• Tidak ada hasil yang ditemukan

J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981

TENTANG

HUKUM ACARA PIDANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah negar a hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menj unj ung t inggi hak asasi manusia sert a yang menj amin segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemer int ahan dan waj ib menj unj ung hukum dan pemer int ahan it u dengan t idak ada kecualinya;

b. bahwa demi pembangunan di bidang hukum sebagaimana t ermakt ub dalam Gar is-gar is Besar Haluan Negar a (Ket et apan Maj elis Per musyawarat an .Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/ MPR/ 1978) per lu mengadakan usaha peningkat an dan penyempur naan pembinaan hukum nasional dengan mengadakan pembahar uan kodif ikasi ser t a unif ikasi hukum dalam r angkuman pelaksanaan secara nyat a dar i Wawasan Nusant ara;

c. bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian it u di bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayat i hak dan kewaj ibannya dan unt uk meningkat kan pembinaan sikap para palaksana penegak hukum sesuai dengan f ungai dan wewenang masing-masing ke arah t egaknya hukum, keadilan dan per lindungan t er hadap harkat dan mar t abat manusia, ket er t iban ser t a kepast ian hukum demi t er selenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945;

d. bahwa hukum acara pidana sebagai yang t ermuat dalam Het Her ziene Inlandsch Reglement (St aat sblad Tahun 1941 Nomor 44) dihubungkan dengan dan Undang-undang Nomor 1 Drt . Tahun 1951 (Lembar an Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan Lembar an Negara Nomor 81) ser t a semua perat ur an pelaksanaannya dan ket ent uan yang diat ur dalam perundang-undangan lainnya sepanj ang hal it u mengenai hukum acara pidana, per lu dicabut , karena sudah t idak sesuai dengan cit a-cit a hukum nasional;

(2)

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ket et apan Maj elis Per musyawarat an Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/ MPR/ 1978;

3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negar a Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negar a Nomor 2951).

Dengan perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Dengan mencabut :

1. Het Herziene Inlandsch Reglement (St aat sblad Tahun 1941 Nomor 44) dihubungkan dengan dan Undang-undang Nomor 1 Dr t . Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negar a Nomor 81) beser t a semua perat uran pelaksanaannya;

2. Ket ent uan yang diat ur dalam per at uran perundang-undangan lain; dengan ket ent uan bahwa yang t ersebut dalam angka 1 dan angka 2, sepanj ang hal it u mengenai hukum acara pidana.

Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG HUKUM ACARA PIDANA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dimaksud dalam undang-undang ini dengan :

1. Penyidik adalah pej abat polisi negara Republik Indonesia at au pej abat pegawai neger i sipil t er t ent u yang diber i wewenang khusus oleh undang-undang unt uk melakukan penyidikan.

2. Penyidikan adalah serangkaian t indakan penyidik dalam hal dan menurut car a yang diat ur dalam undang-undang ini unt uk mencar i ser t a mengumpulkan bukt i yang dengan bukt i it u membuat t er ang t ent ang t indak pidana yang t er j adi dan guna menemukan t er sangkanya.

3. Penyidik pembant u adalah pej abat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diber i wewenang t er t ent u dapat melakukan t ugas penyidikan yang diat ur dalam undang-undang ini.

4. Penyelidik adalah pej abat polisi negar a Republik Indonesia yang diber i wewenang oleh undang-undang ini unt uk melakukan penyelidikan.

5. Penyelidikan adalah serangkaian t indakan penyelidik unt uk mencar i dan menemukan suat u per ist iwa yang diduga sebagai t indak pidana guna menent ukan dapat at au t idaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.

(3)

b. Penunt ut umum adalah j aksa yang diber i wewenang oleh undang-undang ini unt uk melakukan penunt ut an dan melaksanakan penet apan hakim.

7. Penunt ut an adalah t indakan penunt ut umum unt uk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan neger i yang ber wenang dalam hal dan menurut car a yang diat ur dalam undang-undang ini dengan permint aan supaya diper iksa dan diput us oleh hakim di sidang pengadilan.

8. Hakim adalah pej abat peradilan negar a yang diber i wewenang oleh undang-undang unt uk mengadili.

9. Mengadili adalah serangkaian t indakan hakim unt uk mener ima, memer iksa dan memut us perkara pidana ber dasar kan asas bebas, j uj ur , dan t idak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menur ut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.

10. Pr aperadilan adalah wewenang pengadilan neger i unt uk memer iksa dan memut us menurut car a yang diat ur dalam undang-undang ini, t ent ang: a. sah at au t idaknya suat u penangkapan dan at au penahanan at as

permint aan t ersangka at au keluarganya at au pihak lain at as kuasa t ersangka;

b. sah at au t idaknya penghent ian penyidikan at au penghent ian penunt ut an at as permint aan demi t egaknya hukum dan keadilan; c. permint aan gant i kerugian at au rehabilit asi oleh t ersangka at au

keluarganya at au pihak lain at as kuasanya yang perkaranya t idak diaj ukan ke pengadilan.

11. Put usan pengadilan adalah per nyat aan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan t er buka, yang dapat berupa pemidanaan at au bebas at au lepas dar i segala t unt ut an hukum dalam hal ser t a menurut car a yang diat ur dalam undang-undang ini.

12. Upaya hukum adalah hak t er dakwa at au penunt ut umum unt uk t idak mener ima put usan pengadilan yang berupa per lawanan at au banding at au kasasi at au hak t er pidana unt uk mengaj ukan permohonan peninj auan kembali dalam hal ser t a menur ut car a yang diat ur -dalam undang-undang ini.

13. Penasihat hukum adalah seor ang yang memenuhi syarat yang dit ent ukan oleh at au ber dasar undang-undang unt uk member i bant uan hukum. 14. Tersangka adalah seorang yang karena per buat annya at au keadaannya,

berdasarkan bukt i permulaan pat ut diduga sebagai pelaku t indak pidana. 15. Ter dakwa adalah seorang t er sangka yang dit unt ut , diper iksa dan diadili

di sidang pengadilan.

16. Penyit aan adalah serangkaian t indakan penyidik unt uk mengambil alih dan at au menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak at au t idak berger ak, ber wuj ud at au t idak ber wuj ud unt uk kepent ingan pembukt ian dalam penyidikan, penunt ut an dan peradilan.

17. Penggeledahan rumah adalah t indakan penyidik unt uk memasuki r umah t empat t inggal dan t empat t er t ut up lainnya unt uk melakukan t indakan pemer iksaan dan at au penyit aan dan at au penangkapan dalam hal dan menurut car a yang diat ur dalam undang-undang ini.

18. Penggeledahan badan adalah t indakan penyidik unt uk mengadakan pemer iksaan badan dan at au pakaian t ersangka unt uk mencar i benda yang didup ker as ada pada badannya at au dibawanya ser t a, unt uk disit a. 19. Ter t angkap t angan adalah t er t angkapnya seorang pada wakt u sedang

(4)

dipergunakan unt uk melakukan t indak pidana it u yang menunj ukkan bahwa ia adalah pelakunya at au t urut melakukan at au membant u melakukan t indak pidana it u.

20. Penangkapan adalah suat u t indakan penyidik berupa pengekangan sement ara wakt u kebebasan t ersangka at au t er dakwa apabila t er dapat cukup bukt i guna kepent ingan penyidikan at au penunt ut an dan at au peradilan dalam hal ser t a menurut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.

21. Penahanan adalah penempat an t er sangka at au t er dakwa di t empat t ert ent u oleh penyidik, at au penunt ut umum at au hakim dengan penet apannya, dalam hal sert a menurut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.

22. Gant i kerugian adalah hak seor ang unt uk mendapat pemenuhan at as t unt ut annya yang berupa imbalan sej umlah uang karena dit angkap, dit ahan, dit unt ut at aupun diadili t anpa alasan yang ber dasarkan undang-undang at au karena kekelir uan mengenai or angnya at au hukum yang dit erapkan menur ut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.

23. Rehabilit asi adalah hak seorang unt uk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat ser t a mar t abat nya yang diber ikan pada t ingkat penyidikan, penunt ut an at au peradilan karena dit angkap, dit ahan, dit unt ut at aupun diadili t anpa alasan yang berdasarkan undang-undang at au karena kekelir uan mengenai or angnya at au hukum yang dit erapkan menurut cara yang diat ur dalam undang- undang ini.

24. Laporan adalah pember it ahuan yang disampaikan oleh seor ang karena hak at au kewaj iban ber dasarkan undang-undang kepada pej abat yang ber wenang t ent ang t elah at au sedang at au diduga akan t er j adinya per ist iwa pidana.

25. Pengaduan adalah pember it ahuan diser t ai permint aan oleh pihak yang berkepent ingan kepada pej abat yang ber wenang unt uk menindak menurut hukum seorang yang t elah melakukan t indak pidana aduan yang mer ugikannya.

26. Saksi adalah orang yang dapat member ikan ket erangan guna kepent ingan penyidikan, penunt ut an dan peradilan t ent ang suat u perkara pidana yang ia dengar sendir i, ia lihat sendir i dan ia alami sendir i.

27. Ket erangan saksi adalah salah sat u alat bukt i dalam perkara pidana yang berupa ket erangan dar i saksi mengenai suat u per ist iwa pidana yang ia dengar sendir i, ia lihat sendir i dan ia alami sendir i dengan menyebut alasan dar i penget ahuannya it u.

28. Ket erangan ahli adalah ket erangan yang diber ikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus t ent ang hal yang diper lukan unt uk membuat t erang suat u perkara pidana guna kepent ingan pemer iksaan.

29. Ket erangan anak adalah ket er angan yang diber ikan oleh seorang anak t ent ang hal yang diper lukan unt uk membuat t erang suat u perkar a pidana guna kepent ingan pemer iksaan dalam hal sert a menurut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.

30. Keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai deraj at t er t ent u at au hubungan perkawinan dengan mereka yang t er libat dalam suat u pr oses pidana sebagaimana diat ur dalam undang-undang ini. 31. Sat u har i adalah dua puluh empat j am dan sat u bulan adalah wakt u t iga

puluh har i.

(5)

BAB II

RUANG LINGKUP BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG

Pasal 2

Undang-undang ini ber laku unt uk melaksanakan t at acar a per adilan dalam lingkungan peradilan umum pada semua t ingkat peradilan.

BAB III DASAR PERADILAN

Pasal 3

Peradilan dilakukan menurut car a yang diat ur dalam undang-undang ini.

BAB IV

PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM

Bagian Kesat u Penyelidik dan Penyidik

Pasal 4

Penyelidik adalah set iap pej abat polisi negara Republik Indonesia.

Pasal 5

(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 : a. karena kewaj ibannya mempunyai wewenang :

1. mener ima lapor an at au pengaduan dar i seor ang t ent ang adanya t indak pidana;

2. mencar i ket erangan dan barang bukt i;

3. menyur uh berhent i seorang yang dicur igai dan menanyakan ser t a memer iksa t anda pengenal dir i;

4. mengadakan t indakan lain menur ut hukum yang bert anggung-j awab.

b. at as per int ah penyidik dapat melakukan t indakan berupa:

1. penangkapan, larangan meninggalkan t empat , penggeledahan dan penahanan;

2. pemer iksaan dan penyit aan sur at ;

3. mengambil sidik j ar i dan memot ret seorang;

4. membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan t indakan sebagaimana t er sebut pada ayat (1) huruf a dan hur uf b kepada penyidik.

Pasal 6 (1) Penyidik adalah :

a. pej abat polisi negar a Republik Indonesia;

b. pej abat pegawai neger i sipil t er t ent u yang diber i wewenang khusus oleh undang-undang.

(2) Syar at kepangkat an pej abat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diat ur lebih lanj ut dalam perat ur an pemer int ah.

Pasal 7

(6)

a. mener ima-lapor an at au pengaduan dar i seor ang t ent ang adanya t indak pidana;

b. melakukan t indakan per t ama pada saat di t empat kej adian;

c. menyur uh berhent i seorang t er sangka dan memer iksa t anda pengenal dir i t ersangka ;

d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyit aan;

e. melakukan pemer iksaan dan penyit aan surat ; f . mengambil sidik j ar i dan memot ret seorang;

g. memanggil or ang unt uk didengar dan diper iksa sebagai t er sangka at au saksi;

h. mendat angkan or ang ahli yang diper lukan dalam hubungannya dengan pemer iksaan perkara;

i. mengadakan penghent ian penyidikan;

j . mengadakan t indakan hlain menurut hukum yang ber t anggung j awab.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menj adi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan t ugasnya berada dibawah koor dinasi dan pengawasan penyidik t er sebut dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a.

(3) Dalam melakukan t ugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), penyidik waj ib menj unj ung t inggi hukum yang ber laku.

Pasal 8

(1) Penyidik membuat ber it a acar a t ent ang pelaksanaan t indakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 dengan t idak mengur angi ket ent uan lain dalam undang-undang ini.

(2) Penyidik menyerahkan berkas per kar a kepada penunt ut umum.

(3) Penyerahan berkas perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan:

a. pada t ahap per t ama penyidik hanya menyer ahkan berkas perkara; b. dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik

menyer ahkan t anggung j awab at as t ersangka dan barang bukt i kepada penunt ut umum.

Pasal 9

Penyelidik dan penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a mempunyai wewenang melakukan t ugas masing-masing pada umumnya di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daer ah hukum masing-masing di mana ia diangkat sesuai dengan ket ent uan undang-undang.

Bagian Kedua Penyidik Pembant u

Pasal 10

(1) Penyidik pembant u adalah pej abat kepolisian negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian negar a Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkat an dalam ayat (2) pasal ini.

(7)

Pasal 11

Penyidik pembant u mempunyai wewenang seper t i t ersebut dalam Pasal 7 ayat (1), kecuali mengenai penahanan yang waj ib diber ikan dengan pelimpahan wewenang dar i penyidik.

Pasal 12

Penyidik pembant u membuat ber it a acar a dan, menyer ahkan berkas perkara kepada penyidik, kecuali per kara dengan acara pemer iksaan singkat yang dapat langsung diserahkan kepada penunt ut umum.

Bagian Ket iga Penunt ut Umum

Pasal 13

Penunt ut umum adalah j aksa yang diber i wewenang oleh undang-undang ini unt uk melakukan penunt ut an dan melaksanakan penet apan hakim.

Pasal 14 Penunt ut umum mempunyai wewenang :

a. mener ima dan memer iksa berkas perkara penyidikan dar i penyidik at au penyidik pembant u;

b. mengadakan prapenunt ut an apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhat ikan ket ent uan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan member i pet unj uk dalam r angka penyempurnaan penyidikan dar i penyidik;

c. member ikan per panj angan penahanan, melakukan penahanan at au penahanan lanj ut an dan at au mengubah st at us t ahanan set elah perkar anya dilimpahkan oleh penyidik;

d. membuat surat dakwaan;

e. melimpahkan perkara ke pengadilan;

f . menyampaikan pember it ahuan kepada t er dakwa t ent ang ket ent uan har i dan wakt u perkara disidangkan yang diser t ai surat panggilan, baik kepada t er dakwa maupun kepada saksi, unt uk dat ang pada sidang yang t elah dit ent ukan;

g. melakukan penunt ut an;

h. menut up perkara demi kepent ingan hukum;

i. mengadakan t indakan lain dalam lingkup t ugas dan t anggung j awab sebagai penunt ut umum menurut ket ent uan undang-undang ini;

j . melaksanakan penet apan hakim.

Pasal 15

Penunt ut umum menunt ut per kara t indak pidana yang t er j adi dalam daerah hukumnya menurut ket ent uan undang-undang.

BAB V

PENANGKAPAN, PENAHANAN, PENGGELEDAHAN BADAN, PEMASUKAN RUMAH, PENYITAAN DAN PEMERIKSAAN SURAT

Bagian Kesat u Penangkapan

Pasal 16

(8)

(2) Unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembant u ber wenang melakukan penangkapan.

Pasal 17

Per int ah penangkapan dilakukan t erhadap seorang yang diduga ker as melakukan t indak pidana ber dasar kan bukt i permulaan yang cukup.

Pasal 18

(1) Pelaksanaan t ugas penangkapan. dilakukan oleh pet ugas kepolisian negar a Republik Indonesia dengan memper lihat kan sur at t ugas ser t a member ikan kepada t ersangka sur at per int ah penangkapan yang mencant umkan ident it as t ersangka dan menyebut kan alasan penangkapan ser t a uraian singkat perkar a kej ahat an yang dipersangkakan ser t a t empat ia diper iksa.

(2) Dalam hal t ert angkap t angan penangkapan-dilakukan t anpa surat per int ah, dengan ket ent uan bahwa penangkap harus segera menyer ahkan t er t angkap beser t a barang bukt i yang ada kepada penyidik at au penyidik pembant u yang t erdekat .

(3) Tembusan surat per int ah penangkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) har us diber ikan kepada keluarganya seger a set elah penangkapan dilakukan.

Pasal 19

(1) Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan unt uk paling lama sat u har i.

(2) Terhadap t ersangka pelaku pelanggaran t idak diadakan penangkapan kecuali dalam hal ia t elah dipanggil secara sah dua kali ber t urut -t urut t idak memenuhi panggilan it u t anpa alasan yang sah.

Bagian Kedua Penahanan

Pasal 20

(1) unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik at au penyidik pembant u at as per int ah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ber wenang melakukan penahanan.

(2) Unt uk kepent ingan penunt ut an, penunt ut umum ber wenang melakukan penahanan at au penahanan lanj ut an.

(3) Unt uk kepent ingan pemer iksaan hakim di sidang pengadilan dengan penet apannya ber wenang melakukan penahanan.

Pasal 21

(1) Per int ah penahanan at au penahanan lanj ut an dilakukan t erhadap seorang t ersangka at au t er dakwa yang diduga keras melakukan t indak pidana ber dasar kan bukt i yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawat ir an bahwa t er sangka at au t er dakwa akan melar ikan dir i, merusak at au menghilangkan bar ang bukt i dan at au mengulangi t indak pidana.

(9)

didakwakan ser t a t empat ia dit ahan.

(3) Tembusan sur at per int ah penahanan at au penahanan lanj ut an at au penet apan hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) har us diber ikan kepada keluarganya.

(4) Penahanan t ersebut hanya dapat dikenakan t er hadap t ersangka at au t erdakwa yang melakukan t indak pidana dan at au per cobaan maupun pember ian bant uan dalam t indak pidana t ersebut dalam hal :

a. t indak pidana it u diancam dengan pidana penj ar a lima t ahun at au lebih;

b. t indak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506 Kit ab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26 Recht enor donnant ie (pelanggaran t er hadap Or donansi Bea dan Cukai, t er akhir diubah dengan St aat sblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Dr t . Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976 t ent ang Narkot ika (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086).

Pasal 22 (1) Jenis penahanan dapat berupa :

a. penahanan rumah t ahanan negara; b. penahanan rumah;

c. penahanan kot a.

(2) Penahanan r umah dilaksanakan di rumah t empat t inggal at au rumah kediaman t er sangka at au t erdakwa dengan mengadakan pengawasan t erhadapnya unt uk menghindarkan segala sesuat u yang dapat menimbulkan kesulit an dalam penyidikan, penunt ut an at au pemer iksaan di sidang pengadilan.

(3) Penahanan kot a dilaksanakan di kot a t empat t inggal at au t empat kediaman t ersangka at au t er dakwa, dengan kewaj iban bagi t ersangka at au t er dakwa melapor dir i pada wakt u yang dit ent ukan.

(4) Masa penangkapan dan at au penahanan dikurangkan seluruhnya dar i pidana yang dij at uhkan.

(5) Unt uk penahanan kot a pengurangan t ersebut seper lima dar i j umlah lamanya wakt u penahanan sedangkan unt uk penahanan rumah seper t iga dar i j umlah lamanya wakt u penahanan.

Pasal 23

(1) Penyidik at au penunt ut umum at au hakim ber wenang unt uk meng alihkan j enis penahanan yang sat u kepada j enis penahanan yang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.

(2) Pengalihan j enis penahanan dinyat akan secara t ersendir i dengan surat per int ah dar i penyidik at au penunt ut umum at au penet apan hakim yang t embusannya diber ikan kepada t ersangka at au t er dakwa sert a keluarganya dan kepada inst ansi yang berkepent ingan.

Pasal 24

(10)

(2) Jangka wakt u sebagaimana t er sebut pada ayat (1) apabila diper lukan guna kepent ingan pemer iksaan yang belum selesai, dapat diper panj ang oleh penunt ut umum yang ber wenang unt uk paling lama empat puluh har i.

(3) Ket ent uan sebagaimana t er sebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak menut up kemungkinan dikeluarkannya t er sangka dar i t ahanan sebelum berakhir wakt u penahanan t er sebut , j ika kepent ingan pemer iksaan sudah t erpenuhi.

(4) Set elah wakt u enam puluh har i t ersebut , penyidik har us sudah mengeluarkan t ersangka dar i t ahanan demi hukum.

Pasal 25

(1) Per int ah penahanan yang diber ikan oleh penunt ut umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, hanya ber laku paling lama dua puluh har i. (2) Jangka wakt u sebagaimana t er sebut pada ayat (1) apabila diper lukan

guna kepent ingan pemer iksaan yang belum selesai, dapat diper panj ang oleh ket ua pengadilan neger i yang ber wenang unt uk paling lama t iga puluh har i.

(3) Ket ent uan sebagaimana t ersebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak menut up kemungkinan dikeluarkannya t er sangka dar i t ahanan sebelum berakhir wakt u penahanan t er sebut , j ika kepent ingan pemer iksaan sudah t erpenuhi.

(4) Set elah wakt u hma puluh har i t ersebut , penunt ut umum harus sudah mengeluarkan t ersangka dar i t ahanan demi hukum.

Pasal 26

(1) Hakim pengadilan neger i yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84, guna kepent ingan pemer iksaan ber wenang mengeluarkan surat per int ah penahanan unt uk paling lama t iga puluh har i.

(2) Jangka wakt u sebagaimana t er sebut pada ayat (1) apabila diper lukan guna kepent ingan pemer iksaan yang belum selesai, dapat diper panj ang oleh ket ua pengadilan neger i yang bersangkut an unt uk paling lama enam puluh har i.

(3) Ket ent uan sebagaimana t er sebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak menut up kemungkinan dikeluarkannya t er dakwa dar i t ahanan sebelum berakhir wakt u penahanan t er sebut , j ika kepent ingan pemer iksaan sudah t erpenuhi,

(4) Set elah wakt u sembilan puluh har i walaupun perkara t ersebut belum diput us, t erdakwa har us sudah dikeluar kan dar i t ahanan demi hukum.

Pasal 27

(1) Hakim pengadilan t inggi yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87, guna kepent ingan pemeriksaan banding ber wenang mengeluarkan surat per int ah penahanan unt uk paling lama t iga puluh har i.

(2) Jangka wakt u sebagaimana t er sebut pada ayat (1) apabila diper lukan guna kepent ingan pemer iksaan yang belum selesai, dapat diper panj ang oleh ket ua pengadilan t inggi yang bersangkut an unt uk paling lama enam puluh har i.

(11)

(4) Set elah wakt u sembilan puluh har i walaupun perkara t ersebut belum diput us, t erdakwa har us sudah dikeluar kan dar i t ahanan demi hukum.

Pasal 28

(1) Hakim Mahkamah Agung yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88, guna kepent ingan pemer iksaan kasasi ber wenang mengeluarkan surat per int ah penahanan unt uk paling lama puluh har i. (2) Jangka wakt u sebagaimana t er sebut pada ayat (1) apabila diper lukan

guna kepent ingan pemer iksaan yang belum selesai, dapat diper panj ang oleh Ket ua Mahkamah Agung unt uk paling lama enam puluh har i.

(3) Ket ent uan sebagaimana t er sebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak menut up kemungkinan dikeluarkannya t er dakwa dar i t ahanan sebelum berakhir wakt u penahanan t er sebut , j ika kepent ingan pemer iksaan sudah t erpenuhi.

(4) Set elah wakt u ser at us sepuluh har i walaupun perkara t ersebut belum diput us, t erdakwa har us sudah dikeluar kan dar i t ahanan demi hukum.

Pasal 29

(1) Dikecualikan dar i j angka wakt u penahanan sebagaimana t ersebut pada Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28, guna kepent ingan pemer iksaan, penahanan t erhadap t er sangka at au t er dakwa dapat diper panj ang ber dasar alasan yang pat ut dan t idak dapat dihindar kan karena:

a. t ersangka at au t er dakwa mender it a gangguan f isik at au ment al yang berat , yang dibukt ikan dengan sur at ket erangan dokt er , at au b. perkar a yang sedang diper iksa diancam dengan pidana penj ara

sembilan t ahun at au lebih.

(2) Perpanj angan t ersebut pada ayat (1) diber ikan unt uk paling lama t iga puluh har i dan dalam hal penahanan t ersebut masih diper lukan, dapat diper panj ang lagi unt uk paling lama t iga puluh har i.

(3) Perpanj angan penahanan t er sebut at as dasar permint aan dan laporan pemer iksaan dalam t ingkat :

a. penyidikan dan penunt ut an diber ikan oleh ket ua pengadilan neger i;

b. pemer iksaan di pengadilan negar i diber ikan oleh ket ua pengadilan t inggi;

c. pemer iksaan banding-diber ikan oleh Mahkamah Agung; d. pemer iksaan kasasi diber ikan oleh Ket ua Mahkamah Agung.

(4) Penggunaan kewenangan per panj angan penahanan oleh pej abat t er sebut pada ayat (3) dilakukan secara ber t ahap dan dengan penuh t anggung j awab.

(5) Ket ent uan sebagaimana t ersebut pada ayat (2) t idak menut up kemungkinan dikeluarkannya t ersangka at au t er dakwa dar i t ahanan sebelum berakhir wakt u penahanan t er sebut , j ika kepent ingan pemer iksaan sudah dipenuhi.

(6) Set elah wakt u enam puluh har i, walaupun perkara t ersebut belum selesai diper iksa at au belum diput us, t ersangka at au t er dakwa harus sudah dikeluar kan dar i t ahanan demi hukum.

(7) Terhadap per panj angan penahanan t ersebut pada ayat (2) t ersangka at au t er dakwa dapat mengaj ukan keberat an dalam t ingkat :

a. penyidikan dan penunt ut an kepada ket ua pengadilan t inggi;

(12)

Pasal 30

Apabila t enggang wakt u penahanan sebagaimana t ersebut pada Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 at au perpanj angan penahanan sebagaimana t ersebut pada Pasal 29 t ernyat a t idak sah, t ersangka at au t er dakwa berhak mint a gant i kerugian sesuai dengan ket ent uan yang dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

Pasal 31

(1) At as permint aan t ersangka at au t er dakwa, penyidik at au penunt ut umum at au hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat mengadakan penangguhan penahanan dengan at au t anpa j aminan uang at au j aminan or ang, ber dasarkan syar at yang dit ent ukan.

(2) Kar ena j abat annya penyidik at au penunt ut umum at au hakim sewakt u-wakt u dapat mencabut penangguhan penahanan dalam hal t ersangka at au t er dakwa melanggar syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Bagian Ket iga Penggeledahan

Pasal 32

Unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan r umah at au penggeledahan pakaian at au penggeledahan badan menur ut t at acara yang dit ent ukan dalam undang-undang ini.

Pasal 33

(1) Dengan surat izin ket ua pengadilan neger i set empat penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan penggeledahan yang diper lukan.

(2) Dalam hal yang diper lukan at as per int ah t ert ulis dar i penyidik, pet ugas kepolisian negara Republik Indonesia dapat memasuki rumah.

(3) Set iap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam hal t ersangka at au penghuni menyet uj uinya.

(4) Set iap kali memasuki nunah harus disaksikan oleh kepala desa at au ket ua lingkungan dengan dua or ang saksi, dalam hal t er sangka at au penghuni menolak at au t idak hadir .

(5) Dalam wakt u dua har i set elah memasuki dan at au -menggeledah r umah, harus dibuat suat u ber it a acara dan t urunannya disampaikan kepada pemilik at au penghuni rumah yang ber sangkut an.

Pasal 34

(1) Dalam keadaan yang sangat per lu dan mendesak bilamana penyidik har us seger a ber t indak dan t idak mungkin unt uk mendapat kan surat izin t er lebih dahulu, dengan t idak mengur angi ket ent uan Pasal 33 ayat (5) penyidik dapat melakukan penggeledahan :

a. pada halaman rumah t ersangka ber t empat t inggal, ber diam at au ada dan yang ada di at asnya;

b. pada set iap t empat lain t ersangka bert empat t inggal, ber diam at au ada;

c. di t empat t indak pidana dilakukan at au t er dapat bekasnya; d. di t empat penginapan dan t empat umum lainnya.

(13)

ayat (1) penyidik t idak diper kenankan memer iksa at au menyit a surat , buku dan t ulisan lain yang t idak merupakan benda yang berhubungan dengan t indak pidana yang bersangkut an, kecuali benda yang berhubungan dengan t indak pidana yang bersangkut an at au yang diduga t elah dipergunakan unt uk melakukan t indak pidana t ersebut dan unt uk it u waj ib segera melaporkan kepada ket ua pengadilan neger i set empat guna memper oleh perset uj uannya.

Pasal 35

Kecuali dalam hal t er t angkap t angan, penyidik t idak diper kenankan memasuki : a. r uang di mana sedang ber langsung sidang Maj elis Per musyawar at an

Rakyat , Dewan Per wakilan Rakyat at au Dewan Per wakilan Rakyat Daerah;

b. t empat di mana sedang ber langsung ibadah dan at au upacar a keagamaan;

c. r uang dimana sedang ber langsung sidang pengadilan.

Pasal 36

Dalam hal penyidik harus melakukan penggeledahan rumah di luar daer ah hukumnya, dengan t idak mengurangi ket ent uan t ersebut dalar n Pasal 33, maka penggeledahan t ersebut har us diket ahui oleh ket ua pengadilan neger i dan didampingi oleh penyidik dar i daerah hukum di mana penggeledahan it u dilakukan.

Pasal 37

(1) Pada wakt u menangkap t ersangka, penyelidik hanya ber wenang menggeledah pakaian t er masuk benda yang dibawanya ser t a, apabila t erdapat dugaan ker as dengan alasan yang cukup bahwa pada t ersangka t ersebut t erdapat benda yang dapat disit a.

(2) Pada wakt u menangkap t ersangka at au dalam hal t ersangka sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibawa kepada penyidik, penyidik ber wenang menggeledah pakaian dan at au menggeledah badan t ersangka.

Bagian Keempat Penyit aan

Pasal 38

(1) Penyit aan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ket ua pengadilan neger i set empat .

(2) Dalam keadaan yang sangat per lu dan mendesak bilamana penyidik harus seger a ber t indak dan t idak mungkin unt uk mendapat kan sur at izin t er lebih dahulu, t anpa mengurangi ket ent uan ayat (1) penyidik dapat melakukan penyit aan hanya at as benda bergerak dan unt uk it u waj ib segera melapor kan kepada ket ua pengadilan neger i set empat guna memper oleh perset uj uannya.

Pasal 39 (1) Yang dapat dikenakan penyit aan adalah :

(14)

b. benda yang t elah dipergunakan secara langsung unt uk melakukan t indak pidana at au unt uk mempersiapkannya;

c. benda yang dipergunakan unt uk menghalang-halangi penyidikan t indak pidana;

d. benda yang khusus dibuat at au diper unt ukkan melakukan t indak pidana;

e. benda lain yang mempunyai hubungan lansung dengan t indak pidana yang dilakukan.

(2) Benda yang ber ada dalam sit aan kar ena perkara per dat a' at au karena pailit dapat j uga disit a unt uk kepent ingan penyidikan, penunt ut an dan mengadili perkara pidana, sepanj ang memenuhi ket ent uan ayat (1).

Pasal 40

Dalam hal t er t angkap t angan penyidik dapat menyit a benda dan alat yang t ernyat a at au yang pat ut diduga t elah dipergunakan unt uk melakukan t indak pidana at au benda lain yang dapat dipakai sebagai bar ang bukt i.

Pasal 41

Dalam hal t er t angkap t angan penyidik berwenang menyit a paket at au surat at au benda yang pengangkut annya at au pengir imannya dilakukan oleh kant or pos dan t elekomunikasi, j awat an at au perusahaan komunikasi at au pengangkut an, sepanj ang paket , surat at au benda t er sebut diperunt ukkan bagi t ersangka at au yang ber asal dar ipadanya dan unt uk it u kepada t er sangka dan at au kepada pej abat kant or pos dan t elekomunikasi, j awat an at au per usahaan komunikasi at au pengangkut an yang bersangkut an, harus diber ikan surat t anda pener imaan.

Pasal 42

(1) Penyidik ber wenang memer int ahkan kepada or ang yang menguasai benda yang dapat disit a, menyerahkan benda t ersebut kepadanya unt uk kepent ingan pemer iksaan dan kepada yang menyer ahkan benda it u har us diber ikan surat t anda pener imaan.

(2) Surat at au t ulisan lain hanya dapat diperint ahkan unt uk diserahkan kepada penyidik j ika surat at au t ulisan it u berasal dar i t ersangka at au t erdakwa at au dit uj ukan kepadanya at au kepunyaannya at au diperunt ukkan baginya at au j ikalau benda t er sebut merupakan alat unt uk melakukan t indak pidana.

Pasal 43

Penyit aan sur at at au t ulisan lain dar i mer eka yang berkewaj iban menurut undang-undang unt uk merahasiakannya, sepanj ang t idak menyangkut r ahasia negar a, hanya dapat dilakukan at as per set uj uan mer eka at au at as izin khusus ket ua pengadilan neger i set empat kecuali undang-undang menent ukan lain.

Pasal 44

(1) Benda sit aan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sit aan negar a.

(15)

Pasal 45

(1) Dalam hal benda sit aan t erdir i at as benda yang dapat lekas rusak at au yang membahayakan, sehingga t idak mungkin unt uk disimpan sampai put usan pengadilan t erhadap perkara yang ber sangkut an memper oleh kekuat an hukum t et ap at au j ika biaya penyimpanan benda t ersebut akan menj adi t er lalu t inggi, sej auh mungkin dengan perset uj uan t ersangka at au kuasanya dapat diambil t indakan sebagai ber ikut :

a. apabila perkar a masih ada dit angan penyidik at au penunt ut umum, . benda t ersebut dapat dij ual lelang at au dapat diamankan oleh penyidik at au penunt ut umum, dengan disaksikan oleh t ersangka at au kuasanya;

b. apabila perkara sudah ada dit angan pengadilan, maka benda t ersebut dapat diamankan at au dij ual lelang oleh penunt ut umum at as izin hakim yang menyidangkan perkar anya dan disaksikan oleh t er dakwa at au kuasanya.

(2) Hasil pelelangan benda yang bersangkut an yang berupa uang dipakai sebagai barang bukt i.

(3) Guna kepent ingan pembukt ian sedapat mungkin disisihkan sebagian dar i benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(4) Benda sit aan yang ber sif at t er larang at au dilarang unt uk diedarkan, t idak t ermasuk ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dir ampas unt uk dipergunakan bagi kepent ingan negar a at au unt uk dimusnahkan.

Pasal 46

(1) Benda yang dikenakan penyit aan dikembalikan kepada orang at au kepada mereka dar i siapa benda it u disit a, at au kepada or ang at au kepada mereka yang paling ber hak apabila :

a. kepent ingan penyidikan dan penunt ut an t idak memer lukan lagi; b. perkar a t er sebut t idak j adi dit unt ut karena t idak cukup bukt i at au

t ernyat a t idak merupakan t indak pidana;

c. perkar a t ersebut dikesampingkan unt uk kepent ingan umum at au perkar a t er sebut dit ut up demi hukum, kecuali apabila benda it u diperoleh dar i suat u t indak pidana at au yang diper gunakan unt uk melakukan suat u t indak pidana.

(2) Apabila perkar a sudah diput us, maka benda yang dikenakan penyit aan dikembalikan kepada orang at au kepada mereka yang disebut dalam put usan t er sebut , kecuali j ika menurut put usan hakim benda it u dir ampas unt uk negar a, unt uk dimusnahkan at au unt uk dirusakkan sampai t idak dapat dipergunakan lagi at au, j ika benda t ersebut masih diper lukan sebagai bar ang bukt i dalam perkar a lain.

Bagian Kelima Pemer iksaan Surat

Pasal 47

(1) Penyidik berhak membuka, memer iksa dan menyit a surat lain yang dikir im melalui kant or pos dan. t elekemunikasi, j awat an at au perusahaan komunikasi at au pengangkut an j ika benda t ersebut dicur igai dengan alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang sedang diper iksa, dengan izin khusus yang diber ikan unt uk it u dar i ket ua pengadilan neger i.

(16)

kant or pos dan t elekomunikasi, kepala j awat an at au perusahaan komunikasi at au pengangkut an lain unt uk menyerahkan kepadanya sur at yang dimaksud dan unt uk it u harus diber ikan surat t anda pener imaan. (3) Hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, dapat

dilakukan pada semua t ingkat pemer iksaan dalam proses peradilan menurut ket ent uan yang diat ur dalam ayat t ersebut .

Pasal 48

(1) Apabila sesudah dibuka dan diper iksa, t ernyat a bahwa sur at it u ada hubungannya dengan per kar a yang sedang diper iksa, surat t er sebut dilampirkan pada berkas perkara.

(2) Apabila sesudah diper iksa t ernyat a surat it u t idak ada hubungannya dengan perkara t er sebut , sur at it u dit ut up r api dan segera diserahkan kembali kepada kant or pos dan t elekomunikasi, j awat an at au perusahaan komunikasi at au pengangkut an lain set elah dibubuhi cap yang ber bunyi "t elah dibuka oleh penyidik" dengan dibubuhi t anggal, t andat angan beser t a ident it as penyidik.

(3) Penyidik dan par a pej abat pada semua t ingkat pemer iksaan dalam pr oses peradilan waj ib merahasiakan dengan sungguh-sungguh at as kekuat an sumpah j abat an isi surat yang dikembalikan it u.

Pasal 49

(1) Penyidik membuat ber it a acar a t ent ang t indakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 dan Pasal 75.

(2) Turunan ber it a acara t er sebut oleh penyidik dikir imkan kepada kepala kant or pos dan t elekomunikasi, kepala j awat an at au perusahaan komunikasi at au pengangkut an yang ber sangkut an.

BAB VI

TERSANGKA DAN TERDAKWA

Pasal 50

(1) Tersangka berhak segera mendapat pemer iksaan oleh penyidik dan selanj ut nya dapat diaj ukan kepada penunt ut umum.

(2) Tersangka ber hak perkaranya segera dimaj ukan ke pengadilan oleh penunt ut umum.

(3) Ter dakwa berhak seger a diadili oleh pengadilan.

Pasal 51 Unt uk mempersiapkan pembelaan :

a. t ersangka berhak unt uk diber it ahukan dengan j elas dalam bahasa yang dimenger t i olehnya t ent ang apa yang disangkakan kepadanya pada wakt u pemer iksaan dimulai;

b. t erdakwa berhak unt uk diber it ahukan dengan j elas dalam bahasa yang dimenger t i olehnya t ent ang apa yang didakwakan kepadanya.

Pasal 52

(17)

Pasal 53

(1) Dalam pemer iksaan pada t ingkat penyidikan dan pengadilan, t ersangka at au t er dakwa berhak unt uk set iap wakt u mendapat bant uan j ur u bahasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177.

(2) Dalam hal t ersangka at au t er dakwa bisu dan at au t uli diber lakukan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178.

Pasal 54

Guna kepent ingan pembelaan, t er sangka at au t er dakwa berhak mendapat bant uan hukum dar i seorang at au lebih penasihat hukum selama dalam wakt u dan pada set iap t ingkat pemer iksaan, menurut t at acara yang dit ent ukan dalam undang-undang ini.

Pasal 55

Unt uk mendapat kan penasihat hukum t ersebut dalam Pasal 54, t ersangka at au t erdakwa berhak memilih sendir i penasihat hukumnya.

Pasal 56

(1) Dalam hal t ersangka at au t erdakwa disangka at au didakwa melakukan t indak pidana yang diancam dengan pidana mat i at au ancaman pidana lima belas t ahun at au lebih at au bagi mereka yang t idak mampu yang diancam dengan pidana lima t ahun at au lebih yang t idak mempunyai penasihat hukum sendir i, pej abat yang ber sangkut an pada semua t ingkat pemer iksaan dalam pr oses peradilan waj ib menunj uk penasihat hukum bagi mereka.

(2) Set iap penasihat hukum yang dit unj uk unt uk ber t indak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), member ikan bant uannya dengan cuma-cuma.

Pasal 57

(1) Tersangka at au t er dakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ket ent uan undang-undang ini.

(2) Tersangka at au t er dakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan ber hak menghubungi dan berbicara dengan per wakilan negar anya dalam menghadapi pr oses perkaranya.

Pasal 58

Tersangka at au t er dakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan mener ima kunj ungan dokt er pr ibadinya unt uk kepent ingan kesehat an baik yang ada hubungannya dengan pr oses perkara maupun t idak.

Pasal 59

Tersangka at au t er dakwa yang dikenakan penahanan berhak diber it ahukan t ent ang penahanan at as dir inya oleh pej abat yang ber wenang, pada semua t ingkat pemer iksaan dalam proses per adilan, kepada keluarganya at au orang lain yang serumah dengan t er sangka at au t er dakwa at aupun orang lain yang bant uannya dibut uhkan oleh t ersangka at au t er dakwa unt uk mendapat kan bant uan hukum at au j aminan bagi penangguhannya.

Pasal 60

(18)

Pasal 61

Tersangka at au t erdakwa berhak secara langsung at au dengan per ant ar aan penasihat hukumnya menghubungi dan mener ima kunj ungan sanak keluarganya dalam hal yang t idak ada hubungannya dengan perkara t ersangka at au t erdakwa unt uk kepent ingan peker j aan at au unt uk kepent ingan kekeluargaan.

Pasal 62

(1) Tersangka at au t er dakwa berhak mengir im surat kepada penasihat hukumnya, dan mener ima surat dar i penasihat hukumnya dan sanak keluarga set iap kali yang diper lukan olehnya, unt uk keper luan it u bagi t ersangka at au t er dakwa disediakan alat t ulis menulis.

(2) Surat menyurat ant ar a t ersangka at au t er dakwa dengan penasihat hukumnya at au sanak keluarganya t idak diper iksa oleh penyidik, penunt ut umum, hakim at au pej abat r umah t ahanan negar a kecuali j ika t erdapat cukup alasan unt uk diduga bahwa surat menyur at it u disalahgunakan.

(3) Dalam hal sur at unt uk t ersangka at au t edakwa it u dit ilik at au diper iksa oleh penyidik, penunt ut umum, hakim at au pej abat rumah t ahanan negar a, hal it u diber it ahukan kepada t er sangka at au t er dakwa dan surat t ersebut dikir im kembali kepada pengir imnya set elah dibubuhi cap yang berbunyi "t elah dit ilik".

Pasal 63

Tersangka at au t er dakwa berhak menghubungi dan mener ima kunj ungan dar i r ohaniwan.

Pasal 64

Ter dakwa berhak unt uk diadi! i di sidang pengadilan yang t er buka unt uk umum.

Pasal 65

Tersangka at au t er dakwa ber hak unt uk mengusahakan dan mengaj ukan saksi dan at au seseor ang yang memiliki keahlian khusus guna member ikan ket erangan yang mengunt ungkan bagi dir inya.

Pasal 66

Tersangka at au t er dakwa t idak dibebani kewaj iban pembukt ian.

Pasal 67

Ter dakwa at au penunt ut umum ber hak unt uk mint a banding t erhadap put usan pengadilan t ingkat per t ama kecuali t er hadap put usan bebas, lepas dar i segala t unt ut an hukum yang menyangkut masalah kurang t epat nya penerapan hukum dan put usan pengadilan dalam acar a cepat .

Pasal 68

Tersangka at au t erdakwa berhak menunt ut gant i kerugian dan rehabilit asi sebagaimana diat ur dalam Pasal 95 dan selanj ut nya.

BAB VII BANTUAN HUKUM

Pasal 69

(19)

dalam undang-undang ini.

Pasal 70

(1) Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 berhak menghubungi dan ber bicara dengan t ersangka pada set iap t ingkat pemer iksaan dan set iap wakt u unt uk kepent ingan pembelaan perkar anya.

(2) Jika t er dapat bukt i bahwa penasihat hukum t er sebut menyalahgunakan haknya dalam pembicar aan dengan t er sangka maka sesuai dengan t ingkat pemer iksaan, penyidik, penunt ut umum at au pet ugas lembaga pemasyar akat an membeii per ingat an kepada penasihat hukum.

(3) Apabila per ingat an t er sebut t idak diindahkan, maka hubungan t ersebut diawasi oleh pej abat yang t ersebut pada ayat (2).

(4) Apabila set elah diawasi, haknya masih disalahgunakan, maka hubungan t ersebut disaksikan oleh pej abat t ersebut pada ayat (2) dan apabila set elah it u t et ap dilanggar maka hubungan selanj ut nya dilarang.

Pasal 71

(1) Penasihat hukum, sesuai dengan t ingkat pemer iksaan, dalam berhubungan dengan t ersangka diawasi oleh penyidik, penunt ut umum at au pet ugas lembaga pemasyarakat an t anpa mendengar isi pembicaraan.

(2) Dalam hal kej ahat an t er hadap keamanan negara, pej abat t ersebut pada ayat (1) dapat mendengar isi pembicaraan.

Pasal 72

At as per mint aan t ersangka at au penasihat hukumnya pej abat yang bersangkut an member ikan t ur unan ber it a acara pemer iksaan unt uk kepent ingan pembelaannya.

Pasal 73

Penasihat hukum berhak mengir im dan mener ima surat dar i t ersangka set iap kali dikehendaki olehnya.

Pasal 74

Pengur angan kebebasan hubungan ant ara penasihat hukum dan t ersangka sebagaimana t ersebut pada Pasal 70 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan Pasal 71 dilar ang, set elah perkara dilimpahkan oleh penunt ut umum kepada pengadilan neger i unt uk disidangkan, yang t embusan surat nya disampaikan kepada t ersangka at au penasihat hukumnya ser t a pihak lain dalam pr oses.

BAB VIII BERITA ACARA

Pasal 75

(1) Ber it a acara dibuat unt uk set iap t indakan t ent ang : a. pemer iksaan t er sangka;

(20)

i. pemer iksaan di t empat kej adian;

j . pelaksanaan penet apan dan put usan pengadilan;

k. pelaksanaan t indakan lain sesuai dengan ket ent uan dalam undang-undang ini.

(2) Ber it a acara dibuat oleh pej abat yang bersangkut an dalam melakukan t indakan t ersebut pada ayat (1) dan dibuat at as kekuat an sumpah j abat an.

(3) Ber it a acar a t ersebut selain dit andat angani oleh pej abat t ersebut pada ayat (2) dit andat angani pula oleh semua pihak yang t er libat dalam t indakan t ersebut pada ayat (1).

BAB IX

SUMPAH ATAU JANJI

Pasal 76

(1) Dalam hal yang ber dasarkan ket ent uan dalam undang-undang ini diharuskan adanya pengambilan sumpah at au j anj i, maka unt uk keper luan t ersebut dipakai per at uran per undang-undangan t ent ang sumpah at au j anj i yang ber laku, baik mengenai isinya maupun mengenai t at acaranya.

(2) Apabila ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak dipenuhi, maka sumpah at au j anj i t ersebut bat al menur ut hukum.

BAB X

WEWENANG PENGADILAN UNTUK MENGADILI

Bagian Kesat u Pr aperadilan

Pasal 77

Pengadilan neger i ber wenang unt uk memeriksa dan memut us, sesuai dengan ket ent uan yang diat ur dalam undang-undang ini t ent ang :

a. sah at au t idaknya penangkapan, penahanan, penghent ian penyidikan at au penghent ian penunt ut an;

b. gant i kerugian dan at au rehabilit asi bagi seorang yang perkara pidananya dihent ikan pada t ingkat penyidikan at au penunt ut an.

Pasal 78

(1) Yang melaksanakan wewenang pengadilan neger i sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 adalah praper adilan.

(2) Pr a Per adilan dipimpin oleh hakim t unggal yang dit unj uk oleh ket ua pengadilan neger i dan dibant u oleh seorang panit era.

Pasal 79

Permint aan pemer iksaan t ent ang sah at au t idaknya suat u penangkapan at au penahanan diaj ukan oleh t er sangka, keluar ga at au kuasanya kepada ket ua pengadilan neger i dengan menyebut kan alasannya.

Pasal 80

(21)

Pasal 81

Permint aan gant i ker ugian dan at au rehabilit asi akibat t idak sahnya penangkapan at au penahanan at au akibat sahnya penghent ian penyidikan at au penunt ut an diaj ukan oleh t ersangka at au pihak ket iga yang berkepent ingan kepada ket ua penpdilan neger i dengan menyebut alasannya.

Pasal 82

(1) Acara pemer iksaan praper adilan unt uk hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81 dit ent ukan sebagai ber ikut :

a. dalam wakt u t iga har i set elah dit er imanya per mint aan , hakim yang dit unj uk menet apkan har i sidang;

b. dalam memer iksa dan memut us t ent ang sah at au t idaknya penangkapan at au penahanan, sah at au t idaknya penghent ian penyidikan at au penunt ut an, permint aan gant i ker ugian dan at au r ehabilit asi akibat t idak sahnya penangkapan at au penahanan, akibat sahnya penghent ian penyidikan at au penunt ut an dan ada benda yang disit a yang t idak t er masuk alat pembukt ian, hakim mendengar ket erangan baik dar i t er sangka at au pemohon maupun dar i pej abat yang ber wenang;

c. pemer iksaan t ersebut dilakukan secara cepat dan selambat -lambat nya t uj uh har i hakim harus sudah menj at uhkan put usannya; d. dalam hal suat u per kar a sudah mulai. diper iksa oleh pengadilan neger i, sedangkan pemer iksaan mengenai permint aan kepada pra peradilan belum selesai, maka permint aan t er sebut gugur ;

e. put usan praperadilan pada t ingkat penyidikan t idak menut up kemungkinan unt uk mengadakan pemer iksaan, praperadilan lagi pada t ingkat pemer iksaan oleh penunt ut umum, j ika unt uk it u diaj ukan per mint aan baru.

(2) Put usan hakim dalam acara pemer iksaan pr aperadilan mengenai hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81, harus memuat dengan j elas dasar dan alasannya.

(3) Isi put usan selain memuat ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) j uga memuat hal sebagai ber ikut :

a. dalam hal put usan menet apkan bahwa sesuat u penangkapan at au penahanan t idak sah, maka penyidik at au j aksa penunt ut umum pada t ingkat pemer iksaan masing-masing harus seger a membebaskan t ersangka;

b. dalam hal put usan menet apkan bahwa sesuat u penghent ian penyidikan at au pent unt ut an t idak sah, penyidikan at au penunt ut an t erhadap t er sangka waj ib dilanj ut kan;

c. dalam hal put usan menet apkan bahwa suat u penangkapan at au penahanan t idak sah, maka dalam put usan dicant umkan j umlah besarnya gant i kerugian dan rehabilit asi yang diber ikan, sedangkan dalam hal suat u penghent ian penyidikan at au penunt ut an adalah sah dan t er sangkanya t idak dit ahan, maka dalam put usan dican t umkan r ehabilit asinya;

d. dalam hal put usan menet apkan bahwa benda yang disit a ada yang t idak t er masuk alat pembukt ian, maka dalam put usan dicant umkan bahwa benda t er sebut harus segera dikembalikan kepada t er sangka at au dar i siapa benda it u disit a.

(22)

Pasal 83

(1) Terhadap put usan pr aperadilan dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81 t idak dapat dimint akan banding.

(2) Dikecualikan dar i ket ent uan ayat (1) adalah put usan pr aperadilan yang menet apkan t idak sahnya penghent ian penyidikan at au penunt ut an, yang unt uk it u dapat dimint akan put usan akhir ke pengadilan t inggi dalam daerah hukum yang bersangkut an.

Bagian Kedua Pengadilan Neger i

Pasal 84

(1) Pengadilan neger i ber wenang mengadili segala perkara mengenai t indak pidana yang dilakukan dalam daer ah hukumnya.

(2) Pengadilan neger i yang di dalam daerah hukumnya t er dakwa ber t empat t inggal, berdiam t erakhir , di t empat ia diket emukan at au dit ahan, hanya ber wenang mengadili perkara t erdakwa t ersebut , apabila t empat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada t empat pengadilan neger i it u dar ipada t empat kedudukan pengadilan neger i yang di dalam daerahnya t indak pidana it u dilakukan.

(3) Apabila seorang t er dakwa melakukan beberapa t indak pidana dalam daerah hukum pelbagai pengadilan neger i, maka t iap pengadilan neger i it u masing-masing ber wenang mengadili per kara pidana it u.

(4) Terhadap beberapa per kar a pidana yang sat u sama lain ada sangkut paut nya dan dilakukan oleh seor ang dalam daerah hukum pelbagai pengadilan neger i, diadili oleh masing-masing pengadilan neger i dengan ket ent uan dibuka kemungkinan penggabungan perkara t ersebut .

Pasal 85

Dalam hal keadaan daerah t idak mengizinkan suat u pengadilan neger i unt uk mengadili suat u perkara, maka at as usul ket ua pengadilan neger i at au kepala` kej aksaan neger i yang ber sangkut an, Mahkamah Agung mengusulkan kepada Ment er i Kehakiman unt uk menet apkan at au menunj uk pengadilan neger i lain dar ipada yang t ersebut pada Pasal 84 unt uk mengadili perkara yang dimaksud.

Pasal 86

Apabila seor ang melakukan t indak pidana di luar neger i yang dapat diadili menurut hukum Republik Indonesia, maka Pengadilan Neger i Jakar t a Pusat yang ber wenang mengadilinya.

Bagian Ket iga Pengadilan Tinggi

Pasal 87

Pengadilan t inggi ber wenang mengadili perkara yang diput us oleh pengadilan neger i dalam daerah hukumnya yang dimint akan banding.

Bagian Keempat Mahkamah Agung

Pasal 88

(23)

BAB XI KONEKSITAS

Pasal 89

(1) Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang t er masuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan milit er , diper iksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali j ika menurut keput usan Ment er i Per t ahanan dan Keamanan dengan perset uj uan Ment er i Kehakiman perkar a it u harus diper iksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan milit er .

(2) Penyidikan perkar a pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh suat u t im t et ap yang t er dir i dar i penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan polisi milit er Angkat an Ber senj at a Republik Indonesia dan odit ur milit er at au odit ur milit er t inggi sesuai dengan wewenang mereka masing-masing menurut hukum yang ber laku unt uk penyidikan perkara pidana.

(3) Tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dibent uk dengan surat keput usan bersama Ment er i Per t ahanan dan Keamanan dan Ment er i Kehakiman.

Pasal 90

(1) Unt uk menet apkan apakah pengadilan dalam lingkungan per adilan milit er at au pengadilan dalam lingkungan peradilan umum yang akan mengadili per kar a pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1), diadakan penelit ian bersama oleh j aksa at au j aksa t inggi dan odit ur milit er at au odit ur milit er t inggi at as dasar hasil penyidikan t im t ersebut pada Pasal 89 ayat (2).

(2) Pendapat dar i penelit ian bersama t ersebut dit uangkan dalam ber it a acara yang dit andat angani oleh par a pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(3) Jika dalam penelit ian bersama it u t er dapat per sesuaian pendapat t ent ang pengadilan yang ber wenang mengadili per kara t ersebut , maka hal it u dilapor kan oleh j aksa at au j aksa t inggi kepada Jaksa Agung dan oleh odit ur milit er at au odit ur milit er t inggi kepada Odit ur Jenderal Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia.

Pasal 91

(1) Jika menur ut pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (3) t it ik ber at kerugian yang dit imbulkan oleh t indak pidana t ersebut t er let ak pada kepent ingan umum dan kar enanya perkara pidana it u harus diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, maka per wira penyerah perkara segera membuat surat keput usan penyerahan perkara yang diser ahkan melalui odit ur milit er at au odit ur milit er t inggi kepada penunt ut umum, unt uk dij adikan dasar mengaj ukan perkara t ersebut kepada pengadilan neger i yang ber wenang.

(24)

keput usan Ment er i Pert ahanan dan Keamanan yang menet apkan, bahwa perkar a pidana t er sebut diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan milit er .

(3) Surat keput usan t ersebut pada ayat (2) dij adikan dasar bagi per wira penyerah perkara dan j aksa at au j aksa t inggi unt uk menyerahkan perkar a t ersebut kepada mahkamah milit er at au mahkamah milit er t inggi.

Pasal 92

(1) Apabila perkara diaj ukan kepada pengadilan neger i sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1), maka berit a acara pemer iksaan yang dibuat oleh t im sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (2) dibubuhi cat at an oleh penunt ut umum yang mengaj ukan per kar a, bahwa ber it a acara t ersebut t elah diambil alih olehnya.

(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ber laku j uga bagi odit ur milit er at au odit ur milit er t inggi apabila perkara t ersebut akan diaj ukan kepada pengadilan dalam lingkungan peradilan milit er .

Pasal 93

(1) Apabila dalam penelit ian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (l) t erdapat per bedaan pendapat ant ara penunt ut umum dan odit ur milit er at au odit ur milit er t inggi, mereka masing-masing melaporkan t ent ang perbedaan pendapat it u secar a t er t ulis, dengan diser t ai berkas perkara yang bersangkut an melalui j aksa t inggi, kepada Jaksa Agung dan kepada Odit ur Jender al Angkat an Ber senj at a Republik Indonesia.

(2) Jaksa Agung dan Odit ur Jenderal Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia bermusyawar ah unt uk mengambil keput usan guna mengakhir i perbedaan pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(3) Dalam hal t er j adi per bedaan pendapat ant ara Jaksa Agung dan Odit ur Jenderal Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia, pendapat Jaksa Agung yang menent ukan.

Pasal 94

(1) Dalam hal perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum at au lingkungan peradilan milit er , yang mengadili perkara t er sebut adalah maj elis hakim yang t er dir i dar i sekur ang-kur angnya t iga or ang hakim. (2) Dalam hal pengadilan dalam lingkungan peradilan umum yang mengadili

perkar a pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1), maj elis hakim t er dir i dar i hakim ket ua dar i lingkungan peradilan umum dan hakim anggot a masing-masing dit et apkan dar i per adilan umum dan peradilan milit er secara ber imbang.

(3) Dalam hal pengadilan dalam lingkungan peradilan milit er yang mengadili perkar a pidana t er sebut pada Pasal 89 ayat (1), maj elis hakim t erdir i dar i, hakim ket ua dar i lingkungan peradilan milit er dan hakim anggot a secara ber imbang dar i masing-masing lingkungan per adilan milit er dan dar i per adilan umum yang diber i pangkat milit er t it uler .

(4) Ket ent uan t ersebut pada ayat (2) dan ayat (3) ber laku j uga bagi pengadilan t ingkat banding.

(25)

dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4).

BAB XII

GANTI KERUGIAN DAN REHABILITASI

Bagian Kesat u Gant i Kerugian

Pasal 95

(1) Tersangka, t er dakwa at au t er pidana berhak menunt ut gant i kerugian karena dit angkap, dit ahan, dit unt ut dan diadili at au dikenakan t indakan lain, t anpa alasan yang ber dasar kan undang-undang at au kar ena kekelir uan mengenai orangnya at au hukum yang dit er apkan.

(2) Tunt ut an gant i kerugian oleh t ersangka at au ahli war isnya at as penangkapan at au penahanan sert a t indakan lain t anpa alasan yang berdasarkan undang-undang at au karena kekelir uan mengenai orang at au hukum yang dit er apkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang perkar anya t idak diaj ukan ke pengadilan neger i, diput us di sidang pr aperadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77.

(3) Tunt ut an gant i ker ugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diaj ukan oleh t ersangka, t er dakwa, t er pidana at au ahli war isnya kepada pengadilan yang ber wenang mengadili perkara yang ber sangkut an.

(4) Unt uk memer iksa dan memut us perkara t unt ut an gant i kerugian t ersebut pada ayat (1) ket ua pengadilan sej auh mungkin menunj uk hakim yang sama yang t elah mengadili per kar a pidana yang bersangkut an.

(5) Pemer iksaan t erhadap gant i ker ugian sebagaimana t ersebut pada ayat (4) mengikut i acara pr aperadilan.

Pasal 96

(1) Put usan pember ian gant i kerugian ber bent uk penet apan.

(2) Penet apan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat dengan lengkap semua hal yang dipert imbangkan sebagai alasan bagi put usan t ersebut .

Bagian Kedua Rehabilit asi

Pasal 97

(1) Seorang berhak memper oleh rehabilit asi apabila oleh pengadilan diput us bebas at au diput us lepas dar i segala t unt ut an hukum yang put usannya t elah mempunyai kekuat an hukum t et ap.

(2) Rehabilit asi t ersebut diber ikan dan dicant umkan sekaligus dalam put usan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat . (1).

(26)

BAB XIII

PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN GANTI KERUGIAN

Pasal 98

(1) Jika suat u per buat an yang menj adi dasar dakwaan di dalam suat u pemer iksaan perkara pidana oleh pengadilan neger i menimbulkan kerugian bagi orang lain, maka hakim ket ua sidang at as permint aan or ang it u dapat menet apkan unt uk menggabungkan perkara gugat an gant i kerugian kepada per kar a pidana it u.

(2) Permint aan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diaj ukan selambat -lambat nya sebelum penunt ut umum . mengaj ukan t unt ut an pidana. Dalam hal penunt ut umum t idak hadir , permint aan diaj ukan selambat -lambat nya sebelum hakim menj at uhkan put usan.

Pasal 99

(1) Apabila pihak yang dir ugikan mint a penggabungan perkara gugat annya pada perkar a pidana sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 98, maka pengadilan neger i menimbang t ent ang kewenangannya unt uk mengadili gugat an t ersebut , t ent ang kebenaran dasar gugat an dan t ent ang hukuman penggant ian biaya yang t elah dikeluarkan oleh pihak yang dir ugikan t ersebut .

(2) Kecuali dalam hal pengadilan neger i menyat akan t idak ber wenang mengadili gugat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) at au gugat an dinyat akan t idak dapat dit er ima, put usan hakim hanya memuat t ent ang penet apan hukuman penggant ian biaya yang t elah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan.

(3) Put usan mengenai gant i kerugian dengan sendir inya mendapat kekuat an t et ap, apabila put usan pidananya j uga mendapat kekuat an hukum t et ap.

Pasal 100

(1) Apabila t er j adi penggabungan ant ar a perkara per dat a dan perkara pidana, maka penggabungan it u dengan sendir inya ber langsung dalam pemer iksaan t ingkat banding.

(2) Apabila t erhadap suat u perkara pidana t idak diaj ukan permint aan banding, maka per mint aan banding mengenai put usan gant i rugi t idak diperkenankan.

Pasal 101

Ket ent uan dar i at uran hukum acara perdat a ber laku bagi gugat an gant i kerugian sepanj ang dalam undang-undang ini t idak diat ur lain.

BAB XIV PENYIDIKAN Bagian Kesat u

Penyelidikan

Pasal 102

(27)

waj ib seger a melakukan t indakan penyelidikan yang diper lukan.

(2) Dalam hal t ert angkap t angan t anpa menunggu per int ah penyidik, penyelidik waj ib segera melakukan t indakan yang diper lukan dalam r angka penyelidikan sebagaimana t ersebut pada Pasal 5 ayat (1) hur uf b. (3) Terhadap t indakan yang dilakukan t ersebut pada ayat (1) dan ayat (2)

penyelidik waj ib membuat ber it a acar a dan melaporkannya kepada penyidik sedaerah hukum.

Pasal 103

(1) Laporan at au pengaduan yang diaj ukan secar a t er t ulis harus dit anda-t angani oleh pelapor aanda-t au pengadu.

(2) Laporan at au pengaduan yang diaj ukan secara lisan harus dicat at oleh penyelidik dan dit andat angani oleh pelapor at au pengadu dan penyelidik.

(3) Dalam hal pelapor at au pengadu t idak dapat menulis, hal it u har us disebut kan sebagai cat at an dalam lapor an at au pengaduan t ersebut .

Pasal 104

Dalam melaksanakan t ugas penyelidikan, penyelidik, waj ib menunj ukkan t anda pengenalnya.

Pasal 105

Dalam melaksanakan t ugas penyelidikan, penyelidik dikoor dinasi, diawasi dan diber i pet unj uk oleh penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

Bagian Kedua Penyidikan

Pasal 106

Penyidik yang menget ahui, mener ima laporan at au pengaduan t ent ang t er j adinya suat u per ist iwa yang pat ut diduga mer upakan t indak pidana waj ib seger a melakukan t indakan penyidikan yang diper lukan.

Pasal 107

(1) Unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a member ikan pet unj uk kepada penyidik t er sebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b dan member ikan bant uan penyidikan yang diper lukan. (2) Dalam hal suat u per ist iwa yang pat ut diduga merupakan t indak pidana

sedang dalam penyidikan oleh penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b dan kemudian dit emukan bukt i yang kuat unt uk diaj ukan kepada penunt ut umum, penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b melaporkan hal it u kepada penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

(3) Dalam hal t indak pidana t elah selesal disidik oleh penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat (1) hur uf b, ia segera menyer ahkan hasil penyidikannya kepada penunt ut umt im melalui penyidik t er sebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a.

Pasal 108

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan langkah penting yang harus dilakukan adalah mengembangkan kegiatan ekonomi yang baru yang dapat mempercepat informasi kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional

Beberapa penelitian dan alat serupa pernah dibangun dan dilakukan oleh Ilkyu Ha dari Kyungil University Korea [5], perbedaan dengan alat yang dibangun ini

Menunjuk Dokumen kami sebelumnya yaitu Dokumen Sayembara Nomor : 01/S/MA/APBD.DPUPR.CK/2017 tanggal 26 April 2017 dan Pengumuman Sayembara Nomor :

LULUS EVALUASI PENAWARAN , untuk itu diminta Saudara menghadiri Pembuktian Kualifikasi paket pekerjaan Pembangunan Ruang Praktek Siswa/Ruang Elektronika dan Komputer SMK Negeri 1

Berkaitan dengan hal tersebut pada tahun 2012 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Lampung masuk dalam 10 besar terbaik Penyelenggara Perizinan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Ke tiga lembaga ini termasuk pasar persaingan tidak sempurna karena penjual dapat menentukan harga barang mereka

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2014 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut