• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI DI MA NEGERI 2 PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI DI MA NEGERI 2 PALEMBANG"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

WORD SQUARE

TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS XI

DI MA NEGERI 2 PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

DINA MUTHIA

NIM. 10221701

Program Studi Tadris Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hal : Pengantar Skripsi Lamp. : -

Kepada Yth.

Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Raden Fatah Di

Palembang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah melalui proses bimbingan, arahan dan koreksian baik dari segi isi maupun teknik penulisan terhadap skripsi saudari :

Nama : Dina Muthia

NIM : 10221701

Program : S1 Tadris Matematika

Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI Di MANegeri 2 Palembang

Maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari tersebut dapat diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu:alaikum Wr. Wb

Palembang, Desember 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Rohmalina Wahab, M.Pd.I Yuli Fitrianti, M.Pd

(3)

Skripsi Berjudul :

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD

SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS XI DI MA NEGERI 2 PALEMBANG

yang ditulis oleh DINA MUTHIA dengan NIM 10221701 telah dimunaqosyahkan dan dipertahankan

di depan Panitia Penguji Skripsi Pada Tanggal, 23 Desember 2014

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Palembang, 23 Desember 2014 Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Sekretaris

Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si Gusmelia Testiana, M.Kom NIP. 19720812 200501 2 005 NIP. 19750801 200912 2 001

Penguji Utama : Choirun Niswah, M.Ag ( ) NIP. 19700821 199603 2 002

Anggota Penguji : Muhammad Win Afgani, M.Pd ( ) NIP. 19821210 200912 1 002

Megesahkan

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

(4)

NIP. 19710911 199703 1 004

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 “sabar, satu kata yang mungkin sering kamu dengar ketika dalam kesulitan. Terkadang bersabar membuat hati kita lelah, tetapi percayalah

pada akhirnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan”.

 “start a day with Bismillah, Mulailah hari dengan mengucapkan Bismillah”.

 Kebahagian orang tua merupakan tiang semangat bagiku untuk tidak mudah menyerah dalam mencapai sebuah kesuksesan”.

 “usaha yang sungguh-sungguh serta diiringi dengan doa yang ikhlas pasti membuahkan hasil yang terbaik”.

 “kita melihat kebahagian itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain”. (Thomas Hardy)

Goresan tanganku ini ku persembahkan sebagai wujud kasih sayangku kepada ... ♥ Almarhum papa H. Junaidi MD, yang telah memberikan kasih sayang

kepadaku selama ini. Terima kasih papa, aku berharap semoga aku bisa membuatmu bangga. Semoga di surganya Allah, papa bisa tersenyum bahagia.

♥ Mama tersayang Mardianah, S.Pd, terima kasih telah menjadi orang tua yang hebat untukku. Sedikit kebahagian yang mungkin bisa aku berikan untukmu.

(5)

♥ Dosen dan staf pendidikan di Jurusan Tadris Matematika

♥ Sahabat-sahabat terbaikku (Evy kurniaty, A.md dan Fitri Haryanti, A.md) ♥ Sahabat-sahabatku di Tadris Matematika 2010 (Dian, Heni Apryanti,

Mega Silvia, Mistriana, Tika Herlina)

♥ Teman-teman PPL (di MA Negeri 2 Palembang)

(6)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dina Muthia

Tempat dan Tanggal lahir : Palembang, 14 April 1992

Program Studi : Tadris Matematika

NIM : 10221701

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi, interprestasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan. 2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik, baik di IAIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini

Palembang, Desember 2014

Yang Membuat Pernyataan

Dina Muthia

(7)

ABSTRACT

The aim of this study was to know the effectiveness of the application usage of Word Square learning model on learning outcomes at the eleventh grade students of MA Negeri 2 Palembang. This study used true experimental design with pretest and posttest control group designs. The population of this study were all of eleventhgrade students of MA Negeri 2 Palembang in 2014/2015 academic years which consisted of four class with 152 students. From four classes population were taken two sample classes,it was XI IPA 2, which consisted of 38 students as an experimental group and XI IPA 3 which consisted of 38 students as a control group. In this study, the method of research used probality sampling techique with type of cluster random sampling. Data collection techniques were used were to know the mathematics learning outcomes of student. Analysis of data used hypothesis test. Based of the result, it can be concluded that the students learning outcome in mathematics learning during applied learning instructional of model Word Square average value of the experimental class was 80.10 that greater than the control class, it was 73.13 where ttest = 2.333> 1.996 ttable with α = 5 %, so the null hypothesis (H0) was rejected it means that application of word square learning model was effective foward students earning outcomes at the eleventh grade students of MA Negeri 2 Palembang.

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan penggunaan model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas XI MA Negeri 2 Palembang. Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental design dengan bentuk pretest-posttest control group design, populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang ada di MA Negeri 2 Palembang tahun ajaran 2014-2015 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah siswa 152 orang. Dari empat kelas populasi diambil dua kelas sampel yaitu kelas XI IPA 2 dengan jumlah 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 3 berjumlah 38 siswa sebagai kelas kontrol. Dengan penentuan sampel teknik probality sampling jenis cluster random sampling. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa. Analisis data tes menggunakan uji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika selama diterapkan model pembelajaran Word Square di dapatkan nilai rata-rata kelas eksperimen 80,10 lebih besar dari kelas kontrol 73,13 dimana thitung = 2,333 > ttabel

1,996 dengan 𝛼 = 5%, maka hipotesis nol (H0) ditolak artinya penggunaan model

pembelajaran Word Square efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI di MA Negeri 2 Palembang.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI Di MA Negeri 2

Palembang”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak ditemukan kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan, namun berkat inayah Allah SWT serta bantuan dari berbagai pihak segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Prof. H. Aflatun Muchtar, MA selaku Rektor IAIN Raden Fatah

Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika.

4. Ibu Dra. Hj. Rohmalina Wahab, M.Pd selaku Pembimbing I. 5. Ibu Yuli Fitrianti, M.Pd selaku Pembimbing II.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta staf Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

(10)

8. Ibu Hj. Masnah selaku guru mata pelajaran matematika kelas XI serta guru-guru dan staf MA Negeri 2 Palembang.

9. Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan semangat serta dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2010 dan almamaterku di Tadris

matematika IAIN Raden Fatah Palembang.

11. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memilki banyak kekurangan, karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dapat digunakan demi perbaikan skripsi ini nantinya. Penulis juga berharap agar skripsi ini akan memberikan banyak manfaat bagi yang membacanya dan bagi proses pengajaran bidang studi matematika serta bidang studi lainnya di seluruh jenjang pendidikan.

Palembang, Desember 2014

Penulis,

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai

dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha

manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina

potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan

jasmani (panca indra serta keterampilan-keterampilan). Secara jelas tujuan

pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan

dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 bab II pasal 3, yang merumuskan

bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab

(Sanjaya, 2011:65).

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1

(12)

dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur,

mempunyai jenjang/tingkat dalam periode waktu-waktu tertentu dan

berlangsung dari sekolah dasar sampai ke universitas dan tercakup di samping

studi akademis umum juga berbagai program khusus dan lembaga untuk

latihan teknis dan profesional (Calidjah, 2000:62).

Pendidikan non formal biasanya terdapat pada anak usia belia ataupun

sebagai pedidikan penunjang kegiatan belajar secara formal. Pendidikan non

formal sangat mudah kita jumpai seperti hadirnya tempat kursus, diantaranya

kursus bimbingan belajar, kursus menyanyi, kursus menari, dan sebagainya.

Sedangkan yang lainnya bisa kita jumpai pendidikan di TPA untuk peserta

didik beragama muslim atau sekolah minggu untuk peserta didik beragama

kristen dan khatolik. Memang tidak semua lapisan masyarakat mampu

mengenyam pendidikan non-formal, tapi banyak juga lembaga yang

menyediakannya secara gratis (Calidjah, 2000:63).

Pendidikan merupakan pendidikan yang dilakukan secara mandiri dari

dalam diri sendiri yang memiliki kesadaran serta tanggung jawab yang penuh

dalam proses penerapannya. Pendidikan informal biasanya dimulai dari

lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika pendidikan ini

dimulai dari ruang lingkup keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting

karena orang tua merupakan panutan pertama yang biasanya dijadikan teladan

dari para peserta didik. Maka dari itu, orang tua pun harus memiliki keahlian

dan pengetahuan yang cukup sehingga dampak yang diharapkan akan berhasil

dengan baik. Sementara itu, pendidikan dari lingkungan masyarakat juga

(13)

pembentukan karakter sesorang. Jika kita memiliki lingkungan masyarakat

yang baik, maka para peserta didik pun akan menghormati dan menjalankan

sesuai adat dan istiadat yang ada. Namun jika di lingkungan masyarakat tidak

memiliki perilaku yang baik, dikhawatirkan akan memiliki dampak yang

buruk dalam perkembangan mental seseorang (Calidjah, 2000:61).

Pendidikan baik yang bersifat agama dan umum merupakan wadah yang

efektif dalam rangka membina, memperbaiki mental, nilai dan mempercepat

pertumbuhan pemikiran manusia. Oleh karena itu manusia harus mengasah

otaknya dengan ilmu pengetahuan, menggali dan menuntut ilmu pengetahuan

merupakan hal yang sangat penting bagi setiap masyarakat melalui jalur

pendidikan non-formal yang lainnya. Sebab dengan ilmu kita dapat hidup

teratur, terarah, dan bergaul dengan baik. Sebagaimana sabda Rasulullah

SAW yaitu :

َىَّهَس َو ِّْيَهَع ُالله ىَّهَص ِالله ُل ْىُسَر َل بَق َُُّْع ُالله َي ِضَر ٍسَََا ٍَْع

:

ْىَن َو َىْهِعْنا ُبُهْطُا

ٍَْي ِّلنا بِ

.

َىْهِعْنا ُبَهَط ٌََّبف

ةَضْي ِرَف

َبطِن بًحَُِتْجِا ُعَضَت َةَكِئ َلاًَْنا ٌَِّا ٍىِهْسُي ِّمُك ىَهَع

ُبُهْطَي بًَِ ُءبَف ِر َىْهِعْنا ِبَن

(

ربنا دبع ٍ ا ِاور

)

Artinya :

“Dari Anas ra, berkata Rasulullah SAW tuntutlah ilmu pengetahuan

sekalipun ke negeri Cina, maka sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim, sesungguhnya malaikat mengembangkan sayapnya bagi

orang yang menuntut ilmu karena suka kepada apa yang ia tuntut”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

Sekolah merupakan suatu lingkungan yang bernuansa akademis sebab

berbagai kegiatan akademis banyak dilaksanakan di sekolah, baik yang

berkaitan dengan intrakurikuler maupun ekstrakulikuler. Dengan adanya

(14)

menuntut siswa untuk bersikap dan berfikir logis, kritis, aktif, kreatif, dan

inovatif. Peran guru adalah sebagai fasilitator (penyedia dan pengelola

fasilitas pembelajaran), pemantau kegiatan pembelajaran dan selalu siap

memberikan balikan yang diperlukan siswa sehingga guru bukan sebagai

sumber utama pembelajaran. Namun disini yang menjadi permasalahan

disekolah itu kita memiliki berbagai macam mata pelajaran yang harus

dikuasai oleh para siswa. Misalnya saja pada mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memegang peranan

penting dalam dunia pendidikan. Hal ini terlihat dari adanya mata pelajaran

matematika yang dipelajari dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan

tinggi.

Menurut Cockorft (dalam Abdurrahman, 2009:253) Mengemukakan

bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : 1) selalu digunakan

dalam segala segi kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan matematika

yang sesuai; 3) merupakan komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; 4) dapat

digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) meningkatkan

kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; 6)

memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang

menantang.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran matematika dapat diukur dari

pemahaman dan penguasaan materi, keaktifan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Para siswa memasuki kelas dengan

pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru

(15)

kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak berperan aktif dalam pengajaran

secara berkelompok. Ini berarti pengajaran harus dengan pengajaran secara

individual. “Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru

yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar pada

masing-masing individu”.

Namun jika pengajaran secara individu diterapkan dengan jumlah siswa

sebanyak 40 orang maka tampak kurang efisien karena akan menghabiskan

banyak waktu baik dari segi siswa maupun dari segi guru. Tinjauan terhadap

penelitian mengenai pengajaran individual dalam pelajaran matematika

misalnya menurut Miller dan Schoen (Slavin, 2012:189) “Secara seragam

menyimpulkan bahwa pengajaran individual tidak lebih efektif dibandingkan

dengan metode-metode tradisional dalam hal meningkatkan kemampuan para

siswa.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti saat PPLK II di MA

Negeri 2 Palembang mulai dari 02 Oktober 2013 sampai dengan 20 Agustus

2014, ditemukan beberapa kelemahan diantaranya adalah prestasi belajar

matematika yang dicapai siswa masih rendah hanya 50%. Fakta tersebut

ditunjukkan oleh nilai hasil belajar matematika siswa MA Negeri 2

Palembang yaitu 65 yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)

seperti yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 71.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa pada pembelajaran

matematika antara lain : 1) keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran

matematika masih belum nampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan, 3)

(16)

Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga

sangat penting. Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di MA Negeri 2

Palembang khususnya guru matematika rata-rata mengajar dengan model

pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Dimana guru

mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat dan hafal.

Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktivitas mendengar,

menulis, membaca, dan diskusi untuk mengkomunikasikan suatu masalah

khusunya matematika maka diskusi kelompok perlu dikembangkan. Dengan

menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek-aspek komunikasi bisa

dikembangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu alternatife untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan

penggunaan strategi mengajar. Pemilihan strategi pembelajaran yang menarik

dan dapat memicu siswa untuk ikut serta aktif dalam kegiatan belajar

mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif

adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara

aktif. Dimana peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses

pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman dan penguasaan materi, keaktifan siswa, serta hasil belajar siswa

(17)

Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang

memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam

mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban (Haryono, 2013:129).

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui

pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada

keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman.

Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan kegiatan belajar mengajar

dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat

untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang

telah diajarkan. Instrument utama model pembelajaran ini adalah lembar

kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari

jawabannya pada susunan angka acak pada kolom yang telah disediakan.

Dengan menerapkan model pembelajaran Word Square ini diharapkan agar proses pembelajaran yang selama ini pasif, dapat meningkat setelah

penggunaan model pembelajaran Word Square yang mampu untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses

pelaksanaannya siswa dituntut agar jeli dalam berpikir yang tujuannya untuk

melatih sikap teliti dan kritis.

Bedasarkan dari uraian di atas, memotivasi penulis untuk mengadakan

(18)

PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA DI KELAS XI MA NEGERI 2 PALEMBANG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana

efektivitas penerapan penggunaan model pembelajaran Word Square terhadap

hasil belajar matematika siswa di kelas XI MA Negeri 2 Palembang?”

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan penggunaan

model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa di

kelas XI MA Negeri 2 Palembang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dan sumbangan yang berharga bagi penelitian hasil belajar dan mutu

pendidikan matematika di sekolah. Secara rinci sumbangan yang diharapkan

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Memperkaya wawasan teoritis dalam ilmu pendidikan, khususnya tentang

(19)

2. Manfaat Praktis

a) Bagi siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

Word Square dan memperoleh suatu cara belajar yang lebih menyenangkan.

b) Bagi guru

Sebagai sarana yang berguna dalam mengadakan variasi dalam proses

pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik.

c) Bagi sekolah

Sebagai salah satu masukan dalam upaya meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika

d) Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman

khususnya tentang model pembelajaran Word Square sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan sebagai bahan

untuk mempersiapkan diri sebagai calon pendidik.

e) Bagi peneliti lain

Dapat menjadi motivator peneliti lain untuk mengembangkan penelitian

lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan

mengajar. Aktivitas belajar secara metodelogis cenderung lebih dominan pada

siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Dengan

kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar

(BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar

(KBM).

Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru,

yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut Undang-Undang ini, pembelajaran

diartikan sebaai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an banyak menunjukkan aktivitas

pembelajaran, diantaranya surah An-Nahl ayat 78 :

َعًَّْسنا ُىُكَن َمَعَج َو بًئْيَش ٌَىًَُهْعَت لا ْىُكِتبَهَّيُأ ٌِىُطُ ٍِْي ْىُكَجَرْخَأ ُ َّللَّا َو

ُ ْ َت ْىُكَّهَعَن َ َدِئْفاا َو َربَلْ اا َو

Artinya :

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S An-Nahl : 78)

Dari ayat di atas, setidaknya terdapat tiga hal pembahasan yang

(21)

kejadian manusia yang tidak mengetahui sesuatu apapun ketika diciptakan,

bagaikan kertas putih yang tidak ternodai apapun bila kita tidak

mengotorinya. Kedua, setelah Allah SWT menjelaskan tentang penciptaan

manusia pertama kali yang tidak mengetahui apapun kemudian Allah SWT

memberikan kepada manusia potensi pembelajaran melalui kemampuan fisik

yakni pendengaran dan juga penglihatan serta memberikan juga kepada

manusia kemampuan psikis yakni akal. Semua kemampuan tersebut harus

dikembangkan dan dibina melalui pendidikan dan pembelajaran yang sesuai

dengan ajaran Islam. Ketiga, setelah Allah SWT memberikan semua potensi

tersebut kepada manusia, Allah SWT memerintah agar potensi tersebut

digunakan untuk kebaikan dan beribadah kepada-Nya sebagai bentuk rasa

syukur kepada Allah SWT. (Natta, 2002:23)

Menurut Corey (Susanto, 2013:186), pembelajaran adalah suatu proses di

mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam tingkah laku tertentu pada kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Menurut Dimyati (Susanto, 2013:186), pembelajaran adalah kegiatan

guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa

belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses pendidikan dalam lingkup persekolahan dan inti dari

proses belajar mengajar pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang

(22)

relatif tinggi, yang mana peran guru tersebut terkait juga dengan peran siswa

dalam belajar.

1. Pembelajaran Matematika

Kata matematika berasa dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari” sedangkan dalam bahasa

Belanda, matematika disebut wiskunde (ilmu pasti) yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001:7)

Menurut Johnson dan Myklebust, (Abdurrahman, 2009:252)

matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

Menurut Kline (Abdurrahman, 2009:252) mengemukakan bahwa

matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah

penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara

bernalar induktif.

Lerner (Abdurrahman, 2009:252) mengemukakan bahwa matematika di

samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang

memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan

ide mengenai elemen dan kuantitas.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT banyak sekali menjelaskan yang

berkaitan dengan matematika, diantaranya dalam surah Al-Qomar ayat 49

yang berbunyi :

ٍرَدَ ِ ُِبَُْ َهَخ ٍءْيَش َّمُك بََِّ

Artinya :

(23)

Ayat tersebut melukiskan keteraturan penciptaan segala sesuatu yang

ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya,

atau ada persamaannya.

Dalam surah lain Allah SWT juga menyebutkan :

اًدَدَع ٍءْيَش َّمُك ٰىَلْحَأ َو ْىِهْيَدَن بًَِ َطبَحَأ َو

Artinya :

“Dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu (Qs. Al-Jin :28)

Esensi ayat ini adalah bahwa ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu, tidak

ada yang tertinggal. Semua kejadian, objek alam, penciptaan di bumi dan

langit, dan struktur al-Qur’an, tidak ada yang kebetulan. Semuanya

ditetapkan dengan hitungan yang sangat teliti. Sebenarnya bila diketahui,

(sebagian) ilmu tersebut meliputi risalah-risalah yang disampaikan dan

ilmu yang ada pada para Rasul.

Dalam kehidupan modern sekarang pun, kita akan menjumpai

“hitungan tersebut”, mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit.

Contohnya oksigen (O2) memberikan kehidupan kepada semua makhluk di

bumi melalui sistem pernafasan; sangat vital. Tetapi bila kelebihan

hitungan satu atom, ia akan menjadi ozon (O3); yang bila dihirup manusia

boleh jadi menyebabkan bencana. Tetapi bila ditempatkan di atas atmosfer

bumi, maka ia sangat berguna untuk menyerap sebagian sinar-sinar

ultraviolet yang berbahaya (radiasinya) bagi makhluk di bumi.

Matematika terus berkembang pesat baik dari segi materi maupun

aplikasinya. Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar

(24)

dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai

meningkatkan pengusaaan yang baik terhadap materi matematika

(Susanto, 2013:186).

Tujuan diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Umum adalah :

a. Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan

keadaan di dalam kehidupan yang selalu berkembang, melalui latihan

yang bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,

cermat, jujur, efektif, dan efisien.

b. Mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan pola pikir

Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Dalam pembelajaran matematika, untuk mempelajari konsep B yang

dasarnya adalah konsep A. Maka peserta didik perlu memahami terlebih

dahulu konsep A. Hal ini berarti bahwa mempelajari matematika haruslah

bertahap dan perlu didasarkan pada pengetahuan yang sudah dimiliki.

Matematika jika belajar itu didasarkan pada apa yang sudah dimiliki.

Peserta didik akan lebih mudah mempelajari Matematika jika belajar itu

didasarkan pada apa yang sudah diketahui. Oleh karena itu, untuk

mempelajari materi Matematika yang baru perlu dikaitkan dengan

pengetahuan yang sudah dimilki. Karena karakteristik materi Matematika

yang hierarkis, maka belajar matematika yang terputus-putus akan

(25)

2. Model Pembelajaran

Di dalam pembelajaran, Al-Qur’an mengatur pola interaksi belajar

mengajar yang harus dilakukan guru dalam penyampaian pembelajaran di

dalam kelas. Guru dituntut untuk memiliki dua modal dasar dalam

mengelola kegiatan belajar mengajar yaitu mendesign pembelajaran dan

mengkomunikasikan pembelajaran terhadap siswa. Pemilihan model

pembelajaran ini digambarkan dalam firman Allah SWT yang juga

berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW di zamannya yaitu :

ىوُه ىكَّبىر َّنِإ ُنىسْحىأ ىيِه ِتَِّلِبِ ْمُْلِْداىجىو ِةىنىسىْلْا ِةىظِعْوىمْلاىو ِةىمْكِْلِْبِ ىكِّبىر ِليِبىس ىلَِإ ُعْدا

ىن ِ ى ْ ُمْلِبِ ُمىيْعىأ ىوُهىو ِ ِييِبىس ْنىع َّلى ْنىِ ُمىيْعىأ

Artinya :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl 16:125)

Model pembelajaran yang ada pada ayat ini yaitu harus dengan Hikmah

(bijaksana), al-mau'idhotil hasanah (pendidikan yang baik) serta jaadilhum billatii hiya ahsan (bantahan yang baik). Dalam

penggunaannya bisa langsung menyentuh, bersifat halus dan meyakinkan,

sehingga guru dan murid dapat melaksanakan kegiatan proses belajar

mengajar sesuai dengan yang diharapkan.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

(26)

Joyce dan Weil (Trianto, 2010:53) menyatakan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan

dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan

untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti buku-buku,

film, komputer, kurikuler dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam

merancang dan melaksankan pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Word Square

a. Pengertian Model Pembelajaran Word Square

Menurut Laurence Urdang (2011:8) Word Square is a set of words such

that when arranget one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya Word Square adalah sejumlah kata yang disusun satu dibawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara

mendatar dan menurun. Sedangkan menurut Homby adalah sejumlah kata

yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke

belakang.

Word Square terdiri dari dua kata Word dan Square. Word berarti kata sedangkan Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata. Word Square adalah salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah permainan “belajar sambil bermain” yang ditekankan

(27)

yaitu terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan

pegalaman, sebalikya keduanya terdapat perbedaan pada tujuannya,

kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan.

Sedangkan kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya di waktu

kegiatan permainan itu berlangsung. Dalam model pembelajaran ini, para

siswa dipandang sebagai objek dan subyek pendidikan yang mempunyai

potensi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

dimiliki, jadi dalam hal ini guru sebagai fasilitator belajar.

Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelihan

dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban (Haryono,

2013:129).

Model Word Square adalah model yang mirip dengan pengisian TTS (teki-teki silang) dimana siswa diminta mengisi sejumlah kotak kosong

dengan kata atau kalimat yang relevan dengan materi pembelajaran

(Ismail, 2013: 13).

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui

pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi

kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh

Mujiman.

Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian

(28)

mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun

disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang

huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai

untuk semua mata pelajaran. Tinggal bagaimana guru dapat memprogram

sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir

efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa

namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.

Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Model ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan

cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat

untuk mengukur tingkat pemahaman sisiwa terhadap materi pelajaran yang

telah diajarkan. Instrument utama model ini adalah lembar kegiatan atau

kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada

susunan angka acak pada kolom yang telah disediakan.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran

Word Square sebagai berikut : (Ismail, 2012:21) 1) Buat kotak sesuai keperluan.

2) Buat soal sesuai indikator pembelajaran.

3) Sampaikan materi sesuai kompetensi

4) Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

5) Peserta didik disuruh menjawab soal, kemudian mengarsir huruf

(29)

6) Berikan poin pada setiap jawaban dalam kotak.

Media yang diperlukan dalam model Word Square ada dua bentuk yaitu: (Aqib, 2013:31)

1) Buat kotak Word Square sesuai keperluan.

2) Buat soal sesuai TPK (Tujuan Pengajaran Khusus).

Lebih lanjut (Aqib, 2013:31) menunjukkan langkah-langkah model

pembelajaran Word Square sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

2) Guru membagikan lembar kegiatan sesuai contoh.

3) Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf/angka dalam kotak

sesuai jawaban secara vertikal, horizontal, maupun diagonal.

4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak

Berikut contoh bentuk kotak Word Square pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

T Y E N I O K N

R A U A N K U O

A B A R T E R M

N A N I R R S I

S D G I I T G N

A O N L S A I A

K L A A I S R L

S A C E K B O S

(30)

CONTOH SOAL :

KELOMPOK A

Isilah titik-titik dari pertanyaan dibawah ini !!!

1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara ...

2. ... digunakan sebagai alat pembayaran yang sah

3. uang ... saat ini banyak di palsukan.

KELOMPOK B

Susunlah huruf-huruf pada kolom sehingga membentuk kata kunci

(jawaban) dari pertanyaan pada kelompok A.

1. Tarreb

2. Ganu

3. Trasek

Mengadopsi dari langkah-langkah yang di deskripsikan aqib maka

peneliti merumuskan langkah Word Square dalam pembelajaran Matematika sebagai berikut:

1. Kolom Word Square dalam pembelajaran matematika, huruf diubah menjadi angka. Dimana penerapannya nanti angka-angka akan disusun

secara acak atau tidak berurutan

2. Siswa menjawab soal pada kelompok A yang kemudian jawabannya

dicocokkan pada kelompok B.

3. Setelah siswa mendapatkan jawaban yang tepat. Siswa mengarsir angka

(31)

4. Setiap jawaban yang tepat diberikan poin

Berikut contoh bentuk kotak Word Square pada mata pelajaran Matematika :

CONTOH SOAL :

KELOMPOK A

Isilah titik-titik dari pertanyaan dibawah ini !!!

1. 50 + 75 = ....

2. 30 + ( 5 x 7) = ....

KELOMPOK B

Susunlah angka-angka pada kolom sehingga membentuk kata kunci

(jawaban) dari pertanyaan pada kelompok A.

1. 521

2. 56

1 6 5 2 2 2 0 8 5

4 3 5 5 1 7 1 5 8

4 3 2 7 0 3 2 3 5

3 2 7 6 5 4 5 5 3

1 0 6 0 1 3 3 5 9

(32)

Dari kajian teori di atas, peneliti merumuskan langkah-langkah Word Square dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai berikut :

1. Persiapan

Pada tahap ini, sebelum memulai kegiatan pembelajaran peneliti

terlebih dahulu mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan

membuat lembar Word Square serta soal sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran.

2. Menjelaskan topik pembelajaran sesuai kompetensi

Pada tahap ini peneliti menyampaikan informasi mengenai topik

pembelajaran yang mencakup pokok-pokok inti dari materi yang akan

dibahas sesuai kompetensi.

3. Pembentukan kelompok dan pembagian LKS

Pada tahap ini peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok

yang beranggotakan 4-5 orang siswa dan membagikan LKS kepada

setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari sesuai contoh yang

diberikan. Dengan aturan permainannya, siswa menjawab soal-soal

yang terdapat pada kelompok A dan dilanjutkan langkah berikutnya

dengan mencocokkan jawaban pada kelompok B. Setelah mendapatkan

jawaban yang tepat, setiap kelompok mengaksir jawaban pada kotak

Word Square 1 berupa angka-angka dan kotak Word Square 2 berupa huruf-huruf secara vertikal, horizontal, maupun diagonal. Namun untuk

mengaksir jawaban tersebut peneliti telah menentukan warna-warna

untuk setiap jawaban yang diaksir yaitu : nomor 1 (warna biru), nomor

(33)

nomor 5 (warna pink), nomor 6 (warna orange), dan nomor 7 (warna

coklat) serta pengecualian untuk jawaban yang hasilnya koma dengan

diwanai merah.

4. Diskusi

Pada tahap ini, setiap kelompok berpikir untuk menjawab soal pada

LKS yang telah diberikan peneliti, kemudian setiap kelompok

mengarsir jawaban yang ada di kolom Word Square secara vertikal, horizontal maupun diagonal.

5. Memberi kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti bersama siswa memberikan kesimpulan atau

jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi

yang disajikan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Word Square

Mujiman menyatakan beberapa kelebihan dan kekurangan dari model

pembelajaran Word Square yaitu :

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square :

1) Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran.

2) Melatih untuk berdisiplin

3) Dapat melatih sikap teliti dan kritis

4) Merangsang siswa untuk berpikir efektif

Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa

terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam

(34)

ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban nama yang paling

tepat.

Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran Word Square

yaitu :

1) Mematikan kreatifitas siswa.

2) Siswa tinggal menerima bahan mentah.

3) Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan

kemampuan atau potensi yang dimilikinya.

Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan

kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena

siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari

lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat

menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran Word Square ini.

d. Cara Menanggulangi Kekurangan Model Pembelajaran Word

Square

1) Mematikan kreatifitas siswa. Hal ini dapat diatasi dengan guru

bersama siswa memeriksa kembali hasil kerja yang telah dikerjakan

dengan cara menukarkan lembar jawaban antar siswa. Utami

Munandar (Hamzah :2012) mengemukakan bahwa indikator

kreativitas antara lain : memiliki rasa ingin tahu yang besar dengan

memeriksa kembali hasil kerja mereka.

2) Siswa tinggal menerima bahan mentah. Hal ini dapat diatasi dengan

(35)

dengan materi yang telah diberikan dan kemudian soal tersebut

dijawab oleh siswa itu sendiri.

3) Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan

kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat diatasi

dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang

yang ada di kehidupan sehari-hari dalam soal yang diberikan di

lembar Word Square.

e. Efektivitas Model Pembelajaran Word Square Terhadap hasil

Belajar Matematika Siswa

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Dalam kamus bahasa

Indonesia, kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,

kesannya). Sedangkan definisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian

tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari

serangkaian pilihan. Maka efektivitas bisa juga diartikan sebagai

pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah

ditentukan.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai efektivitas

model pembelajaran Word Square adalah sejauh mana usaha yang dilakukan dengan model pembelajaran Word Square dalam pencapaian suatu tujuan yang telah direncanakan yaitu hasil belajar matematika

siswa.

Sedangkan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

(36)

setelah diberikan perlakuan (treatment) berupa model pembelajaran

Word Square. Sehingga dapat diketahui efek, pengaruh, atau akibat dari model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa.

4. Model Pembelajaran Konvensional

a. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Sanjaya (2008:177) mengemukakan bahwa model

pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada

sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi

pelajaran secara optimal. Model pembelajaran konvensional merupakan

suatu cara penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah

pendengar. Kegiatan ini berpusat pada penceramah dan komunikasi yang

searah.

Pada model pembelajaran konvensional, siswa belajar lebih banyak

mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas

jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Sistem konvensional

merupakan sebuah sistem pengajaran yang biasa dilakukan dalam proses

belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan

demonstrasi.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran konvensional adalah

model pembelajaran yang berpusat pada guru dimana guru kurang

melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga menjadikan siswa

(37)

sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan. Selain itu menjadikan siswa

berperan pasif ketika proses belajar mengajar berlangsung dan siswa

cenderung menerima keputusan guru dalam pengajaran yang diberikan

oleh guru.

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Konvensional

Ciri-ciri model pembelajaran konvensional diantaranya sebagai berikut:

1) Peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan

sebagai penerima informasi secara pasif.

2) Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.

3) Perilaku dibangun atas proses kebiasaan.

4) Kemampuan diperoleh dari latihan.

5) Tujuan akhir adalah penguasaan materi pembelajaran.

6) Tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar

dirinya, misalnya individu/peserta didik tidak melakukan sesuatu

disebabkan takut hukuman.

7) Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena

pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

8) Keberhasilan pembelajaran biasanya hanya di ukur dari tes.

9) Peserta didik lebih banyak belajar secara individual dengan

menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran.

10) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konvensional

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran

(38)

1) Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan

motivasi kepada siswa tentang materi yang diajarkan.

2) Guru memberikan motivasi

3) Guru menerangkan bahan ajar secara verbal

4) Guru memberikan contoh-contoh

5) Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab

pertanyaannya

6) Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan

contoh soal yang telah diberikan

7) Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa

8) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan inti pelajaran

9) Guru mengecek pengertian atau pemahaman siswa

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional

1) Kelebihan

a) Dapat menampung kelas yang berjumlah besar.

b) Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara sistematis

dengan penjelasan yang monoton.

c) Guru dapat diberikan tekanan pada hal-hal tertentu misalnya

rumus atau konsep yang dianggap penting.

d) Dapat menutupi kekurangan karena ketidaktersediaan buku

pelajaran atau alat-alat bantu sehingga tidak menghambat

(39)

2) Kelemahan

a) Pelajaran berjalan monoton sehingga membosankan dan membuat

siswa pasif karena kurangnya kesempatan yang diberikan.

b) Siswa lebih terfokus membuat catatan.

c) Siswa akan lebih cepat lupa.

d) Pengetahuan dan kemampuan siswa hanya sebatas pengetahuan

yang diberikan oleh guru.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan

menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai

pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang

besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik

dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti

setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik,

sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai

tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang

baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya

hasil belajar yang baik.

Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran telah

(40)

وُلوُأ َّلَِّإ ُرَّكَّذى اىمىو اًيرِثىك اًرْ يىخ ى ِتِوُأ ْ ىقى ف ىةىمْكِْلْا ىتْؤُ ْنىمىو ُءاىشى ْنىم ىةىمْكِْلْا ِتِْؤُ

ةرقبلا﴿ ِباىبْلىْلْا

:

٢٦٩

Artinya :

“Allah menganugerahkan Al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang

Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan

barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal lah yang dapat

mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.S Al-Baqarah : 269)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberi hikmah dan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat, dan menjiwai empunya kepada siapa yang

dikehendaki Allah. Dengan demikian, ia dapat membedakan antara hakikat

dan pelasan. Disamping mudah mengetahui antara godaan dan ilham

(inspirasi), ayat ini juga memberi petunjuk agar menggunakan akal yang

merupakan perangkat manusia paling mulia. Siapa saja yang telah diberi

taufik (pertolongan Allah) akan mengerti ilmu yang bermanfaat ini. Ia juga

akan dituntun oleh Allah menggunakan akalnya secara sehat dan diarahkan

kejalan yang benar. Ini berarti, ia telah mendapatkan kebaikan dan akhirat.

Berarti pula, ia mampu menundukkan kekuatan yang telah diciptakan Allah

untuknya, seperti pendengaran, pemikiran, rasa, dan citra untuk tujuan yang

bermanfaat bagi dirinya. Ia juga bisa mempersiapkan untuk melaksanakan

apa yang dikehendaki.

Menurut Nawawi (Susanto, 2013:5) bahwa hasil belajar diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah

(41)

Adapun hasil belajar tersebut menurut para ahli sebagai berikut : menurut

Gagne (Slameto, 2010:15) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan yang dibedakan menjadi lima aspek yaitu : informasi verbal,

keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap.

Sedangkan menurut Bloom (Slameto, 2010:22) menyatakan bahwa hasil

belajar mencakup kemampuan ke dalam tiga ranah yaitu : ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran

yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai

memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat

terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu (syah,

2006:144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa

(internal factor), dan faktor yang datang dari luar diri individu siswa

(eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor internal anak, meliputi :

1) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai

dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam

(42)

2) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek

psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil

belajar siswa antara lain : intelegensi, sikap, bakat, minat, dan

motivasi.

3) Faktor kelelahan.

b. Faktor eksternal anak meliputi :

1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, meliputi metode pengajaran, kurikulum, relasi guru

dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan

tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam

masyarakat, media masa, teman bergaul, serta bentuk kehidupan

masyarakat.

Dalam Al-quran, Allah SWT banyak sekali menjelaskan yang berkaitan

dengan faktor hasil belajar, diantaranya dalam surah Ar-rad ayat 11 yang

berbunyi :

...

ۗ ْىِهِسُفََْأِ بَي اوُرِّيَغُي ٰىَّتَح ٍو ْىَ ِ بَي ُرِّيَغُي َلا َ َّللَّا ٌَِّ ۗۗ

...

Artinya :

(43)

Jadi pada dasarnya manusia itu bisa mengubah keadaan yang buruk ke

arah yang lebih baik asal ia mau berusaha. Demikian juga halnya dalam

prestasi hasil belajar. Seorang siswa dapat berprestasi jika mau berusaha agar

mendapatkan nilai yang baik. Hasil belajar di sekolah tergantung kepada

bagaimana usaha individu untuk dapat meraihnya. Hasil belajar apabila sudah

teraih berarti upaya dalam belajar berhasil atau secara keseluruhan materi

telah dipahami dan dikuasai.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut

sebagai hambatan/kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang

kondusif. Terkait dengan hal ini (Ihsan, 2005:19) menyebutkan 7

hambatan-hambatan yang dihadapi siswa akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu :

a. Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua.

b. Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada

anak.

c. Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk

memanjakan anak.

d. Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa

menunjang belajar.

e. Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau

tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.

f. Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak.

g. Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas

(44)

3. Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Aspek Kognitif, Afektif dan

Psikomotorik

Ketika seorang guru atau dosen dalam memberikan penilaian terhadap

seseorang atau sekelompok peserta didik, ada 3 aspek penting yang harus

dijadikan pertimbangan dalam menentukan hasil belajar. Menurut Bloom

ranah belajar terdiri dari tiga yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Penilaian ranah kognitif (cognitive domain)

Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan

kemampuan intelektual. Ranah kognitif ini meliputi 6 (enam) aspek

yakni :

1) Knowledge (pengetahuan atau ingatan);

2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas); 3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);

4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru);

5) Evaluation (menilai); 6) Application (menerapkan).

Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat

rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi termasuk

kognitif tingkat tinggi

b. Penilaian ranah afektif (affective domain)

Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan

nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa, sikap seseorang dapat

(45)

yang tinggi, ciri-ciri belajar efektif akan tampak pada peserta didik dalam

berbagai tingkah laku. Misalnya : perhatiannya terhadap pelajaran,

disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan

belajar dan hubungan sosial.

Ranah afektif tediri dari 5 (lima) aspek yaitu :

1) Receiving (sikap menerima); 2) Responding (memberikan respon); 3) Valuing (menilai);

4) Organization (organisasi); 5) Characterization (karakteristik)

c. Penilaian ranah psikomotorik (psycomotor domain)

Ranah pikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu.

Ranah psikomotoris terdiri dari 6 (enam) aspek yaitu :

1) Perception (persepsi); 2) Set (kesiapan);

3) Guided Respon (gerakan terbimbing); 4) Mechanism (gerakan terbiasa);

5) Complex Over Respon (gerakan kompleks); 6) Adaptation (penyesuaian);

7) Originality (kreativitas).

Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Maka ranah

(46)

sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan

siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Namun dalam penelitian ini, hasil belajar yang diukur adalah

indikator-indikator hasil belajar pada ranah kognitif. Hasil belajar ranah

ini dapat diukur dari hasil tes yang diberikan di akhir pembelajaran. Dari

hasil tes tersebut akan tampak sejauh mana peserta didik mengingat

materi yang sudah disampaikan dan sejauh mana pemahaman mereka

terhadap materi. Selain itu kemampuan peserta didik untuk mengaitkan

dan menerapkan rumus-rumus dalam menyelesaikan soal juga bisa

dilihat.

4. Indikator Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil akhir yang dicapai setelah seorang individu

melakukan proses belajar. Proses belajar inilah yang menjadi titik tolak dalam

menentukan berhasil tidaknya seorang individu memperoleh dan memahami

ilmu pengetahuan. Di dalam Islam, Allah menuntut manusia untuk memiliki

ilmu pengetahuan karena manusia akan dibedakan berdasarkan iman dan ilmu

pengetahuannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Mujadilah :

11

...

ٍ َج َرَد َىْهِعْنا ا ْىُت ْوُا ٍَْيِ َّنا َو ْىُكُِْي ا ْىَُُيَا ٍَْيِ َّنا ُالله ِعَف ْرَي

...

Artinya :

(47)

Adapun hasil belajar tersebut menurut para ahli sebagai berikut : menurut

Gagne (Slameto, 2010:15) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan yang dibedakan menjadi lima aspek yaitu : informasi verbal,

keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap.

Sedangkan menurut Bloom (Slameto, 2010:22) menyatakan bahwa hasil

belajar mencakup kemampuan ke dalam tiga ranah yaitu : ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga ranah

yang telah dipaparkan lebih mudah untuk diukur. Untuk mengungkapkan

hasil belajar penulis mengklasifikasikan indikator sebagai petunjuk bahwa

siswa telah berhasil meraih sebuah prestasi.

Berikut ini disajikan kata kerja operasional (KKO) yang dapat digunakan

untuk indikator hasil belajar, baik yang menyangkut ranah kognitif, afektif

maupun psikomotorik :

Tabel 2.1

Ranah, Aspek, dan KKO Hasil Belajar

No. Ranah Aspek KKO Hasil Belajar

1. Kognitif Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Menyebutkan, menuliskan, menyatakan, mengurutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan, mencocokkan, memberi nama, memberi label, melukiskan.

Menerjemahkan, mengubah, menggenaralisasikan, menguraikan, merumuskan kembali, merangkum, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, mengemukakan pendapat, dan menjelaskan.

(48)

Analisis

Sintesis

Evaluasi

Menguraikan, membagi-bagi, memilih, dan membedakan.

Merancang, merumuskan, mengorganisasikan, menerapkan, memadukan, dan merencanakan.

Mengkritisi, menafsirkan, mengadili, dan memberikan evaluasi

2. Afektif Penerimaan

Menanggapi

Penanaman nilai

Pengorganisasian

Karakterisasi

Mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya dan mengalokasikan.

Konfirmasi, menjawab, membaca, membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.

Menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan, dan melakukan.

Memverifikasi, menyusun, menyatukan, menghubungkan, dan mempengaruhi. Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup, mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.

3. Psikomotorik Pengamatan

Peniruan

Pembiasaan

Penyesuaian

Mengamati proses, memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan, memberi perhatian pada setiap artikulasi. Melatih, mengubah, membongkar sebuah struktur, membangun kembali sebuah struktur, dan menggunakan sebuah model.

Membiasakan perilaku yang sudah dibentuknya mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.

Menyesuaikan model, mengembangkan model, dan menerapkan model.

(Mulyasa, 2006 : 139)

Dari penjelasan beberapa indikator hasil belajar yang ada, maka ranah

kognitif yang digunakan pada penelitian ini. Karena ranah kognitif berkaitan

dengan pengetahuan dan penerapan.

C. Materi Statistika

Tabel 2.2

SK, KD, dan Indikator Materi Statistika

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

Menggunakan aturan

statistika, kaidah

Menghitung ukuran

pemusatan, ukuran letak,

1.Menyebutkan pengertian

(49)

pencacahan, dan sifat-sifat

peluang dalam pemecahan

masalah.

dan ukuran penyebaran

data serta penafsirannya.

median, dan modus

2.Menentukan ukuran pemusatan

data : mean, median dan modus

1. Ukuran Pemusatan Data

Ukuran pemusatan data adalah suatu ukuran atau nilai yang diperoleh dari

sekumpulan data dan mempunyai kecenderungan berada di tengah-tengah

dari sekumpulan data tersebut. Ada tiga macam ukuran pemusatan data,

yaitu : rata-rata (mean), median, dan modus.

a. Rata-rata (Mean)

Rata-rata dari sekumpulan data adalah hasil bagi dari jumlah seluruh

nilai-nilai data dan banyaknya data.

1) Rata-rata untuk data tunggal (tidak berkelompok)

2) Rata-rata untuk data yang diboboti

3) Rata-rata untuk data berkelompok

Contoh :

1. (Ranah kognitif pada aspek penerapan)

Nilai 10 orang peserta ujian matematika di MA Negeri 2 Palembang

adalah 78, 56, 66, 94, 48, 82, 80, 70, 76, dan 50. Tentukan rata-rata

dari nilai-nilai tersebut !

𝑋 = 𝑋1+𝑋2+𝑋3+⋯+𝑋𝑛

𝑛 =

𝑋𝑖 𝑛 𝑖=1

𝑛

𝑋 =𝑓1𝑥1+𝑓2𝑥2+𝑓3𝑥3+⋯+𝑓𝑛𝑋𝑛 𝑓𝑖+𝑓2+𝑓3+⋯+𝑓𝑛

(50)

Penyelesaian :

Dengan menggunakan rumus rata-rata :

𝑋 = 𝑛 𝑥𝑖 =10 𝑖=1

𝑛

=

78+56+66+94+48+82+80+70+76+50

10

=

700

10

= 70

2. (Ranah kognitif pada aspek penerapan)

Dalam suatu pekan olahraga nasional, tim suatu provinsi

memperoleh 9 medali emas, 7 medali perak, dan 20 medali

perunggu. Jika tiap medali emas bernilai 3, medali perak bernilai 2,

dan medali perunggu bernilai 1. Tentukan nilai rata-rata dari tim

provinsi itu !

Penyelesaian :

Misal : medali emas : x1 = 3; f1 = 9

medali perak : x2 = 2; f2 = 7

medali perunggu : x3 = 1; f3 = 20

𝑋

=

9𝑥3 + 7𝑥2 + (20𝑥1)

3+2+1

=27 + 14 + 20 6

= 61 6

(51)

3. (Ranah kognitif pada aspek penerapan)

Tentukan rata-rata dari data berikut !

Skor Frekuensi

40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99

4 6 10 4 4 2 Penyelesaian :

Skor Frekuensi (𝒇𝒊) Titik Tengah (xi) 𝒇𝒊𝒙𝒊 40 – 49

50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99

4 6 10 4 4 2 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 178 327 645 298 338 189

𝒇𝒊 = 30 𝒇𝒊𝒙𝒊= 1975

𝑋 = 𝑓𝑖𝑥𝑖 𝑛 𝑖=1 𝑓𝑖 𝑛 𝑖=1

= 1975 30

= 65,83

b. Median

Median dari sekelompok data adalah nilai yang terletak di tengah

deretan data setelah diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar.

1) Median untuk dara tunggal

Jika n ganjil maka median data itu adalah datum ke-𝑛+1 2

Jika n genap maka median data itu adalah nilai rata-rata dari datum

ke-𝑛

2 dan datum ke-(

𝑛

(52)

2) Median untuk data berkelompok

Contoh :

1. (Ranah kognitif pada aspek penerapan)

Diketahui d

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2 SK, KD, dan Indikator Materi Statistika
Tabel 2.3
Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian diawali dengan uji tarik untuk material face yang berbahan dasar serat kelapa/ epoxy diperoleh modulus elastisitas sebesar 0,5388 GPa dan untuk serat rami/ epoxy

Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pengintegrasian Pengelolaan Pengaduan Pelayanan

Wawancara Mendalam ( depth Interview ) biasanya dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara ( interview guide ) sebagai panduan yaitu, berisi seperangkat pertanyaan terbuka

Administrasi perbandingan merupakan perbandingan atas ke dua negara yang memiliki perbedaan – perbedaan, yaitu dapat dilihat dari beberapa

Secara garis besar, ilmu fisika dapat dipelajari lewat 3 jalan, yaitu pertama, dengan meng- gunakan konsep atau teori fisika yang akhirnya melahirkan fisika teori. Kedua, dengan

Apakah implementasi pemanfaatan indikator alami untuk praktikum kimia materi pokok asam basa dapat meningkatkan keaktifan peserta didik kelas XI IPA MA

1. Konsep/perencanaan pembinaan pendidikan akhlak pada anak asuh di panti asuhan Al-Jam’iyatul Washliyah kota Binjai adalah dengan dibuatnya jadwal kegiatan anak

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertambahan berat badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.. Metode