• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS

(

ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,

SATISFACTION

) DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelr Magister Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Iffa Arfiyanah

NIM. F03214017

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

 

ABSTRAK

Penulis : Iffa Arfiyanah

Judul : Pengembangan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pendidikan agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya

Kata Kunci : Model Pembelajaran ARIAS, hasil belajar materi pendidikan agama islam,

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VB di SD Darul Ulum Surabaya, yang menjadi salah satu masalah dalam pembelajaran PAI di sekolah adalah masih kurang memuaskannya hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap siswa SD Darul Ulum Surabaya terutama kelas Vb menunjukkan hasil belajar siswa yangkurang rendah. Rendahnya hasil belajar PAI ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih bersifat monoton yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centre) sehingga situasi belajarnya terpusat pada pengajar, selain itu metode yang digunakan kurang adanya inovasi-inovasi baru yang menyenangkan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan model pembelajarannya yang masih konvensional dan dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses belajar mengajar akan berlangsung kaku, sehingga kurang mendukung dalam pengembangan pengetahuan, sikap, moral dan keterampilan siswa, hal ini menyebabkan siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran atau tergolong siswa yang pasif dan hanya sebagai pendengar.

Untuk mengatasi masalah tersebutdiperlukan adanya model pembelajaran baru yang dapat mengaktifkan seluruh siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian iniadalah model pembelajaran ARIAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajarsiswa kelas VbSD Darul Ulum Surabaya terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelahmenggunakan model pembelajaran ARIAS.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R & D). Penelitian dilaksanakan di SD Darul Ulum Surabaya pada tanggal 7 Maret 2016 sampai dengan 29 Juni 2016. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas Vb di SD Darul Ulum Surabaya yang berjumlah 33 siswa. Metodepengumpulan data menggunakan lembar wawancara dan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus.

(7)

 

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... .. i

PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... … iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... … iv

HALAMAN MOTTO ... … v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... … vi

ABSTRAK ... … vii

KATA PENGANTAR ... … viii

DAFTAR ISI ... … ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ………... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... … 14

C. Rumusan Masalah ... … 15

D. Tujuan Penelitian ... … 16

E. Manfaat Penelitian ... … 16

F. Definisi Konsep ... … 18

(8)

 

H. Sistematika Pembahasan ... … 25

BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran ARIAS ……… 27

1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS ……… 27

2. Komponen Model Pembelajaran ARIAS ……… 31

a. Assurance ………. 31

b. Relevance ………. 34

c. Interest ………. 36

d. Assessment ……… 39

e. Satisfaction ……… 41

B. Hasil Belajar ………..……….. 43

1. Pengertian Hasil Belajar………. 43

2. Indikator Hasil Belajar ……….. 46

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa……. 47

4. Penilaian Hasil Belajar ………..……… 50

5. Ruang Lingkup Penialaian Hasil Belajar ……….…… 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 55

C. Subjek Penelitian ... 56

D. Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 56

(9)

 

F. Teknik Pengumpulan Data ... 61

G. Instrumen Penelitian ... ……. 64

H. Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Proses Pengembangan Pembelajaran ... 78

B. Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 105

C. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 109

D. Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 111

F. Pembahasan ... 115

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ….. 123

B. Saran ... ….. 124

DAFTAR PUSTAKA ... ….. 126

(10)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

Pendidikan mempunyai peranan yang amat menentukan bagi perkembangan

dan perwujudan diri individu. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus

selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan

suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.

Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan

martabat manusia Indonesia.1

Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan

penting yang menentukan terhadap eksistensi serta perkembangan

masyarakatnya. Hal ini karena pendidikan merupakan proses usaha

melestarikan, mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan

dalam segala aspek kepada generasi penerus bangsa. Sebagai aktivitas yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, pendidikan

islam memerlukan landasan guna memberi arah bagi program yang akan

dilakukan. Landasan tersebut terutama berasal dari Al-Qur’an dan

As-Sunnah.2

Pendidikan juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh dan terpadu

yang meliputi jenjang, jalur, dan jenis pendidikan yang berkaitan antara yang

      

1 Nurhadi, dkk.

Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. (Malang:

Universitas Negeri Malang, 2002), 1.

(11)

 

satu dengan yang lain untuk mengupayakan tercapainya tujuan

penelitian.Karena pendidikan selalu berinteraksi dengan manusia dan selalu

hangat dalam perbincangan.Untuk mempersiapkan generasi muda yang

berdaya saing di dunia global, salah satu yang diupayakan pemerintah yaitu

selalu melakukan inovasi dalam bidang pendidikan. Inovasi yang dilakukan

baik dalam perubahan kurikulum, intregasi pendidikan karakter, dan berbagai

seminar bagi pendidik. Pendidikan yang direncanakan masing-masing sekolah

diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh.

Pendidikan tidak hanya dirancang untuk penguasaan ilmu pengetahuan tetapi

juga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan

kecakapan diri, kemandiriran, keyakinan diri, terhadap kompetensi dan daya

saing, serta akhlak mulia. Pendidikan berintikan interaksi antar pendidik

dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai

tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan

keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. 3

Pada abad ke 20 ini terjadi perubahan besar mengenai konsep

pendidikan dan pengajaran. Perubahan tersebut membawa pula perubahan

dalam cara mengajar dan belajar di sekolah. dari pengajaran lama dimana

peserta didik harus diajar dengan diberi pengetahuan sebanyak-banyaknya

dalam berbagai mata pelajaran, situasi pengajaran di sekolah lebih

menonjolkan peranan pendidik dengan tujuan penguasaan materi pelajaran

yang direncanakan oleh pendidik, peserta didik lebih bersifat pasif dan hanya

      

3 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung:

(12)

 

tinggal menerima apa yang disuguhkan oleh peserta didik, hal ini

berangsur-angsur beralih menjadi pendidikan yang lebih memprioritaskan kepentingan

peserta didik, pendidik hanya sebagai fasilitator bagi peserta didik dan yang

aktif dalam proses belajar mengajar adalah peserta didik itu sendiri.4

Keberhasilan pendidikan untuk menghantarkan kehidupan masyarakat

yang lebih maju dan kompetitif ditentukan oleh beberapa faktor antara lain,

pendidik, peserta didik, model pembelajaran, sarana dan prasarana serta situasi

kelas pada saat pembelajaran. Belajar pada hakikatnya merupakan proses

interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat

dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat

melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat,

mengamati dan memahami sesuatu.5 Dan salah satu hal penting yang

berpengaruh terhadap proses belajar yaitu pemilihan model pembelajaran.

Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan

potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus

dimiliki oleh seorang pendidik. Berkaitan dengan hal tersebut dalam

pembelajaran diperlukan model yang matang secara konseptual yang siap

diimplementasikan. Yang patut dipertimbangkan dalam pemilihan model

pembelajaran agar matang secara konseptual yang siap diimplementasikan

adalah keberpihakan kepada peserta didik, artinya jelas pembagian aktivitas

peserta didik dan pendidik serta dalam kegiatan belajar harus dilakukan secara

      

4 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 1.

(13)

 

mandiri oleh peserta didik, sehingga memberikan pengalaman yang bermakna

bagi peserta didik.6

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai

prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Para ahli meyusun

model pembalajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori

psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Joyce &

Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka

panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan

pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai

dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. 7

Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal

untuk mencapai hasi; belajar yang berkualitas. Menurut Nurhadi menyatakan

bahwa “belajar akan lebih. Pembelajaran konstektual ini merupakan model

pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik mengkonstruksikan

pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola piker mereka sendiri.

Penerapan model pembelajaran konstektual ini juga berdampak terhadap

situasi dan kondisi pada saat terjadinya proses belajar mengajar yaitu dapat

      

6 Nurani Soyomukti,

Pendidikan Berspektif Globalisasi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2008), 12.

7 Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:

(14)

 

“menghidupkan” suasana lingkungan kelas, karena pembelajaran bersifata

student oriented.8

Dengan kata lain guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan,

menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri.9

Nilai tertinggi diberikan kepada pendidik yang lebih suka membimbing

daripada menggurui peserta didiknya. Dan pada pendidik yang mampu

merancang pengalaman-pengalaman yang mendorong pemikiran yang kreatif

dengan berbagai masalah yang relevan untuk dipecahkan. Dan dalam belajar

ada peserta didik yang cepat mencerna bahan, ada yang sedang dan ada yang

lamban. Ketiga tipe belajar ini menghendaki agar setiap pendidik mampu

mengatur strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya dan kemempuan

belajar mereka.10

Saat ini muncul suatu konsep belajar yang menawarkan model belajar

yang lebih efektif, yang dikenal dengan konsep ARIAS (Assurance,

Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction), dalam pembahasan

selanjutnya, nama model pembeljaran ini akan kami singkat dengan nama

ARIAS saja. Model pembelajaran baru ini diharapkan bisa membantu peserta

didik belajar lebih cepat daripada sebelumnya dan peserta didik dapat

menginngat materi yang disampaikan oleh pendidik dengan lebih efektif.

      

8 A. G. Nurhadi, Pembelajaran Konstektual dan Penerapan dalam KBK (Malang:

Universitas Malang), 13.

9 Nuryadi Abbas,

Penerapan Model Pembelajaran Bermasalah, Jurnal Pendidikan Kebudayaan (No. 51 tahun ke 10, November 2004), 10.

10 Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif)

(15)

 

Model pembelajaran ARIAS ini merupakan model pembelajaran yang

terdiri dari lima komponen, yaitu:11

1. Assurance (Percaya diri)

2. Relevance (Sesuai dengan kehidupan peserta didik)

3. Interest (Minat dan perhatian peserta didik)

4. Assessement (evaluasi)

5. Satisfaction (Penguatan)

Model Pembelajaran ARIAS merupakan sebuah model pembelajaran

yang dimodifikasi dari model pembeljaran ARCS (Attention, Relevance,

Convidence, Satisfction) yang dikembangkan oleh John M. Keller dengan

menambahkan komponen Assessment pada keempat kompenen model

pembelajaran tersebut. Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,

Convidence, Satisfction) ini dikenal secara luas sebagai Keller’s ARCS Model

Of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah Center Of Teaching,

Learning & Faculty Development di Florida State University. Model

Pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban pertanyaan bagaimana

merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berpestasi dan

hasil belajar. 12

Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal,

sebelum pendidik melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model

pembelajaran ini digunakan sejak pendidik atau perancang merancang

kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran, misalnya. Satuan       

11 Muhammat Rahman dan Sofan Amir, Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif

(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014), 2.

(16)

 

pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran

sebagai bahan/materi bagi peseta didik. Satuan pelajaran sebagai pegangan

bagi pendidik disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut

sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan

pelajaran itu sudah digambarkan usaha/kegiatan yang dilakukan untuk

menanamkan rasa percaya diri pada peserta didik, mengadakan kegiatan yang

relevan, membangkitkan minat/ perhatian peserta didik, melakukan evaluasi

dari menumbuhkan rasa dihargai / bangga pada siswa.13

Salah satu materi pelajaran di sekolah yang juga penting adalah

materi Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini materi Pendidikan Agama

Islam memegang peranan yang sangat penting karena pada materi Pendidikan

Agama Islam sangat berpengaruh terhadap akhlak, perilaku serta karakter

peserta didiki di masa yang akan datang. Maka akan sangat bermanfaat kalau

peserta didik mampu mengingat materi Pendidikan Agama Islam sepanjang

hidupnya, agar dijadikan pedoman baik saat di bangku sekolah ataupun di

masa yang akan datang.

Menurut Zakiyah Daradjat dalam buku Peranan Agama dalam

Kesehatan Mental yang dikutip oleh Abdul Madjid dan Dian Andayani,

menyatakan bahwa Pendidkan Agama Islam merupakan suatu usaha untuk

membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran

Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat

      

(17)

 

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.14 Di sinilah

letak pentingnya Pendidikan Agama Islam, sesungguhnya pertumbuhan moral

pada anak yang berdasarkan Pendidikan Agama Islam menyebabkan anak

mendapat pencerahan baru sehingga menambah perhatiannya terhadap

nasehat-nasehat agama, dan kitab suci tidak lagi merupakan kumpulan

undang-undang, yang dengan itu Allah menghukum dan mengatur dunia guna

menunjukkan kita kepada kebaikan. Jadi Pendidikan Agama Islam menjadi

begitu penting karena Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.15

Akan tetapi kebanyakan siswa di sekolah tidak menyukai pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bermacam-macam alasan yang menyebabkan siswa

tidak menyukai materi Pendidikan Agama Islam. Siswa menganggap mata

pelajaran Agama Islam adalah pelajaran yang sulit dan tidak mudah dipahami

karena di dalamnya terdapat banyak hal yang perlu dipahami lebih mendalam

di pecahkan, hingga menghafal atau mengartikan dalam bahasa Pendidikan

Agama Islam, sebenarnya bukan hanya karena mereka malas belajar atau tidak

memperhatikan saat pendidik menerangkan, tetapi bisa jadi karena materi

yang disampaikan pendidik kurang menarik bagi mereka atau strategi

pembelajaran guru yang kurang tepat dan monoton yang membuat mereka       

14 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 130.

(18)

 

merasa bosan. SD Darul Ulum Surabaya juga tidak terlepas dari permasalahan

mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Kelas VB SD Darul

Ulum Surabaya. Saat berlangsungnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam

adalah hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang masih rendah. Rendahnya

hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dari indikator: 1) siswa dalam bertanya

hanya sebesar (13,333%), 2) hasil mengerjakan soal-soal latihan hanya sebesar

(20%), dan 3) siswa dalam berdiskusi hanya sebesar (13,333%). Rendahnya

hasil belajar siswa salah satunya identifikasikan model pembelajaran yang

dilakukan guru yang bersifat konvensional. Siswa lebih bersikap pasif selalu

menunggu instruksi dari guru untuk mendengarkan dan mencatat saja,

sedangkan pembelajaran akan kurang maksimal jika hanya instruksi yang

dilakukan, sehingga perlu sebuah model pembelajaran yang menumbuhkan

sikap aktif siswa, terutama dari segi motivasi siswa. Model pembelajaran

sangat penting bagi siswa, karena model pembelajaran yng diterapkan guru

dapat meningkatkan perhatian dan interaksi siswa dengan guru.

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami seseorang

setelah ia mengalami proses belajar selama periode tertentu sesuai dengan

rencana pengajaran.16 Menurut Gagne, hasil belajar dapat diperoleh dari

informasi yang terbaik, kemampuan intelektual, strategi kognitif, sikap dan

ketrampilan motorik.17 Berkaitan dengan hasil belajar, Sudjana menyatakan

hasil belajar yang di capai peserta didik banyak diperoleh dari kemampuan

peserta didik dan lingkungan belajar terutama kualitas mengajar. Jadi dalam       

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1993), 20.

(19)

10 

 

setiap proses belajar mengajar selalu ditekankan pada keaktifan peserta didik

dalam berpikir dan bekerja, sehingga materi pelajaran yang diterima dapat

tertanam lebih lama pada diri peserta didik dan akan diwujudkan dalam

perubahan tingkah laku.18sedangkan hasil belajar dalam hal ini adalah niala

hasil akhir siswa dan juga nila hasil setelah penerapan materi yang

menerapkan model pembelajaraqn ARIAS.

Hasil belajar peserta didik bisa diketahui dengan menggunakan

evaluasi. Alat yang paling efektif untuk mengadakan pengukuran adalah

dengan tes dan non tes.19 Karena dari hal itu dapat diketahui kemajuan yang

di capai peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan

guru. Demikian juga dengan mata pelajaran Pendidika Agama Islam, untuk

dapat mengetahui hasil belajarnya bisa di nilai dengan tes dan non tes.

Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan guru untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. ARIAS adalah salah satu dari

beberapa model pembelajaran. ARIAS merupakan satu kesatuan dari lima

komponen teori-teori belajar yaitu assurance (percaya diri), relevance

(relevansi), interest (minat atau perhatian), assessment (evaluasi), dan

satisfaction (kepuasan). Dengan diterapkannya model pembelajaran ARIAS

ini, siswa akan lebih percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. Materi yang

disampaikan pun mudah untuk dipahami dan diterapkan karena dihubungkan

dengan kehidupan sehari-hari yang tak jauh dari sekitar mereka. Minat atau

perhatian siswa pun dapat ditingkatkan dengan diterapkannya model ini dalam

      

18Ibid, 43.

(20)

11 

 

pembelajaran karena pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu siswa

juga dapat melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah mereka pelajari

selama proses pembelajaran. Di samping itu upaya meningkatkan mutu proses

pembelajaran dilakukan dengan mengaplikasikan model pembelajaran yang

dapat membuat siswa termotivasi.

Maka untuk mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi

Pendidikan Agama Islam di sekolah dan agar peserta didik lebih cepat dalam

memahami materi-materi yang disampaikan oleh pendidik dan peserta didik

juga dapat mengingatnya dengan baik sehingga dapat dijadikan pedoman

sepanjang hayatnya bahkan dapat membentuk karakter peserta didik yang

islami, maka salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh

pendidik yaitu model pembelajaran ARIAS. Karena di dalam model

pembelajaran ARIAS ini terdapat beberapa teknik yang mempermudah cara

belajar peserta didik. Karena lima komponen yang terdapat dalam model

pembelajaran ARIAS, maka sangat tepat jika model pembelajaran ini

digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar sehingga guru

mampu meningkatkan daya ketertarikan pada suatu mata pelajaran yang

diajarkan. Disamping itu model pembelajaran ARIAS ini sangat mampu

meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model pembelajaran ini

(21)

12 

 

hasil belajar siswa. Karena hasil belajar merupakan faktor yang penting dari

individu, dan bisa mempengaruhi proses dari hasil belajar.20

Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran

seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs, dapat

dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.Komponen keempat model

pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan

evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok

dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid. Bagi

guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois, evaluasi merupakan alat

untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa;

untuk memonitor kemajuansiswa sebagai individu maupun sebagai kelompok;

untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam

belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentangkelebihan dan

kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan

meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan

untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai.

Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam

tujuan pembelajaran. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga

oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau

evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri,

maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk

berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil belajar yang

      

20Benjamin S Bloom.

Human characteristics and school learning. (New York:

(22)

13 

 

maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang

dimiliki diketahui oleh teman merekasendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri

merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu

siswa meningkatkan keberhasilannya. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin bahwa evaluasi diri

secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif

sendiri.Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk

meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang

dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior, bahwa

evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.Oleh karena itu, untuk

mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran.

Salah satu sekolah yang akan menerapkan model pembelajaran ARIAS

adalah SD Darul Ulum Surabaya. Di sekolah tersebut pendidik selalu berusaha

untuk membuat inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran agar para

peserta didik dapat menguasai materi dengan baik. Diharapkan di sini setelah

setelah pendidiknya menerapkan model pembelajaran ARIAS, akan ada

peningkatan hasil belajar pada siswa terutama pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam. SD Darul Ulum ini merupakan sekolah yang menekankan

pembelajaran yang agamis kepada para siswanya, diantaranya terdapat

kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah tersebut, diantaranya adalah

sebelm pembelajaran dimulai para siswa selalu mebaca doa bersama-sama

(23)

14 

 

menggunakan pengeras suara, tidak hanya itu, setelah selesai proses

pembelajaran para siswa juga di didik untuk melaksanakan sholat dhuhur

berjamaah di masjid. Hal ini bertujuan agar para siswa terbiasa untuk

menerapkan kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada

sekolah tersebut agar dapat menemukan dan mengungkapkan berbagai upaya

yang dilakukan oleh para pendidik, dengan mengangkat judul tesis yaitu,

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance,

Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalah-fahaman dalam memahami hasil penelitian

ini, maka penulis perlu menjelaskan batasan penelitian diantaranya:

Penelitian pertama, yaitu tentang penerapan model pembelajaran

ARIAS dalam proses pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam (PAI) di

SD Darul Ulum Surabaya, yang meliputi: bagaimana pelaksanaan proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya,

metode-metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran materi

Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya, usaha-usaha guru

Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya dalam mengefektifkan

(24)

15 

 

ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dalam

proses pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum

Surabaya.

Penelitian kedua, mengenai hasil belajar peserta didik dalam

memahami materi Pendidikan Agama Islam yang disampaikan oleh peserta

didik di SD Darul Ulum Surabaya. Dan langkah-langkah apa saja yang

dilakukan oleh pendidik agar peserta didiknya mendapatkan hasil belajar yang

maksimal dan lebih baik pada materi-materi Pendidikan agama Islam di SD

Darul Ulum Surabaya.

Penelitian yang ketiga, adalah sejauh mana pendidik dalam

mengembangkan model pembelajaran ARIAS, di saat menyampaikan materi

Pendidikan Agama Islam dapat membantu para peserta didik untuk

meningkatkan hasil belajar siswa daripada sebelum pendidik menerapkan

model pembelajaran ARIAS pada materi Pendidikan Agama Islam di SD

Darul Ulum Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran Pendidikan

Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Bagaimana kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar

(25)

16 

 

3. Bagaimana kepraktisan hasil pengembangan perangkat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam model ARIAS dengan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas,

maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pengembangan perangkat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

2. Untuk mengetahui kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar

siswa

3. Untuk mengetahui kepraktisan hasil pengembangan perangkat

pembelajaran Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Pengembangan perangkat pembelajaran pendidikan agama islam

model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Darul Ulum

Surabaya ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan secara teoritis baik kepada guru, siswa maupun kepada

(26)

17 

 

pendidikan agama islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

2. Manfaat Bagi Guru

Sebagai alternatif dalam proses pembelajaran agar tidak

menggunakan model pembelajaran konvensional saja tetapi bisa dengan

pembelajaran pendidikan agama islam model ARIAS. Penelitian ini juga

dapat digunakan sebagai pedoman empiris dalam menyiapkan berbagai

model pembelajaran pendidikan agama islam yang mampu meningkatkan

hasil belajar siswa.

3. Manfaat Bagi Siswa

Penggunaan perangkat pembelajaran matematika yang disusun

dalam penelitian ini diharapkan mampu membuat siswa:

a. belajar secara mandiri dengan cara menggali sendiri pengetahuannya

dan dapat melatih kemampuan penalarannya.

b. menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan

pengetahuan baru. Dengan demikian siswalah yang menemukan

pengetahuannya sendiri atau dapat dikatakan sebagai pembelajaran

berpusat kepada siswa (student centered learning).

c. meningkatkan minat siswa untuk belajar pendidikan agama islam

(27)

18 

 

4. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan materi

pendidikan agama islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

F. Definisi Konsep

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan terhadap judul

tesis ”Pengembangan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,

Interest, Assessement, Satisfaction) dalam meningkatkan hasil belajar siswa

pada Materi Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya”, maka

penulis akan memaparkan sebagai berikut:

1. Pengembangan Model pembelajaran adalah serangkaian proses atau

kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat

pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada sehingga

proses belajar menjadi lebih menyanangkan.

2. Model Pembelajaran ARIAS adalah suatu pola atau contoh proses belajar

seseorang sehingga menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif dan

pola tersebut terangkum dalam akronim ARIAS yaitu kepanjangan dari

Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction. Adapun

maksud dari masing-masing kata akronim dari ARIAS adalah sebagai

berikut:

a. Assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya,

(28)

19 

 

berhasil. Guru memotivasi siswa dengan memberikan kata-kata yang

mebangun.

b. Relevance yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa

pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang

berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang.

c. Interest adalah yang berhubungan dengan minat dan perhatian siswa.

Menurut woodruff bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada

minat dan perhatian. Guru menggunakan metode yang menyenagkan.

d. Assassement yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa.

Bisa langsung Tanya jawab atau member nilai.

e. Satisfaction yaitu yang berhubungan rasa bangga, puas atas hasil yang

dicapai.memberi penguatan seperti memberikan Pekerkaan Rumah 21

Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang

diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dan yang

mendorong siswa untuk melakukan sesuatu usaha, 22 dalam hal ini yang

penulis maksud dengan hasil belajar adalah nilai siswa pada saat setelah

penerapan pengembangan model pembelajaran ARIAS dan juga ada

sebagaian nilai akhir semester siswa.

      

21 Muhammat Rahman dan Sofan Amir, Model, 3

22 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

(29)

20 

 

4. Materi Pendidikan Agama Islam adalah materi bidang study Pendidikan

Agama Islam yang dipelajari para siswa. Dalam hal ini materi Pendidikan

Agama Islam yang dimaksud yaitu untuk siswa kelas V sekolah dasar.

Jadi secara keseluruhan yang penulis maksud dalam tesis ini adalah

pengembangan pola pembelajaran yang menggunakan akronim ARIAS

(Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dan model

pembelajaran ARIAS ini dapat membantu para peserta didik untuk dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dengan baik pada materi Pendidikan Agama

Islam. Dan adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam di sini

adalah materi-materi Pendidikan Agama Islam yang disampaikan pendidik

kepada para peserta didik SD Darul Ulum kelas V tahun ajaran 2015-2016.

G. Penelitian Terdahulu

Saat penulis mengadakan pelacakan literatur yang membahas

mengenai model pembelajaran ARIAS, maka telah ada beberapa hasil karya

ilmiah yang telah membahas tentang model pembelajaran tersebut, ada

beberapa karya ilmiah yang menerapkan model pembelajarn ini antara lain:

1. Artikel yang ditulis oleh Persaoran Siahaan, Wawan Setiawan, dan

Sa’adah, mahasiswa Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI dengan

judul “Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,

Assesement and Satisfaction) dalam Pembelajaran TIK (Teknologi

Informasi dan Komunikasi)”.23

      

23 Parsaoran Siahaan, Wawan Setiawan dan Sa’adah, “Penerapan Model ARIAS (Assurance,

(30)

21 

 

Artikel ini membahas tentang adanya perbedaan dan peningkatan

pada kualitas hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan ARIAS

dengan kelompk siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dalam mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Data

penelitian dikumpulkan melalui instrument tes yang berbentuk pilihan

ganda. Berdasarkan analisis pada keselurhan tahap penelitian menunjukan

bahwa hasil belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa pada

kelompok siswa yang menggunakan ARIAS lebih baik dibandingkan metd

konvensional. Para siswa juga lebih semangat dalam memberikan

pendapat, bertanya serta antusias dalam memperhatikan penjelasan dari

guru.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent

control group design. Pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelas

eksperimen dan kelas control. Kelas eksperimen diberikan perlakuan

ARIAS dalam proses pembelajarannya. Sedangkan kelas control

menggunakan pembeljaran konvensinal. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung. Responden

yang diambil sebagai sampel data dalam penelitian ini adalah siswa kelas

X-6 sebanyak 40 siswa sebaga kelas eksperimen dan kelas X-9 sebanyak

40 siswa sebagai kelas control. Instrument digunkan untuk mengukur

sejauh mana penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan

       

Informasi dan Komunikasi)” Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komuniksi (PTIK), Vol.

(31)

22 

 

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) dengan teknik pilihan ganda (multiple choice), serta lembar

observasi.

Hasil dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan hasil belajar

siswa yang menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih baik bila

dibandingkan dengan yang menggunakan metode konvensional.

Berdasarkan rata-rata skor gain, peningkatan hasil belajar kelas dengan

model pembelajran ARIAS lebih baik daripada peningkatan hasil belajar

siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kesimpulannya

adalah pembelajaran dengan model ARIAS pada mata pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi lebih unggul daripada model konvensional.

2. Artikel yang ditulis oleh Maharani Akbar Sancoko, Aunillah, Lambang

Kurniawan, mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP

PGRI Sidoarjo. Dengan judul, “Studi Komparatif Strategi Belajar ARIAS

dan Strategi Belajar VAK (A Comparative Study Of ARIAS Learning

Strategies And VAK Learning Strategies)”..24

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif

dengan subjek penelitian siswa SMP kelas VII yang bertujuan

membandingkan hasil belajar antara siswa yang menggunakan strategi

belajar ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction)

      

24 Maharani Akbar Sancoko, Aunillah, Lambang Kurniawan,

Studi Komparatif Strategi Belajar ARIAS dan Strategi Belajar VAK (A Comparative Study Of ARIAS Learning Strategies And VAK Learning Strategies), Jurnal Pendidikan Matematika STIKIP PGRI Sidoarjo. Vol. 1, No.

(32)

23 

 

dan siswa yang menggunakan strategi belajar VAK (Visual, Auditory,

Kinesthetic). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

Nonequivalent Control Group Design yang diadaptasi dari rancangan

penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Dimana dalam

rancangan penelitian ini terdapat dua kelompok yag dipilih secara acak,

kemudian diberi perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Hasil dari perlakuan tersebut kemudian dibandingkan apakah terdapat

perbedaan yangsignifikan atau tidak berbeda signifikan (relatif sama).

Hasil penelitian studi komparatif startegi belajar ARIAS dan

strategi belajar VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) terhadap hail belajar

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Buduran pada pokok bahasan

aljabar, Aktivitas siswa yang menggunakan strategi belajar ARIAS

(Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) pada tiap–tiap

pertemuan bisa dikatakan mengalami peningkatan dengan rata–rata

peningkatan 4,9%. Meskipun pada pertemuan kedua mengalami

penurunan 2% dari pertemuan sebelumnya, tetapi hal ini tidak

mengganggu aktivitas siswa secara keseluruhan. Pada kelompok kelas

yang menggunakan strategi belajar VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic)

aktivitasnya juga dapat dikatakan mengalami peningkatan pada tiap

pertemuan dengan rata–rata peningkatan sebesar 4,2%. Walaupun pada

pertemuan kedua mengalami penurunan 1,7% dari pertemuan sebelumnya,

tetapi tidak mengganggu aktivitas secara keseluruhan. Secara umum

(33)

24 

 

adalah baik, yaitu 3,17 (masuk kategori baik) untuk kelas dengan strategi

belajar ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction)

dan 2,9 (masuk kategori baik) untuk kelas dengan strategi belajar VAK

(Visual, Auditory, Kinesthetic).

3. Artikel dengan judul “Pengaruh Integrasi Model Pembelajaran ARIAS

dengan Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geogarfi SMA Negeri 10 Malang”

karya Widiya Sholichah (Mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Malang), Sudarno Herlambang (Pembimbing 1

selaku Dosen Pendidikan Geografi FIS Universitas Negeri Malang),

Purwanto3 (Pembimbing 2 selaku Dosen Pendidikan Geografi FIS

Universitas Negeri Malang).25

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh integrasi model

pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,

Satisfaction) dengan Team Assisted Individualization terhadap hasil

belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran geogarfi SMA Negeri 10

Malang. Metode penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperiment.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pretest dan

post-test. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t (t-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh integrasi model

pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,

Satisfaction) dengan Team Assisted Individualization terhadap hasil       

(34)

25 

 

belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 10

Malang. Hal ini dibuktikan dengan nilai gain score antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen yang diperoleh masing-masing 16,388 dan 25, 903.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan tesis ini, secara umum

penulis sajikan sistematika pembahasan yang meliputi lima bab, yaitu:

Bab pertama adalah Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,

identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu, dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua adalah landasan teori, meliputi model pembelajaran ARIAS

yaitu pengertian model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,

Assessement, Satisfaction), komponen model pembelajaran ARIAS yaitu

penjabaran dari masing-masing tahapan Assurance, Relevance, Interest,

Assessement, Satisfaction. Tinjauan tentang hasil belajar meliputi Pengertian

Hasil belajar, Indikator Hasil Belajar, Faktor-faktor Yang Dapat

Mempengaruhi Hasil Belajar, Penilaian Hasil Belajar, Ruang Lingkup

Penilaian Hasil Belajar. Sedangkan materi Pendidikan Agama Islam adalah

materi bidang study pendidikan Agama Islam yang dipelajari siswa di sekolah.

dalam hal ini adalah materi pendidikan Agama kelas V SD.

Bab ketiga adalah metode penelitian yang membahas tentang jenis

(35)

26 

 

pengembangan perangkat pemebelajaran, desain penelitian, teknik

pengumpulan data, instrument penelitian dan teknik analisa data.

Bab ke empat adalah analisis data mengenai pelaksanaan model

pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,

Satisfaction) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum

Surabaya, yang mencakup deskripsi proses pengembangan pembelajaran,

kevalidan perangkat pembelajaran, kepraktisan perangkat pembelajaran,

pembahasan.

(36)

   

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,

Satisfaction)

1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS adalah usaha pertama dalam kegiatan

pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin atau percaya pada siswa.

Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha

menarik dan memelihara minat atau perhatian siswa. Model pembelajaran

ARIAS terdiri dari lima komponen yaitu: Assurance (Percaya diri), Relevance

(Sesuai dengan kehidupan siswa), Interest (Minat dan Perhatian siswa),

Assessment (Evaluasi), Satisfaction (Penguatan).27 Penggunaan model

pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan

kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunukan sejak guru

atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan

pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas

dan satuan pelajaran sebagai bahan atau materi bagi siswa. Satuan pelajaran

sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan

pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya,

dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha atau kegiatan yanga

akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada diri siswa,

mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat atau perhatian

      

27  Muhammat Rahman dan Sofan Amri,

Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif (Jakarta:

(37)

28   

siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai atau bangga pada

siswa.28 Jadi dalam model pembelajaran ARIAS itu sudah tergambarkan mulai

awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, dan guru tidak hanya

mementingkan kepada domain kognitif siswa saja tapi juaga afektif dan

psikomotorik. Siswa juga dikondisikan seperti mancari membangun

pengetahuan itu sendiri dalam artian mereka tidak hanya menerima dengan

pasif segala informasi yang diberikan. Jadi di sisni guru berperan sebagai

fasilitator saja yang menghantarkan siswa menuju kepada pengetahuan itu.

Model pembelajaran ARIAS merupakan sebuah model pembelajaran

yang dimodifikasi dari model pembelajaran ARCS. Model ARCS (Attention,

Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh John M. Keller dan

Kopp, dengan menambahkan komponen assessment pada keempat komponen

model pembelajaran tersebut. Model ARCS ini dikenal secara luas sebagai

Keller’s ARCS Model Of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah

Centre for Teaching, Learning & Faculty Development di Florida State

University. Model pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban

pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi

motivasi berprestasi dan hasil belajar.29 Model pembelajaran ini

dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory)yang

mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai

dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu.30 Dari dua

komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen.

Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance,       

28 Ibid., 3-4.

29 John. M Keller, Development and Use of ARCS Model Of Instructional Design, (Journal Of

Instructional Development,Vol 10, 1987), 2-9.

30 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah,

(38)

29   

confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS, 31 dengan penjelasan

sebagai berikut:

a. Attention

Yaitu cara yang dipakai untuk meningkatkan dan memelihara rasa

ingin tahu dan minat

b. Relevance

Yaitu cara yang dipakai untuk menghubungkan atas motif siswa

(yang sedang dipelajari dengan kenya taan hidup sekitar siswa)

c. Confidence

Yaitu cara yang dipakai utnuk membantu siswa membangkitkan

harapan yang positif agar berhsil dalam mencapai tujuan pembelajaran

d. Satisfaction

Yaitu cara yang dipakai untuk memberikan penguatan berupa

reward kepada siswa baik itu yang bersifat intrinsic maupun yang

bersifatekstrinsik.32

Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar

teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur.33 Namun demikian,

pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi

merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan

pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan

pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung.

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang

      

31 John M Keller dan Thomas W Kopp, An Application of The ARCS Model Of Motivation

Design, dalam Charles M. Reiguleth, Instructional Theories in Action (Hilsdale, NJ: Lawrence

Erlbarum Asociates, Publisher: 1987), 289-319.

32  http://ihashimi.aurasolution. com/model_motivasi_arcs.htm diambil pada tanggal 17 Maret 2016.

33 Roy M. Bohlin,

(39)

30   

dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa.34 Evaluasi yang dilaksanakan

selama proses pembelajaran menurut Saunders, seperti yang dikutip Beard dan

Senior, dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya

evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan

komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.35 Pada teori ini,

evaluasi dianggap penting, karena dengan adanya evaluasi itu guru menjadi

mengerti dimana kekurangan dan kelebihan guru selama proses belajar

mengajar. Baik dari segi model pembelajaran yang digunakan oleh guru atau

materi yang akan disampaikan kepada siswa

Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan

mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance

(relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan

assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama

confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian

nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance

sinonim dengan kata self-confidence.36 Dalam kegiatan pembelajaran guru

tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga

sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa

mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi

interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian

attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik

minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara

      

34 John P. DeCecco,

The Psychology Of Learning and Instructions: Educational Psychology

(New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1968), 610. 35 Ruth M. Beard dan Isabel J. Senior,

Motivating Student (London: Routladge and Kegan

Paul Ltd, 1980), 72.

36  William Morris,

The American Heritage Dictionary of English Language (Boston:

(40)

31   

minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk

memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun

dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan

satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan

pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan

pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik

dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan

menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan

(reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing

komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model

pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran

ARIAS.

2. Komponen Model Pembelajaran ARIAS

Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri

dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan

satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen

tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa

contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya

kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Assurance

Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance

(41)

32   

makna tanggungan, kepercayaan dan kepastian.37 Hal ini berhubungan

dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan

harapan untuk berhasil. Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan

Driscoll, seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung

akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana

seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan

mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan

tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga

perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja.38

Sikap percaya diri pada siswa itu sangatlah penting, karena siswa

yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi maka dia akan mudah bergau;l

dan akan mudah menerima informasi yang baru dengan begitu guru akan

lebih mudah menyampaikan informasi kepada siswa tersebut. Guru juga

harus selalu menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dan selalu

memmotivasi siswa dalam keadaan apapun. Jadi siswa itu selalu

bersemangat untuk menjalani proses belajar mengajar. Hal ini penting

terutama bagi siswa sekolah dasar, guru harus selalu berusaha memotivasi

siswa, menumbuhkan harapan-harapan yang besar dalam menuntut ilmu.

Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong

individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan. Siswa yang

memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya

cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus Sikap

percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk

mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai

      

37 Martina Susilowati, Kamus Jenius Bahasa Inggris-Indoesia, (Tangerang: Scientific

Press,2007), 25.

38 Muhammat Rahman dan Sofan Amri,

(42)

33   

keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan

merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong

untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat

mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang

lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap

percaya diri adalah:39

1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta

menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.

Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai

pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang

telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara

menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa.

Menurut Martin dan Briggs penggunaan model seseorang yang

berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat

dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model

untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip

Gagne dan Briggs sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.

2) Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat

mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu

tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).

3) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk

diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi

tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke

tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan

(43)

34   

urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti

dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne merupakan salah satu usaha

menanamkan rasa percaya diri pada siswa.

4) Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam

belajar dan melatih suatu keterampilan.

b. Relevance

Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu

berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang

atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan

karir sekarang atau yang akan datang. Arti dari relevansi sendiri dalam

pendidikan adalah kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan

kehidupan masyarakat.40 Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang

mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan

mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan

dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan

yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta

ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu

untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan

mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang

akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara

kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga

kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali

Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur

       40 Subandijah,

Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996),

(44)

35   

relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan

relevansi dalam pembelajaran adalah:41

1) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas

akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan

mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut

2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk

masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.

3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada

hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki

siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.

Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat

menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi

keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan

mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara

mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat

lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan.42

4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran

yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan

menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran

pada setiap kegiatan pembelajaran.

Pada tahapan ini guru akan dituntut untuk lebih jauh memahami

siswanya baik kebiasaan sehari-hari, keadaan lingkungannya maupun

sifat-sifatnya, karena jika guru lebih mengtahui keadaan siswa yang sebenarnya

guru akan lebih mengerti bagaimana harus bersikap menghadapi para

      

41 Muhammat Rahman dan Sofan Amri,

Model Pembelajaran ARIAS, 16.

42 Wasty Soemanto,

(45)

36   

siswanya yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Dan dampak

positifnya kepada siswa adalah, siswa akan merasa nyama n di sekolah

karena guru sudah mengerti keadaan siswa sebenarnya. Siswa akan merasa

nyaman seperti dengan orang tua mereka sendiri. Jika siswa sudah merasa

nyaman di sekolah maka proses belajar mengajar akan jauh lebiha

menyenagkan baik untuk siswa maupun gurunya.

c. Interest

Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah

yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff

seperti dikutip oleh Callahan bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi

tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth menyatakan

bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus

dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan

berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan

pembelajaran. Herndon, menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian

siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan

tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai

dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara

minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa

yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan

alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.43

      

43  Muhammat Rahman dan Sofan Amri,

(46)

37   

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan

menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:44

1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu

yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif

dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih

topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau

mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut

Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll, variasi dari serius ke humor,

dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan

mengubah gaya mengajar.

4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran

seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs, dapat

dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

Suasana yang membuat siswa antusias terhadap persoalan perlu

diciptakan, sehingga mereka mau memecahkan persoalannya. Hal ini

dilakukan oleh guru dengan membantu siswa untuk berpikir.

Adapun cara lain yang dapat dilakukan guru untuk menabrik

minat para siswa agar mereka antusias dan semangat dalam menjalankan

proses belajar mengajar adalah, hendakanya guru menggunakan beberapa

metode-metode yang bervariasi dalam setiap KBM. Diantara metode yang

bisa di gunakan oleh guru ketika menerapkan model pembelajara ARIAS

ini adalah metode kooperatif, contoh tipe jig saw. Guru dapat membagi

(47)

38   

siswa menjadi beberapa kelompok untuk membahas suatu materi tertentu.

Dalam setiap kelompok di situ diberikan suatu topic yang mengandung sub

topic yang berbeda antar tiap anggota. Setelah para siswa selesai dengan

kelampok utama maka siswa dibagi lagi menjadi kelompok ahli yaitgu

siswa berkumpul dengan siswa lain yang pembahasan sub topiknya sama.

Di kelompok itu mereka akan salaing berbagi informasi dengan tema yang

sama. Setelah selesai maka sisiwa bisa kembali ke kelompok utama, di

kelompok utama itulah siswa diharuskan untuk membagi informasi yang

dia dapatkan di kelompok ahli dengan siswa yang lain. Setelah itu siswa

diminta untuk memmpresentasikan hasil diskusinya masing-masing.

Pada metode pembelajaraan kooperatif tipe jig saw disitu siswa

akan diminta untuk mencari informasi sebanyak mungkin dari kelompok

ahli agar bisa dibagi dengan kelompok utamnya, dan setiap siswa akan

dituntut untuk aktif dalam setiap diskusi karena dia mempunya misi

tersendiri dari kelompok yang berbeda-beda. Jika siswa itu masih pasif

maka dia akan mendapatkan hukuman social dari teman sekelompoknya

karena dianggap tidak mampu untuk bertanggung jawab dalam mencari

informasi dari kelompok ahli.

Metode kooperatif tipe jig saw ini bisa dipergunakan oleh guru

ketika menerapkan model pembelajaran ARIAS dengan tujuan untuk

menarik minat siswa supaya lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa

pun akan merasa lebih nyaman karena dalam mencari suatu informasi

htidak dibebannkan pada dirinya sendiri akan tetapi permasalahan itu

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga tercinta, Mamah tercinta yang tak pernah lupa bangun setiap tengah malam untuk mendoakan anak anaknya yang semuanya tinggal jauh dengan orang tuanya, Bapak tersayang

Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran,

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa penelitian yang telah dilakukan hanya terdiri dari dua variabel yaitu kepuasan konsumen dan loyalitas merek, agar

Meskipun PP BBH sama sekali tidak menyebut Islam dalam menjelaskan prinsip bagi hasil, namun pemakaian istilah muamalat dan syariah telah cukup sebagai informasi bahwa yang

Dokumen Penawaran dikirim/disampaikan ke : Kelompok Kerja (Pokja) Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sintang Tahun Anggaran 2013 Jalan Pierre

persoalan hierarki antara kedua perangkat hukum itu sehingga kemudian menimbulkan sudut pandang yang berbeda dalam aliran monisme. mengenai superioritas antara

For the random variables that denote times in Example 5-2, determine the conditional probability density function for Y given that X ⫽ x. First the marginal density function of x

Penelitian ini menggambarkan hubungan kebiasaan belajar siswa dan hasil akademik siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris para siswa kelas II SMP Pangudi Luhur Sedayu