• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN PRIMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN TEAMS GAME TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV MI AL-JUFRI SITIBENTAR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 20172018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN PRIMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN TEAMS GAME TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV MI AL-JUFRI SITIBENTAR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 20172018"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BILANGAN PRIMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING DAN TEAMS GAME TOURNAMENT

PADA SISWA KELAS IV MI AL-JUFRI SITIBENTAR KEBUMEN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

OLEH:

NURUL MUTMAINAH 115-14-075

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BILANGAN PRIMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING DAN TEAMS GAME TOURNAMENT

PADA SISWA KELAS IV MI AL-JUFRI SITIBENTAR KEBUMEN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

OLEH:

NURUL MUTMAINAH 115-14-075

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

( اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإَف

5

( اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ )

6

)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku Bapak Maroso dan Ibu Yanti Damawiyah yang telah mengasuh, membesarkan, memberikan dukungan, dan do’a yang tak pernah putus kepada anak-anaknya.

2. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku.

3. Kakak (Amin Nurrohmah) dan kedua adikku tercinta (Salisatul Badriyanah, dan Ahmad Aufa Ghani Ashraf).

4. Suwarno, S. Ag. yang telah memberikan pengarahan.

5. Muhammad Khairul Washaq yang selalu memberikan perhatian, semangat dan doanya untukku.

6. Sahabat-sahabatku (Aliyah, Alfiatul Rohmaniah, dan Novi Dyah Arisanti) yang selalu memberikan semangat dan kegilaan disetiap moment.

7. Teman-teman PPL MI Kumpulrejo 01 (Surya, Gustian, Lhaila, Ulya, Zulfa, Sangadah, Indang, Erin, Aniq, dan Maghfuroh).

(9)

KATA PENGANTAR

ِمْي ِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِالله ِمْسِب

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bilangan Prima Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT)

Pada Siswa Kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen Tahun Pelajaran 2017/2018. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membebaskan kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Penulis menyadari tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak, penulis tidak mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Rektor IAIN Salatiga, DR. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd; 2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Suwardi, M. Pd;

3. Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga, Peni Susapti, M. Si;

(10)
(11)

ABSTRAK

Mutmainah, Nurul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bilangan Prima Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan

Teams Game Tournament Pada Siswa Kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M. Si.

Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Problem Based Learning, Teams Game Tournament.

Hasil belajar matematika di MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen masih rendah terbukti dengan hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM 65. Hal ini dikarenakan dalam penyampaian materi pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif. Model pembelajaran dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dan Teams Game Tournament(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bilangan prima pada siswa kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen tahun pelajaran 2017/2018?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT)

dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bilangan prima pada siswa kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen tahun pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen yang berjumlah 26 siswa meliputi 16 laki-laki dan 10 perempuan. Instrumen penelitian meliputi soal tes dan lembar observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, observasi, dan dokumentasi. Data

dianalisis secara statistik menggunakan rumus presentase, apabila ≥ 85% siswa

tuntas maka siklus dihentikan.

(12)

DAFTAR ISI

Sampul ... i

Lembar Berlogo ... ii

Halaman Judul ... iii

Persetujuan Pembimbing ... iv

Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan di Publikasikan ... v

Pengesahan Lulusan ... vi

Motto ... vii

Persembahan ... viii

Kata Pengantar ... ix

Abstrak ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

(13)

1. Rancangan Penelitian ... 10

2. Subyek Penelitian ... 11

3. Langkah-langkah Penelitian ... 11

4. Teknik Pengumpulan Data ... 14

5. Instrumen Penelitian ... 16

6. Analisis Data ... 17

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI ... 19

A. Kajian Teori ... 19

1. Hakikat Hasil Belajar Matematika ... 19

a. Pengertian Belajar ... 19

b. Prinsip-prinsip Belajar ... 19

c. Tujuan Belajar ... 21

d. Pengertian Hasil Belajar ... 23

e. Macam-macam Hasil Belajar ... 26

f. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 27

g. Penilaian Hasil Belajar ... 31

h. Tujuan Penilaian ... 33

i. Pengertian Matematika ... 34

j. Pembelajaran Matematika ... 36

k. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 37

2. Kajian Materi Penelitian ... 38

a. Materi Bilangan Prima ... 38

b. Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Teams Game Tournament ... 41

(14)

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 51

A. Gambaran Umum Sekolah ... 51

1. Identitas Sekolah ... 51

2. Visi dan Misi ... 51

3. Keadaan Guru ... 52

4. Keadaan Siswa ... 53

5. Karakteristik Siswa ... 53

6. Waktu penelitian ... 55

B. Pelaksanaan Penelitian ... 55

1. Deskripsi Pra Siklus ... 55

2. Deskripsi Siklus I ... 58

3. Deskripsi Siklus II ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Deskripsi Paparan Siklus ... 73

1. Deskripsi Siklus I ... 73

2. Deskripsi Siklus II ... 78

B. Pembahasan ... 83

1. Siklus I ... 85

2. Siklus II ... 86

3. Rekapitulasi Siklus I dan Siklus II ... 87

BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 89

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Identitas Sekolah ... 51

Tabel 3.2 Data Guru MI Al-Jufri ... 52

Tabel 3.3 Jumlah Siswa MI Al-Jufri ... 53

Tabel 3.4 Data Siswa Kelas IV MI Al-Jufri ... 54

Tabel 3.5 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 55

Tabel 3.6 Nilai Ulangan Harian Pra Siklus ... 56

Tabel 3.7 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 61

Tabel 3.8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 62

Tabel 3.9 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 69

Tabel 3.10 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 70

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.2 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 75

Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ... 76

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 79

Tabel 4.5 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ... 81

Tabel 4.6 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 82

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siswa Per Siklus ... 84

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Penelitian Tindakan Kelas ... 12

Gambar 2.1 Hakikat Belajar ... 23

Gambar 2.2 Aturan Permainan Tipe Slavin ... 45

Gambar 2.3 Penempatan Meja Turnamen Tipe Slavin ... 46

Gambar 4.1 Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 86

Gambar 4.2 Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 87

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Penulis ... 93

Lampiran 2. Nilai SKK Mahasiswa ... 94

Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 97

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi ... 98

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ... 99

Lampiran 6. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 100

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 102

Lampiran 8. Soal Evaluasi Siklus I ... 113

Lampiran 9. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I ... 120

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 123

Lampiran 11. Soal Evaluasi Siklus II ... 132

Lampiran 12. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus II ... 138

Lampiran 13. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 141

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan mempengaruhi perkembangan manusia dalam kepribadian dan kehidupannya. Pendidikan memiliki pengaruh yang dinamis dalam menyiapakan kehidupan manusia di masa depan (Taufiq, dkk, 2011: 1.2).

Pendidikan merupakan proses perolehan pengetahuan dan kebiasaan melalui pembelajaran yang menghasilkan perubahan dalam seluruh komponen perilaku. Belajar adalah inti dari proses pendidikan. Belajar adalah ruhnya pendidikan ; kapan, dimana, dan bagaimanapun ragam atau jenis pendidikan itu. Belajar sendiri merupakan suatu proses. Artinya anak SD harus melakukan aktivitas yang terarah secara berkelanjutan agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Jika anak tidak belajar, maka pendidikan tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.

Di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan seperti berikut:

“...usaha sadar untuk menciptakan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kegiatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

(19)

adanyainteraksi antara seseorang dengan lingkungannya, seperti interaksi siswa dengan sekolah (Rusmono, 2014: 12).

Manusia hidup melalui belajar, tidak lepas dari mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang tidak dapat terpisahkan. Proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh faktor yang menentukan keberhasilan peserta didik.

Seorang guru memiliki tugas menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif, artinya menyiapkan dan mengorganisasikan berbagai faktor seperti kesiapan belajar anak, materi, metode, sarana, media dan sebagainya, sehingga memungkinkan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya (Taufiq, dkk, 2011: 5.20).

Mengingat pentingnya pendidikan dasar sebagai tonggak awal peningkatan Sumber Daya Manusia, banyak pihak menaruh perhatian bahwa pendidikan dasar adalah jembatan bagi upaya peningkatan pengembangan Sumber Daya Manusia bangsa untuk dapat berkompetensi dalam skala regional maupun internasional. Di samping itu juga, sekolah dasar merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya. Mutu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi tergantung kepada dasar kemampuan dan keterampilan yang dikembangkan sejak tingkat sekolah dasar.

(20)

mendominasi aktivitas belajar dan pembelajaran menjadi pasif (Susanto, 2013: 92).

Upaya untuk mengatasi permasalahan ini, guru harus mampu merancang model pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Untuk itu, guru harus kreatif dalam mendesain model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi, aktif, kreatif terhadap materi yang diajarkan (Susanto, 2013: 93).

َلاَقْثِم َناَك ْنِا َو اًئْيَش ٌسْفَن ُمَلْظُت َلََف ِةَميِقْلا ِم ْوَيِل َطْسِقْلا َنْي ِزاَوَمْلا ُعَضَنَو

َح

{ َنْيِبِسح اَنِب ىفَكَو اَهْيِباَنْيَتَا ٍلَدْرَخ ْنِ م ٍةَّب

47

}

“ Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,

maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan (QS. Al-Anbiya’: 47).

Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan memiliki sekian banyak objek bahasan, salah satunya adalah bilangan, khususnya bilangan prima. Bilangan prima adalah salah satu bilangan yang sangat unik. Hal ini dikarenakan bilangan ini hanya dapat memiliki dua faktor yang berbeda, yaitu 1 dan dirinya sendiri.

(21)

Hal ini dikarenakan kurangnya penggunaan model pembelajaran yang yang inovatif sehingga siswa lebih senang bermain sendiri ketika kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Selain itu ada juga permasalahan kurangnya keberanian siswa untuk mengungkapkan apa yang belum dipahaminya terkait dengan materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru sehingga siswa menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan akhirnya siswa merasa malas untuk belajar.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:

“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bilangan Prima dengan

Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Teams Game Tournament

pada Siswa Kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen Tahun Pelajaran

2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bilangan prima pada siswa kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen tahun pelajaran 2017/2018”.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan mampu memberikan manfaat yaitu:

1. Manfaat teoritis

Secara umum hasil penelitian diharapkan secara teoritis dapat memberikan pemahaman dalam pembelajaran matematika, terutama dalam peningkatan hasil belajar matematika materi bilangan prima dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT).

Dengan menggunakan model pembelajaran ini akan memberikan kontribusi dalam model pembelajaran yang tidak hanya mengutamakan hasil belajar namun juga proses dalam kegiatan pembelajaran.

2. Manfaat praktis

1) Memudahkan siswa menghadapi permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari

(23)

3) Dapat membantu guru dalam mengarahkan muridnya melalui kegiatan kelompok

4) Membantu guru untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika melalui kompetisi dan permainan

5) Meringankan kerja guru dalam kegiatan belajar mengajar

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dan dinyatakan dalam bentuk kalimat. Dikatakan jawaban sementara karena berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan teori-teori empiris yang diperoleh dengan pengumpulan data. Hipotesis yang

dapat diambil dalam penelitian ini yaitu “Dengan penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bilangan prima pada siswa kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen Tahun

Pelajaran 2017/2018”.

2. Indikator Keberhasilan

(24)

Indikator keberhasilan siswa secara individual dapat dikatakan berhasil jika

siswa dapat mencapai nilai ≥ 65 (nilai Kriteria Ketuntasan Minimal) pada

materi bilangan prima. Indikator keberhasilan secara klasikal dapat dikatakan berhasil jika mencapai ≥ 85% dari jumlah siswa dalam satu kelas

mendapat nilai ≥ 65.

F. Definisi Operasional

Untuk mencegah kesalahpahaman dalam istilah yang ada pada judul skripsi, maka peneliti menjelaskan definisi istilah sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan dsb) oleh usaha (tanam-tanaman, tanah, sawah, ladang, hutan, dsb) (Poerwadarminta, 2006: 408). Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

(25)

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah (Rusmono, 2014: 74).

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulum dirancang masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting, mahir dalam memecahkan masalah, memiliki model belajar sendiri, dan kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan sistematik untuk memecahkan masalah dalam karier dan kehidupan sehari-hari (Amir, 2009: 21).

(26)

3. Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)

Teams Game Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Slavin (1995) untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran. Teams Game Tournament (TGT) berhasil meningkatkan skill dasar, pencapaian, interaksi positif, harga diri, dan sikap penerimaan siswa yang berbeda (Huda, 2013: 197).

Sama halnya dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lain, Teams Game Tournament (TGT) juga menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda (Suprihatiningrum, 2017: 210).

Teams Game Tourmanent (TGT) adalah model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan. Model ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung permainan yang bisa meningkatkan semangat belajar dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan membantu siswa lebih rileks selain menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Fathurrohman, 2015:55).

(27)

4. Bilangan Prima

Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki dua faktor, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Faktor prima suatu bilangan adalah faktor-faktor dari bilangan tersebut yang merupakan bilangan prima (Gunanto & Deshy, 2016:47).

Faktor prima adalah faktor dari suatu bilangan yang merupakan bilangan prima (Kunandar, 2009: 59). Faktorisasi prima suatu bilangan adalah cara menyatakan bilangan tersebut dalam bentuk perkalian bilangan-bilangan prima (Gunanto & Deshy, 2016: 47).

Jadi yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi bilangan prima dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT) pada siswa kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kebumen.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitin tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas IV MI Al-Jufri yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi bilangan prima. Hal ini diketahui oleh peneliti melalui diskusi dengan wali kelas IV MI Al-Jufri.

(28)

kelas yang dilakukan oleh guru dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT). Model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam mata pelajaran matematika materi bilangan prima. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan adalah kolaboratif, dimana guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran dan peneliti sebagai pengamat.

2. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV di MI Al-Jufri Sitibentar, Mirit Kabupaten Kebumen yang berjumlah 26 siswa dengan 16 laki-laki dan 10 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 dengan 3 suklus yaitu siklus I dilanjutkan dengan siklus II sesuai jadwal alamiah yang artinya tanpa megubah jadwal pelajaran.

3. Langkah-langkah Penelitian

(29)

Gambar 1 model penelitian tindakan kelas (Sukudin, dkk, 2008: 49).

a. Perencanaan Tindakan (planning)

Plan (rencana) merupakan serangkaian rancangan tindakan sistematis untuk meningkatkan apa yang hendak terjadi. Rencana tindakan harus berorientasi ke depan. Di samping itu, perencana harus menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi (Sukardi, 2015: 5).

Perencanaan peneliti meliputi hal-hal yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:

(30)

2) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran

3) Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan pada setiap pembelajaran

4) Mempersiapkan soal pree test, soal kelompok, dan post test yang akan diberikan pada setiap siklus.

5) Mempersiapkan game dan tournament

6) Mempersiapkan Reward (hadiah)

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Tindakan dalam penelitian harus dilakukan dengan hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan dibantu dan mengacu kepada rencana rasional dan terukur (Sukardi, 2015: 5).

Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan desain pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pembelajaran yang dilakukan melalui tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Selama kegiatan pembelajaran, guru dalam mengajar menggunakan RPP yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Peneliti bertugas sebagai observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

c. Observasi (observing)

(31)

Observasi mempunyai fungsi penting, yaitu melihat dan mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek yang diteliti (Sukardi, 2015: 5).

Observasi ini dilakukan oleh peneliti pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru bertugas sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui jalannya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournamnet (TGT).

d. Refleksi (reflecting)

Refleksi adalah aktivitas pembelajaran berupa penilaian atau umpan balik peserta didik terhadap guru setelah mengikuti serangkaian proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Refleksi juga dapat diartikan sebagai aktivitas peserta didik yang berisi ungkapan perasaan, pesan, dan kesan atas pembelajaran yang telah diikuti (Kurniasih & Sani, 2017: 58).

Data yang diperoleh pada tahap pengamatan selama proses pembelajaran dilakukan analisis dan dilakukan refleksi sebagai bahan penyusun rencana tindakan selanjutnya. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka dilakukan siklus II dengan tahap yang sama dengan siklus sebelumnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

(32)

a. Tes

Tes merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Sudaryono, 2016: 89).

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan permasalahan dunia nyata dan soal yang berupa pree test, post test, soal kelompok yang dikerjakan melalui diskusi bersama kelompok, dan soal kuis yang diberikan pada saat game tournament. Soal-soal tersebut diberikan pada setiap siklus.

b. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sudaryono, 2016: 87)

(33)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian (Sudaryono, 2016: 90).

Peneliti melakukan dokumentasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data dengan foto. Dokumentasi ini dilakukan pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung, sehingga kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournamnent (TGT) terekam dalam foto. Dokumentasi ini dilakukan sebagai bukti visual selam proses pembelajaran yang mampu memperjelas data yang lain.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah:

a. Soal Test

(34)

b. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan peneliti untuk mengamati guru dan siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada setiap siklus.

6. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Oleh karena itu, siswa dikatakan

tuntas apabila mendapatkan nilai ≥ 65 dan tidak tuntas apabila < 65.

Kemudian untuk menentukan akhir perbaikan setiap siklus digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Kelas disebut tuntas belajar bila di kelas

tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajar (Daryanto, 2011:

191).

Rumus: P = 𝑓

𝑛x 100% (Djamarah, 2000: 226)

Keterangan:

P = jumlah nilai dalam presentase

F = jumlah siswa yang telah tuntas belajar n = jumlah seluruh siswa

H. Sistematika Penulisan

(35)

Bab I Pendahuluan berisi yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Dalam metode penelitian mencakup rancangan penelitian, subyek penelitian, langkah-langkah penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.

Bab II Kajian Teori mencakup tentang kajian teori dan kajian pustaka. Bab III Pelaksanaan Penelitian berisi tentang subyek penelitian, deskripsi awal (pra siklus), deskripsi pelaksanaan penelitian siklus I, dan deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi deskripsi per siklus (data hasil penelitian, refleksi), dan pembahasan.

Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.

(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

C. Kajian Teori

3. Hakikat Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar adalah aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku, dan pribadi yang bersifat permanen (Taufiq, dkk, 2011: 5.4). Belajar merupakan proses bersifat internal yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar (Thobroni, 2015: 16). Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti menyimpulkan belajar merupakan suatu kegiatan nyata yang dilakukan seseorang dan bersifat internal untuk mendapatkan pengetahuan. Belajar merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal yaitu perubahan perilaku, belajar merupakan proses, dan belajar merupakan bentuk pengalaman. Masing-masing prinsip belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Belajar Merupakan Perubahan Perilaku

(37)

a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.

b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d) Positif atau berakumulasi.

e) Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. f) Permanen atau tetap.

g) Bertujuan dan terarah.

h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2) Belajar Merupakan Proses.

Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

3) Belajar Merupakan Bentuk Pengalaman.

Belajar merupakan pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dan lingkungannya. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi atau persoalan baru (Thobroni, 2015: 19-20).

(38)

dengan yang lainnya. Prinsip belajar itu sendiri adalah perubahan perilaku, proses dan bentuk pengalamannya.

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, yang berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Tujuan belajar sebagai hasil menyertai tujuan belajar instruksional. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya (Tobroni, 2015: 20).

Tujuan belajar adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Masing-masing tujuan belajar dijelaskan dalam (Sardiman, 1994: 28-29):

1) Mendapatkan Pengetahuan

Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ini yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar.

2) Penanaman Konsep dan Keterampilan

(39)

bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Keterampilan rohani lebih rumit karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3) Pembentukan Sikap

Pembentukan sikap adalah salah satu tujuan belajar. Guru dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Guru membutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

(40)

Kajian teori tentang hakikat belajar dapat ditampilkan dalam gambar 2.2.

Gambar 2.1 hakikat belajar

Sumber: Taufiq, dkk (2011); Thobroni (2015); Sardiman (1994)

d. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

(41)

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Belajar tersebut merupakan suatu proses yang dilakukan siswa untuk memperoleh bentuk perubahan perilaku yang menetap.

Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif) Susanto (2013: 6). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemahaman Konsep (aspek kognitif)

Pemahaman menurut Bloom (1979) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

(42)

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Melalui produk dapat diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan instruksional telah tercapai, semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa.

2) Keterampilan Proses (aspek psikomotorik)

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.

Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi).

(43)

3) Sikap (aspek afektif)

Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.

Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif.

e. Macam-macam Hasil Belajar

Segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori (Susanto, 2013: 2), yaitu:

1) Keterampilan motoris (motor skill); adalah keterampilan yang diperlihatkan dari berbagai gerakan badan.

2) Informasi verbal; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau inteligensi seseorang.

(44)

4) Strategi kognitif; Gagne menyebutnya sebagai organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill), yang sangat diperlukan untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan kognitif ini lebih ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari dengan sekali saja memerlukan perbaikan dan latihan terus-menerus yang serius.

5) Sikap (attitude); sikap merupakan faktor penting dalam belajar karena tanpa kemampuan ini, belajar tidak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut.

f. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses perkembangan. Secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya (Susanto, 2013: 12).

Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1) Faktor Internal

(45)

Faktor internal ini meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a) Kecerdasan

Kecerdasan atau inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b) Minat dan perhatian

Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.

(46)

Jadi, minat memiliki sifat yang selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Sedangkan perhatian bersifat sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang.

c) Motivasi belajar

Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan belajar yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan belajar dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi. Motivasi sendiri sebagai daya penggerak/ pendorong dalam belajar.

d) Ketekunan

Ketekunan belajar merupakan suatu keseriusan dalam belajar yang bertujuan untuk meraih nilai yang baik dan merupakan suatu jalan untuk menggapai cita-cita yang gemilang. Ketekunan dalam belajar juga bisa mendapatkan sesuatu yang menjadikan pribadi berguna bagi diri sendiri dan orang lain.

e) Sikap

(47)

f) Kebiasaan belajar

Kebiasaan belajar adalah cara-cara kegiatan belajar yang sering dilakukan sehari-hari sehingga otomatis menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar bukanlah suatu bakat alamiah atau bawaan sejak lahir, tapi merupakan suatu pembentukan. kebiasaan terbentuk melalui proses belajar. Kebiasaan belajar adalah suatu tingkah laku yang dilakukan oleh siswa secara teratur dan berulang-ulang dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

g) Fisik dan kesehatan

Keadaan fisik seseorang mempengaruhi belajar. Siswa yang keadaan fisiknya tidak normal (cacat), belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.

Selain kondisi fisik, kesehatan siswa juga mempengaruhi belajar. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

2) Faktor Eksternal

(48)

masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa peserta didik mampu mencapai hasil belajar yang baik bukan hanya melalui kecerdasan yang dimilikinya, namun juga dukungan dari keluarga dan keadaan keluarga yang harmonis sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jika peserta didik memiliki kecerdasan yang tinggi tetapi keadaan keluarga yang tidak baik maka hasil belajar peserta didik dapat menurun.

g. Penilaian Hasil Belajar

(49)

Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tinjauan atau fungsi penilaian ada beberapa hal (Amirono & Daryanto, 2016: 6), yaitu: 1) Penilaian berfungsi selektif. Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap peserta didiknya.

2) Penialaian berfungsi diagnostic. Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan peserta didik.

3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan.

4) Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat adalah sistem belajar sendiri.

5) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

6) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional 7) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.

8) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

(50)

perbaikan proses belajar mengajar, dan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar.

h. Tujuan Penilaian

Tujuan penilaian perlu diarahkan pada empat hal (Kusaeri, 2014: 17), yaitu:

1) Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran tetap sesuai dengan rencana.

2) Pengecekan (checking up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami oleh siswa selama proses pembelajaran.

3) Pencarian (finding out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.

4) Penyimpulan (summing up), yaitu untuk menyimpulkan apakah siswa telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum.

(51)

1) Para pendidik dan satuan pendidikan sebagai penyelenggara perencanaan dan pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil penilaian, pemanfaatan, dan penindaklanjutan hasil penilaian, serta pembuatan laporan hasil belajar peserta didik (rapor).

2) Kepala sekolah dan pengawas sebagai salah satu pihak penyusun dan pelaksana program pembinaan melalui supervisi akademik.

3) Masyarakat/ pemerhati pendidikan.

Permendikbud No. 53 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 1 penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/ data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Pasal 1 Ayat 2 penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/ data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/ madrasah.

i. Pengertian Matematika

Dalam Depdiknas, kata matematika berasal dari bahasa Latin,

manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang

(52)

atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat.

Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dunia kerja, serta memberikan dukungan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar (Susanto, 2013: 185).

(53)

j. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil, yaitu:

1) Segi proses

(54)

baik fisik, mental, maupun sosila dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan semangat belajar yang tinggi, dan percaya pada diri sendiri.

2) Segi hasil

Pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku ke arah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Susanto: 2013: 186-187).

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar dimana guru dan siswa berpartisipasi aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berifikir siswa dan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan terhadap matematika.

k. Tujuan Pembelajaran Matematika

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:

(55)

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari (Susanto, 2013: 189-190).

Secara sederhana, tujuan pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam memahami konsep matematika dan menggunakan penalaran dalam menyelesaikan masalah.

4. Kajian Materi Penelitian a. Materi Bilangan Prima

1) Pengertian Bilangan Prima

(56)

a) Coretlah bilangan 1

b) Coretlah bilangan kelipatan 2 selain 2 c) Coretlah bilangan kelipatan 3 selain 3 d) Coretlah bilangan kelipatan 5 selain 5 e) Coretlah bilangan kelipatan 7 selain 7

Dari kegiatan di atas, apakah bilangan-bilangan yang tersisa sama di bawah ini?

2 3 5 7 11 13 17 19 23 29 31 37 41 43 47 53 59 61 67 71 73 79 83 89 97

Coba kamu tuliskan faktor-faktor dari masing-masing bilangan tersebut. Keistimewaan apa yang kamu dapatkan? Bilangan-bilangan tersebut hanya habis dibagi 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan seperti ini disebut bilangan prima. Sehingga dapat kita simpulkan sebagai berikut. Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki dua faktor, yaitu 1 dan bilangan iti sendiri. Contoh:

(57)

2) Faktor Prima

Faktor prima adalah faktor dari suatu bilangan yang merupakan bilangan prima (Kunandar, 2009: 59). Faktor prima suatu bilangan adalah faktor-faktor dari bilangan tersebut yang merupakan bilangan prima (Gunanto & Deshy, 2016:47).

Contoh:

Faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, 18. Jadi faktor prima dari 18 adalah 2 dan 3.

3) Faktorisasi Prima

Faktorisasi prima suatu bilangan adalah cara menyatakan bilangan tersebut dalam bentuk perkalian bilangan-bilangan prima (Gunanto & Deshy, 2016: 47). Cara menentukan faktorisasi prima dapat menggunakan pohon faktor.

Contoh:

40 60

2 20 2 30 2 10 2 15 2 5 3 5 Faktorisasi prima dari 40 = 2 x 2 x 2 x 5

= 23 x 5

(58)

Setiap bilangan bulat genap yang lebih besar dari 2 dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua bilangan prima. Hal tersebut dikenal dengan nama konjektur Goldbach.

Contoh:

4 = 2 + 2 12 = 5 + 7 8 = 3 + 5 16 = 11 + 15 10 = 3 + 7 24 = 13 + 11

b. Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Teams Game Tournament

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai (Trianto, 2007: 5).

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dan menentukan perangkat pembelajaran. Model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

1) Problem Based Learning (PBL)

(59)

ill-stuctured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis sekaligus membangun pengetahuan baru.

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Fathurrohman, 2015: 112-113).

Model pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL)

adalah model yang dimulai dengan:

a) Kegiatan kelompok, yaitu membaca kasus, menentukan masalah mana yang paling relevan dengan tujuan pembelajaran, membuat rumusan masalah, membuat hipotesis, mengidentifikasi sumber informasi, diskusi, dan pembagian tugas dan melaporkan, mendiskusikan penyelesaian masalah yang mungkin, melaporkan kemajuan yang dicapai setiap anggota kelompok, serta presentasi di kelas.

b) Kegiatan perorangan, yaitu siswa melakukan kegiatan membaca berbagai sumber, meneliti, dan penyampaian temuan.

(60)

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menuntut seluruh siswa berperan aktif dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, baik itu secara individu maupun kelompok.

2) Teams Game Tournament (TGT)

Teams Game Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda.

Kooperatif model Teams Game Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Game Tournament (TGT)

(61)

Teknik pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)

memiliki lima komponen utama, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

a) Penyajian Kelas

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Biasanya, hal ini dilakukan dengan pengajaran langsung, seperti ceramah atau diskusi yang dipimpin olehnya. Para siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan karena akan membantu mereka untuk bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok ataupun permainan. Hal ini disebabkan skor permainan akan menentukan skor kelompok.

b) Kelompok

Kelompok atau tim biasanya terdiri atas empat hingga lima orang. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama beberapa teman. Secara khusus, guru perlu mempersiapkan anggota kelompok agar dapat bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan.

c) Game

(62)

permainan ini, siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut.

Gambar 2.2 Aturan permainan tipe Slavin

Sumber: Fathurrohman (2015); Rusmono (2017)

d) Turnamen

(63)

Gambar 2.3 Penempatan meja turnamen tipe Slavin

Sumber: Fathurrohman (2015); Rusmono (2017)

e) Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok atau rekognisi tim adalah saat dimana guru mengumumkan kelompok yang menjadi pemenang. Selain itu, masing-masing kelompok juga akan mendapatkan sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor kelompok memenuhi kriteria yang ditentukan (Asmani, 2016: 139).

Pada tahap ini, guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi sesuai dengan rata-rata skor yang telah ditentukan dan memberikan hadiah terhadap kelompok tersebut.

Peneliti memilih model pembelajaran problem based learning

(64)

merupakan pembelajaran secara kelompok. Dalam kegiatan belajar secara kelompok dapat menumbuhkan kejujuran, tanggung jawab, dan kerjasama, keterlibatan belajar, dan persaingan sehat.

Model pembelajaran problem based learning dan teams game tournament membantu siswa untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah. Model pembelajaran ini juga menggunakan permainan dan kompetisi sehingga siswa lebih rileks dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

D. Kajian Pustaka

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Maftukhah, 2015 dengan judul

“Peningkatan hasil belajar matematika materi pengukuran (satuan panjang)

melalui metode Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun pelajaran

2015/2016”.

(65)

metode Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2015/2016.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pengukuran (satuan panjang) pada siswa kelas IV MI Keputon Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun ajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan melalui siklus I siswa mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau 69% dengan rata-rata kelas 62,8. Pada siklus II siswa yang mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 86% dengan rata-rata kelas adalah 76,3 dan pada siklus III seluruh siswa yang berjumlah 23 siswa atau 100% mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan dengan rata-rata kelas yaitu 86,9.

Penelitian yang dilakukan oleh Maftukhah sama dengan peneliti yaitu penggunaan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar dan penelitian sama-sama menggunakan penelitian tindakan kelas, namun perbedaannya adalah subyek, materi pelajaran, tempat, dan waktu pelaksanaan penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati, 2016 dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Dengan Metode Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) Pada Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen 01 Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang Tahun

Ajaran 2016/2017”.

(66)

meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen 01, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2016/2017. (2) Apakah penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) dapat memenuhi target pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) 85% mata pelajaran matematika materi perkalian pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen 01, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2016/2017?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi perkalian dengan penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen 01, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2016/2017. (2) Memenuhi target pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) 85% mata pelajaran matematika materi perkalian dengan penerapan metode pembelajaran

Teams Game Tournament (TGT) pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen 01, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2016/2017.

(67)

yang tuntas ada 14 siswa (74%) dari 19 siswa dengan nilai rata-rata siswa yaitu 78,9. Siklus III jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa (89%) dengan rata-rata kelas yaitu 84,7.

Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati sama dengan yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar dan penelitian yang dilakukan sama-sama penelitian tindakan kelas, yang membedakan terdapat pada subyek, materi pelajaran, tempat, dan waktu pelaksanaan penelitian.

Berdasarkan dua penelitian diatas terdapat perbedaan dalam penggunaan metode pembelajaran. Penelitian oleh Maftukhah menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Sedangkan penelitian oleh Fatmawati menggunakan metode Teams Game Tournament (TGT). Namun, kedua metode penelitian di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar melalui metode Problem Based Learning (PBL)

(68)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

C. Gambaran Umum Sekolah 1. Identitas Sekolah

Tabel 3.1 Identitas Sekolah

No Identitas Keterangan

1. Nama Madrasah MI Al-Jufri 2. Status Madrasah Swasta

3. Badan Penyelenggara Yayasan Al-Jufri 4. Nomot Statistik 111233050040

Alamat:

Jalan Jln Kyai Jufri No 233

Desa Sitibentar

5. Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

2. Visi dan Misi

Visi MI Al-Jufri Sitibentar Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen

“Terwujudnya peserta didik yang beriman, bertaqwa, berilmu, berakhlak

terpuji, dan unggul dalam prestasi”.

Misi MI Al-Jufri Sitibentar Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen: a) Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman ajaran islam melalui

(69)

b) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik.

c) Mengembangkan dan membiasakan sikap disiplin, tanggung jawab, dan mandiri.

d) Mengembangkat bakat, minat, dan potensi peserta didik secara maksimal melalui kegiatan ekstrakurikuler.

e) Memotivasi dan melaksanakan pembinaan kompetensi bidang akademis dan non akademis.

3. Keadaan Guru

Keadaan guru MI Al-Jufri Sitibentar Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data Guru MI Al-Jufri

(70)

8. Ida Ilmiawati, 10. Slamet Syaifudin,

S.Pd.i L

Keadaan siswa MI Al-Jufri Sitibentar Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen pada tahun 2018 dengan jumlah 175 siswa dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Jumlah Siswa MI Al-Jufri

No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan

1 I 20 siswa 15 siswa 35 Siswa

(71)

siswa dengan kriteria 16 laki-laki dan 10 perempuan. Data siswa kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Data Siswa Kelas IV MI Al-Jufri

(72)

24. TL Perempuan

25. WH Laki-laki

26. ZD Perempuan

6. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan (2 siklus) di MI Al-Jufri. Waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Siklus Waktu Pelaksanaan

1 Siklus I Sabtu, 24 Maret 2018 2 Siklus II Senin, 26 Maret 2018

D. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Pra Siklus

Pada penelitian kali ini, peneliti melaksanakan penelitian dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT). Model pembelajaran ini bukanlah model baru dalam dunia pendidikan di Indonesia, namun bagi MI Al-Jufri Sitibentar model pembelajaran ini adalah model yang baru. Acuan penilaian pada penelitian ini, peneliti menggunakan Kriteria Ketuntasan Klasikal yaitu 85% dari jumlah seluruh siswa dengan berpatokan pada nilai Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM).

(73)

untuk mata pelajaran matematika adalah 65. Dibawah adalah data hasil nilai ulangan harian matematika kelas IV MI Al-Jufri Sitibentar.

Tabel 3.6 Nilai Ulangan Harian Pra Siklus

No Nama Nilai Ketuntasan

1. AQA 40 Belum Tuntas

2. ARA 20 Belum Tuntas

3. AB 40 Belum Tuntas

4. BTA 60 Belum Tuntas

5. DA 60 Belum Tuntas

6. F 40 Belum Tuntas

7. FWN 80 Tuntas

8. FA 60 Belum Tuntas

9. HAMH 40 Belum Tuntas

10. IF 20 Belum Tuntas

11. IR 60 Belum Tuntas

12. IR 80 Tuntas

13. MS 20 Belum Tuntas

14. MAR 40 Belum Tuntas

15. MAH 60 Belum Tuntas

16. MIAF 40 Belum Tuntas

17. MRZ 80 Tuntas

18. NR 40 Belum Tuntas

(74)

20. RAAF 0 Belum Tuntas

21. R 20 Belum Tuntas

22. RK 0 Belum Tuntas

23. SS 80 Tuntas

24. TL 20 Belum Tuntas

25. WH 20 Belum Tuntas

26. ZD 20 Belum Tuntas

Jumlah 1080 4

Nilai rata-rata 41,53 15,38%

Keterangan:

Tuntas : 4 siswa Belum tuntas : 22 siswa Nilai rata-rata : 41,53 Presentase ketuntasan : 15, 38%

Tabel 3.6 dapat dijelaskan bahwa pemahaman siswa tentang matematika materi bilangan prima masih sangat rendah. Dapat dilihat dari data nilai siswa, nilai rata-rata keseluruhan siswa yang berjumlah 26 siswa hanya mencapai 41, 53 dengan kriteria 4 siswa (15,38%) mencapai KKM

yaitu ≥ 65 dan masih 22 siswa (84, 62%) yang nilainya belum mencapai

(75)

2. Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan dua siklus penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan pada siklus I mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti menyusun Pencana Pelaksanaan Penelitian (RPP) mata pelajaran matematika materi bilangan prima dengan metode

Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT).

2) Peneliti menyiapkan media pembelajaran.

3) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning (PBL) dan Teams Game Tournament (TGT).

4) Peneliti menyiapkan lembar soal pree test, soal kelompok, dan post test.

5) Menyiapkan meja tournament.

b. Pelaksanaan

Gambar

Gambar 1 model penelitian tindakan kelas (Sukudin, dkk, 2008: 49).
gambar 2.2.
Gambar 2.2 Aturan permainan tipe Slavin
Gambar 2.3 Penempatan meja turnamen tipe Slavin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5 Hubungan laju pertumbuhan output dengan waktu Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan akan semakin menurun jika tingkat korupsi semakin meningkat

Interaksi tekstur dan kadar bahan organik tanah dalam proses pemadatan berpengaruh nyata terhadap bobot isi, permeabilitas, pori drainase total, pori air tersedia, dan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Rasionalitas Penggunaan

Darmabrata, Wahyono, dkk, 2004, Hukum Perkawinan Dan Keluarga Di Indonesia , Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.. Gosita, Arif, 2001,

Metode yang digunakan adalah metode analisis deskritif dengan data sekunder yang bersumber dari USP SWamitra Kowapi tahun 2013.. Jumlah kredit Swamitra Kowapi pada tahun

Tesis yang berjudul: ANALISIS TUTURAN TOKOH TINKER BELL DALAM FILM TINKER BELL AND THE LOST TREASURE DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA ini adalah karya

Tabel IV.14 Hasil Analisis Regresi Pengaruh Pengaruh Kepuasan terhadap Partisipasi, Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural pada Komitmen Afektif dan Komitmen Normatif ....

2) Potensi olah pikir, olah rasa, olah hati yang dimiliki oleh pendidik dan peserta didik belum diberdayakan secara optimal. 3) Generasi muda yang sekarang