• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. untuk membayar kebutuhan finansialnya. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. untuk membayar kebutuhan finansialnya. 1"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

10

A. Landasan Teori 1. Kas

a. Pengertian kas

Menurut Drs. Indriyo, pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas dapat diartikan sebagi uang beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sehingga dipakai sebagai alat untuk membayar kebutuhan finansialnya.1

Kas adalah aset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas merupakan asset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan. Keberadaan kas dalam entitas sangat penting karena tanpa kas, aktivitas operasional perusahaan tidak dapat berjalan. Entitas tidak dapat membayar gaji, memenuhi utang yang jatuh tempo dan kewajiban lainnya. Entitas harus menjaga jumlah kas agar sesuai dengan kebutuhannya. Jika jumlah kas kurang, maka kegiatan operasional akan terganggu. Terlalu banyak kas menyebabkan entitas tidak dapat memanfaat kas tersebut untuk mendapat imbal hasil yang tinggi

1 Marihot Manullang dan Dearlina Sinaga, Pengantar manajemen Keuangan, (Yogyakarta: ANDI, 2007), hal. 24

(2)

Kas termasuk instrument keuangan dalam klasifikasi aset keuangan. Kas merupakan alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan entitas.2

b. Jumlah saldo kas

Jumlah saldo kas yang harus tersedia di dalam perusahaan sangat tergantung pada tiga motif. Ketiga motif itu adalah:

1) Motif transaksi (transaction motive)

Perusahaan membutuhkan uang kas untuk membayar transaksi harian. Perluasan luas usaha akan berpengaruh pada transaksi finasial. Kondisi ini secara otomatis juga akan menuntut kenaikan uang kas yang dibutuhkan, antara lain untuk membayar bahan baku, upah, gaji, asuransi, dan lain sebagainya. Persediaan kas yang cukup akan membuat perusahaan dapat membayar transaksi-transaksi diatas tepat waktu.

2) Motif Spekulasi (speculative motive)

Pada motif ini, memegang uang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga, baik dari harga barang ataupun harga (nilai) uang itu sendiri. Hal ini bisa diilustrasikan dengan suatu perusahaan penyuplai yang ingin menjual barang persediaannya denag diskon yang besar. Pembayaran kontan akan dianggap menguntungkan karena dengan

(3)

demikian perusahaan dapat melakukan penghematan harga bahan produksi dan pada akhirnya akan menambah nilai profit.

3) Motif berjaga-jaga (precautionary motive)

Pengusaha selalu memperhitungkan faktor ketidakpastian dan melakukan tindakan berjaga-jaga untuk menjamin likuiditas perusahaannya apabila penerimaan kas tidak sesuai dengan rencana sebelumnya. Untuk itu, pengusaha harus berusaha memiliki kas yang dapat menangani masalah itu.

Disamping faktor-faktor di atas, faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah kas adalah:

1) Tersedianya kredit jangka pendek dari bank. Bila perusahaan mendapat izin dari bank untuk meminjam dana jangka pendek sewaktu-waktu maka kas tidak perlu tersedia dalam jumlah besar. 2) Tingkat suku bunga pasar. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah uang

yang ada di pasar . jika jumlah uang yang tersedia banyak maka tingkat suku bunga rendah, dan begitu juga sebaliknya.

3) Variasi dan fluktuasi aliran kas. Bila aliran kas itu selalu salah arah dan berfluktuasi, maka jumlah kas yang harus tersdia juga turut berpengaruh.

4) Compensating balance. Compensating balance adalah saldo minimum yang ditentukan oleh bank. Jadi, bank tempat perusahaan tersebut menjadi nasabah juga dapat mempengaruhi jumlah kas yang harus tersedia.

(4)

5) Persediaan besi kas.3

c. Laporan Arus Kas

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 2 Tahun 2009, laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.4

Laporan arus kas (statement of cash flows) melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu perusahaan selama satu periode. Laporan ini menyediakan informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasi, mempertahankan dan memperluas kapasitas operasinya, memenuhi kewajiban keuangannya, dan membayar deviden.

Laporan arus kas adalah salah satu dari laoran keuangan dasar. Laporan ini berguna bagi manajer dalam mengevaluasi operasi masa lalu dan dalam merencanakan aktivitas investasi serta pembiayaan di masa depan. Laporan ini juga berguna bagi para investor, kreditor, dan pihak lainnya dalam menilai potensi laba perusahaan. Selain itu, laporan ini juga menyediakan dasar untuk menilai kemampuan perusahaan membayar utangnya yang telah jatuh tempo. 5

3 Marihot Manullang dan Dearlina Sinaga, Op.Chit, hal. 24-26 4

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2009), hal. 28

(5)

Dalam laporan ini penerimaan dan pengeluaran kas dikelompokkan dari sumber sebagai berikut:

1) Kegiatan operasi perusahaan

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan; seluruh transaksi dan peristiwa-peristiwa lain yang tidak dapat dianggap sebagai kegiatan investasi atau pembiayaan. Kegiatan ini biasanya mencakup: kegiatan produksi, pengiriman barang, pemberian servis. Arus kas dari operasi ini umumnya adalah pengaruh kas dari transaksi dan peristiwa lain yang ikut dalam menentukan laba.

Contoh arus kas dari kegiatan operasi:

a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa termasuk penerimaan dari piutang akibat penjualan, baik jangka panjang atau jangka pendek.

b) Penerimaan dari bunga pinjaman atas penerimaan dari surat berharga lainnya seperti bunga dan deviden.

c) Semua penerimaan yang bukan berasal dari sebagian yang sudah dimasukkan dalam kelompok investasi dan pembiayaan, seperti jumlah uang yang diterima dari tuntutan di pengadilan, klaim asuransi, kecuali yang berhubungan dengan kegiatan

(6)

investasi dan pembiayaan seperti kerusakan gedung, pengembalian dana dari supplier.

Contoh arus keluar dari kegiatan operasi ini adalah:

a) Pembayaran kas untuk pembelian barang yang akan digunakan untuk produksi atau untuk dijual, termasuk untuk pembayaran utang jangka pendek atau jangka panjang kepada supplier barang.

b) Pembayaran kas kepada supplier lain dan pegawai untuk kegiatan selain produksi barang dan jasa.

c) Pembayaran kas kepada pemerintah untuk pajak, kewajiban lainnya, denda, dan lain-lain.

d) Pembayaran kepada pemberi pinjaman dan kreditur lainnya berupa bunga.

e) Seluruh pembayaran kas yang tidak berasal dari transaksi investasi atau pembiayaan seperti pembayaran tuntutan di pengadilan, pengembalian dana kepada pelanggan, dan sumbangan.

2) Arus kas dari kegiatan pembiayaan/pendanaan

Yang termasuk kegiatan pembiayaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman jangka panjang perusahaan, berupa kegiatan mendapatkan sumber-sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari sumber dana tersebut,

(7)

meminjam dan membayar utang kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar utang tertentu.

Contoh arus kas masuk dari kegiatan pembiayaan:

a) Penerimaan dan pengeluaran surat berharga dalam bentuk equity.

b) Penerimaan dan pengeluaran obligasi, hipotek, wesel, dan pinjaman jangka pendek lainnya.

Contoh arus kas keluar dari kegiatan pembiayaan:

a) Pembayaran deviden dan pembayaran bunga kepada pemilik akibat adanya surat berharga saham (equity).

b) Pembarayan utang yang kembali dipinjam.

c) Pembayaran utang kepada kreditur termasuk utang yang sudang diperpanjang.

3) Arus kas dari kegiatan investasi

Yang termasuk dalam arus kas kegiatan investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lainnya yang tidak termasuk setara kas, antara lain menerima dan menagih pinjaman, utang, surat berharga atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

(8)

Contoh arus kas masuk dari kegiatan investasi:

a) Penerimaan pinjaman luar baik yang baru maupun yang sudah lama.

b) Penjualan saham baik saham sendiri maupun saham dalam bentuk investasi.

c) Penerimaan dari penjualan aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya.

Contoh arus kas keluar dari kegiatan investasi:

a) Pembayaran utang perusahaan dan pembelian kembali surat utang perusahaan.

b) Pembelian saham perusahaan lain atau perusahaan sendiri. c) Perolehan aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya. Pengertian

perolehan di sini termasuk harga pembelian dan capital expenditure.6

d. Perputaran kas

Perputaran kas adalah perbandingan antara jumlah penjualan dengan kas rata-rata. Jumlah kas dapat dihubungkan dengan jumlah penjualan atau salesnya. Perbandingan antara sale dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover).7 Perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus: Perputaran kas = Penjualan

Rata-rata Kas

6 Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 244-247

7 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFE, 2011), hal. 95

(9)

Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.

Dimana rata-rata kas dan bank dapat dihitung dari saldo kas dan bank awal ditambah saldo kas dan bank akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran kas berarti makin tinggi efesiensi penggunaan kasnya.8

2. Piutang

a. Pengertian piutang

Pengertian piutang, menurut Harry Simons, adalah sebagai berikut:

The term receivable is applicable to all claims agains other, whether are claims for money, for goods, or for serving, for accounting purpose, however the terms is employed is a narrower sense to designate claims that claims that are expected to be settled by the receipt of money.

Dari pengertian di atas, tampak bahwa pengertian piutang antara lain adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik berbentuk perkiraan uang, barang maupun jasa, serta segala hal yang berbentuk perkiraan seperti transaksi. Selanjutnya, piutang merupakan kewajiban pelanggan yang disepakati dan mereka mengharapkan pembayaran itu diselesaikan dengan tanda terima yang sah.

8 Wild, John J, K.R. Subramanyam dan Robert F. Halsey, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hal. 42

(10)

Berikutnya, Anton M. Samosir mengartikan piutang sebagai ”unsur modal kerja yang selalu berputar menurut siklus perusahaan normal”.

Sedangkan menurut Indriyo, piutang adalah “aktiva atau kekayaan yang timbul akibat pelaksanaan politik penjualan kredit”.

Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia, piutang dipakai dalam arti yang sempit, yaitu hanya menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang.9

Piutang mengandung pengertian klaim terhadap sejumlah uang yang diharapkan dapat diperoleh pada masa yang akan datang. Dengan kata lain piutang dapat diartikan sebagai tagihan yang belum diterima dari seseoarang atas pekerjaan yang telah diselesaikan atau penjualan kredit atas produk perusahaan.

Jadi, piutang dagang dapat timbul atau dapat terjadi dikarenakan penjualan kredit barang atau jasa yang merupakan usaha pokok suatu perusahaan tersebut. Piutang dapat timbul karena berbagai sebab, seperti penjualan secra kredit, pemberian pinjaman kepada karyawan, deviden yang belum diterima, bunga yang belum diterima, dan lain sebagainya.10

Piutang adalah aktiva yang menunjukkan jumlah tagihan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan barang dan atau jasa di dalam kegiatan usahanya.

9

Marihot Manullang dan Dearlina Sinaga, Op.Chit, hal. 36

10 Thomas Sumarsan, Akuntansi Dasar dan Aplikasi Dasar dalam Bisnis, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal. 22

(11)

Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Termasuk dalam piutang hanya tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang, oleh karena itu pengiriman barang untuk dititipkan tidak dicatat sebagai piutang sampai dimana saat barang-barang tadi sudah dijual. Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tidak termasuk dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan tersendiri dengan judul piutang bukan dagang.

Politik penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan dalam rangka merangsang minat para pelanggan. Politik ini merupakan kesengajaan perusahaan untuk menghadapi persaingan yang ketat. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa manajemen piutang menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang dan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan perusahaan.11

(12)

b. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang

Menurut Bambang Riyanto, faktor yang dapat mempengaruhi piutang adalah:

1) Volume penjulan kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar, profitabilitasnya juga akan meningkat.

2) Syarat pembayaran penjulan kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, artinya keselamtan kredit lebih diutamakan daripada profitabilitasnya. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat.

Umunya, syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan denga term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai 2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang. Jadi, batas waktu pembayaran adalah 30 hari. Semakin panjang

(13)

waktu pembayarannya, semakin besar jumlah investasi dalam piutang.

3) Ketentuan tentang pembatasan kredit

Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada pelanggan. Makin tinggi plafon yang diberikan kepada para pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Selain itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberi kredit juga dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, pembatasan kredit di sini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

4) Kebijakan dalam penagihan piutang

Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang.

Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara:

a) Memungut secara langsung

(14)

5) Kebiasaan pembayaran pelanggan

Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan kesempatan medapatkan cash discount, sedangkan sebagian lagi tidak demikian. Perbedaan cara membayar ini tergantung kepada penilaian mereka terhadap kedua alternatif tersebut untuk mencari yang terbaik dan yang paling menguntungkan.

Apabila perusahaan telah menetapkan syarat pembayaran 2/10 net 30, para pelanggan dihadapkan pada 2 alternatif, yaitu akan membayar pada hari ke-30 atau hari ke-10 sesudah barang diterima. Alternatif pertama, yaitu membayar pada hari ke-30, berarti bahwa mereka akan membayar harga sepenuhnya sesuai kredit penjual. Alternatif kedua, yaitu membayar pada hari ke-10, berarti mendapatkan cash discount sebesar 2%.

Pada umumnya, para pelanggan lebih menyukai pembayaran pada hari ke-10 karena mendapat cash discount, dengan meminjam uang dari bank yang biasanya memiliki tingkat suku bunga lebih rendah daripada tingkat suku bunga kredit penjulan.

Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam cash discount periode atau sesudahnya akan berefek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar pelanggan membayar dalam

(15)

masa discount, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas. Artinya, investasi dalam piutang semakin kecil.12

c. Jenis-jenis piutang

Dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi berikut ini:

1) Piutang usaha (accounts receivable)

Yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal di sebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aktiva. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Setelah ditagih, secara pembukuan, piutang usaha akan berkurang di sebelah kredit. Piutang usaha diklasifikasikan dalam necara sebagai aktiva lancar (current asset). 2) Piutang wesel (notes receivable)

Yaitu tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel disini adalah pihak yang telah berhutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berutang berjanji kepada perusahaan (selaku pihak yang diutangkan) untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut bunganya dalam kurun

(16)

waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes ( promissory note). 3) Piutang lain-lain (other receivable)

Piutang lain-lain umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam neraca. Contohnya adalah piutang bunga, piutang deviden (tagihan kepada investee sebagai hasil atas investasi), piutang pajak (tagihan perusahaan kepada pemerintah berupa restitusi atau pengembalian atas kelebihan membayar pajak), dan tagihan kepada karyawan.

Jika piutang dapat ditagih dalam jangka satu tahun atau sepanjang siklus normal operasional perusahaan, yang mana yang lebih lama, maka piutang lain-lain ini akan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Diluar itu, tagihan akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva tidak lancar. Siklus normal operasional perusahaan adalah lamanya waktu dibutuhkan oleh perusahaan mulai dari pembelian barang dagangan dari pemasok, menjualnya kepada pelanggan secara kredit sampai pada diterimanya penagihan piutang usaha atau piutang dagang. Piutang lain-lain memiliki saldo normal disebelah debet dan akan berkurang disebelah kredit.13

(17)

d. Perputaran piutang

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya, jika rasio semakin rendah maka ada over-investment dalam piutang.

Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang.

Rumusan untuk mencari perputaran piutang sebagai berikut: 14 Perputaran piutang = Penjualan kredit

Rata-rata piutang

3. Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio.

(18)

Beberapa jenis rasio rentabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Margin Laba (Profit Margin) = Pendapatan Bersih Penjualan

Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

2) Asset Turn Over = Penjualan Bersih Total Aktiva

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba.

3) Return on Investment (Return on Equity) = Laba Bersih

Rata-rata Modal (Equity) Ratio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. 4) Return on Total Asset = Laba Bersih

Rata-rata Total Asset

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.

5) Basic Earning Power = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Total Aktiva

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi

(19)

bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik.

6) Earning Per Share = Laba Bagian Saham Bersangkutan Jumlah Saham

Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.

7) Contribution Margin = Laba Kotor Penjualan

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba.

8) Rasio rentabilitas ini bisa juga digambarkan dari segi kemampuan karyawan, cabang, aktiva tertentu dalam meraih laba. Misalnya kemampuan karyawan per kepala meraih laba dapat dihitung: Jumlah Laba

Jumlah Karyawan

Tapi rasio ini dapat juga digolongkan sebagai rasio produktiviras.15

Dalam penelitian ini, rentabilitas ekonomi diukur dengan menggunakan Return on Assets (ROA). Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.

(20)

B. Korelasi Antar Variabel

1. Korelasi Antara Perputaran Kas dengan Rentabilitas Ekonomi

Perputaran kas adalah perbandingan antara jumlah penjualan dengan kas rata-rata.16 Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Kas merupakan komponen modal kerja yang mengalami perputaran dengan periode perputaran yang relatif pendek. Pada tingkat perputaran kas yang tinggi, pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar.

Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat rentabilitas ekonomi menjadi tinggi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran kas maka semakin tinggi pula rentabilitas ekonominya.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa korelasi antara perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi adalah positif..

2. Korelasi Antara Perputaran Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi

Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu

(21)

periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik.17

Dengan demikian, laba bersih yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima perusahaan akan mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula rentabilitas ekonomi. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa korelasi antara perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi adalah positif.

3. Korelasi Antara Perputaran Kas dan Perputaran Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas erat kaitannya dengan penggunaan modal dalam perusahaan. Masalah permodalan merupakan masalah utama yang akan menunjang kegiatan operasional suatu perusahaan. Modal yang digunakan untuk kegiatan usaha ini disebut modal kerja. Modal kerja merupakan aset yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarkan kegiatan operasional sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Perputaran modal kerja diharapkan terjadi dalam waktu yang relatif pendek, sehingga modal kerja yang ditanamkan cepat kembali. Komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank, piutang , dan persediaan.18

17

Kasmis, Jakfar, Op. Cit, hal. 134

(22)

Dengan demikian, semakin cepat perputaran kas dan piutang maka semakin efisien dana tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti makin cepat dilunasinya penjualan kredit/pinjaman yang diberikan dan makin cepat piutang menjadi kas. Cepatnya piutang menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan selanjutnya serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan, sehingga laba yang dihasilkan akan semakin banyak. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin tinggi tingkat perputaran kas dan perputaran piutang secara bersama akan mempertinggi rentabilitas ekonomi.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa korelasi antara perputaran kas dan perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi adalah positif.

C. Penelitian Relevan

Penelitian tahun 2011 yang dilakukan oleh Ari Bramasto untuk mengetahui analisis aktiva tetap dan perputaran piutang terhadap ROA pada PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung, hasil dari penelitiannya adalah perputaran aktiva tetap dan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Menurut penelitian Naufal tahun 2014 tentang pengaruh arus kas dan piutang terhadap profitabilitas pada perusahaan (studi kasus pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Hasilnya mengatakan bahwa perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas secara signifikan, sedangkan

(23)

perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas tetapi tidak signifikan. Dan secara simultan perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.

Irman Deni di tahun 2014 melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan secara parsial perputaran kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

Penelitian Nina Sufiana dan Ni ketut Purnawati pada tahun 2013 dengan judul pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI. Hasil menunjukkan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas, sedangkan analisis secara parsial menunjukkan hanya perputaran piutang dan perputaran persediaan yang berpengaruh terhadap profitabilitas.

(24)

D. Kerangka Berpikir Gambar 2.1 Perputaran Piutang (X2) Perputaran Kas (X1) Rentabilitas Ekonomis (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Piutang (receivable) adalah tagihan kepada pihak lain (debitur) atau pelanggan sebagai akibat dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara

Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan

Jenis piutang yang pertama yaitu piutang dagang. Piutang dagang adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan sebagai akibat adanya penjualan barang atau jasa secara

Kebijakan penjualan barang dan jasa secara kredit yang diterapkan perusahaan menimbulkan piutang, dimana dana yang diinvestasikan dalam piutang tersebut diharapkan

Piutang usaha adalah suatu jumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutangutimbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan

Dari beberapa definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa volume penjualan adalah ukuran pencapaian perusahaan yang menunjukkan jumlah banyaknya barang atau jasa

Sedangkan menurut Rudianto (2012 : 210) “Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. dalam kegiatan normal

Piutang usaha dapat berupa tagihan yang timbul karena penjualan barang dagangan dan jasa atau penjualan aktiva lainnya yang dilakukan secara kredit dan transaksi-transaksi lain.”11