• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Karakter - ARMI AFRIYANI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Karakter - ARMI AFRIYANI BAB II"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Karakter

Menurut Kemendiknas (wibowo,2012:35) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan

digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, dan bertindak. Sementara pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (Zubaedi, 2011:8) karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter

(2)

dan lingkungan masyarakat. Nilai-nilai luhur ini berasal dari teori-teori pendidikan, psikologi pendidikan, nilai-nilai social budaya, ajaran agama, Pancasila dan UUD 1945, dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur ini juga perlu didukung oleh komitmen dan kebijakan pemangku kepentingan serta pihak-pihak terkait lainnya termasuk dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan.

Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Zubaedi, (2011:17-18). Menurut Fraenkel, (1977:6) nilai dapat diartikan sebagai berikut.

“A value is an idea-a concept- about what someone thinks is important in life. When a person values something, he or she deems it worthwhile-worth having, worth doing, or worth trying to obtain. The studi of values usually is divided into the areas of aesthetics and ethics. Aesthetics refers to the study and justification of what human beings considers beautiful-what the enjoy. Ethics refers to the study and justification of conduct-how people behave. At the base of study of ethics is the question of morals-the reflective consideration of what is rigt and wrong. Though some comments will be made about the teaching of aesthetic values in this book, our primary concern will be the teaching of ethics”.

(3)

dalam kehidupannyan. Seseorang menganggap nilai sesuatu itu berharga dan layak dilakukan maka pastas pula untuk mendapatkannya. Nilai terbagi menjadi dua yaitu ada estetika dan etika. Estetika mengacu pada justifikasi dari apa yang dianggap manusia memunculkan keindahan. Etika mengacu pada justifikasi perilaku dan berperilaku.

Menurut pemikiran Benninga (1991:264) berpendapat bahwa:

“Advocates of moral education have relied on these developmental theories to provide the basis for pedagogical programs, arguing that an understanding of how individuals develop over time has direct bearing on the processes implemented in those programs. The advocates of character education, on the other hand, have not relied on these findings, arguing that the purposes of moral education are well established historically and in need only of consistent implementation”.

Benninga menjabarkan bahwa pendidikan moral mengandalkan teori-teori perkembangan sebagai dasar pada program pedagogis. Pemahaman yang dimunculkan tersebut diharapkan tiap individu dapat mengembangkannya dari waktu ke waktu melalui proses implementasi. Pada dasarnya yang dibutuhkan dari pendidikan moral adalah adanya implementasi yang berkelanjutan dan konsisten.

(4)

Pendidikan masih dilakukan secara sporadis dan terpisah-pisah. Hasil riset menunjukkan bahwa hanya di beberapa sekolah saja yang telah mengembangkan pendidikan karakter. Hal tersebut terjadi bukan karena adanya program ini, melainkan merupakan kultur yang sudah terbangun sejak lama. Walaupun demikian, dari 18 yang disosialisasikan untuk dikembangkan di sekolah, hanya terdapat 5 sampai 7 nilai yang benar-benar diajarkan dan terinternalisasi pada siswa di Sekolah Dasar.

b. Pengertian Rasa InginTahu

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar (Wibowo 2012:102). Lingkup rasa ingin tahu lebih luas dalam mempelajari suatu ilmu yang baru atau pengalaman baru. Rasa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar (Mustari, 2011:104-105). Rasa ingin tahu juga dapat dideskripsikan sebagai suatu eksplorasi dalam menerima pengetahuan baru.

(5)

manusia tentang rasa ingin tahu itu sendiri (di balik-rasa ingin tahu), digabungkan dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, membawa pada peniruan (mimesis), fantasi dan imajinasi – yang akhirnya

membawa pada cara manusia berpikir (menalar), yaitu abstrak, sadar-diri atau secara sadar.

Menurut Berlyne (Gulten 2011:249) mengemukakan :

“…Perceptive curiosity contains (seeing, hearing) directed sensual conceptions which are used for getting information about complex or undetermined objects in kind a ways such visual inspection with awakening of curiosity. Epistemic curiosity examines the questions and proposition to get true information that is activated by conceptual undetermined or complex ideas such as (theories of knowledge, mental cross words (Berlyne, 1957 cited in Ünal, 2005)… They defend an appetitive account of curiosity, viewing curiosity as a motivationally original desire to know that arises from having one's attention drawn to the object and that in turn sustains one's attention to it. Distinguishing curiosity from wonder, they explore several sources of the epistemic value of curiosity. First, curiosity is tenacious: Curiosity whether a proposition is true leads to curiosity about related issues. Second, it is related to our field of interest. Last, and most important, curiosity is largely independent of our interests. It fixes our attention on objects in which we have no antecedent interest, thereby broadening our knowledge on it…”

(6)

sebagian besar independen dari kepentingan kita sehingga akan mendapatkan pengetahuan yang luas dari yang telah kita dapatkan.

Pengertian rasa ingin tahu dari beberapa definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan suatu sikap, perilaku, dan tindakan dalam mencari pengetahuan baru yang meluas dari apa yang dilihat, didengar, maupun yang akan dipelajari.

c. Sejarah ingin tahu

Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering upaya itu tidak terjawab secara memuaskan Mustari, (2011:106). Rasa ingin tahu makhluk lain selain manusia lebih didasarkan oleh naluri (instinct) atau idle curiosity.

Naluri ini didasarkan pada upaya mempertahankan kelestarian hidup dan sifatnya tetap sepanjang zaman.

(7)

1) Hasrat untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami hakekat alam dan isinya. Dorongan ini melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (Pure Science).

2) Dorongan praktis yang memanfaatkan pengetahuan itu untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Dorongan kedua ini menimbulkan Ilmu Pengetahuan Terapan (Applied Science).

d. Indikator Rasa Ingin Tahu

Menurut Hasan dkk (Fitri, 2012:39), ada dua jenis indikator yang dikembangkan dalam pedoman ini. Pertama, indikator untuk sekolah dan kelas. Kedua, indikator untuk mata pelajaran. Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari. Indikator mata pelajaran mengambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Indikator rasa ingin tahu menurut Fitri (2012: 41) meliputi :

1) Sistem pembelajaran diarahkan untuk mengeksplorasi keingintahuan siswa.

(8)

e. Pendidikan Rasa Ingin Tahu

Dalam mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani rasa ingin tahunya. Menurut Jean Piaget (Mustari, 2011:110), belajar merupakan kegiatan bebas untuk memuaskan rasa ingin tahu, tidak heran jika setiap anak pun mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang berbeda-beda. Tidak ada dua anak yang menjalani jalan yang sama. Adalah sedikit yang hampir sama. Setiap anak itu begitu unik, begitu berbeda.

Belajar bisa dilakukan di bangku sekolah, ada juga yang dilakukan di lapangan. Bagi orang-orang yang cocok untuk mengamati dan praktek di lapangan, belajar yang berhubungan dengan buku mungkin tidak cocok. Tetapi bisa jadi orang tersebutlah yang membuat inovasi, yaitu penemuan baru.

2. Hakekat Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi

(9)

Menurut Harahap (Hamdani, 2011:138) bahwa ia memberikan penilaian pendidikan temtang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

b. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut pendapat Cronbach, dkk (Hamdani, 2011:20-21) mengungkapkan bahwa definisi belajar yaitu sebagai berikut :

1) Cronbach memberikan definisi, “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. (belajar adalah

(10)

2) Harold Spears memberikan batasan, “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. (belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi,

mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk). 3) Geoch mengatakan, “Learning is a change in performance as a

result of practice”. (belajar adalah perubahan dalam penampilan

sebagai hasil praktik).

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, yang menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya akan menurun.

(11)

c. Ciri dan Prinsip Belajar

Darsono (Hamdani, 2011:22) mengemukakan ciri belajar yaitu sebagai berikut:

1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini

digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok ukur keberhasilan belajar.

2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.

3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.

Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar.

4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lain.

Adapun prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran adalah : a) Kesiapan belajar

b) Perhatian c) Motivasi

(12)

g) Meteri pelajaran yang menantang h) Balikan dan penguatan

i) Perbedaan individu

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatakan prestasi belajar siswa, guru harus memerhatikan kondisi internal dan eksternal siswa. d. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang akan dicapai oleh seorang individu, merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun eksternal (Ahmadi dan Supriyono, 1991:130). Faktor internal terdiri atas faktor jasmaniah, psikologis, kematangan fisik maupun psikis. Prestasi belajar dapat diartikan pula sebagai suatu kepemahaman terhadap suatu konsep pengetahuan yang dikembangankan dengan melihat dari hasil tes atau nilai tes yang didapatkan.

(13)

Menurut Gagne (Hamdani, 2011:136) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi herbal, sikap, dan ketrampilan. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja

(14)

knowledge, awarenes, attitude, political efficacy, dan political participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara

rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa Zamroni (Taniredja, 2009:3).

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Pasal 39 Undang-Undang No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional).

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Secara umum ketika Pendidikan Kewarganegaraan dikaitkan dengan pendidikan demokrasi mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia. Winataputra (Taniredja, 2009:17). Oleh karena itu, diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak, serta ketrampilan intelektual dan sosial yang memadai sebagai warga negara.

(15)

berkenaan dengan hubungan antara warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara sebagai bekal agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara. Sedangkan pasal 4 menyebutkan bahwa PKn di perguruan tinggi bertujuan untuk:

1) Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga Negara terdidik dalam kehidupannya selaku warga Negara Republik Indonesia yang bertanggung jawab.

2) Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan Pancasila, wawasan nusantara dan ketahanan nasional secara kritis dan tanggung jawab.

3) Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan serta pratiotisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

(16)

Indonesia serta dunia. Oleh karena itu, bahwa dalam setiap jenjang pendidikan diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan yang akan mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan ketrampilan intelektual.

4. Metode Diskusi

a. Pengertian Metode Diskusi

(17)

b. Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Hardini (2012:20) menyatakan bahwa metode pembelajaran diskusi memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:

a. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir

b. Peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasinya secara bebas

c. Peserta didik belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya d. Diskusi dapat mengubah perilaku efektif siswa secara konkret e. Diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif di kalangan

peserta didik

f. Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratis dan dapat menghargai pendapat orang lain

Kelemahan-kelemahan dalam metode diskusi adalah sebagai berikut:

a. Diskusi membutuhkan waktu yang lama

b. Siswa disyaratkan untuk memiliki pengetahuan yang cukup mengenai topik atau masalah yang didiskusikan

c. Kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan diskusi, maka kecenderungannya diskusi menjadi tanya jawab d. Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses

(18)

Kelemahan yang ada pada metode ini dapat diminimalisir dengan cara memberi waktu pengerjaan tugas dalam diskusi kelompok. Siswa dalam pelaksanaan diskusi ini harus dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai materi, maka sebelum guru memberikan instruksi untuk berdiskusi siswa diberikan penjelasan terkait materi yang akan didiskusikan terlebih dahulu. Siswa akan mendapatkan bekal dalam diskusi kelompok setelah guru memberikan topik dalam materi.

c. Langkah-langkah Metode Diskusi

Menurut Hamdani (2011:159) langkah-langkah dalam pelaksanaan metode diskusi adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan

b. Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan penugasan studi khusus kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi

c. Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkas

d. Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah

e. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya

(19)

g. Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain

Metode diskusi ini akan dapat menunjang pembelajaran dalam kelas serta cocok digunakan untuk memancing keatifan siswa dalam menanggapi sesuatu. Melalui diskusi maka anak akan lebih mudah mengeksplor wawasan atau pengetahuan siswa terhadap kegiatan sehari-hari.

5. Media Audio Visual

a. Pengertian Media Audio Visual

Media Audio adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.

Media Visual adalah media yang hanya mngendalkan indra penglihatan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartu Djamarah (2010:124).

Media audio visual yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan visual atau bias disebut media pandang-dengar. Contoh dari media audio visual adalah program video/televisi pendidikan, video/televise instruksional, dan program slide suara (sound slide) Rusman dkk (2011:63). Menurut Arsyad (2007:148-152) Media audio

dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Sekali membeli tape dan peralatan seperti tape recorder, hampir tidak diperlukan lagi biaya tambahan karena tape

(20)

kembali. Audio dapat menampilkan pesan yang memotivasi. Selain dapat menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan mendengar dan mengevaluasi yang telah didengar, mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi, menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa, dan menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.

Menurut Rusman dkk (Arsyad, 2007:36) mengemukakan video

merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur, dengan pesan-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk. Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media audio visual aids (AVA), yaitu jenis media yang selain mengandung

unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.

Media menurut Heinich, Molena, Russel (1993:188) video diartikan sebagai berikut :

(21)

Apabila diterjemahkan dapat diartikan sebagai tampilan dari berbagai gambar dalam sebuah televisi atau sejenis layar. Setiap format media yang menggunakan sinar katoda untuk menampilkan bagian gambar dan sebuah pesan dapat dikategorikan sebagai video.

Media video pembelajaran termasuk ke dalam media video cassette recorder (VCR) yaitu media audio visual gerak yang

perekamannya dilakukan dengan menggunakan kaset video, dan penayangannya melalui pesawat televisi. Jadi dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan suatu media yang lebih cenderung pada penggunaan teknologi dengan memadukan antara audio dan juga visual atau dapat diartikan sebagai media yang dapat didengar dan dilihat.

b. Kelebihan Kekurangan

Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dapat memotivasi serta menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Kelebihan media tersebut, yaitu sebagai berikut :

1) Memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa. 2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.

3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

4) Lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan.

(22)

Kelemahan media video dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu sebagai berikut :

1) Jangkauannya terbatas

2) Sifat komunikasinya satu arah 3) Gambarnya relative kecil

4) Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat kerusakan atau gangguan magnetik.

Merujuk pada kelemahan di atas maka pada pelaksanaannya, kelemahan tersebut akan diminimalisir melalui penyempurnaan. Usaha meminimalisir dapat dilakukan dengan menciptakan pembelajaran menjadi berbagai arah dengan mengadakan diskusi, sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan terjadi komunikasi kesegala arah. Pada saat tayangan materi, maka ukuran yang ditampilkan lebih dimaksimalkan, sehingga siswa yang duduk di belakang dapat melihat dengan jelas. Siswa dalam mendapatkan pembelajaran akan lebih maksimal dengan cara tersebut.

c. Langkah-Langkah Media Audio Visual

Langkah-langkah dalam penyajian materi melalui media audio maupun audio visual tidak terpaku pada satu prosedur, namun hal tersebut dapat dirancang sesuai pada kebutuhan materi yang akan disajikan. Menurut Arsyad, (2007:150-152) mengemukakan bahwa langkah-langkahnya yaitu mempersiapkan diri. Guru merencanakan

(23)

kesiapan siswa. Siswa dituntun agar memiliki kesiapan untuk mendengar, misalnya dengan cara memberikan komentar awal dan pertanyaan-pertanyaan; Mendengarkan materi audio. Tuntun siswa untuk menjalani pengalaman mendengar dengan waktu yang tepat atau dengan sedikit penundaan antara pengantar dan mulainya proses mendengar; Diskusi (membahas) materi program audio. Sebaiknya

setelah mendengar program itu, diskusi dimulai secara informal dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat umum; Menindaklanjuti program. Pada umumnya, diskusi dan evaluasi setelah mendengarkan

program mengakhiri kegiatan mendengar.

B. Penelitian Yang Relevan

(24)

C. Kerangka Berfikir

Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Rasa ingin tahu yang patut ditumbuhkan kepada siswa adalah agar siswa mampu merespon positif segala ilmu yang didapat untuk lebih peka terhadap wawasan-wawasan baru dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam kehidupan nyata, banyak siswa yang masih kurang tanggap dalam menerima ilmu ataupun pengetahuan baru, hal itu dikarena kurangya ketertarikan siswa terhadap pengetahuan tersebut. Permasalahan ini harus segera ditanggapi oleh guru dengan cara mencari alternative tindakan untuk segera memaksimalkan dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Sehingga esensi dari pengetahuan yang diberikan dapat tersampaikan dengan maksimal kepada siswa, maka tujuan dari suatu pembelajaran dalam pemberian pengetahuan pun dapat tersampaikan.

Prestasi belajar merupakan sebuah pembuktian keberhasilan yang telah dicapai dalam melaksanakan suatu usaha-usaha belajar. Memahami atau tidaknya sebuah materi dapat dilihat melalui hasil prestasi belajarnya, sehingga prestasi juga dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam pencapaian ketuntasan dalam sebuah pembelajaran. Prestasi belajar di bidang pendidikan merupakan suatu hasil pengukuran terhadap siswa yang meliputi factor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran.

(25)

adalah pendidikan yang lebih mengarah pada pembiasaan sikap yang mengarah pada suatu nilai dalam kehidupan sehari-hari. Merujuk pada pernyataan bahwa pendidikan kewarganegaraan menitik beratkan pada sikap dan nilai yang cenderung kurang mudah dipahami oleh siswa secara konkret maka dalam pembelajarannya pun harus dapat lebih menarik agar siswa tertarik dan termotivasi untuk merespon positif terhadap materi yang disajikan.

Cara untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa terhadap materi dan pembelajaran ini maka dapat melalui metode diskusi dengan menggunakan media pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan media audio visual. Diskusi akan memancing siswa untuk lebih aktif dan kritis pemberian pengetahuan baru. Diskusi juga akan memberikan pengaruh kepada siswa untuk dapat berbagi pengalaman baru. Penggunaan media audio visual diharapkan dapat lebih memicu rasa ingin tahu siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi dan tertarik dalam penyajian materi, khususnya materi mengenai memahami sistem pemerintahan desa dan pemerintah kecamatan.

D.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan, meliputi:

(26)

Kewarganegaraan pada materi . Mengenal lembaga lembaga dalam pemerintahan desa dan Pemerintahan Kecamatan kelas IV SD Negeri 2 Grendeng.

2. Melalui metode diskusi menggunakan media Audio Visual dapat

Gambar

gambar dalam sebuah televisi atau sejenis layar. Setiap format media

Referensi

Dokumen terkait

Pada pemasarannya pun cukup mudah karena bahan herbal tersebut sudah banyak diketahui orang beserta dengan manfaat yang diperoleh, namun masih sedikit yang menjual dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kebiasaan sarapan terhadap tingkat pengetahuan, status gizi dan kemampuan daya ingat anak Sekolah Dasar Lamper

Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat- Nya yang telah diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

Perlakuan penambahan emulsifier (ovalett) dengan konsentrasi yang terlalu tinggi yaitu 33g menyebabkan penurunan nilai overrun, dan melting rate tetapi meningkatkan nilai

[r]

Hasil dari penelitian ini adalah pada uji kadar air tidak ada beda nyata baik antara perlakuan fermentasi spontan selama 1 minggu dan fermentasi non spontan selama 1 minggu dan

Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta selama September sampai November 2006 (Guswita, 2007). Efektivitas Penggunaan Analgetik dan Antiemetik pada

Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbandingan kombinasi gelatin dan CMC yang paling baik dalam pembuatan es krim, untuk mengetahui pengaruh kombinasi fat replacer