• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanya Jawab Seputar Gambut di Asia Tenggara, Khususnya di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanya Jawab Seputar Gambut di Asia Tenggara, Khususnya di Indonesia"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Seputar Gambut di Asia Tenggara,

Khususnya di Indonesia

O ktober 2008

Konsorsium Central Kalimantan Peatlands Project (CKPP)

BO S Foundation, CARE International Indonesia, Universitas Palangka Raya (UN PAR),

(3)
(4)
(5)

Kata Pengantar

Buku sederhana ini disajikan kepada para pembaca oleh Central Kalimantan Peatlands Project (CKPP), berisikan berbagai pertanyaan dan jawaban yang sering terlontar terkait dengan nilai, potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh lahan gambut t r o pis, khususnya di Asia Te nggar a, t e r masuk Indonesia. Didalamnya juga berisi beberapa saran pemecahan masalah serta konservasi, restorasi dan pemanfaatan lahan gambut secara bijaksana, untuk ke pe nt ingan masyar akat se r t a ke ane kar agaman h ayat i. Be b e r ap a d ian t ar an ya b e r kac a p ad a pengalaman yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan proyek CKPP di Kalimantan Tengah.

Hutan rawa gambut di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, merupakan pelabuhan bagi berbagai jenis flora dan fauna, beberapa diantaranya berperan penting bagi masyarakat lokal, baik sebagai sumber sandang, pangan maupun bahan obat-obatan.

(6)

k e m a m p u a n n ya d a la m m e n ye r a p m a u p u n menyimpan karbon jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral. Hal ini menjadi penting, terutama terkait dengan isu perubahan iklim, dimana diantaranya disebabkan oleh semakin meningkatnya e m isi gas r u m ah kac a ke u d ar a, t e r m asu k karbondioksida. Gambut menjadi sangat penting, karena disatu sisi lahan gambut dapat menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar, tetapi disisi lain degradasi hutan gambut akan melepaskan karbon dalam jumlah yang sangat be sar ke at mo sfir, khususnya melalui pengeluaran air dan kebakaran. Perhatian besar kemudian diberikan, karena dampak yang ditimbulkannya telah memberikan pengaruh se car a glo bal. D alam kait an inilah, ke r jasam a internasional sangat dibutuhkan untuk melestarikan hutan rawa gambut tropis, khususnya di Indonesia.

Kam i b e r har ap b ahw a b uku ke cil ini d ap at me mbe rikan sumbangan pe nge tahuan me nge nai kompleksitas dalam pengelolaan lahan gambut.

(7)

C e nt r al Kalimant an Pe at lands Pr o je ct (C KPP) adalah suat u ke giat an yang dike lo la suat u ko nso r sium, yang t e r dir i dar i BO SF, C ARE Int e r nat io nal Indo ne sia, Unive r sit as Palangka Raya, We t lands Int e r nat io nal dan WWF-Indo ne sia be ke r jasama e r at de ngan pe me r int ah d ae r ah d an m asyar akat se t e m p at . Pr o ye k ini m e m b e r ikan d ukungan ke p ad a p ar a p e m angku ke pe nt ingan lo kal di Kalim ant an Te ngah t e r kait ko nse r vasi hut an r aw a gambut yang t e r sisa, t e r masuk Taman N asio nal Se bangau, dan r e st o r asi hut an r aw a gambut yang t e lah diambil kayunya dan t e r bakar.

Ke giat an t e r ut ama dit ujukan pada r e st o r asi hidr o lo gi (yait u me nut up salur an dr ainase ), r e habilit asi lahan se r t a me ndukung pe mbangunan mat a pe ncahar ian masyar akat yang be r ke lanjut an, guna me nce gah at au me ngur angi t e r jadinya ke bakar an hut an r aw a gambut t ahunan yang me nye babkan e misi gas r umah kaca dan asap dalam jumlah yang sangat be sar.

(8)

Daftar Isi

Kata Pengantar

1. Pengantar mengenai lahan gambut 1

2. Lahan gambut di Asia Tenggara 9

3. Lahan gambut di Kalimantan Tengah 23

4. Pengaruh degradasi hutan dan gambut 31

5. Lahan gambut dan perubahan iklim 37

6. Lahan gambut tropis dan kelapa sawit 51

7. Solusi terhadap kehilangan lahan gambut 59

8. Central Kalimantan Peatlands Project

(CKPP) 67

(9)
(10)

1

(11)

Apakah gambut itu?

Apakah lahan gambut itu?

Dimana lahan gambut ditemukan?

Gam b ut ad alah m at e r ial o r ganik (m at i) yang t e r b e nt uk d ar i b ahan-b ahan o r ganik, se p e r t i dedaunan, batang dan cabang serta akar tumbuhan, yang terakumulasi dalam kondisi lingkungan yang tergenang air, sangat sedikit oksigen dan keasaman tinggi serta terbentuk di suatu lokasi dalam jangka waktu geologis yang lama. Gambut tersusun berlapis, membentuk susunan hingga ketebalan belasan meter.

Wilayah yang terdiri dari tanah gambut disebut se b agai lahan gam b ut , b e r up a b e r b agai t ip e ekosistem, mulai dari hutan hujan hingga wilayah tundra yang tidak memiliki tegakan tumbuhan.

(12)

beda?

Kawasan gambut secara alami bisa saja berbentuk hutan atau terbuka yang ditumbuhi dengan paku-pakuan atau perdu.

Contoh lahan gambut berhutan alami adalah hutan gambut Alder di Eropa dan hutan rawa gambut tropis basah dataran rendah di Asia Tenggara. Lahan gambut yang secara alami terbuka terdapat di w ilayah dingin Rusia dan Kanada, kawasan Everglades di Amerika Utara dan lahan gambut pegunungan tinggi (Paramos) di pegunungan Andes dan Himalaya.

(13)

Apakah kepentingan lahan gambut?

Pe nyimpan air

Kar e na ke mampuannya dalam me nyimpan dan memelihara air dalam jumlah besar, hutan rawa gambut berperan penting dalam mitigasi banjir dan menjaga ketersediaan pasokan air bersih sepanjang tahun. Lahan gambut di pegunungan, misalnya di Himalaya, Dataran Tibet dan Andes berperan penting dalam mengurangi aliran air yang terlalu deras, mengurangi banjir dan mencegah kekeringan.

Pe rt anian, ke hut anan dan pe rikanan

(14)

Ke ane karagaman hayat i

Ke kayaan jenis keanekaragaman hayati lahan gambut wilayah empat musim tidak terlalu tinggi, tetapi seringkali merupakan satu-satunya ekosistem dimana mereka bisa tumbuh dengan baik.

Lain halnya dengan lahan gambut tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, meskipun secara umum memiliki hara yang rendah.

Pe nyimpan karbon

Lahan gambut secara global menyimpan setidaknya 550 Gigaton karbon, setara dengan seluruh biomas terrestrial lainnya (hutan, rerumputan, perdu dan lainnya) dan dua kali lipat seluruh karbon yang disimpan di hutan secara global.

(15)

Bagaimana status lahan gambut

dunia ?

Sumbangan berbagai kegiatan manusia terhadap kehilangan lahan gambut (Parrish, et .al., 2008)

Eksploitasi manusia telah menyebabkan kerusakan 25% lahan gambut di muka bumi.

Sejumlah besar lahan gambut di Amerika Utara atau Rusia seringkali masih belum terjamah. Meskipun terdegradasi, proses dekomposisi di lahan gambut dingin ut ar a dan se lat an Ar ge nt ina at au C ili berlangsung lebih lamban dibanding wilayah tropis.

Pertanian 50% (25 mil ha)

Penghutanan 30% (15 mil ha)

Ekstraksi gambut 10% (5 mil ha)

Urbanisasi dan infrastruktur 5% (2 mil ha)

(16)
(17)
(18)

2

(19)

Berapakah luas dan kedalaman

lahan gambut di Asia Tenggara?

Luas lahan gambut di Asia Tenggara adalah sekitar 27 juta hektar atau sekitar 12% dari luas keseluruhan kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki sekitar 22,5 juta hektar, Malaysia 2 juta hektar dan Papua N ugini sekitar 2,6 juta hektar.

(20)

Bagaimana hutan rawa gambut

tropis di Asia Tenggara terbentuk?

Pembentukan sebagian besar hutan rawa gambut di Indonesia dimulai sekitar 5.000 hingga 8.000 tahun yang lalu. Pembentukan terjadi di wilayah basah dan seringkali berupa hamparan banjir dari sungai. Hutan rawa gambut tumbuh pada bahan-bahan organik tebal yang terakumulasi hingga saat ini, dengan laju kecepatan hanya beberapa millimeter per tahun.

(21)
(22)

Apakah kepentingan spesifik dari

lahan gambut di Asia Tenggara?

Pe nyimpan Karbon

Di Asia Tenggara, hampir seluruh gambut dataran rendah berasal dari vegetasi hutan yang memiliki kayu, dan dengan demikian kaya akan kandungan kar b o n. Be b e r ap a p e ne lit i m e nye b ut kan nilai kandungannya se kitar 60 kgC/m3. Be rdasarkan a s u m s i t e r s e b u t , s e r t a p e r k ir a a n lu a s d a n k e t e b a la n n ya , la h a n ga m b u t As ia Te n gga r a diperkirakan menyimpan sekitar 42.000 Mt karbon. Jumlah tersebut sebagian kecil saja dari karbon yang tersimpan di lahan gambut di dunia (550 Gt). Ke hilangan lahan gambut di Asia Tenggara juga sangat luar biasa dan mewakili setidaknya dua pertiga dari seluruh karbon yang hilang dari lahan gambut.

Pe nyimpan air

(23)

Ke ane karagaman hayat i

Lahan gambut Asia Tenggara memiliki kepentingan khusus untuk kelangsungan hidup berbagai jenis satwa, seperti O rang Utan Pongo pygm aeus, Harimau Sum at r a Ele phas m axim us sum at re nsis, Bad ak Sumatra Dicerorhinus sum at rensis serta jenis-jenis lain yang sudah terancam punah secara global, seperti Mentok rimba Cairina scut ulat a dan Buaya Senyulong

Tom ist om a schlegelii yang memilki populasi kecil dan terbatas pada ekosistem hutan rawa gambut.

H ab it at air h it am (gam b u t ) t r o p is m e m iliki keanekaragaman hayati ikan dan satwa akuatik lain yang me miliki tingkat ke unikan tinggi. Se bagai contoh, di Danau Sentarum, Kalimantan Barat, diketahui setidaknya 25 jenis ikan yang baru bagi ilmu pengetahuan. Sementara itu, di Selangor Utara ditemukan sekitar 100 jenis ikan, dimana 50% diantaranya hanya ditemukan di ekosistem air hitam. Di tempat yang sama juga ditemukan setidaknya 173 je nis b ur ung, d im ana 1 4 5 je nis d iant ar anya merupakan jenis-jenis penetap.

(24)

menunjukan tidak kurang dari 800 jenis tumbuh-tumbuhan telah teridentifikasi di hutan rawa gambut Malaysia Barat, dimana 5 jenis diantaranya tersebar luas di wilayah tersebut, yaitu Baccaurea bract eat a,

Cam pnosperm a coriaceum, Ilex cym osa, Madhuca m ot leyana dan St em onurus secundifloris. Sementara it u, 6 je nis lainnya dike t ahui se bagian be sar sebarannya hampir seluruhnya di hutan rawa gambut, ya it u Arc h id e n d ro n c lyp e a ria, D a c t ylo c la d u s st e nost achys, Gonyst ylus bancanus, H orsfie ldia c ra s s if o lia, S h o re a b a la n ge ra n d a n S h o re a t eysm anniana.

(25)

Pe rt anian, ke hut anan dan pe rikanan

Sebagian besar lahan gambut di wilayah Asia Tenggara sebenarnya sulit untuk dimasuki dan dijadikan sebagai areal pertanian. Hal ini menyebabkan populasi penduduk di wilayah lahan gambut cenderung relatif lebih sedikit dibandingkan dengan tipe ekosistem lainnya. Meskipun demikian, lahan gambut masih m e n a r i k p e r h a t i a n j u t a a n o r a n g u n t u k menggantungkan kehidupannya. Masyarakat sekitar m e ngam b il hasil hut an no n-kayu, p e r ikanan, perburuan dan juga kegiatan sektor kehutanan dalam skala yang lebih besar. Salah satu jenis kayu yang paling berharga, seperti Ramin, Meranti dan Kayu besi diketahui tumbuh baik di lahan gambut. Upaya untuk meningkatkan produktifitas areal melalui kegiatan pembalakan skala besar serta drainase seringkali merupakan kesalahan besar yang berulang terus menerus, dan kemudian hanya menyisakan lahan yang terbengkalai.

(26)

Apakah konsekuensi kehilangan

gambut di Asia Tenggara?

Apakah lahan gambut di Asia

Tenggara sedang terancam?

Akibat gangguan terhadap lahan gambut di Asia Te n ggar a t id ak saja p ad a fu n gsin ya se b agai p e n ge n d ali b an jir, p e n yim p an an kar b o n d an keanekaragaman hayati di wilayah ini saja, tetapi juga berpengaruh global akibat emisi karbon dioksida dalam jumlah besar.

Hampir 90% hutan rawa gambut di Asia Tenggara berada dalam ancaman drainase, konversi dan pembalakan. Antara tahun 1985 dan 2005, lahan gambut dibalak hingga rata-rata 1,3% per tahun; dengan catatan tertinggi di Kalimantan Timur (2,8% ) dan terendah di Papua (0,5% ). Ini lebih tinggi dibandingkan pada tipe hutan yang lain.

(27)

pe mbalakan. Se banyak 45% lainnya juga te lah terpengaruh oleh kegiatan pembalakan selektif dan drainase. Jutaan hektar diantaranya telah terbakar hebat. Ada beberapa luasan diantaranya yang masih berada dalam kondisi yang relatif masih baik (kurang dari 10% ), tetapi meskipun demikian, hanya 5% yang sudah masuk dalam kawasan lindung, dan itupun masih tidak luput dari ancaman pembalakan liar serta perambahan.

Kondisi lahan gambut pada pulau-pulau dengan sumber daya gambut terbesarnya di Indonesia, Sumatra, Kalimantan dan Papua (Peat-CO , 2006):2

Hutan: sebagian besar dibalak 61%

Terbakar 7%

Semak belukar (tidak ada 24%

hutan, terganggu)

Dibudidayakan/dikelola 5%

Bagaimanakah status lahan gambut

di Indonesia?

(28)

Dari seluruh luasan lahan gambut, 23% diantaranya berada di tangan para pemegang konsesi (sawit, kayu) baik digunakan m aupun t idak. Ar e al t e r se but seringkali sudah sangat terdegradasi, tetapi sulit untuk direstorasi tanpa adanya kerjasama dengan para pemegang konsesi.

Berdasakan survey dan perhitungan dari Wahyunto et al (2005), diperkirakan luas lahan gambut di Indonesia adalah sekitar 20,6 juta hektar. Luas tersebut berarti sekitar 50% luas gambut tropika atau sekitar 10,8% luas daratan Indonesia. Sebagian besar lahan gambut terdapat di Papua, Sumatra, dan Kalimantan.

Di Sumatra, luas total lahan gambut pada tahun 1990 adalah 7,2 juta hektar atau sekitar 14,9% luas Pulau Sumatra. Penyebaran utama terdapat di sepanjang dataran rendah pantai timur, terutama di Riau, Sum se l, Jam bi, Sum at r a Ut ar a dan Lam pung. Sementara itu, di Kalimantan luas lahan gambutnya sekitar 5.769.200 ha, sebagian besar di Kalimantan

(29)

Tengah (52,28% ) dan Kalimantan Barat (29,99% ). Sementara Papua memiliki 7.975.455 ha dengan sebaran di Papua, Irja Timur dan Irja Barat.

Riau 4.043.601

Luas sebaran lahan gambut di Sumatra (2002)

Luas sebaran lahan gambut di Kalimantan (2002)

Propinsi Luas Gambut (Ha.)

(30)

Luas sebaran lahan gambut di Papua (2002)

Papua 5.689.992

Irian Jaya Timur 1.311.246

Irian Jaya Barat 974.217

TOTAL 7.975.455

Sum be r : Wahyunto et .al. 2005

(31)
(32)

3

(33)

Berapakah luas gambut di

Kalimantan Tengah?

Seberapa besarkah permasalahan

gambut di Kalimantan Tengah?

Kalimantan Tengah memiliki sekitar 3 juta ha. lahan gambut atau sekitar 13.5% dari lahan gambut di seluruh Indonesia dengan ketebalan rat-rata 3 meter.

(34)

Jumlah kebakaran lahan gambut di Kalimantan Tengah

Sum be r: Hooijer, et al., 2006

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 0

(35)

Apa yang menyebabkan

permasalahan lahan gambut di

Kalimantan Tengah?

Pembalakan adalah penyebab terbesar kehialangan lahan gambut. Saluran drainase elah merusak tanah gambut dan sulit dikembalikan seperti semula.

Salah satu contoh yang paling besar dari sisi luasan m a u p u n k e g a g a l a n n y a a d a l a h k e g i a t a n Pengembangan Lahan Gambut (PLG) yang bertujuan mengkonversi 1,5 juta ha. lahan menjadi areal pertanian, meskipun banyak saran para ilmuwan yang menyatakan hal tersebut sulit untuk diwujudkan Ribuan o r ang dipindahkan ke lo kasi t e r se but , sebagian diantaranya merupakan bagian dari program transmigrasi.

(36)
(37)

Adakah upaya yang telah dilakukan

untuk mencegah degradasi lebih

lanjut pada lahan gambut di

Kalimantan Tengah?

(38)
(39)
(40)
(41)

4

(42)

Apakah pengaruh degradasi lahan

gambut bagi masyarakat lokal?

La h a n g a m b u t b e ru b a h m e n ja d i la h a n t e rbe ngkalai

De ko mpo sisi lahan gambut dapat me nur unkan permukaan tanah rata-rata 10% kedalaman drainase; Di beberapa wilayah, bisa mencapai 8 mm per tahun. Wilayah yang me ngalami subside n, pe r mukaan tanahnya menjadi relatif lebih rendah sehingga lebih rawan terhadap banjir. Wilayah seperti itu kemudian akan menjadi lahan yang terbengkalai dan kehilangan s e b a gia n b e s a r fu n gs in ya t e r k a it d e n ga n keanekaragaman hayati, pengaturan air dan mata pencaharian masyarakat. Di wilayah pantai hal tersebut menyebabkan intrusi air laut, sehingga lahan menjadi terbengkalai.

Tingkat ke miskinan yang t inggi

(43)

ke m iskinan m asyar akat lo kal kar e na se m akin menyusutnya sumber daya yang dapat dimanfaatkan, maupun semakin berkurangnya akses masyarakat terhadap sumber daya yang masih tersisa. Kemiskinan di lahan gambut, oleh karena itu, sering dianggap lebih tinggi dibandingkan pada ekosistem lainnya.

Masalah ke se hat an dan pe ngaruhnya t e rhadap se kt or lain

Banyak masyarakat lokal, baik yang tinggal di sekitar lahan gam b ut , m aup un d iluar lahan gam b ut , m e n galam i p e n d e r it aan b e r ke lan ju t an akib at kebakaran gambut yang terjadi berulang-ulang setiap tahun. Kabut asap me nye babkan pe rmasalahan kesehatan yang sangat besar dan juga berpengaruh t e r h ad ap ke h id u p an se h ar i- h ar i m asyar akat , terutama anak-anak. Lebih dari 30% anak-anak di wilayah tersebut mengalami masalah kesehatan.

Me ngurangi kapasit as pe nyimpanan air dan fungsi hidrologis lainnya

(44)

meningkatkan resiko banjir. Di banyak wilayah pedalaman yang wilayahnya terdiri dari lahan gambut, rawa gambut sering menjadi satu-satunya sumber air untuk keperluan minum dan memasak, maupun untuk kegiatan pertanian.

Ke bakaran lahan gambut pada kenyataannya juga akan memberikan dampak terhadap wilayah atau negara lainnya. Dengan mempertimbangan akibat yang ditimbulkannya, terutama berupa asap, masalah kebakaran di lahan gambut selayaknya juga menjadi perhatian regional. Tidak itu saja, penyelesaian m asalahnya juga m e m e r lukan ke r jasam a d an komitmen sungguh-sungguh secara regional dan internasional.

Dampak pembangunan yang tidak berkelanjutan, kerusakan hutan dan keanekaragaman hayatinya yang produktif serta degradasi jasa lingkungan lahan gambut adalah merupakan isu yang perlu ditangani secara nasional dan regional.

(45)
(46)
(47)

5

(48)

Perubahan iklim secara umum

Berapakah jumlah cadangan

karbon di lahan gambut secara

global ?

Atmosfir dunia se makin dipe nuhi ole h karbon dioksida yang se bagian be sar dise babkan ole h penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, pembangkit serta industri. Karbon dioksida akan m e n in gk a t k a n s u h u glo b a l d a n k e m u d ia n mempengaruhi iklim secara keseluruhan. Iklim akan menjadi lebih tidak ramah bagi manusia: lebih banyak badai, curah hujan tidak menentu serta kekeringan panjang dan sulit diprediksi.

(49)

Apakah pengaruh hilangnya lahan

gambut bagi perubahan iklim?

(50)

Di Asia Tenggara, lebih dari 2000 juta ton karbon dioksida diemisikan per tahun akibat kehilangan gambut, 90% diantaranya dari Indonesia.

Emisi t ahunan karbon dioksida dari lahan gambut Asia Te nggara (Mt /t hn)

Indonesia 516 1400 1916

Malaysia, PN G, Brunei 116 t.a.d 116

Total 632 1400 2022

Sumbe r : Delft Hydraulic et .al. 2006

De komposisi Ke bakaran Total

(51)

gambut dibanding ekosistem lain?

1) Rata-rata global hanya dari lahan gambut tertutup lumut hingga rawa hutan hujan tropis dengan pohon tinggi, cf. Gorham 1991;

2) Perkiraan didasarkan pada Turunen et.al. 1999, Moore and Turunen 2004.

Sumbe r: dalam Parish et.al. 2008

(52)
(53)

• Lahan gambut digunakan untuk perkebunan dengan drainase sering melebihi 60 cm. guna memungkinkan produksi secara komersial;

• Gambut kering mengalami dekomposisi. Akibat drainase gambut terbuka ke udara, sehingga terjadi oksidasi karbon organik. Hal ini terjadi lebih cepat di wilayah tropis. Lahan gambut kering menjadi rentan terhadap api, membakar lapisan gambut dan menyebabkan emisi karbon dioksida;

(54)

Kubah gambut

Le mpung/pasir

K su

Ilustrasi tematik e misi CO dari lahan gambut yang dikeringkan2

(Delft H ydraulic, W et lands Int ernat ional, Alt erra, 2006) Kondisi alami:

Tinggi muka air dekat

permukaan

Resiko kebakaran di gambut

(55)

Apakah lahan gambut

menyebabkan emisi metan (CH 4)?

Rawa gambut dan badan air lainnya dengan tingkat oksigen yang rendah mengemisikan gas metan (Ch4). Metan adalah gas rumah kaca yang kuat.

Lahan gambut saat ini diperkirakan menyumbang 3 - 5% total emisi metan secara global. Lahan gambut selalu mengemisikan metan, tetapi hal tersebut hendaknya dianggap sebagai suatu siklus yang terjadi secara alami, sehingga merupakan bagian dari proses daur ekosistem. Jumlah emisi metan yang lebih besar se be narnya dihasilkan o le h ke giatan pe rtanian, seperti persawahan dan peternakan .

(56)

Apakah emisi gambut tersebut

berlangsung terus menerus?

Perkiraan tentatif tahunan dan rata-rata tahunan emisi karbon akibat kebakaran lahan gambut, ditentukan berdasarkan penghitungan hotspot untuk Kalimantan (gambar atas) dan emisi karbon dihitung oleh Page et .al.

untuk 1997 (N ATURE, 2002). Perkiraan yang lebih baik disiapkan untuk publikasi oleh Page, Siegert dan lainnya.

Sum be r: Hooijer et.al. 2006

(57)

Bagaimana potensi nilai karbon

akibat kehilangan gambut?

Secara global, lebih dari 3.000 juta ton karbon dioksida diemisikan setiap tahun akibat kerusakan lahan gambut (akibat dekomposisi dan kebakaran). Jika saja digunakan angka €15 harga pasar global untuk setiap ton karbon dioksida yang diemisikan per tahun, m aka po t e nsi ke hilangan yang dialam i akibat kehilangan karbon bisa mencapai 45 milyar Euro setiap tahunnya.

(58)

Berapa biaya yang diperlukan

untuk mengurangi emisi secara

efektif dari lahan gambut?

(59)
(60)
(61)

6

(62)

Apakah sumbangan perkebunan

kelapa sawit terhadap degradasi

lahan gambut?

Jutaan hektar lahan gambut telah dibuka untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, sementara jutaan hektar lainnya dialokasikan atau direncanakan untuk dialokasikan di lahan gambut dan tipe hutan lain yang tersisa. Alasan pengembangan perkebunan di lahan gambut antara lain adalah bahwa lahan yang dipakai menjadi kewenangan pemerintah, dengan demikian a k a n m e m u lu s k a n p e n ge m b a n ga n d e n ga n mengurangi konflik yang mungkin timbul akibat sengketa lahan dengan masyarakat lokal. Disisi lain pe r usahaan pe nge m bang juga akan m e nikm at i keuntungan sampingan yang berasal dari pembukaan hutan. Hal te rse but tidak akan dipe role h jika pembangunannya dilaksanakan di lahan alang-alang, yang biasanya dimiliki oleh masyarakat lokal.

(63)

lain yang berasal dari deforestasi dan kebakaran yang sering terjadi pada saat pembukaan lahan dengan menggunakan api.

(64)

Tidak hanya Indonesia, Malaysia telah menempatkan setidaknya 8% dari 4,24 juta hektar perkebunan kelapa sawitnya di lahan gambut. Hal tersebut telah mengakibatkan emisi antara 20 - 30 juta ton karbon dioksida per tahun. Ke mungkinan adanya ekspansi kelapa sawit di wilayah Sarawak patut dijadikan perhatian.

Minyak kelapa sawit yang diproduksi pada lahan gambut akan mengemisikan karbon dioksida dalam jumlah besar karena drainase sangat diperlukan. Emisi tahunan beragam mulai dari 50 hingga 100 ton per hektar. Penggunaan produk dari bahan bakar nabati justru akan menghasilkan 3 hingga 10 kali lipat emisi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil. Hal inipun sebenarnya belum memasukan perhitungan emisi yang dihasilkan akibat kebakaran serta kegiatan lain yang terkait dengan produksi minyak kelapa sawit, misalnya transportasi dan pemupukan.

(65)

Apakah mungkin

mengembang-kan kelapa sawit secara

berkelanjutan di lahan gambut?

Ke lapa sawit tidak dapat dikembangkan secara berkelanjutan di lahan gambut karena pada akhirnya akan memberikan kesetimbangan CO yang negatif 2

jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Selain itu, pengembangan perkebunan kelapa sawit di wilayah lahan gambut akan mengancam keanekaragaman hayati penting yang terancam secara global dan beberapa diantaranya hanya hidup di lahan gambut. Dalam jangka panjang akan me nambah r e siko terjadinya banjir di wilayah perkebunan dan daerah di bagian hilir.

(66)
(67)
(68)
(69)

7

(70)

Apa yang dapat dilakukan untuk

mengatasi permasalahan yang

timbul akibat hilangnya lahan

gambut?

Se car a t e knis, t e lah d it e m ukan so lusi unt uk menghentikan dekomposisi lebih lanjut serta untuk mengurangi kejadian kebakaran. Solusi tersebut berupa pembangunan sekat di saluran drainase dan merestorasi penutupan vegetasi yang melindungi suatu wilayah. Me toda te rse but te lah te rbukti berhasil di Rusia, Himalaya dan Asia Tenggara.

(71)

Apa yang dapat dilakukan oleh

masyarakat international?

Apa yang perlu kita lakukan?

Ko nve nsi Pe rubahan Iklim PBB (UN FCCC)

Me n e ga s k a n b a h w a n e ga r a a n ggo t a h a r u s meyakinkan emisii karbon dioksida yang berasal dari kerusakan lahan gambut diperhatikan dalam strategi mitigasi perubahan iklim. Emisi akibat kehilangan lahan (dan hutan) gambut tidak termasuk dalam perjanjian pengurangan emisi Kyoto. Pertemuan para anggota UN FCCC tahun 2007 di Bali menyetujui unt uk m e m p e r hat ikan ke hilangan hut an d an cadangan karbon terkait seperti tanah gambut dalam ke p ut usan m e nge nai Pe ngur angan Em isi d ar i Deforestasi di N egara-negara Berkembang (REDD). Isu tersebut juga dimasukan dalam agenda untuk perjanjian iklim baru, yaitu “Bali Roadmap”.

(72)

2) Be r bagai ke bijakan dan m e kanism e unt uk mengurangi e misi dari deforestasi dan degradasi sudah saatnya untuk terus dikembangkan. Hal ini a k a n m e m b u t u h k a n b e r b a g a i p r o y e k percontohan, khususnya di areal lahan gambut. Dengan kondisi permasalahannya yang sangat besar tetapi juga terkonsentrasi, degradasi hutan r a w a ga m b u t t r o p is s e r t a e m is i ya n g dihasilkannya adalah merupakan salah satu “buah yang tergantung paling rendah” dari “pohon REDD” dan harus dipe rtimbangkan se bagai prioritas untuk investasi. CKPP dapat membantu mewujudkan hal tersebut;

3) Dibawah Protokol Kyoto, emisi dari penggunaan bahan bakar nabati dan biomassa saat ini tidak diperhitungkan, padahal bahan bakar nabati yang dihasilkan dari tanah organik seperti tanah gambut akan menghasilkan emisi yang lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar fosil yang memproduksi enerji dalam jumlah yang sama.

(73)

diketahui bahwa produksinya berlangsung secara tidak berkelanjutan. Emisi gas rumah kaca yang berasal dari bahan bakar non-fosil sejauh ini tidak diperhitungkan. Kondisi tersebut harus segera dirubah. Suatu sistem akunting gas rumah kaca global seharusnya dikembangkan terkait dengan biomassa.

Ko nve nsi mult ilat e ral lainnya

(74)
(75)
(76)
(77)

8

(78)

Apakah CKPP itu?

Dimana proyek ini dilaksanakan?

CKPP atau Central Kalimanatan Petalands Project adalah suatu proyek yang dilaksanakan oleh suatu ko n so r siu m ya n g t e r d ir i d a r i BO SF, C ARE International Indonesia, Universitas Palangkaraya, WWF dan Wetlands International sebagai pimpinan mitra. Proyek bekerja erat dengan pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah. Dukungan dana berasal dari Ke menterian Luar N egeri Ke rajaan Belanda.

De ngan me manfaat kan ke ahlian mit r a, pr o ye k b e r t u ju a n u n t u k m e r e st o r a si la h a n ga m b u t terdegradasi propinsi ini yang terletak di lahan PLG serta mempertahankan hutan rawa gambut alami tersisa di TN . Sebangau.

(79)
(80)

Ko n so r siu m m e laksan akan ke gat an d i lah an Pe nge mbangan Lahan Gambut (PLG) se r t a w ilayah Maw as dan Taman N asio nal Se bangau. Kaw asan PLG t e r se but t e lah me ngalami ke r usakan yang sangat par ah akibat adanya ke giat an pe mbangunan yang kur ang me madukan pe r t imbangan e ko lo gis. banyak t e r dapat di Sumat r a dan Kalimant an.

Re t orasi hidrologi

Pe n ye ka t a n sa lu r a n (c a n a l b lo c k in g) a d a la h merupakan cara praktis yang paling penting untuk mengurangi drainase. Salah satu langkah awal untuk melakukan hal tersebut adalah dengan memberikan penyadartahuan bagi masyarakat lokal mengenai kepentingan kegiatan tersebut. Langkah tersebut

(81)

perlu dilakukan karena banyak diantara saluran yang ada masih dimiliki atau dioperasikan oleh masyarakat lokal sebagai sarana transportasi, sehingga kemudian dap at diyakinkan bahw a ke giat an pe nye kat an t e r s e b u t t id a k a k a n m e n gga n ggu k e gia t a n p e r e ko no m ian m asyar akat . D e ngan d e m ikian, seluruh pekerjaan dilakukan bersama masyarakat.

Pe nce gahan ke bakaran

CKPP sejauh ini memfasilitasi pembentukan 25 ke lo m p o k b r igad e p e nanggulangan ke b akar an berbasis masyarakat di tingkat desa. Ke lompok tersebut dilatih dan diperlengkapi dengan peralatan penanggulangan kebakaran serta alat komunikasi.

Re fore st asi

(82)

-dikembangkan dalam kebun bibit dan ditanam, dimana sebagian besar diantaranya memiliki nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat sekitarnya.

(83)

Seluruh kegiatan restorasi melalui penanaman lahan gambut yang telah mengalami kerusakan tersebut d ilaksan akan b e ke r jasam a d e n gan ke lo m p o k masyarakat, sehingga membuka kesempatan bagi m a sya r a ka t u n t u k m e m p e r o le h p e n gh a sila n t a m b a h a n d a n p a d a s a a t ya n g s a m a ju ga menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap sumber mata pencaharian tersebut dalam jangka panjang. Selain itu, juga meningkatkan kesadartahuan untuk menghindarkan lokasi tersebut dari kebakaran.

Pe nge nt asan ke miskinan

(84)

Pe ningkatan ke se hatan publik

Pelayanan kesehatan diberikan kepada masyarakat di setidaknya 14 desa. CARE International Indonesia telah memfasilitasi pengadaan peralatan, pelatihan dan panduan untuk sukarelawan dan pekerja kesehatan serta pemenuhan kebutuhan akan air bersih.

Ko nse rvasi ke ane karagaman hayat i

(85)

Pe lat ihan dan pe nyadart ahuan

Untuk me ningkatkan ke sadartahuan masyarakat se rta pe mangku ke pe ntingan lainnya me nge nai penyebab dan akibat kerusakan lahan gambut, berbagai pertemuan dan pelatihan telah dilaksanakan di tingkat lokal. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah berupa peningkatan kapasitas di Universitas Palangka Raya, termasuk pengembangan pusat pengetahuan yang difokuskan pada berbagai isu lahan gambut, pengumpulan dan peningkatan akses terhadap pustaka ilmiah mengenai permasalahan di lahan gambut dan solusinya, serta membantu para ilmuwan dan mahasiswa setempat untuk secara aktif terlibat dalam penelitian dan pemantauan lahan gambut.

Pe nyuluhan dan Pe nge mbangan ke bijakan

(86)

Pe m e r int ah Pr o pinsi Kalim ant an Te ngah t e lah menunjukan komitmennya untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pemerintah hijau (green

governm ent policy), dan t e lah me mpr io r it askan

kegiatan konservasi, restorasi dan pembangunan berkelanjutan di lahan gambut.

Di tingkat nasional, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Inpres N o. 2/2007, dimana pada intinya mengatakan bahwa sebagian besar lahan eks-PLG harus direstorasi dan dikonservasi.

Sementara itu, pada tingkat global, konsorsium juga telah berhasil mengangkat isu lahan gambut untuk menjadi perhatian pada agenda Konvensi Perubahan Iklim (UN FCCC) dan Konvensi Ke anekaragaman Hayati (CBD) serta Konvensi Lahan Basah (Ramsar Convention) dan Bank Dunia.

Pe ndanaan yang be rke lanjut an

(87)
(88)

Ke rjasama de ngan pe me gang ot orit as

CKPP bekerja erat dengan pemerintah propinsi dan kabupaten untuk melestarikan hutan rawa gambut yang tersisa dan merestorasi yang telah rusak.

Pe rcont ohan re st orasi lahan gambut yang le bih luas

Berbagai pelajaran yang diperoleh CKPP digunakan u n t u k m e m p r o m o sikan ke giat an ko n se r vasi, restorasi dan pembangunan berkelanjutan di areal lahan gambut lain. Juga termasuk upaya mendukung peningkatan kebijakan terkait pengelolaan lahan gambut dan mitigasi perubahan iklim.

Re st orasi hidrologi

Project telah membangun 16 sekat besar dan ratusan sekat lainnya bekerjasama dengan masyarakat. Hal ini telah merestorasi sekitar 10.000 hektar lahan gambut di TN . Sebangau dan sekitar 50.000 hektar di kawasan PLG dan Mawas. Hal ini telah meningkatkan muka air secara nyata, sehingga mengurangi emisi dar i o ksidasi gam but dan m e ngur angi bahaya kebakaran.

(89)

Pe nce gahan ke bakaran membantu masyarakat lokal mengurangi subsiden dan resiko kebakaran. Hal ini mengurangi bahaya gangguan kesehatan dan ancaman terhadap lahan pertanian masyarakat. Bantuan kesehatan diberikan kepada 17 desa.

Disamping itu masyarakat juga telah memperoleh bantuan berupa akses untuk meningkatkan mata pencaharian.

Me nce gah e misi karbon dioksida

(90)
(91)
(92)
(93)

Pust aka

Beuerking, Pieter J.H., Schaafsma, Marije, Davies, O lwen, O skolokaite, Ieva. May 2008. The economic value of peatland resources in the Central Kalimantan Peatland Project. Perception of local communities.

CC -GAP. 2005. Peatlands. Do you care?

Hooijer, A., Silvius, M., Wösten, H. and Page, S. 2006. PEAT-CO , Assessment of CO emissions from 2 2

drained peatlands in SE Asia. Delft Hydraulics report Q 3943 (2006).

Parish, F., Sirin, A., Charman, D., Joosten, H., Minayeva, T., Silvius, M. and Stringer, L. (Eds.) 2008. Assessment on Peatlands, Biodiversity and Climate Change: Main Re port. Global Environment Centre, Kuala Lumpur and WI, Wageningen.

Wahyunto, Suparto, Bambang H., Bhekti, H. 2006. Sebaran lahan gambut, luas & cadangan karbon bawah permukaan di Papua. WIIP, Bogor.

(94)

Universitas Palangka Raya, Wetlands International, WWF-Indonesia

Untuk informasi lebih jauh kunjungi: www.ckpp.org at au www.ckpp.or.id

The Central Kalimantan Peatlands project (CKPP) is managed by Wetlands International and locally implemented by a consortium of BO SF, CARE International Indonesia, WWF-Indonesia and the University of Palangka Raya working in close cooperation with the local authorities and communities.

The project is financed by DGIS/ Ministry of Foreign Affairs

of The N etherlands

Desain & Tata Letak: Wetlands International - IP

Pe nyunt ing: Yus Rusila N oor

Alex Kaat Marcel Silvius

Referensi

Dokumen terkait

U Splitsko-dalmatinskoj županije pozitivan utjecaj na broj noćenja turista imaju varijable rast bruto domaćeg proizvoda emitivnih zemalja (BDPPC it ) i finalna potrošnja

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) karakteristik pengembangan lembar kerja peserta didik, (2) karakteristik konten pada LKPD, (3) karakteristik

(2) Lingkup kerja Fasilitator dan Operator Komputer diatur dalam Kerangka Acuan Kerja, Pedoman Umum (Pedum), Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), PTO Generasi Sehat dan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini maka kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan positif antara motor educability dengan hasil belajar renang gaya bebas pada

Sidang Kelayakan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( LP3A ) dengan judul Semarang International Convention and Exhibition Center ini dimulai pukul 08.30 WIB

1) Bila konflik itu bersifat majemuk vertikal, konflik yang timbul dalam masyarakat yang struktur atau pelapisan sosialnya tidak terpolarisasi misalnya karena

Teknik Selektif Breeding pada Calon Induk Ikan Nila Pandu dan Kunti (Oreochromis niloticus) di Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti,

Angka kuman dan bahan kimia makanan jadi memenuhi persyaratan yang ditentukan.. Makanan jadi kemasan tidak ada tanda- tanda kerusakan dan terdaftar pada