• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang terletak antara 10013’00” LS - 40000’00” LS dan 10400000” BT - 10503’00” BT, yang berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabupaten Muara Jambi dan Selat Bangka Sebelah Timur : Kecamatan Air Sugihan dan Kecamatan Pampangan Kabupaten OKI

Sebelah Selatan : Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Muara Enim Sebelah Barat : Kecamatan Lais, Kecamatan Sungai Lilin dan Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin

Wilayah Kabupaten Banyuasin hampir 80% adalah dataran berupa pasang surut dan lebak, sedangkan 20% sisanya merupakan penyebaran lahan kering dengan topografi sampai bergelombang. Untuk daerah perairan baik payau maupun laut disepanjang pesisir timur sebagian besar merupakan area penangkapan ikan perairan umum, hanya beberapa lokasi telah dijadikan lokasi budidaya tambak ikan dan udang. Pesisir Banyuasin merupakan kawasan rawa dan hutan mangrove di Sembilang dan Semenanjung Banyuasin yang sekarang dan dahulunya merupakan daerah mangrove terluas. Kawasan ini merupakan contoh ekosistem hutan rawa di Indo-Malaya yang mendukung kehidupan berbagai spesies terancam punah (Iqbal dan Wardoyo 2003).

4.2 Wilayah Administratif

Kabupaten Banyuasin dengan luas wilayah 11.832,99 km2 yang terdiri dari 15 Wilayah Kecamatan. Nama-nama Kecamatan menurut status dan Ibu Kotanya dalam Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Tabel 10.

(2)

Tabel 10 Nama-nama Kecamatan menurut status dan Ibu Kota Kecamatan dalam Kabupaten Banyuasin

No Kecamatan Ibu Kota Kecamatan

1. Banyuasin I Mariana

2. Rambutan Sungai Pinang

3. Muara Padang Sumber Makmur

4. Talang Kelapa Sukajadi

5. Banyuasin II Sungsang

6. Makarti Jaya Makarti Jaya 7. Muara Telang Muara Telang 8. Banyuasin III Pangkalan Balai

9. Betung Betung

10. Rantau Bayur Rantau Bayur 11. Pulau Rimau Teluk Betung 12. Tunggal Ilir Sidomulyo

13. Air Saleh Saleh Mukti

14. Tanjung Lago Tanjung Lago 15. Muaro Sugihan Trita Harjo Sumber : DKP 2006

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa Kecamatan Banyuasin II merupakan Kecamatan terluas yaitu 2.681,82 atau 22,66% dari luas Kabupaten Banyuasin. 4.3 Karakteristik Iklim, Musim dan Daerah Penangkapan

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Banyuasin tercatat bahwa tidak ada bulan kering yang nyata (<100 mm) selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir (1992 - 2002). Temperatur minimal yang tercatat pada bulan Oktober yaitu 25,4 °C dan temperatur maksimum 27,9 °C pada bulan Januari. Kelembaban nisbi bulanan selalu tinggi yaitu lebih besar dari 82 %. Sistem agroklimat daerah ini termasuk daerah dengan zona agroklimat A1 yaitu dimana terdapat iklim lebih dari sembilan bulan basah berturut-turut dan kurang dari dua bulan kering tiap tahunnya. Curah hujan rata-rata sebesar 229,7 mm per tahun dan dengan rata-rata hari hujannya sebanyak 149 hari per tahun. Besarnya curah hujan adalah tiga kali curah hujan pada musim kemarau dan berdasarkan data dari BMG dari tahun 1986 – 2001 rata-rata kecepatan angin selama bulan Oktober adalah 3,27 km/jam adalah 0,907 m/s dengan arah rata-rata pergerakan angin kearah tenggara. Curah hujan terbesar adalah 13,58 mm – 38,50 mm dengan rata-rata 8,84 mm – 24,25 mm (DPK 2006).

(3)

Kegiatan perikanan di Kabupaten Banyuasin terutama usaha penangkapan ikan baik penangkapan di perairan umum maupun penangkapan di laut, faktor iklim sangat mempengaruhi dalam aktivitas masyarakat perikanan dalam melakukan usahanya. Kegiatan penangkapan ikan diperairan umum (sungai, rawa/lebak) efektif mulai bulan Juni sampai dengan September selama periode tahunan dimana saat bulan tersebut musim kemarau. Sedangkan kegiatan penangkapan ikan di laut dipengaruhi oleh adanya Angin Musim Barat, Utara dan Tenggara. Pada saat angin musim barat yang terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan Maret, kegiatan penangkapan di laut terutama bagi nelayan yang berdomisili di Sungsang tidak melaut.

Dalam menentukan daerah penangkapan (fishing ground) jaring insang hanyut, bagan tancap dan rawai hanyut yang dilakukan nelayan di Sungsang, umumnya berdasarkan pengalaman nenek moyang mereka terdahulu dan pengalaman-pengalaman nelayan sebelumnya. Apabila hasil tangkapan yang diperoleh pada operasi penangkapan sebelumnya cukup banyak, maka nelayan akan melakukan kegiatan penangkapan di daerah yang sama. Sebaliknya jika diperoleh hasilnya sedikit maka nelayan akan mencari daerah penangkapan yang baru.

Daerah penangkapan ikan pelagis oleh nelayan Desa Sungsang umumnya terdapat di perairan Sungai Barong sampai Sungai Sembilang, Sungai Lulu sampai Sungai Manan, Sungai Benu sampai Pulau Jambi, Laut Bangka sampai Tanjung Niur, Laut Palu, Laut Upang, Laut Jermal, Pulau Tujuh, Carad, Legon, Mesuji, Sungai Pinang, Sungai Lumpur, Sungai Batang, Bedawang, Birik, Taboan, Tabuwali, Tanjung Panglima, Tanjung Tuluh dan Pantai Tulung Selapan sampai Pantai Lampung. Kedalaman perairan untuk pemasangan bagan tancap berkisar antara 0 - 10 m, jaring insang hanyut berkisar antara 0 – 8 m sedangkan untuk hanyut berkisar antara 0 - 15 m tergantung jarak yang ditempuh dari fishing base dengan substrat perairan lumpur, berpasir dan lumpur berpasir. Jarak daerah penangkapan di perairan Sungsang dan Laut Palu dari tempat berangkat dan pendaratan hasil tangkapan (fishing base) berkisar antara 2 - 3 jam (DPK 2006).

(4)

4.4 Karakteristik Oseanografi 4.4.1 Kedalaman

Pengaruh sedimentasi dan abrasi secara langsung, maupun tidak menentukan dinamika kedalaman laut (batimetri). Kedalaman laut perairan Kabupaten Banyuasin berkisar antara 0 – 25 m, semakin ke tengah laut dari garis pantai semakin meningkat kedalamannya, sampai sejauh 9 km ke arah laut kedalaman bervariasi dari 0 sampai 5 m. Zona ini merupakan pantai tersedimentasi oleh endapan pasir dan lumpur terutama di Selat Bangka. Semakin ke tengah laut atau kearah 20 m dari pantai kedalaman berkisar antara 0 – 25 m (Lampiran 1).

4.4.2 Arus

Perairan Kabupaten Banyuasin berada di Selat Bangka, yaitu perairan yang memisahkan pantai Timur Sumatera dengan Pulau Bangka. Seperti pada perairan di Indonesia lainnya, Selat Bangka sangat dipengaruhi oleh angin musim yang berganti arah setiap setengah tahun. Selama musim Timur dari Mei hingga September arus bergerak ke barat laut. Sedangkan pada musim barat, November hingga Maret arus bergerak ke arah yang berlawanan. Pada bulan-bulan awal dan akhir setiap musim terjadi periode peralihan. Kecepatan arus maksimum pada setiap musim mencapai 25 cm/detik (Wyrtki 1961).

Kondisi parameter oseanografi perairan Sungsang tidak jauh berbeda dengan perairan tropis lainnya. Ketinggian rata-rata perairan Banyuasin (Sungsang) berdasarkan data dari Dinas Hidro Oseanografi adalah sekitar 190 cm, sedangkan dari pengamatan selama 15 hari diperoleh bahwa ketinggian rata-rata perairan berkisar 197,19 cm, dengan tunggang pasang sekitar 252,33 cm, dan rata-rata amplitudo pasang sekitar 129,68 cm (4,81 – 177,81 cm). Kondisi pasang surut lokasi pengamatan sekitar Sungsang adalah bertipe pasang surut campuran dominasi tunggal (DPK 2006).

Kecepatan arus maksimum adalah kecepatan arus yang disebabkan pergerakan pasang surut terbesar pada saat Neap Tide maupun Spring Tide adalah 0,02 - 0,306 m/s, dengan rata-rata kecepatan arus selama pengamatan adalah 0,164 m/s dan arah arus dominan dari Barat Utara ke Timur bergantian menurut musimnya (DPK 2006).

(5)

4.4.3 Suhu

Suhu merupakan faktor penting dalam lingkungan perairan karena bersama dengan salinitas dapat mengontrol densitas air. Perubahan suhu perairan akan mempengaruhi proses-proses biologis dan ekologis yang terjadi dalam air dan pada akhirnya akan mempengaruhi komunitas biologis didalamnya. Suhu perairan laut Selat Bangka dan termasuk kawasan estuari Kabupaten Banyuasin berkisar antara 24 °C – 30 °C dan suhu perairan di perairan Sungsang berkisar antara 30,40 – 30,60 °C, dengan suhu rata-rata perairan adalah 30,48 °C. Oleh karena itu suhu di sekitar perairan Sungsang masih dalam keadaan normal (DPK 2006). Suhu air permukaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar antara 28 – 31 ºC (Nontji 1993).

4.4.4 Salinitas

Salinitas bersama-sama dengan suhu merupakan komponen yang berperan penting dalam mengontrol densitas air laut. Melalui proses difusi dan osmosis. Salinitas juga mempengaruhi kehidupan biota laut.

Salinitas di perairan Kabupaten Banyuasin berkisar antara 10 – 30 ‰. Nilai rata-rata salinitas tersebut cukup rendah, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh air laut lebih rendah dibandingkan dengan air tawar. Dari hasil pengukuran diperoleh nilai salinitas untuk daerah muara sungai berkisar antara 10 – 15 ‰, dan semakin ke arah laut kadar salinitas makin bertambah dengan kisaran antara 26 – 30 ‰ (DPK 2006).

Salinitas di sekitar perairan Sungsang adalah sekitar rata-rata 31,6 ‰. Salinitas terendah sebesar 31,4 ‰ dan salinitas tertinggi sebesar 32,0 ‰. Kondisi ini banyak dipengaruhi oleh masukan aliran sungai dimana lokasi yang pengaruh aliran sungai kecil maka nilai salinitasnya akan semakin tinggi sebaliknya lokasi yang mendapat pengaruh aliran air laut secara langsung sehingga nilai salinitasnya tinggi (DPK 2006). Didukung oleh pernyataan bahwa di perairan Samudera, salinitas biasanya berkisar antara 34 – 35 ‰

(6)

4.5 Sumberdaya Perikanan

Perikanan di Kabupaten Banyuasin mempunyai sumberdaya yang cukup besar sehingga dapat merupakan modal dasar bagi usaha untuk meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan masyarakat.

Pengelolaan sumberdaya ikan Kabupaten Banyuasin berupa perikanan laut, perairan umum dan budidaya.

a. Perikanan laut, terdapat di Pantai Timur Sumatera mulai dari Sungai Sugihan (perbatasan dengan Kabupaten OKI) kearah Utara sampai dengan Sungai Benu (perbatasan dengan Propinsi Jambi) seluas lebih kurang 1.765,4 km2.

b. Lahan budidaya areal untuk pengembangan budidaya cukup tersedia luas antara lain budidaya ikan dalam keramba, budidaya ikan di kolam, budidaya ikan di sawah lebak, budidaya ikan di tambak dan mina padi. c. Budidaya tambak terdapat di Kecamatan Banyuasin II, Muara Telang,

Pulau Rimau, Muara Padang, Makarti Jaya dan Talang Kelapa. Potensi areal pertambakan bandeng dan udang di Kabupaten Banyuasin seluas 21.000 ha. Adapun untuk lebih jelas mengenai sumberdaya perikanan di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 11 Potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Banyuasin

No Sub. Sektor Potensi (ha) Pemanfaatan (ha) Potensi Peningkatan 1. Perikanan laut a. Ikan b. Udang c. Kerang-kerangan 102.300 92.800 9.000 5.000 60.775,5 52.444,1 7.832,2 283.5 41.524,5 ha 40.355,9 ton 1.167,8 ton 4.716,5 ton 2 Budidaya air payau

a. Udang b. Bandeng 21.000 27.000 10.500 7.245,1 3.066,3 2.177,4 13.754,9 ha 23.993,7 ha 8.322,6 ha 3. Budidaya air tawar

a. Kolam b. Keramba 142.000 227.200 15.130 unit 8.775 13.150 226 unit 13.322,5 ha 214.050 ha 14.904 unit Sumber : DPK 2006

(7)

Potensi sumberdaya ikan yang tertangkap terdiri dari berbagai jenis ikan ekonomis penting. Jenis-jenis ikan yang tertangkap di Kabupaten Banyuasin diantaranya ikan kakap (Lates calcalifer), lidah (Cynoglossus bilineatus), manyung (Arius thalassinus), bambangan (Lutjanus sanguineus), pari (Dasyatis sp), alu-alu (Sphyraena sp), julung-julung (Hemirhampus sp), teri (Stolephorus sp), japuh (Dussumiena sp), tembang (Sardinella sp), bawal putih (Pampus argentus), bawal hitam (Formio niger), belanak (Mugil cepalus), kembung (Rastrelliger sp), tenggiri (Scomberonomus commerson), tongkol (Auxis thazard), gulamah (Seudonia amoyensis), senangin (Eletheronema tetradactylum), parang-parang (Chirosentrus dorab), gerot-gerot (Pomadasys macullatus), pepetek (Leiognathus splenden), kuwe (Caranx sexfasciatus), cucut (Hemigaleus argentata), rajungan (Portunus pelagicus), cumi-cumi (Loligo sp), kepiting (Scylla serrata), dan udang putih (Trygon sephen) (DPK 2006).

4.7 Unit Penangkapan 4.7.1 Alat tangkap

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Sungsang bervariasi. Alat tangkap utama yang digunakan nelayan Kabupaten Sungsang terdiri dari pukat tarik ikan, dogol, jaring insang hanyut, trammel net, bagan tancap, pancing lainnya, serok, perangkap kerang, alat penangkap kerang, alat penangkap kepiting dapat dilihat pada Tabel 12.

Produksi hasil perikanan Kabupaten Banyuasin dipasarkan keluar daerah antara lain ke Tanjung Balai Karimun, Jakarta, Palembang dan Padang. Produksi perikanan Kabupaten Banyuasin masih memungkinkan untuk ditingkatkan dimasa-masa yang akan datang melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Potensi areal pengembangan budidaya masih tersedia luas dan belum dimanfaatkan secara optimal, terutama pengembangan budidaya air payau (tambak) (DPK 2006).

(8)

No Jenis Alat Tangkap Jumlah (Unit)

1. Pukat tarik ikan 410

2. Dogol 743

3. Jaring insang hanyut 90

4. Jaring insang dasar 55

5. Trammel net 732 6. Bagan Tancap 110 7. Rawai Hanyut 20 8. Rawai dasar 125 9. Serok 335 10. Perangkap kerang 203

11. Alat penangkap kerang 252

12. Alat penangkap kepiting 402

Sumber : DPK 2006

4.7.2 Armada perikanan tangkap

Sumberdaya perikanan laut dieksploitasi dengan berbagai teknologi penangkapan ikan (kapal perikanan dan alat penangkap ikan). Kondisi kapal penangkap ikan yang digunakan dapat memberikan gambaran kemampuan jangkauan daerah penangkapan ikan dan kapasitas produksi ikan. Struktur kapal penangkap ikan dapat dilihat pada Tabel 13 yang sekaligus merupakan indikator terbatasnya jangkauan daerah penangkapan.

Tabel 13 Jumlah armada penangkap ikan laut di Kabupaten Banyuasin tahun 2006

No Lokasi Kecamatan Perahu tanpa motor Perahu tempel Kapal motor (GT) < 5 5–10 10-20 > 20 1. Ds. Sungsang I Banyuasin II 135 17 166 65 - -2. Ds. Sungsang II Banyuasin II 10 5 104 - - -3. Ds. Sungsang III Banyuasin II 75 18 144 36 - -4. Ds. Sungsang IV Banyuasin II 29 4 413 - -

-5. Sei. Birik Banyuasin II 13 7 19 - -

-6. Sei. Benu Banyuasin II 10 4 20 - -

-7. Sei. Bedawang Banyuasin II - 4 16 - -

-8. Sei. Apung Banyuasin II - - 13 - -

-9. Sei. Sembilang Banyuasin II 50 23 117 - -

-10. Sei. Air Ulu Banyuasin II - - 11 - -

-11. Sei. Belangu Banyuasin II - - 9 - -

-12. Ds. Upang Makarti Jaya 65 7 205 84 16 2 13. Ds. Upang Makmur Makarti Jaya 6 3 83 - - -14. Dus IV Kerupuk Makarti Jaya 3 - 52 - - -15. Kuala Sugihan Kiri Ma. Padang 29 13 35 46 31 6 16. Dus Sei Jeruju Ma. Padang 6 12 54 - -

-17. Dus Sei Taro Ma. Padang - 59 14 - -

(9)

Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memegang peranan penting dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Peranan tersebut didasarkan pada kemampuan nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan alat tangkap serta pengalaman dalam menentukan fishing ground (daerah penangkapan ikan). Nelayan di Kabupaten Banyuasin tersebar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Sei Sembilang, Sei Benu, Sei Birik, Sei Bedawang dan lain-lain. Jumlah nelayan Sungsang dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Banyuasin tahun 2006

No Lokasi Kecamatan Jumlah Nelayan

RTP RTBP

1. Ds. Sungsang I Banyuasin II 393 912 2. Ds. Sungsang II Banyuasin II 99 182 3. Ds. Sungsang III Banyuasin II 281 379 4. Ds. Sungsang IV Banyuasin II 79 134

5. Sei. Birik Banyuasin II 84 79

6. Sei. Benu Banyuasin II 95 128

7. Sei. Bedawang Banyuasin II 23 25

8. Sei. Apung Banyuasin II 54 75

9. Sei. Sembilang Banyuasin II 195 259

10. Sei. Air Ulu Banyuasin II 29 23

11. Sei. Belangu Banyuasin II 33 31

12. Ds. Upang Makarti Jaya 215 371

13. Ds. Upang Makmur Makarti Jaya 80 79 14. Dus IV Kerupuk Makarti Jaya 31 27 15. Kuala Sugihan Kiri Ma. Padang 213 683 16. Dus Sei Jeruju Ma. Padang 76 130

17. Dus Sei Taro Ma. Padang 59 66

Sumber : DPK 2006

4.8 Produksi dan Nilai Produksi

Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama periode 2001 – 2005 di Kabupaten Banyuasin mengalami penurunan yang cukup baik dengan didukung oleh rendahnya nilai jual ikan. Nilai produksi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2002 dengan produksi perikanan sebesar 57.370,96 ton/tahun dengan nilai produksi Rp. 360.846.740. Nilai produksi yang terendah dalam lima tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2005 dengan produksi perikanan sebesar 23.230,40 ton/tahun dengan nilai produksi Rp. 239.076.250. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama periode 2001 – 2005 di Kabupaten

(10)

Banyuasin Tabel 15.

Tabel 15 Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama periode tahun 2001 – 2005 di Kabupaten Banyuasin

Tahun Produksi Ikan (ton) Nilai Produksi(Rp. 1000) Produksi (%)Persentase

2001 38.601.00 204.070.700 0.00

2002 57.370.96 360.846.740 18,77

2003 41.107.30 205.805.00 -16,26

2004 55.130.10 329.402.950 14,02

2005 23.230.40 239.076.250 -31,89

Gambar

Tabel 13 Jumlah armada  penangkap ikan laut di Kabupaten Banyuasin tahun  2006
Tabel 15  Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama    periode tahun 2001 – 2005 di Kabupaten Banyuasin

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan pelafalan dalam percakapan bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA

Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian Tanggal 31 Desember 2012 Dan Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal Tersebut Dengan Angka. Perbandingan Tanggal 31 Desember 2011 Dan

Pada makhluk hidup heterotrof   (makhluk hidup yang memanfaatkan sumber makanan organik, makhluk hidup yang tidak mampu mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa

Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linear berganda menunujukkan bahwa variabel kompetensi komunikasi, kecerdasan emosional dan budaya organisasi berpengaruh secara

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Dasar pertimbangan hakim pengadilan negeri militer dalam menjatuhkan sanksi pidana kepada anggota TNI yang melakukan tindak

Dalam Pemerintahan Desa ini apapun kegiatannya yang termasuk dalam kegiatan Pembangunan, penggunaan ADDnya, itu semua melalui Peraturan Desa yang telah disetujui oleh

Seluruh dokumen di ilmuti.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau

Dari hasil pengujian diperoleh hubungan antara nilai pH pada pH meter digital dengan nilai ADC pada alat ukur yang telah dibuat berbanding terbalik yaitu semakin tinggi