, yaitu mampu menyapa, mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebutkan, mengungkapkan pendapat dan perasaan, dan lain-lainnya.

Di dalam pengajaran, bahasa disajikan secara bermakna sebagai suatu keutuhan, yaitu dalam konteks penggunaannya pada komunikasi, bukan sebagai butir yang terpotong-potong. Sebab, dalam berkomunikasi kalimat yang digunakan bukan kalimat yang terpotong-potong, melainkan kalimat yang saling berkaitan dan bermakna. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat dituntunkan kepada

(3)

generasi-Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

121 generasi mendatang. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia secara terarah. Maka dari itu melalui proses pengajaran bahasa diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Selain itu, pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar, untuk meningkatkan kemampuan wawasan dan keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Komponen terpenting dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara. Nurhadi (1995:342) mengemukakan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang berfungsi mengemukakan informasi secara lisan. Gofur (dalam Saddhono, 2012:6) menjelaskan berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam proses itu terjadi pemindahan pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan). Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak.

Tujuan pembelajaran berbicara yang diharapkan adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara lisan, serta memiliki kegemaran berbicara kritis dan kreatif. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan berbicara yaitu siswa mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan, dan pendapat, secara lisan ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, dan lain sebagainya.

Dengan belajar berbicara, diharapkan siswa SD tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan dalam menyatakan ide atau gagasan yang dimiliki, tetapi siswa diharapkan mampu mempertanggung jawabkan gagasannya. Siswa juga harus dapat menyusun, mengungkapkan bahasa secara benar dan baik, sehingga gagasan yang diungkapkan menjadi suatu bermakna.

Berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan mendengarkan, menulis, dan membaca. Dibandingkan dengan keterampilan

(4)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

122 berbahasa yang lain, keterampilan berbicara lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa tersebut. Hal itu disebabkan keterampilan berbicara menghendaki penguasaan secara spesifik untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang kritis dan kreatif, serta harus menguasai lambang-lambang bunyi.

Dalam keterampilan berbicara seseorang harus memperhatikan unsur situasi atau konteks, dan paralinguistik yang nantinya sangat membantu proses komunikasi. Kelancaran proses komunikasi dalam suatu ujaran bergantung pada bahasa atau lambang-lambang bunyi. Agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik, pembicara hendaklah menuangkan gagasannya kedalam bahasa yang tepat dan jelas.

Ada empat unsur yang harus dikuasai oleh seorang pembicara, yaitu unsur psikologis, linguistik, situasi atau konteks, dan pemahaman ide yang akan diujarkan. Unsur psikologis berkaitan dengan kondisi batin pembicara (keberanian). Unsur linguistik berkaitan dengan penguasaan bahasa yang dikuasi pembicara. Unsur situasi atau konteks berkaitan dengan keadaan yang ada disekitar pembicara. Unsur pemahaman ide berkaitan dengan penguasaan bahan pembicaraan oleh pemateri.

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberikan tugas oleh guru untuk mengemukakan pendapat di depan kelas. Mereka mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru, kurang membiasakan diri untuk berbicara di depan umum, kurangnya rasa percaya diri pada siswa, dan kurang mampu mengembangkan keterampilan bernalar dalam berbicara. Kesulitan-kesulitan tersebut membuat mereka tidak mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan dengan baik, sehingga siswa menjadi enggan untuk berbicara menuangkan ide kreatifnya.

Permasalahan-permasalahan diatas, terjadi juga pada siswa di SDN Doda Kecamatan Lore Tengah dimana keterampilan berbicara siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat di depan umum. Hal ini disebabkan kurangnya rasa percaya diri, dan siswa kurang tertarik pada pembelajaran berbicara. Kemudian permasalahan yang lain yaitu siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan

(5)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

123 fakta, dan argumen yang mendukung untuk dikembangkan dalam topik pembicaraan.

Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan guru masih kurang optimal. Untuk itu diperlukan suatu metode yang tepat dan cocok untuk digunakan agar keterampilan berbicara siswa semakin meningkat. Untuk itu peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah dengan menerapkan metode tanya jawab.

II. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, terdiri dari dua siklus dan dalam setiap siklus ada empat tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan) dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang berbasis kelas atau sekolah untuk melakukan pemecahan berbagai permasalahan yang digunakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan.

Desain/Rancangan Penelitian

Adapun model yang menjadi acuan Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Depdiknas, 2003: 19). Secara garis besar terdapat empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) observasi, dan (4) refleksi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

(6)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

124 Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas

(Adaptasi dari Kemmis dan Mc. Taggart dalam Depdiknas, 2003:19) Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Doda Kecamatan Lore Tengah. Direncanakan selama dua siklus, tiap siklus terdiri atas 4 tindakan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan tindakan (observing) dan refleksi (reflecting). Waktu penelitian sampai skripsi direncanakan selama 3 bulan, yaitu dimulai bulan April s/d Juni 2014.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah yang berjumlah 18 siswa, terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 8 orang pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

Jenis Data

1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh berupa hasil observasi dan wawancara, serta observasi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Tanya jawab.

2. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa yang diberikan melalui tes akhir pada tiap siklus.

Sumber Data 0 1 2 3 4 a 5 6 7 8 b Keterangan : 0 : Refleksi awal 1 : Rencana Siklus 1 2: Pelaksanaan Siklus 1 3 : Observasi siklus 1 4. Refleksi Siklus 1 5 : Rencana siklus 2 6 : Pelaksanaan siklus 2 7 : Observasi siklus 2 8 : Refleksi Siklus 2 a : Siklus 1 b : Siklus 2

(7)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

125 1. Data tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dikumpulkan

dengan menggunakan lembar observasi siswa.

2. Data tentang kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi guru.

3. Data tentang kemampuan awal siswa dikumpulkan dengan melakukan tes awal.

4. Data tentang hasil belajar siswa pada setiap akhir siklus dikumpulkan dengan tes hasil belajar pada akhir setiap siklus.

5. Dokumentasi berupa data-data pendukung yang relevan dengan penelitian. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan (Perencanaan)

1). Meminta izin kepada Kepala Sekolah

2). Melakukan observasi awal terhadap objek penelitian 3). Berkonsultasi dengan dosen pembimbing

4). Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan

5). Mempersiapkan alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan kelas serta fasilitas lain.

b. Tahap Tindakan (Pelaksanaan)

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas. Pada tahap ini, dilaksanakan tindakan sebagai berikut:

a) Tahap Persiapan tindakan

1) Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan seperti mempersiapkan RPP, layanan dan alat yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

2) Menyusun prosedur pelaksanaan kegiatan yang dilakukan 3) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi

4) Dokumentasi

b) Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Prosedur pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran yang sedang berlangsung.

(8)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

126 c. Tahap Observasi

Observasi dan evaluasi berlangsung dalam setiap siklus, dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi atau pengamatan kegiatan guru dan siswa, yang hasilnya dibahas pada tahap analisis dan refleksi. Lembar pengamatan guru adalah alat bantu bagi peneliti untuk memantau kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca dengan menggunakan metode tanya jawab. Sedangkan lembar pengamatan siswa digunakan untuk membantu kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan juga untuk mengukur peningkatan keterampilan berbicara siswa.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini dilakukan untuk menganalisis dan memperoleh gambaran apakah tindakan yang dilaksanakan telah menghasilkan peningkatan keterampilan berbicara siswa. Hasil tersebut akan dilaksanakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

c. Rencana Tindakan

1) Peneliti menyiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi 2) Menyiapkan perangkat pembelajaran (RPP)

3) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran 4) Menyampaikan tujuan pembelajaran

5) Mendampingi siswa yang mengalami kesulitan belajar Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data yang dipergunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Langkah-langkah analisis datanya yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan pencatatan dan mengecek kembali data-data yang telah terkumpul.

2. Menyimpulkan apakah dalam tindakan terjadi peningkatan proses dan hasil pembelajaran atau tidak berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti.

3. Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus selanjutnya.

(9)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

127 Indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 80% dengan nilai ketuntasan hasil belajar individu minimal 65. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiantoro (2003:22) bahwa suatu kelas dapat dikatakan tuntas secara klasikal jika mendapat nilai ketuntasan belajar sebesar 80% atau lebih.

Untuk mendapatkan ketuntasan individu dipergunakan rumus:

Untuk mendapatkan ketuntasan secara klasikal dipergunakan rumus:

Sumber: Riyanto (1996)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti perlu mengetahui prasyarat siswa terhadap keterampilan berbicara pada siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah. Oleh karena itu peneliti melaksanakan tes awal pada hari Sabtu tanggal 17 Mei 2014 yang diikuti oleh 18 siswa yang terdiri dari 10 laki-laki dan 8 perempuan, dan hasil nilai tes awal dapat dilihat pada lampiran 4.1.

Pada tahap tes awal pelaksanaan pembelajaran, pemberian tindakan melalui metode tanya jawab belum diberikan. Dari data evaluasi awal siswa terhadap materi ini menunjukkan bahwa meskipun siswa aktif dalam pembelajaran tetapi masih terdapat sebagian besar siswa yang masih kurang lancar berbicara dengan lafal dan intonasi yang benar, karena masih terpengaruh dengan dialek bahasa daerah setempat.

Hasil pelaksanaan tes awal keterampilan berbicara siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah akan ditampilkan dalam tabel 4.1 dengan memperhatikan aspek-aspek penilaian sebagai berikut:

1. Lafal

Nilai 1 : Lafal tidak jelas Nilai 2 : Lafal tidak terlalu jelas

(10)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

128 Nilai 3 : Lafal Jelas

2. Intonasi

Nilai 1 : Intonasi tidak sesuai

Nilai 2 : Intonasi dipengaruhi dialek/logat bahasa daerah Nilai 3 : Intonasi sesuai

3. Lancar

Nilai 1 : Tidak lancar Nilai 2 : Tersendat-sendat Nilai 3 : Lancar

Tabel 1. Hasil Tes Awal Siswa

No Nama Siswa L/P Aspek Penilaian Skor Perolehan

Nilai Rata- Rata

KKM

Lafal Intonasi Lancar T BT

1 Alex L 2 2 2 6 66,67 T 2 Adrian L 2 2 1 5 55,56 BT 3 Aril L 2 2 2 6 66,67 T 4 Abel L 3 1 2 6 66,67 T 5 Brandi L 2 1 2 5 55,56 BT 6 Febri L 2 1 2 5 55,56 BT 7 Jacky L 2 1 2 5 55,56 BT 8 Leonardo L 2 1 2 5 55,56 BT 9 Merson L 2 2 2 6 66,67 T 10 Salim L 2 1 2 5 55,56 BT 11 Amel P 2 2 2 6 66,67 T 12 Anjel P 2 1 2 5 55,56 BT 13 Fiola P 2 2 2 6 66,67 T 14 Grace P 3 2 2 7 77,78 T 15 Joyce P 2 2 1 5 55,56 BT 16 Karlina P 2 1 1 4 44,44 BT 17 Ninda P 3 2 2 7 77,78 T 18 Rindi P 2 1 2 5 55,56 BT Jumlah 1100 8 10 Rata-Rata Kelas 61,11 Ketuntasan 44% 56%

Berdasarkan hasil analisis tes awal pada tabel 1. daya serap klasikal yang diperoleh siswa sebesar 61,11% menunjukan keterampilan berbicara siswa masih

(11)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

129 dalam kategori cukup, ketuntasan klasikal sebanyak 8 orang dengan nilai ketuntasan individu minimal 65. Oleh karena itu, untuk dapat menyelesaikan masalah di atas maka peneliti akan menggunakan metode tanya jawab agar keterampilan berbicara siswa dapat meningkat.

Tindakan Siklus I

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

Langkah selanjutnya yaitu pelaksanaan siklus I, terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan pembelajaran dan 1 (satu) kali pemberian tes akhir tiap siklus. Pada penggunaan metode tanya jawab dalam proses pembelajaran di kelas, rencana langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

3) Membuat Lembar Observasi Guru 4) Membuat Lembar Observasi Siswa 5) Menyusun soal evaluasi tes akhir 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dengan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan pada siklus ini dilakukan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit, mengikuti jadwal yang telah ditentukan.

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan menggunakan metode tanya jawab, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes. Bentuk tes yang diberikan adalah tes lisan (berbicara), dengan kriteria penilaian yaitu lafal, intonasi, dan kelancaran. Skor maksimal tiap soal adalah 3 dan minimal 1.

Siswa yang lancar berbicara dengan kriteria penilaian yang sesuai memperoleh skor maksimal yaitu 9 dengan nilai 100. Sebaliknya siswa yang membaca kurang lancar atau tidak sesuai intonasi dan pelafalan maka skornya di bawah 9 (<100).

(12)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

130 Tabel 2. Hasil analisis tes siklus I

No Nama Siswa L/P Aspek Penilaian Skor Perolehan

Nilai Rata- Rata

KKM

Lafal Intonasi Lancar T BT

1 Alex L 3 3 2 8 88,89 T 2 Adrian L 2 2 2 6 66,67 T 3 Aril L 3 2 2 7 77,78 T 4 Abel L 3 2 2 7 77,78 T 5 Brandi L 2 2 2 6 66,67 T 6 Febri L 2 2 1 5 55,56 BT 7 Jacky L 2 2 2 6 66,67 T 8 Leonardo L 2 1 2 5 55,56 BT 9 Merson L 3 3 2 8 88,89 T 10 Salim L 2 1 2 5 55,56 BT 11 Amel P 3 2 2 7 77,78 T 12 Anjel P 2 1 2 5 55,56 BT 13 Fiola P 3 3 2 8 88,89 T 14 Grace P 3 2 3 8 88,89 T 15 Joyce P 2 2 1 5 55,56 BT 16 Karlina P 2 2 1 5 55,56 BT 17 Ninda P 3 3 2 8 88,89 T 18 Rindi P 2 1 2 5 55,56 BT Jumlah 1267 11 7 Rata-Rata Kelas 70,37 Ketuntasan 61% 39%

Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah sudah menunjukkan hasil yang cukup baik dengan perolehan nilai pada daya serap klasikal sebesar 70,37 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 61% (11 orang tuntas) dan tidak tuntas sebesar 39% (7 orang). Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diperoleh pada siklus I, pemberian tindakan pada aspek keterampilan berbicara melalui metode tanya jawab akan dilanjutkan lagi ke siklus II. Karena indikator kinerjanya belum tercapai pada siklus I, yaitu jika ketuntasan klasikal telah mencapai 80% atau lebih dengan ketuntasan individu minimal 65.

(13)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

131 1. Aktivitas Siswa

Observasi aktivitas siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan langsung oleh observer dengan cara mengisi lembar observasi. Secara ringkas aktivitas siswa dalam proses beajar mengajar dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil observasi aktivitas siswa rata-rata dalam kategori cukup baik dengan perolehan nilai sebesar 52,27. Perolehan nilai ini belum memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan. Jadi, guru harus berusaha dengan maksimal agar aktivitas belajar siswa semakin meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa hingga mencapai ketuntasan sebesar 80%.

2. Aktivitas Guru

Lembar observasi aktivitas guru digunakan dengan tujuan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada lampiran 5 menunjukkan hasil observasi aktivitas guru masuk dalam kategori baik dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 75,00. Dapat dilihat dari penjelasan tabel di atas pada poin nomor 5 yaitu mengenai pemberian motivasi hanya mendapat skor 2. Guru kurang memberikan motivasi di awal pembelajaran, sehingga siswa belum ada keinginan dan ketertarikan dalam belajar. Untuk itu guru perlu berupaya lebih keras lagi dalam memperbaiki cara mengajar agar hasil belajar siswa lebih meningkat. 4) Refleksi Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa tersebut, maka digunakan metode tanya jawab. Dalam pembelajaran, setiap siswa saling bertanya jawab dengan siswa yang lain sesuai dengan panduan soal yang diberikan oleh guru. Siswa dibentuk menjadi 4 kelompok, masing-masing beranggotakan 4 – 5 orang. Kemudian masing-masing 2 kelompok bertindak sebagai kelompok tanya dan kelompok jawab. Pada pertemuan berikutnya kedua kelompok tersebut saling bertukar peran, yaitu yang sebelumnya jadi kelompok tanya menjadi kelompok jawab, begitupun sebaliknya.

(14)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

132 Dengan demikian, diharapkan peran dan keaktifan siswa dapat merata ke seluruh kelompok dan seluruh siswa. Sehingga keterampilan berbicara siswa dapat meningkat dan tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Pada saat mengikuti pembelajaran, semua siswa aktif dan senang mengikuti pelajaran. Hanya saja ada beberapa siswa yang agak sulit mengeluarkan pendapatnya atau bahkan tidak bisa bertanya. Hal ini bukan disebabkan karena mereka tidak bisa berbicara, tetapi karena mereka belum mampu merumuskan soal apa yang ingin mereka tanyakan. Oleh karena itu, peneliti selalu membimbing dan mendampingi siswa dengan sabar dan membantu siswa merumuskan pertanyaan jika mereka mengalami kesulitan.

Kemudian pada kelompok jawab, masalah yang ditemukan menurut catatan observer adalah mereka tidak mencatat pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tanya. Sehingga mereka agak kebingungan untuk menjawabnya. Untuk itulah peran peneliti diperlukan agar selalu membimbing siswa dalam proses pembelajaran, dan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya. C. Tindakan Siklus II

1. Perencanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan siklus I, hanya saja beberapa hal yang dianggap kurang pada siklus I diperbaiki pada siklus II dan disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis. Hasilnya digunakan untuk menetapkan kesimpulan.

Setelah dilakukan analisis dan refleksi tindakan siklus I, maka kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus II adalah:

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran b) Membuat lembar observasi aktivitas siswa dan guru c) Mempersiapkan tes hasil belajar siswa

d) Menyiapkan catatan kegiatan pembelajaran e) Menyusun soal evaluasi tes akhir siklus II 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

(15)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

133 Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Mei, 7 dan 14 Juni 2014 pada siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah. Tindakan siklus II ini menggunakan metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Pembelajaran yang akan dilaksanakan mengikuti rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru/peneliti yang telah disusun sebelumnya. Kemudian dievaluasi menggunakan tes akhir tindakan siklus II. Peneliti didampingi oleh teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat/observer. Langkah-langkah penelitian pada siklus II dimulai dari kegiatan awal yang meliputi pemberian motivasi serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah mempelajari materi dengan menggunakan metode tanya jawab, kegiatan inti dan diakhiri dengan kegiatan penutup dengan menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari.

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tindakan siklus II dengan menggunakan metode tanya jawab, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes. Bentuk tes yang diberikan adalah tes lisan (berbicara), dengan kriteria penilaian yaitu pelafalan, intonasi, dan kelancaran. Skor maksimal tiap soal adalah 3 dan minimal 1. Siswa yang membaca dengan kriteria penilaian yang sesuai memperoleh skor maksimal yaitu 9 dengan nilai 100. Sebaliknya siswa yang membaca kurang lancar atau tidak sesuai intonasi dan pelafalan maka skornya di bawah 9 dengan nilai dibawah 100.

Tabel 3. Hasil analisis tes siklus II

No Nama Siswa L/P Aspek Penilaian Skor Perolehan Nilai Rata- Rata KKM

Lafal Intonasi Lancar T BT

1 Alex L 3 3 3 9 100 T 2 Adrian L 3 2 2 7 77,78 T 3 Aril L 3 3 2 8 88,89 T 4 Abel L 3 2 3 8 88,89 T 5 Brandi L 3 2 2 7 77,78 T 6 Febri L 2 2 1 5 55,56 BT 7 Jacky L 3 2 2 7 77,78 T 8 Leonardo L 2 2 1 5 55,56 BT 9 Merson L 3 3 3 9 100 T 10 Salim L 3 2 2 7 77,78 T 11 Amel P 3 2 3 8 88,89 T

(16)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 134 12 Anjel P 2 2 1 5 55,56 BT 13 Fiola P 3 3 3 9 100 T 14 Grace P 3 3 2 8 88,89 T 15 Joyce P 3 2 2 7 77,78 T 16 Karlina P 3 2 2 7 77,78 T 17 Ninda P 3 3 3 9 100 T 18 Rindi P 3 2 2 7 77,78 T Jumlah 1467 15 3 Rata-Rata Kelas 81,48 Ketuntasan 83% 17%

Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah sudah menunjukkan hasil yang baik dengan perolehan nilai pada daya serap klasikal sebesar 81,48 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 83% (15 orang tuntas) dan belum tuntas sebesar 17% (3 orang). Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diperoleh pada siklus II, tindakan tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya, karena sudah memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan. Rata-rata keterampilan berbicara siswa sudah baik, walaupun masih terdapat 3 orang siswa yang belum tuntas.

Menurut catatan observer, hal ini disebabkan karena siswa tersebut kemampuan berbicarany agak susah. Karena dilingkungan keluarganya jarang berinteraksi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Jadi, ketika mereka ingin mengemukakan pendapat atau ingin bertanya mereka mengalami kesulitan. Lambat laun kemampuan berbicara dan berkomunikasi mereka juga menjadi terganggu, terlebih tidak ada penanganan khusus terhadap siswa tersebut. Untuk itu diharapkan melalui metode ini, keterampilan berbicara siswa bisa meningkat. Sehingga mereka tidak canggung lagi dalam mengungkapkan keinginan dan keingintahuan mereka terhadap sesuatu.

3. Hasil Observasi Siswa dan Guru pada Tindakan Siklus II

Pada kegiatan observasi ini, ada 2 (dua) hal yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini yaitu observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru atau peneliti pada saat proses belajar mengajar.

(17)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

135 Observasi aktivitas siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan langsung oleh observer dengan cara mengisi lembar observasi. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 7. Hasil observasi aktivitas siswa rata-rata dalam kategori baik dengan perolehan nilai sebesar 72,72. Perolehan nilai ini sudah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan karena aktivitas siswa berada dalam kategori baik.

2. Aktivitas Guru

Lembar observasi aktivitas guru digunakan dengan tujuan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. Hasil observasi aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada lampiran 8 menunjukkan hasil observasi aktivitas guru masuk dalam kategori sangat baik dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 92,50. Hal ini karena guru sudah berupaya memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Guru sudah memberikan motivasi di awal pembelajaran dengan cara yang menarik, sehingga siswa semakin termotivasi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

4) Refleksi Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dan hal ini sudah dibuktikan dengan peningkatan hasil tes yang diberikan pada akhir siklus II, meliputi peningkatan pada aktivitas belajar siswa juga peningkatan aktivitas guru. Kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah diperbaiki, sehingga siswa yang tadinya tidak bisa mengeluarkan pendapatnya atau tidak bisa bertanya, sedikit demi sedikit mereka mempunyai keberanian. Memang pertanyaan yang diajukan serta tanggapan yang diberikan dalam bahasa yang sederhana, tapi hal ini merupakan pencapaian yang besar khususnya bagi peneliti dan bagi pihak sekolah secara umum.

Hal itu bukan semata-mata dalam ranah kognitif atauSebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa tersebut, maka digunakan metode tanya jawab. Dalam pembelajaran, setiap siswa saling bertanya jawab dengan siswa yang lain sesuai dengan panduan soal yang diberikan oleh guru. Siswa

(18)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

136 dibentuk menjadi 4 kelompok, masing-masing beranggotakan 4 – 5 orang. Kemudian masing-masing 2 kelompok bertindak sebagai kelompok tanya dan kelompok jawab. Pada pertemuan berikutnya kedua kelompok tersebut saling bertukar peran, yaitu yang sebelumnya jadi kelompok tanya menjadi kelompok jawab, begitupun sebaliknya.

Kemudian permasalahan yang terjadi pada kelompok jawab, yaitu mereka tidak mencatat pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tanya. Sehingga mereka agak kebingungan untuk menjawabnya. Maka pada siklus II ini sudah ada perbaikan, mereka mencatat setiap pertanyaan yang diajukan oleh temannya, kemudian mendiskusikan jawaban dengan teman kelompoknya. Dan ketua kelompoknya menjawab atau memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan. Kelebihan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus II ini antara lain yaitu keterampilan berbicara siswa menjadi meningkat, kemudian timbulnya keberanian untuk bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami. Atau ketika guru mengajukan pertanyaan, mereka bisa menjawabnya dengan bahasa yang sederhana, namun dapat dipahami. Tugas guru adalah meluruskan dan mengarahkan siswa sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran.

Pembahasan

Dari hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran siklus I menurut catatan pengamat berada dalam kriteria cukup. Hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang dipersyaratkan sehingga guru/peneliti lebih berupaya memotivasi siswa serta memberikan bimbingan yang lebih efektif dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas. Sedangkan dari hasil observasi aktivitas guru siklus I berada dalam kriteria baik. Menurut catatan observer, guru/peneliti sudah memberikan motivasi dan pujian sehingga siswa lebih termotivasi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus I dari total 18 siswa, diperoleh ketuntasan klasikal sebanyak 11 orang atau sebesar 61% dan 7 orang siswa yang tidak tuntas atau sebesar 39%. Persentase daya serap klasikal pada siklus I sebesar 70,37% dalam kategori cukup. Walaupun demikian, ada sebagian siswa yang dapat melakukan komunikasi dengan baik.

(19)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

137 Kemudian, hasil analisis data pada tindakan siklus II dapat dijelaskan bahwa dari hasil observasi aktivitas siswa berada dalam kriteria baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas guru berada dalam kriteria sangat baik dan telah memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan. Hasil yang diperoleh pada siklus II jauh lebih baik daripada hasil yang diperoleh pada siklus I. Hal ini terjadi karena kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat diminimalisir sehingga diperoleh hasil aktivitas belajar yang maksimal pada siklus II. Dari hasil analisis tes hasil belajar pada siklus II, dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 18 orang, diperoleh hasil ketuntasan klasikal sebanyak 15 orang atau sebesar 83% dan 3 orang yang tidak tuntas atau sebesar 17%, dengan persentase daya serap klasikal mencapai 81,48%. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan pada penelitian ini berhasil dan hipotesis penelitian diterima. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dengan metode tanya jawab dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas III SDN Doda Kecamatan Lore Tengah. Melalui metode tanya jawab ini juga membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia, terutama dalam aspek keterampilan berbicara yang melibatkan unsur lisan. Sehingga mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan siswa dalam berkomunikasi dengan teman-teman, guru, atau lingkungan sekitar. Diharapkan dengan menggunakan metode tanya jawab ini, kesulitan siswa dalam proses pembelajaran dapat semakin teratasi dan keterampilan berbahasa siswa dalam berbagai aspek dapat meningkat.

(20)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X

138 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Pendidikan Jasmani SD/MI. Jakarta: Depdiknas

Irawati, Dian. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Tebak Kata pada Siswa Kelas V SDN Birobuli. Skripsi Untad Palu: tidak diterbitkan.

Keraf, Gorys.2004. Argumentasi dan Narasi, Komposisi lanjutan III. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Nurgiantoro. (2003). Metodologi Research. Yogyakarya: Universitas Gajah Mada. Nurgiyantoro. (2001). Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya. Riyanto. (1996). Penilaian Ketuntasan di Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Saddhono Kundharu. Slamet ST.Y. (2012). Meningkatkan Keterampilan

Berbahasa Indonesia, Bandung. CV. Karya Putri Darwati.

Tarigan, Henry Guntur.(2008). Menulis, sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tim Penyusun. (2013). Panduan Tugas Akhir (Skripsi) dan Artikel Penelitian. Palu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.

Gambar

Tabel 1. Hasil Tes Awal Siswa
Tabel 3. Hasil analisis tes siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Plosokerep 2 Sragen dengan penerapan metode Time

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui model pembelajaran Examples Non Examples pada Siswa SD Kelas III

Penelitian ini dilakukan peneliti di SDN Kateguhan 02 Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo yang merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar keterampilan berbicara siklus I, diperoleh gambaran persentase keterampilan belajar siswa sesuai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui penerapan metode Snowball throwing dalam pelajaran bahasa Indonesia di kelas III

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar keterampilan berbicara siklus I, diperoleh gambaran persentase keterampilan belajar siswa sesuai

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan dari: 1) keterampilan berbicara; 2) aktivitas dan motivasi belajar; 3) hasil belajar siswa;

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD metoe pembelajaran Berbasis masalah merupakan salah satu