PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1
BLUNYAHAN BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Emerensiana Simun NIM 12108249067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
Jejak orang benar adalah lurus, sebab Engkau yang merintis jalan lurus baginya
(Yesaya 26: 7)
Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan, jika kita awali dengan bekerja untuk
mencapainya. Bukan hanya menjadi impian
PERSEMBAHAN
1. Bapak Anggalinus Mandur dan ibu Agnes Didut serta keluarga besar yang senantiasa memberikan do’a dan dukungannya.
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1
BLUNYAHAN BANTUL YOGYAKARTA
Oleh
Emerensiana Simun NIM 12108249067
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) kolaboratif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas V SD Negeri1 Blunyahan Bantul Yogyakarta yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Desain penelitian menggunakan model Kemmis and Taggart dengan model spiral. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah statistik deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari rerata.
Hasil penelitian penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 1 Blunyahan. Peningkatan proses terlihat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, mereka terlihat senang pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi dan terlihat lebih aktif.
Peningkatan nilai rerata keterampilan berbicara pada siklus I sebesar 3,21, yang kondisi awal 65,58 meningkat menjadi 68,79, dan pada siklus II meningkat sebesar 18,62 yang kondisi awal 65,58 meningkat menjadi 84,20.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa
petunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat bapak/ibu di
bawah ini.
1. Prof. Dr. H Rochmad Wahab, M.Pd MA, Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis skripsi ini.
2. Dr. Haryanto, M.Pd Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan berbagai
kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.
3. Suparlan, M. Pd.I, Ketua Jurusan PPSD yang telah memberikan semangat dan
4. Ibu Suyatinah, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,
memberi masukan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kepala sekolah SD N 1 Blunyahan bapak H. Sudiyana, S.Pd S.Pd yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian di kelas V SD N 1 Blunyahan.
6. Guru kelas V SDN 1 Blunyahan Bapak Arif Eka Prabawa, S.Pd yang telah
membimbing, mengajarkan, serta membantu pelaksanaan proses penelitian.
7. Siswa kelas V SD N 1 Blunyahan yang telah bersedia sebagai subjek dalam
proses penelitian.
8. Bapak dan Ibu tercinta, yang tidak berhenti-hentinya memberikan dukungan
baik secara materi, moral, dorongan, nasehat serta doa dengan penuh kesabaran
dan ketulusan hati serta kasih sayang.
9. Terimakasih kepada Robertus Kano yang selalu memberikan motivasi dan
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.
10.Teman-teman PPGT berasrama, selaku Teman seperjuangan yang telah
memberikan moivasi, dorongan serta rasa kebersamaan dalam melaksanakan
penyususan skripsi ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C.Batasan Masalah... 6
D.Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
2. Pengertian Berbicara ... 9
3. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 10
4. Tujuan Berbicara ... 11
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara ... 13
C.Metode Diskusi ... 16
1. Pengertian Metode ... 16
2. Pengertian Metode Diskusi ... 17
3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Diskusi ... 19
4. Kelebihan Metode Diskusi ... 20
D.Karakteristik siswa kelas V SD ... 22
E. Pemanfaatan Metode Diskusi Keterampilan Berbicara ... 23
F. Kerangka Pikir ... 24
G.Penelitian Relevan ... 25
H.Hipotesis Tindakan... 26
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 27
B.Subjek Penelitian ... 28
C.Setting Penelitian ... 28
D.Desain Penelitian ... 29
1. Perencanaan ... 30
2. Tindakan / Pelaksanaan ... 31
3. Observasi / Pengamatan ... 32
4. Refleksi... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
1. Tes ... 33
2. Observasi ... 34
3. Dokumentasi... 34
F. Instrumen Penelitian ... 34
G.Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil penelitian ... 43
1. Deskripsi Kondisi Awal ... 43
2. Deskripsikan Pelaksanakan Tindakan Siklus I ... 45
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 45
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 46
c. Observasi ... 50
d. Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I ... 53
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 55
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 55
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 56
c. Observasi ... 59
d. Refleksi Tindakan Siklus II ... 62
B. Pembahasaan ... 64
1. Peningkatan keterampilan berbicara siklus I ... 64
2. Peningkatan keterampilan berbicara siklus II ... 66
C. Keterbatasan Penelitian ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Profil Kelas PraTindakan ... 28
Tabel 2. Kisi- Kisi Keterampilan Berbicara ... 35
Table 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara ... 35
Tabel 4. Lembar Observasi Guru ... 38
Tabe1 5. Lembar Observasi siswa ... 39
Tabel 6. Kriteria Penilaian ... 40
Tabel 7. Nilai Rerata Keterampilan Berbicara Siswa Pada Pratindakan ... 43
Tabel 8. Peningkatan Nilai Rerata Keterampilan Berbicara Pada Siklus I ... 53
Tabel 9. PeningkatanKeterampilan Berbicara Pada Siklus II ... 63
Tabel 10. Kriteria Keberhasilan Keterampilan Berbicara Siklus II ... 63
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Desain Penelitian Kemmis dan Taggart ... 30
Gambar 2. Kegiatan Guru Saat Memberikan Motivasi ... 50
Gambar 3. Guru Dan Siswa Saat Menjelaskan Materi Dalam Kelompok ... 51
Gambar 4. Diagram Peningkatan Keterampilan Berbicara Siklus I ... 54
Gambar 5. Kegiatan Guru Saat Menjelaskan Materi ... 59
Gambar 6. Siswa Berpartisipasi Dalam Kelompok Diskusinya... 62
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP) ... 73
Lampiran 2. Rubrik keterampilan berbicara ... 80
Lampiran 3. Lembar observasi aktivitas guru ... 93
Lampiran 4. Lembar observasi aktivitas siswa ... 95
Lampiran 5. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara ... 96
Lampiran 6. Penilaian Keterampilan Berbicara Pratindakan ... 98
Lampiran 7. Hasil Nilai Keterampilan Berbicara ... 99
Lampiran 8. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara... 100
Lampiran 9. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara... 101
Lampiran 10. Lembar penilaian keterampilan berbicara ... 102
Lampiran 11. Lembar penilaian keterampilan berbicara siswa ... 103
Lampiran 12. Lembar penilaian keterampilan berbicara ... 104
Lampiran 13. Hasil Nilai Tes Berbicara Siswa ... 105
Lampiran 14. Peningkatan Nilai Tes Berbicara Siswa ... 106
Lampiran 15. Dokumentasi siklus I ... 107
Lampiran 16. Dokumentasi siklus II ... 108
Lampiran 17. Lembar kegiatan guru ... 109
Lampiran 18. Lembar kegiatan guru ... 111
Lampiran 20. Lembar kegiatan guru ... 115
Lampiran 21. Lembar kegiatan siswa ... 117
Lampiran 22. Lembar kegiatan siswa ... 118
Lampiran 23. Lembar kegiatan siswa ... 119
Lampiran 24. Lembar kegiatan siswa ... 120
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan atau
informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan, Iskandarwassid
dan Dadang Sunendar,(2015:226) bahasa adalah aspek yang penting dalam
setiap bidang kehidupan manusia termasuk juga dalam bidang pendidikan. Ada
beberapa keterampilan bahasa yang juga diajarkan dalam dunia pendidikan
salah satunya adalah keterampilan berbicara.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi keterampilan
menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan menulis sudah meningkat
yaitu keterampilan menyimak diperoleh nilai 7,6, keterampilan membaca
diperoleh nilai 7,3, keterampilan menulis diperoleh nilai 7,1 sedangkan
keterampilan berbicara masih rendah diperoleh nilai 65,58.
Zulkifi Musaba (2012: 7) Berbicara adalah salah satu wujud
keterampilan berbahasa di samping keterampilan menyimak, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis. Masing- masing keterampilan tersebut
memiliki ciri. Keterampilan menyimak bersifat menerima(reseptif)
sebagaimana keterampilan membaca, sedangkan keterampilan berbicara
bersifat mengemukakan atau mengeluarkan (produktif) sebagaimana menulis.
Sementara itu, Haryadi dan Zamzani (1996/1997: 56) mengungkapkan
berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makluk sosial agar
Stewart dan Kenner Zimmer (Haryadi dan Zamzami,1996/1997: 56) yang
memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu
yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik
aktivitas individu maupun kelompok.
Henry Guntur Tarigan (2013: 3-5) menyatakan berbicara merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang
didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan
berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan
erat dengan perkembangan kosa kata yang di peroleh akan melalui kegiatan
menyimak dan membaca. Keterampilan berbicara merupakan bentuk perilaku
manusia yang memanfaatkan proses-proses berpikir yang mendasari seseorang
agar dapat memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi
bahasa.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan Berbicara
disekolah dasar, siswa dituntut untuk mampu berbiara sebagaimana fungsinya
yaitu alat komunikasi dalam masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut bisa
membuat siswa menguasai dan memiliki keterampilan berbicara yang baik.
Untuk itu, guru harus biasa memahami dan menguasai cara yang tepat yang
bisa meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Salah satunya yaitu dengan
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga
siswa juga merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran yang efektif
siswa untuk bisa lebih aktif khususnya untuk mengungkapkan idea atau
gagasannya.
Berdasarkan hasil observasi di SD N 1 Blunyahan pada tanggal 23
Oktober 2015 diperoleh data bahwa Siswa mengalami kesukaran dalam
mengungkapkan gagasan dan ide karena siswa kurang dilatih untuk berbicara
di dalam kelas dan kurangnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk
memberikan pendapat. Hal ini dikarenakan selama proses pembelajaran yang
paling banyak berbicara adalah guru. Selain itu, guru juga jarang berinteraksi
dengan siswa misalnya dengan melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa.
Dimana melaui kegiatan tanya jawab seperti ini siswa akan di dorong untuk
mengungkapkan idea tau pendapatnya.
Keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Blunyahan masih rendah.
Hal ini dilihat dari nilai yang diperoleh siswa untuk keterampilan berbicara
rata-rata 6 dan nilai ini masih belum tuntas karena belum mencapai KKM. Nilai
KKM yang harus dipenuhi oleh siswa adalah 7,5. Oleh karena masih sangat
perlu untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa agar bisa memenuhi
nilai KKM.
Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya untuk keterampilan berbicara kurang bervariasi dan efektif. Guru
hanya menggunakan metode ceramah saat proses pembelajaran berlangsung
sehingga siswa jadi malas dan tidak bersemangat untuk mengikuti proses
pembelajaran dilihat dari siswa masih banyak yang bermain dengan teman
penjelasan dari gurunya karena pembelajaran kurang menyenangkan.
Penggunaan metode ceramah seperti ini, membuat kesempatan siswa untuk
berbicara sedikit sehingga keterampilan berbicara siswa pun tidak terlatih dan
tidak dapat ditingkatkan.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya yang terkait dengan
keterampilan berbicara guru tidak pernah memanfaatkan media. Media
merupakan salah satu sarana untuk merangsang keterampilan siswa misalnya
melaui gambar dimana siswa diminta untuk menebak gambar yang ditunjukkan
oleh guru. Dengan memanfaatkan media-media seperti ini siswa menjadi lebih
aktif untuk mengungkapkan ide dan pendapatnya sehingga berdampak juga
pada peningkatan keterampilan berbicara siswa.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara guru belum
pernah menggunakan metode diskusi. Dimana menelalui metode dikusi siswa
diajak untuk saling bekerjasama mengungkapkan ide atau pendapatnya untuk
bisa menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. dengan penggunaan metode
diskusi ini siswa akan menjadi lebih percaya diri untuk berbicara untuk
mengungkapkan ide atau pun untuk bertanya. Kegiatan seperti inilah yang
mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dibutuhkan
metode yang tepat. Salah satu metode yang efektif digunakan adalah metode
diskusi. Menurut Suryosubroto (dalam H. Tukiran Taniredjo, 2011: 24)
menyatakan bahwa keuntungan metode diskusi cukup banyak yakni: (1)
dapat menguji tingkat penegtahauan dan penguasaan bahan pelajarnya
masing-masing, (3) dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap
ilmiah; (4) dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam
diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan
(kemampuan) diri sendiri, dan (5) dapat menunjang usaha-usaha
pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
Dari permasalahan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa perlu
diadakan penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul
Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat di identifikasi masalah sebagai berikut.
1. Siswa mengalami kesukaran mengungkapkan gagasan dan ide karena
tidak pernah diberi latihan berbicara di depan kelas.
2. Keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Blunyahan masih rendah
nilai rata-rata 6.
3. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya untuk keterampilan berbicara kurang bervariasi dan kurang
efektif.
4. Guru jarang memanfaatkan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya berbicara
5. Guru kurang bervariasi dalam memanfaatkan metode diskusi dalam
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas peneliti membatasi masalah
peningkatan keterampilan berbicara yang masih rendah dengan menggunakan
metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara
dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1
Blunyahan Bantul Yogyakarta?
2. Bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan
metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah: 1) untuk meningkatkan proses keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul
Yogyakarta, dan 2) untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode diskusi siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi
pembaca, serta dapat digunakan sebagai literature dalam pelaksanaan
penelitian dimasa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Membantu siswa yang sulit dalam keterampilan berbicara.
2) Meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
b. Bagi guru
1) Memberikan tambahan pengetahauan kepada guru tentang
pembelajaran keterampilan berbicara.
2) Memberikan tambahan pengetahauan baru kepada guru tentang
model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran keterampilan berbicara.
c. Bagi kepala sekolah
Memberikan masukan baru kepada kepala sekolah dalam meningkatkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian keterampilan
Menurut Yudhyanto (2005: 7) keterampilan adalah kemampuan anak
dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa,
sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral). Dalam Kamus besar Bahasa
Indonesia (2001:1180) keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan
tugas. Jadi keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai
aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatih
kepada siswa terutama siswa di kelas tinggi agar dimasa yang akan datang siswa
akan terampil berbicara. Menurut Badudu-Zain dalam Nisrina Fatima Zahroh
(2005: 9) menyatakan dari sudut pandang keterampilan berasal dari kata terampil
dalam bahasa jawa yaitu cekatan, pandai menyelesaikan pekerjaan atau tugas.
Jadi keterampilan adalah kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk
melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 99) menyatakan
keterampilan adalah kemampuan untuk menyatakan hasil pertimbangan atau
penilaian atas kondisi suatu objek atau segala perstiwa yang terjadi.
Pertimbangan atau penilaian ini dilakukan atas dasar fakta, konsep, dan
prinsip-prinsip pengetahauan yang diketahaui.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
sosial dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Untuk mencapai suatu
keterampilan seorang anak perlu dilatih agar mempunyai bekal untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Pengertian berbicara
Henry Guntur Tarigan (2013: 16) menyatakan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Batasan ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem
tanda-tanda yang dapat didengar (audioble) yang terlihat (visible). Berbicara pada
hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab didalamnya terjadi
pemindahan pesan dari suatu sumber ketempat lain. Sementara itu, Setiawan
Pujiono (2013: 83) menyatakan berbicara merupakan keterampilan berbahasa
bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan
sebagai proses komunikasi kepada orang lain. Setiawan Pujiono menambahkan
berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang mengikutsertakan
sebagian besar dari anggota tubuh kita. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga
maksud umum, yaitu:
a). memberitahukan dan melaporkan (to inform),
b). menjamu dan menghibur (to entertain), dan
c).membujuk,mengajak, mendesak, dan menyakinkan(to persuade)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara
merupakan proses mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman dengan alat
seseorang bermanfaat untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan kepada
orang lain.
3. Pengertian keterampilan berbicara
Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,(2015: 241) keterampilan
berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada
orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan
persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam
yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara.
Sedangkan Henry Guntur Tarigan (2013: 3) menyatakan bahwa keterampilan
berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada
masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Untuk
mengembangkan keterampilan berbicara dapat memberikan pemenuhan
kebutuhan yang berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
a) aktivitas mengembangkan keterampilan secara umum,
b) aktivitas mengembangakan bicara secara khusus untuk membentuk model
diksi dan ucapan, dan mengurangi penggunaan bahasa nonstandard, dan
c) aktivitas mengatasi masalah yang meminta perhatian khusus.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh
keterampilan menyimak, dan untuk keterampilan berbicara akan berujar
dipelajari.
4. Tujuan Berbicara
Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2005: 3-5) adalah tujuan berbicara untuk:
memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan
seseorang. Selain itu perkembangan bicara anak bertujuan untuk menghasilkan
bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal.
Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal merupakan hal
pokok untuk menghasilkan bicara. Tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianlah
sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Menurut Iskandarwassid (2015: 242-243) tujuan berbicara adalah sebagai
berikut: a) kemudahan berbicara, b) kejelasan, c) bertanggung jawab, d)
membentuk pendengaran yang kritis, dan e) membentuk kebiasaan,
a. Kemudahan berbicara
Siswa harus mendapatkan kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara
sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan
menyenangkan, baik didalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar
b. Kejelasan
Dalam hal ini siswa berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun
diksi kalimat-kalimatnya.
c. Bertanggung jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk
bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan
sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan
pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan
serta momentumnya.
d. Membentuk pendengaran yang kritis
Berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan secara
tepat dan kritis juga menjadi tujuan pembicara secara emplisit dan
mengajukan pertanyaan.
e. Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi
dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Karena dalam
faktor ini penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku
seseorang.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara
adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ketika seseorang
berbicara maka dia dapat bergaul dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Hal
tersebut tidak lepas dari manusia sebagai makluk sosial, yaitu manusia tidak dapat
B.Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran keterampilan Berbicara Dalam berkomunikasi harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan berbicara. Menurut Arman Agung (Siti Manar Mufidah,
2010: 55), ada dua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara yaitu: 1)
faktor internal, dan 2) eksternal.
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan segala potensi yang ada dalam diri
seseorang. Faktor internal meliputi . a) faktor fisik, dan b) faktor non fisik
(psikis).
a. Faktor fisik, merupakan faktor yang menyangkut dengan kesempurnaan
organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara, dalam hal ini
meliputi pita suara, lidah, gigi, dan bibir.
b.Faktor non fisik (psikis), merupakan faktor yang berhubungan dengan
kondisi psikologis seseorang dan tidak berhubungan dengan fisik.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu
yang meliputi tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan.
Hurlock (1978: 176) mengungkapkan bahwa ada dua kriteria yang dapat
digunakan untuk memutuskan apakah siswa berbicara dalam artian yang benar atau hanya “ membeo’’. Pertama, siswa harus mengetahaui arti kata
yang digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang diwakilinya.
Kedua, siswa harus menghafalkan kata-katanya sehingga orang lain
karenasudah sering mendengarnya atau karena telah belajar memahaminya
dan menduga apa yang sedang dikatakan tidak memenuhi kriteria tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas, Sabarti Akhadiah,dkk (1992: 154-160)
menyebutkan bahwa faktor penunjang dalam keterampilan berbicara ialah: a)
aspek kebahasaan, dan b) aspek non kebahasaan.
a. Aspek kebahasaan
1) Ketepatan ucapan (pelafalan bunyi), siswa harus dapat mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa secara tepat dan jelas.
2) Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme.
Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai
akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan
merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara.
3) Penggunaan kata dan kalimat
Penggunaan kata sebaiknya dipilih yang memiliki makna dan sesuai
dengan konteks kalimat. Siswa juga perlu dilatih menggunakan
struktur kalimat yang benar.
b. Aspek non kebahasaan
1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.
Dalam berbicara harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku. Wajar
berati berpenampilan apa adanya, tidak dibuat-buat. Lalu, sikap tenang
adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah,tidak gugup, dan
tidak tergesa-gesa. Selanjutnya, dalam berbicara juga tidak boleh kaku.
Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara agar lawan bicara
memperhatikan topik yang sedang dibicarakan serta lawan bicara merasa
dihargai.
3) Kesedihan menghargai pendapat orang lain.
Dengan menghargai pendapat orang lain berate telah belajar menghormati
pemikiran orang lain.
4) Gerak- gerik dan mimik yang tepat.
Gerak-gerik dan mimik yang tepat berfungsi untuk membantu
memperjelas atau menghidupkan pembicaraan.
5) Kenyaringan suara.
Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah
pendengar, dan akustik (ruang dengar) yang ada, yaitu tidak terlalu nyaring dan
tidak terlalu lemah.
6) Kelancaran.
Kelancaran dalam berbicara akan mempermudah untuk menangkap isi
pembicaraan yang disampaikan.
7) Penalaran dan relevansi.
Yaitu hal yang disampaikan memiliki urutan yang runtut dan memiliki arti
yang logis serta adanya saling keterkaaitan atau hubungan dari hal yang
disampaikan.
Berdasarkan faktor-faktor yang disampaikan di atas, dapat diketahaui bahwa
keterampilan berbicara sangatlah penting untuk diajarkan kepada siswa SD. Sebab
memperhatikan apakah yang ingin disampaikan dapat mengerti arti dan maksudnya
oleh orang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dirancang suatu pembelajaran
yang dapat menstimulasi dan melatih keterampilan berbicara siswa dengan baik,
sehingga siswa dapat berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa yang
mudah dipahami orang lain dan keterampilan berbicaranya akan meningkat.
C.Metode Diskusi 1. Pengertian metode
Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, (2015: 56) menyatakan
bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan ( KBBI,
1995). Metode ini lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya
untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.
Menurut Suryosubroto (2002: 149) menyatakan metode adalah cara, yang
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat
metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Moeslichatoen (2004: 7) menyatakan metode merupakan bagian
dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah
dipilih dan ditetapkan. Jadi metode adalah cara, yang dalam bekerjanya
merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat simpulkan bahwa metode adalah:
cara melakukan sesuatu. Secara khusus, metode merupakan sebagai cara atau
itu, metode juga merupakan cara atau jalinan yang mudah untuk mencapai
tujuan.
2. Pengertian Metode Diskusi
Menurut Hamdani (2011: 279) menyatakan bahwa suatu cara penguasaan
bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan informasi berdasarkan
pengetahauan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu
masalah, memperjelas suatu bahan serta pelajaran dan mencapai kesepakatan.
Menurut Abdul Azis Wahab,(2012:100) Diskusi adalah suatu tugas yang
benar-benar memerlukan keahlian. Oleh sebab itu apa yang disebut dengan
metode diskusi belum diterapkan dengan baik dan dengan persiapan yang
sungguh-sungguh baik dari pihak guru, sekolah maupun siswa. Karena diskusi
yang sebenarnya adalah salah satu diantara teknik mengajar yang paling
mujarab dan sekaligus paling sulit. Oleh karena itu, maka dilihat dari
sejarahnya diskusi sebagai salah satu cara mengajar lahirnya gagasan dari
pikiran siswa. Dengan demikian pada jaman modern diskusi telah dianggap
sebagai salah satu ciri penting sebuah kelas yang demokratis, yang
didefenisikan sebagai suatu kegiatan dimana orang-orang berbicara bersama
untuk berbagi dan saling tukar informasi tentang sebuah topik atau masalah
atau mencari pemecahan terhadap suatu masalah berdasarkan bukti-bukti yang
ada.
Dijelaskan Nio, 1981 (Haryadi dan Zamzami 1997: 69) menyatakan
berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu
melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah.
Menurut Conny Semiawan,dkk (1992: 76) menyatakan bahwa metode
diskusi adalah suatu cara penyampain pelajaran melalui sarana pertukaran
pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Menurut Suwarna Pringgawidagda(2002: 83) menyatakan bahwa teknik
diskusi adalah cara penyajian materi pembelajaran dengan jalan guru
mengajukan suatu masalah dan pembelajar mencari pemecahan secara
bersama. Adapun kelebihan teknik diskusi yaitu:
a. merangsang kreativitas pembelajar dalam membentuk ide dan gagasan
dalam memecahkan masalah,
b. membiasakan pembelajar untuk bertukar pikiran dengan teman,
c. cakrawala berpikir pembelajar menjadi lebih luas, dan
d. perhatian pembelajar lebih tercurah pada pembelajaran.
Metode diskusi Suryosubroto (2002: 179) menyatakan bahwa adalah
metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk
mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau penyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu
masalah.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
merupakan penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan
pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi guna untuk memperoleh
pengetahauan dan pengalaman yang dapat memperjelas suatu bahan pelajaran
dan mencapai kesepakatan, melalui diskusi dimana siswa akan terlibat
langsung dalam proses belajar baik sebagai partisipan maupun sebagai ketua
kelompok. Dimana setiap kelompok siswa dimungkinkan untuk berpartisipasi
khususnya dalam kelompok kecil guna mengembangkan proses intelektualnya,
serta menumbuhkan sikap toleran dengan menyadari adanya
perbedaan-perbedaan pandangan yang menyangkut dalam pemecahan diskusi tersebut.
3. Langkah-langkah penggunaaan metode diskusi diskusi
Menurut Suryosubroto (2002: 181) menyatakan penggunaan metode
diskusi adalah sebagai berikut: a) guru menemukan masalah, b) guru
membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok diskusi, c) siswa berdiskusi
didalam kelompoknya masing-masing, d) setiap kelompok melaporkan hasil
diskusinya, dan e) siswa mengumpulkan hasil diskusinya.
a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
b. dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan( ketua, sekertaris) (pencatat), pelapor ( kalau perlu), mengatur tempat duduk,ruangan, saranan, dan sebagainya.
c. para siswa berdiskusi didalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain ( kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar.
d. kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu di anggapi oleh semua siswa ( terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-lapoaran tersebut. e. akhirnya para siswa mencatat hasil (hasil-hasil) diskusi, dan guru
Menurut Hasibuan dan Moedji (1995: 23-24)menyatakan langkah-langkah
peggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut.
a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan sepenuhnya mengenai cara-cara pemecahannya.
b. Dengan pimpinan guru,para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,
memilih pimpinan diskusi(ketua, sekertaris, pelapor), mengatur tempat duduk,
ruangan sarana, dsb.
c. Para siswa diskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru
berkeliling kelompok yang satu dgn kelompok yg lain serta memberikan
dorongan dan bantuan agar disksui berjalan lancar.
d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut di
tanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil
diskusi dari setiap kelompok.
4. Kelebihan metode diskusi
Menurut Khoirul Anam (2015: 145) beberapa kelebihan metode diskusi
adalah sebagai berikut.
a. Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan- prakarsa, dan
terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
c. Memperluas wawasan
d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan
Sementara itu, menurut Hamdani(2011: 279-280) menjelaskan kelebihan
metode diskusi adalah sebagai berikut.
a. Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecah dengan berbagai jalan,
menyadarkan siswa bahwa dengan diskusi, mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif shingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik,
b. Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
Menurut Conny Semiawan dkk: (1992: 76) menyebutkan kelebihan diskusi
adalah sebagai berikut.
a. Mempertinggi peran serta secara perorangan,
b. Mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan
c. Memumpuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2005:237) menyebutkan
kelebihan metode diskusi yaitu.
a. Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan
bukan satu jalan (satu jawaban saja).
b. Menyadarkan siswa bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapatnya sendiri dan
membiasakan bersikap toleran.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat simpulkan bahwa kelebihan metode
diskusi adalah untuk belajar menjadi lebih kritis, resposif, dan argumentatif. Selain
ini diskusi diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
D.Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Karakteristik siswa kelas V SD karakteristik siswanya lebih difokuskan
pada kegiatan belajarnya. Karena siswa SD akan memulai dengan mandiri dan
akan lebih senang dengan memecahkan masalah, pada prosesnya pembelajaran
siswa akan lebih senang dengan kehidupan sehari-harinya karena siswa sudah
mempunyai minat dan kemauan untuk kehidupan setiap harinya. Dengan
demikian, siswa kelas V SD masih membutuhkan bimbingan dari gurunya. oleh
karena itu, guru mempunyai peranan penting dalam membimbing siswanya
terutama siswa SD kelas V agar dalam proses pembelajaran siswa akan lebih
mudah dan lebih memahami saat proses pembelajaran berlangsung.
Menurut piaget, (Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 34-35) tahap-tahap
perkembangan kognitif yaitu:
a). tahap sensori motor, 2) tahap pra-operasional, 3) tahap operasional konkret,
dan 4) tahap operasional formal.
1. Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), pada tahap ini belum memasuki usia
sekolah.
2. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan skema
kongnitifnya masih terbatas.
3. Tahap operasional konkret (usia7-11 tahun), pada tahap ini peserta didik
dan jumlah, mempunyai kemampuan memahami cara mengo binasikan
beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya.
4. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini peserta didik
sudah menginjak usia remaja, perkembangan kongnitif peserta didik
pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengorrdinasikan dua ragam
kemampuan kongnitif baik secara simulatan( serentak) maupun
berurutan.
Menurut Eka Izzaty, dkk (2008: 116-117) cirri khas siswa kelas tinggi di
sekolah Dasar adalah sebagai berikut.
a). Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
b). Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
c). Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
d). Siswa memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya disekolah
e). Siswa suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain
peran bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
E.Pemanfataan Metode Diskusi dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Menurut Tukiran Taniredja dan Mifatha Fardli (2013: 33) manfaat metode
diskusi adalah sebagai berikut: 1) Guru diberikan bila siswa telah memiliki
konsep atau pengalaman terhadap bahan yang akan didiskusikan, oleh karena itu
sebelum diskusi guru hendaknya telah memberikan penjelasan tentang bahan
pengalaman maka siswa akan mengalami kemacetan dalam berbicara. Dengan
metode diskusi siswa akan terampil dalam berbicara. 2) Memperdalam
pengetahauan yang telah dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru perlu
menggunakan metode diskusi untuk memperkuat pengetahauan yang dimiliki
oleh siswa. Agar siswa tetap terampil berbicara. Dengan pemanfaatan metode
diskusi dalam keterampilan berbicara, siswa akan memiliki berbicara yang
lancar dan susunan kata-kata yang jelas. 3) Melatih siswa mengidentifikasi dan
memecahkan maslah. Serta mengambil keputusan. Agar siswa bisa memikir dan
menyusun kata yang baik, maka siswa juga memiliki berbicara yang lancar dan
pemikiran yang efektif dalam mengambil suatu keputusan.
F. Kerangka Pikir
Keterampilan berbicara adalah suatu keterampilan atau kemahiran untuk
menyampaikan informasi atau pesan, yang ditujukan kepada seseorang secara
lisan agar informasi yang di sampaikan dapat di pahami oleh penerima
informasi. Keterampilan berbicara mempunyai hubungan yang saling
mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan seorang
anak untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain. Keterampilan
berbicara sangat penting dikembangkan pada anak usia sekolah dasar. Banyak
faktor yang mempengaruhi pembelajaran keterampilan berbicara disekolah
dasar. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran keterampilan
berbicara adalah metode yang digunakan oleh guru. Guru harus pandai memilih
satu metode yang dapat digunakan dalam keterampilan berbicara adalah metode
diskusi. Metode diskusi adalah penguasaan bahan pelajaran melalui wahana
tukar pendapat dan untuk cara penyampaian pelajaran melalui sarana pertukaran
pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi guna untuk memperoleh
pengetahauan pengalaman yang dapat memperjelas suatu bahan pelajaran dan
pencapai kesepakatan.
Melalui metode diskusi siswa dapat belajar nyaman dan lebih leluasa
dalam menyampaikan ide dan gagasan. Penggunaan metode diskusi dalam
pembelajaran keterampilan berbicara ialah agar siswa bisa mengutarakan
pendapat, gagasaan dan idenya. Disamping itu. Siswa dilatih untuk lebih berani
dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan guru bisa tahu sejauh mana
pemahaman siswa melalui pendapat-pendapat yang diutarakan oleh siswa.
Dalam metode diskusi siswa akan belajar secara berkelompok sehingga dapat
berinteraksi dengan orang lain. Jika metode diskusi dapat dilaksanakan dengan
baik oleh guru dan siswa, maka pembelajaran tidak akan membosankan sehingga
kepercayaan diri siswa akan lebih meningkat.
G. Penelitian Relevan
1. Peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode sosiodrama siswa
kelas VB SD Negeri Keputaran 1 Yogyakarta. (2013) oleh Hesti Ratna Sari.
Penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara
pada siswa kelas VB. Peningkatan keterampilan berbicara pada siklus 1
peningkatan keterampilan berbicara pada siklus II meningkat sebesar 16,17,
yang kondisi awal 60,35 meningkat menjadi 76,52.
2. Peningkatan keterampilan berbicara melalui model active learning teknik
card sort siswa kelas 2 SDN Permitan 2, Bondowoso, Mertoyudan, Magelang.
(2014) oleh RisQa Erdhika. Melalui model active learning teknik card sort
dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas 2 SDN Permitan 2,
Bondowoso, Mertoyudan, Magelang, peningkatan keterampilan berbicara
pada siklus 1 sebesar 7,86 yang kondisi 65,5 meningkat menjadi 73,36, dan
peningkatan keterampilan berbicara pada siklus 2 meningkat sebesar 15,81
yang kondisi awal 65,5 meningkat menjadi 81,31.
H.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir keterampilan berbicara
dapat di ditingkatkan dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V
SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Suyanto
(dalam H. Sudjati,2000: 2) mendefinisikan PTK sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran
dikelas secara profesional. Adapun yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas (H.Sujati, 2000: 5) adalah sebagai berikut.
1. Perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran.
2. Mengembangkankemampuan-kemampuan guru dalam menghadapi permasalahan-permasalahan aktual pelajaran dikelasnya.
3. Alat untuk memperkenalkan pendekatan atau inovasi baru dalam dunia pembelajaran.
4. Menumbuhkan budaya meneliti dikalangan para guru.
Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas,yaitu adanya
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki pembelajaran. fokus penelitian
tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dirangcang oleh
peneliti kemudian dicobakan, dievaluasi bagaimana tindakan alternatif
tersebut dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang
dihadapi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas kolaboratif
yaitu orang yang akan melakukan tindakan juga harus terlibat dalam proses
penelitian awal (Suwarsih Madya, 1994: 27). Jenis penelitian tindakan kelas
ini akan menciptakan kolaborasi antara peneliti dan guru kelas. Guru dan
peneliti bekerja sama untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti
guru dengan peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian dari mulai
menemukan masalah, perencanaan, memantau, mencatat, mengumpulkan data,
lalu menganalisa dan akhirnya selesai berupa laporan.
B. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Blunyahan
kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul yang berjumlah 24 siswa dengan
[image:45.595.145.515.305.390.2]perincian 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Tabel 1.Profil Kelas Pratindakan
Kelas Jumlah siswa Nilai Rata-Rata keterampilan
berbicara Laki-laki Perempuan
V SD Negeri 1 Blunyahan
10 14 60
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Blunyahan. SD
tersebut beralamat dikecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. SD Negeri 1
Blunyahan terletak cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta. Untuk menuju
kesana dari kota kecamatan Sewon hanya beberapa menit saja. Sekolah ini
berada diantara persawahan dan di sekitarnya juga tidak banyak berdiri
rumah-rumah pemukiman warga. Karena di kecamatan Sewon ini hanya terdapat
persawahan. Bangunan sekolah ini bisa dikatakan cukup baik untuk ukuran
sekolah yang berada di kecamatan. Halaman sekolah ini tidak terlalu luas
namun sudah cukup memadai untuk digunkan sebagai tempat bermain
sekitar sekolah ini banyak ditumbuhi pohon-pohon yang rindang dan
dikelilingi persawahan sehingga suasana terasa nyaman dan mendukung untuk
proses pembelajaran.
Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting didalam kelas,
yaitu pada saat kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung di SD
Negeri 1 Blunyahan. Kelas V SD Negeri Blunyahan dipilih sebagai tempat
penelitian karena berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan awal
proses pembelajaran awal dalam proses pembelajaran membaca dan
wawancara dengan Bapak Eka selaku guru guru mata pelajaran bahasa
Indonesia, bahwa hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas V
memiliki rata-rata 60. Sehingga perlu dilakukan penelitian tindakan kelas yang
bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam peningkatan
keterampilan berbicara menggunakan metode diskusi.
D. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah model penelitian yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Madya, 1994: 25), seperti yag
Gambar 1. Desain Penelitian Kemmis dan Taggart
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap silkus terdiri dari empat
tahapan sebagai berikut.
1. Perencanaan
2. Tindakan / Pelakasanaan
3. Observasi / Pengamatan
4. Refleksi.
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti
mengajukan izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian di
SD Negeri 1 Blunyahan. Kemudian bersama guru kelas yang bersangkutan
peneliti melakukan identifikasi masalah. Setelah peneliti dan guru
mempunyai persamaan persepsi terhadap permasalahan siswa dalam
pembelajaran keterampilan berbicara, peneliti bersama guru merangcang Keterangan:
Siklus 1:
Perencanaan 1 Tindakan 1 Pengamatan 1 Refleksi 1 Siklus 2
pelaksanaan pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran
keterampilan berbicara.
Dengan melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada dikelas,
peneliti bersama guru memutuskan untuk menggunakan metode diskusi
yang diyakini mampu meningkatkan keterampilan berbicara. Tahap-tahap
yang dilaakukan adalah sebagai berikut.
a. Menemukan masalah penelitian yang ada dilapangan. Dalam tahap ini
peneliti bersama guru kelas berdiskusi melalui observasi di dalam
kelas.
b. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan
kelas. Penelitian dilakukan setiap hari senin, kamis, dan jumat sesuai
jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri Blunyahan.
c. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran yaitu menyusun RPP
dalam pembelajaran keterampilan berbicara di kelas V pada siklus 1.
Namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan dalam pelaksanaannya.
2. Tindakan / pelaksanaan
Merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu
melakukan tindakan pembelajaran di kelas. Selama proses pembelajaran
berlangsung, guru mengajar dengan RPP yang telaah dibuat oleh peneliti
3. Observasi / pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh pengamat atau observer.
Pengamatan ini tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan,
pengamatan dilakukan pada waktu tindakan berlangsung. Pada tahap ini peneliti
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
Pengamatan ini mengungkapkan berbagai hal menarik dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode
diskusi. Data yang dikumpulkan adalah data tentang proses perubahan kinerja
pembelajaran akibat implementasi tindakan (keberhasilan proses) dan hasil
kegiatan pembelajaran setelah pelaksaan (kebehasilan produk).
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang
diperoleh dari pengamatan. Data atau hasil perubahan setelah adanya tindakan
dianalisis kemudian dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan yang
dianggap perlu untuk dilakukan pada tindakan selanjutnya. Apabila pada
tindakan pertama hasil dari pembelajaran masih belum sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, maka dapat dilakukan perubahan rencana tindakan pada siklus
berikutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi sebelumnya. Dalam upaya
memperbaiki tindakan pada siklus yang berikutnya perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap catatan-catatan hasil observasi, baik proses maupun
produk.
Keempat komponen di atas merupakan satu siklus. Sehingga dapat
dari: 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan/tindakan (action), 3)
observasi/pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Silkus kedua akan
dilakukan dengan tahap yang sama apabila pada siklus pertama belum mencapai
indikator keberhasil atau tujuan.
Keputusan untuk menghentikan atau melanjutkan siklus merupakan
keputusan bersama antara peneliti dan guru kelas V sepakat bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia pada pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan
sudah sesuai dengan rencana dan telah mampu meningkatkan keterampilan
berbicara siswa.
E.Teknik pengumpulan Data 1. Tes
Suharsimi Arikunto (2006: 150) berpendapat tes adalah seretan pernyataan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahauan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara
siswa, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan. Tes yang digunakan
menggunakan dua cara yaitu ingatan dan pemahaman. Ketepatan dalam
memahami bacaan yang terdiri dari kemampuan memahami makna kata dalam
kalimat, kemampuan memahami paragraf, kemampuan menangkap ide,
kemampuan menentukan garis besar dan kemampuan dan kemampuan
2. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung,
aspek-aspek yang diobservasi adalah perilaku siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. seperti keaktifan siswa, perhatian siswa dalam merespon tugas,
dan menyimpulkan materi setelah proses pembelajaran.
3. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya yang
bersifat tertulis. Artinya dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan cara meneliti sumber tertulis yang sudah tersedia. Dokumentasi dalam
penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa foto-foto
saat proses pembelajaran berlangsung.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
non-test hal tersebut dikarenakan variabel terikat yang berupa keterampilan
berbicara tidak dapat diuji secara tertulis. Adapun penjelasan mengenai
instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tes Berbicara
Menurut Ahmad Rofi Udin dan Darmiyati Zuhdi(1999: 239) Tes berbicara
dilakukan secara praktik, dapat berupa presentasi hasil diskusi, bercerita,
berdialog dalam permainan drama, dan mengungkapkan pendapat dalam tanya
serta diberikan pada akhir setelah treatment selesai diberikan. Tujuan
diadakannya tes adalah untuk mengetahaui peningkatan yang terjadi pada
keterampilan berbicara siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment oleh
peneliti. Berikut adalah kisi-kisi tes keterampilan berbicara dan rubrik penilaian
[image:52.595.140.493.247.383.2](Ahmad Rofi udin dan Darmiyati Zuhdi, 1999 : 244).
Tabel 2. Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara
No. Aspek Yang Dinilai Indikator Skor
Maksimal
1. Kebahasaan Tekanan 16
Ucapan 12
Kosakata 16
Struktur kalimat 24
2. Non- Kebahasaan Keberanian 16
Kelancaran 16
Jumlah 100
Adapun rubrik yang menjadi dasar atau acuan dalam pemberian skor
dalam keterampilan berbicara siswa seperti di bawah ini.
Tabel 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No Aspek
Penilaian
Indikator Skor Kriteria
1 Tekanan Jika penempatan nada, tekanan, dan jeda sudah tidak tepat
13-16 Sangat baik tekanan tepat, namun tekanan, tetapi
jeda kurang tepat
9-12 Baik
Jika penempatan nada tepat, naamun tekanan, jeda belum tepat
5-8 Kurang
Jika penempatan nada,tekanan, dan jeda belum tepat
1-4 Kurang Baik 2 Ucapan Jika pembicaraan mudah
dipahami,vokal jelas, dan tidak ada pengaruh bahasa daerah atau bahasa yang tidak baku.
[image:52.595.142.526.487.722.2]No
Aspek penilaian
Indikator Skor Kriteria
Jika pembicaraan mudah dipahami, tetapi vokal kurang jelas, dan kadang terpengaruh bahasa yang tidak baku
7-9 Baik
Jika pembicaraan sulit dipahami, vokal kurang jelas, dan terpengaruh bahasa yang tidak baku
4-6 Kurang
Jika pembicaraan tidak dapat dipahami, vokal tidak jelas, suara tidak terdengar, dan terpengaruh bahasa yang tidak baku
1-3 Kurang baik
3 Kosakata Jika kosakata banyak, penggunaan dan pengucapan sudah benar
13-16 Sangat baik Jika kosakata terbatas, tetapi
penggunaan dan pengucapan sudah benar
9-12 Baik
Jika kosakata terbatas, kurang tepat penggunaannya, tetapi sudah benar mengucapkannya
5-8 Kurang
Jika kosakata terbatas, kurang tepat penggunaannya,dan sering salah mengucapkannya.
1-4 Kurang baik
4 Struktur kalimat
Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, dapat menempatkan subyek,predikat, obyek secara tepat, dan sudah ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lain.
19-24 Sangat baik
Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, dapat menempatkan subyek,predikat, obyek secara tepat, namun belum ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lain.
13-18 Baik
Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, namun masih belum bisa menempatkan subyek, predikat, obyek secara tepat, dan belum ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lain
7-12 Kurang
Kalimat yang diucapkan belum sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, masih belum bisa menempatkan subyek, predikat, obyek secara tepat, serta belum ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lain.
5 Keberanian Jika siswa mampu presentasi di depan kelas dengan berani, tanpa gugup, disertai gerak-gerik untuk mendukung pembicaraan, serta tatapan mata yang mengarah pada pendengar
13-16 Sangat Baik
Jika siswa mampu presentasi di depan kelas tanpa gugup, namun belum ada gerak tubuh dan belum berani menatap teman
9-12 Baik
Jika siswa sudah berani maju ke depan kelas untuk presentasi, walau ada rasa takut dan gugup
5-8 Kurang
Jika siswa belum berani berbicara di depan kelas, hanya mampu berbicara di tempat duduk
1-4 Kurang baik
6 Kelancaran Kalimat lancar dan tidak terputus-putus 13-16 Sangat Baik Kalimat lancar tetapi kurang stabil 9-12 Baik Lambat, kalimat lancar tetapi ada bunyi
/e/, /anu/, em/, dan lain-lain
5-8 Kurang baik Lambat, kalimat putus-putus, jeda
panjang, dan kalimat pendek-pendek
1-4 Kurang baik
2. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan lembar yang berisi daftar aspek-aspek pokok
mengenai pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi aktivitas
siswa, dan guru. Selain itu, lembar observasi ini juga digunakan untuk mengukur
apakah pembelajaran yang dilakukan telah selesai dengan tahapan-tahapan pada
pembelajaran yang menggunakan metode diskusi. Berikut adalah contoh lembar
Tabel 4. Lembar Observasi Guru Dalam Proses Penerapan Metode Diskusi
No Indikator Aspek yang diamati Keterangan
1 Guru
mengemukakan masalah
Menemukan masalah yang akan didiskusikan
4 3 2 1
Memberikan pengarahan seperlunya 2 Guru
membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok diskusi
Memilih pimpinan ketua,sekertaris, pencatat.
Mengatur tempat duduk, ruangan, saranan.
3 Siswa berdiskusi didalam kelompoknya masing-masing
Guru berkeliling dari kelompok satu dengan kelompok lain
Memberikan ketertiban serta dorongan dan bantuan sepenuhnya
4 Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya
Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut
5 Siswa
mengumpulkan hasil
diskusinya
Guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap- kelompok
Skor mentah Total Persentase
Tabel 5. Lembar Observasi Siswa dalam Proses Penerapan Keterampilan Berbicara
No Aspek yang diamati Keterangan
4 3 2 1
1 Siswa membahas masalah yang akan didiskusikan 2 Siswa berpartisipasi dalam
kelompoknya
3 Siswa aktif dalam
mengajukan pendapat kepada guru
4. Aspek yang diamati Keterangan
hal yang belum dimengerti
pada pembelajaran
keterampilan berbicara yang
menggunakan metode
diskusi
4 3 2 1
5 Siswa senang saat diberi tugas memerankan tokoh drama dan
6 Siswa aktif saat
mengerjakan tugas dalam kelompok diskusinya yang diberikan oleh gurunya
7 Setiap kelompok
melaporkan hasil diskusinya 8 Masing-masing siswa dalam tiap kelompoknya wajib
membacakan hasil
diskusinya
9 tiap kelompok akan
mengoreksi hasil diskusi kelompok lain
10 Siswa mengumpulkan hasil diskusinya.
Skor Mentah Total Persentase
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang diterapkan yaitu secara kuantitatif menggunakan
statisti deskriptif dengan mencari rerata. Teknik mencari rerata digunakan dalam
menganalisis hasil penelitian keterampilan berbicara siswa dalam satu kelas.
Selain teknik rerata digunakan pula teknik persentase yang bertujuan untuk
mengetahaui seberapa besar persentase siswa yang telah memenuhi KKM.
Berikut adalah rumus mencari rerata menurut Sudjana (2010: 109) dan teknik
persentase yang digunakan.
X= � = ∑ � �
Keterangan
X = rata-rata kelas ∑X = jumlah nilai siswa
N = banyaknya siswa
[image:57.595.203.421.482.582.2]Kriteria hasil penilaian siswa
Tabel 6. Kriteria Penilaian
Skor Kriteria
81- 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 -40 Kurang
0 -20 Sangat kurang
H.Kriteria keberhasilan Penelitian
Untuk mengetahaui tingkat keberhasilan suatu penelitian, perlu adanya
kriteria atau acuan dalam pengukuran. Pada penelitian ini digunakan dua kriteria
berbicara dan kriteria dan kriteria keberhasilan keterampilan berbicara. Kriteria
keberhasilan proses pembelajaran keterampilan berbicara ditentukan
berdasarkan persentase observasi aktivitas siswa yang mencapi 81%- 100% atau
masuk dalam kriteria “sangat baik”. Ketercapaian tersebut ditunjukan dengan kondisi siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
dan menyatakan pendapat, siswa lebih partisipatif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, siswa bebas mengeskspresikan diri, siswa lebih kreatif dalam
belajar, serta siswa menjadi lebih berani dan percaya diri tampil di depan kelas.
Kriteria keberhasil keterampilan berbicara siswa dilakukan dengan
membandingkan hasil tes sebelum tindakan dengan dan sesudah tindakan yang
bertujuan. Penelitian ini dipandang berhasil jika nilai rata-rata kelas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
A.Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada siswa kelas V SD Negeri 1 Blunyahan Bantul
Yogyakarta dalam pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode
diskusi dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Deskripsi kondisi awal
Penelitian diawali dengan pengamatan peneliti di kelas V SD Negeri 1
Blunyahan Bantul Yogyakarta terhadap proses pembelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya keterampilan berbicara siswa. dalam penelitian ini
peneliti bekerja sama dengan guru kelas V SD Negeri 1 Blunyahan Bantul
Yogyakarta untuk mengetahaui kondisi awal keterampilan berbicara siswa
sebelum melakukan tindakan penelitian.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia langkah-langkah yang
dilakukan guru adalah dengan memberikan tugas kepada siswa untuk
menulis kembali teks cerita tentang peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar. Kemudian siswa diminta untuk membaca sendiri. Setelah itu, satu
per satu dari siswa maju ke depan untuk membaca hasil tulisan terkait
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar secara lisan tanpa membawa teks
telah di buat siswa sebelumnya. Berdasarkan pengamatan tersebut,
ditemukan permasalahan dalam pembeajaran Bahasa Indonesia khususnya
keterampilan berbicara. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
malu dan takut untuk mengutarakan pendapatnya dan kurang percaya diri
karena belum terbiasa untuk berbicara didepan kelas atau didepan umum.
Siswa takut salah maka pembelajaran keterampilan berbicara siswa pun
masih rendah. Pada saat teman maju di depan kelas siswa yang sibuk bermain
dengan teman sebangkunya. Siswa tidak memperhatikan apa yang
disampaikan temannya yang sedang maju. Siswa merasa tidak penting
pembelajaran keterampilan berbicara karena kurang menarik minat siswa.
Guru kurang memaksimalk