P
ERKEMBANGAN
P
EREKONOMIAN
D
AERAH
P
ROVINSI
B
ENGKULU
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
PROVINSI BENGKULU
Penerbit :
Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter –
Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Jl. A. Yani No.1
BENGKULU
i|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t
Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
`|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan.
a|Ät| fàÜtàxz|á bÜztÇ|átá| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan.
i|á| ^tÇàÉÜ UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t UxÇz~âÄâ
Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian.
`|á| ^tÇàÉÜ UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t UxÇz~âÄâ
KATA PENGANTAR
Penerbitan Perkembangan Perekonomian Daerah ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi, moneter dan perbankan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Pemerintah Daerah maupun instansi lainnya guna merumuskan suatu kebijakan. Perkembangan Perekonomian Daerah merupakan pengembangan dari Kajian Ekonomi Regional (KER) yang diterbitkan secara triwulanan dan tahunan.
Dalam kajian ini dibahas mengenai perkembangan perekonomian regional Provinsi Bengkulu, yang meliputi perkembangan kegiatan sektor riil dan perkembangan kegiatan sektor moneter perbankan, khususnya selama Triwulan II tahun 2008 dan membandingkannya dengan periode/kondisi laporan sebelumnya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam kajian yang kami susun ini, oleh karena itu kritik serta saran dari pengguna/pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan terbitan berikutnya.
Akhirnya kami berharap, semoga terbitan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bengkulu, Agustus 2008 BANK INDONESIA BENGKULU
Syarifuddin Bassara Pemimpin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GRAFIK ... v
RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU ... 3
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 5
1.1. PDRB SISI PENGGUNAAN ... 6
1.1.1. Konsumsi Daerah ... 6
1.1.2. Investasi Regional ... 9
1.1.3. Ekspor dan Impor Regional ... 10
1.2. PDRB SISI SEKTORAL ... 13
1.2.1. Sektor Pertanian ... 14
1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air ... 15
1.2.3. Sektor Jasa-Jasa ... 16
1.2.4. Sektor Bangunan ... 17
1.3. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 19
BOKS 1 Dampak Penetapan Pungutan Ekspor CPO Terhadap Harga TBS BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 21
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN DAN TAHUNAN... 21
2.2. FAKTOR PENDORONG INFLASI ... 22
2.3. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA ... 22
BOKS 2 Perubahan Tahun Dasar Dalam Penghitungan Inflasi Dari Tahun
2002 Ke Tahun 2007
BOKS 3 Hasil Rapat Forum Pengendalian Inflasi Daerah di Bengkulu
BAB III PERBANKAN ... 25
3.1. PERBANKAN ... 25
3.1.1. Gambaran Umum ... 25
3.1.2. Perkembangan Bank Umum ... 26
3.1.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ... 33
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 35
4.1. GAMBARAN SISI PENERIMAAN ... 35
4.2. GAMBARAN SISI PENNGELUARAN ... 37
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 38
5.1. SISTEM PEMBAYARAN ... 38
5.1.1. Aliran Uang Kartal (outflow-inflow) ... 38
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ... 39
5.1.3. Penemuan Uang Palsu ... 40
5.1.4. Perkembangan Kliring Lokal ... 41
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 43
6.1. PERKIRAAN EKONOMI ... 43
6.2. PERKIRAAN INFLASI DAERAH ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku
dan Konstan ... 6
Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan
PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu ... 11
Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama
Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu ... 11
Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama
Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu ... 13
Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (q-t-q) Menurut
Sektor ... 14
Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan
Usaha Provinsi Bengkulu... 14
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Kota
Bengkulu (Triwulanan, q-t-q) ... 23
Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu ... 27
Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu ... 27
Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi
Bengkulu ... 29
Tabel 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis
Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi
Bengkulu ... 30
Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Baru dan Undisbursed Loan di Provinsi
Bengkulu ... 31
Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Usaha Kecil di Provinsi Bengkulu ... 31
Tabel 3.7. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan,
Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu ... 32
Tabel 3.8. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Kredit UMKM di
Provinsi Bengkulu ... 33
Tabel 3.9. Perkembangan Kegiatan Usaha BPR di Provinsi Bengkulu ... 33
Tabel 4.1. Potensi Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu periode
Januari-Mei 2008 ... 36
Tabel 4.2. Realisasi Upah/gaji Pemda Dirinci menurut Kabupaten/Kota... 37
Tabel 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu ... 39
Tabel 5.2. Perkembangan Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Provinsi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y)
Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) ... 5
Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Bengkulu ... 7
Grafik 1.3. Beberapa Hasil Survei di Provinsi bengkulu ... 8
Grafik 1.4. Perkiraan Pengeluaran Upah/Gaji Pegawai Negeri dan Saldo Giro Pemerintah Provinsi Bengkulu ... 9
Grafik 1.5. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU ... 10
Grafik 1.6. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu ... 12
Grafik 1.7. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu ... 15
Grafik 1.8. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu ... 16
Grafik 1.9. Indikator sekor-sektor jasa di Provinsi Bengkulu ... 17
Grafik 1.10. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu ... 18
Grafik 1.11. Indikator Ketenagakerjaan di Provinsi Bengkulu... 19
Grafik 1.12. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu... 19
Grafik 1.13. Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu... 20
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu ... 21
Grafik 2.2. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa ... 23
Grafik 2.3. Realisasi Inflasi Tahun 2008 ... 24
Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu... 25
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Perbankan Provinsi Bengkulu ... 26
Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu ... 28
Grafik 3.4. Perkembangan Net Interest Margin BPR Provinsi Bengkulu ... 34
Grafik 4.1. Rekapitulasi Pendapatan Daerah pada Masing-Masing Wilayah Tahun 2008 ... 35
Grafik 4.2. Dana Milik Pemerintah di Perbankan Daerah ... 37
Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu ... 38
Grafik 5.2. Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu ... 39
Grafik 5.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Provinsi Bengkulu ... 40
Grafik 6.1. Hasil Survei SEK dan SKDU di Provinsi Bengkulu ... 44
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu secara tahunan mengalami
perlambatan pada triwulan II 2008 yaitu hanya sebesar 4,20% (y-o-y), menurun
dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 6,55%. Melambatnya laju perekonomian
terutama disebabkan melemahnya konsumsi pasca kenaikan harga BBM dan naiknya
harga pangan. Sementara di sisi penawaran, didorong oleh sektor pertanian yang
memasuki musim tanam serta signifikannya perlambatan kinerja sektor
perdagangan-hotel-restoran. Sedangkan sektor yang tumbuh di triwulan ini adalah sektor jasa-jasa
dan sektor bangunan. Selain itu, meningkatnya harga komoditas terutama untuk
batubara dan karet mendorong tingginya kegiatan ekspor daerah baik secara regional
maupun ke mancanegara.
RINGKASAN INFLASI
Inflasi Kota Bengkulu meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya, yakni
dari 7,84% menjadi 13,81% (y-o-y). Terjadinya inflasi di triwulan laporan dipengaruhi
oleh keputusan pemerintah menaikkan harga BBM di akhir bulan Mei 2008. Selain itu,
semakin meningkatnya harga komoditas pertanian di pasar internasional juga
mendorong inflasi daerah terutama untuk kelompok bahan makanan. Kelompok
bahan makanan mengalami inflasi yang paling tinggi yaitu hingga 25,85%. Tingginya
inflasi yang terjadi di triwulan laporan menyebabkan pencapaian inflasi Bengkulu
sepanjang tahun 2008 telah mencapai 9,11%.
RINGKASAN PERKEMBANGAN PERBANKAN
Perkembangan perbankan khususnya bank umum di Provinsi Bengkulu
menunjukkan hal yang positif. Beberapa indikator seperti total aset, kredit, DPK, LDR
dan NPL menunjukkan perbaikan. Dibanding triwulan sebelumnya total aset, kredit dan
DPK masing-masing tumbuh 11%, 16,91%, dan 7,66%. Sementara LDR dan NPL
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Dari hasil rekapitulasi pendapatan daerah, total pendapatan daerah pada tahun
2008 mencapai Rp4.933,37 miliar. Dari sepuluh pemerintah daerah, terlihat Provinsi
Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara memperoleh pendapatan terbesar. Realisasi
upah atau gaji pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah di Provinsi
Bengkulu pada triwulan II tahun 2008 mencapai Rp381,84 miliar. Pengeluaran gaji
tersebut mengalami kenaikan mencapai 57,2% dibanding triwulan sebelumnya.
RINGKASAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Aliran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu mengalami net cash outflow yang
cukup tinggi. Kondisi ini karena tingginya cash outflow sementara cash inflow
menurun. Sedangkan transaksi non-kas dengan menggunakan kliring terlihat
meningkat. Perputaran nominal kliring meningkat 25,54% begitu juga kliring perhari
meningkat rata-rata menjadi Rp7,67 miliar.
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERKIRAAN INFLASI
Perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III tahun 2008 diperkirakan akan
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun tidak akan setinggi pada
triwulan III tahun lalu. Melemahnya daya beli masyarakat diperkirakan belum pulih,
pasca kenaikan harga BBM. Di samping itu, harga minyak dunia saat ini yang
cenderung turun diperkirakan akan mempengaruhi komoditas primer lainnya seperti
batu bara, minyak sawit dan karet yang saat ini menjadi andalan ekspor Provinsi
Bengkulu.
Kondisi yang diperkirakan mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah
adalah perkiraan adanya musim panen di sektor pertanian. Dimana musim panen
diperkirakan akan terjadi di awal triwulan. Konsumsi diperkirakan juga meningkat
ditopang oleh kenaikan konsumsi masyarakat serta konsumsi pemerintah. Tibanya
bulan Ramadhan di akhir triwulan diperkirakan dapat meningkatkan konsumsi
masyarakat. Selain itu, meningkatnya realisasi proyek pemerintah di semester II tahun
ini diharapkan dapat menjadi pendorong ekonomi daerah.
Tekanan inflasi daerah di triwulan III tahun 2008 diperkirakan masih cukup tinggi.
Konsumsi yang meningkat berkaitan dengan datangnya bulan Ramadhan diperkirakan
dapat meningkatkan inflasi terutama untuk kelompok bahan makanan. Selain itu
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
PROVINSI BENGKULU
a. Inflasi dan PDRB
2007 2008 INDIKATOR 2006
Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II
MAKRO
IHK Kota Bengkulu 1) 151,10 156,50 158,64 165,13 112,19
Laju Inflasi (y-o-y) 6,53 7,47 5,00 7,84 13,81
PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 6.611 1.802 1.752 1.811 1.836
- Pertanian 2.624 711 683 735 734
1) pada triwulan II terjadi perubahan tahun dasar dari tahun 2002 ke tahun 2007
b. Perbankan
2007 2008 INDIKATOR 2006
Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II
Kredit (Triliun Rp) – Lokasi Proyek 2) 2,34 3,07 3,41 3,66 4,00
- Modal Kerja 0,82 1,18 1,30 1,41 1,51
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
2007 2008 INDIKATOR 2006
Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II
PERBANKAN
Kredit UMKM Bank Umum Menurut
Lokasi Proyek 2)
Kredit UMKM (Triliun Rp) 2,08 2,76 2,94 3,22 3,58
Kredit Mikro (Triliun Rp) 1,28 1,47 1,44 1,48 1,46
- Kredit Modal Kerja 0,16 0,23 0,23 0,26 0,28
- Kredit Investasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
- Kredit Konsumsi 1,09 1,21 1,18 1,19 1,15
Kredit Kecil (Triliun Rp) 0,47 0,81 0,99 1,20 1,49
- Kredit Modal Kerja 0,28 0,42 0,42 0,47 0,54
- Kredit Investasi 0,05 0,07 0,08 0,07 0,09
- Kredit Konsumsi 0,14 0,32 0,49 0,66 0,86
Kredit Menengah (Triliun Rp) 0,33 0,48 0,51 0,54 0,63
- Kredit Modal Kerja 0,25 0,35 0,36 0,37 0,41
- Kredit Investasi 0,06 0,09 0,11 0,13 0,16
- Kredit Konsumsi 0,02 0,04 0,04 0,04 0,06
NPL MKM gross (%) 2,34 - - -
BPR
Total Aset (Miliar Rp) 22 26 32 37 44
DPK (Miliar Rp) 13 15 24 21 23
- Tabungan (Miliar Rp) 7 7 - - 12
- Deposito (Miliar Rp) 6 8 - - 11
Kredit (Miliar Rp) – Lokasi Proyek 17 23 24 29 36
- Modal Kerja 8 11 12
-- Konsumsi 5 6 6 -
-- Investasi 4 6 6 -
-Kredit UMKM (Miliar Rp) 17 23 - -
-Rasio NPL Gross (%) 5,76 5,75 - -
-Rasio NPL Net (%) 5,06 - -
-LDR 130,37 150,91 103,35 137,34 159,23
2) data sampai dengan Mei 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
BAB
1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
REGIONAL
Perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan II tahun 2008 terlihat mengalami
perlambatan. Secara tahunan (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,20%,
menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 6,55%.
Melambatnya laju perekonomian terutama disebabkan karena penurunan
konsumsi rumah tangga dan pemerintah, di sisi permintaan. Sementara di sisi
penawaran, didorong oleh sektor pertanian yang memasuki musim tanam serta
signifikannya perlambatan kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran. Sedangkan
sektor yang tumbuh di triwulan ini adalah sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Selain
itu, meningkatnya harga komoditas terutama untuk batubara dan karet mendorong
tingginya kegiatan ekspor daerah baik secara regional maupun ke mancanegara.
Grafik 1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y) Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)
PDRB (skala kiri) LPE (y-o-y; skala kanan) LPE (q-t-q; skala kanan)
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
6 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan
Perekonomian Provinsi Bengkulu dari sisi penggunaan masih bertumpu
pada sektor konsumsi. Proporsi konsumsi terhadap PDRB mencapai 79,73%,
diikuti ekspor-impor dan investasi. Proporsi tersebut sedikit menurun dibanding
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 80,09%.
1.1.1. Konsumsi Daerah
Pertumbuhan secara tahunan (y-o-y) di sisi konsumsi sebagian besar
disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Pertumbuhan
untuk masing-masing konsumsi tersebut sebesar 6,60% dan 5,47%.
Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
juta rupiah kecuali dinyatakan lain
Q-II 2007 Q-II 2008 Jenis Penggunaan
Nilai Proporsi Nilai Proporsi
Pertum-buhan I. Atas Dasar Harga Berlaku
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah
4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan stok
6. Ekspor
II. Atas Dasar Harga Konstan
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah
4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan stok
6. Ekspor
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan ini terlihat mulai
melambat dan tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini juga diikuti oleh
konsumsi pemerintah. Melambatnya konsumsi masyarakat diduga
sebagai efek dari meningkatnya harga barang terutama bahan makanan
serta kenaikan harga secara umum pasca kenaikan harga BBM. Selain itu,
menurunnya kinerja sektor pertanian sebagai sektor utama perekonomian
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pada triwulan ini ada beberapa peristiwa yang dapat berpotensi
meningkatkan daya beli rumah tangga seperti, kenaikan gaji PNS yang
mencapai 20% berikut pembayaran rapel kenaikannya, pembayaran
Bantuan Langsung Tunai pada tanggal 15 Juni 2008 dan pembayaran
dana recovery pasca gempa. Kemungkinan peristiwa tersebut membantu
tingkat konsumsi rumah tangga tetap tumbuh dan tidak stagnan
ataupun mengalami kontraksi sebagaimana banyak dikhawatirkan
banyak kalangan pasca kenaikan harga BBM.
Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Bengkulu (miliar Rp)
Sumber : Lap Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu
Di sisi lain, dilihat dari kredit yang disalurkan perbankan daerah
untuk kegiatan konsumsi maka terlihat adanya peningkatan yang cukup
tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini menggambarkan adanya
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
8 Grafik 1.3. Beberapa Hasil Survei di Provinsi Bengkulu
35.00 45.00 55.00 65.00 75.00 85.00 95.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2006 2007 2008
IKK
Pembelian Barang
Sumber : Buku Survei Ekspektasi Konsumen, Survei Kegiatan Dunia Usaha dan BPS Prov. Bengkulu
Hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu menunjukkan
adanya penurunan kepercayaan masyarakat. Hal ini terlihat dari
menurunnya indeks keyakinan konsumen (IKK). Penurunan ini dipicu oleh
menurunnya indeks ekspektasi konsumen yang didorong oleh
melemahnya ekspektasi penghasilan konsumen dalam 6 bulan kedepan.
Selain itu, indeks ketepatan pembelian barang juga menurun yang
menggambarkan adanya rencana konsumen untuk menunda
konsumsinya.
Konsumsi pemerintah secara tahunan di triwulan laporan juga
terlihat melambat. Pertumbuhan konsumsi pemerintah di triwulan
laporan sebesar 5,47% sementara triwulan sebelumnya mencapai 6,55%.
Namun dilihat dari pengeluaran pemerintah daerah terkait dengan
belanja pegawai, yang memiliki porsi 27% terhadap total belanja daerah
Pemerintah Provinsi Bengkulu, terlihat adanya kenaikan yang cukup
tinggi. Kenaikan belanja pegawai mencapai 57% dibanding triwulan
sebelumnya yang disebabkan adanya pembayaran gaji ke-13 bagi
pegawai negeri sipil. Sehingga perlambatan ini diduga karena adanya
perlambatan belanja modal Pemerintah Provinsi Bengkulu yang memiliki
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Dari pengamatan fisik terhadap beberapa proyek pemerintah
daerah terutama di Kota Bengkulu, memang berjalan lambat.
Proyek-proyek besar yang menggunakan dana multiyears seperti revitalisasi
Masjid Jamik, pembenahan kawasan Pantai Panjang, pembangunan
terowongan dan monumen di sekitar kawasan gedung daerah terlihat
tersendat-sendat. Realisasi pembangunan infrastruktur fisik ini diharapkan
dapat berjalan sesuai rencana sehingga dapat menjadi stimulus dalam
meningkatkan konsumsi daerah di saat mulai melemahnya konsumsi
masyarakat pasca kenaikan harga BBM. Namun demikian tetap perlu
diperhatikan supply barang-barang terkait supaya tidak menimbulkan
efek inflasi daerah.
Grafik 1.4. Perkiraan Pengeluaran Upah/Gaji Pegawai Negeri dan Saldo Giro Pemerintah Provinsi Bengkulu
juta rupiah Perkiraan Belanja Pegawai APBD (axis kiri)
Giro Pemerintah di Perbankan Daerah (axis kanan)
Sumber : BPS Prov. Bengkulu dan Lap. Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu
1.1.2. Investasi Regional
Sementara data investasi regional yang tercatat di BPS sebagaimana
terlihat dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) dan
ditunjukkan pada tabel 1.1. di triwulan laporan mengalami kenaikan yang
cukup tinggi mencapai 4,42%. Pencatatan BPS ini merupakan investasi
yang bersifat tambahan dan dilakukan oleh pelaku ekonomi daerah
setempat yang dapat berupa tambahan bangunan atau peralatan untuk
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
10
Sebaliknya, Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia Bengkulu di triwulan II 2008 menunjukkan
hasil yang berbeda. Saldo bersih tertimbang (SBT)1
atas realisasi investasi
yang dilakukan responden menunjukkan penurunan dimana triwulan
sebelumnya SBT sebesar 22,49 menjadi 3,05. Hal ini menunjukkan lebih
sedikitnya responden yang menambah jumlah realisasi investasinya.
Perbedaan di atas disebabkan adanya konsentrasi atau segmentasi
responden yang berbeda antara BPS dengan SKDU Bank Indonesia.
Grafik 1.5. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU
7.57
3.05 20.79
21.94 22.49
0.11 10.61
45.12
37.98
-5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
2 3 4 1 2 3 4 1 2
2006 2007 2008
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Bengkulu
1.1.3. Ekspor dan Impor Regional
Menurut data BPS Provinsi Bengkulu, pada triwulan laporan terjadi
penurunan net-ekspor secara tahunan (y-o-y) sebesar 6,53%. Tren
perkembangan ekspor dan impor antar daerah/negara di triwulan laporan
dapat dilihat dari tabel 1.2. di bawah ini. Ekspor naik dari Rp531.083 juta
pada triwulan II tahun 2007 menjadi Rp571.079 juta sedangkan impor
melemah dari Rp313.014 juta menjadi Rp309.866 juta.
1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu
Net Ekspor (Impor) 279.469 287.280 220.518 257.826 261.213
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara
Perkembangan ekspor daerah ke manca negara berdasarkan
pemberitahuan ekspor barang diperkirakan juga meningkat. Tabel 1.3 di
bawah menggambarkan kegiatan perdagangan lintas negara dari dan ke
Provinsi Bengkulu yang dicatat berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB). Dari tabel tersebut terlihat adanya peningkatan ekspor
daerah ini pada triwulan laporan secara tahunan2
. Peningkatan nilai
ekspor yang cukup besar terjadi pada komoditas batubara dan CPO.
Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu
nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton
2007 2008 Mata Dagangan Ket.
Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2*
Kakao dan produk
kakao Volume 300 400 122 150 300
Nilai 6.405 10.830 9.562 9.896 9.263 20,10%
Bahan bakar
mineral Volume 198.576 290.572 305.677 311.403 247.842
Nilai 27.122 24.202 24.874 28.517 27.774 60,28%
Karet dan barang
dari karet Volume 13.542 11.743 11.864 11.882 10.554
Volume 253.781 314.490 340.372 337.448 285.459
*) angka perkiraan
Pertumbuhan nilai ekspor di triwulan laporan secara tahunan
diperkirakan mencapai 9,16%, dimana pertumbuhan ekspor batubara
mencapai 45% sementara ekspor CPO tumbuh 3%. Nilai ekspor
2
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
12
diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
harga-harga komoditas ekspor tersebut.
Trend kenaikan harga yang cukup tinggi terjadi untuk tiga
komoditas ekspor utama Bengkulu sebagaimana terlihat pada grafik 1.7
dibawah. Kenaikan harga di triwulan ini terutama dialami oleh komoditas
batubara dan karet. Secara triwulanan, harga batubara meningkat 45%
dari US$79/ton menjadi US$114/ton. Sementara komoditas karet
meningkat 13% dari US$298/kg menjadi US$337/kg.
Mengenai ekspor CPO, ternyata pungutan ekspor yang ditetapkan
pemerintah ditengarai berdampak negatif terhadap harga TBS di tingkat
petani. Di khawatirkan hal ini akan mempengaruhi produktifitas petani
kelapa sawit (lihat boks 1. Dampak Penetepan Pungutan Ekspor CPO
terhadap Harga TBS)
Grafik 1.6. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu
dalam US$
-200 400 600 800 1,000 1,200
Jan Feb M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb M ar Apr M ay Jun
2007 2008
Karet CPO Batubara
Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah
Bila dilihat dari negara pembeli (tabel 1.4 di bawah), Singapura
merupakan negara dengan nilai pembelian terbesar diikuti oleh Belgia
dan Amerika Serikat. Nilai ekspor Provinsi Bengkulu ketiga daerah ini
mencapai US$24.367 ribu atau sekitar 79% dari nilai ekspor secara
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu
nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton
2007 2008 Negara Pembeli Ket.
Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2*
Nilai 11.119 6.678 9.841 10.202 4.295
Amerika Serikat
Volume 5.619 3.326 4.782 4.409 1.681 Nilai 263 2.469 2.668 2.732 1.035
Thailand
Volume 150 85.102 93.628 92.070 31.219 Nilai 14.309 16.870 13.458 14.990 13.330
Singapura
Volume 15.003 47.972 62.439 39.233 48.128 Nilai 272 - - - -
Philipina
Volume 9.065 - - - -
Nilai 1.537 1.089 1.337 3.146 3.210
Malaysia
Volume 40.495 17.102 43.481 83.250 74.373
Nilai - - - 230 -
Hongkong
Volume - - - 101 -
Nilai - 39 - - -
Jerman
Volume - 20 - - -
Nilai 8.552 7.419 16.387 11.516 6.742
Belgia
Volume 13.794 9.992 19.198 11.524 5.441 Nilai 6.158 9.601 5.463 6.223 2.306
Lainnya
Volume 169.655 150.976 116.844 106.861 29.464
Nilai 42.210 44.165 49.154 49.039 30.918
Total
Volume 253.781 314.490 340.372 337.448 190.306
*) Data hingga bulan Mei 2008, Sumber : DSM, Bank Indonesia
1.2. PDRB Sisi Sektoral
Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi pada sebagian
besar sektor ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya hanya terjadi di sektor jasa-jasa, bangunan, pertambangan
dan penggalian serta angkutan dan komunikasi. Sektor-sektor tersebut
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
14 Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (y-o-y) Menurut
Sektor
persen
Lapangan Usaha Trw-III
2007
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Air dan Gas
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Angkutan dan Komunikasi
8. Keuangan dan Persewaan
9. Jasa-jasa
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara
Sedangkan struktur perekonomian Provinsi Bengkulu sebagaimana terlihat
dari tabel 1.6 di bawah terlihat masih didominasi oleh sektor pertanian diikuti
sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor jasa-jasa. Kontribusi ketiga sektor
ini terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu mencapai 77% di triwulan laporan.
Dengan demikian naik turunnya ketiga sektor tersebut akan sangat
mempengaruhi kinerja perekonomian Provinsi Bengkulu secara keseluruhan.
Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu
juta rupiah kecuali dinyatakan lain
Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008 Lapangan Usaha
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 351.978 20,10 353.850 19,54 357.590 19,48
7. Pengangkutan dan Komunikasi 151.645 8,66 149.361 8,25 151.268 8,24
8. Keuangan dan Persewaan 82.410 4,71 82.939 4,58 83.241 4,53
9. Jasa – jasa 292.516 16,69 299.486 16,54 314.864 17,15
PDRB 1.751.414 100,00 1.810.524 100,00 1.835.702 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara
1.2.1. Sektor Pertanian
Melambatnya perekonomian daerah di triwulan ini sebagian besar
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
porsi terbesar (40%) perlambatan sektor ini akan mengakibatkan
melambatnya ekonomi daerah. Laju pertumbuhan sektor pertanian secara
tahunan di triwulan ini hanya sebesar 3,49%, lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya yang sebesar 9,82%. Perlambatan ini kemungkinan
dipengaruhi oleh musim tanam di triwulan ini. Indikator ekspor
mancanegara untuk komoditas pertanian seperti CPO dan karet juga
terlihat melambat dibanding triwulan sebelumnya.
Hasil SKDU juga menunjukkan adanya penurunan realisasi usaha
untuk responden di sektor pertanian. Sebanyak 38% responden
menyatakan bahwa realisasi usaha mereka mengalami penurunan di
triwulan ini. Penurunan ini terutama dialami responden dari subsektor
tanaman pangan dan peternakan. Meski demikian, kredit yang disalurkan
ke sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 13% dibanding
triwulan sebelumnya.
Grafik 1.7. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu
Kredit Pertanian (Rp Juta)
100,000
Realisasi Ekspor Perkebunan (ton)
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi, diolah
1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air
Sektor listrik, gas dan air tercatat masih mengalami pertumbuhan
tahunan yang cukup tinggi di triwulan ini meski melambat dibanding
triwulan sebelumnya. Namun porsi sektor ini terhadap ekonomi daerah
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
16
Namun dilihat dari data konsumsi listrik, terlihat bahwa konsumsi
listrik di triwulan ini relatif tetap dengan triwulan sebelumnya. Adanya
pertumbuhan terlihat dari jumlah pelanggan. Pada bulan Mei jumlah
pelanggan sebanyak 213.618 sedangkan di bulan Maret sebesar
210.947.
Sementara data kredit yang disalurkan perbankan ke sektor ini di
Provinsi Bengkulu terlihat sedikit menurun dibanding triwulan
sebelumnya. Jika di triwulan lalu jumlah kredit mencapai Rp308 juta maka
di triwulan laporan sebesar Rp300 juta atau turun 2,6%. Hasil survei
SKDU juga menunjukkan adanya penurunan realisasi usaha untuk sektor
listrik, gas dan air dimana nilai SBT sebesar -0,28 atau sebagian besar
responden menyatakan realisasi usahanya menurun.
Grafik 1.8. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu
Konsumsi Listrik
Jml. Pelanggan (ribu orang, axis kiri) Konsumsi (juta KWh, axis kanan)
Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp)
250
Sumber : Bank Indonesia dan PLN Bengkulu, diolah
1.2.3. Sektor Jasa - Jasa
Pertumbuhan di sektor jasa-jasa secara tahunan pada triwulan II
tahun 2008 mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 11,65%.
Porsi sektor ini terhadap ekonomi daerah juga cukup besar yaitu
mencapai 17,15%. Sehingga di triwulan laporan, sektor ini menjadi
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Dilihat dari pembiayaan perbankan maka terlihat adanya
pertumbuhan yang cukup signifikan untuk sektor ini. Kredit yang
disalurkan perbankan daerah ke sektor jasa-jasa pada bulan Juni 2008
mencapai Rp328 miliar atau tumbuh sebesar 14% dibanding triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan terutama dialami untuk jasa-jasa dunia usaha
yang tumbuh sebesar 38%.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha di triwulan II tahun 2008 juga
menunjukkan adanya peningkatan realisasi usaha. Hal ini terlihat dari
meningkatnya hasil saldo bersih tertimbang (SBT) dimana SBT triwulan ini
sebesar 0,29. Sebagian besar responden menjawab bahwa realisasi usaha
mereka mengalami peningkatan di triwulan ini.
Grafik 1.9. Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu
-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000
I II III IV I II III IV I II 2006 2007 2008
Kredit Sektor Jasa (juta Rp)
PDRB Sektor Jasa (juta Rp) Realisasi Sektor Jasa (Hasil SKDU)
( 0.20) -0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Prov. Bengkulu, diolah
1.2.4. Sektor Bangunan
Laju pertumbuhan sektor bangunan secara tahunan mencapai
8,38% dengan porsi terhadap ekonomi daerah sebesar 2,98%. Dengan
porsi yang relatif kecil maka tingginya pertumbuhan belum memberikan
kontribusi signifikan bagi ekonomi Bengkulu. Pertumbuhan sektor ini
ditengarai oleh adanya pengembangan infrastruktur oleh pemerintah
daerah serta maraknya beberapa proyek konstruksi dan perumahan di
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
18 Grafik 1.10. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu
Konsumsi Semen (ton)
Penyaluran Kredit (miliar Rp)
Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Laju pertumbuhan sektor bangunan ini tergambar pula pada
peningkatan penyaluran kredit konsumsi dalam rangka pembiayaan
perumahan. Hingga bulan Mei 2008 kredit perbankan yang disalurkan
mencapai Rp216.295 juta sementara bulan yang sama tahun sebelumnya
sebesar Rp134.173 atau meningkat 61%. Sedangkan di sisi penawaran,
kredit yang disalurkan perbankan untuk sektor konstruksi mencapai
Rp147.267 juta di bulan Mei atau meningkat hingga 161% dibanding
bulan Mei 2007.
Konsumsi semen daerah pada periode Januari hingga Juni juga
meningkat 31%. Jika di bulan Januari sampai dengan Mei tahun 2007
konsumsi semen sebesar 132.452 ton maka pada tahun ini sebesar
173.372 ton. Hal ini menandakan adanya peningkatan aktivitas sektor
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1.3. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Grafik 1.11. Indikator Ketenagakerjaan di Provinsi Bengkulu
Feb. 2007
Bekerja 95%
Tdk Bekerja
5%
Feb. 2008
Bekerja; 96% Tdk
Bekerja; 4%
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Indikator ketenagakerjaan di Provinsi Bengkulu, sebagaimana tergambar
melalui indikator pada grafik 1.11 dibawah, terlihat membaik. Dibanding bulan
Februari 2007, tingkat pengangguran di bulan Februari 2008 terlihat menurun
dari 5% menjadi 4%. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja
di Bengkulu pada tahun 2008 berjumlah 0,84 juta orang dimana jumlah yang
bekerja sebanyak 0,80 juta orang. Sehingga jumlah pengangguran sebanyak
33,29 ribu orang. Sementara jumlah pengangguran di tahun 2007 berjumlah
44,47 ribu orang.
Grafik 1.12. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu
dalam % (m-t-m)
Sumber : Badan Pusat Statistik; diolah -3%
-2% -1% 0% 1% 2% 3% 4%
Jan Feb Mar Apr Mei
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
20
Indikator kesejahteraan petani hingga bulan Mei 2008 terlihat meningkat.
Hal ini terlihat meningkatnya persentase perubahan Nilai Tukar Petani (NTP).
Persentase perubahan NTP dihitung dari besarnya perubahan NTP secara bulanan.
Pada periode bulan Mei, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari tahun 2002
menjadi 2007.
Grafik 1.13. Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu
orang kecuali persentase
Sumber : Badan Pusat Statistik; diolah
Sedangkan perkembangan penduduk miskin di Bengkulu terlihat membaik.
Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk
miskin menurun 5% dari 370.000 orang tahun 2007 menjadi 352.000 orang.
Persentase jumlah penduduk miskin juga menurun dari 22,13% menjadi 20,64%
tahun 2008.
340000 345000 350000 355000 360000 365000 370000 375000
2007 2008
20% 20% 21% 21% 22% 22% 23%
BOKS 1
DAMPAK PENETAPAN PUNGUTAN EKSPOR CPO TERHADAP HARGA TBS
Berkaitan dengan kegiatan ekspor ada hal yang perlu dicermati oleh pihak
yang berkepentingan, bahwa dengan pengenaan pungutan ekspor (PE) yang
progresif untuk ekspor crude palm oil (CPO) ternyata berdampak negatif bagi
petani kelapa sawit. Pada Bulan Juli 2008 harga tandan buah segar (TBS) kelapa
sawit di Provinsi Bengkulu jatuh cukup dalam hingga menjadi Rp1.200/kg,
padahal pada bulan sebelumnya masih mencapai Rp1.200/kg. Ini akibat kenaikan
harga CPO pada pasar internasional mengakibatkan PE pada bulan berikutnya
naik. Kenaikan ini oleh pengusaha CPO dibebankan kepada petani sawit. Dengan
demikian petani sawit sulit untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga
CPO.
Penetapan PE tersebut dihitung dari harga rata-rata CPO sebulan terakhir di
Rotterdam yang ditetapkan sebagai harga referensi. Bila harga referensi mencapai
850 dollar AS per ton maka berlaku tarif PE 10 persen, berikutnya bila 1.100 dollar
AS tarif 15 persen dan selanjutnya berturut-turut 1.200 dollar AS berlaku 20
persen dan 1.300 dollar PE dikenakan 25 persen.
Dengan peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah sejak 3 September
2007 ini eksportir CPO berspekulasi dengan mengantisipasi harga rata-rata CPO.
Hal ini dilakukan dengan mengamati harga CPO beberapa minggu terakhir di
Rotterdam. Selanjutnya eksportir berusaha mengambil untung sebelum tarif PE ini
ditetapkan oleh Pemerintah. Kondisi ini yang menyebabkan harga CPO sudah
anjlok terlebih dahulu, sedangkan di pasar internasional harga masih tinggi.
Berikutnya penurunan harga CPO dalam negeri ini menyebabkan harga TBS petani
anjok.
Dari sisi konsumen minyak goreng penerapan PE ini cenderung
menguntungkan karena cukup efektif meredam kenaikan harga minyak goreng
dipasaran. Saat ini harga minyak goreng stabil.
Namun demikian anjoknya harga TBS perlu mendapatkan perhatian serius,
karena dampaknya dapat mempengaruhi produktifitas petani sawit. Pemerintah
Daerah khususnya Dinas Perkebunan dapat duduk bersama dengan ekportir,
pengusaha dan petani sawit untuk mencari jalan penyelesaian. Namun, langkah
Perkembangan Inflasi Daerah
21
BAB
2
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. Perkembangan Inflasi
Perkembangan inflasi Kota Bengkulu1
pada triwulan II tahun 2008 sangat
dipengaruhi oleh keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) serta semakin tingginya harga komoditas pertanian. Pemerintah
memutuskan untuk menaikkan harga BBM pada tanggal 24 Mei 2008 rata-rata
sebesar 28,7%. Selain itu, semakin meningkatnya harga komoditas pertanian di
pasar internasional juga mendorong inflasi daerah terutama untuk kelompok
bahan makanan.
Kondisi ini menyebabkan inflasi tahunan mengalami kenaikan secara
signifikan dibanding triwulan sebelumnya, yakni dari 7,84% menjadi 13,81%.
Inflasi daerah ini bahkan lebih tinggi dibanding inflasi di tingkat nasional yang
sebesar 11,03%.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu
13,81%
7,84%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Inflasi (y-o-y) Nasional (y-o-y)
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Perkembangan Inflasi Daerah
Dari grafik 2.1 di atas terlihat pola inflasi Bengkulu akan melampaui inflasi
nasional bila inflasi nasional bergerak naik dan sebaliknya akan bergerak dibawah
inflasi nasional bila inflasi nasional bergerak ke turun.
Perhitungan inflasi yang dilakukan BPS pada bulan Juni mengalami
perubahan dibanding periode sebelumnya. Dimana terjadi perubahan tahun
dasar dari 2002 (2002=100) menjadi tahun dasar 2007 (2007=100). Atas
perubahan tersebut, jumlah komoditi yang dipantau bertambah 30 komoditi,
yaitu dari 744 komoditi menjadi 774 komoditi. Sementara cakupan kota
bertambah 21 kota dari 45 kota menjadi 66 kota (lihat boks 2, Perubahan Tahun
Dasar dalam Penghitungan Inflasi dari Tahun 2002 ke Tahun 2007).
2.2. Faktor Pendorong Inflasi
Tingginya inflasi di triwulan ini terutama didorong oleh kenaikan BBM
yang dilakukan pemerintah pada tanggal 24 Mei 2008. Pemerintah memutuskan
menaikkan harga BBM sebagai dampak dari terus meningkatnya harga minyak
mentah dunia. Melalui keputusan tersebut, rata-rata harga BBM naik sebesar
28,7% dimana harga bensin menjadi Rp6.000/liter, solar Rp5.500/liter dan
minyak tanah menjadi Rp2.500/liter.
Sebagai dampak pertama (first round effect) dari kenaikan BBM adalah
meningkatnya biaya transportasi. Tarif angkutan kota di Kota Bengkulu
meningkat rata-rata 25% dimana tarif penumpang umum naik dari Rp1.800
menjadi Rp2.500/penumpang dan untuk pelajar dari Rp1.000 menjadi
Rp1.500/penumpang. Tarif angkutan antar kota juga meningkat antara 15%
hingga 30%. Hal ini terjadi untuk biaya pengangkutan dari dan ke Provinsi
Bengkulu.
Kenaikan harga barang tidak dapat dihindari sebagai dampak dari
kenaikan biaya pengangkutan. Terlebih barang-barang konsumsi di Provinsi
Bengkulu sebagian besar berasal dari daerah di luar Provinsi. Sehingga hal ini
mendorong kenaikan inflasi yang cukup tinggi di triwulan laporan.
2.3. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa
Pada tabel 2.1 di bawah terlihat seluruh kelompok barang/jasa
jadi-Perkembangan Inflasi Daerah
23
minuman-rokok-tembakau terlihat mengalami inflasi tertinggi dibanding
kelompok lainnya.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y)
persen
Trw I-2008 Trw II-2008 Kelompok Barang/Jasa
IHK Inflasi IHK Inflasi
Bahan makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Pengangkutan, Komunikasi dan Jasa Keuangan
178,76
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan (y-o-y) sebesar
25,85%. Inflasi atas kelompok ini terutama terjadi untuk komoditas udang
basah, minyak goreng, dan ikan mas. Sementara inflasi tahunan (y-o-y) yang
terjadi di kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau sebesar 19,92%
didorong oleh komoditas siomay, dan makanan ringan/snack. Adapun komoditas
dari kelompok lainnya yang mengalami inflasi cukup tinggi antara lain bensin,
angkutan dalam kota, batu bata ongkos bidan, seng dan kusen.
Grafik 2.2. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa
Perumahan, Air, Listrik, Gas, Bahan
Bakar, (0.46%)
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi secara bulanan (m-t-m) juga meningkat secara signifikan. Inflasi
pada bulan Juni dibanding bulan sebelumnya sebesar 4,14% dimana kelompok
yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok transpor-komunikasi-jasa
keuangan dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau. Adapun sumbangan
kelompok tersebut masing-masing sebesar 1,59% dan 1,15% (grafik 2.2 diatas).
2.4. Inflasi Periode Januari – Juni 2008
Tingginya inflasi yang terjadi di triwulan laporan menyebabkan
pencapaian inflasi Bengkulu sepanjang tahun 2008 telah mencapai 9,11%.
Pencapaian inflasi ini melebihi inflasi nasional yang sebesar 7,37%. Sebelum
adanya keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, Bank Indonesia
memperkirakan tingkat inflasi tahun 2008 berada pada kisaran 5% (± 1%).
Namun setelah adanya keputusan pemerintah tersebut maka besaran inflasi
Bengkulu akhir tahun 2008 diperkirakan sebesar 15%.
Grafik 2.3. Realisasi Inflasi Tahun 2008
7,84%
13,81%
4,09%
9,11% 8,17%
11,03%
3,41%
7,37%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2008
Bengkulu y-o-y Bengkulu y-t-d
Nasional y-o-y Nasional y-t-d
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah
Sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi di tingkat daerah maka
Kantor Bank Indonesia Bengkulu mengadakan pertemuan dengan stakeholders
terkait untuk membahas inflasi Kota Bengkulu (lihat boks 3 Hasil Rapat Forum
BOKS 2
PERUBAHAN TAHUN DASAR DALAM PENGHITUNGAN INFLASI DARI TAHUN 2002 KE TAHUN 2007
Pada bulan Juli 2008 (untuk data Juni), BPS melakukan perubahan tahun
dasar dalam penghitungan inflasi. Perubahan tersebut didasarkan hasil Survei
Biaya Hidup (SBH) tahun 2007. SBH adalah survei pengeluaran konsumsi rumah
tangga di daerah perkotaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan pola
konsumsi masyarakat sebagai bahan penyusunan diagram timbang IHK dan
penyusunan paket komoditas yang baru. Hal ini dilakukan karena pola konsumsi
masyarakat biasanya kerap berubah sejalan dengan penghasilan yang diterima.
Sehingga jika tidak dilakukan penyesuaian dikhawatirkan IHK yang diperoleh tidak
dapat mewakili kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Dengan adanya perubahan SBH ini maka cakupan kota yang disurvei
bertambah dari 45 menjadi 66 kota. Sedangkan jumlah komoditas yang disurvei
bertambah dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 komoditas tahun 2007.
Melalui perubahan tahun dasar ini maka bobot kelompok bahan makanan turun
dari 43,38% menjadi 36,12%. Sehingga beberapa komoditas yang sebelumnya
memiliki sensitivitas tinggi seperti beras dan cabe akan berkurang tingkat
sensitivitasnya. Sedangkan untuk kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan bobotnya meningkat dari 14,27% menjadi 19,12%.
Tabel 1. Penambahan Kota Dalam Penghitungan Inflasi
1. Dumai 8. Probolinggo 15 Tarakan
2. Tanjung Pinang 9. Madiun 16 Watampone
3. Bogor 10. Serang 17 Parepare
4. Sukabumi 11. Tangerang 18 Palopo
5. Bekasi 12. Bima 19 Mamuju
6. Depok 13. Maumere 20 Manokwari
7. Sumenep 14. Singkawang 21 Sorong
Melalui tabel diatas terlihat adanya penambahan kota dalam penghitungan
inflasi. Penambahan kota tersebut baik di P. Jawa maupun di luar P. Jawa. Untuk
kota di P. Jawa bertambah sebanyak 9 kota, P. Sumatera 2 kota dan selain itu
berjumlah 10 kota. Dengan adanya penambahan kota dan lebih tersebarnya kota
ini diharapkan penilaian inflasi dapat lebih mewakili kondisi Indonesia secara
BOKS 3
HASIL RAPAT FORUM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH DI BENGKULU
Pada tanggal 25 Juni 2008 Kantor Bank Indonesia Bengkulu mengadakan pertemuan dengan stakeholders dalam rangka membahas inflasi daerah. Rapat ini dihadiri unsur pimpinan Puncak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu mulai dari
Gubernur, Sekretaris Daerah dan Asisten Daerah. Peserta yang ikut rapat lainnya meliputi dinas-dinas di lingkungan Pemprov Bengkulu, Bappeda, BPS, Bulog, Pertamina, Depkeu, Polda, Perbankan dan kalangan akademisi.
Perlunya diadakan pertemuan ini didasari bahwa daerah secara keseluruhan menyumbang 73% inflasi nasional. Disamping itu, inflasi Kota Bengkulu memang cenderung tinggi, karena dalam empat tahun terakhir berada diatas tingkat inflasi nasional. Hingga Bulan Mei 2008 inflasi tahunan Kota Bengkulu sudah mencapai 13,30%, sementara inflasi nasional 10,38%. Bahkan pada Bulan Maret 2008 laju inflasi bulanan Bengkulu tercatat tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 1,96% (nasional 0,95%). Bengkulu juga pernah menjadi Kota dengan inflasi tahunan tertinggi kedua di Indonesia yaitu sebesar 25,23% (nasional 17,11%), pada tahun 2005. Selain itu, untuk komoditas tarif air minum PAM, Bengkulu pernah tercatat sebagai kota dengan inflasi tertinggi untuk komoditas tersebut pada tahun 2003 yaitu sebesar 80,99%. Untuk komoditas lain, juga pernah tercatat sebagai kota dengan inflasi tertinggi untuk kontrak rumah yaitu sebesar 25,8% di tahun 2007.
P
Pooiinn--PPooiinnPPeennttiinnggHHaassiillPPeerrtteemmuuaann
Dari pertemuan tersebut terungkap permasalahan di Bengkulu terutama menyangkut kendala transportasi akibat keterbatasan infrastruktur sehingga barang-barang kebutuhan masyarakat yang banyak didatangkan dari daerah luar memerlukan biaya yang tinggi untuk sampai di Bengkulu. Seperti Pelabuhan Pulau Baai yang hanya dapat dilalui kapal dengan muatan 1.200 ton, sedangkan kapal yang feasible untuk menggerakkan ekonomi sekitar 10.000 ton.
Di sisi lain, perkembangan ekonomi Bengkulu saat ini perlu mendapatkan perhatian seperti meningkatnya harga tandan buah segar kelapa sawit (sekitar Rp500/kg tahun 2005, Juni 2008 mencapai Rp1.800/kg), meningkatnya belanja daerah, bertambahnya investasi, penyaluran dana recovery bencana gempa dan sebagainya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya permintaan barang dan jasa dan bila tidak diimbangi dengan supply akan menimbulkan gejolak inflasi.
Bengkulu sudah mulai ada perbaikan, namun di wilayah perbatasan dengan Provinsi lain memerlukan kerja sama dengan daerah lain untuk perbaikannya. Begitupun adanya perbedaan kualitas jalan antara wilayah P. Jawa (MST >12 ton) dengan P. Sumatera (MST 8 ton). Hal itu dapat mengakibatkan cepat rusaknya jalan, karena dilalui oleh truk-truk yang membawa muatan dari Pulau Jawa dengan muatan yang lebih besar dari kualitas jalan yang dilalui.
Pada kesempatan ini, BPS Provinsi Bengkulu menginformasikan inflasi Kota Bengkulu pada bulan Mei yaitu sebesar 13,30% (y-o-y) yang dipicu kenaikan harga daging ayam ras, bensin, nasi, beras dan sewa rumah. Diungkapkan bahwa Inflasi di Bengkulu juga akibat faktor musiman, karena kebanyakan disumbang dari bahan makanan. Seperti pada musim badai, terjadi lonjakan harga ikan, dan sebaliknya pada musim melaut harga ikan jatuh. Sementara itu, pada inflasi kelompok administered, disamping tarif PDAM, tarif rumah sakit juga pernah mengalami kenaikan yang tinggi. Hal ini karena penyesuaian tarif dilakukan dalam periode yang lama (5 tahun), sehingga pada saat dilakukan penyesuaian langsung menimbulkan gejolak. Oleh karena tarif ini perlu diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan gejolak inflasi.
Pada kesempatan ini Bappeda Provinsi Bengkulu menyampaikan prioritas pembangunan Provinsi Bengkulu tahun 2008 yang dapat menunjang pengendalian inflasi yaitu yang pertama, percepatan pembangunan infrastruktur. Kedua, peningkatan perekonomian masyarakat (revitalisasi pertanian, perkebunan, perikanan & kelautan, Industri, pertambangan dan pariwisata). Sedangkan untuk program-program yang dapat ditujukan sebagai program pengendalian inflasi diantaranya meliputi: 1. program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan melalui peningkatan pengawasan peredaran barang dan jasa, 2. kegiatan monitoring pengawasan dan pengendalian BBM, 3. pembentukan tim koordinasi pengendalian subsidi dan nonsubsidi pupuk
R
ReekkoommeennddaassiiddaannTTiinnddaakkLLaannjjuutt
Perkembangan Perbankan Daerah
BAB
3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.1. Perbankan
3.1.1. Gambaran Umum
Kondisi bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan II tahun
2008 tetap menunjukkan perkembangan yang positif. Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dihimpun perbankan serta penyaluran kredit mengalami
peningkatan. Lebih tingginya peningkatan kredit dibanding DPK
mendorong semakin tingginya angka Loan to Deposit Ratio (LDR).
Sementara meski kredit meningkat cukup signifikan namun juga diikuti
dengan membaiknya Non-Performing Loan (NPL).
Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
Pertumbuhan kredit di triwulan ini mencapai 17% dibanding
triwulan sebelumnya dimana sebagian besar kredit yang dikucurkan
92.67%
Perkembangan Perbankan Daerah
perbankan masih berbentuk kredit konsumsi. Sedangkan DPK tumbuh
sebesar 8% yang sebagian besar didorong oleh peningkatan tabungan.
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank Umum Provinsi Bengkulu
400,000 900,000 1,400,000 1,900,000 2,400,000 2,900,000 3,400,000 3,900,000 4,400,000
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2
2006 2007 2008
DPK Kredit
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
Adapun kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Provinsi
Bengkulu juga menunjukkan kondisi yang sama. Dari 5 BPR yang terdapat
di Bengkulu, indikator penghimpunan DPK dan penyaluran kredit
menunjukkan peningkatan. Bahkan karena lebih tingginya peningkatan
penyaluran kredit dibandingkan dengan DPK, maka LDR BPR mengalami
kenaikan yang signifikan sehingga menjadi sebesar 159,23%.
3.1.2. Perkembangan Bank Umum
a. Kelembagaan
Secara kelembagaan, pada triwulan laporan terjadi
penambahan jaringan kantor perbankan di Provinsi Bengkulu.
Penambahan tersebut berupa dibukanya 1 kantor cabang bank
umum yaitu PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) serta
kantor cabang pembantu PT. Bank Bengkulu di Kab. Bengkulu Utara.
Dengan demikian jaringan bank umum yang beroperasi di
wilayah kerja Bank Indonesia Bengkulu sebanyak 14 bank yang terdiri
dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 Bank Pemerintah dan 9
Bank Swasta dengan 2 diantaranya merupakan bank syariah. Jaringan
kantor pelayanan bank di Provinsi Bengkulu tertera pada tabel 3.1
Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu
KP KC KCP KK Unit PP ATM
KCP : Kantor Cabang Pembantu
KK : Kantor Kas
Unit : BRI Unit
PP : Payment Point
ATM : Anjungan Tunai Mandiri
Sumber : Bank Indonesia Bengkulu
b. Perkembangan Aset
Aset perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 11%
dibanding triwulan sebelumnya atau sebesar Rp526.893 juta dari
Rp4.792 miliar menjadi Rp5.318,93 miliar. Peningkatan aset
perbankan tersebut didorong oleh meningkatnya aset bank swasta
yang mencapai 41% karena adanya tambahan cabang bank swasta.
Sementara aset bank pemerintah hanya meningkat sebesar 5,18%.
Namun dominasi jumlah aset perbankan di daerah ini sebagian besar
masih dikuasai oleh bank-bank pemerintah dengan porsi mencapai
79,41% dari total aset perbankan.
Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu
juta rupiah
Pemerintah 3.891.575 3.628.798 4.015.556 4.223.522 79,41% 5,18%
Bank
Swasta 803.574 928.467 776.477 1.095.404 20,59% 41,07%
Bank Umum (Total)
4.695.149 4.557.265 4.792.033 5.318.926 100% 11,00%
Perkembangan Perbankan Daerah
Sementara dari grafik 3.3. terlihat bahwa wilayah penyebaran
aktiva bank umum masih terpusat di wilayah Kota Bengkulu yang
pada triwulan ini memiliki porsi sebesar 68%, diikuti Kabupaten
Rejang Lebong, Kepahiang dan Lebong (41%), Kabupaten Bengkulu
Selatan, Seluma dan Kaur (21%), dan Kabupaten Bengkulu Utara dan
Muko-Muko (8%).
Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu
Rejang Lebong, Kepahiang dan Lebong
(41%)
Kota Bengkulu
(68%) Bengkulu
Selatan, Seluma dan
Kaur (21%)
Bengkulu Utara dan Muko-Muko
(8%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
Sementara dari kualitas aset, utamanya kredit yang diberikan,
mengalami perbaikan di triwulan ini. Pangsa kredit bermasalah (Non
Performing Loan/NPL) mengalami penurunan dibanding triwulan
sebelumnya dari 2,08% menjadi 1,84% dari total kredit atau sebesar
Rp68.329 juta. Besaran NPL di atas tergolong cukup baik, karena
risiko tidak tertagihnya kredit yang disalurkan oleh perbankan
semakin menurun. Bank Indonesia mensyaratkan besaran NPL ini
maksimal sebesar 5% dari total kredit.
c. Perkembangan Dana Masyarakat
Dana pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan Provinsi
Bengkulu pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 7,66%
dari Rp3.721.883 juta menjadi Rp 4.007.111 juta. Tabungan memberi
sumbangan terbesar pada peningkatan tersebut dengan
pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 14,34%. Peningkatan
Perkembangan Perbankan Daerah
milik pemerintah. Sementara giro menurun sebesar 3,07% karena
adanya penurunan giro di bank swasta yang mencapai 16,60%.
DPK perbankan di Provinsi Bengkulu masih terkonsentrasi di
bank-bank pemerintah dengan porsi mencapai 83%. Sedangkan bila
dilihat dari komposisi DPK, tabungan dan giro masing-masing
memiliki porsi sebesar 50% dan 35%, sehingga keduanya memiliki
porsi 85% dari total DPK. Sisanya, yaitu sebesar 15% berupa
deposito.
Berdasarkan komposisi DPK tersebut terlihat bahwa sebagian
besar dana yang tersimpan di perbankan merupakan dana-dana
jangka pendek. Di satu sisi dana jangka pendek tersebut tergolong
murah, namun di sisi lain mengandung potensi risiko likuiditas.
Perbankan perlu mengatur cash flow-nya secara baik agar tidak
terjadi mismatch antara ketersediaan dana dengan kebutuhannya.
Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu
juta rupiah
2007 2008 Keterangan
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2
Pert. q-t-q
Bank Umum
(Total) 3.536.013 3.491.443 3.721.883 4.007.111 7,66%
Giro 1.424.990 1.006.404 1.422.055 1.417.687 (3,07%)
Tabungan 1.566.995 1.963.901 1.753.320 2.004.808 14,34%
Deposito 544.028 521.138 546.508 584.616 6,97%
Bank
Pemerintah 2.984.294 2.827.739 3.031.210 3.309.676 9,18%
Giro 1.444.518 913.302 1.298.936 1.314.825 1,22%
Tabungan 1.221.547 1.526.630 1.339.380 1.580.491 18,00%
Deposito 408.229 387.807 392.894 414.360 5,46%
Bank Swasta 551.719 663.704 690.673 697.435 0,98%
Giro 70.472 93.102 123.119 102.862 (16,60%)
Tabungan 345.448 437.271 413.940 424.317 2,50%
Deposito 135.799 133.331 153.614 170.256 10,83%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
Bila dikaitkan dengan struktur kepemilikan dana, risiko likuiditas
untuk perbankan di Provinsi Bengkulu masih cukup rendah. Hal ini
terlihat dana perorangan masih mendominasi DPK perbankan. Porsi
kepemilikannya mencapai 58% dari keseluruhan DPK, diikuti dana
Perkembangan Perbankan Daerah
Sisanya dimiliki oleh BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, dan pemilik
lainnya.
d. Perkembangan Penyaluran Kredit
Penyaluran kredit meningkat cukup signifikan hingga 16,91%
atau sebesar Rp537.382 juta, dari Rp3.176,15 miliar menjadi
Rp3.713,54 miliar. Hal ini didukung masih relatif baiknya kondisi
ekonomi makro Provinsi Bengkulu dan juga didorong oleh belum
meningkatnya suku bunga kredit sejalan dengan kenaikan BI Rate.
Suku bunga tertimbang kredit modal kerja yang ditawarkan
perbankan saat ini berada pada kisaran 13,09%-24,09%.
Tabel 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu
juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
2007 2008 Pertumbuhan Keterangan
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Rp. %
Jenis Penggunaan 2.747.437 2.972.779 3.176.154 3.713.536 537.382 16,91%
Modal Kerja 1.032.346 1.041.788 1.126.643 1.358.269 231.626 20,55%
Investasi 270.401 337.023 303.483 348.787 45.303 14,92%
Konsumsi 1.444.690 1.593.968 1.746.028 2.006.480 260.452 14,91%
Sektor Ekonomi 2.747.437 2.972.779 3.176.154 3.713.536 537.382 16,91%
Pertanian 185.097 226.141 187.791 212.290 24.499 13,05%
Pertambangan 8.022 9.166 11.114 11.501 387 3,48%
Perindustrian 94.626 95.430 97.481 141.280 43.779 44,93%
Listrik, Air, Gas 355 330 308 300 -8 -2,60%
Konstruksi 129.981 103.064 116.491 150.782 34.291 29,44%
Perdagangan 604.054 646.992 689.565 809.643 120.078 17,41%
Pengangkutan 25.732 26.395 27.211 29.715 2.504 9,20%
Jasa dunia usaha 129.765 139.706 105.356 145.434 40.078 38,04%
Jasa sosial 113.748 120.136 182.204 182.983 779 0,43%
Lain-lain 1.456.057 1.605.419 1.758.633 2.028.978 270.345 15,37%
Kelompok Bank 2.747.437 2.972.779 3.176.154 3.713.536 537.382 16,92%
Bank Pemerintah 2.144.957 2.325.103 2.483.464 2.911.709 428.245 17,24%
Bank Swasta 602.480 647.676 692.690 801.827 109.137 15,76%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
Kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit
perbankan dengan porsi mencapai 54% dari keseluruhan kredit.
Perkembangan Perbankan Daerah
di triwulan ini yaitu 20,55%, berikutnya kredit investasi yang tumbuh
14,92%. Hal ini cukup menggembirakan karena kedua jenis kredit ini
dapat mendukung produktivitas perekonomian daerah.
Secara sektoral, sektor perindustrian dan jasa dunia usaha
tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi di triwulan laporan,
yaitu masing-masing sebesar 44,93% dan 38,04%. Sementara itu
diluar sektor konsumsi, penyaluran kredit oleh perbankan sebagian
besar masih didominasi oleh sektor perdagangan, jasa-jasa, dan
pertanian dengan porsi mencapai 36%.
Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Baru dan Undisbursed Loan
di Provinsi Bengkulu
juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
2007 2008 Pertumbuhan Keterangan
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Rp. %
Plafon 264.862 300.910 313.361 437.724 124.363 39%
Realisasi 228.240 256.200 268.240 352.891 84.651 31%
Undisbursed Loan * 4,68% 5% 6% 4,90%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu * Data akumulatif
Jumlah kredit baru yang disetujui pada triwulan laporan juga
mengalami kenaikan. Plafon kredit yang disetujui meningkat sebesar
Rp124.363 juta atau 39% dibanding triwulan sebelumnya. Dari
plafon tersebut, kredit yang telah dicairkan nasabah mencapai
Rp352.891 juta, meningkat sebesar Rp84.651 juta atau 31%.
Sedangkan jumlah kredit yang belum dicairkan nasabah mencapai
4,90% dari total kredit, turun dibanding triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 6%.
Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Usaha Kecil di Provinsi Bengkulu
juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
2007 2008 Pertumbuhan Keterangan
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Rp. %
KUK 752.207 719.289 780.559 880.290 99.731 12,78%
Total Kredit 2.747.437 2.972.779 3.176.154 3.713.536 537.382 16,92%
Proporsi (%) 27,38% 24,20% 24,58% 23,70%
Perkembangan Perbankan Daerah
Sejalan dengan meningkatnya total kredit, Kredit Usaha Kecil
(KUK) juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan KUK
mencapai 12,78% dari Rp780.559 menjadi Rp880.290 juta. Namun
lebih tingginya pertumbuhan kredit menyebabkan perubahan
proporsinya terhadap total kredit menurun dari 24,58% menjadi
23,70%.
Tabel 3.7. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu
juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
2007 2008 Pertumbuhan Keterangan
Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Rp. %
Jenis Penggunaan
2.544.148 2.712.367 2.968.967 3,462.356 493.389 16,62%
Modal Kerja 914.140 915.870 1.011.871 1,202.819 190.948 18,87%
Investasi 185.318 219.167 227.093 268.528 41.435 18,25%
Konsumsi 1.444.690 1.577.330 1.730.003 1,991.009 261.006 15,09%
Sektor Ekonomi 2.544.148 2.712.367 2.968.967 3,462.356 493.389 16,62%
Pertanian 118.910 122.799 127.576 152.317 24.741 19,39%
Pertambangan 8.022 9.166 11.114 11.501 387 3,48%
Perindustrian 18.513 19.805 21.416 29.886 8.470 39,55%
Listrik, Air, Gas 355 330 308 300 -8 -2,60%
Konstruksi 117.528 75.175 82.619 112.566 29.997 36,25%
Perdagangan 571.002 622.074 680.555 797.147 116.592 17,13%
Pengangkutan 25.732 26.395 27.211 29.715 2.504 9,20%
Jasa dunia usaha 117.881 139.706 105.356 145.434 40.078 38,04%
Jasa sosial 110.148 108.136 170.204 169.983 -221 -0,13%
Lain-lain 1.456.057 1.588.781 1.742.608 2.013.507 270.899 15,55%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
Untuk kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM), sektor perindustrian dan jasa dunia usaha juga tercatat
mengalami pertumbuhan yang pesat, yaitu masing-masing sebesar
39,55% dan 38,04%. Pola penyebaran kredit UMKM hampir mirip
dengan penyebaran total kredit perbankan, karena hampir 93,2%
kredit yang disalurkan di Provinsi Bengkulu merupakan kredit UMKM.
Sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk kegiatan
konsumsi. Namun untuk modal kerja tercatat juga cukup besar
mencapai 35% dari total kredit UMKM. Selain itu kredit ini juga
mengalami pertumbuhan tertinggi di triwulan ini yaitu sebesar