BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. TAKOYAKINA JAVA MALL
Takoyakina Java Mall merupakan merupakan salah satu outlet franchise Takoyakina. Takoyakina menjual produk makanan yaitu ”Takoyaki”. Takoyaki adalah makanan khas jepang. Takoyaki sendiri di jepang sudah menjadi makanan favorit untuk semua kalangan.
Rasanya yang gurih ditambah dengan mayonaise dan saos pilihan membuat Takoyaki menjadi alternatif makanan pengganti nasi. Melihat prospek dan kompetitor di Indonesia yang masih terbatas dan rasa Takoyaki yang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia sesuai dengan motto “Jajanan Jepang Cita Rasa Indonesia”.
Gambar 4.1.1. Outlet Takoyakina Java Mall
Takoyakina Java Mall didirikan pada tanggal 10 Juni 2009. Beralamat di Jl Letjen MT Haryono 992-994, Food Court lt.3 Java Mall Semarang. Usaha ini didirikan oleh Ronald Gunawan selaku pemilik, dengan didampingi seorang karyawan.
Usaha ini didirikan karena pihak pemilik melihat peluang usaha yang masih cukup besar di bisnis ini. Konsumennya berasal dari semua kalangan, mulai dari anak-anak, anak muda, hingga dewasa.
4.1.2. DAILY FRESH JAVA MALL
Daily Fresh Java Mall merupakan salah satu outlet franchise Daily Fresh yang berasal dari Malaysia. Daily Fresh menjual produk snack jagung manis pipilan dalam gelas (cup). Produknya yaitu jagung dalam kemasan, lalu direbus, terus di display dalam steamer. Jika ada pembeli datang baru dimasukan ke cup dan diberi keju, susu, saos dll. Produk ini kandungan seratnya tinggi, rendah lemak, dan bebas kolesterol.
Gambar 4.1.2. Outlet Daily Fresh Java Mall
Daily Fresh Java Mall didirikan pada tanggal 12 Februari 2006. Beralamat di Jl Letjen MT Haryono 992-994, Food Court lt.3 Java Mall Semarang. Usaha ini dijalankan oleh Tyas Kustiani selaku pemilik, dengan didampingi seorang karyawan.
Pemilik melihat prospek yang bagus untuk snack jagung ini. Tidak heran usaha ini dapat bertahan hingga saat ini, dengan sebagian besar pelanggan adalah anak-anak.
4.1.3. K-PATATS JAVA MALL
K-Patats Java Mall merupakan salah satu outlet franchise K-Patats yang berpusat di Surabaya dan merupakan franchise asli Indonesia. Huruf "K" singkatan dari King, dan kata "Patats" sendiri berasal dari bahasa Belanda yg berarti kentang, jadilah K-Patats si Raja Kentang.
K-Patats juga bergerak di bidang makanan jenis snack ringan, dengan menawarkan konsep sederhana yaitu kentang goreng ditambah berbagai macam pilihan saus mayonaise. Dengan Motto "The Real Taste for Costumer" K-Patats sangat menyadari bahwa rasa adalah segalanya dan menjadi nomor satu untuk menarik datangnya pelanggan.
Gambar 4.1.3. Outlet K-Patats Java Mall
K-Patats Java Mall didirikan pada tanggal 15 Agustus 2006. Beralamat di Jl Letjen MT Haryono 992-994, Food Court lt.3 Java Mall Semarang. Usaha ini dijalankan oleh Lany Sutanto selaku pemilik, dengan didampingi seorang karyawan.
Usaha ini didirikan karena pihak pemilik melihat peluang usaha yang masih cukup besar di bisnis ini, dengan segmentasi untuk anak muda.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa fakta di lapangan memperlihatkan banyak ana-anak dan orang dewasa yang menggemarinya.
4.2. Struktur Organisasi
4.2.1. Takoyakina Java Mall
Seperti halnya perusahaan atau bisnis lain, maka Takoyakina Java Mall juga memiliki struktur organisasi yang mengatur garis wewenang dan tanggung jawab. Berikut ini adalah gambar struktur organisasi Takoyakina Java Mall :
Gambar 4.2.1. Struktur Organisasi Takoyakina Java Mall
Pihak Takoyakina Java Mall memiliki struktur organisasi yang terdiri dari pemilik, dan seorang karyawan. Pemilik ini membawahi langsung seorang karyawan tersebut. Berikut ini adalah keterangan tentang tanggung jawab dan tugas pemilik dan karyawan pada Takoyakina Java Mall :
1. Pemilik selaku pimpinan bertugas untuk memimpin jalannya perusahaan. Memiliki tanggung jawab dan wewenang yang penuh terhadap kinerja dan jalannya perusahaan. Pemilik juga sekaligus
Pemilik
mengurus fungsi pembelian barang dari pihak supplier yaitu franchisor dan mengurus keuangan perusahaan.
2. Karyawan (1 orang), bertanggung jawab atas persediaan atau stock barang-barang yang ada pada perusahaan. Memproduksi dan melakukan penjualan langsung kepada pembeli. Bagian ini bertanggung jawab langsung kepada pihak pemilik.
4.2.2. Daily Fresh Java Mall
Seperti halnya perusahaan atau bisnis lain, maka Daily Fresh Java Mall juga memiliki struktur organisasi yang mengatur garis wewenang dan tanggung jawab. Berikut ini adalah gambar struktur organisasi Daily Fresh Java Mall :
Gambar 4.2.2. Struktur Organisasi Daily Fresh Java Mall
Pihak Daily Fresh Java Mall memiliki struktur organisasi yang terdiri dari pemilik, dan seorang karyawan. Pemilik ini membawahi langsung seorang karyawan tersebut. Berikut ini adalah keterangan tentang tanggung jawab dan tugas pemilik dan karyawan pada Daily Fresh Java Mall :
Pemilik
1. Pemilik selaku pimpinan bertugas untuk memimpin jalannya perusahaan. Memiliki tanggung jawab dan wewenang yang penuh terhadap kinerja dan jalannya perusahaan. Pemilik juga sekaligus mengurus fungsi pembelian barang dari pihak supplier yaitu franchisor dan mengurus keuangan perusahaan.
2. Karyawan (1 orang), bertanggung jawab atas persediaan atau stock barang-barang yang ada pada perusahaan. Memproduksi dan melakukan penjualan langsung kepada pembeli. Bagian ini bertanggung jawab langsung kepada pihak pemilik.
4.2.3. K-Patats Java Mall
Seperti halnya perusahaan atau bisnis lain, maka K-Patats Java Mall juga memiliki struktur organisasi yang mengatur garis wewenang dan tanggung jawab. Berikut ini adalah gambar struktur organisasi K-Patats Java Mall :
Gambar 4.2.3. Struktur Organisasi K-Patats Java Mall
Pihak K-Patats Java Mall memiliki struktur organisasi yang terdiri dari pemilik, dan seorang karyawan. Berikut ini adalah keterangan tentang tanggung jawab dan tugas pemilik dan karyawan pada K-Patats Java Mall :
Pemilik
1. Pemilik selaku pimpinan bertugas untuk memimpin jalannya perusahaan. Memiliki tanggung jawab dan wewenang yang penuh terhadap kinerja dan jalannya perusahaan. Pemilik juga sekaligus mengurus fungsi pembelian barang dari pihak supplier yaitu franchisor dan mengurus keuangan perusahaan.
2. Karyawan (1 orang), bertanggung jawab atas persediaan atau stock barang-barang yang ada pada perusahaan. Memproduksi dan melakukan penjualan langsung kepada pembeli. Bagian ini bertanggung jawab langsung kepada pihak pemilik.
4.3. Proses Produksi
4.3.1. Takoyakina Java Mall
Proses produksi pada Takoyakina Java Mall adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3.1. Proses Produksi pada Takoyakina Java Mall
Adonan Takoyaki
Pemanggangan
Proses produksi dimulai dari adonan takoyaki dengan berbagai rasa (cumi,ayam,sapi,keju,kepiting) yang langsung diambil dari agen kemudian melalui proses pemanggangan kurang lebih 15 menit, kemudian dipacking dalam wadah mika untuk disajikan atau dibawa pulang oleh pelanggan.
4.3.2. Daily Fresh Java Mall
Proses produksi pada Daily Fresh Java Mall adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3.2. Proses Produksi pada Daily Fresh Java Mall
Proses produksi dimulai dari jagung daily fresh yang diambil langsung dari Jakarta, lalu direbus, terus di display dalam steamer. Jika ada pembeli datang baru kita masukin ke cup dan diberi keju, susu, saos dll..
Jagung Daily Fresh direbus
Steamer
Masuk Cup
Pemberian toppng (keju,susus,saos,dll)
4.3.3. K-Patats Java Mall
Proses produksi pada K-Patats Java Mall adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3.3. Proses Produksi pada K-Patats Java Mall
Proses produksi dimulai dari kentang K-Patats yang digoreng kemudian ditambahkan aneka saos mayo sesuai pesanan pelanggan, kentang siap disajikan dalam wadah karton yang berlabel K-Patats.
4.4. Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap tiga orang franchisee di Java Mall, Semarang.
4.4.1. Analisis Diri
Analisis diri ini merupakan suatu hal menganalisis atau mencari tahu lebih dalam tentang segala sesuatu yang ada pada diri kita sehingga
Kentang K‐Patats digoreng
Penambahan aneka saos mayo
Penyajian dalam wadah karton
setiap individu tersebut dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan kelebihan dan kekurangan inilah yang akan membuat suatu individu itu memiliki karakter masing-masing dalam melakukan tindakan. Analisis diri terhadap tiga orang franchisor ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1. Matriks Analisis Diri
Keterangan Takoyakina Daily Fresh K-Patats
Ketaatan terhadap aturan-aturan yang harus diikuti oleh calon franchisee misalnya berupa royalty fee, franchise fee, atau support bahan baku yang harus diambil dari franchisor langsung
Langsung menerima aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak franchisor. Tidak ada royalty fee dan tidak ada aturan yang memberatkan, maka aturan-aturannya dapat diterima
Iya, bisa mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan oleh franchisor. Karena sebenarnya mengambil alih kepemilikan usaha ini dari pemilik yang sebelumnya (bu nia), sehingga tinggal meneruskan usaha ini
Melakukan tawar menawar terlebih dahulu dengan pihak franchisor. Sehingga akhirnya bisa di dapat kesepakatan yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak
Besarnya modal menjadi bahan pertimbangan anda dalam memilih bisnis franchise
Iya, karena baru pertama memulai usaha, kalau modalnya di atas Rp. 10.000.000
Iya, tentu saja. Melihat kira-kira omzetnya dan biaya yang harus dikeluarkan lainnya, dihitung akhirnya diambil
Tidak, pilihan membuka k-patats karena
sebelumnya booming di surabaya, lalu kenapa tidak dicoba usaha ini di Semarang
Bisnis franchise sebagai bisnis utama atau sampingan
Sebagai bisnis utama, sehingga tiap hari selalu dikontrol usaha ini untuk menegetahui perkembangan atau pendapat dari konsumen mengenai Takoyakina Merupakan bisnis utama,jadi melakukan pengontrolan outlet tiap hari, sebenarnya ada bisnis sampingan lain juga seperti membuat roti & makanan kecil
Sebagai bisnis sampingan, karena memiliki usaha utama sebagai produsen semen
Memiliki pengalaman dalam mengatur karyawan Belum pernah memiliki pengalaman dalam mengatur karyawan, karena sebelumnya bekerja sebagai karyawan
Belum pernah memiliki pengalaman mengatur karyawan,baru setelah memulai usaha ini, memiliki dan mengatur karyawan sendiri
Iya, tentu saja. Karena sebelum memulai usaha ini sudah memiliki usaha di bidang lain seperti produksi semen Memiliki relasi dengan
pengelola mall atau gedung
Tidak hanya menghubungi marketingnya saja
Tidak ada relasi dengan pengelola mall
Tidak, mencari
marketing di Java Mall untuk pemilihan lokasinya
Keluarga mendukung keinginan untuk membuka usaha di bidang franchise
Iya, keluarga sangat mendukung saya dalam memulai usaha ini, baik dalam dukungan modal dan dukungan moral
Iya, keluarga mendukung melalui dukungan moral dan doa saat memilih membuka usaha ini
Iya, keluarga sangat mendukung ketika memulai usaha ini. Karena dididik
berwirausaha sejak kecil Sumber: Data Primer yang Diolah (2010)
Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut maka diketahui bahwa ternyata analisis diri menunjukkan bahwa ada 2 dari franchisee yang langsung menerima aturan dari franchisor misalnya berupa royalty fee, franchise fee, atau support bahan baku yang harus diambil dari franchisor langsung dan untuk K-Patatz melakukan negosiasi terlebih dahulu. Untuk besarnya modal pihak franchisor Takoyakina dan Daily Fresh menyatakan bahwa modal merupakan pertimbangan karena mereka menjadikan bisnis ini adalah bisnis utama mereka dan mereka juga belum pernah memiliki pengalaman dan mengatur karyawan karena sebelumnya belum memiliki usaha sendiri. Sedangkan untuk K-Patatz menyatakan bahwa ia telah memiliki pengalaman dalam mengatur anak buah atau karyawan, serta menjadikan usaha ini sebagai bisnis sampingan saja.
Mereka bertiga menyatakan bahwa tidak memiliki relasi dengan pihak pengelola mall atau gedung dan juga adanya dukungan dari keluarga mereka masing-masing saat pertama kali membuka usaha ini.
4.4.2. Analisis Merek
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing. Analisis merek terhadap tiga orang franchisee ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2. Matriks Analisis Merek
Keterangan Takoyakina Daily Fresh K-Patats
Pentingnya memilih merek yang sudah dikenal
masyarakat
Tidak penting, karena tertarik dengan takoyaki yang merupakan semacam snack dari Jepang yang kemudian disesuaikan dengan lidah
masyarakat Indonesia
Penting juga
merasa cukup terkenal dan rasanya enak dibandingkan
pesaingnya (fresh corn)
Iya, franchise yang sudah memiliki merk akan lebih cepat berhasil. Merk K-patats sudah dikenal
masyarakat, sehingga lebih mudah
menjalankannya Mempertimbangkan berapa
jumlah outlet dari franchise tersebut
Tidak
mempertimbangkan berapa jumlah outlet yang ada sebelumnya
Tidak, karena waktu itu di Semarang baru pertama ada franchise daily fresh ini, baru kemudian beberapa tahun terakhir ini ada yang mengikuti
Iya, sudah cukup banyak outlet K-patats di surabaya dan kota lainnya. Namun belum ada di Semarang, hal itu meyakinkan bahwa K-patats tidak main-main dalam mengembangkan bisnisnya
Sumber: Data Primer yang Diolah (2010)
Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut maka diketahui bahwa ternyata analisis merek menunjukkan bahwa ada 2 dari franchisee yang menyatakan bahwa memilih merek itu penting karena akan memudahkan pengembangannya di kemudian hari. Sedangkan ada 2 franchisee yang menyatakan bahwa mereka tidak mempertimbangkan jumlah outlet yang ada sebelumnya.
4.4.3. Analisis Market
Analisis market sangat penting sebelum memilih sebuah usaha guna mengetahui kecenderungan pasar. Yang perlu dianalisa adalah perubahan yang terjadi di pasar, para pemain, market leader, harga dan biaya, atau kompetisi yang terjadi dalam bisnis. Analisis yang dilakukan akan memberikan gambaran mengenai potensi dan peluang pasar untuk produk yang ditawarkan. Analisis market terhadap tiga orang franchisee ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3. Matriks Analisis Market
Keterangan Takoyakina Daily Fresh K-Patats
Memperhatikan tren & kebutuhan pasar saat ini sebelum menjatuhkan pilihan pada usaha franchise
Tidak, karena melihat di Jakarta sudah ada makanan sejenis, namun di Semarang belum ada
Iya, melihat segmen anak-anak ketika itu yang sulit/tidak mau makan nasi, jagung seperti ini adalah alternatifnya
Iya, melihat tren & kebutuhan pasar saat itu untuk masuk ke pasar anak muda, yang suka dengan kentang goreng, tapi belum ada tempat yang menjual dan mengemas kentang goreng secara khusus dan penuh inovasi. K-patats mengolah & menyajikan kentang goreng dengan inovasi pada varian sausnya Memperhatikan berapa
banyak pesaing yang ada dalam bisnis tersebut
Iya, saat itu belum ada pesaing untuk takoyaki, jadi percaya diri untuk memulai usaha ini
Tidak, karena berpedoman rezeki di tangan Tuhan
Iya, namun optimis dengan k-patats karena saya sudah mencoba sendiri produknya dan k-patats memiliki keunggulan pada varian sausnya Sumber: Data Primer yang Diolah (2010)
Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut maka diketahui bahwa ternyata analisis market menunjukkan bahwa ada 2 dari franchisee yang menyatakan bahwa memperhatikan trend dan kebutuhan pasar saat ini sebelum menjatuhkan pada usaha franchise-nya. Kemudian ada 2
franchisee yang menyatakan mereka memperhatikan pesaing yang ada dalam bisnis tersebut.
4.4.4. Analisis Prospektus Waralaba
Prospektus Waralaba adalah gambaran terperinci tentang bisnis yang dijalankan franchisor. Sebagai franchisee wajib meminta dan membaca informasinya secara detail. Prospektus merupakan suatu bentuk keterbukaan franchisor untuk memberikan akses informasi kepada franchisee. Analisis prospektus waralaba terhadap tiga orang franchisee ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4. Matriks Analisis Prospektus Waralaba
Keterangan Takoyakina Daily Fresh K-Patats
Melakukan pengecekan identitas dan legalitas usaha pemberi waralaba misal fotokopi surat izin usaha dan lainnya
Tidak, saat itu sempat terpikir untuk ke pusatnya di Yogyakarta, tapi tidak jadi karena Agennya di Semarang yang katanya ingin melakukan pengecekan
Iya, mengecek ada surat-surat legalitasnya, agar saya lebih yakin membuka usaha ini
Iya, hal itu penting untuk melihat legalitas usaha dari franchisor tersebut
Melakukan pengecekan terhadap sejarah kegiatan usahanya
Iya, diberitahukan sekilas mengenai awal berdirinya sampai kemudian
difranchisekan
Tidak, tidak mengecek mengenai sejarah kegiatan usahanya, hanya melihat merknya sudah cukup dikenal dan produknya sehat.
Iya, sepintas saja
Melakukan pengecekan terhadap struktur organisasi pemberi waralaba
Iya, mengecek mengenai siapa saja yang menjabat dan bertanggungjawab di situ, jadi ketika ada kesulitan, tahu siapa saja yang dapat dihubungi
Tidak, tidak mengecek mengenai struktur
organisasinya karena saya mengambil alih usaha
Iya, merasa perlu mengetahui siapa saja yang menjabat dan berwenang dalam usaha ini Melakukan pengecekan terhadap laporan keuangan pemberi waralaba minimal 2 tahun terakhir
Tidak, karena tidak begitu paham hal seperti itu
Tidak malah melihat laporan keuangan dari pemilik terdahulu
Tidak, tidak berpikir untuk mengeceknya karena saya hanya melihat bisnis ini booming di Surabaya dan memiliki peluang keberhasilan yang sama di Semarang
yang juga merupakan kota besar seperti Surabaya Memperhatikan hak &
kewajiban penerima waralaba maupun pemberi waralaba
Iya, tentu saja. Dengan begitu tahu apa kewajiban maupun hak selaku franchisee maupun hak dan kewajiban franchisor, kalau melanggar ada dendanya
Iya, tentu saja. Dengan begitu menjadi jelas
mengenai hak dan kewajiban serta fasilitas yang diperoleh
Iya, tentu saja harus tahu mengenai hak dan kewajiban serta fasilitasnya
Sumber: Data Primer yang Diolah (2010)
Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut maka diketahui bahwa ternyata analisis prospektus waralaba menunjukkan bahwa ada 2 dari franchisee yang menyatakan bahwa mereka melakukan pengecekan identitas dan legalitas usaha pemberi waralaba misal fotokopi surat izin usaha dan lainnya dan 2 orang juga menyatakan bahwa mereka melakukan pengecekan terhadap sejarah kegiatan usahanya, melakukan pengecekan terhadap struktur organisasi pemberi waralaba. Ketiganya tidak melakukan pengecekan terhadap laporan keuangan pemberi waralaba minimal 2 tahun terakhir dan memperhatikan hak dan kewajiban penerima waralaba maupun pemberi waralaba.
4.4.5. Analisis Support
Support yang bagus akan memuluskan jalan menuju sukses. Di bisnis waralaba sebagai franchisee yang telah membayar franchise fee dan royalty fee wajib memperoleh support dan bantuan yang terus menerus dari franchisor. Analisis support terhadap tiga orang franchisee ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5. Matriks Analisis Support
Keterangan Takoyakina Daily Fresh K-Patats
Mempertimbangkan support dari franchisor sebelum mulai
menjalankan bisnis franchise
Iya, melihat apa saja support yang diberikan di awal seperti pembuatan gerobak, training
pengolahan takoyaki, dan bahan-bahannya tentunya
Tidak, karena
langsung meneruskan dan menjalankan usaha ini sampai sekarang
Iya, ingin mengetahui support yang akan diberikan sebelum
pembukaan outlet. Seperti banner, gerobak outlet dan lainnya
Mempertimbangkan support dari franchisor setelah bisnis franchise tersebut berjalan
Iya. Karena bahan baku harus dibeli dari pusat, jadi dipertimbangkan juga kelancaran distribusinya. Kemudian ada kontrol dari pusat via telepon untuk menanyakan kelancaran usaha dan kendala yang dihadapi
Iya, bertanya kepada franchisor mengenai supportnya, mereka menjawab secara berkala akan datang melakukan survey
Iya, bertanya agar usaha yang dijalankan ini bisa berjalan, maka juga butuh support pasca operasional dari franchisor baik solusi ketika menghadapi masalah dalam usaha ini ataupun support bahan bakunya
Sumber: Data Primer yang Diolah (2010)
Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut maka diketahui bahwa ternyata analisis support menunjukkan bahwa ada 2 dari franchisee yang menyatakan mereka Mempertimbangkan support dari franchisor sebelum mulai menjalankan bisnis franchise seperti bahan, pembuatan gerobak, pengolahannya, dan sebagainya. Ketiganya mempertimbangkan support dari franchisor setelah bisnis franchise tersebut berjalan. Hal ini disebabkan karena pasca oprasional harus ada solusi jika ada masalah yang dihadapi.
4.4.6. Analisis Sistem
Dalam hal ini analisis sistem yang dimaksud berkaitan dengan standard operating procedure (SOP). SOP adalah suatu standar pekerjaan sehari-hari secara tertulis mengenai uraian pekerjaan atau job description.
Merupakan guideline bagaimana proses sebuah fungsi kerja dapat ditegakkan. Keberadaannya dapat menjadi rujukan apabila ditemukan sesuatu tidak maksimal dalam hal ini tidak efisien dan efektif. Analisis sistem terhadap tiga orang franchisee ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6. Matriks Analisis Sistem
Keterangan Takoyakina Daily Fresh K-Patats
Pedoman waralaba yang diberikan oleh franchisor menjadi bahan
pertimbangan dalam memilih franchise
Iya, karena dari pedoman itulah, tahu apa saja yang menjadi hak dan
kewajiban
Iya, sehingga tahu mengenai harga bahan baku hingga harga jual dan operasional lainnya
Iya, tentu saja. Melihat terlebih dahulu pedoman waralaba yang diberikan, sehingga saya memiliki gambaran terhadap usaha yang akan dijalankan, dan di kemudian hari tidak terjadi salah paham terhadap franchisor karena semuanya telah tertuang pada pedoman waralaba
Dukungan teknologi komputerisasi menjadi pertimbangan ketika memilih franchise
Tidak. Karena memang di usaha Takoyakina ini pencatatan penjualan hanya menggunakan nota, jadi menurut saya tidak perlu teknologi
komputerisasi
Tidak, merasa tidak perlu menggunakan teknologi komputerisasi, pencatatan manual dengan melihat jumlah cup yang terjual
Tidak, merasa produk yang dijual tidak
membutuhkan dukungan teknologi seperti itu
Sumber: Data Primer yang Diolah (2010)
Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut maka diketahui bahwa ternyata analisis sistem menunjukkan bahwa ada ketiganya menyatakan pedoman waralaba yang diberikan oleh franchisor menjadi bahan pertimbangan dalam memilih franchise dan dukungan teknologi komputerisasi tidak menjadi pertimbangan ketika memilih franchise.
4.4.7. Analisis Proyeksi Keuangan
Analisis proyeksi keuangan adalah suatu proses yang penuh pertimbangan dalam membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, tujuan utamanya, menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Analisis proyeksi keuangan mengkonversi data-data menjadi informasi. Analisis sistem terhadap tiga orang franchisee ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7. Matriks Analisis Proyeksi Keuangan
Keterangan Takoyakina Daily Fresh K-Patats
Harga jual produk ke pasar menjadi bahan pertimbangan dalam memilih franchise
Tidak, saat itu cuek saja, karena kalau dipikir-pikir harganya relatif mahal untuk orang Semarang, namun berpikir yang namanya makanan jepang pasti agak mahal. Jadi tetap
memberanikan diri membuka usaha ini Iya, saya mempertimbangkannya Iya, saya mempertimbangkannya. Dulu harga antara Rp. 6000,00 - Rp.9.000,00. Saya merasa harga tersebut bisa diterima masyarakat Semarang.
Sekarang harga jual antara Rp. 8000,00 - Rp.11.000,00 Waktu pengembalian
modal menjadi bahan pertimbangan dalam memilih franchise
Iya, tentu saja. Iya, saat itu diasumsikan waktu pengembalian modal +/- 1 th
Tidak, franchisor memang menawarkan dengan menggunakan asumsi pengembalian modal, namun omzet yang diasumsikan terlalu besar jika diterapkan di Semarang. Namun, tetap mantap menjalankan usaha ini. Orang usaha pasti menhadapi resiko
Sumber: Data Primer yang Diolah (2010)
Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut maka diketahui bahwa ternyata analisis proyeksi keuangan menunjukkan bahwa 2 dari tiga franchisee menyatakan harga produk ke pasar menjadi bahan
pertimbangan dalam memilih franchise dan waktu pengembalian modal menjadi bahan pertimbangan dalam memilih franchise.
4.4.8. Analisis Investigasi Franchise
Calon franchisee yang tertarik membeli franchise sebelum menetapkan pilihan terhadap satu brand atau usaha, sebaiknya harus melakukan investigasi terlebih dahulu terhadap franchisor. Pasalnya, ditengah maraknya usaha yang difranchisekan investigasi sangat penting untuk mendapatkan informasi dalam jumlah dan akurasi yang memadai dari franchisor mengenai bisnis franchise-nya. Analisis investigasi franchise terhadap tiga orang franchisee ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8. Matriks Analisis Investigasi Franchise
Keterangan Takoyakina Daily Fresh K-Patats
Melakukan tanya jawab kepada franchisor terlebih dahulu sebagai petimbangan dalam memilih franchise
Iya, melakukan tanya jawab terlebih dahulu untuk mengetahui seluk beluk usahanya sebelum mengambil keputusan
Tidak, karena mengambil alih dari pemilik sebelumnya, otomatis lebih banyak tanya jawab dengan beliau. Dengan franchisor, hanya melakukan
kesepakatan/perjanjian ambil alih franchise
Iya, ingin mengetahui secara detail mengenai usaha yang akan dijalankan, sehingga walaupun harus ke Surabaya untuk nertemu langsung dengan pihak franchisor
Menganggap kesaksian/testimoni dari franchisee yang lebih dahulu menjalankan bisnis franchise tersebut sebagai pertimbangan dalam memilih franchise
Tidak, karena saat itu berpikir yang pertama di Semarang, jadi untuk bertanya ke rekan yang sudah lebih dahulu mulai di luar kota juga merasa tidak perlu
Iya, sangat dipertimbangkan.
Iya, testimoni yang ada akan memperkuat keyakinan untuk menjalankan usaha ini. Bertanya mengenai
pengalaman rekan-rekan yang telah membuka outlet K-patats terlebih dahulu di Surabaya Sumber: Data Primer yang Diolah (2010)
Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut maka diketahui bahwa ternyata analisis proyeksi keuangan menunjukkan bahwa 2 dari tiga franchisee menyatakan mereka melakukan tanya jawab kepada franchisor terlebih dahulu sebagai petimbangan dalam memilih franchise dan menganggap kesaksian/testimoni dari franchisee yang lebih dahulu menjalankan bisnis franchise tersebut sebagai pertimbangan dalam memilih franchise.
4.5. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Memilih Franchise
Pada bagian ini akan dibahas mengenai berbagai factor yang dipertimbangkan para pengusaha dalam memilih bisnis franchise-nya, tabel berikut adalah hasil rekapitulasinya:
Tabel 4.9. Peringkat Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Memilih Franchise
No. Keterangan Rata-rata Skor
1. Analisis Diri 10/18 = 0,56 2. Analisis Merek 3/6 = 0,5 3. Analisis Market 4/6 = 0,67 4. Prospektus Waralaba 9/15 = 0,6 5. Analisis support 5/6 = 0,83 6. Analisis Sistem 3/6 = 0,5 7. Proyeksi Keuangan 4/6 = 0,67 8. Investigasi Franchise 4/6 = 0,67
Asumsi: Jika responden menjawab “Ya” maka diberi skor 1, jika “Tidak” skor 0 Jika ada skor yang sama maka peringkat dipertimbangkan dengan melihat pada alasan
Berdasarkan pada tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa ternyata urutan faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih franchise adalah sebagai berikut:
1. Analisis Support
Analisis support memperoleh skor sebesar 0,83 dan ini adalah tertinggi dibandingkan faktor lainnya. Hal ini berarti bahwa para pengusaha ini mempertimbangkan sebelum dan setelah membuka franchise, pihak franchisor apakah memberikan training, pengolahan bahannya, kelancaran distribusinya, dan sebagainya. Karena dengan demikian akan memudahkan franchisee untuk menjalankan usahanya di kemudian hari. Tanpa adanya dukungan dari pihak franchisor maka pihak franchisee akan kesulitan jika ada masalah yang dihadapinya.
2. Analisis Market
Analisis market menjadi faktor kedua yang dipertimbangkan oleh pengusaha dalam membuka bisnis franchise. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum menjatuhkan usaha franchise para wirausaha terlebih dahulu memperhatikan trend yang ada dan kebutuhan pasar. Jika segmen pasar masih potensial dan pesaing masih belum terlalu banyak, maka ia berani membuka bisnis franchise tersebut. Dilihat dari berbagai alasan yang dikemukakan oleh narasumber dari hasil wawancara mereka benar-benar menyatakan bahwa jika pasar mendukung maka akan menjadikan peluang
dalam bisnis yang terbuka besar, hal ini juga sesuai dengan teori yang menyatakan dimana ketika pasar menerima sebuah bisnis atau usaha maka akan menjadi trend sehingga bisnis tersebut akan menghasilkan keuntungan optimal. Maka dari itu analisis market menjadi faktor pertimbangan kedua dari pihak franchisee dalam memilih bisnis franchise ini.
3. Analisis Proyeksi Keuangan
Faktor ketiga adalah proyeksi keuangan, ini berarti para wirausaha memperhatikan waktu pengembalian modal dalam memilih franchise dan juga harga jual produknya. Ini adalah hal yang penting karena berhubungan dengan laba yang akan diperolehnya. Berdasarkan pada hasil wawancara peneliti terhadap narasumber yaitu ketiga franchisee di Java Mall diketahui bahwa ternyata mereka juga memperhatikan waktu pengembalian modal karena apabila waktunya relatif singkat maka akan menarik mereka untuk membuka bisnis ini dan sebaliknya.
4. Analisis Investigasi Franchise
Analisis investogasi franchise merupakan hal yang berhubungan dengan testimony dari franchisee terdahulu yang menjalankan usaha sebagai pertimbangan dalam memilih franchise. Jika prospeknya bagus maka ia akan memilih franchise tersebut. Dari hasil wawancara peneliti terhadap tiga orang franchisee di Java Mall diketahui bahwa ternyata mereka melakukan investigasi
dengan bertanya kepada pendahulunya sebelum mengambil keputusan tetapi ada yang tidak melakukannya. Jadi faktor investigasi franchise ini menjadi faktor keempat.
5. Analisis Prospektus Waralaba
Berhubungan dengan pengecekan identitas dan legalitas usaha pemberi waralaba, pengecekan terhadap sejarah kegiatan usaha, struktur organisasi, dan laporan keuangan waralaba minimal 2 tahun terakhir, serta hak dan kewajiban penerima dan pemberi waralaba. Ini merupakan hal yang penting untuk diperhatikan demi operasionalisasinya di masa mendatang.
6. Analisis Diri
Berhubungan dengan ketaatan terhadap aturan yang harus diikuti franchisee, besanya modal yang menjadi pertimbangan dalam memilih bisnis ini, sebagai bisnis utama atau sampingan, adanya pengalaman dalam mengatur karyawan, memiliki relasi dengan pengelola gedung, dan dukungan dari keluarga.
7. Analisis Merek
Analisis merek berhubungan dengan pentingnya memilih merek yang sudah dikenal oleh masyarakat dan mempertimbangkan jumlah outlet dari franchise tersebut yang sudah ada. Dari hasil wawancara kepada narasumber diketahui bahwa sebagian
menjawab memang penting jika merek telah terkenal seperti K-Patats sehingga akan lebih mudah dalam berjualan di bisnis ini,
selain itu jumlah outlet kadang menjadi pertimbangan dan terkadang tidak. Hal ini menjadikan faktor analisis merek menjadi faktor ketujuh.
8. Analisis Sistem
Analisis sistem merupakan pertimbangan terakhir karena hanya berhubungan dengan pedoman waralaba dan dukungan teknologi komputerisasi, dimana kedua hal ini tidak terlalu dibutuhkan karena dengan modal terbatas, franchise ini masih menggunakan sistem yang manual, dan bukannya pencatatan secara komputerisasi. Jadi karena bisnis ini membutuhkan modal yang di bawah Rp 10.000.000,- maka sistem secara komputerisasi bukan menjadi pertimbangan utama dalam membuka bisnis ini, jadi faktor analisis sistem menjadi faktor terakhir yang dipertimbangkan oleh para franchisee dalam memilih bisnis franchise-nya.
4.6. Implikasi Manajerial
Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya maka diketahui bahwa faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih franchise adalah: (1) Analisis support, (2) Analisis market, (3) Analisis proyeksi keuangan, (4) Analisis investigasi franchise, (5) Analisis prospektus waralaba, (6) Analisis diri, (7) Analisis merek,
Maka dari itu faktor utamanya adalah analisis support, hal ini disebabkan karena para franchisee tersebut kemungkinan memiliki keterbatasan modal sehingga mereka membutuhkan dukungan atau support dari para franchisor untuk melakukan operasionalisasi sehari-hari dalam bisnis franchise tersebut seperti support bahan baku, aturan royalty fee, dan sebagainya. Kemudian faktor berikutnya adalah analisis market, dan hal ini disebabkan karena dengan adanya pangsa pasar yang potensial maka menjadikan para franchisee ini berani untuk membuka bisnis di bidang ini karena menjanjikan keuntungan yang masih optimal. Faktor ketiga adalah analisis proyeksi keuangan karena dengan adanya pengembalian modal dengan waktu yang relatif singkat maka pebisnis akan tertarik untuk membuka bisnis ini.
Analisis investigasi franchise juga harus dilakukan karena membuat para franchisee mengetahui bagaimana sesungguhnya bisnis ini sebaiknya dijalankan. Kemudian untuk faktor yang tidak terlalu diperhatikan adalah analisis sistem, hal ini disebabkan karena dengan keterbatasan modal dan ketrampilan serta pengetahuan yang dimiliki, maka sistem komputerisasi dalam bisnis ini tidak terlalu mendapatkan perhatian dari para franchisee.