• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IV. PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

1. Sejarah berdirinya Kebun Benih Hortikultura Tejomantri

Berdirinya Kebun Benih Hortikultura Tejomantri berasal dari tanah kas Desa Wonorejo. Pada awalnya Kebun Benih Hortikultura Tejomantri tidak terpelihara dengan baik sehingga tanah tersebut menjadi kritis dan tandus. Hal ini mengakibatkan tanaman yang berada di kebun tersebut tidak dapat tumbuh dengan subur dan tidak menguntungkan. Oleh Dinas Pertanian Rakyat, tanah tersebut dipinjam dari tahun 1953 sampai dengan tahun 1958 untuk diupayakan rehabilitasi sehingga tidak ada sewa menyewa. Pada tahun 1958, tanah tersebut dikembalikan ke Desa Wonorejo, namun karena pengurus Desa Wonorejo tidak mampu memelihara dan mengelolanya dengan baik maka tanah tersebut dijual kepada Kebun Dinas Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta dengan status Kebun Benih beserta isinya (tanaman yang ada di kebun). Awal tahun 1971, statusnya berubah menjadi Kebun Benih Hortikultura. Nama Tejomantri diambil dari nama pimpinan/Mantri Tani yang pada saat itu dipimpin oleh bapak sunarto. Nama sumarto sama dengan nama dalam tokoh pewayangan Togog atau Tejomantri. Tokoh wayang Togog mempunyai karakter fisik yang jelek seperti kondisi kebun benih pada saat itu. Karena ketekunan dan keuletan Bapak Sunarto sebagai pamong yang dibantu oleh staf kebun maka sedikit demi sedikit kondisi kebun dibenahi dan dibangun sehingga menjadi lebih baik.

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri dari tahun 1958 sampai dengan tahun 1985 dikelola oleh dinas Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta. Mulai tahun 1986 Kebun Benih Hortikultura Tejomantri diserahkan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukoharjo. Dan mulai 4 April 1986 pengelola Kebun Benih Hortikultura Tejomantri dipindahkan kepada UPTD Jawa Tengah yang sekarang menjadi Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Surakarta.

(2)

commit to user

Di Tegalgondo Sejak tahun 2000 digantikan oleh Bapak Suwarno sampai dengan tanggal 21 Juli 2004. Pimpinan kebun kemudian diganti oleh Bapak Sudarjo terhitung sejak tanggal 21 Juli sampai sekarang. Sejak Kebun Benih Hortikultura Tejomantri dipimpin oleh Bapak Sudarjo, sarana dan prasarana menjadi bertambah dengan adanya tanaman hias dan tanaman padi. Perbaikan gedung juga dilakukan dan pembuatan sumur. Pembuatan sumur dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air sehingga perawatan tanaman kebun yang ada di dalamnya dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Fungsi KBH Tejomantri sendiri sebagai pelaksana teknis pembibitan tanaman adalah sebagai berikut :

1. Sebagai penghasil PAD (pendapatan asli daerah) Sukohajo. 2. Sebagai penyedia lapangan pekejaan sekitar Desa Wonorejo. 3. Sebagai penyedia lahan demonstrasi pertanian kepada petani. 4. Sebagai penyedia sekaligus produsen bibit bermutu.

5. Sebagai sarana pelestarian tanaman. 6. Sebagai sarana pendidikan.

2. Lokasi dan Kondisi Agroklimat

a. Kondisi Geografis

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. Daerah Kebun Benih Hortikultura Tejomantri termasuk daerah datar dengan batas-batas daerah sebagai berikut :

1) Sebelah timur : Dukuh Kersan, Desa Jatisobo

2) Sebelah selatan : Tanah persawahan Desa Wonorejo

3) Sebelah barat : Tanah persawahan Desa Wonorejo

4) Sebelah utara : Dukuh Winong, Desa Kragilan, Kecamatan

(3)

commit to user b. Kondisi Topografi

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri mempunyai keadaan tanah yang mendatar sedikit bergelombang dan berwarna coklat dengan struktur tanah yang subur dan gembur. Daerah Kebun Benih Hortikultura Tejomantri terletak dintara dataran rendah dengan sifat tanah sebagai berikut :

1) Jenis tanah : Regosol

2) Struktur tanah: Lempung berpasir 3) Tekstur tanah : Coklat

4) Reaksi tanah : Agak Asam 5) pH : 6-7

6) Aerasi : Sedang

7) Kesuburan : Sedang

c. Keadaan Tanah

Jenis tanah yang ada di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri termasuk jenis tanah regusol dengan pH sekitar 6.5-7.5 dan mempunyai struktur tanah lepas-lepas. Tanah regusol mempunyai struktur pasir

seperti tanah di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri,

perkapabilitasnya cepat dan porositasnya besar jika dibandingkan dengan jenis tanah yang lainnya. Tanah regusol berwarna kelau coklat atau coklat kuning samapi keputih-putihan. Strukturnya berlapis atau butir tunggal sedangkan teksturnya pasir sampai lampung berdebu, kepadatan lepas dan keras.

d. Kondisi Iklim

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perairan Kecamatan Polokarto selama 10 tahun terakhir maka tipe iklim di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri temasuk tipe iklim C atau agak basah.

(4)

commit to user e. Luas Areal

Luas Kebun Benih Hortikultura Tejomantri seluruhnya adalah 14,756 m2 dengan rincian sebagai berikut :

· Luas lahan untuk pembibitan mangga ± 6,500 m2

· Luas lahan untuk tanaman induk ± 6,791 m2

· Luas lahan untuk bangunan ± 1,265 m2

3. Organisasi Kepegawaian

Kebun Benih Hortikultura Tejomantri dikelola oleh Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Surakarta dan Tegalgondo sejak tahun 1996. Adapun struktur organisasi kepegawaian dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini :

Gambar 1. Skema Struktur Organisasi KBH PIMPINAN KBH TEJOMANTRI SEKSI PEG. TEKNOLOGI SEKSI PEMASARAN SEKSI PRODUKSI BAGIAN ADMINISTRASI

(5)

commit to user

Keterangan Gambar :

1. Pimpinan Kebun Benih Hortikultura Tejomantri 2. Bagian Administrasi

3. Seksi Produksi

4. Seksi Pegawai Teknologi 5. Seksi Pemasaran

Tugas dan Posisi Jabatan :

1. a. Melaksanaan Fungsi Managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan :

- Penyusunan Rencana

- Penyusunan Organisasi Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian.

- Pelaporan

b. Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun.

c. Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing.

2. koordinasi penyusunan pelaksanaan kebijakan teknis, rencana dan program serta laporan pelaksanaan urusan keuangan dan perlengkapan. Pengelolaan urusan kepegawaian, hubungan

masyarakat, tata usaha dan rumah tangga di lingkungan kantor.

3.penyusunan bahan pedoman teknis dan pembinaan pengelolaan sarana produksi perkebunan

4. Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program kerja dengan mengkompilasi rencana kerja dengan masing-masing seksi agar tersusunnya rencana Kerja Kantor Komunikasi dan Informas 5. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis operasional pengaturan standar distribusi hasil pertanian.

(6)

commit to user 4. Sarana

Sarana yang dimiliki oleh Kebun Benih Hortikultura Tejomantri meliputi :

1. Kantor dan rumah dinas

2. Kendaraan pengangkut tanaman

3. Gerobak beroda satu 4. Bajak traktor 5. Cangkul 6. Sabit 7. Gembor 8. Sprayer 9. Gunting pangkas 10. Pisau okulasi

11. Alat pemotong rumput

B. Pembahasan

Dari hasil kegiatan praktek lapang yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat dibahas terhadap hasil kegiatan praktek lapang tersebut antara lain :

1. Persemaian Benih

Biasanya biji yang digunakan sebagai bahan persemaian adalah varietas Lalijiwo karena varietas ini mempunyai sistem perakaran kuat, batang kokoh dan tahan terhadap hama penyakit, respon tinggi terhadap pemupukan, daya adaptasi yang tinggi, buah banyak dan tidak masam, biji besar sehingga cocok digunakan

sebagai batang bawah. Selain varietas Lalijiwo juga dapat

menggunakan mangga varietas Sengir, Podang, dan Pakel.

Persemaian tanaman mangga adalah pada saat musim buah mangga. Jika diluar musim akan sulit untuk mendapatkan biji mangga dan biji mangga tidak tahan disimpan dalam waktu yang lama.

(7)

commit to user

Biji mangga yang akan digunakan harus dari buah yang sudah tua dan masak.

Biji yang akan disemai harus dipisahkan dari dagingnya, biji tidak terdapat hama, tidak rusak supaya tidak dijadikan tempat masuknya mikroorganisme penyebab penyakit dan mulus (tidak gopeng). Biji yang sudah siap tanam, ditanam dibedengan yang telah disiapkan dan dilakukan penyiraman setiap hari (untuk menjaga kelembaban, maka saluran irigasi selalu dialiri air supaya bedengan selalu dalam keadaan lembab).

2. Pemilihan Mata Tunas

Keberhasilan dari perbanyakan vegetatif, terutama okulasi, ditentukan oleh mata tempel yang baik. Mata tempel harus diambil dari pohon induk yang sudah jelas kualitasnya atau keunggulannya. Pemilihan mata tunas untuk batang atas harus dari pohon induk yang sudah cukup tua, dari batang yang tidak terlalu tua atau tidak terlalu muda dan bebas dari hama dan penyakit serta bukan mata tidur.

Mata tunas yang dipakai oleh KBH Tejomantri adalah varietas Manalagi, Golek, Madu Anggur, Arumanis 143, Apel, Kelapa, Okyong, dan Probolinggo.

3. Pelaksanaan Okulasi

KBH Tejomantri adalah kebun produksi bibit tanaman, selain memproduksi bibit dari biji atau zailing juga memproduksi bibit yang berasal dari perbanyakan vegetatif seperti cangkok, okulasi dan sambung pucuk. Namun, yang sering dilakukan adalah teknik okulasi. Peralatan yang akan digunakan untuk okulasi sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu atau disterilkan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi jamur, bakteri atau organisme lain yang menyebabkan kegagalan pada tanaman yang diokulasi. Pisau yang digunakan untuk membuat sayatan pada batang yang diokulasi harus tajam dan

(8)

commit to user

diusahakan hanya sekali proses sayatan untuk mengurangi cacat pada tanaman yang dapat menghambat penyatuan tempelan.

Tanaman mangga dapat dilakukan okulasi setelah umur lebih kurang 8 – 12 bulan dari bibit zailing atau batang tanaman sudah sebesar pensil. Langkah – langkah dalam pelaksanaan dapat dipaparkan sebagai berikut :

(1) Batang bawah disayat, berukuran lebar 1 cm panjang 2-4 cm kemudian diambil kulit kayu pada bagian yang disayat.

Gambar 1. Sayatan Batang Bawah

(2) Mata tunas (entres) pada cabang disayat bersama sebagian kulit kayunya dari arah bawah keatas sesuai ukuran sayatan batang bawah.

(9)

commit to user

Gambar 2. Pengambilan Mata Tunas

(3) Mata tunas (entres) ditempelkan pada celah sayatan batang bawah hingga benar – benar menyatu.

(10)

commit to user

(4) Pada bidang tempelan (okulasi) dibalut dengan plastik bersih mulai dari tempelan bawah sampai keatas dan berakhir dibawah lagi.

Gambar 4. Pembalutan Mata tunas dengan Plastik

(11)

commit to user

(5) Pada umur 4-6 minggu setelah penempelan pembalut plastik dapat dibuka untuk mengetahui keberhasilannya.

Gambar 6. Tanaman Mangga Yang Berhasil Diokulasi

Jadi Keuntungan yang diperoleh Kebun Benih Hortikultura Tejomantri jika bibit lengkeng yang dihasilkan sebanyak 960 bibit adalah Rp.7.335.000,-.

Setiap pengeluaran Rp.1,- yang dikeluarkan oleh Kebun Benih Hortikultura Tejomantri untuk menghasilkan bibit lengkeng akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.4,2,-.

4. Pemeliharaan

Mata tunas okulasi akan tumbuh selama kurang lebih tiga minggu setelah tali plastik dibuka. Pemeliharaan tanaman mangga hasil okulasi antara lain : memberi ajir di dekat batang bawah dan menali tunas yang sudah tumbuh panjang di ajir tersebut dengan maksud pertumbuhan tunas okulasi ke atas dan pemotongan mata tunas yang tumbuh di sekitar mata okulasi supaya tidak mengganggu pertumbuhan tunas okulasi. Penyiangan dilakukan pada awal penanaman dengan menghilangkan gulma yang

(12)

commit to user

menjadi faktor kompetisi makanan bagi tanaman mangga. Selain itu penyiraman juga penting dilakukan terutama setelah pengokulasian setiap pagi dan sore hari jika musim kemarau. Saat musim penghujan saluran irigasi selalu dialiri air. Pemupukan diberikan lebih kurang 3 bulan satu kali dengan pupuk Urea dan SP36 dengan perbandingan 2 : 1. Penyemprotan pupuk daun diberikan sebulan 1 kali dengan pupuk Gandasil D. Pemberian insektisida dan fungisida diberikan tergantung keadaan tanaman atau jika diperlukan saja.

Setelah okulasi berumur satu tahun, dilakukan pemutaran terhadap bibit mangga. Pemutaran bibit mangga dilakukan dengan linggis. Saat pemutaran diusahakan tanah tetap terikat dengan akar tunggang tidak putus. Saat melakukan pemutaran, bibit mangga tidak sedang tumbuh daun muda karena akan menyebabkan bibit mangga stres. bibit mangga yang telah diputar dimasukkan dalam polybag besar dan di pindah ke lahan rolling. bibit ini dapat dijual langsung sebagai bibit mangga.

Pemasaran bibit okulasi oleh KBH Tejomantri dilakukan dengan menjual langsung kepada konsumen yang datang ke KBH Tejomantri untuk memilih bibit yang akan dibeli. Sistem penjualan di KBH Tejomantri adalah eceran dan partai besar (pemesanan terlebih dahulu untuk memenuhi jumlah permintaan pemesan). Pada umumnya pembeli akan datang ke KBH Tejomantri untuk mendapatkan bibit yang baik pada musim penghujan karena akan mempermudah penanaman dan untuk menghindari kematian bibit.

(13)

commit to user

C. Analisis Usaha Tani

Menurut Supriono (2009) analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha, beberapa hal yang dibahas dalam analisis ini adalah:

Usahatani tidak lepas dari hasil produksi pertanian. Produksi pertanian, secara teknis menggunakan input dan output. Input adalah semua yang dilibatkan dalam proses produksi, seperti tanah yang digunakan, tenaga kerja petani dan keluarganya, serta setiap pekerja yang diupah, kegiatan mentalnya, perencanaan dan manajemen, benih tanaman dan makanan ternak, pupuk, insektisida serta alat pertanian. Output adalah hasil tanaman dan ternak yang dihasilkan oleh usahatani

(Soetriono, 2003).

Berikut ini adalah analisis perbanyakan tanaman mangga dengan okulasi dengan menggunakan polybag selama 1 tahun adalah sebagai berikut :

1. Biaya Produksi

a. Biaya Tetap

Depresiasi atau nilai penyusutan adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis. Depresiasi atau nilai penyusutan dapat diperolah dengan rumus sebagai berikut :

Nilai Penyusutan = (Haryono, 2005) 1. Cangkul @ Rp. 85.000,- Nilai Penyusutan = = = = Rp. 42. 5000,- Cangkul 2 buah : 2 × Rp. 42.500,- Rp. 85.000,-

(14)

commit to user 2. Pisau Okulasi @ Rp. 40.000,- Nilai Penyusutan = = = = 20.000

Pisau Okulasi 3 buah : 3 × 20.000 Rp. 60.000,-

3. Gunting @ Rp. 40.000,- Nilai Penyusutan = = = = 20.000 Gunting 3 buah : 3 × 20.000 Rp. 60.000,- 4. Linggis @ Rp. 100.000,- Nilai Penyusutan = = = = 50.000 Linggis 1 buah Rp. 50.000,- 5. Ember Besar @ Rp. 25.000,- Nilai Penyusutan = = = = 12.500

(15)

commit to user

Ember Besar 2 buah : 2 × 12.500 Rp. 25.000,-

6. Sprayer @ Rp. 20.000,- Nilai Penyusutan = = = = 10.000 Sprayer 2 buah : 2 × 10.000 Rp. 20.000,-

Total biaya tetap Rp. 300.000,-

b. Biaya Variabel

1) Biaya sarana produksi

Biji mangga 1000 biji @ Rp. 100,- Rp. 100.000,-

Pupuk

Pupuk kandang 25 sak @ Rp. 12.000,- Rp. 300.000,-

NPK 20 kg @ Rp. 9000 Rp. 180.000,-

Plastik okulasi 1/2 rol @Rp. 50.000 Rp. 25.000,-

Polybag besar 1000 @ Rp. 400,- Rp. 400.000,-

Total biaya sarana produksi Rp.1.005.000,- 2) Biaya tenaga kerja

a) Pengolahan tanah 1 orang × 1 HOK Rp 30.000,- Rp. 30.000,-

b) Penanaman 2 orang × 1 HOK Rp. 30.000,- Rp. 60.000,-

c) Penyiangan 3 orang × 1 HOK Rp. 30.000,- Rp. 90.000,-

d) Pemupukan 3 orang × 1 HOK Rp. 30.000,- Rp. 90.000,-

e) Okulasi 2 orang × 3 HOK Rp. 30.000,- Rp. 180.000,-

f) Transplansi 1 orang × 7 HOK Rp. 30.000,- Rp. 210.000,-

Total biaya tenaga kerja Rp. 660.000,- Total biaya variabel Rp. 1.665..000,-

Total Biaya Produksi (pertahun) Rp. 1.965.000,-

2. Produksi dan Keuntungan

Produksi bibit mangga dari 1000 bibit yang diokulasikan persentase kegagalan 4% sehingga menghasilkan bibit siap jual sebanyak

(16)

commit to user

960 tanaman dengan harga jual per tanaman Rp. 10.000,-. Banyaknya penerimaan dan keuntungan dapat diketahui sebagai berikut :

Penerimaan = harga jual × Jumlah Produksi

= 10.000 × 960 = Rp. 9.600.000,-/th Keuntungan = penerimaan – biaya total

= 9.600.000 – 1.965.000 = Rp. 7.635.000,-/th

3. Perbandingan Antara Penerimaan dan Biaya

R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. R/C Ratio lebih dari satu maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio dari perbanyakan lengkeng di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri adalah sebagau berikut :

R/C Ratio =

=

= 4,8

Hal ini berarti bahwa setiap pengeluaran Rp.1,- akan diperoleh penerimaan sebesar Rp.4,8,-. Kesimpulan yang dapat diambil adalah usaha perbanyakan mangga secara okulasi layak dijalankan dan menguntungkan secara ekonomis.

4. Analisis Titik Impas (Break Event Point/BEP)

Analisis titik impas pulang modal/Break Event Point (BEP) adalah suatu kondisi yang menggambarkan hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi seperti ini usaha tani yang dihasilkan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian.

Gambar

Gambar 6. Tanaman Mangga Yang Berhasil Diokulasi

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah cara atau strategi didukung pula dengan sebuah pesan yang menarik, isinya berbobot sesuai dengan permasalahan yang memang menjadi pokok bahasannya, dan tetap pada jalur

H 0 = ¿ Tidak ada korelasi positif antara kemampuan pemahaman konsep matematika dengan kemampuan berpikir kreatif mengkonstruksi soal pada siswa kelas VII MTsN Aryojeding tahun

- Sesuai dengan Peraturan Presiden RI (PERPRES) Nomor : 103 Tahun 2012 tanggal 17 Nopember 2012, tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian

Sensitivitas dan Spesifisitas dari berbagai cut-off kadar D-Dimer untuk diagnosis DVT pada pasien kanker ovarium sebelum dilakukan tindakan pembedahan.

cara bertujuan untuk memperoleh data atau informasi. dengan menggunakan pedoman

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari performa produksi (pertambahan bobot badan harian, konsumsi pakan harian, produksi feses dan konversi pakan) pada kelinci lokal dengan

Dalam skripsi Hendri Rinaldi membahas tentang kesesuaian hak-hak yang didapat mantan istri pasca perceraian di Pengadilan agama Pekanbaru dengan yang diamanatkan dalam Kompilasi

4.3.1 Setelah melihat video, siswa mampu menuliskan contoh kegiatan yang dapat menjaga keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam dengan baik BAHASA INDONESIA..