PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS
(
ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,
SATISFACTION
) DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelr Magister Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Iffa Arfiyanah
NIM. F03214017
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Penulis : Iffa Arfiyanah
Judul : Pengembangan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pendidikan agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya
Kata Kunci : Model Pembelajaran ARIAS, hasil belajar materi pendidikan agama islam,
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VB di SD Darul Ulum Surabaya, yang menjadi salah satu masalah dalam pembelajaran PAI di sekolah adalah masih kurang memuaskannya hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap siswa SD Darul Ulum Surabaya terutama kelas Vb menunjukkan hasil belajar siswa yangkurang rendah. Rendahnya hasil belajar PAI ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih bersifat monoton yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centre) sehingga situasi belajarnya terpusat pada pengajar, selain itu metode yang digunakan kurang adanya inovasi-inovasi baru yang menyenangkan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan model pembelajarannya yang masih konvensional dan dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses belajar mengajar akan berlangsung kaku, sehingga kurang mendukung dalam pengembangan pengetahuan, sikap, moral dan keterampilan siswa, hal ini menyebabkan siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran atau tergolong siswa yang pasif dan hanya sebagai pendengar.
Untuk mengatasi masalah tersebutdiperlukan adanya model pembelajaran baru yang dapat mengaktifkan seluruh siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian iniadalah model pembelajaran ARIAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajarsiswa kelas VbSD Darul Ulum Surabaya terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelahmenggunakan model pembelajaran ARIAS.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R & D). Penelitian dilaksanakan di SD Darul Ulum Surabaya pada tanggal 7 Maret 2016 sampai dengan 29 Juni 2016. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas Vb di SD Darul Ulum Surabaya yang berjumlah 33 siswa. Metodepengumpulan data menggunakan lembar wawancara dan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... .. i
PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... … iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... … iv
HALAMAN MOTTO ... … v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... … vi
ABSTRAK ... … vii
KATA PENGANTAR ... … viii
DAFTAR ISI ... … ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ………... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... … 14
C. Rumusan Masalah ... … 15
D. Tujuan Penelitian ... … 16
E. Manfaat Penelitian ... … 16
F. Definisi Konsep ... … 18
H. Sistematika Pembahasan ... … 25
BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran ARIAS ……… 27
1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS ……… 27
2. Komponen Model Pembelajaran ARIAS ……… 31
a. Assurance ………. 31
b. Relevance ………. 34
c. Interest ………. 36
d. Assessment ……… 39
e. Satisfaction ……… 41
B. Hasil Belajar ………..……….. 43
1. Pengertian Hasil Belajar………. 43
2. Indikator Hasil Belajar ……….. 46
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa……. 47
4. Penilaian Hasil Belajar ………..……… 50
5. Ruang Lingkup Penialaian Hasil Belajar ……….…… 50
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 55
C. Subjek Penelitian ... 56
D. Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 56
F. Teknik Pengumpulan Data ... 61
G. Instrumen Penelitian ... ……. 64
H. Teknik Analisis Data ... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Proses Pengembangan Pembelajaran ... 78
B. Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 105
C. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 109
D. Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 111
F. Pembahasan ... 115
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ….. 123
B. Saran ... ….. 124
DAFTAR PUSTAKA ... ….. 126
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan yang amat menentukan bagi perkembangan
dan perwujudan diri individu. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus
selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan
suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.
Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan
martabat manusia Indonesia.1
Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan
penting yang menentukan terhadap eksistensi serta perkembangan
masyarakatnya. Hal ini karena pendidikan merupakan proses usaha
melestarikan, mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan
dalam segala aspek kepada generasi penerus bangsa. Sebagai aktivitas yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, pendidikan
islam memerlukan landasan guna memberi arah bagi program yang akan
dilakukan. Landasan tersebut terutama berasal dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah.2
Pendidikan juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh dan terpadu
yang meliputi jenjang, jalur, dan jenis pendidikan yang berkaitan antara yang
1 Nurhadi, dkk.
Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. (Malang:
Universitas Negeri Malang, 2002), 1.
2
satu dengan yang lain untuk mengupayakan tercapainya tujuan
penelitian.Karena pendidikan selalu berinteraksi dengan manusia dan selalu
hangat dalam perbincangan.Untuk mempersiapkan generasi muda yang
berdaya saing di dunia global, salah satu yang diupayakan pemerintah yaitu
selalu melakukan inovasi dalam bidang pendidikan. Inovasi yang dilakukan
baik dalam perubahan kurikulum, intregasi pendidikan karakter, dan berbagai
seminar bagi pendidik. Pendidikan yang direncanakan masing-masing sekolah
diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh.
Pendidikan tidak hanya dirancang untuk penguasaan ilmu pengetahuan tetapi
juga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan
kecakapan diri, kemandiriran, keyakinan diri, terhadap kompetensi dan daya
saing, serta akhlak mulia. Pendidikan berintikan interaksi antar pendidik
dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai
tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan
keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. 3
Pada abad ke 20 ini terjadi perubahan besar mengenai konsep
pendidikan dan pengajaran. Perubahan tersebut membawa pula perubahan
dalam cara mengajar dan belajar di sekolah. dari pengajaran lama dimana
peserta didik harus diajar dengan diberi pengetahuan sebanyak-banyaknya
dalam berbagai mata pelajaran, situasi pengajaran di sekolah lebih
menonjolkan peranan pendidik dengan tujuan penguasaan materi pelajaran
yang direncanakan oleh pendidik, peserta didik lebih bersifat pasif dan hanya
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung:
3
tinggal menerima apa yang disuguhkan oleh peserta didik, hal ini
berangsur-angsur beralih menjadi pendidikan yang lebih memprioritaskan kepentingan
peserta didik, pendidik hanya sebagai fasilitator bagi peserta didik dan yang
aktif dalam proses belajar mengajar adalah peserta didik itu sendiri.4
Keberhasilan pendidikan untuk menghantarkan kehidupan masyarakat
yang lebih maju dan kompetitif ditentukan oleh beberapa faktor antara lain,
pendidik, peserta didik, model pembelajaran, sarana dan prasarana serta situasi
kelas pada saat pembelajaran. Belajar pada hakikatnya merupakan proses
interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat
dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat,
mengamati dan memahami sesuatu.5 Dan salah satu hal penting yang
berpengaruh terhadap proses belajar yaitu pemilihan model pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan
potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik. Berkaitan dengan hal tersebut dalam
pembelajaran diperlukan model yang matang secara konseptual yang siap
diimplementasikan. Yang patut dipertimbangkan dalam pemilihan model
pembelajaran agar matang secara konseptual yang siap diimplementasikan
adalah keberpihakan kepada peserta didik, artinya jelas pembagian aktivitas
peserta didik dan pendidik serta dalam kegiatan belajar harus dilakukan secara
4 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 1.
4
mandiri oleh peserta didik, sehingga memberikan pengalaman yang bermakna
bagi peserta didik.6
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai
prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Para ahli meyusun
model pembalajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori
psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Joyce &
Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka
panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan
pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai
dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. 7
Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal
untuk mencapai hasi; belajar yang berkualitas. Menurut Nurhadi menyatakan
bahwa “belajar akan lebih. Pembelajaran konstektual ini merupakan model
pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik mengkonstruksikan
pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola piker mereka sendiri.
Penerapan model pembelajaran konstektual ini juga berdampak terhadap
situasi dan kondisi pada saat terjadinya proses belajar mengajar yaitu dapat
6 Nurani Soyomukti,
Pendidikan Berspektif Globalisasi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2008), 12.
7 Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
5
“menghidupkan” suasana lingkungan kelas, karena pembelajaran bersifata
student oriented.8
Dengan kata lain guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan,
menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri.9
Nilai tertinggi diberikan kepada pendidik yang lebih suka membimbing
daripada menggurui peserta didiknya. Dan pada pendidik yang mampu
merancang pengalaman-pengalaman yang mendorong pemikiran yang kreatif
dengan berbagai masalah yang relevan untuk dipecahkan. Dan dalam belajar
ada peserta didik yang cepat mencerna bahan, ada yang sedang dan ada yang
lamban. Ketiga tipe belajar ini menghendaki agar setiap pendidik mampu
mengatur strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya dan kemempuan
belajar mereka.10
Saat ini muncul suatu konsep belajar yang menawarkan model belajar
yang lebih efektif, yang dikenal dengan konsep ARIAS (Assurance,
Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction), dalam pembahasan
selanjutnya, nama model pembeljaran ini akan kami singkat dengan nama
ARIAS saja. Model pembelajaran baru ini diharapkan bisa membantu peserta
didik belajar lebih cepat daripada sebelumnya dan peserta didik dapat
menginngat materi yang disampaikan oleh pendidik dengan lebih efektif.
8 A. G. Nurhadi, Pembelajaran Konstektual dan Penerapan dalam KBK (Malang:
Universitas Malang), 13.
9 Nuryadi Abbas,
Penerapan Model Pembelajaran Bermasalah, Jurnal Pendidikan Kebudayaan (No. 51 tahun ke 10, November 2004), 10.
10 Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif)
6
Model pembelajaran ARIAS ini merupakan model pembelajaran yang
terdiri dari lima komponen, yaitu:11
1. Assurance (Percaya diri)
2. Relevance (Sesuai dengan kehidupan peserta didik)
3. Interest (Minat dan perhatian peserta didik)
4. Assessement (evaluasi)
5. Satisfaction (Penguatan)
Model Pembelajaran ARIAS merupakan sebuah model pembelajaran
yang dimodifikasi dari model pembeljaran ARCS (Attention, Relevance,
Convidence, Satisfction) yang dikembangkan oleh John M. Keller dengan
menambahkan komponen Assessment pada keempat kompenen model
pembelajaran tersebut. Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,
Convidence, Satisfction) ini dikenal secara luas sebagai Keller’s ARCS Model
Of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah Center Of Teaching,
Learning & Faculty Development di Florida State University. Model
Pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban pertanyaan bagaimana
merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berpestasi dan
hasil belajar. 12
Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal,
sebelum pendidik melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran ini digunakan sejak pendidik atau perancang merancang
kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran, misalnya. Satuan
11 Muhammat Rahman dan Sofan Amir, Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif
(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014), 2.
7
pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran
sebagai bahan/materi bagi peseta didik. Satuan pelajaran sebagai pegangan
bagi pendidik disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut
sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan
pelajaran itu sudah digambarkan usaha/kegiatan yang dilakukan untuk
menanamkan rasa percaya diri pada peserta didik, mengadakan kegiatan yang
relevan, membangkitkan minat/ perhatian peserta didik, melakukan evaluasi
dari menumbuhkan rasa dihargai / bangga pada siswa.13
Salah satu materi pelajaran di sekolah yang juga penting adalah
materi Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini materi Pendidikan Agama
Islam memegang peranan yang sangat penting karena pada materi Pendidikan
Agama Islam sangat berpengaruh terhadap akhlak, perilaku serta karakter
peserta didiki di masa yang akan datang. Maka akan sangat bermanfaat kalau
peserta didik mampu mengingat materi Pendidikan Agama Islam sepanjang
hidupnya, agar dijadikan pedoman baik saat di bangku sekolah ataupun di
masa yang akan datang.
Menurut Zakiyah Daradjat dalam buku Peranan Agama dalam
Kesehatan Mental yang dikutip oleh Abdul Madjid dan Dian Andayani,
menyatakan bahwa Pendidkan Agama Islam merupakan suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
8
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.14 Di sinilah
letak pentingnya Pendidikan Agama Islam, sesungguhnya pertumbuhan moral
pada anak yang berdasarkan Pendidikan Agama Islam menyebabkan anak
mendapat pencerahan baru sehingga menambah perhatiannya terhadap
nasehat-nasehat agama, dan kitab suci tidak lagi merupakan kumpulan
undang-undang, yang dengan itu Allah menghukum dan mengatur dunia guna
menunjukkan kita kepada kebaikan. Jadi Pendidikan Agama Islam menjadi
begitu penting karena Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.15
Akan tetapi kebanyakan siswa di sekolah tidak menyukai pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bermacam-macam alasan yang menyebabkan siswa
tidak menyukai materi Pendidikan Agama Islam. Siswa menganggap mata
pelajaran Agama Islam adalah pelajaran yang sulit dan tidak mudah dipahami
karena di dalamnya terdapat banyak hal yang perlu dipahami lebih mendalam
di pecahkan, hingga menghafal atau mengartikan dalam bahasa Pendidikan
Agama Islam, sebenarnya bukan hanya karena mereka malas belajar atau tidak
memperhatikan saat pendidik menerangkan, tetapi bisa jadi karena materi
yang disampaikan pendidik kurang menarik bagi mereka atau strategi
pembelajaran guru yang kurang tepat dan monoton yang membuat mereka
14 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 130.
9
merasa bosan. SD Darul Ulum Surabaya juga tidak terlepas dari permasalahan
mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Kelas VB SD Darul
Ulum Surabaya. Saat berlangsungnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang masih rendah. Rendahnya
hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dari indikator: 1) siswa dalam bertanya
hanya sebesar (13,333%), 2) hasil mengerjakan soal-soal latihan hanya sebesar
(20%), dan 3) siswa dalam berdiskusi hanya sebesar (13,333%). Rendahnya
hasil belajar siswa salah satunya identifikasikan model pembelajaran yang
dilakukan guru yang bersifat konvensional. Siswa lebih bersikap pasif selalu
menunggu instruksi dari guru untuk mendengarkan dan mencatat saja,
sedangkan pembelajaran akan kurang maksimal jika hanya instruksi yang
dilakukan, sehingga perlu sebuah model pembelajaran yang menumbuhkan
sikap aktif siswa, terutama dari segi motivasi siswa. Model pembelajaran
sangat penting bagi siswa, karena model pembelajaran yng diterapkan guru
dapat meningkatkan perhatian dan interaksi siswa dengan guru.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami seseorang
setelah ia mengalami proses belajar selama periode tertentu sesuai dengan
rencana pengajaran.16 Menurut Gagne, hasil belajar dapat diperoleh dari
informasi yang terbaik, kemampuan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
ketrampilan motorik.17 Berkaitan dengan hasil belajar, Sudjana menyatakan
hasil belajar yang di capai peserta didik banyak diperoleh dari kemampuan
peserta didik dan lingkungan belajar terutama kualitas mengajar. Jadi dalam
16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1993), 20.
10
setiap proses belajar mengajar selalu ditekankan pada keaktifan peserta didik
dalam berpikir dan bekerja, sehingga materi pelajaran yang diterima dapat
tertanam lebih lama pada diri peserta didik dan akan diwujudkan dalam
perubahan tingkah laku.18sedangkan hasil belajar dalam hal ini adalah niala
hasil akhir siswa dan juga nila hasil setelah penerapan materi yang
menerapkan model pembelajaraqn ARIAS.
Hasil belajar peserta didik bisa diketahui dengan menggunakan
evaluasi. Alat yang paling efektif untuk mengadakan pengukuran adalah
dengan tes dan non tes.19 Karena dari hal itu dapat diketahui kemajuan yang
di capai peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan
guru. Demikian juga dengan mata pelajaran Pendidika Agama Islam, untuk
dapat mengetahui hasil belajarnya bisa di nilai dengan tes dan non tes.
Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan guru untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. ARIAS adalah salah satu dari
beberapa model pembelajaran. ARIAS merupakan satu kesatuan dari lima
komponen teori-teori belajar yaitu assurance (percaya diri), relevance
(relevansi), interest (minat atau perhatian), assessment (evaluasi), dan
satisfaction (kepuasan). Dengan diterapkannya model pembelajaran ARIAS
ini, siswa akan lebih percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. Materi yang
disampaikan pun mudah untuk dipahami dan diterapkan karena dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari yang tak jauh dari sekitar mereka. Minat atau
perhatian siswa pun dapat ditingkatkan dengan diterapkannya model ini dalam
18Ibid, 43.
11
pembelajaran karena pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu siswa
juga dapat melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah mereka pelajari
selama proses pembelajaran. Di samping itu upaya meningkatkan mutu proses
pembelajaran dilakukan dengan mengaplikasikan model pembelajaran yang
dapat membuat siswa termotivasi.
Maka untuk mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi
Pendidikan Agama Islam di sekolah dan agar peserta didik lebih cepat dalam
memahami materi-materi yang disampaikan oleh pendidik dan peserta didik
juga dapat mengingatnya dengan baik sehingga dapat dijadikan pedoman
sepanjang hayatnya bahkan dapat membentuk karakter peserta didik yang
islami, maka salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh
pendidik yaitu model pembelajaran ARIAS. Karena di dalam model
pembelajaran ARIAS ini terdapat beberapa teknik yang mempermudah cara
belajar peserta didik. Karena lima komponen yang terdapat dalam model
pembelajaran ARIAS, maka sangat tepat jika model pembelajaran ini
digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar sehingga guru
mampu meningkatkan daya ketertarikan pada suatu mata pelajaran yang
diajarkan. Disamping itu model pembelajaran ARIAS ini sangat mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model pembelajaran ini
12
hasil belajar siswa. Karena hasil belajar merupakan faktor yang penting dari
individu, dan bisa mempengaruhi proses dari hasil belajar.20
Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran
seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs, dapat
dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.Komponen keempat model
pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan
evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok
dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid. Bagi
guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois, evaluasi merupakan alat
untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa;
untuk memonitor kemajuansiswa sebagai individu maupun sebagai kelompok;
untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam
belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentangkelebihan dan
kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan
meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan
untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai.
Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam
tujuan pembelajaran. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga
oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau
evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri,
maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk
berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil belajar yang
20Benjamin S Bloom.
Human characteristics and school learning. (New York:
13
maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang
dimiliki diketahui oleh teman merekasendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri
merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu
siswa meningkatkan keberhasilannya. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin bahwa evaluasi diri
secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif
sendiri.Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang
dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior, bahwa
evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.Oleh karena itu, untuk
mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Salah satu sekolah yang akan menerapkan model pembelajaran ARIAS
adalah SD Darul Ulum Surabaya. Di sekolah tersebut pendidik selalu berusaha
untuk membuat inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran agar para
peserta didik dapat menguasai materi dengan baik. Diharapkan di sini setelah
setelah pendidiknya menerapkan model pembelajaran ARIAS, akan ada
peningkatan hasil belajar pada siswa terutama pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. SD Darul Ulum ini merupakan sekolah yang menekankan
pembelajaran yang agamis kepada para siswanya, diantaranya terdapat
kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah tersebut, diantaranya adalah
sebelm pembelajaran dimulai para siswa selalu mebaca doa bersama-sama
14
menggunakan pengeras suara, tidak hanya itu, setelah selesai proses
pembelajaran para siswa juga di didik untuk melaksanakan sholat dhuhur
berjamaah di masjid. Hal ini bertujuan agar para siswa terbiasa untuk
menerapkan kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada
sekolah tersebut agar dapat menemukan dan mengungkapkan berbagai upaya
yang dilakukan oleh para pendidik, dengan mengangkat judul tesis yaitu,
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance,
Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA.
B. Identifikasi Dan Batasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalah-fahaman dalam memahami hasil penelitian
ini, maka penulis perlu menjelaskan batasan penelitian diantaranya:
Penelitian pertama, yaitu tentang penerapan model pembelajaran
ARIAS dalam proses pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam (PAI) di
SD Darul Ulum Surabaya, yang meliputi: bagaimana pelaksanaan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya,
metode-metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran materi
Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya, usaha-usaha guru
Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya dalam mengefektifkan
15
ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dalam
proses pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum
Surabaya.
Penelitian kedua, mengenai hasil belajar peserta didik dalam
memahami materi Pendidikan Agama Islam yang disampaikan oleh peserta
didik di SD Darul Ulum Surabaya. Dan langkah-langkah apa saja yang
dilakukan oleh pendidik agar peserta didiknya mendapatkan hasil belajar yang
maksimal dan lebih baik pada materi-materi Pendidikan agama Islam di SD
Darul Ulum Surabaya.
Penelitian yang ketiga, adalah sejauh mana pendidik dalam
mengembangkan model pembelajaran ARIAS, di saat menyampaikan materi
Pendidikan Agama Islam dapat membantu para peserta didik untuk
meningkatkan hasil belajar siswa daripada sebelum pendidik menerapkan
model pembelajaran ARIAS pada materi Pendidikan Agama Islam di SD
Darul Ulum Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran Pendidikan
Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
2. Bagaimana kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar
16
3. Bagaimana kepraktisan hasil pengembangan perangkat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam model ARIAS dengan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas,
maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pengembangan perangkat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Untuk mengetahui kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar
siswa
3. Untuk mengetahui kepraktisan hasil pengembangan perangkat
pembelajaran Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Pengembangan perangkat pembelajaran pendidikan agama islam
model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Darul Ulum
Surabaya ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan secara teoritis baik kepada guru, siswa maupun kepada
17
pendidikan agama islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Manfaat Bagi Guru
Sebagai alternatif dalam proses pembelajaran agar tidak
menggunakan model pembelajaran konvensional saja tetapi bisa dengan
pembelajaran pendidikan agama islam model ARIAS. Penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai pedoman empiris dalam menyiapkan berbagai
model pembelajaran pendidikan agama islam yang mampu meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Manfaat Bagi Siswa
Penggunaan perangkat pembelajaran matematika yang disusun
dalam penelitian ini diharapkan mampu membuat siswa:
a. belajar secara mandiri dengan cara menggali sendiri pengetahuannya
dan dapat melatih kemampuan penalarannya.
b. menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan
pengetahuan baru. Dengan demikian siswalah yang menemukan
pengetahuannya sendiri atau dapat dikatakan sebagai pembelajaran
berpusat kepada siswa (student centered learning).
c. meningkatkan minat siswa untuk belajar pendidikan agama islam
18
4. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan materi
pendidikan agama islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
F. Definisi Konsep
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan terhadap judul
tesis ”Pengembangan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,
Interest, Assessement, Satisfaction) dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada Materi Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya”, maka
penulis akan memaparkan sebagai berikut:
1. Pengembangan Model pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat
pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada sehingga
proses belajar menjadi lebih menyanangkan.
2. Model Pembelajaran ARIAS adalah suatu pola atau contoh proses belajar
seseorang sehingga menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif dan
pola tersebut terangkum dalam akronim ARIAS yaitu kepanjangan dari
Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction. Adapun
maksud dari masing-masing kata akronim dari ARIAS adalah sebagai
berikut:
a. Assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya,
19
berhasil. Guru memotivasi siswa dengan memberikan kata-kata yang
mebangun.
b. Relevance yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa
pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang.
c. Interest adalah yang berhubungan dengan minat dan perhatian siswa.
Menurut woodruff bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada
minat dan perhatian. Guru menggunakan metode yang menyenagkan.
d. Assassement yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa.
Bisa langsung Tanya jawab atau member nilai.
e. Satisfaction yaitu yang berhubungan rasa bangga, puas atas hasil yang
dicapai.memberi penguatan seperti memberikan Pekerkaan Rumah 21
Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dan yang
mendorong siswa untuk melakukan sesuatu usaha, 22 dalam hal ini yang
penulis maksud dengan hasil belajar adalah nilai siswa pada saat setelah
penerapan pengembangan model pembelajaran ARIAS dan juga ada
sebagaian nilai akhir semester siswa.
21 Muhammat Rahman dan Sofan Amir, Model, 3
22 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
20
4. Materi Pendidikan Agama Islam adalah materi bidang study Pendidikan
Agama Islam yang dipelajari para siswa. Dalam hal ini materi Pendidikan
Agama Islam yang dimaksud yaitu untuk siswa kelas V sekolah dasar.
Jadi secara keseluruhan yang penulis maksud dalam tesis ini adalah
pengembangan pola pembelajaran yang menggunakan akronim ARIAS
(Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dan model
pembelajaran ARIAS ini dapat membantu para peserta didik untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan baik pada materi Pendidikan Agama
Islam. Dan adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam di sini
adalah materi-materi Pendidikan Agama Islam yang disampaikan pendidik
kepada para peserta didik SD Darul Ulum kelas V tahun ajaran 2015-2016.
G. Penelitian Terdahulu
Saat penulis mengadakan pelacakan literatur yang membahas
mengenai model pembelajaran ARIAS, maka telah ada beberapa hasil karya
ilmiah yang telah membahas tentang model pembelajaran tersebut, ada
beberapa karya ilmiah yang menerapkan model pembelajarn ini antara lain:
1. Artikel yang ditulis oleh Persaoran Siahaan, Wawan Setiawan, dan
Sa’adah, mahasiswa Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI dengan
judul “Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,
Assesement and Satisfaction) dalam Pembelajaran TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi)”.23
23 Parsaoran Siahaan, Wawan Setiawan dan Sa’adah, “Penerapan Model ARIAS (Assurance,
21
Artikel ini membahas tentang adanya perbedaan dan peningkatan
pada kualitas hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan ARIAS
dengan kelompk siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Dalam mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Data
penelitian dikumpulkan melalui instrument tes yang berbentuk pilihan
ganda. Berdasarkan analisis pada keselurhan tahap penelitian menunjukan
bahwa hasil belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa pada
kelompok siswa yang menggunakan ARIAS lebih baik dibandingkan metd
konvensional. Para siswa juga lebih semangat dalam memberikan
pendapat, bertanya serta antusias dalam memperhatikan penjelasan dari
guru.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent
control group design. Pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelas
eksperimen dan kelas control. Kelas eksperimen diberikan perlakuan
ARIAS dalam proses pembelajarannya. Sedangkan kelas control
menggunakan pembeljaran konvensinal. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung. Responden
yang diambil sebagai sampel data dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X-6 sebanyak 40 siswa sebaga kelas eksperimen dan kelas X-9 sebanyak
40 siswa sebagai kelas control. Instrument digunkan untuk mengukur
sejauh mana penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan
Informasi dan Komunikasi)” Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komuniksi (PTIK), Vol.
22
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) dengan teknik pilihan ganda (multiple choice), serta lembar
observasi.
Hasil dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan hasil belajar
siswa yang menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih baik bila
dibandingkan dengan yang menggunakan metode konvensional.
Berdasarkan rata-rata skor gain, peningkatan hasil belajar kelas dengan
model pembelajran ARIAS lebih baik daripada peningkatan hasil belajar
siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kesimpulannya
adalah pembelajaran dengan model ARIAS pada mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi lebih unggul daripada model konvensional.
2. Artikel yang ditulis oleh Maharani Akbar Sancoko, Aunillah, Lambang
Kurniawan, mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP
PGRI Sidoarjo. Dengan judul, “Studi Komparatif Strategi Belajar ARIAS
dan Strategi Belajar VAK (A Comparative Study Of ARIAS Learning
Strategies And VAK Learning Strategies)”..24
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
dengan subjek penelitian siswa SMP kelas VII yang bertujuan
membandingkan hasil belajar antara siswa yang menggunakan strategi
belajar ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction)
24 Maharani Akbar Sancoko, Aunillah, Lambang Kurniawan,
Studi Komparatif Strategi Belajar ARIAS dan Strategi Belajar VAK (A Comparative Study Of ARIAS Learning Strategies And VAK Learning Strategies), Jurnal Pendidikan Matematika STIKIP PGRI Sidoarjo. Vol. 1, No.
23
dan siswa yang menggunakan strategi belajar VAK (Visual, Auditory,
Kinesthetic). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
Nonequivalent Control Group Design yang diadaptasi dari rancangan
penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Dimana dalam
rancangan penelitian ini terdapat dua kelompok yag dipilih secara acak,
kemudian diberi perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Hasil dari perlakuan tersebut kemudian dibandingkan apakah terdapat
perbedaan yangsignifikan atau tidak berbeda signifikan (relatif sama).
Hasil penelitian studi komparatif startegi belajar ARIAS dan
strategi belajar VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) terhadap hail belajar
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Buduran pada pokok bahasan
aljabar, Aktivitas siswa yang menggunakan strategi belajar ARIAS
(Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) pada tiap–tiap
pertemuan bisa dikatakan mengalami peningkatan dengan rata–rata
peningkatan 4,9%. Meskipun pada pertemuan kedua mengalami
penurunan 2% dari pertemuan sebelumnya, tetapi hal ini tidak
mengganggu aktivitas siswa secara keseluruhan. Pada kelompok kelas
yang menggunakan strategi belajar VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic)
aktivitasnya juga dapat dikatakan mengalami peningkatan pada tiap
pertemuan dengan rata–rata peningkatan sebesar 4,2%. Walaupun pada
pertemuan kedua mengalami penurunan 1,7% dari pertemuan sebelumnya,
tetapi tidak mengganggu aktivitas secara keseluruhan. Secara umum
24
adalah baik, yaitu 3,17 (masuk kategori baik) untuk kelas dengan strategi
belajar ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction)
dan 2,9 (masuk kategori baik) untuk kelas dengan strategi belajar VAK
(Visual, Auditory, Kinesthetic).
3. Artikel dengan judul “Pengaruh Integrasi Model Pembelajaran ARIAS
dengan Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geogarfi SMA Negeri 10 Malang”
karya Widiya Sholichah (Mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Malang), Sudarno Herlambang (Pembimbing 1
selaku Dosen Pendidikan Geografi FIS Universitas Negeri Malang),
Purwanto3 (Pembimbing 2 selaku Dosen Pendidikan Geografi FIS
Universitas Negeri Malang).25
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh integrasi model
pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,
Satisfaction) dengan Team Assisted Individualization terhadap hasil
belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran geogarfi SMA Negeri 10
Malang. Metode penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperiment.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pretest dan
post-test. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t (t-test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh integrasi model
pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,
Satisfaction) dengan Team Assisted Individualization terhadap hasil
25
belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 10
Malang. Hal ini dibuktikan dengan nilai gain score antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen yang diperoleh masing-masing 16,388 dan 25, 903.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan tesis ini, secara umum
penulis sajikan sistematika pembahasan yang meliputi lima bab, yaitu:
Bab pertama adalah Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua adalah landasan teori, meliputi model pembelajaran ARIAS
yaitu pengertian model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,
Assessement, Satisfaction), komponen model pembelajaran ARIAS yaitu
penjabaran dari masing-masing tahapan Assurance, Relevance, Interest,
Assessement, Satisfaction. Tinjauan tentang hasil belajar meliputi Pengertian
Hasil belajar, Indikator Hasil Belajar, Faktor-faktor Yang Dapat
Mempengaruhi Hasil Belajar, Penilaian Hasil Belajar, Ruang Lingkup
Penilaian Hasil Belajar. Sedangkan materi Pendidikan Agama Islam adalah
materi bidang study pendidikan Agama Islam yang dipelajari siswa di sekolah.
dalam hal ini adalah materi pendidikan Agama kelas V SD.
Bab ketiga adalah metode penelitian yang membahas tentang jenis
26
pengembangan perangkat pemebelajaran, desain penelitian, teknik
pengumpulan data, instrument penelitian dan teknik analisa data.
Bab ke empat adalah analisis data mengenai pelaksanaan model
pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,
Satisfaction) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum
Surabaya, yang mencakup deskripsi proses pengembangan pembelajaran,
kevalidan perangkat pembelajaran, kepraktisan perangkat pembelajaran,
pembahasan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,
Satisfaction)
1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS
Model pembelajaran ARIAS adalah usaha pertama dalam kegiatan
pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin atau percaya pada siswa.
Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha
menarik dan memelihara minat atau perhatian siswa. Model pembelajaran
ARIAS terdiri dari lima komponen yaitu: Assurance (Percaya diri), Relevance
(Sesuai dengan kehidupan siswa), Interest (Minat dan Perhatian siswa),
Assessment (Evaluasi), Satisfaction (Penguatan).27 Penggunaan model
pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan
kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunukan sejak guru
atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan
pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas
dan satuan pelajaran sebagai bahan atau materi bagi siswa. Satuan pelajaran
sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan
pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya,
dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha atau kegiatan yanga
akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada diri siswa,
mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat atau perhatian
27 Muhammat Rahman dan Sofan Amri,
Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif (Jakarta:
28
siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai atau bangga pada
siswa.28 Jadi dalam model pembelajaran ARIAS itu sudah tergambarkan mulai
awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, dan guru tidak hanya
mementingkan kepada domain kognitif siswa saja tapi juaga afektif dan
psikomotorik. Siswa juga dikondisikan seperti mancari membangun
pengetahuan itu sendiri dalam artian mereka tidak hanya menerima dengan
pasif segala informasi yang diberikan. Jadi di sisni guru berperan sebagai
fasilitator saja yang menghantarkan siswa menuju kepada pengetahuan itu.
Model pembelajaran ARIAS merupakan sebuah model pembelajaran
yang dimodifikasi dari model pembelajaran ARCS. Model ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh John M. Keller dan
Kopp, dengan menambahkan komponen assessment pada keempat komponen
model pembelajaran tersebut. Model ARCS ini dikenal secara luas sebagai
Keller’s ARCS Model Of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah
Centre for Teaching, Learning & Faculty Development di Florida State
University. Model pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban
pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi
motivasi berprestasi dan hasil belajar.29 Model pembelajaran ini
dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory)yang
mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai
dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu.30 Dari dua
komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen.
Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance,
28 Ibid., 3-4.
29 John. M Keller, Development and Use of ARCS Model Of Instructional Design, (Journal Of
Instructional Development,Vol 10, 1987), 2-9.
30 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah,
29
confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS, 31 dengan penjelasan
sebagai berikut:
a. Attention
Yaitu cara yang dipakai untuk meningkatkan dan memelihara rasa
ingin tahu dan minat
b. Relevance
Yaitu cara yang dipakai untuk menghubungkan atas motif siswa
(yang sedang dipelajari dengan kenya taan hidup sekitar siswa)
c. Confidence
Yaitu cara yang dipakai utnuk membantu siswa membangkitkan
harapan yang positif agar berhsil dalam mencapai tujuan pembelajaran
d. Satisfaction
Yaitu cara yang dipakai untuk memberikan penguatan berupa
reward kepada siswa baik itu yang bersifat intrinsic maupun yang
bersifatekstrinsik.32
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar
teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur.33 Namun demikian,
pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi
merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan
pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang
31 John M Keller dan Thomas W Kopp, An Application of The ARCS Model Of Motivation
Design, dalam Charles M. Reiguleth, Instructional Theories in Action (Hilsdale, NJ: Lawrence
Erlbarum Asociates, Publisher: 1987), 289-319.
32 http://ihashimi.aurasolution. com/model_motivasi_arcs.htm diambil pada tanggal 17 Maret 2016.
33 Roy M. Bohlin,
30
dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa.34 Evaluasi yang dilaksanakan
selama proses pembelajaran menurut Saunders, seperti yang dikutip Beard dan
Senior, dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya
evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan
komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.35 Pada teori ini,
evaluasi dianggap penting, karena dengan adanya evaluasi itu guru menjadi
mengerti dimana kekurangan dan kelebihan guru selama proses belajar
mengajar. Baik dari segi model pembelajaran yang digunakan oleh guru atau
materi yang akan disampaikan kepada siswa
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan
mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance
(relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan
assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama
confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian
nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance
sinonim dengan kata self-confidence.36 Dalam kegiatan pembelajaran guru
tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga
sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa
mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi
interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian
attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik
minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara
34 John P. DeCecco,
The Psychology Of Learning and Instructions: Educational Psychology
(New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1968), 610. 35 Ruth M. Beard dan Isabel J. Senior,
Motivating Student (London: Routladge and Kegan
Paul Ltd, 1980), 72.
36 William Morris,
The American Heritage Dictionary of English Language (Boston:
31
minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk
memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun
dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan
satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan
pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan
pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik
dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan
menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan
(reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing
komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model
pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran
ARIAS.
2. Komponen Model Pembelajaran ARIAS
Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri
dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan
satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen
tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa
contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Assurance
Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance
32
makna tanggungan, kepercayaan dan kepastian.37 Hal ini berhubungan
dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan
harapan untuk berhasil. Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan
Driscoll, seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung
akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana
seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan
mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan
tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga
perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja.38
Sikap percaya diri pada siswa itu sangatlah penting, karena siswa
yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi maka dia akan mudah bergau;l
dan akan mudah menerima informasi yang baru dengan begitu guru akan
lebih mudah menyampaikan informasi kepada siswa tersebut. Guru juga
harus selalu menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dan selalu
memmotivasi siswa dalam keadaan apapun. Jadi siswa itu selalu
bersemangat untuk menjalani proses belajar mengajar. Hal ini penting
terutama bagi siswa sekolah dasar, guru harus selalu berusaha memotivasi
siswa, menumbuhkan harapan-harapan yang besar dalam menuntut ilmu.
Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong
individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan. Siswa yang
memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya
cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus Sikap
percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk
mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai
37 Martina Susilowati, Kamus Jenius Bahasa Inggris-Indoesia, (Tangerang: Scientific
Press,2007), 25.
38 Muhammat Rahman dan Sofan Amri,
33
keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan
merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong
untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat
mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang
lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap
percaya diri adalah:39
1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta
menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.
Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai
pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang
telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara
menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa.
Menurut Martin dan Briggs penggunaan model seseorang yang
berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat
dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model
untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip
Gagne dan Briggs sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.
2) Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat
mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu
tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
3) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk
diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi
tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke
tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan
34
urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti
dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne merupakan salah satu usaha
menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
4) Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam
belajar dan melatih suatu keterampilan.
b. Relevance
Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu
berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang
atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan
karir sekarang atau yang akan datang. Arti dari relevansi sendiri dalam
pendidikan adalah kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan
kehidupan masyarakat.40 Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang
mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan
mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan
dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan
yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta
ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu
untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan
mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang
akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara
kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga
kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali
Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur
40 Subandijah,
Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996),
35
relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
relevansi dalam pembelajaran adalah:41
1) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas
akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan
mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut
2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk
masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada
hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki
siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.
Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat
menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi
keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan
mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara
mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat
lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan.42
4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran
yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan
menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran
pada setiap kegiatan pembelajaran.
Pada tahapan ini guru akan dituntut untuk lebih jauh memahami
siswanya baik kebiasaan sehari-hari, keadaan lingkungannya maupun
sifat-sifatnya, karena jika guru lebih mengtahui keadaan siswa yang sebenarnya
guru akan lebih mengerti bagaimana harus bersikap menghadapi para
41 Muhammat Rahman dan Sofan Amri,
Model Pembelajaran ARIAS, 16.
42 Wasty Soemanto,
36
siswanya yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Dan dampak
positifnya kepada siswa adalah, siswa akan merasa nyama n di sekolah
karena guru sudah mengerti keadaan siswa sebenarnya. Siswa akan merasa
nyaman seperti dengan orang tua mereka sendiri. Jika siswa sudah merasa
nyaman di sekolah maka proses belajar mengajar akan jauh lebiha
menyenagkan baik untuk siswa maupun gurunya.
c. Interest
Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah
yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff
seperti dikutip oleh Callahan bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi
tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth menyatakan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus
dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan
berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan
pembelajaran. Herndon, menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian
siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan
tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai
dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara
minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa
yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan
alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.43
43 Muhammat Rahman dan Sofan Amri,
37
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan
menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:44
1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu
yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih
topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau
mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut
Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll, variasi dari serius ke humor,
dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan
mengubah gaya mengajar.
4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran
seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs, dapat
dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.
Suasana yang membuat siswa antusias terhadap persoalan perlu
diciptakan, sehingga mereka mau memecahkan persoalannya. Hal ini
dilakukan oleh guru dengan membantu siswa untuk berpikir.
Adapun cara lain yang dapat dilakukan guru untuk menabrik
minat para siswa agar mereka antusias dan semangat dalam menjalankan
proses belajar mengajar adalah, hendakanya guru menggunakan beberapa
metode-metode yang bervariasi dalam setiap KBM. Diantara metode yang
bisa di gunakan oleh guru ketika menerapkan model pembelajara ARIAS
ini adalah metode kooperatif, contoh tipe jig saw. Guru dapat membagi
38
siswa menjadi beberapa kelompok untuk membahas suatu materi tertentu.
Dalam setiap kelompok di situ diberikan suatu topic yang mengandung sub
topic yang berbeda antar tiap anggota. Setelah para siswa selesai dengan
kelampok utama maka siswa dibagi lagi menjadi kelompok ahli yaitgu
siswa berkumpul dengan siswa lain yang pembahasan sub topiknya sama.
Di kelompok itu mereka akan salaing berbagi informasi dengan tema yang
sama. Setelah selesai maka sisiwa bisa kembali ke kelompok utama, di
kelompok utama itulah siswa diharuskan untuk membagi informasi yang
dia dapatkan di kelompok ahli dengan siswa yang lain. Setelah itu siswa
diminta untuk memmpresentasikan hasil diskusinya masing-masing.
Pada metode pembelajaraan kooperatif tipe jig saw disitu siswa
akan diminta untuk mencari informasi sebanyak mungkin dari kelompok
ahli agar bisa dibagi dengan kelompok utamnya, dan setiap siswa akan
dituntut untuk aktif dalam setiap diskusi karena dia mempunya misi
tersendiri dari kelompok yang berbeda-beda. Jika siswa itu masih pasif
maka dia akan mendapatkan hukuman social dari teman sekelompoknya
karena dianggap tidak mampu untuk bertanggung jawab dalam mencari
informasi dari kelompok ahli.
Metode kooperatif tipe jig saw ini bisa dipergunakan oleh guru
ketika menerapkan model pembelajaran ARIAS dengan tujuan untuk
menarik minat siswa supaya lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa
pun akan merasa lebih nyaman karena dalam mencari suatu informasi
htidak dibebannkan pada dirinya sendiri akan tetapi permasalahan itu