• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 20092010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 20092010"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN

MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV SD

KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Isabela Resita Yuliyanti NIM : 08 1134 165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN

MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV SD

KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Isabela Resita Yuliyanti NIM : 08 1134 165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

Keluarga besarku

Kedua orang tuaku :

HERIBERTUS SATIJA HADIWIJAYA

MARIANA SRIYANTI HADIWIJAYA

Kedua adikku :

GERARDA WAHYU DWI PUTRANTI HADIWIJAYA

BENEDIKTUS BIMA ANANTA WIBAWA HADIWIJAYA

Teman spesialku :

DAMIANUS SINGGIHMARDIYA

Sahabat terbaikku :

REVAN IDLUS

FRANSISKA GALUH PANGESTI

(6)

v

MOTTO

Sesuatu hal, apabila dilakukan dengan kesungguhan hati pasti akan indah

pada waktunya.

Di mana ada kehendak, di situ ada jalan.

Kegagalan yang terjadi mungkin semata-mata bukan karena kemampuan

kita.

Ora et labora.

Jika kita percaya semua hal yang kita inginkan akan terjadi.

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Isabela Resita Yuliyanti. 2010. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Bagi Siswa Kelas

IV SD Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2009-2010.Skripsi.S1.Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan tahun ajaran 2009-2010. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengingatkan kembali atas konsep pecahan : 1) arti, lambang, urutan dan membandingkan; 2) urutan dan menyederhanakan pecahan; dan 3) meyederhanakan dan mengubah bentuk pecahan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan alat peraga blok pecahan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan B SD Kanisisus Kalasan Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes esai konsep pecahan (soal evaluasi) dan lembar observasi untuk guru dan siswa. Soal evaluasi dan lembar observasi ini disusun oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing. Data dianalisis secara statistik. Teknik analis data yang digunakan untuk mengkaji data yaitu dengan cara mengumpulkan hasil tes esai siswa, mengubah skor mentah menjadi nilai jadi, mencari rata-rata kemudian membandingkannya dengan keadaan pada kondisi awal.

(10)

ix ABSTRACT

Isabela Resita Yulianti. 2010. Efforts to Increase Understanding Fractions Concepts Approach Through Contextual Teaching And Learning (CTL) For Canisius Kalasan Elementary School Fourth Grade Students in Academic Year 2009- 2010.Skripsi.S1.Program Elementary School Teacher Education Studies

Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to determine whether learning using Contextual Teaching and Learning (CTL) to increase understanding of the concept of fractions in elementary school fourth grade students Canisius Kalasan school year 2009-2010. The actions undertaken in this study are reminded again of the concept of fractions: 1) the meaning, symbol, sequence and compare, 2) the order and simplify fractions, and 3) simplify and change the form of fractions.

This was an action research Classes (PTK), which uses props block fractions. The subjects in this study were students in grade IV A and B SD Kanisisus Kalasan Yogyakarta 2009/2010 academic year which amounted to 25 students. The instruments used in this study is testing the concept of fractional essay (about evaluation) and observation sheets for teachers and students. Problem evaluation and observation sheet was developed by researchers with the guidance of faculty mentors. Data were analyzed statistically. Technical analysts study the data used for data that is by collecting the student's essay test, change the raw score into a value, find the average and compares the situation in the initial conditions.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas limpahan berkat dan rahmat dalam pembuatan “Skripsi” ini sehingga dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus

2. Kedua orang tua dan adik-adikku yang selalu memberikan dukungan dan semangat ketika sedang mengerjakan skripsi ini.

3. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

4. Bpk. Drs. Puji Purnomo, M.Si selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Bpk. Drs. J. Sumedi selaku dosen pembimbing akademik kelas A. 6. Bpk. Drs. Th. Sugiarto Pudjohartono, M.T selaku dosen pembimbing I. 7. Bpk. Drs. A. Sardjana, M.Pd selaku dosen pembimbing II.

8. Romo Drs. G. Ari Nugrahanta, SJ.,M. A., selaku dosen penguji.

(12)

xi

10.Ibu Patricia Agustina Ria Dewi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kalasan Yogyakarta, yang telah mendampingi dan memberikan izinnya kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11.Ibu Maria Indarti Rustamti, S.Pd selaku kolaborator dan sekaligus guru Matematika kelas IV A dan B SD Kanisius Kalasan Yogyakarta, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk mendampingi dan membantu selama penulis melaksanakan penelitian.

12.Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, sekretariat Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan sekretariat JPMIPA yang telah memberikan dukungan dalam penulisan karya ilmiah ini khususnya selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

13.Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan Staf Perpustakaan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan sumber sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

14.Damianus Singgihmardiya, teman spesialku yang selalu memberikan semangat, dukungan, doa dan selalu ada mengisi hari-hariku.

15.Revan Idlus, sahabat terbaikku yang selalu memberikan dukungan dan selalu ada untukku.

16.Sr. Agnes Dinihari Yulian, Fcj yang selalu memberikan dukungan, semangat dan pencerahan (nasehat-nasehatnya).

(13)
(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 2

(15)

xiv

D. Batasan Pengertian ... 3

E. Tujuan ... 4

F. Manfaat ... 4

G. Sistematika Penulisan Laporan ... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Pecahan ... 6

B. Pecahan ... 8

C. Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 13

D. Blok Pecahan ... 23

E. Kerangka Berfikir ... 27

F. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

C. Rencana Tindakan ... 32

D. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 40

E. Analisis Data ... 41

BAB IV. TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 79

(16)

xv

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria

capaiannya di awal, tindakan I, dan tindakan II ... 32 Tabel 3.2 Pengumpulan Data ... ... 40 Tabel 3.3 Format Rubrik Penilaian Observasi Siswa ... 42 Tabel 3.4 Format Rubrik Penilaian Observasi Guru Penggunaan

Pendekatan CTL dalam Pembelajaran ... 43 Tabel 4.1. Pengolahan data Konsep Pecahan sebelum kemampuan

yang akan ditingkatkan (pre tes) ... ... 54 Tabel 4.2 Pengolahan data Konsep Pecahan Kemampuan 1 Yang

Ditingkatkan... ... . 55 Tabel 4.3. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Kemampuan 1 Yang

Ditingkatkan ... 56 Tabel 4.4 Pengolahan data observasi kegiatan guru. ... 57 Tabel 4.5 Pengolahan data Kemampuan 2 Yang Ditingkatkan

. ... 64 Tabel 4.6. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Kemampuan 2 Yang

Ditingkatkan ... 66 Tabel 4.7. Pengolahan data observasi kegiatan guru kemampuan 2

yang akan ditingkatkan ... 67 Tabel 4.8. Pengolahan data Kemampuan 3 Yang Ditingkatkan

(18)

xvii

Ditingkatkan ... 75 Tabel 4.10. Pengolahan data observasi kegiatan guru kemampuan 3

Yang Akan Ditingkatkan ... 76 Tabel 4.11. . Daftar hasil nilai pre tes, kemampuan 1 yang ditingkatkan,

kemampuan 2 yang ditingkatkan, kemampuan yang 3

(19)

xviii

Gambar 2.5 Pecahan 2 1 ... 23

Gambar 2.6 Pecahan 3 1 ... 24

Gambar 2.7 Pecahan 4 1 ... 24

Gambar 2.8 Pecahan 5 1 ... 24

Gambar 2.9 Pecahan 6 1 ... 25

Gambar 2.10 Pecahan 8 1 ... 25

Gambar 2.11 Pecahan 10 1 ... 26

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Foto penelitian ... 87

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88

Lampiran 3 : Silabus Pembelajaran ... 93

Lampiran 4 : Lembar Kerja Siswa 1&2 ... 98

Lampiran 5 : Soal Pre tes & Postes ... 102

Lampiran 6 : Soal-soal dan kunci jawaban evaluasi I, II & III ... 106

Lampiran 7 : Hasil Pretes & Postes Tertinggi &Terendah ... 111

Lampiran 8 : Hasil Lembar Kerja Siswa 1 Tertinggi &Terendah . 119 Lampiran 9 : Hasil Lembar Kerja Siswa 2 Tertinggi &Terendah . 125 Lampiran 10 : Hasil Evaluasi Siswa 1 Tertinggi &Terendah ... 129

Lampiran 11 : Hasil Evaluasi Siswa 2 Tertinggi &Terendah ... 131

Lampiran 12 : Hasil Evaluasi Siswa 3 Tertinggi &Terendah ... 129

Lampiran 13 : Surat Izin Penelitian dari Prodi ... 131

Lampiran 14 : Surat Persetujuan Penelitian YKCY ... 134

Lampiran 15 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 135

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai banyak istilah menggunakan pecahan. Pecahan adalah bagian dari keseluruhan yang berukuran sama. Kata Pecahan berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti bagian-bagian yang lebih kecil.

Mata pelajaran Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan bilangan-bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Matematika di sekolah dasar mengutamakan agar siswa mengenal, memahami, serta mampu menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Walaupun begitu, masih ada kesulitan dalam memahami konsep pecahan itu sendiri.

(22)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mencoba meningkatkan pemahaman konsep pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Yogyakarta dalam pembelajaran Matematika materi pecahan menggunakan alat peraga Blok Pecahan dan Pendekatan Kontekstual. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan alat peraga Blok Pecahan, diharapkan agar siswa dapat lebih memahami dan mengerti konsep pecahan sebelum melanjutkan materi selanjutnya.

Pengunaan Blok Pecahan dalam konsep pecahan juga sangat membantu mempermudah siswa dalam memahami konsep pecahan. Blok Pecahan merupakan salah satu alat peraga yang mempunyai fungsi penting dalam mengenalkan konsep-konsep pecahan, yaitu mengenalkan konsep awal pecahan, membandingkan dan mengurutkan pecahan. Oleh karena itu, penulis mengusulkan secara konsisten untuk digunakan. Guru harus berusaha untuk menggunakan alat peraga yang sesuai dan dapat memahamkan siswa sejak awal dalam mempelajari konsep-konsep pecahan.

A. Pembatasan Masalah

(23)

B. Perumusan Masalah

Apakah pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2009/2010?

C. Batasan Pengertian

Seperti yang telah diuraikan diatas, yang dimaksud dengan :

1. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Riyanto,2009:161).

2. Pecahan adalah bagian dari keseluruhan yang berukuran sama berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti bagian-bagian yang lebih kecil. Sebuah pecahan mempunyai 2 bagian yaitu pembilang dan penyebut yang penulisannya dipisahkan oleh garis lurus dan bukan miring (/). 3. Blok Pecahan adalah blok pecahan ditinjau dari segi ukuran, artinya alat

peraga tersebut dapat dilihat secara jelas dari semua sudut kelas, dari depan, tengah, samping kanan dan kiri, maupun dari belakang. Alat peraga tersebut digunakan oleh guru untuk kegiatan klasikal.

(24)

D. Tujuan

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2009/2010?

E. Manfaat

1.Secara teoritis, hasil penelitian ini menambah wawasan tentang salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan siswa dalam pembelajaran Matematika.

2.Secara praktis :

a. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang berharga dalam menerapakan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL)

dalam pembelajaran Matematika, sehingga dapat menerapkannya untuk materi pokok lain yang sesuai.

b.Bagi rekan-rekan guru/mahasiswa merupakan salah satu contoh model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain, mata pelajaran lain dan di kelas lain.

(25)

sedangkan bagi yang sudah biasa melakukan dapat dijadikan bahan pembanding.

d.Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai referensi tambahan mengenai pembelajaran matematika dengan materi pecahan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL).

G. Sistematika Penulisan Laporan

(26)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman Konsep Pecahan.

Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999 dalam Heruman, 2008 : 43) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan sulitnya penggunaan media pembelajaran. Guru, biasanya langsung mengajarkan pengenalan angka, seperti pecahan

2 1

, 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut.

Pemahaman berarti pengertian; pendapat; pandangan ; mengerti benar akan; tahu benar akan; pandai dan mengerti benar. Sedangkan pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (KBBI, 1991:714).

(27)

menanamkannya pada memori otak kita tentang suatu pengertian dan makna yang sedang disampaikan (Sulistyowati,2007:8).

Dalam penanaman pemahaman konsep pecahan, yang perlu dilakukan adalah menyediakan benda atau media pembelajaran yang salah satunya adalah blok pecahan. Siswa mempelajari konsep pecahan melalui konteks membagi roti dan kue bingka. Ada beberapa kelompok anak yang

terdiri dari 2 orang, 4 orang, 3 orang, dan 6 orang, dlsb. Apabila setiap anak

dalam masing-masing kelompok mendapatkan bagian yang sama, ingin

diketahui berapa bagian yang diperoleh. Melalui konteks ini siswa

mempelajari 'hubungan antara bagian dan keseluruhan' (parts and whole

relation). Siswa juga akan menemukan betapa mudahnya pecahan

berhubungan satu sama lain (pecahan ekivalen). Pengalaman siswa dengan

permasalahan yang sudah dikenalnya dalam membagi suatu benda

(keseluruhan) menjadi bagianbagian yang sama diharapkan mampu

membantu siswa memahami hubungan notasi formal pecahan dengan

pemahaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks “membagi roti” siswa-siswa diajak memahami arti

pecahan melalui kegiatan membagi roti. Konteks ini sangat mudah

diterapkan di kelas. Guru hanya perlu mempersiapkan satu bungkus (plastik)

roti tawar/manis yang berbentuk persegi, dan beberapa buah pisau roti. Guru

dapat membagi siswa atas beberapa kelompok yang terdiri dari 2 anak, 3

anak, dan 4 anak. Siswa-siswa diminta untuk membagi roti secara adil sesuai

(28)

senang bermain. Oleh karena itu agar pembelajaran menyenangkan dan

mampu mendorong aktivitas dan interaktivitas siswa, disediakan ruang untuk

siswa beraktivitas.

B. Pecahan

1. Pengertian Bilangan Pecahan

Kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti bagian-bagian yang lebih kecil. Pecahan dilambangkan dengan penulisan yang dipisahkan oleh garis lurus dan bukan miring (/). Pecahan mempunyai 2 bagian yaitu pembilang dan penyebut . Contoh

2 1

, 3 1

dan seterusnya.

Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian dari yang utuh. Apabila kakak mempunyai sebuah apel yang akan dimakan berempat dengan temannya, maka apel tersebut harus dipotong-potong menjadi 4 bagian yang sama. Sehingga

masing-masing anak akan memperoleh 4 1

bagian dari apel tersebut. Pecahan

biasa 4 1

mewakili ukuran dari masing-masing potongan apel. Dalam

lambang bilangan 4 1

(dibaca seperempat atau satu perempat), ”4”

(29)

menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian atau digunakan atau diambil dari keseluruhan pada saat tertentu dan disebut pembilang. Adapun beberapa pengertian mengenai arti bilangan pecahan, yaitu:

a. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984:720) pecahan adalah bilangan yang kurang dari satu.

b. Menurut Akbar Sutawidjaja, dkk (1991:154) bilangan pecahan didefinisikan sebagai perbandingan dua bilangan cacah dengan pembagi bukan nol.

c. Menurut Sukayati, (2003:1 dan 2008:6) pecahan adalah bagian dari keseluruhan yang berukuran sama. Pecahan merupakan bagian dari

bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk

b a

dengan a dan

b merupakan bilangn bulat dan b tidak sama dengan nol.

(30)

2. Macam-macam Pecahan

a. Pecahan murni, tidak murni dan pecahan campuran.

Pecahan Murni

Gambar 2.1

Pada gambar tersebut di atas diperlihatkan daerah persegi yang dibagi menjadi 4 bagian yang sama. Daerah yang diarsir adalah 1 bagian

yang sama, dengan demikian dinyatakan sebagai 4

Pecahan-pecahan seperti itu dinamakan pecahan murni (pecahan sejati).

Pecahan Tak Sebenarnya

(31)

Pada gambar 2.2 a diperlihatkan 2 buah daerah persegi yang dibagi menjadi 4 bagian yang sama. Pada gambar 2.2 (a), daerah

persegi diarsir penuh, sehingga daerah tersebut mewakili pecahan 4 dijumlahkan, maka akan dihasilkan pecahan

4

. Dapat dikatakan pula bahwa hasil gabungan

daerah yang diarsir pada kedua gambar itu merupakan gabungan 1 daerah persegi penuh dengan seperempatnya, ditulis

4

penyebut dinamakan pecahan tidak sebenarnya.Contoh :

5

b.Pecahan Campuran

Pecahan campuran: c b

a , a adalah bilangan bulat, b

(32)

c. Pecahan Senilai

Gambar 2.3

Pada gambar 2.3 ditunjukkan bahwa daerah lingkaran yang dibagi menjadi beberapa bagian yang sama. Luas daerah yang diarsir pada setiap lingkaran adalah sama, sehingga dapat dikatakan bahwa

2

pecahan yang senilai.

d.Pecahan Desimal

Pecahan desimal adalah suatu pecahan yang penyebutnya merupakan perpangkatan dari bilangan 10. Pada penulisan bentuk desimal, terdapat tanda koma yang memisahkan antara bilangan cacah pada pecahan campuran dengan bilangan pecahannya.

Angka-angka dalam suatu bilangan desimal mempunyai arti (nilai tempat ) sebagai berikut:

ratusan 1 2 8, 1 2 5 perseribuan

(33)

Bilangan satuan dan persepuluhan dipisahkan dengan tanda

koma. Bilangan 128,125 merupakan bilangan desimal dengan tiga

tempat desimal, karena memiliki 3 angka di belakang koma. Bilangan 128,125 dibaca seratus dua puluh delapan seratus dua puluh lima per seribu.

e. Pecahan Persen

Kata percent atau persen (dalam bahasa Indonesia) berasal dari bahasa Latin, “percentum”, yang berarti perseratus. Pecahan

persen adalah pecahan per seratus atau pecahan yang penyebutnya seratus. Persen dilambangkan dengan %.

P % dibaca “P persen”

Contoh :

C. Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Definisi Contextual Teaching and Learning(CTL).

Pembelajaran matematika dengan pendekatan kotekstual memberikan peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah yang dimulai dari masalah- masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut. Pada pembelajaran matematika istilah kontekstual dikenal

(34)

sebagai pendekatan Contextual Teaching and Learning atau yang lebih dikenal dengan pendekatan CTL dan realistik dikenal sebagai pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan di Indonesia dikenal dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik.

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Riyanto,2009:161).

Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning

(CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (http://pakguruonline.pendidikan.net). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.

(35)

pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Johnson,2002:24 dalam Supinah). Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan trategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa.

2. Hakekat Contextual Teaching and Learning(CTL).

Pembelajaran kontelstual (Contextual Teaching and Learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni :

a. Konstruktivisme (Contructivism).

(36)

adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah menfasilitasi proses tersebut dengan :

o Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. o Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerpakan idenya

sendiri, dan

o Menyadarkan siswa agar menerapakan strategi mereka sendiri dalam belajar.

b. Menemukan (Inquiry).

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan kontekstual, karena pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan

(inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari perumusan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan dan yang terakhir membuat kesimpulan. Siklus inquiry :

(37)

o Questioning

o Hipotesis

o Data Gathering

o Conclusion.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) : o Merumuskan masalah.

o Mengamati atau melakukan observasi.

o Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainnya.

o Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audensi lain.

c. Bertanya (Questioning).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL dan dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Kegiatan bertanya berguna untuk :

a)Menggali informasi

b)Menggali pemahaman siswa

c)Membangkitkan respon kepada siswa

(38)

f) Menfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru. g)Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk

menyegarkan kambali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat belajar ( Learning Community).

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

e. Pemodelan (Modeling).

Pemodelan pada dasrnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection).

(39)

dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

g. Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment).

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Karakteristik authentic assesment:

o Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

o Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.

o Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta.

o Berkesinambungan. o Terintegrasi.

(40)

3. Komponen Contextual Teaching and Learning(CTL).

a) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful conections), adalah membuat hubungan antara subyek dengan pengalaman yang bermakna dan makna ini akan memberi alasan apa yang dipelajari. Menghubungkan antara pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa sehingga hasilnya akan bermakna (berarti). Ini akan membuat siswa merasakan bahwa belajar penting untuk masa depannya (Johnson, 2002:43-44 dalam Supinah).

b) Melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang signifikan

(doing significant work), adalah dapat melakukan pekerjaan atau tugas yang sesuai.

c) Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning), adalah membangun minat individual siswa untuk bekerja sendiri atau pun kelompok dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan antara materi ajar dan konteks kehidupan sehari-hari(Johnson,2002:82-84 dalam Supinah).

d) Bekerja sama (collaborating), adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok, membantu siswa untuk mengerti bagaimana berkomunikasi atau berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang ditimbulkannya.

(41)

isu atau fakta dan pemecahan masalah(Johnson,2002:100-101 dalam Supinah).

f) Memelihara atau membina pribadi (nurturing the individual),

adalah menjaga atau mempertahankan kemajuan individu. Hal ini menyangkut pembelajaran yang dapat memotivasi, mendukung, menyemangati, dan memunculkan gairah belajar siswa. Guru harus memberi stimuli yang baik terhadap motivasi belajar siswa dalam lingkungan sekolah. Guru diharap mampu memberi pengaruh baik terhadap lingkungan belajar siswa. Antara guru dan orangtua mempunyai peran yang sama dalam mempengaruhi kemampuan siswa. Pencapaian perkembangan siswa tergantung pada lingkungan sekolah juga pada kepedulian perhatian yang diterima siswa terhadap pembelajaran (termasuk orang tua). Hubungan ini penting dan memberi makna pada pengalaman siswa nantinya didalam kelompok dan dunia kerja(Johnson,2002:127-128 dalam Supinah).

(42)

h) Penilaian yang sesungguhnya (authentic assesment), ditujukan pada motivasi siswa untuk menjadi unggul di era teknologi, penilaian sesungguhnya ini berpusat pada tujuan, melibatkan keterampilan tangan, penerapan, dan kerja sama serta pemikiran tingkat tinggi yang berulang-ulang. Penilaian itu bertujuan agar para siswa dapat menunjukkan penguasaan dan keahlian yang sesungguhnya dan kedalaman berpikir dari pengertian, pemahaman, akal budi, kebijaksanaan dan kesepakatan(Johnson,2002:165 dalam Supinah).

2)Tahap-Tahap Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning (CTL)) Secara garis besar, langkahnya adalah berikut ini.

(1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkostruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

(2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. (3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

(4) Ciptakan 'masyarakat belajar' (belajar dalam kelompok-kelompok). (5) Hadirkan 'model' sebagai contoh pembelajaran.

(6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

(43)

D. Blok Pecahan

1.Pengertian Blok Pecahan

Yang dimaksud dengan Blok Pecahan artinya alat peraga yang berbentuk lingkaran ataupun persegi panjang yang dapat dibongkar pasang. Blok Pecahan tersebut dapat dilihat secara jelas dari semua sudut kelas, dari depan, tengah, samping kanan dan kiri, maupun dari belakang.

Blok Pecahan berbentuk lingkaran

Blok pecahan terdiri dari delapan macam, masing-masing dengan warna yang berbeda-beda, meliputi :

1) Lingkaran utuh merupakan model satuan (Gb.2.4)

2) Potongan setengah lingkaran adalah model dari pecahan setengahan dan bernilai

2 1

(Gb.2.5)

Gb.2.4. Lingkaran utuh Gb. 2.5. Pecahan setengahan ( 2 1

)

3) Potongan sepertiga lingkaran adalah model dari pecahan dari pecahan sepertigaan dan bernilai

3 1

(44)

Gb.2.6. Pecahan sepertigaan ( 3 1

)

4) Potongan seperempat lingkaran merupakan model dari pecahan

seperempatan dan bernilai 4 1

(Gb.2.7)

Gb.2.7. Pecahan seperempatan ( 4 1

)

5) Potongan seperlima lingkaran merupakan model dari pecahan seperlimaan dan bernilai

5 1

(Gb. 2.8)

Gb. 2.8. Pecahan seperempatan ( 5 1

(45)

6) Potongan seperenam lingkaran merupakan model dari pecahan seperenaman dan bernilai

6 1

(Gb. 2.9)

Gb. 2.9. Pecahan seperempatan ( 6 1

)

7) Potongan seperdelapan lingkaran merupakan model dari pecahan seperdelapanan dan bernilai

8 1

(Gb.2.10)

Gb.2.10. Pecahan seperempatan ( 8 1

)

8) Potongan sepersepuluh lingkaran merupakan model dari pecahan sepersepuluhan dan bernilai

10 1

(Gb.2.11)

Gb.2.11. Pecahan seperempatan ( 10

(46)

2.Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Blok Pecahan : a. Kertas marga

b.Plastik mika c. Spidol d.Gunting e. Penggaris 3.Cara Pembuatan

a. Pembuatan Blok Pecahan berbentuk lingkaran

Langkah-langkah pembuatan alat peraga blok pecahan sangat sederhana sekali, yaitu :

1)Buatlah lingkaran dengan diameter 20cm pada kertas marga, masing-masing bentuk sebanyak 8 buah.

2)Gunting lingkaran dan persegi panjang yang telah dibuat.

3)Satu lingkaran dan satu persegi panjang tetap utuh sebagai satuan. 4)Potong ketujuh lingkaran dan persegi panjang lainnya berturut-turut

menjadi 2, 3, 4, 5, 6, 8 serta 10 bagian yang sama. b. Pembuatan Blok Pecahan berbentuk persegi

Langkah-langkah pembuatan alat peraga blok pecahan sangat sederhana sekali, yaitu :

1)Buatlah persegi dengan ukuran 20 cm x 20 cm pada kertas marga, masing-masing bentuk sebanyak 8 buah.

(47)

3)Satu persegi tetap utuh sebagai satuan.

4)Garis dan arsir persegi dengan spidol berturut-turut menjadi 2, 3, 4, 5, 6, 8 serta 10 bagian yang sama.

E. Kerangka Berfikir

Menurut Piaget pada taraf konkret operasional (7 – 11 tahun), siswa mempunyai ciri khas yaitu segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana yang mereka alami. Dalam memahami konsep, anak sangat terikat pada proses mengalami sendiri, artinya siswa mudah memahami konsep jika pengertian konsep itu dapat diamati atau siswa melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. Peran media dalam pembelajaran adalah sebagai alat penyalur pesan dari guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan.

Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning)

merupakan pengajaran yang bertujuan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam CTL terdapat 7 komponen utama yaitu: Konstruktivisme

(Constructivism), Bertanya (Questioning), Menemukan (Inquiry), Masyarakat Belajar (Learning Community), Pemodelan (Modeling), Refleksi

(Reflection) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).

(48)

dasarkan pada kehidupan sehari-hari . Sebab bagi siswa, setiap ide baru harus masuk akal, artinya ide tersebut harus sesuai dengan jalan pikiran mereka yang bersifat konkret operasional dan nyata.

Dalam hal ini adalah pecahan. Siswa akan menjadi lebih mudah belajar mengenai konsep pecahan apabila mereka mendapatkan metode atau cara yang ampuh untuk mempelajarinya. Blok pecahan adalah alat peraga dibuat untuk membantu menanamkan konsep pecahan pada siswa kelas IV semester II. Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan menempelkan bagian-bagian yang dapat dipisah dan dipasang kembali sehingga dapat menunjukkan bahwa pecahan merupakan bagian dari keseluruhan, pada papan flanel. Alat ini dirancang agar siswa dapat lebih mudah memahami konsep pecahan, sehingga nantinya dapat dengan lancar melaksanakan materi selanjutnya yaitu penjumlahan dan pengurangan.

Jadi pada awal pembelajarannya, menjelaskan pengertian pecahan yang bersifat abstrak, digunakan benda nyata/alat peraga Blok Pecahan yang memuat bagian yang dapat dipisah dan dapat disatukan kembali. Setelah siswa memahami (mampu berabstraksi), selanjutnya digunakan simbol-simbol saja. Sehingga dengan penggunaan pendekatan kontekstual dan alat peraga Blok Pecahan dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan bagi siswa kelas IV.

F. Hipotesis Tindakan

(49)
(50)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1.Tempat penelitian

SD Kanisius Kalasan Yogyakarta bertempat di Jalan Jogja-Solo km 13, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, 55571.

2.Subyek penelitian

Siswa kelas IV, peneliti (kolaborator dan observer) dan guru kelas IV. 3.Obyek penelitian

Peningkatan pemahaman konsep pecahan. 4.Waktu penelitian

Bulan Maret-April Tahun Pelajaran 2009/2010

B. Desain Penelitian

1. Rancangan Penelitian

(51)

SD Kanisius Kalasan Yogyakarta, untuk menyelesaikan masalah pemahaman konsep pecahan.

2. Model Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih model penelitian dari Kemmis dan Taggart dalam Wiraatmadja (2005:66) seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini :

belum

sudah

Gambar 3. Alur Model Penelitian Tindakan Kelas

3. Kriteria Keberhasilan

Adapun kriteria keberhasilan yang ditentukan peneliti dalam penelitian ini adalah siswa tuntas yaitu siswa yang mencapai skor KKM Pengamatan

tindakan

Perencanaan 1

Perencanaan 2 Pelaksanaan

kemampuan I yang akan ditingkatkan Refleksi

Refleksi

Pengamatan tindakan

Pelaksanaan kemampuan II

yang akan ditingkatkan

Berhasil?

(52)

yaitu 65. Dengan target indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria pencapaian hasil awal, tindakan I dan tindakan II adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria

capaiannya di awal, tindakan I, tindakanII dan tindakan III.

Peubah Indikator Kondisi awal

Dari tabel 2 di atas dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

PT =

ST = Jumlah siswa yang tuntas.

n = Jumlah semua siswa

C. Rencana kemampuan yang akan ditingkatkan

1. Persiapan

(53)

a. Permintaan izin kepada Direktur Yayasan Kanisisus Cabang Yogyakarta.

b. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Kalasan Yogyakarta untuk melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut. c. Melakukan observasi pada siswa kelas IV untuk memperoleh

gambaran sepintas mengenai tingkah laku siswa.

d. Melakukan wawancara pada guru kelas IV untuk mengetahui sepintas mengenai pemahaman konsep pecahan siswa kelas IV. e. Identifikasi masalah.

f. Analisis masalah. g. Perumusan masalah. h. Perumusan hipotesis.

i. Penyusunan rencana penelitian dalam setiap kemampuan yang dtingkatkan.

j. Membuat gambaran awal mengenai pemahaman konsep pecahan siswa kelas IV dengan melakukan tes awal.

k. Penyusunan silabus, RPP, LKS, Membuat Silabus, RPP, LKS, Kisi-Kisi, Soal Evaluasi, Kunci Jawaban, Pedoman Penskoran, Lembar Observasi Kegiatan Siswa.

2. Rencana kemampuan yang akan ditingkatkan setiap siklus

(54)

o Arti pecahan, lambangnya, urutannya dan membandingkan nilai pecahan selanjutnya dinamakan kemampuan 1 yang akan ditingkatkan

o Mengurutkan dan menyederhanakan pecahan selanjutnya dinamakan kemampuan 2 yang akan ditingkatkan

o Menyederhanakan dan mengubah bentuk pecahan selanjutnya dinamakan kemampuan 3 yang akan ditingkatkan

Kemampuan 1 yang akan ditingkatkan

Siklus I (3 jp)

Subyek : 25 siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Tindakan 2 : 1 kali pertemuan

Materi : Arti pecahan, lambangnya, urutannya dan membandingkan nilai pecahan

Kegiatan : pemahaman arti pecahan, lambang, mengurutkan pecahan dari yang terkecil hingga terbesar begitu juga sebaliknya dari yang besar ke yang kecil dan membandingkan nilai pecahan.

Temuan : Subyek  memantapkan arti pecahan, lambang, urutannya, dan membandingkan nilai pecahan.

a. Rencana meningkatkan kemampuan 1. o Mengorganisasikan siswa di kelas IV

(55)

o Memberi pretes mengenai konsep pecahan (terlampir).

o Guru melakukan tanya jawab mengenai materi konsep pecahan yang telah dipelajari (Constructivism). .

o Siswa diminta untuk maju ke depan mencoba memperagakan konsep-konsep pecahan (mengenai cara penulisan dan urutannya) yang ditentukan guru dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan (Inquiry).

o Guru menyajikan dan menjelaskan materi konsep pecahan dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan (Modeling). o Melakukan tanya jawab : siswa diberi kesempatan untuk

bertanya mengenai konsep pecahan yang disebutkan diatas dengan Blok Pecahan (Questioning).

o Memberi latihan soal

o Meminta siswa untuk menyelesaikan soal tersebut secara berkelompok 2 orang (Learning Community).

o Membahas hasil kerja kelompok tersebut secara bersama-sama di kelas.

o Melakukan penilaian tes tertullis terhadap hasil kerja siswa (Authentic Assesment).

o Melakukan refleksi (Reflection). b. Pelaksanaan peningkatan kemampuan 1.

(56)

c. Pengamatan peningkatan kemampuan 1.

o Peneliti (yang notabennya bukan guru kelas) melakukan pemantauan (observasi) PBM Matematika (konsep pecahan) secara seksama dan mencatat hal-hal penting yang belum terekam. Sasaran pemantauan adalah pemahaman konsep pecahan siswa.

d. Refleksi peningkatan kemampuan 1.

o Menganalisis kekuatan dan kelemahan selama pelaksanaan kemampuan 1 yang akan ditingkatkan.

Kemampuan 2 yang akan ditingkatkan

Siklus 1 (3 jp)

Subyek : 25 siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Tindakan 2 : 1 kali pertemuan

Materi : mengurutkan dan menyederhanakan pecahan

Kegiatan : pemahaman konsep pecahan dalam membandingkan dan menyederhanakan pecahan.

Temuan : Subyek  memantapkan perbandingan dan penyederhanaan pecahan.

a. Rencana peningkatan kemampuan 2.

(57)

o Mengingatkan kembali berbagai konsep pecahan yang telah dibahas dari pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa pada kemampuan 1 yang ditingkatkan (Constructivism).

o Siswa diminta untuk maju ke depan mencoba memperagakan konsep-konsep pecahan (membandingkan dan menyederhanakan pecahan) yang ditentukan guru dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan (Inquiry).

o Guru menyajikan dan menjelaskan materi konsep pecahan (membandingkan dan menyederhanakan pecahan) dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan (Modeling).

o Melakukan tanya jawab : siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai konsep pecahan dengan Blok Pecahan

(Questioning).

o Membagikan latihan soal.

o Meminta siswa untuk menyelesaikan soal tersebut secara berkelompok 3-4 orang (Learning Community).

o Membahas hasil kerja kelompok tersebut secara bersama-sama di kelas.

o Memberi LKS.

o Membahas hasil kerja kelompok.

o Melakukan penilaian tes tertulis terhadap hasil kerja siswa (Authentic Assesment).

(58)

b. Pelaksanaan peningkatan kemampuan 2.

Pelaksanaan tinadakan dilakukan dengan merealisasikan rencana pada butir a.

c. Pengamatan peningkatan kemampuan 2.

o Peneliti (yang notabennya bukan guru kelas) melakukan pengamatan secara seksama dan mencatat hal-hal penting yang belum terekam. Sasaran pemantauan adalah pemahaman konsep pecahan siswa dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan. d. Refleksi peningkatan kemampuan 2.

o Menganalisis kekuatan dan kelemahan pelaksanaan pada setiap tindakan.

Kemampuan 3 yang akan ditingkatkan

Siklus I (3 jp)

Subyek : 25 siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan Tindakan 3 : 1 kali pertemuan

Materi : menyederhanakan dan mengubah bentuk pecahan.

Kegiatan : pemahaman konsep pecahan dalam menyederhanakan dan mengubah bentuk pecahan.

Temuan : Subyek  memantapkan menyederhanakan dan mengubah bentuk pecahan.

a. Rencana peningkatan kemampuan 3.

(59)

o Mengingatkan kembali berbagai konsep pecahan yang telah dibahas dari pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa pada kemampuan 2 yang akan ditingkatkan (Constructivism).

o Siswa diminta untuk maju ke depan mencoba memperagakan konsep-konsep pecahan (menjumlahkan pecahan) yang ditentukan guru dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan

(Inquiry).

o Guru menyajikan dan menjelaskan materi konsep pecahan (menjumlahkan pecahan) dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan (Modeling).

o Melakukan tanya jawab : siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai konsep pecahan dengan Blok Pecahan

(Questioning). o Memberi LKS.

o Meminta siswa untuk menyelesaikan soal tersebut secara berkelompok 3-4 orang (Learning Community).

o Membahas hasil kerja kelompok tersebut secara bersama-sama di kelas.

o Melakukan penilaian tes tertullis terhadap hasil kerja siswa (Authentic Assesment).

o Melakukan refleksi (Reflection). e. Pelaksanaan peningkatan kemampuan 3.

(60)

pada butir a.

f. Pengamatan peningkatan kemampuan 3.

o Peneliti (yang notabennya bukan guru kelas) melakukan pengamatan secara seksama dan mencatat hal-hal penting yang belum terekam. Sasaran pemantauan adalah pemahaman konsep pecahan siswa dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan. g. Refleksi peningkatan kemampuan 3.

o Menganalisis kekuatan dan kelemahan pelaksanaan pada setiap tindakan.

D. Pengumpulan data dan Instrumennya

1. Pengumpulan Data

Peubah dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep pecahan dengan menggunakan blok pecahan, rak bilangan. Data yang diperlukan adalah skor hasil evaluasi. Untuk instrument yang dipilih dalam pengumpulan data berupa butir soal. Secara jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3.2 Pengumpulan Data

Tabel Pengumpulan Data

Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen

Pemahaman Pemahaman konsep

pecahan dengan

menggunakan alat

Skor

hasil tes

evaluasi.

Tes tertulis

(pretes dan

postes).

(61)

bantu blok pecahan.

Tes Tertulis

Tes dilaksanakan pada awal (pretes) dan akhir (postes) setiap siklus untuk melihat apakah terjadi peningkatan pemahaman konsep pecahan siswa setelah proses pembelajaran tersebut.

2. Penyusunan Instrumen

Karena penelitian ini merupakan PTK kolaboratif yang melibatkan guru Matematika kelas IV sebagai kolaboratornya, maka instrumen yang disusun tidak hanya tes tertulis bagi siswa tetapi juga menggunakan instrumen observasi. Lembar observasi ini berguna untuk mengamati kegiatan guru saat berlangsungnya belajar mengajar, baik dalam penguasaan materi maupun keterampilan dalam menjelaskan penggunaan alat peraga. Begitu juga, untuk mengamati keaktifan siswa dalam kegiatan berkelompok dan sejauh mana menggunakan alat peraga Blok Pecahan . Lembar observasi diisi oleh observer yaitu peneliti (sebagai kolaborator). Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran dalam menggunakan CTL dan alat peraga Blok Pecahan.

E. Analisis Data

1. Data Hasil Tes Tertulis

Data hasil tes dianalisis dengan rumus sebagai berikut: Data hasil tes dianalisis dengan rumus sebagai berikut:

100

(62)

N = Nilai akhir yang diperoleh siswa R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimal ideal dari tes 100 = Bilangan tetap

Rata-rata kelas = Total nilai yang diperoleh seluruh siswa Jumlah siswa

Prosentase ketuntasan = Jumlah seluruh siswa tuntas x 100% Jumlah siswa

Prosentase ketidak tuntasan = Jmlh seluruh siswa tdk tuntas x 100%

Jmlh siswa

2. Data Hasil Observasi

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan sebagai berikut

rumus:

100

%

N

Nm

NA

NA = Nilai akhir

Nm = Jumlah item yang dicek list pada tiap indikator daftar cek N = Jumlah seluruh item dari indikator daftar cek

Tabel 3.3 Format Rubrik Penilaian Observasi Siswa

No Nama

Kriteria Jumlah Skor Ketepatan

menggunakan alat peraga

Keaktifan siswa

Ketepatan jawaban

1 ….

(63)

Kriteria Penilaian

1. Ketepatan menggunakan alat peraga

Skor 1, jika siswa keliru dalam menggunakan alat peraga Skor 2, jika penggunaan alat peraga benar, tetapi kurang tepat. Skor 3, jika menggunakan alat peraga secara benar dan tepat 2. Keaktifan siswa

Skor 1, jika siswa tidak ikut berpartisipasi di dalam kelompok

Skor 2, jika siswa berpartisipasi pasif (hanya mengamati/menonton dan tidak membantu menyelesaikan masalah).

Skor 3, jika siswa berpartisipasi aktif (membantu menyelesaikan masalah). 3. Ketepatan jawaban

Skor 0, jika jawaban siswa salah Skor 4, jika jawaban siswa benar

Tabel 3.4 Format Rubrik Penilaian Observasi Guru Penggunaan Pendekatan

CTL dalam Pembelajaran

Rubrik Penilaian Observasi Guru

Penggunaan Pendekatan CTL dalam Pembelajaran

Nama : ….

Unit Kerja : SD Kanisius Kalasan Kelas / Semester : IV/2

(64)

Lingkarilah angka dalam kolom skor sesuai dengan kemampuan praktikan dengan memperhatikan rambu-rambu scoring sebagai berikut!

Rentangan skor : 1 sampai dengan 4

No Aspek yang Diamati Skor

Memeriksa kesiapan raung, alat, dan media pembelajaraan Memeriksa kesiapan siswa

Membuka Pelajaran

Melakukan kegiatan apersepsi

Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan rencana kegiatan

Kegiatan Inti Pembelajaran

Penguasaan materi Pembelajaran

Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

Pendekatan/strategi pembelajaran

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas

Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

(65)

6

Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan

Pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar

Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media Menghasilkan pesan yang menarik

Menggunakan media secara efektif dan efisien Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

Pembelajaran yang memicu dan memelihara

keterlibatan siswa

Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Merespons positif partisipasi siswa

Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa dan sumber belajar

Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme dalam belajar

Penilaian dan hasil belajar

Memantau kemajuan belajar

Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan

Penutup

Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa

(66)

2 3

Menyusun rangkuman/kesimpulan bersama siswa Melaksanakan tindak lanjut

1 2 3 4 1 2 3 4 Skor Total Pelaksanaan Pembelajaran

Catatan : ……… ……… ………

(67)

47 BAB IV

TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN

A. Pelaksanaan

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Pendekatan

Contextual Teaching and Learning Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Kalasan Yogyakarta”ini dilaksanakan pada tanggal :

27 Maret 2010 : Pre tes

29 Maret 2010 : Pertemuan 1 (kemampuan I yang akan ditingkatkan) 9 April 2010 : Pertemuan 2 (kemampuan II yang akan ditingkatkan) 10 April 2010 : Pertemuan 3 (kemampuan III yang akan ditingkatkan) dan Pos tes

Pelaksanaan penelitian yang peneliti laksanakan terdiri atas 3 kemampuan yang akan ditingkatkan 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 1 kali pertemuan dan secara garis besar terdiri dari empat bagian, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Setiap siklus membahas materi yang berbeda dengan tindakan yang berbeda pula. Jenis tindakan yang akan dilakukan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Pelaksanaan penelitian pertindakan diuraikan sebagai berikut :

1. Kemampuan I yang akan ditingkatkan (Arti pecahan, lambangnya, urutannya dan membandingkan nilai pecahan).

(68)

Sebelum melaksanakan kemampuan 2 yang akan ditingkatkan, peneliti terlebih dahulu mensosialisasikan proposal kepada mitra guru yang mengampu mata pelajaran Matematika di kelas IV SD Kanisius Kalasan Yogyakarta karena peneliti hanya berlaku sebagai observer, mempersiapkan alat peraga Blok Pecahan, dan mempersiapkan posisi duduk siswa. Kemudian peneliti mengadakan tes awal (pre tes) untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami konsep pecahan. Dalam hal ini siswa diberi soal pre tes mengenai konsep-konsep pecahan, antara lain arti, lambang, menyederhanakan, membandingkan dan mengubah pecahan.

Setelah diadakan tes awal (pre tes), peneliti

melaksanakan tindakan sikuls pertama. Dalam siklus pertama

ini terdiri dari satu kali pertemuan. Pada tahap ini peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), alat peraga yang

berupa Blok Pecahan. Kompetensi dasar yang akan dicapai

dalam kegiatan ini adalah menjelaskan arti pecahan dan

urutannya.

Pada pelaksanaan siklus ini, peneliti menyampaikan

materi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). Adapun langkah-langkah pembelajaran pada siklus

(69)

(1) Peneliti mengorganisasi siswa di kelas IV. Dalam kegiatan

ini tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga

memudahkan siswa untuk berkelompok. Siswa diatur

secara berkelompok, dengan anggota 3-4 anak.

(2) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai. Tujuan pembelajarannya adalah diharapkan

siswa dapat menjelaskan arti pecahan dan urutannya.

(3) Peneliti menyampaikan materi

b) Pelaksanaan kemampuan yang akan ditingkatkan (arti pecahan, urutan pecahan, membandingkan pecahan, menyerdehanakan pecahan dan mengubah bentuk pecahan).

Sebelum pelaksanaan kemampuan yang akan ditingkatkan pertama untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa dalam menjelaskan arti pecahan dan urutannya maka diadakan tes awal (pre tes) yang dilaksanakan pada :

Hari,tanggal : Sabtu, 27 Maret 2010 Waktu : (2x35 menit)

Subyek : 25 siswa

Materi : konsep pecahan (arti pecahan, urutan pecahan, membandingkan pecahan, menyerdehanakan pecahan dan mengubah bentuk pecahan).

(70)

Proses pembelajarannya adalah masing-masing siwa mendapat lembar kerja untuk dikerjakan secara individu yang materinya mengenai konsep pecahan. Peneliti memeriksa hasil kerja siswa untuk mengetahui kondisi awal siswa dalam konsep pecahan. Pada pertemuan awal siswa masih kurang mampu dalam memahami konsep pecahan. Ini dapat dilihat dari hasil tes awal yang diberikan peneliti kepada 25 siswa masih sangat minimal. Hal ini juga dikarenakan 25 siswa kelas IV ini adalah siswa yang mengalami remidial, jadi memang pemahaman mereka akan konsep pecahan masih kurang.

Pelaksanaan kemampuan 1 yang akan ditingkatkan (Arti pecahan, lambangnya, urutannya dan membandingkan nilai pecahan) yaitu pada :

Hari,tanggal : Senin, 29 Maret 2010 Waktu : (3x35 menit)

Subyek : 25 siswa

Materi : konsep pecahan (arti pecahan, urutan pecahan dan membandingkan pecahan).

(71)

Pada siklus pertama, peneliti melalui guru mitra menjelaskan materi ajar mengenai arti, lambang dan urutan pecahan menggunakan pendekatan CTL dan alat peraga Blok Pecahan. Beberapa hal penting yang dilakukan dalam proses pembelajaran :

(i) Penjelasan singkat tentang arti, lambang dan urutan pecahan dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan.

(ii) Siswa mengerjakan tugas latihan-latihan soal secara berkelompok dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 – 4 orang anak.

(iii) Siswa bersama kelompoknya mengoreksi hasil pekerjaan mereka, jika ada yang masih kurang dimengerti bisa ditanyakan kepada guru mitra atu peneliti sebagai observator. (iv) Memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan

kelompok.

(v) Mengumpulkan tugas yang dikerjakan dalam kelompok. (vi) Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan menggunakan alat

peraga Blok Pecahan yang telah dibagikan oleh guru, secara individu.

(vii)Siswa mengumpulkan hasil evaluasinya kepada guru mitra.

c) Pengamatan/Observasi

(72)

dilakukan oleh guru mitra, mengamati proses pengerjaan yang dilakukan oleh siswa (penggunaan alat peraga dan terlibatnya siswa dalam kelompok) dan analisis yang diperoleh oleh siswa. (1) Catatan-catatan selama proses pembelajaran.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan observer diperoleh data bahawa pada pertemuan ini guru bidang studi Matematika (guru mitra) telah melaksanakan pembelajaran dengan cukup, dengan indikator sebagai berikut :

(a) Guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa dengan melakukan tanya jawab mengenai pelajaran yang sudah diajarkan dengan materi konsep pecahan.

(b) Penguasan materi sudah cukup.

(c) Guru melaksanakan pembeljaran sesuia dengan kompetensi yang akan dicapai dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa.

(d) Guru melatih pemahaman konsep pecahan siswa dengan menggunakan alat peraga Blok Pecahan.

(e) Penggunaan waktu yang tercantum di RPP terlaksana sesuai yang diharapkan oleh peneliti.

(73)

(g) Guru dalam menggunakan media sudah cukup efektif. (h) Guru telah memantau kemajuan belajar dan dapat

mengelola kelas dengan baik.

(i) Kekurangan yang ditemukan adalah bahwa guru dalam menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) masih kurang. Sehingga dalam pelaksanaannya masih terpaku pada buku. Dalam hal ini masalah-masalah yang di ajarakan kurang begitu kontekstual, masih membayangkan. Sehingga kurang mengaitkan dengan keadaan yang sebenarnya, tidak diambil dari lingkungan sekitar siswa

(2) Mengamati proses pengerjaan yang dilakukan oleh siswa. Pada proses pembelajaran siklus pertama, siswa lebih banyak mendapat bimbingan dan arahan dari guru mitra. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan media pembelajaran yang berupa Blok Pecahan masih kurang dikuasai dengan baik. Siswa masih bingung dalam menggunakannya karena alat peraga ini terasa asing untuk mereka.

(3) Analisis hasil yang diperoleh siswa.

(74)

(a) Hasil Tes Tertulis

Data hasil tes tertulis yang diikuti oleh siswa kelas IV SD Kanisius Kalasan yang diikuti 25 siswa dari 76 siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1. Pengolahan data Konsep Pecahan sebelum kemampuan ditingkatkan (pre tes)

(75)

Dari data diatas menunjukkan bahwa rata-rata kelas adalah

siswa belum mencapai nilai ketuntasan

kelas yang diharapkan. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah 70 % siswa mencapai nilai ketuntasan 65 dari data tersebut menunjukkan bahwa penelitian pada tes awal (pre tes) ini belum berhasil mencapai indikator yang ditetapkan.

Tabel 4.2 Pengolahan data Konsep Pecahan Kemampuan 1 yang Ditingkatkan

No. Nama Nilai Kriteria

Tuntas Tidak Tuntas

(76)

Jumlah 1860 2 23 Rata-rata 74.4

Presentase (%) 68 % 32%

Dari data diatas menunjukkan bahwa rata-rata kelas adalah 74,4 sedangkan ketuntasan kelas 100 68%

siswa belum mencapai nilai ketuntasan kelas yang diharapkan. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah 68 % siswa mencapai nilai ketuntasan 65. Dari data tersebut menunjukkan bahwa penelitian pada kemampuan 1 yang akan ditingkatkan ini cukup berhasil mencapai indikator yang ditetapkan.

(b) Data hasil observasi kegiatan siswa

Data hasil observasi kegiatan siswa pada kemampuan 1 yang akan ditingkatkan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Kemampuan 1 yang Ditingkatkan

(77)

11 SW 31 2 1 3 6

Dari data diatas menunjukkan bahwa pemahaman siswa

terhadap penggunaan media 100 50.6% 75

38

, siswa

yang menunjukkan keaktifan dalam kelompok/pembelajaran

%

observasi kegiatan siswa menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam menggunakan media, keaktifan dalam kelompok/pembelajaran dan ketepatan dalam menjawab soal belum mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 65 %.

(c) Data hasil observasi kegiatan guru

Tabel 4.4. Pengolahan data observasi kegiatan guru

No Aspek yang Diamati 1 2 3 4

(78)

II

Melakukan kegiatan apersepsi

Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan rencana kegiatan

Kegiatan Inti Pembelajaran Penguasaan materi Pembelajaran

Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

Pendekatan/strategi pembelajaran

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas

Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan

Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar

Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media

Menghasilkan pesan yang menarik Menggunakan media secara efektif dan efisien

Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

Merespons positif partisipasi siswa Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa dan sumber belajar

Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa

Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif

Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme dalam belajar

Penilaian dan hasil belajar

Memantau kemajuan belajar

Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan

Penutup

Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa

Gambar

Tabel 4.11. . Daftar hasil nilai pre tes, kemampuan 1 yang ditingkatkan,
Gambar 2.3 Pada gambar 2.3 ditunjukkan bahwa daerah lingkaran yang
Gambar 3. Alur Model Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Indikator keberhasilan pembelajaran  dan kriteria
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan pada

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) (Penelitian

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (Penelitian

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Melakukan Pemecahan Masalah Tentang Pecahan Dengan Menggunakan Pendekatan CTL

Penelitian ini dilakukan bertujuan, ingin mengetahui apakah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Variasi Metode ini dapat meningkatkan motivasi dan

Tindakan yang direncanakan berupa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan pemahaman matematika siswa SMP Plus

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning ) dapat meningkatkan hasil belajar IPA