• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Hukum dan Komunikasi hukum (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Hukum dan Komunikasi hukum (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatNya serta segala kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan Komunikasi disemester gasal ini sebagai dasar nilai Ujian Akhir Semester. Adapun tujuan dari makalah ini menganalisis jasa penyiaran yang melanggar PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN (P3) dan STANDAR PROGRAM SIARAN (SPS) sebagaimana yang telah penulis ketahui dan mengerti.

Semoga makalah ini dapat bermanfat bagi penulis dan pembaca untuk kedepannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari Drs. Kamsul Hasan, SH. MH. Selaku dosen pengajar pada mata kuliah ini.

Sekiranya ada hal yang kurang berkenan didalam makalah ini.

Penyelesaian penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karenaitu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Bekasi, 27 Desember 2014

Penulis

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yang makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum, perannya semakin strategis, terutama dalam mengembangkan kehidupan demokratis.

Penyelenggaraan penyiaraan tentunya tidak terlepas dari kaidah-kaidah umum penyelenggaraan telekomunikasi yang berlaku secara universal.

Penyiaran mempunyai kaitan erat dengan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit geostasioner yang merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien.

Lembaga penyiaran merupakan penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam

melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku umum. Dengan menghasilkan program-program siaran yang bermanfaat kepada sasaran konsumen. Program siaran adalah program yang berisi pesan atau rangkaian 4 pesan dalam bentuk suara, gambar, suara dan gambar, atau yang berbentuk grafis atau karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang disiarkan oleh lembaga penyiaran.

(3)

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) yang disahkan Komisi Penyiaran Indonesia oleh Lembaga Negara Independen pada tahun 2012. Secara umum didasarkan pada kewajiban negara dalam

melindungi hak warga negara untuk mendapatkan informasi yang tepat, akurat, bertanggungjawab, dan hiburan yang sehat kemudian program siaran juga harus mampu memperkokoh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera.

P3SPS ditetapkan agar lembaga penyiaran dapat menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, control, perekat sosial dan pemersatu bangsa. Standar Program Siaran ini sendiri diarahkan agar program siaran dapat menjujung tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meningkatkan kesadaran dan ketaata terhadap hukum dan segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang mukitural, menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan hak-hak kepentingan publik, hak-hak kelompok masyarakat minoritas ataupun marginal.

1.2 Tujuan

(4)

BAB II

ISI

2.1 Pembahasan

Berbicara mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) tentu berkaitan dengan sebuah tayangan yang layak untuk kategori anak

Beberapa tayangan tidak cocok dikonsumsi anak-anak, karena tontonan tersebut mengakibatkan dampak negatif terhadap pola pikir anak. Pada dasarnya anak-anak akan mengalami proses internalisasi atau

pengendapan dan meresapi dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Anak-anak pada umumnya belajar meniru apa yang mereka lihat. Keadaan akan lebih parah jika orang tua tidak mampu memberikan pemahaman terhadap anak-anaknya, sehingga anak-anak akan mencari pemenuhan rasa ingin tahunya sendiri.

Media memegang peranan yang sangat besar dalam perkembangan psikologis anak-anak. Apabila kita mampu mengenal sifat-sifat atau karakteristik dari anak-anak maka hal tersebut akan lebih membantu kita dalam menghadapi masalah.

Adapun peneliti yang mengemukakan teori, yaitu :

(5)

2.2 Contoh Kasus

Siaran Reportase Sore Investigasi Trans TV dengan judul “Miras Oplosan Pembawa Maut” pada Rabu 24 Desember 2014 pukul 16.30 WIB menampilkan gambar sekelompok anak-anak dibawah umur mengkonsumsi minuman berakohol. Tayangan tersebut juga memberikan cara-cara mengoplos minuman berakohol yang dilakukan anak-anak dibawah umur.

Secara terang – terangan beberapa anak dengan mudahnya membeli beberapa bahan oplosan di warung – warung sekitar rumahnya. Ini membuat pemirsa yang menonton khususnya anak – anak menjadi penasaran dan dikhawatirkan akan meniru apa yang ditayangkan, mengingat yang ditampilkan pun anak – anak yang sebaya dengannya.

Dalam tayangan tersebut mengambarkan penikmat minuman

berakhohol oplosan sudah sering mengkonsumsinya. Mencerminkan perilaku tersebut memperlihatkan pengkonsumsian minuman beralkohol dikalangan anak – anak dipandang hebat.

2.3 Alat Ukur

A. undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Asas Undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 2.

Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan asas:

1) Manfaat, Adil, dan Merata

(6)

8) Kebebasan

9) Tanggung Jawab

Asas dan Tujuan dari Undang-undang tentang penyiaran, belum sepenuhnya terlaksana karena sampai saat ini masih banyak ditemukan berbagai bentuk pelanggaran penyiaran.

Bentuk-bentuk pelanggaran Penyiaran adalah sebagai berikut :

1) Penempatan jam tayang yang tidak pada waktunya 2) Siaran yang sarat dengan unsur kekerasan

3) Siaran yang sarat dengan unsur cabul atau seksual

4) Siaran yang tidak memberikan perlindungan kepada khalayak khusus yaitu anak-anak

5) Siaran yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar 6) Melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

B. Siaran Reportase Sore Investigasi Trans TV dengan judul “Miras Oplosan Pembawa Maut” melanggar Pedoman Perilaku Siaran (P3). Tercantum pada :

BAB X

PERLINDUNGAN KEPADA ANAK Pasal 14

1) Lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran.

(7)

BAB XIV

MUATAN PROGRAM SIARAN TERKAIT ROKOK, NAPZA, DAN MINUMAN BERALKOHOL

Pasal 18

Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan pelarangan dan/atau pembatasan program terkait muatan rokok, NAPZA

(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif), dan/atau minuman beralkohol.

C. Reportase Sore Investigasi Trans TV dengan judul “Miras Oplosan Pembawa Maut” melanggar Standar Program Siaran (SPS). Tercantum pada :

BAB X

PERLINDUNGAN KEPADA ANAK Bagian Kedua

Program Siaran tentang Lingkungan Pendidikan Pasal 16

(1) Program siaran dilarang melecehkan, menghina, dan/atau merendahkan lembaga pendidikan.

(2) Penggambaran tentang lembaga pendidikan harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. tidak memperolok pendidik/pengajar

(8)

c. tidak menampilkan konsumsi rokok dan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif), dan minuman beralkohol

d. tidak menampilkan makian dan kata-kata kasar; dan/atau

e. tidak menampilkan aktivitas berjudi dan/atau tindakan kriminal lainnya.

BAB XIV

PELARANGAN DAN PEMBATASAN MATERI SIARAN ROKOK, NAPZA, DAN MINUMAN BERALKOHOL

Bagian Pertama

Pelarangan Rokok, NAPZA, dan Minuman Beralkohol dalam Program Siaran

Pasal 26

1) Program siaran dilarang membenarkan penyalahgunaan rokok, NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif), dan/atau konsumsi minuman beralkohol sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari.

2) Program siaran dilarang menampilkan cara pembuatan dan/atau penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) secara detail.

3) Program siaran dilarang menampilkan anak-anak dan/atau remaja yang merokok dan meminum minuman beralkohol.

ANALISIS :

(9)

memperlihatkan sekelompok anak – anak dibawah tahun mengkonsumsi minuman berakhohol secara oplosan.

Kemudian, tayangan ini secara jelas memuat informasi jenis – jenis minuman apa saja yang biasa dioplos. Sebagai ilustrasi dan dramatisasi, tayangan ini menggunakan model anak dibawah umur yang sedang mengonsumsi minuman tersebut bersama teman –temannya dengan berseragam sekolah.

Selain itu, dengan ditayangkan pada pukul 16.30 WIB, lembaga penyiaran harus memperhatikan aspek perlindungan anak dalam menyiarkan tayangan, seperti yang termuat dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 pasal 3 yang berbunyi: Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Dengan penyajian tersebut, artinya tayangan ini abai terhadap hak anak dalam mendapatkan situasi kondusif untuk tumbuh secara sehat dan wajar, baik jasmani dan rohani. Tentu, dengan adanya penyorotan jenis-jenis

minuman berakhohol , cara mengoplos, hingga ilustrasi cara mengonsumsinya di kalangan anak – anak dibawah umur, ini merupakan bentuk kekerasan simbolik terhadap anak dan remaja.

Anak-anak merupakan individu-individu yang berada pada tahap perkembangan baik secara fisik maupun mental. Interaksi antara anak-anak dengan televisi memberikan masukan pada perkembangan mentalnya. Dampak negatif yang diberikan oleh tayangan televisi dapat menyebabkan kerusakan moral sehingga menimbulkan tindakan-tindakan yang seharusnya tidak terjadi dan menyimpang dari norma agama dan sosial. Seperti

(10)

D. Hendaknya Reportase Sore Investigasi Trans TV dengan judul “Miras Oplosan Pembawa Maut” memperhatikan Standar Program Siaran (SPS) yang tercantum pada :

Bagian Kedua

Pembatasan Rokok, NAPZA, dan Minuman Beralkohol dalam Program Siaran

Pasal 27

1) Program siaran yang menggambarkan penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) secara terbatas dapat disiarkan sepanjang berhubungan dengan edukasi pencegahan dan/atau rehabilitasi.

2) Program siaran yang bermuatan penggambaran pengkonsumsian rokok dan/atau minuman beralkohol:

a. hanya dapat ditayangkan dalam program yang ditujukan bagi khalayak dewasa; dan

b. wajib ditampilkan sebagai perilaku dan gaya hidup yang negatif dan/ atau melanggar hukum, serta tidak digambarkan sebagai sesuatu yang hebat dan menarik.

(11)

Heterogen ini dari berbagai kelompok terutama usia, pendidikan dan sebagainya. Sehingga lembaga penyiaran dalam menyiarkan tayangannya harus mentaati P3SPS yang telah ditetapkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial; bahwa siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pendapat, sikap, dan perilaku khalayak, maka penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral, tata susila, budaya,

kepribadian dan kesatuan bangsa. Pertimbangan di atas menjelaskan tentang tanggung jawab lembaga penyiaran terhadap dampak yang ditimbulkan oleh setiap tayangan televisi dan bahwa setiap tayangan yang disiarkan harus mampu menyentuh berbagai aspek dalam masyarakat.

Stasiun TV harusnya memiliki kesadaran memainkan peran penting dalam aspek perlindungan anak sebagaimana yang dimuat dalam UU Perlindungan Anak pasal 72 ayat 1 dan 2:

1) Masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak,

(12)

3.2 Saran

Ketegasan dan ketajaman KPI memang diperlukan agar masyarakat mendapat arahan dalam memilih tayangan dan benar-benar mendapatkan tayangan yang bermanfaat serta berimbang baik dari aspek hiburan, informasi maupun edukasi.

Penyiaran diharapkan dapat memberikan jaminan perlindungan

terhadap anak dari dampak negatif sinema elektronik, karena apabila dicermati Undang-undang tersebut sangat kompleks dengan berbagai batasan terhadap pihak-pihak dalam penyiaran, Undang-undang penyiaran seharusnya dapat benar-benar diterapkan dalam kehidupan masyarakat, karena berbagai kasus pelanggaran penyiaran yang merugikan masyarakat khususnya anak-anak sebagai generasi bangsa sudah banyak ditemukan dan harus segera dapat diatasi.

Mudahnya adalah televisi tidak melanggar peraturan KPI, karena sudah ada aturan-aturannya. Jadi tinggal diikuti saja dan tentu bermanfaat bagi publik yang menikmatinya.

3.3 Daftar Pustaka

Komisi Penyiaran Indonesia. Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS), Jakarta: Lembaga Negara Independen (2002)

http://www.scribd.com/doc/50989964/Sejarah-Penyiaran-Indonesia

http://www.id.m.wikipedia.org/wiki/Reportase_(acara_televisi)

(13)

3.4 Lampiran

(14)
(15)

Referensi

Dokumen terkait

Temuan dari segi ciri akustik, yaitu berdasarkan analisis praat melalui pengukuran pola aksen dan alir nada yang dituturkan oleh empat orang penutur pembelajar Bahasa Jepang

PEMERINTAH PROVINSI BALI RUMAH SAKIT JIWA. PENANGANAN

To sum up the above explanation, the application of text to self-connection technique accomplished the research purposes as follows: firstly, the use of text to

Dari semua ordo dalam kelas Polypodiophyta, ordo Polypodiales mempunyai bentuk dan susunan sori yang sangat beragam seperti berbentuk garis pada tepi daun,

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Andinurchairiah (2014) dalam penelitian tentang “Efektifitas kompres dingin terhadap intensitas nyeri pada pasien

Penelitian hanya dilakukan pada Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) dengan periode penelitian selama 5

ANALISIS KUALITAS FASILITAS WISATA BERDASARKAN PERSEPSI PENGELOLA DAN PENGUNJUNG DI WANA WISATA CURUG MALELA KABUPATEN BANDUNG BARAT.. Universitas Pendidikan

Total rata-rata spending habits pada mahasiswa dan mahasiswa yaitu 3,53 masuk pada kategori spending habits yang cenderung sama- sama ketat hal tersebut