BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
Perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan untuk memperoleh laba. Akan tetapi laba yang besar belum merupakan ukuran perusahaan itu telah bekerja secara efesein. Efesien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian, maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Berhubungan dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal dari pada laba maksimal. Untuk dapat mencapai tingkat rentabilitas yang maksimal dari suatu perusahaan tidak lepas dari pengelolaan modal kerja.
Perputaran modal kerja yang rendah bisa disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan dan perputaran piutang.
Tingkat perputaran piutang menunjukkan kecepatan pelunasan piutang menjadi kas kembali. Sedangkan tingkat perputaran persediaan menunjukkan kecepatan digantinya persediaan barang dagangan melalui penjualan, baik secara tunai maupun kredit. Dengan demikian makin tinggi tingkat perputaran piutang dan persediaan menunjukkan tingginya volume penjualan maka laba yang diterima juga makin besar atau dengan kata lain laba yang diterima dalam jumlah yang banyak. Rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar (Munawir, 2001:33). Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efesien penggunaan modal dalam suatu perusahaan, sedangkan keuntungan yang besar belum tentu sebagi jaminan bahwa perusahaan tersebut efesien. Perusahaan yang mempunyai modal lebih besar lazimnya akan memperoleh laba yang besar pula daripada perusahaan yang mempunyai modal lebih sedikit. Meskipun demikian, ada kemungkinan perusahaan yang mempunyai modal lebih kecil adalah lebih
efesien daripada perusahaan yang mempunyai modal lebih besar.
Dengan adanya Teori Pensinyalan (
Signalling Theory )
yang
menekankan
kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor
dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan
atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang
akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan
oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada
waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis
informasi tersebut sebagai signal baik (
good news
) atau signal buruk (
bad news
). Jika
pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi
perubahan dalam volume perdagangan saham. Pengumuman informasi akuntansi
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa
mendatang (
good news
) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan
saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan
dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap
fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa
informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan
informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan
keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan
mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna
laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi
diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka
perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan
transparan.
1.
Piutang
Soemarso (2002:338) menyatakan piutang usaha adalah:
“
Perusahaan
mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain dengan adanya
hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau
penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang”.
2. Jenis-jenis Piutang
Selain itu pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam
aktiva lancar yang berarti bahwa tagihan-tagihan pada pihak lain yang nantinya
akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak lama (kurang dari
satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang jangka pendek.
Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu:
1) Piutang usaha/piutang terhadap langganan.2) Piutang yang akan diterima.
Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya
sudah menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima,
piutang ini timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut
akan diterima pada periode yang akan datang.
Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam
4 jenis, yaitu:
1. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 (satu) tahun atau siklus usaha normal.
2. Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
3. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih).
4. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih.
3. Besar Kecilnya Piutang dalam Perusahaan
Penentuan besar kecinya jumlah piutang serta kebijakan penjualan secara kredit merupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan dan mengendalikan jumlah piutang. Gitosudarmo (2002:82) menyatakan besar kecilnya jumlah piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1). Volume penjualan
2). Syarat pembayaran bagi penjualan kredit
3). Ketentuan mengenai batas volume penjualan secara kredit
4). Kebisaan pelanggan membayar para pelanggan kredit
4. Biaya Atas Piutang
Dengan dilaksanakan penjualan atas kredit yang kemudian menimbulkan
terjadinya piutang, maka perusahaan menanggung resiko akibat piutang tersebut.
Resiko akibat piutang adalah berupa biaya-biaya yang mengurangi besarnya laba
yang diperoleh perusahaan. Biaya-biaya tersebut adalah Gitosudarmo (2002:82-83) :
1). Biaya penghapusan piutang
2). Biaya pengumpulan piutang
3). Biaya administrasi
4). Biaya sumber dana
5. Perputaran Piutang
Drs. Munawir (2001:75) menyatakan bahwa:
“
Posisi piutang dan taksiran
waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran
piutang turn over receivable yaitu, dengan membagi total penjualan kredit neto
dengan piutang rata-rata”.
Warren Reeve (2005:407) meyatakan perputaran piutang adalah “Usaha
(account receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha
berubah menjadi kas dalam setahun”.
penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang
digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan.
Dari uraian di atas maka perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dengan menggunakan perputaran piutang dapat pula waktu rata-rata
pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam satu
tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara piutang
rata-rata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan kredit, hasilnya
menunjukan berapa hari piutang tersebut tidak dapat ditagih atau
days of
Receiveable
yang umumnya 1 (satu) sampai 2 (dua) bulan. Rumusnya sebagai
berikut :
Days of Receiveable
=
Piutang Rata-Rata
Penjulan Kredit
X 360
6. Persediaan
Persediaan adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu proyek (Indrajit, 2003:3).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004) : persediaan adalah aset: 1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
2) Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Perputaran Piutang =
Penjualan kredit
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan, produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumen, atau sebaliknya tidak perlu konsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi.
7. Jenis-jenis Persediaan
Menurut Rangkuti (2004:7) jenis-jenis persediaan menurut fungsinya terbagi menjadi 3 jenis.
1.
Batch Stock/Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan
atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang
dibutuhkan saat itu.
2.
Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3.
Anticipation Stock
8. Metode Penilaian Persedian
Menurut Stice, et al. (2004:667) metode-metode penilaian persediaan
yang paling umum ada 4 macam.
1). Identifikasi Khusus (
Spesific Identification
)
Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan
dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya
aktual dari unit tersebut.
2). Biaya Rata-rata (
average weight
)
Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap
unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual
seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang
dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga.
3). Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (
First-in, First-out,
FIFO)
Metode masuk pertama, keluar pertama (
first-in, first-out,
FIFO)
4). Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (
Last-in, First-out
, LIFO)
Metode masuk terakhir, keluar pertama (
last-in, first-out
, LIFO)
didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual.
LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan
angka harga pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan
menurun.
9. Metode Pencatatan Persediaan
Donal E Kieso dan Jerry J Weygandt (2008:405) mengemukakan bahwa ada dua sistem pencatatan persediaan yang dapat digunakan perusahaan, yaitu :
1. Sistem Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System)
Dalam sistem perpetual, perkiraan persediaan akan diperbaharui terus menerus, karena semua pembelian dan penjualan barang yang terjadi dicatat secara langsung ke perkiraan persediaan barang. Jadi jumlah fisik dan nilai persediaan dapat diketahui setiap saat. Selain itu, system perpetual juga menyediakan catatan tentang harga pokok penjualan (Cost of goods sold), yang muncul bila terjadi penjualan barang. Saldo perkiraan di akhir periode menunjukkan jumlah
persediaan akhir.
2. Sistem Persediaan Periodik
barang yang tersedia untuk dijual kembali (total cost of goods available for sale) ini dikurangkan dengan persediaan akhir sehingga didapat harga pokok penjualan (COGS).
10.Perputaran Persediaan
Menurut Warren Reeve (2005: 462) ”Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Rasio ini dihitung sebagai berikut :
Perputaran persediaan =
Persediaan Rata-rata
Harga Pokok Penjualan
Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan, bulanan, atau tahunan. Untuk menyederhanakannya kita menentukan persediaan rata-rata dengan membagi jumlah persediaan pada akhir dan awal tahun dengan 2 (dua).
11. Rentabilitas
Untuk mengetahui kemajuan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan tersebut. Adanya perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan tersebut dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan penilaian atau analisa terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dalam menilai dan menganalisa posisi keuangan dan potensi ataupun kemajuan perusahaan, rentabilitas merupakan salah satu faktor yang dapat diketahui dan perlu untuk dipertimbangkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil suatu keputusan.
diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang dihasilkan
untuk menghasilkan laba tersebut .”
12.
Jenis-Jenis Rentabilitas
Modal yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas modal sendiri dan modal
asing, sehubungan dengan adanya dua modal tersebut menurut
maka rentabilitas
suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu :
1). Rentabilitas ekonomis menunjukkan persentase perbandingan antara laba
operasi dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan. Yang
dirumuskan sebagi berikut :
2). Rentabilitas modal sendiri
(return on equity)
menunjukkan persentase
perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik (laba setelah
pajak) dengan modal sendiri. Yang dirumuskan sebagi berikut:
Kedua rentabilitas tersebut mempunyai hubungan yang erat, sehingga
dapat dipakai untuk mengambil keputusan yaitu :
1.
Apabila rentabilitas ekonomis lebih kecil dari tingkat bunga modal
asing, maka lebih baik menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas
modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan
modal asing.
RE = Laba Operasi
Modal asing + Modal sendiri
x 100%
RMS = Laba Operasi
Modal sendiri
2.
Apabila rentabilitas ekonomis lebih besar dibandingkan dengan tingkat
bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal asing.
Karena rentabilitas modal asing akan lebih besar dibandingkan apabila
menggunakan modal sendiri.
13.
Rentabilitas Ekomomis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel rentabilitas ekonomis,
maka perlu diketahui beberapa definisi rentabilitas ekonomis yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya :
Munawir (2001: 33) mengatakan bahwa
:
“
Perbandingan antara laba usaha
dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) disebut
dengan rentabilitas ekonomis .”
Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis
hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan
(operating capital / asset).
Demikian pula dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas
ekonomis hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut
laba usaha
(net operating income)
. Dengan demikian maka laba yang diperoleh
dari usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya deviden, kupon, dan
lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
14.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas Ekonomis
Rentabilitas ekonomis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini
adalah faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis:
1.
Profit margin
, yaitu perbandingan antara
net operating income
(laba
opearsi) dengan
net sales
(penjualan bersih)yang dinyatakan dalam
persentase. Dimana semakin tinggi profit margin maka semakin tinggi
rentabilitas ekonomis.
2.
Turn Over of Operating Asset
(Tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu
kecepatan berputarnya
operating asset
(aktiva usaha) dalam suatu
periode tertentu, yang diperoleh dengan membandingkan penjualan
dengan total aktiva. Dimana semakin tinggi perputaran aktiva maka
semakin tinggi rentabilitas ekonomis. (Riyanto, 2001).
15. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas Ekonomis
Pada penjualan kredit berarti pembayaran dilakukan beberapa lama setelah barang diterima oleh pelannggan. Hal ini akan berdampak makin besarnya dana yang tertanam dalam bentuk piutang dagang karena pembayarannya tertunda. Ada risiko yang timbul akibat pemberian kreedit, karena timbul kemungkinan pelanggan tidak membayarnya ataupun membayar tetapi lebih lambat dari jangka waktu kredit yang
diberikan.
berdampak pada besar kecilnya laba yang dihasilkan perusahaan sehingga mengakibatkan kenaikan atau penurunan rentabilitas ekonomis pada perusahaan tersebut.
16. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomis
Persediaan merupakan unsur utama dari modal kerja (aktiva lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat berarti pada perusahan. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena persediaan mempunyai efek langsung terhadap keuntungan perusahaan. Bila investasi dalam persediaan lebih besar dari kebutuhannya maka akan memperbesar biaya-biaya, terutama sumber modal kerjanya berasal dari pinjaman (beban bunga), akan mempesar kerugian karena kerusakan persediaan yang semua itu akan mempekecil keuntungan yang juga akan mengakibatkan kecilnya rentabilitas ekonomis perusahaan tersebut.
Selain rasio perputaran piutang, rasio perputaran persediaan juga menjadi salah satu ukuran penting bagi manajemen perusahaan sebab memberikan informasi kepada manajemen perusahaan tentang seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan sehingga mengakibatkan kenaikan rentabilitas
3 Ridha yang tidak signifikan antara perputaran
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah perputaran piutang, perputaran persediaan dan rentabilitas ekonomis maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :
Menurut Syamsuddin (2004:49), semakin tinggi perputran piutang berarti semakin cepat dana yang tertanam pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama dapat ditagih dalam bentuk uang tunai. Dengan demikian, semakin meningkat perputaran piutang semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Demikian sebaliknya, investasi yang terlalu kecil dalam persediaan akan mempunyai efek menekan keuntungan karena kekurangan material maka perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal.
Menurut Syamsuddin (2004:48), semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin efesien perusahaan dalam melakukan operasinya. Hal ini berarti semakin besar
kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Pada umumnya rentabilitas perusahaan digunakan sebagai alat ukur pengendalian modal di dalam suatu perusahaan, karena dengan peningkatan laba saja masih belum cukup sebagai ukuran bahwa perusahaan telah menggunakan modal kerja secara efesien. Perusahaan umumnya lebih mengarahkan usaha untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal, dimana ROI (Return On Investment) sebagai alat ukur dari rentabilitas ekonomis.
persediaan maka kemampuan perusahaan menghasilkan laba juga akan semakin meningkat, sementara perputaran piutang juga memiliki pengaruh terhadap rentabilitas ekonomis.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina (2007) : ”hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji empiris” hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. H1 : Perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI.
2. H2 : Perputaran persediaan secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI.
3. H3 : Perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap rentabilitas