• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN CILEGON IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN CILEGON IV"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Zerri Rahman Hakim, M. Taufik, Atiqah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

tkutsmanilhakim@gmail.com Abstract

The purpose of this research is to know the difference of learning result of IPS learners using cooperative type think pair share with direct learning. The method used in this research is quasi experiment with research design nonequivalent control group design. This researcher conducted in SD Negeri Cilegon IV from date s.d. Sampling technique in this research using purposive sampling. In this research, class V A as control class using direct learning strategy and VB class as experiment class using Cooperative Think Pair Share Strategy. Instrument researchers provided in the form of 10 questions Essay. Technique of data analysis to test hypothesis in this researcher, using right side test, result t_hitung equal to 5,652 and t_table equal to 2,002 with significant level 0,05. Based on the results of research that has been done, it can be concluded that the critical thinking skills of students in the subjects of IPS that apply Cooperative Think Pair Share Type is better than students who apply direct learning.

Keywords: Cooperative Type Think Pair Share, critical thinking skills, IPS subjects.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengembangkan potensi dan membentuk kepribadian seseorang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang didalamnya terdapat komponen penting yaitu pendidikan dan peserta didik. Peserta didik yang utuh dan berkualitas, adalah peserta didik yang seimbang antara kemampuan moral, intelektual, sikap, keterampilan, dan mampu berpikir kritis yang di dapatkan melalui proses pembelajaran disekolah. Pendidikan dalam ruang lingkup sekolah bertugas menghasilkan peserta didik yang berkualitas, agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Posisi pendidik sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.

Guru juga mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung secara aktif.

(2)

Fikrah, P-ISSN : 2599-1671, E-ISSN : 2599-168X | 73 Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang perlu dilatih dan dikembangkan anak sejak usia dini, terutama ketika di bangku sekolah Dasar. Kondisi dunia yang semakin berkembang pesat menuntut masyarakat memiliki kemampuan berpikir kritis untuk menjawab berbagai tantangan global yang ada. Siswa tidak hanya dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas, ataupun mendapatkan nilai yang baik, tetapi siswa juga dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, sehingga siswa dapat memutuskan mana yang benar dan salah, mana yang perlu diikuti dan ditinggalkan, dan tidak ikut terseret arus globalisasi. Kemampuan berpikir kritis juga bermanfaat dalam penyelesaian masalah individu maupun masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan mampu menyelesaikan masalah dengan tepat dan tidak menimbulkan masalah baru karena adanya pertimbangan dari berbagai sisi. Jika berbicara mengenai kemampuan berpikir kritis dan penyelesaian masalah dalam dunia pendidikan, maka kita tidak bisa terlepas dari tujuan Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial (IPS), atau lebih sering disebut mata pelajaran IPS pada tingkatan sekolah. Salah satu tujuan dari Pendidikan IPS yaitu untuk mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah, baik masalah sosial yang terjadi di masyarakat maupun masalah individu. Dalam penyelesaian masalah tersebut sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis yang dapat membantu siswa melihat persoalan dari berbagai sisi dengan bantuan data dan fakta yang ada.

Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh gambaran secara nyata mengenai kondisi-kondisi pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN cilegon IV yang dilakukan pada tanggal 8 November 2016. Hasil observasi yang ditemukan oleh peneliti bahwa model pembelajaran yang digunakan masih bersifat monoton belum bervariasi yaitu ketika guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar di kelas masih sering menggunakan model ceramah, sedangkan sekolah sudah memiliki media pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk membantu dalam menyampaikan materi pelajaran tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik oleh guru untuk membantu siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal tersebut terlihat ketika guru menyampai kan materi di depan kelas guru hanya membacakan materi yang ada dalam buku yang tersedia. Proses pembelajaran juga masih menerapkan pembelajaran teacher centered dimana siswa hanya memperhatikan penjelasan guru.

(3)

Selain itu, peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas V SDN Cilegon IV. Peneliti mendapatkan masalah yang terdapat pada proses pembelajaran IPS di kelas V yaitu pada pokok bahasan perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan, dimana siswa kelas V belum memahami materi tersebut. Menurutnya siswa merasa sukar untuk membaca, dikarenakan materi pada bahan ajar IPS terutama sejarah, disajikan di buku dengan kalimat yang panjang dan banyak. Selain itu, siswa hanya dituntut untuk menghafal setiap materi yang diajarkan sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis.

Adapun yang telah berhasil melakukan penelitian dengan menggunakan model

cooperative tipe think pair share yaitu Ane Widiawati dengan judul ”PENINGKATAN

HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINKS PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V MI MANBA’UL FALAH KABUPATEN BOGOR” berdasarkan hasil analisis data, maka dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran cooperative tipe think pair share diperoleh nilai yang menunjukan adanya keefektifan pengguna cooperative tipe think pair share terhadap hasil belajar IPS di kelas V . Hal ini menunjukan adanya perbedaan hasil belajar IPS peserta didik yang menggunakan straregi pembelajaran cooperative tipe think pair share

dan peserta didik yang tidak menggunakan strategi pembelajaran tersebut.

Dengan menggunakan strategi cooperative tipe think pair share efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS . keefektifan strategi

cooperative tipe think pair share terhadap peningkatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan rata-rata nilai di kelas eksperimen lebih tinggi dari pada di kelas kontrol. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Cooperative tipe think pair share menunjukan adanya keefektifan terhadap hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan masalah di atas, maka untuk mengatasi pembelajaran tersebut perlu dilakukan perubahan dalam metode pembelajaran yang dilaksanakan. Usaha yang ditempuh penulis adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative tipe think

pair share. Alasan penggunaan model pembelajaran cooperative tipe think pair share

dalam penelitian ini adalah disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa SDN CILEGON IV kelas V yaitu untuk menarik semua siswa agar lebih berpikir kritis dan dapat berpartisipasi dalam proses atau kegiatan pembelajaran IPS yang sedang berlangsung di kelas. Selain itu, model pembelajaran cooperativetipe think pair share

(4)

Fikrah, P-ISSN : 2599-1671, E-ISSN : 2599-168X | 75 ini merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS di SD, dimana strategi tersebut membantu siswa untuk berpartisipasi aktif, berpikir kritis, bekerjasama, dan meningkatkan kepekaan sosial.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Penerapan model cooperative tipe think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPSkelas V SDN CILEGON IV”.

Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen (eksperimen semu). Kuasi eksperimen adalah desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2015:114).

Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2015:61), variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini, variabel bebasnya adalah Team Assited Individualization, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif.

Penelitian yang dilakukan selalu berkaitan dengan kegiatan mengumpulkan dan menganalisa suatu data, menentukan populasi merupakan langkah yang penting. Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Senada dengan itu, Sugiyono (2015:117) mengemukakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Cilegon IV tahun ajaran 2016/2017.

Menurut Sugiyono (2015:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan melalui purposive sampling. Menurut Sugiyono (2015:124),

purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

(5)

yang diteliti. Dalam hal ini siswa kelas IV - A menjadi kelas kontrol sebanyak 30 siswa dan kelas IV – B menjadi kelas eksperimen sebanyak 30 siswa.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai dari disetujui judul skripsi sampai penelitian di kelas. Penelitian pembelajaran di kelas ekperimen dan kelas kontrol mulai tanggal 5 – 17 April 2017. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang diteliti mengenai pokok bahasan perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik SD Negeri Cilegon IV dengan kelas eksperimen yaitu kelas VB yang berjumlah 30 Siswa dan kelas kontrol yaitu kelas VA yang berjumlah 30 Siswa. Kelas eksperimen adalah kelas yang menggunakan model pembelajaran cooperative tipe

Think Pair Share dan kelas kontrol adalah kelas yang menggunakan pembelajaran

langsung. Instrumen penelitian berupa soal esai, diberikan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran. Tes hasil belajar sebelum pembelajaran dinamakan pretes dan tes hasil belajar setelah pembelajaran dinamakan postes. Pretes dan postes dilakukan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data hasil pretes dan postes dianalisis untuk memperoleh hasil penelitian hasil belajar yang lebih baik dari dua kelas tersebut setelah peserta didik belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Think Pair Share dan kelas kontrol adalah kelas yang menggunakan pembelajaran langsung.

Analisis Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Analisis Deskriptif

Deskripsi Data

Berdasarkan pengumpulan data dan penelitian yang telah dilakukan di kelas V SD Negeri Cilegon IV pada mata pelajaran IPS materi Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan telah diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.1

Data Sebelum Penelitian

No Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

1. Skor Tertinggi 11 9

2. Skor Terendah 0 0

(6)

Fikrah, P-ISSN : 2599-1671, E-ISSN : 2599-168X | 77

4. Mean 55,6 3,71

5. Varians 9,30 7,98

6. Standar Deviasi 3.04 2,82

Terlihat bahwa berdasarkan tabel diatas rata-rata hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda jauh yaitu 5,56 dan 4,36 ini mengartikan bahwa secara statistik deskriptif, kemampuan awal kedua kelas tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Secara lengkap skor pretest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam diagram dibawah ini

Diagram 4.1

Perbedaan Hasil Pre test kelas Eksperimen dan kontrol

Analisis Data Posttest

Pada penelitian ini diakhiri dengan pemberian soal posttest hasil belajar. Pemberian soal posttest diberikan berupa soal essai yang terdiri dari 7 butir soal yang bertujuan untuk mengetahui hasil kemampuan berpikir Kritis IPS siswa setelah diberikan pembelajaran. Untuk mengetahui gambaran jelas tentang data posttest maka terlebih dahulu melakukan analisis deskriptif. Gambaran statistik deskriptif mengenai skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

(7)

Tabel 4.2

Data Setelah Penelitian

No Data

Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

1. Skor Tertinggi 16 21 2. Skor Terendah 6 9 3. Rentang 10 12 4. Mean 11,1 15,9 5. Varians 11,07 13,62 6. Standar Deviasi 3,69 3,32

Terlihat bahwa berdasarkan tabel diatas hasil rata-rata posttest kelas eksperimen 15,9 sedangkan kelas kontrol 11,1.Berdasarkan statistika deskriptif terlihat bahwa rata-rata siswa kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Secara lengkap skor posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam diagram dibawah ini

Diagram 4.2

Perbedaan Hasil Pro test kelas Eksperimen dan Kontrol

Terlihat bahwa berdasarkan tabel diatas hasil rata-rata posttest kelas eksperimen 15,9 sedangkan kelas kontrol 11,1.Berdasarkan statistika deskriptif terlihat bahwa rata-rata siswa kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Secara

(8)

Fikrah, P-ISSN : 2599-1671, E-ISSN : 2599-168X | 79 lengkap skor posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam diagram dibawah ini.

Analisis Inferensial

Analisis Data Tahap Awal

Analisis data tahap awal dilakukan untuk membuktikan bahwa antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berangkat dari kondisi awal yang sama. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal diambil dari hasil pre-test. Paparan data awal dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Data Pre-Test Kelas N Rata- Rata Standar Deviasi Skor Tertinggi Skor Terendah V-A 30 4,5 2,82 9 0 V-B 30 4,95 7,98 11 0

Analisis data tahap awal terdiri dari dua uji, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Paparan data nilai siswa kelas V SD Negeri Cilegon IV dapat dilihat pada (lampiran F.1.)

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari distribusi normal atau tidak. Langkah ini mutlak diperlukan, karena akan menjadi penentu teknik statistika yang akan digunakan, apakah memakai statistik parametrik atau nonparametrik. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Data Pre-Test

No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria

1. IV-A 11,070 Berdistribusi Normal 2. IV-B 11,070 Berdistribusi Normal

Berdasarkan hasil analisis di atas tersebut diperoleh χ2hitung untuk setiap data

kurang dari χ2tabel dengan dan maka disimpulkan bahwa data berdistribusi normal,

sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Hasil uji normalitas disajikan pada (lampiran F.1)

(9)

Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengkaji apakah sebaran data berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji varians. Hasil uji homogenitas data pre-test dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Uji Homogenitas Data Pre-Test

Data Kriteria

Pre-test 1,84 Homogen

Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai , yaitu sehingga dapat dikatakan pre-test

berasal dari populasi yang homogen. Hal ini berarti bahwa penelitian ini tidak dipengaruhi oleh intelegensi siswa, yang artinya siswa kedua kelas tersebut mempunyai intelegensi yang sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran F.1) Analisis Data Tahap Akhir

Analisis data tahap akhir dilakukan untuk menjawab hipotesis yang telah dikemukakan. Data yang digunakan untuk analisis tahap ini adalah hasil post-test, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Analisis data tahap akhir ini meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis (uji pihak kanan).

Hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan pada tabel 4.6. Sedangkan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada ( lampiran F.2.)

Tabel 4.6 Data Post-Test Kelas N Rata- Rata Standar Deviasi Skor Tertinggi Skor Terendah V-A 30 11,905 3,68 21 9 V-B 30 10,719 3,32 16 6 Uji Normalitas Tabel 4.7

Hasil Uji Normalitas Data Post-Test

No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria

(10)

Fikrah, P-ISSN : 2599-1671, E-ISSN : 2599-168X | 81 2. V-B 9,0620 11,070 Berdistribusi Normal

a)

Berdasarkan hasil analisis di atas tersebut diperoleh χ2hitung untuk setiap data kurang dari χ2tabel dengan dan maka disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Hasil uji normalitas disajikan pada (lampiran F.2.)

Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas data post-test dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8

Hasil Uji Homogenitas Data Post-Test

Data Kriteria

Post-test 1,23 1,85 Homogen

Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai , yaitu sehingga dapat dikatakan post-test berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada (lampiran F.2.)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata dengan Menggunakan Uji-t Dua Pihak Pretest

Hasil uji normalitas dan homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dilakukan uji-t dengan ɑ = 0,05. Berikut ini adalah hasil uji perbedaan dua rata-rata untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.9

Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pretes Kemampuan Berpikir Kritis

Jenis Uji Statistik Kesimpulan

Uji-t thitung = ttabel = 2,002

Tidak terdapat perbedaan

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa thitung < ttabel atau < 2,002 maka tidak terdapat perbedaan antara kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas

(11)

kontrol pada mata pelajaran IPS. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran E.2.5

Postest

Hasil uji normalitas dan homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dilakukan uji-t dengan ɑ = 0,05. Berikut ini adalah hasil uji perbedaan dua rata-rata untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.6

Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Postes Kemampuan Berpikir Kritis

Jenis Uji Statistik Kesimpulan

Uji-t

thitung =

ttabel = 2,002 Terdapat perbedaan

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa thitung > ttabel atau > 2,002 maka terdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol pada mata pelajaran IPS. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran E.2.5

Uji Pihak Kanan

Uji pihak kanan dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran IPS yang menerapkan

cooperative tipeThink Pair Share. lebih baik dari siswa yang menerapkan pembelajaran

langsung Hasil uji pihak kanan selengkapnya dimuat pada tabel 4.9. Tabel 4.9

Hasil Uji Pihak Kanan

Kelompok Kel as Rat a-rata Kriteri a Kontrol V-A 07 30 58 1,67 2 ditolak Eksperime n V-B 30

(12)

Fikrah, P-ISSN : 2599-1671, E-ISSN : 2599-168X | 83 Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh lebih besar dari dengan dengan taraf signifikan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ditolak dan diterima yang berarti kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPS yang menerapkan

cooperative tipeThink Pair Share lebih baik dari siswa yang menerapkan pembelajaran

langsung. Perhitungan uji pihak kanan dapat dilihat pada (lampiran F.3.) Pembahasan Hasil Penelitian

Pada penelitian ini data tes hasil belajar peserta didik diperoleh dari tes awal (pretest) dan tes akhir (postest).

Pretest

Pretest diberikan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan yang berbeda. Hasil belajar peserta didik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas eksperimen dianggep sama dengan hasil belajar peserta didik di kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik tes awal (pretest) diperoleh rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 66 dan kelas kontrol 58,8. Analisis data homogenitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol i, yaitu, hasil analisis data

tersebut maka dapat disimpulkan data pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen Homogen. Karena dari hasil pretest didapatkan kedua kelas homogen, maka peneliti ini tidak dipengaruhi oleh intelegensi peserta didik. Artinya, peserta didik kedua kelas tersebut mempunyai intelegensi yang sama.

Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai implementasi kegiatan pembelajaran dikelas eksperimen. Kelas eksperimen ialah kelas yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Think Pair Share. Materi yang diberikan pada kelas eksperimen sama dengan materi yang diberikan pada kelas kontrol yaitu perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan.

Model pembelajaran ini menggunakan metode kelompok yang disesuaikan dengan kategori dalam pembelajaran. Di dalam kelompok peserta didik saling berdiskusi satu sama lain dan berbagai pendapat mengenai pembelajaran tersebut.

(13)

Pada awal pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik berdoa untuk memulai kegiatan pembelajaran. Kemudian guru memeriksa kehadiran peserta didik. Setelah itu guru memberikan soal pretest kepada peserta didik untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Selanjutnya akan dijelaskan langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative tipe Think Pair Share.

Pada tahap pertama (thinking), guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan mengajukan pertanyaan terkait dengan perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Pada tahap kedua (pairing), guru meminta peserta didik berpasangan. Guru membagi kelompok dan memberi kesempatan kepada pasangan atau kelompok tersebut untuk berdiskusi. Dalam diskusi tersebut diharapkan dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap pasangan nantinya dibicarakan dengan pasangan lain di seluruh kelas. Pada tahap terakhir (sharing), siswa mempersentasikan jawaban atau memecahkan masalah secara individual atau kelompok di depan kelas. Kelompok yang lain diberikesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan, dan memberikan pujian bagi kelompok yang berhasil baik dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Pada tahap terakhir pembelajaran, guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan pembelajaran, selanjutnya guru menutup pelajaran dengan menyuruh peserta didik memimpin doa.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dari kegiatan pendahuluan sampai penutup, sebagian besar peserta didik mengikuti setiap langkah-langkah pembelajaran dengan tertib meskipun pada saat pembentukan kelompoksuasana kelas menjadi ribut karena peserta didik harus mencari teman yang memiliki angka yang sama. Pada saat kerja kelompok terlihat sebagian besar peserta didik berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan, karena dalam model cooperative tipeThink Pair Share. Kelompok harus saling bertukar bertukar pikiran untuk menemukan jawaban yang paling benar. Secara umum pembelajaran dengan menggunakan model cooperative tipe

(14)

Fikrah, P-ISSN : 2599-1671, E-ISSN : 2599-168X | 85 Proses pembelajaran kelas kontrol

Kelas kontrol ialah kelas yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori saat proses pembelajaran. Materi yang diberikan pada kelas kontrol sama dengan materi yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu materi menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan.

Dalam proses pembelajaran di kelas kontrol guru lebih mendominasi (teacher

center) proses pembelajarannya lebih menitik beratkan pada proses mentransfer

pengetahuan yang dimiliki guru kepada peserta didik dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Guru lebih banyak menjelaskan sehingga kegiatan peserta didik kelas kontrol dalam proses pembelajaran lebih pasif.

Postest

Postest diberikan setelah proses pembelajaran selama dua kali pertemuan di masing-masing kelas. Postest diberikanuntuk mengetahui pencapaian akhir hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan menggunakan model cooperative tipe Think Pair Share

sedangkan untuk kelas kontrol yaitu dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Hasil belajar pesarta didik pada kelas eksperimen diperoleh dengan rata-rata nilai sebesar 85,4 sedangan untuk kelas kontrol sebesar 75,5.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang menerapak model

cooperative tipe Think Pair Share dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang

mendapatkan model pembelajaran langsuung. Hal ini terlihat dari hasil uji t dua pihak nilai posttest,diperoleh nilai dengan dk = + -2 = 30 + 30 – 2 = 58 dan = 0,05 maka didapat = 2,002. Sehingga didapat - < > atau -2,002 <5,298> 2,002. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPS yang menerapkan cooperative tipe Think Pair Share lebih baik dari siswa yang menerapkan pembelajaran langsung . Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji pihak kanan yaitu yaitu, yang menunjukkan bahwa ditolak dan diterima.[]

(15)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga.

Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.

Heriawan, Adang, dkk. 2012. Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis.

Serang: LP3GHuda, Miftahul. M.Pd. 2014. Model-Model Pengajaran dan

Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran Langsung. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mustari, Mohamad,Ph.D. 2014. Nilai karakter refleksi untuk pendidikan .

Riduwan. 2008. Dasar-Dasar Statistika.Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Shoimin, Aris. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Solihatin, Etin. 2011. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryanto, dkk. 2010. Evaluasi Pembelajaran SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Taniredja, Tukiran. 2012. Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 4.3  Data Pre-Test  Kelas  N  Rata-  Rata  Standar Deviasi  Skor  Tertinggi  Skor  Terendah  V-A  30  4,5  2,82  9  0  V-B  30  4,95  7,98  11  0
Tabel 4.6  Data Post-Test  Kelas  N  Rata-  Rata  Standar Deviasi  Skor  Tertinggi  Skor  Terendah  V-A  30  11,905  3,68  21  9  V-B  30  10,719  3,32  16  6  Uji Normalitas  Tabel 4.7
Tabel  4.8  menunjukkan  bahwa  thitung  &gt;  ttabel  atau  &gt;  2,002  maka  terdapat  perbedaan  antara  kemampuan  berpikir  kritis  siswa  kelas  eksperimen  dengan  kemampuan  berpikir  kritis  siswa  kelas  kontrol  pada  mata  pelajaran  IPS

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan pengawasan terhadap Bank dan

Perubahan-perubahan penting dalam bidang produksi dan ekonomi di Eropa Barat pada abad ke 19 M telah mendorong seluruh dunia berada di bawah pengaruh industri mekanis

Pada hubungan balok kolom,dengan lebar balok lebih besar daripada lebar kolom, tulangan transversal yang ditentukan pada 23.4(4) harus dipasang pada hubungan tersebut

Model pembelajaran ini dalam bentuk program tersendiri sesuai sasaran dan melayani bentuk kegiatan ekspresi misalnya bahasa Staf berkedudukan sebagai perencana dan pengendali situasi

Kognitif adalah kebolehan individu untuk berfikir, memberi pendapat, memahami, mengingati perkara-perkara yang berlaku di persekitaran masing-masing.Oleh itu,aktiviti yang dilakukan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu model terbaik untuk kasus DBD di Jawa Timur tahun 2014 adalah model

Jika Dua Unsur Dapat Membentuk Lebih Dari Dua Jenis Senyawa, Dan Jika Massa Salah Satu Unsur Dalam Senyawa –Senyawa Itu Sama.. Pernyataan Diatas Merupakan Definisi Dari

 Mendiskusikan penyederhanaan rangkaian seri, paralel, dan seri- paralel  Mendiskusikan transformasi hubungan segitiga-bintang dan bintang-segitiga  Merangkum penerapan