EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
WORD SQUARE
TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS XI
DI MA NEGERI 2 PALEMBANG
SKRIPSI SARJANA S1
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
DINA MUTHIA
NIM. 10221701
Program Studi Tadris Matematika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hal : Pengantar Skripsi Lamp. : -
Kepada Yth.
Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Raden Fatah Di
Palembang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah melalui proses bimbingan, arahan dan koreksian baik dari segi isi maupun teknik penulisan terhadap skripsi saudari :
Nama : Dina Muthia
NIM : 10221701
Program : S1 Tadris Matematika
Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI Di MANegeri 2 Palembang
Maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari tersebut dapat diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.
Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu:alaikum Wr. Wb
Palembang, Desember 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Rohmalina Wahab, M.Pd.I Yuli Fitrianti, M.Pd
Skripsi Berjudul :
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD
SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS XI DI MA NEGERI 2 PALEMBANG
yang ditulis oleh DINA MUTHIA dengan NIM 10221701 telah dimunaqosyahkan dan dipertahankan
di depan Panitia Penguji Skripsi Pada Tanggal, 23 Desember 2014
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Palembang, 23 Desember 2014 Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Sekretaris
Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si Gusmelia Testiana, M.Kom NIP. 19720812 200501 2 005 NIP. 19750801 200912 2 001
Penguji Utama : Choirun Niswah, M.Ag ( ) NIP. 19700821 199603 2 002
Anggota Penguji : Muhammad Win Afgani, M.Pd ( ) NIP. 19821210 200912 1 002
Megesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
NIP. 19710911 199703 1 004
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“sabar, satu kata yang mungkin sering kamu dengar ketika dalam kesulitan. Terkadang bersabar membuat hati kita lelah, tetapi percayalah
pada akhirnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan”.
“start a day with Bismillah, Mulailah hari dengan mengucapkan Bismillah”.
Kebahagian orang tua merupakan tiang semangat bagiku untuk tidak mudah menyerah dalam mencapai sebuah kesuksesan”.
“usaha yang sungguh-sungguh serta diiringi dengan doa yang ikhlas pasti membuahkan hasil yang terbaik”.
“kita melihat kebahagian itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain”. (Thomas Hardy)
Goresan tanganku ini ku persembahkan sebagai wujud kasih sayangku kepada ... ♥ Almarhum papa H. Junaidi MD, yang telah memberikan kasih sayang
kepadaku selama ini. Terima kasih papa, aku berharap semoga aku bisa membuatmu bangga. Semoga di surganya Allah, papa bisa tersenyum bahagia.
♥ Mama tersayang Mardianah, S.Pd, terima kasih telah menjadi orang tua yang hebat untukku. Sedikit kebahagian yang mungkin bisa aku berikan untukmu.
♥ Dosen dan staf pendidikan di Jurusan Tadris Matematika
♥ Sahabat-sahabat terbaikku (Evy kurniaty, A.md dan Fitri Haryanti, A.md) ♥ Sahabat-sahabatku di Tadris Matematika 2010 (Dian, Heni Apryanti,
Mega Silvia, Mistriana, Tika Herlina)
♥ Teman-teman PPL (di MA Negeri 2 Palembang)
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dina Muthia
Tempat dan Tanggal lahir : Palembang, 14 April 1992
Program Studi : Tadris Matematika
NIM : 10221701
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Seluruh data, informasi, interprestasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan. 2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di IAIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.
Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini
Palembang, Desember 2014
Yang Membuat Pernyataan
Dina Muthia
ABSTRACT
The aim of this study was to know the effectiveness of the application usage of Word Square learning model on learning outcomes at the eleventh grade students of MA Negeri 2 Palembang. This study used true experimental design with pretest and posttest control group designs. The population of this study were all of eleventhgrade students of MA Negeri 2 Palembang in 2014/2015 academic years which consisted of four class with 152 students. From four classes population were taken two sample classes,it was XI IPA 2, which consisted of 38 students as an experimental group and XI IPA 3 which consisted of 38 students as a control group. In this study, the method of research used probality sampling techique with type of cluster random sampling. Data collection techniques were used were to know the mathematics learning outcomes of student. Analysis of data used hypothesis test. Based of the result, it can be concluded that the students learning outcome in mathematics learning during applied learning instructional of model Word Square average value of the experimental class was 80.10 that greater than the control class, it was 73.13 where ttest = 2.333> 1.996 ttable with α = 5 %, so the null hypothesis (H0) was rejected it means that application of word square learning model was effective foward students earning outcomes at the eleventh grade students of MA Negeri 2 Palembang.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan penggunaan model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas XI MA Negeri 2 Palembang. Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental design dengan bentuk pretest-posttest control group design, populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang ada di MA Negeri 2 Palembang tahun ajaran 2014-2015 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah siswa 152 orang. Dari empat kelas populasi diambil dua kelas sampel yaitu kelas XI IPA 2 dengan jumlah 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 3 berjumlah 38 siswa sebagai kelas kontrol. Dengan penentuan sampel teknik probality sampling jenis cluster random sampling. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa. Analisis data tes menggunakan uji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika selama diterapkan model pembelajaran Word Square di dapatkan nilai rata-rata kelas eksperimen 80,10 lebih besar dari kelas kontrol 73,13 dimana thitung = 2,333 > ttabel
1,996 dengan 𝛼 = 5%, maka hipotesis nol (H0) ditolak artinya penggunaan model
pembelajaran Word Square efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI di MA Negeri 2 Palembang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI Di MA Negeri 2
Palembang”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak ditemukan kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan, namun berkat inayah Allah SWT serta bantuan dari berbagai pihak segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. H. Aflatun Muchtar, MA selaku Rektor IAIN Raden Fatah
Palembang.
2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.
3. Ibu Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika.
4. Ibu Dra. Hj. Rohmalina Wahab, M.Pd selaku Pembimbing I. 5. Ibu Yuli Fitrianti, M.Pd selaku Pembimbing II.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta staf Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.
8. Ibu Hj. Masnah selaku guru mata pelajaran matematika kelas XI serta guru-guru dan staf MA Negeri 2 Palembang.
9. Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan semangat serta dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2010 dan almamaterku di Tadris
matematika IAIN Raden Fatah Palembang.
11. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memilki banyak kekurangan, karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dapat digunakan demi perbaikan skripsi ini nantinya. Penulis juga berharap agar skripsi ini akan memberikan banyak manfaat bagi yang membacanya dan bagi proses pengajaran bidang studi matematika serta bidang studi lainnya di seluruh jenjang pendidikan.
Palembang, Desember 2014
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai
dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin
mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha
manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina
potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan
jasmani (panca indra serta keterampilan-keterampilan). Secara jelas tujuan
pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan
dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 bab II pasal 3, yang merumuskan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab
(Sanjaya, 2011:65).
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1
dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur,
mempunyai jenjang/tingkat dalam periode waktu-waktu tertentu dan
berlangsung dari sekolah dasar sampai ke universitas dan tercakup di samping
studi akademis umum juga berbagai program khusus dan lembaga untuk
latihan teknis dan profesional (Calidjah, 2000:62).
Pendidikan non formal biasanya terdapat pada anak usia belia ataupun
sebagai pedidikan penunjang kegiatan belajar secara formal. Pendidikan non
formal sangat mudah kita jumpai seperti hadirnya tempat kursus, diantaranya
kursus bimbingan belajar, kursus menyanyi, kursus menari, dan sebagainya.
Sedangkan yang lainnya bisa kita jumpai pendidikan di TPA untuk peserta
didik beragama muslim atau sekolah minggu untuk peserta didik beragama
kristen dan khatolik. Memang tidak semua lapisan masyarakat mampu
mengenyam pendidikan non-formal, tapi banyak juga lembaga yang
menyediakannya secara gratis (Calidjah, 2000:63).
Pendidikan merupakan pendidikan yang dilakukan secara mandiri dari
dalam diri sendiri yang memiliki kesadaran serta tanggung jawab yang penuh
dalam proses penerapannya. Pendidikan informal biasanya dimulai dari
lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika pendidikan ini
dimulai dari ruang lingkup keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting
karena orang tua merupakan panutan pertama yang biasanya dijadikan teladan
dari para peserta didik. Maka dari itu, orang tua pun harus memiliki keahlian
dan pengetahuan yang cukup sehingga dampak yang diharapkan akan berhasil
dengan baik. Sementara itu, pendidikan dari lingkungan masyarakat juga
pembentukan karakter sesorang. Jika kita memiliki lingkungan masyarakat
yang baik, maka para peserta didik pun akan menghormati dan menjalankan
sesuai adat dan istiadat yang ada. Namun jika di lingkungan masyarakat tidak
memiliki perilaku yang baik, dikhawatirkan akan memiliki dampak yang
buruk dalam perkembangan mental seseorang (Calidjah, 2000:61).
Pendidikan baik yang bersifat agama dan umum merupakan wadah yang
efektif dalam rangka membina, memperbaiki mental, nilai dan mempercepat
pertumbuhan pemikiran manusia. Oleh karena itu manusia harus mengasah
otaknya dengan ilmu pengetahuan, menggali dan menuntut ilmu pengetahuan
merupakan hal yang sangat penting bagi setiap masyarakat melalui jalur
pendidikan non-formal yang lainnya. Sebab dengan ilmu kita dapat hidup
teratur, terarah, dan bergaul dengan baik. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW yaitu :
َىَّهَس َو ِّْيَهَع ُالله ىَّهَص ِالله ُل ْىُسَر َل بَق َُُّْع ُالله َي ِضَر ٍسَََا ٍَْع
:
ْىَن َو َىْهِعْنا ُبُهْطُا
ٍَْي ِّلنا بِ
.
َىْهِعْنا ُبَهَط ٌََّبف
ةَضْي ِرَف
َبطِن بًحَُِتْجِا ُعَضَت َةَكِئ َلاًَْنا ٌَِّا ٍىِهْسُي ِّمُك ىَهَع
ُبُهْطَي بًَِ ُءبَف ِر َىْهِعْنا ِبَن
(
ربنا دبع ٍ ا ِاور
)
Artinya :
“Dari Anas ra, berkata Rasulullah SAW tuntutlah ilmu pengetahuan
sekalipun ke negeri Cina, maka sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim, sesungguhnya malaikat mengembangkan sayapnya bagi
orang yang menuntut ilmu karena suka kepada apa yang ia tuntut”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Sekolah merupakan suatu lingkungan yang bernuansa akademis sebab
berbagai kegiatan akademis banyak dilaksanakan di sekolah, baik yang
berkaitan dengan intrakurikuler maupun ekstrakulikuler. Dengan adanya
menuntut siswa untuk bersikap dan berfikir logis, kritis, aktif, kreatif, dan
inovatif. Peran guru adalah sebagai fasilitator (penyedia dan pengelola
fasilitas pembelajaran), pemantau kegiatan pembelajaran dan selalu siap
memberikan balikan yang diperlukan siswa sehingga guru bukan sebagai
sumber utama pembelajaran. Namun disini yang menjadi permasalahan
disekolah itu kita memiliki berbagai macam mata pelajaran yang harus
dikuasai oleh para siswa. Misalnya saja pada mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memegang peranan
penting dalam dunia pendidikan. Hal ini terlihat dari adanya mata pelajaran
matematika yang dipelajari dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
Menurut Cockorft (dalam Abdurrahman, 2009:253) Mengemukakan
bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : 1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan matematika
yang sesuai; 3) merupakan komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; 4) dapat
digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) meningkatkan
kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; 6)
memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran matematika dapat diukur dari
pemahaman dan penguasaan materi, keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Para siswa memasuki kelas dengan
pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru
kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak berperan aktif dalam pengajaran
secara berkelompok. Ini berarti pengajaran harus dengan pengajaran secara
individual. “Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru
yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar pada
masing-masing individu”.
Namun jika pengajaran secara individu diterapkan dengan jumlah siswa
sebanyak 40 orang maka tampak kurang efisien karena akan menghabiskan
banyak waktu baik dari segi siswa maupun dari segi guru. Tinjauan terhadap
penelitian mengenai pengajaran individual dalam pelajaran matematika
misalnya menurut Miller dan Schoen (Slavin, 2012:189) “Secara seragam
menyimpulkan bahwa pengajaran individual tidak lebih efektif dibandingkan
dengan metode-metode tradisional dalam hal meningkatkan kemampuan para
siswa.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti saat PPLK II di MA
Negeri 2 Palembang mulai dari 02 Oktober 2013 sampai dengan 20 Agustus
2014, ditemukan beberapa kelemahan diantaranya adalah prestasi belajar
matematika yang dicapai siswa masih rendah hanya 50%. Fakta tersebut
ditunjukkan oleh nilai hasil belajar matematika siswa MA Negeri 2
Palembang yaitu 65 yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)
seperti yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 71.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa pada pembelajaran
matematika antara lain : 1) keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika masih belum nampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan, 3)
Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga
sangat penting. Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di MA Negeri 2
Palembang khususnya guru matematika rata-rata mengajar dengan model
pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Dimana guru
mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat dan hafal.
Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktivitas mendengar,
menulis, membaca, dan diskusi untuk mengkomunikasikan suatu masalah
khusunya matematika maka diskusi kelompok perlu dikembangkan. Dengan
menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek-aspek komunikasi bisa
dikembangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu alternatife untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
penggunaan strategi mengajar. Pemilihan strategi pembelajaran yang menarik
dan dapat memicu siswa untuk ikut serta aktif dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif
adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara
aktif. Dimana peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses
pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan materi, keaktifan siswa, serta hasil belajar siswa
Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban (Haryono, 2013:129).
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui
pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada
keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan kegiatan belajar mengajar
dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
telah diajarkan. Instrument utama model pembelajaran ini adalah lembar
kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari
jawabannya pada susunan angka acak pada kolom yang telah disediakan.
Dengan menerapkan model pembelajaran Word Square ini diharapkan agar proses pembelajaran yang selama ini pasif, dapat meningkat setelah
penggunaan model pembelajaran Word Square yang mampu untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses
pelaksanaannya siswa dituntut agar jeli dalam berpikir yang tujuannya untuk
melatih sikap teliti dan kritis.
Bedasarkan dari uraian di atas, memotivasi penulis untuk mengadakan
PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA DI KELAS XI MA NEGERI 2 PALEMBANG”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana
efektivitas penerapan penggunaan model pembelajaran Word Square terhadap
hasil belajar matematika siswa di kelas XI MA Negeri 2 Palembang?”
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan penggunaan
model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa di
kelas XI MA Negeri 2 Palembang.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan sumbangan yang berharga bagi penelitian hasil belajar dan mutu
pendidikan matematika di sekolah. Secara rinci sumbangan yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memperkaya wawasan teoritis dalam ilmu pendidikan, khususnya tentang
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
Word Square dan memperoleh suatu cara belajar yang lebih menyenangkan.
b) Bagi guru
Sebagai sarana yang berguna dalam mengadakan variasi dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik.
c) Bagi sekolah
Sebagai salah satu masukan dalam upaya meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika
d) Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman
khususnya tentang model pembelajaran Word Square sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan sebagai bahan
untuk mempersiapkan diri sebagai calon pendidik.
e) Bagi peneliti lain
Dapat menjadi motivator peneliti lain untuk mengembangkan penelitian
lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan
mengajar. Aktivitas belajar secara metodelogis cenderung lebih dominan pada
siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Dengan
kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar
(BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar
(KBM).
Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru,
yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut Undang-Undang ini, pembelajaran
diartikan sebaai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an banyak menunjukkan aktivitas
pembelajaran, diantaranya surah An-Nahl ayat 78 :
َعًَّْسنا ُىُكَن َمَعَج َو بًئْيَش ٌَىًَُهْعَت لا ْىُكِتبَهَّيُأ ٌِىُطُ ٍِْي ْىُكَجَرْخَأ ُ َّللَّا َو
ُ ْ َت ْىُكَّهَعَن َ َدِئْفاا َو َربَلْ اا َو
Artinya :
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S An-Nahl : 78)
Dari ayat di atas, setidaknya terdapat tiga hal pembahasan yang
kejadian manusia yang tidak mengetahui sesuatu apapun ketika diciptakan,
bagaikan kertas putih yang tidak ternodai apapun bila kita tidak
mengotorinya. Kedua, setelah Allah SWT menjelaskan tentang penciptaan
manusia pertama kali yang tidak mengetahui apapun kemudian Allah SWT
memberikan kepada manusia potensi pembelajaran melalui kemampuan fisik
yakni pendengaran dan juga penglihatan serta memberikan juga kepada
manusia kemampuan psikis yakni akal. Semua kemampuan tersebut harus
dikembangkan dan dibina melalui pendidikan dan pembelajaran yang sesuai
dengan ajaran Islam. Ketiga, setelah Allah SWT memberikan semua potensi
tersebut kepada manusia, Allah SWT memerintah agar potensi tersebut
digunakan untuk kebaikan dan beribadah kepada-Nya sebagai bentuk rasa
syukur kepada Allah SWT. (Natta, 2002:23)
Menurut Corey (Susanto, 2013:186), pembelajaran adalah suatu proses di
mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu pada kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Menurut Dimyati (Susanto, 2013:186), pembelajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa
belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan proses pendidikan dalam lingkup persekolahan dan inti dari
proses belajar mengajar pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang
relatif tinggi, yang mana peran guru tersebut terkait juga dengan peran siswa
dalam belajar.
1. Pembelajaran Matematika
Kata matematika berasa dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari” sedangkan dalam bahasa
Belanda, matematika disebut wiskunde (ilmu pasti) yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001:7)
Menurut Johnson dan Myklebust, (Abdurrahman, 2009:252)
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Menurut Kline (Abdurrahman, 2009:252) mengemukakan bahwa
matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
bernalar induktif.
Lerner (Abdurrahman, 2009:252) mengemukakan bahwa matematika di
samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan
ide mengenai elemen dan kuantitas.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT banyak sekali menjelaskan yang
berkaitan dengan matematika, diantaranya dalam surah Al-Qomar ayat 49
yang berbunyi :
ٍرَدَ ِ ُِبَُْ َهَخ ٍءْيَش َّمُك بََِّ
Artinya :
Ayat tersebut melukiskan keteraturan penciptaan segala sesuatu yang
ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya,
atau ada persamaannya.
Dalam surah lain Allah SWT juga menyebutkan :
اًدَدَع ٍءْيَش َّمُك ٰىَلْحَأ َو ْىِهْيَدَن بًَِ َطبَحَأ َو
Artinya :
“Dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu (Qs. Al-Jin :28)
Esensi ayat ini adalah bahwa ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu, tidak
ada yang tertinggal. Semua kejadian, objek alam, penciptaan di bumi dan
langit, dan struktur al-Qur’an, tidak ada yang kebetulan. Semuanya
ditetapkan dengan hitungan yang sangat teliti. Sebenarnya bila diketahui,
(sebagian) ilmu tersebut meliputi risalah-risalah yang disampaikan dan
ilmu yang ada pada para Rasul.
Dalam kehidupan modern sekarang pun, kita akan menjumpai
“hitungan tersebut”, mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit.
Contohnya oksigen (O2) memberikan kehidupan kepada semua makhluk di
bumi melalui sistem pernafasan; sangat vital. Tetapi bila kelebihan
hitungan satu atom, ia akan menjadi ozon (O3); yang bila dihirup manusia
boleh jadi menyebabkan bencana. Tetapi bila ditempatkan di atas atmosfer
bumi, maka ia sangat berguna untuk menyerap sebagian sinar-sinar
ultraviolet yang berbahaya (radiasinya) bagi makhluk di bumi.
Matematika terus berkembang pesat baik dari segi materi maupun
aplikasinya. Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar
dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai
meningkatkan pengusaaan yang baik terhadap materi matematika
(Susanto, 2013:186).
Tujuan diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Umum adalah :
a. Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan yang selalu berkembang, melalui latihan
yang bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, efektif, dan efisien.
b. Mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan pola pikir
Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam pembelajaran matematika, untuk mempelajari konsep B yang
dasarnya adalah konsep A. Maka peserta didik perlu memahami terlebih
dahulu konsep A. Hal ini berarti bahwa mempelajari matematika haruslah
bertahap dan perlu didasarkan pada pengetahuan yang sudah dimiliki.
Matematika jika belajar itu didasarkan pada apa yang sudah dimiliki.
Peserta didik akan lebih mudah mempelajari Matematika jika belajar itu
didasarkan pada apa yang sudah diketahui. Oleh karena itu, untuk
mempelajari materi Matematika yang baru perlu dikaitkan dengan
pengetahuan yang sudah dimilki. Karena karakteristik materi Matematika
yang hierarkis, maka belajar matematika yang terputus-putus akan
2. Model Pembelajaran
Di dalam pembelajaran, Al-Qur’an mengatur pola interaksi belajar
mengajar yang harus dilakukan guru dalam penyampaian pembelajaran di
dalam kelas. Guru dituntut untuk memiliki dua modal dasar dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar yaitu mendesign pembelajaran dan
mengkomunikasikan pembelajaran terhadap siswa. Pemilihan model
pembelajaran ini digambarkan dalam firman Allah SWT yang juga
berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW di zamannya yaitu :
ىوُه ىكَّبىر َّنِإ ُنىسْحىأ ىيِه ِتَِّلِبِ ْمُْلِْداىجىو ِةىنىسىْلْا ِةىظِعْوىمْلاىو ِةىمْكِْلِْبِ ىكِّبىر ِليِبىس ىلَِإ ُعْدا
ىن ِ ى ْ ُمْلِبِ ُمىيْعىأ ىوُهىو ِ ِييِبىس ْنىع َّلى ْنىِ ُمىيْعىأ
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl 16:125)
Model pembelajaran yang ada pada ayat ini yaitu harus dengan Hikmah
(bijaksana), al-mau'idhotil hasanah (pendidikan yang baik) serta jaadilhum billatii hiya ahsan (bantahan yang baik). Dalam
penggunaannya bisa langsung menyentuh, bersifat halus dan meyakinkan,
sehingga guru dan murid dapat melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar sesuai dengan yang diharapkan.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
Joyce dan Weil (Trianto, 2010:53) menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti buku-buku,
film, komputer, kurikuler dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam
merancang dan melaksankan pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Word Square
a. Pengertian Model Pembelajaran Word Square
Menurut Laurence Urdang (2011:8) Word Square is a set of words such
that when arranget one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya Word Square adalah sejumlah kata yang disusun satu dibawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara
mendatar dan menurun. Sedangkan menurut Homby adalah sejumlah kata
yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke
belakang.
Word Square terdiri dari dua kata Word dan Square. Word berarti kata sedangkan Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata. Word Square adalah salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah permainan “belajar sambil bermain” yang ditekankan
yaitu terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan
pegalaman, sebalikya keduanya terdapat perbedaan pada tujuannya,
kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan.
Sedangkan kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya di waktu
kegiatan permainan itu berlangsung. Dalam model pembelajaran ini, para
siswa dipandang sebagai objek dan subyek pendidikan yang mempunyai
potensi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang
dimiliki, jadi dalam hal ini guru sebagai fasilitator belajar.
Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelihan
dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban (Haryono,
2013:129).
Model Word Square adalah model yang mirip dengan pengisian TTS (teki-teki silang) dimana siswa diminta mengisi sejumlah kotak kosong
dengan kata atau kalimat yang relevan dengan materi pembelajaran
(Ismail, 2013: 13).
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui
pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi
kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh
Mujiman.
Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian
mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun
disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang
huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai
untuk semua mata pelajaran. Tinggal bagaimana guru dapat memprogram
sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir
efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa
namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Model ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan
cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat
untuk mengukur tingkat pemahaman sisiwa terhadap materi pelajaran yang
telah diajarkan. Instrument utama model ini adalah lembar kegiatan atau
kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada
susunan angka acak pada kolom yang telah disediakan.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran
Word Square sebagai berikut : (Ismail, 2012:21) 1) Buat kotak sesuai keperluan.
2) Buat soal sesuai indikator pembelajaran.
3) Sampaikan materi sesuai kompetensi
4) Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
5) Peserta didik disuruh menjawab soal, kemudian mengarsir huruf
6) Berikan poin pada setiap jawaban dalam kotak.
Media yang diperlukan dalam model Word Square ada dua bentuk yaitu: (Aqib, 2013:31)
1) Buat kotak Word Square sesuai keperluan.
2) Buat soal sesuai TPK (Tujuan Pengajaran Khusus).
Lebih lanjut (Aqib, 2013:31) menunjukkan langkah-langkah model
pembelajaran Word Square sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru membagikan lembar kegiatan sesuai contoh.
3) Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf/angka dalam kotak
sesuai jawaban secara vertikal, horizontal, maupun diagonal.
4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak
Berikut contoh bentuk kotak Word Square pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
T Y E N I O K N
R A U A N K U O
A B A R T E R M
N A N I R R S I
S D G I I T G N
A O N L S A I A
K L A A I S R L
S A C E K B O S
CONTOH SOAL :
KELOMPOK A
Isilah titik-titik dari pertanyaan dibawah ini !!!
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara ...
2. ... digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. uang ... saat ini banyak di palsukan.
KELOMPOK B
Susunlah huruf-huruf pada kolom sehingga membentuk kata kunci
(jawaban) dari pertanyaan pada kelompok A.
1. Tarreb
2. Ganu
3. Trasek
Mengadopsi dari langkah-langkah yang di deskripsikan aqib maka
peneliti merumuskan langkah Word Square dalam pembelajaran Matematika sebagai berikut:
1. Kolom Word Square dalam pembelajaran matematika, huruf diubah menjadi angka. Dimana penerapannya nanti angka-angka akan disusun
secara acak atau tidak berurutan
2. Siswa menjawab soal pada kelompok A yang kemudian jawabannya
dicocokkan pada kelompok B.
3. Setelah siswa mendapatkan jawaban yang tepat. Siswa mengarsir angka
4. Setiap jawaban yang tepat diberikan poin
Berikut contoh bentuk kotak Word Square pada mata pelajaran Matematika :
CONTOH SOAL :
KELOMPOK A
Isilah titik-titik dari pertanyaan dibawah ini !!!
1. 50 + 75 = ....
2. 30 + ( 5 x 7) = ....
KELOMPOK B
Susunlah angka-angka pada kolom sehingga membentuk kata kunci
(jawaban) dari pertanyaan pada kelompok A.
1. 521
2. 56
1 6 5 2 2 2 0 8 5
4 3 5 5 1 7 1 5 8
4 3 2 7 0 3 2 3 5
3 2 7 6 5 4 5 5 3
1 0 6 0 1 3 3 5 9
Dari kajian teori di atas, peneliti merumuskan langkah-langkah Word Square dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai berikut :
1. Persiapan
Pada tahap ini, sebelum memulai kegiatan pembelajaran peneliti
terlebih dahulu mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan
membuat lembar Word Square serta soal sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran.
2. Menjelaskan topik pembelajaran sesuai kompetensi
Pada tahap ini peneliti menyampaikan informasi mengenai topik
pembelajaran yang mencakup pokok-pokok inti dari materi yang akan
dibahas sesuai kompetensi.
3. Pembentukan kelompok dan pembagian LKS
Pada tahap ini peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 4-5 orang siswa dan membagikan LKS kepada
setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari sesuai contoh yang
diberikan. Dengan aturan permainannya, siswa menjawab soal-soal
yang terdapat pada kelompok A dan dilanjutkan langkah berikutnya
dengan mencocokkan jawaban pada kelompok B. Setelah mendapatkan
jawaban yang tepat, setiap kelompok mengaksir jawaban pada kotak
Word Square 1 berupa angka-angka dan kotak Word Square 2 berupa huruf-huruf secara vertikal, horizontal, maupun diagonal. Namun untuk
mengaksir jawaban tersebut peneliti telah menentukan warna-warna
untuk setiap jawaban yang diaksir yaitu : nomor 1 (warna biru), nomor
nomor 5 (warna pink), nomor 6 (warna orange), dan nomor 7 (warna
coklat) serta pengecualian untuk jawaban yang hasilnya koma dengan
diwanai merah.
4. Diskusi
Pada tahap ini, setiap kelompok berpikir untuk menjawab soal pada
LKS yang telah diberikan peneliti, kemudian setiap kelompok
mengarsir jawaban yang ada di kolom Word Square secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
5. Memberi kesimpulan
Pada tahap ini, peneliti bersama siswa memberikan kesimpulan atau
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang disajikan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Word Square
Mujiman menyatakan beberapa kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran Word Square yaitu :
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square :
1) Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
2) Melatih untuk berdisiplin
3) Dapat melatih sikap teliti dan kritis
4) Merangsang siswa untuk berpikir efektif
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa
terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam
ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban nama yang paling
tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran Word Square
yaitu :
1) Mematikan kreatifitas siswa.
2) Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3) Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan
kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena
siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari
lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat
menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran Word Square ini.
d. Cara Menanggulangi Kekurangan Model Pembelajaran Word
Square
1) Mematikan kreatifitas siswa. Hal ini dapat diatasi dengan guru
bersama siswa memeriksa kembali hasil kerja yang telah dikerjakan
dengan cara menukarkan lembar jawaban antar siswa. Utami
Munandar (Hamzah :2012) mengemukakan bahwa indikator
kreativitas antara lain : memiliki rasa ingin tahu yang besar dengan
memeriksa kembali hasil kerja mereka.
2) Siswa tinggal menerima bahan mentah. Hal ini dapat diatasi dengan
dengan materi yang telah diberikan dan kemudian soal tersebut
dijawab oleh siswa itu sendiri.
3) Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat diatasi
dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang
yang ada di kehidupan sehari-hari dalam soal yang diberikan di
lembar Word Square.
e. Efektivitas Model Pembelajaran Word Square Terhadap hasil
Belajar Matematika Siswa
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Dalam kamus bahasa
Indonesia, kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,
kesannya). Sedangkan definisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian
tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari
serangkaian pilihan. Maka efektivitas bisa juga diartikan sebagai
pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditentukan.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai efektivitas
model pembelajaran Word Square adalah sejauh mana usaha yang dilakukan dengan model pembelajaran Word Square dalam pencapaian suatu tujuan yang telah direncanakan yaitu hasil belajar matematika
siswa.
Sedangkan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
setelah diberikan perlakuan (treatment) berupa model pembelajaran
Word Square. Sehingga dapat diketahui efek, pengaruh, atau akibat dari model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa.
4. Model Pembelajaran Konvensional
a. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Sanjaya (2008:177) mengemukakan bahwa model
pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Model pembelajaran konvensional merupakan
suatu cara penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah
pendengar. Kegiatan ini berpusat pada penceramah dan komunikasi yang
searah.
Pada model pembelajaran konvensional, siswa belajar lebih banyak
mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas
jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Sistem konvensional
merupakan sebuah sistem pengajaran yang biasa dilakukan dalam proses
belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
demonstrasi.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran konvensional adalah
model pembelajaran yang berpusat pada guru dimana guru kurang
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga menjadikan siswa
sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan. Selain itu menjadikan siswa
berperan pasif ketika proses belajar mengajar berlangsung dan siswa
cenderung menerima keputusan guru dalam pengajaran yang diberikan
oleh guru.
b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Konvensional
Ciri-ciri model pembelajaran konvensional diantaranya sebagai berikut:
1) Peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan
sebagai penerima informasi secara pasif.
2) Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
3) Perilaku dibangun atas proses kebiasaan.
4) Kemampuan diperoleh dari latihan.
5) Tujuan akhir adalah penguasaan materi pembelajaran.
6) Tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar
dirinya, misalnya individu/peserta didik tidak melakukan sesuatu
disebabkan takut hukuman.
7) Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena
pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
8) Keberhasilan pembelajaran biasanya hanya di ukur dari tes.
9) Peserta didik lebih banyak belajar secara individual dengan
menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran.
10) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konvensional
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran
1) Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan
motivasi kepada siswa tentang materi yang diajarkan.
2) Guru memberikan motivasi
3) Guru menerangkan bahan ajar secara verbal
4) Guru memberikan contoh-contoh
5) Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab
pertanyaannya
6) Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan
contoh soal yang telah diberikan
7) Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa
8) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan inti pelajaran
9) Guru mengecek pengertian atau pemahaman siswa
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional
1) Kelebihan
a) Dapat menampung kelas yang berjumlah besar.
b) Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara sistematis
dengan penjelasan yang monoton.
c) Guru dapat diberikan tekanan pada hal-hal tertentu misalnya
rumus atau konsep yang dianggap penting.
d) Dapat menutupi kekurangan karena ketidaktersediaan buku
pelajaran atau alat-alat bantu sehingga tidak menghambat
2) Kelemahan
a) Pelajaran berjalan monoton sehingga membosankan dan membuat
siswa pasif karena kurangnya kesempatan yang diberikan.
b) Siswa lebih terfokus membuat catatan.
c) Siswa akan lebih cepat lupa.
d) Pengetahuan dan kemampuan siswa hanya sebatas pengetahuan
yang diberikan oleh guru.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai
pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang
besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik
dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti
setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik,
sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai
tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang
baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya
hasil belajar yang baik.
Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran telah
وُلوُأ َّلَِّإ ُرَّكَّذى اىمىو اًيرِثىك اًرْ يىخ ى ِتِوُأ ْ ىقى ف ىةىمْكِْلْا ىتْؤُ ْنىمىو ُءاىشى ْنىم ىةىمْكِْلْا ِتِْؤُ
ةرقبلا﴿ ِباىبْلىْلْا
:
٢٦٩
﴾
Artinya :
“Allah menganugerahkan Al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang
Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal lah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.S Al-Baqarah : 269)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberi hikmah dan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, dan menjiwai empunya kepada siapa yang
dikehendaki Allah. Dengan demikian, ia dapat membedakan antara hakikat
dan pelasan. Disamping mudah mengetahui antara godaan dan ilham
(inspirasi), ayat ini juga memberi petunjuk agar menggunakan akal yang
merupakan perangkat manusia paling mulia. Siapa saja yang telah diberi
taufik (pertolongan Allah) akan mengerti ilmu yang bermanfaat ini. Ia juga
akan dituntun oleh Allah menggunakan akalnya secara sehat dan diarahkan
kejalan yang benar. Ini berarti, ia telah mendapatkan kebaikan dan akhirat.
Berarti pula, ia mampu menundukkan kekuatan yang telah diciptakan Allah
untuknya, seperti pendengaran, pemikiran, rasa, dan citra untuk tujuan yang
bermanfaat bagi dirinya. Ia juga bisa mempersiapkan untuk melaksanakan
apa yang dikehendaki.
Menurut Nawawi (Susanto, 2013:5) bahwa hasil belajar diartikan sebagai
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah
yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
Adapun hasil belajar tersebut menurut para ahli sebagai berikut : menurut
Gagne (Slameto, 2010:15) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan yang dibedakan menjadi lima aspek yaitu : informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap.
Sedangkan menurut Bloom (Slameto, 2010:22) menyatakan bahwa hasil
belajar mencakup kemampuan ke dalam tiga ranah yaitu : ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran
yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat
terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu (syah,
2006:144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa
(internal factor), dan faktor yang datang dari luar diri individu siswa
(eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Faktor internal anak, meliputi :
1) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam
2) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil
belajar siswa antara lain : intelegensi, sikap, bakat, minat, dan
motivasi.
3) Faktor kelelahan.
b. Faktor eksternal anak meliputi :
1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor sekolah, meliputi metode pengajaran, kurikulum, relasi guru
dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah.
3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam
masyarakat, media masa, teman bergaul, serta bentuk kehidupan
masyarakat.
Dalam Al-quran, Allah SWT banyak sekali menjelaskan yang berkaitan
dengan faktor hasil belajar, diantaranya dalam surah Ar-rad ayat 11 yang
berbunyi :
...
ۗ ْىِهِسُفََْأِ بَي اوُرِّيَغُي ٰىَّتَح ٍو ْىَ ِ بَي ُرِّيَغُي َلا َ َّللَّا ٌَِّ ۗۗ
...
Artinya :
Jadi pada dasarnya manusia itu bisa mengubah keadaan yang buruk ke
arah yang lebih baik asal ia mau berusaha. Demikian juga halnya dalam
prestasi hasil belajar. Seorang siswa dapat berprestasi jika mau berusaha agar
mendapatkan nilai yang baik. Hasil belajar di sekolah tergantung kepada
bagaimana usaha individu untuk dapat meraihnya. Hasil belajar apabila sudah
teraih berarti upaya dalam belajar berhasil atau secara keseluruhan materi
telah dipahami dan dikuasai.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut
sebagai hambatan/kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang
kondusif. Terkait dengan hal ini (Ihsan, 2005:19) menyebutkan 7
hambatan-hambatan yang dihadapi siswa akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu :
a. Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua.
b. Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada
anak.
c. Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan anak.
d. Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa
menunjang belajar.
e. Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau
tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.
f. Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak.
g. Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas
3. Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Aspek Kognitif, Afektif dan
Psikomotorik
Ketika seorang guru atau dosen dalam memberikan penilaian terhadap
seseorang atau sekelompok peserta didik, ada 3 aspek penting yang harus
dijadikan pertimbangan dalam menentukan hasil belajar. Menurut Bloom
ranah belajar terdiri dari tiga yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Penilaian ranah kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual. Ranah kognitif ini meliputi 6 (enam) aspek
yakni :
1) Knowledge (pengetahuan atau ingatan);
2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas); 3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);
4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru);
5) Evaluation (menilai); 6) Application (menerapkan).
Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat
rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi termasuk
kognitif tingkat tinggi
b. Penilaian ranah afektif (affective domain)
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa, sikap seseorang dapat
yang tinggi, ciri-ciri belajar efektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku. Misalnya : perhatiannya terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan
belajar dan hubungan sosial.
Ranah afektif tediri dari 5 (lima) aspek yaitu :
1) Receiving (sikap menerima); 2) Responding (memberikan respon); 3) Valuing (menilai);
4) Organization (organisasi); 5) Characterization (karakteristik)
c. Penilaian ranah psikomotorik (psycomotor domain)
Ranah pikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu.
Ranah psikomotoris terdiri dari 6 (enam) aspek yaitu :
1) Perception (persepsi); 2) Set (kesiapan);
3) Guided Respon (gerakan terbimbing); 4) Mechanism (gerakan terbiasa);
5) Complex Over Respon (gerakan kompleks); 6) Adaptation (penyesuaian);
7) Originality (kreativitas).
Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Maka ranah
sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Namun dalam penelitian ini, hasil belajar yang diukur adalah
indikator-indikator hasil belajar pada ranah kognitif. Hasil belajar ranah
ini dapat diukur dari hasil tes yang diberikan di akhir pembelajaran. Dari
hasil tes tersebut akan tampak sejauh mana peserta didik mengingat
materi yang sudah disampaikan dan sejauh mana pemahaman mereka
terhadap materi. Selain itu kemampuan peserta didik untuk mengaitkan
dan menerapkan rumus-rumus dalam menyelesaikan soal juga bisa
dilihat.
4. Indikator Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil akhir yang dicapai setelah seorang individu
melakukan proses belajar. Proses belajar inilah yang menjadi titik tolak dalam
menentukan berhasil tidaknya seorang individu memperoleh dan memahami
ilmu pengetahuan. Di dalam Islam, Allah menuntut manusia untuk memiliki
ilmu pengetahuan karena manusia akan dibedakan berdasarkan iman dan ilmu
pengetahuannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Mujadilah :
11
...
ٍ َج َرَد َىْهِعْنا ا ْىُت ْوُا ٍَْيِ َّنا َو ْىُكُِْي ا ْىَُُيَا ٍَْيِ َّنا ُالله ِعَف ْرَي
...
Artinya :
Adapun hasil belajar tersebut menurut para ahli sebagai berikut : menurut
Gagne (Slameto, 2010:15) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan yang dibedakan menjadi lima aspek yaitu : informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap.
Sedangkan menurut Bloom (Slameto, 2010:22) menyatakan bahwa hasil
belajar mencakup kemampuan ke dalam tiga ranah yaitu : ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga ranah
yang telah dipaparkan lebih mudah untuk diukur. Untuk mengungkapkan
hasil belajar penulis mengklasifikasikan indikator sebagai petunjuk bahwa
siswa telah berhasil meraih sebuah prestasi.
Berikut ini disajikan kata kerja operasional (KKO) yang dapat digunakan
untuk indikator hasil belajar, baik yang menyangkut ranah kognitif, afektif
maupun psikomotorik :
Tabel 2.1
Ranah, Aspek, dan KKO Hasil Belajar
No. Ranah Aspek KKO Hasil Belajar
1. Kognitif Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Menyebutkan, menuliskan, menyatakan, mengurutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan, mencocokkan, memberi nama, memberi label, melukiskan.
Menerjemahkan, mengubah, menggenaralisasikan, menguraikan, merumuskan kembali, merangkum, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, mengemukakan pendapat, dan menjelaskan.
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Menguraikan, membagi-bagi, memilih, dan membedakan.
Merancang, merumuskan, mengorganisasikan, menerapkan, memadukan, dan merencanakan.
Mengkritisi, menafsirkan, mengadili, dan memberikan evaluasi
2. Afektif Penerimaan
Menanggapi
Penanaman nilai
Pengorganisasian
Karakterisasi
Mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya dan mengalokasikan.
Konfirmasi, menjawab, membaca, membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
Menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan, dan melakukan.
Memverifikasi, menyusun, menyatukan, menghubungkan, dan mempengaruhi. Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.
3. Psikomotorik Pengamatan
Peniruan
Pembiasaan
Penyesuaian
Mengamati proses, memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada setiap artikulasi. Melatih, mengubah, membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, dan menggunakan sebuah model.
Membiasakan perilaku yang sudah dibentuknya mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.
Menyesuaikan model, mengembangkan model, dan menerapkan model.
(Mulyasa, 2006 : 139)
Dari penjelasan beberapa indikator hasil belajar yang ada, maka ranah
kognitif yang digunakan pada penelitian ini. Karena ranah kognitif berkaitan
dengan pengetahuan dan penerapan.
C. Materi Statistika
Tabel 2.2
SK, KD, dan Indikator Materi Statistika
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Menggunakan aturan
statistika, kaidah
Menghitung ukuran
pemusatan, ukuran letak,
1.Menyebutkan pengertian
pencacahan, dan sifat-sifat
peluang dalam pemecahan
masalah.
dan ukuran penyebaran
data serta penafsirannya.
median, dan modus
2.Menentukan ukuran pemusatan
data : mean, median dan modus
1. Ukuran Pemusatan Data
Ukuran pemusatan data adalah suatu ukuran atau nilai yang diperoleh dari
sekumpulan data dan mempunyai kecenderungan berada di tengah-tengah
dari sekumpulan data tersebut. Ada tiga macam ukuran pemusatan data,
yaitu : rata-rata (mean), median, dan modus.
a. Rata-rata (Mean)
Rata-rata dari sekumpulan data adalah hasil bagi dari jumlah seluruh
nilai-nilai data dan banyaknya data.
1) Rata-rata untuk data tunggal (tidak berkelompok)
2) Rata-rata untuk data yang diboboti
3) Rata-rata untuk data berkelompok
Contoh :
1. (Ranah kognitif pada aspek penerapan)
Nilai 10 orang peserta ujian matematika di MA Negeri 2 Palembang
adalah 78, 56, 66, 94, 48, 82, 80, 70, 76, dan 50. Tentukan rata-rata
dari nilai-nilai tersebut !
𝑋 = 𝑋1+𝑋2+𝑋3+⋯+𝑋𝑛
𝑛 =
𝑋𝑖 𝑛 𝑖=1
𝑛
𝑋 =𝑓1𝑥1+𝑓2𝑥2+𝑓3𝑥3+⋯+𝑓𝑛𝑋𝑛 𝑓𝑖+𝑓2+𝑓3+⋯+𝑓𝑛
Penyelesaian :
Dengan menggunakan rumus rata-rata :
𝑋 = 𝑛 𝑥𝑖 =10 𝑖=1
𝑛
=
78+56+66+94+48+82+80+70+76+5010
=
70010
= 70
2. (Ranah kognitif pada aspek penerapan)
Dalam suatu pekan olahraga nasional, tim suatu provinsi
memperoleh 9 medali emas, 7 medali perak, dan 20 medali
perunggu. Jika tiap medali emas bernilai 3, medali perak bernilai 2,
dan medali perunggu bernilai 1. Tentukan nilai rata-rata dari tim
provinsi itu !
Penyelesaian :
Misal : medali emas : x1 = 3; f1 = 9
medali perak : x2 = 2; f2 = 7
medali perunggu : x3 = 1; f3 = 20
𝑋
=
9𝑥3 + 7𝑥2 + (20𝑥1)3+2+1
=27 + 14 + 20 6
= 61 6
3. (Ranah kognitif pada aspek penerapan)
Tentukan rata-rata dari data berikut !
Skor Frekuensi
40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99
4 6 10 4 4 2 Penyelesaian :
Skor Frekuensi (𝒇𝒊) Titik Tengah (xi) 𝒇𝒊𝒙𝒊 40 – 49
50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99
4 6 10 4 4 2 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 178 327 645 298 338 189
𝒇𝒊 = 30 𝒇𝒊𝒙𝒊= 1975
𝑋 = 𝑓𝑖𝑥𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑓𝑖 𝑛 𝑖=1
= 1975 30
= 65,83
b. Median
Median dari sekelompok data adalah nilai yang terletak di tengah
deretan data setelah diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar.
1) Median untuk dara tunggal
Jika n ganjil maka median data itu adalah datum ke-𝑛+1 2
Jika n genap maka median data itu adalah nilai rata-rata dari datum
ke-𝑛
2 dan datum ke-(
𝑛
2) Median untuk data berkelompok
Contoh :
1. (Ranah kognitif pada aspek penerapan)
Diketahui d