• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KAJIAN PROGRAM MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK SEKOLAH (PMT-AS) DI BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of KAJIAN PROGRAM MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK SEKOLAH (PMT-AS) DI BANDUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PROGRAM MAKANAN TAMBAHAN UNTUK ANAK SEKOLAH

(PMT-AS) DI BANDUNG

Ira Endah Rohima*)

Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik – Universitas Pasundan

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji kinerja PMT-AS di Bandung, persepsi pihak sekolah mengenai pelaksanaan, manfaat, beban, kebutuhan, dan pelatihan dari PMT-AS, dan persepsi masyarakat mengenai pelaksanaan, manfaat, beban, kebutuhan dari PMT-AS. Desain penelitian ini adalah cross sectional study dan retrospective yang dilaksanakan di Kabupaten dan Kota Bandung. Pengambilan data primer dan sekunder dari responden pihak sekolah dan masyarakat yang berjumlah 54 orang. Pejabat Daerah di Bandung memberikan persepsi bahwa pelaksananan PMT-AS berjalan dengan baik (100%), 75-100% menilai bahwa PMT-AS memberikan manfaat, tidak menjadi beban (50-100%), masih dibutuhkan (100%).Pihak sekolah memberikan persepsi bahwa pelaksanaan PMT-AS berjalan dengan baik (100%), 75-91,7% pihak sekolah menilai bahwa PMT-AS memberikan manfaat (100%), tidak menjadi beban(100%), dan masih dibutuhkan (100%). Masyarakat di Bandung memberikan persepsi bahwa pelaksanaan PMT-AS berjalan dengan baik (100%), memberikan manfaat (90,9-100%), dan tidak menjadi beban (100%) dan masih dibutuhkan (100%).

Kata kunci : PMT-AS, persepsi, responden

I. PENDAHULUAN1

1.1 Latar Belakang

Murid Sekolah Dasar adalah masa pertumbuhan

yang cepat dan kegiatan fisik yang aktif.

Keturunan dan lingkungan merupakan

determinan yang sangat penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan sekolah anak.

Penyebab langsung seorang anak dapat

tumbuh dan berkembang secara baik adalah

cukupnya masukan gizi serta terbebasnya dari

penyakit infeksi.

*)[email protected]

Pemerintah bertanggung jawab atas pendidikan,

menyediakan sekolah cuma-cuma, dan

mengharuskan wajib belajar karena banyak

orang tua tidak mampu menyekolahkan

anaknya. Keadaan tingkat kesehatan gizi

anak-anak di sebagian besar dunia menimbulkan

keragu-raguan karena ketidakmampuan orang

tua dalam menyediakan gizi yang cukup. Bila

terjadi penyakit kurang gizi, maka pemerintah

harus melakukan intervensi. Penyelesaian untuk

membantu mengatasinya, pemerintah harus

(2)

Program makanan tambahan anak sekolah

merupakan usaha yang dilakukan.

Negara-negara berkembang dalam rangka memenuhi

makanan bergizi. Di banyak Negara, program

makanan tambahan berbeda jenisnya dan

biasanya tergantung dari tujuan yang akan

dicapai [1].

Program makanan tambahan untuk anak

Indonesia dilaksanakan dengan latar belakang

bahwa anak merupakan asset sumber daya

manusia yang sangat penting guna membangun

masa depan bangsa yang maju, mandiri,

sejahtera, dan berkeadilan (Hidayat [2]).

Program Makanan Tambahan Anak Sekolah

(PMT-AS) merupakan program pemerintah

dengan memberikan makanan tambahan dan

pemberian obat cacing dalam upaya

peningkatan status gizi anak. Indikator

keberhasilan PMT-AS meliputi peningkatan

status gizi anak SD/MI, penurunan angka

absensi, peningkatan nilai anak, penurunan

angka infeksi kecacingan anak, serta

peningkatan pengetahuan dalam aspek

kesehatan. Tujuan PMT-AS berdimensi gizi,

kesehatan, pendidikan, pertanian, ekonomi, dan

pemberdayaan masyarakat. Sasaran PMT-AS

berdimensi anak, orang tua murid, guru, dan

masyarakat (Forum Koordinasi PMT-AS).

PMT-AS ini dilakukan tiga kegiatan yaitu

pemberian makanan kudapan dengan syarat

tertentu seperti menggunakan bahan lokal, tidak

berbentuk makanan lengkap atau makanan

pokok dan bersifat sebagai makanan suplemen

bukan substitusi, selain itu makanan harus

mengandung kurang lebih 300 kalori dan 5 gram

protein untuk setiap kali pemberian. Kudapan

diberikan tiga kali seminggu atau 108 kali dalam

satu tahun ajaran. Kegiatan lainnya berupa

pemberian obat cacing setiap dua kali per tahun

serta penyuluhan pendidikan gizi dan

kesehatan.

Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang

beragam mengenai pelaksanaan PMT-AS baik

pengaruh positif seperti status gizi anak yang

lebih baik tetapi di lain pihak belum memenuhi

persyaratan gizi makanan yang diberikan

sehingga perlu dilakukan kajian pada Program

Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)

yang telah dilaksanakan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji :

1. Kinerja PMT-AS di Bandung

2. Persepsi pihak sekolah mengenai

pelaksanaan, manfaat, beban, dan

kebutuhan, dari PMT-AS

3. Persepsi pihak sekolah mengenai

pelaksanaan, manfaat, beban, dan

kebutuhan dari PMT-AS

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan bagi pembuat dan

(3)

meningkatkan pelaksanaan program makanan

tambahan bagi anak sekolah dasar sehingga

dapat meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia di masa depan.

1.4 Kerangka Pemikiran

Program Makanan Tambahan Anak Sekolah

(PMT-AS) merupakan salah satu komponen

Program Perluasan Jaring Pengaman Sosial

dan Penanggulangan Kemiskinan (PJPS-PK)

sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi

masalah kurang gizi dan angka putus sekolah

yang tinggi pada murid Sekolah Dasar. Selain

itu diharapkan juga mampu memberdayakan

orang tua murid dan masyarakat sehingga lebih

memperhatikan pendidikan, gizi, dan kesehatan

anak.

Pelaksanaan PMT-AS dipengaruhi oleh kinerja,

persepsi, dan upaya oleh pihak terkait seperti

pihak sekolah dan masyarakat. Kinerja PMT-AS

mencakup input, proses, dan output. Input

meliputi dana dari APBD, tenaga dari pihak

terkait, sarana, prasarana, pelatihan dan

penyuluhan. Proses mencakup perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan

pemantauan. Output meliputi peningkatan status

gizi anak, penurunan angka absensi dan

peningkatan nilai anak.

Dukungan berbagai pihak mulai dari pejabat

daerah, pihak sekolah, dan masyarakat

menentukan keberlangsungan pelaksanaan

PMT-AS. Persepsi yang berbeda dapat

mempengaruhi keberlanjutan suatu program.

Persepsi tersebut dipengaruhi oleh

pelaksanaan, manfaat, beban, dan kebutuhan.

Persepsi pejabat daerah dipengaruhi oleh

persepsi pihak sekolah dan masyarakat

demikian sebaliknya pesepsi pihak sekolah dan

masyarakat seipenaruhi oleh persepsi pejabat

daerah.

II. METODOLOGI

2.1 Desain dan Lokasi Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross-sectional

study dan retrospectif dengan menggali

informasi mengenai kinerja PMT-AS, persepsi

dan upaya serta perbaikan dalam keberlanjutan

PMT-AS. Penelitian dilaksanakan di Bandung

meliputi Kabupaten dan Kota. Kabupaten

Bandung merupakan daerah yang mempunyai

resiko tinggi rawan pangan dan gizi dan Kota

Bandung merupakan daerah yang mempunyai

resiko rendah rawan pangan dan gizi.

2.2 Teknik Penarikan Contoh

Responden adalah pihak sekolah meliputi

Kepala Sekolah, Dewan Sekolah dan guru SD

dan MI dan masyarakat terutama orang tua

murid, PKK, dan tokoh masyarakat yang ada di

Kota dan Kabupaten Bandung. Pemilihan

responden dilakukan secara purposif. Jumlah

responden adalah 54 orang yang terdiri dari

pejabat daerah 10 orang, pihak sekolah 24

(4)

Tabel 1

Daftar Responden

Responden Bandung Jumlah

Kota Kab 1. Pejabat Daerah

• Dinas Pendidikan

2. Pihak Sekolah

• Kepala Sekolah 3. Masyarakat

• Orang tua murid

2.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer

dan data sekunder. Pengumpulan data primer

dilakukan dengan melakukan wawancara

berdasarkan kuesioner, sedangkan data

sekunder diperoleh dari arsip yang diperoleh

dari responden.

Data primer berupa wawancara dengan pejabat

daerah, pihak sekolah, dan masyarakat untuk

mengetahui persepsi, kebijaksanaan

pemerintah, sumberdaya manusia, dan

pengalokasian dana untuk PMT-AS. Data

sekunder berupa arsip mengenai kinerja, data

sekolah, data murid, pengalokasian dana, jalur

pencairan dana, struktur APBD, dan kondisi

wilayah.

2.4 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan merupakan data

kualitatif dan diolah secara deskriptif. Data yang

diolah mencakup sikap terhadap keberlanjutan

PMT-AS dari masyarakat dan pihak sekolah.

Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian

deskriptif kualitatif.Penilaian kinerja diperoleh

dari laporan atau arsip di pejabat daerah, PKK,

dan sekolah yang meliputi input, proses, dan

output di Kota dan Kabupaten Bandung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Keadaan Wilayah

Bandung dan Bogor merupakan wilayah dengan

penduduk yang cukup padat. Kabupaten

Bandung merupakan daerah yang mempunyai

resiko tinggi rawan pangan dan gizi dan Kota

Bandung merupakan daerah yang mempunyai

resiko rendah rawan pangan dan gizi.

Tabel 2

Keadaan Wilayah Bandung

Wilayah Luas Wilayah Jumlah

Penduduk

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Tabel 3

Kriteria Sasaran PMT-AS

Kriteria Kota Bandung Kab Bandung

Desa Desa tertinggal Desa tertinggal Sekolah

Dasar (SD)

SD di daerah miskin dari keluarga KS/KS1

SD dari keluarga Pra Sejahtera Madrasah

Ibtidaiyah (MI)

MI di daerah miskin dari keluarga Pra KS/KS1

MI di daerah miskin dari keluarga Pra Sejahtera

Pondok Pesantren (Ponpes)

Ponpes di desa IDT dengan usia santri 7-12 tahun

(5)

3.2 Keadaaan Sekolah

Dalam penelitian ini, Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah (MI) dipilih secara purposif. Di

kabupaten Bandung dipilih 2 SD dan 2 MI

sedangkan di Kota Bandung dipilih 2 SD dan 2

MI.

Tabel 4.

Lokasi Sekolah untuk contoh penelitian

Wilayah SD/MI Kec Desa

Kab SD. Cilampeni

SD. Margahayu 7 MI. Miftahul Jannah MI. Al Haq Bandung Kaler

Warung

Pemilihan lokasi sekolah didasari oleh

karakteristik yang berbeda dari sekolah-sekolah

yang ada di kota dan kabupaten Bandung.

Pemilihan lokasi dilihat dari keadaan bangunan

sekolah, perbandingan guru dengan murid, dan

kebun sekolah.

Tabel 5

Karakteristik sekolah yang menjadi contoh penelitian Margahayu 7 Cibuntu 2 Salafiyah 3

146

3.3 Kinerja Program Makanan Tambahan

Anak Sekolah (PMT-AS)

3.3.1 Komponen Input

1. Dana

Penyaluran dana PMT-AS dari Anggaran

Pendapaan Belanja Daerah (APBD)

dialokasikan ke rekening masing-masing

kepala sekolah melalui Bank penyalur unit

kecamatan seperti Bank Rakyat Indonesia

di Kabupaten Bandung dan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Jabar

di Kota Bandung.

2. Tenaga

PMT-AS didukung bebagai pihak dari

pejabat daerah, pihak sekolah, dan

masyarakat. Pejabat daerah mempunyai

kewenangan dalam membuat kebijakan

mengenai pengalokasian dana,

pelaksanaan dan mekanismenya. Pihak

sekolah dan masyarakat merupakan tim

pelaksana.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana PMT-AS adalah alat ukur tinggi dan

timbangan badan, sedangkan prasarananya

adalah alat masak, kebun sekolah, dan

sarana air bersih.

(6)

Pelatihan diberikan oleh tim pengelola

tingkat kecamatan terutama Tenaga

Pelaksana Gizi (TPG) kepada tim

pelaksana. TPG Puskesmas berperan

dalam melatih kelompok petugas masak

dari PKK untuk membuat kudapan yan baik

dan sesuai dengan standar, selain itu

memantau dalam pengukuran berat dan

tinggi badan.

3.3.2 Komponen Proses

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan adalah

pengaggaran dana, pendatan lokasi

sasaran, survey lokasi, sosialisasi, dan

rapat koordinasi.

2. Pengorganisasian

Organisasi dimulai dari tingkat koordinasi

kota/kabupaten sampai tingkat sekolah

sebagai pelaksana.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan meliputi penyaluran dana,

pemberian kudapan, dan pemberian obat

cacing.

4. Evaluasi dan Pemantauan

Evaluasi dan pemantauan dilakukan oleh

tim secara berjenjang. Pelaporan dlakukan

setiap bulan.

3.3.3 Komponen Output

1. Status Gizi

Perbaikan status gizi diperoleh dari adanya

peningkatan berat badan dan tinggi badan

setelah pemberian PMT-AS.

Tabel 6

Persentase status gizi anak

Wilayah Status Gizi Sebelum

PMT-AS

Sesudah PMT-AS

Kab Kurang Baik

Lebih

10,69% 85,51% 4,04%

10,07% 85,87% 4,06% Kota Kurang

Baik Lebih

12,05% 85,82% 2,03%

7,64% 83,5% 3,55%

Sumber : Dinas Kesehatan

2. Prestasi Akademik

Prestasi akademik yang dicerminkan oleh

nilai mata pelajaran Matematika, IPS, dan

IPA belum dapat menggambarkan dampak

PMT-AS. Peningkatan dan penurunan

prestasi tidak bisa dikaitkan dengan

pemberian PMT-AS saja melainkan

dipengaruhi oleh dukungan sekolah dan

keluarga juga lingkungan murid untuk

merangsang peningkatan prestasi tersebut.

3. Kebersihan diri dan lingkungan

Kebersihan diri dan lingkungan meruoakan

bagian dari penyelenggaraan PMT-AS yang

dapat berdampak pada kehidupan

sehari-hari. Kebersihan diri tercermin saat anak

harus mencuci tangan sebelum makan juga

saat membuang pembungkus makanan ke

(7)

4. Pengetahuan Gizi

PMT-AS diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan gizi melibatkan guru, orang

tua, dan murid. Namun penelitian

sebelumnya di Kabupaten Bogor

menunjukkan bahwa kegiatan PMT-AS

belum memberikan dampak positif terhadap

pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi siswa.

5.Persepsi mengenai pelaksanaan PMT-AS

Responden seluruhnya menyatakan

pelaksanaan PMT-AS berjalan dengan baik.

Tabel 7

Persepsi Pelaksanaan PMT-AS

Responden Kabupaten Kota

Baik Tidak baik

Baik Tidak baik

Pejabat daerah 100% 0% 100% 0% Pihak sekolah 100% 0% 100% 0%

Masyarakat 100% 0% 90,9% 9,1%

6. Persepsi mengenai manfaat PMT-AS

Manfaat PMT-AS meberikan persepsi yang

berbeda, sebagian besar merasakan manfaat

tapi sebagian kecil tidak merasakan manfaat

dari pemberian PMT-AS.

Tabel 8

Persepsi mengenai manfaat PMT-AS

Responden Kabupaten Kota

Ada

7. Persepsi mengenai beban PMT-AS

Pada umumnya PMT-AS tidak dianggap

beban oleh sebagian besar responden.

Persepsi dinilai beban bila ada kerugian yang

dirasakan dari segi biaya, tenaga, moril, dan

waktu.

Tabel 9

Persepsi mengenai beban PMT-AS

Responden Kabupaten Kota

Beban Tidak beban

Beban Tidak beban

Pejabat daerah 50% 50% 0% 100% Pihak sekolah 0% 100% 0% 100% Masyarakat 0% 100% 0% 100%

8. Persepsi mengenai kebutuhan PMT-AS

PMT-AS diarasakan masih dibutuhkan oleh

sebagian besar responden tetapi perlu

adanya perbaikan pada mekanisme

pelaksanannya.

Tabel 10

Persepsi mengenai kebutuhan PMT-AS

Responden Kabupaten Kota

Masih

3.4 Pembahasan

Responden pada umumnya memberikan sikap

(8)

walaupun partisipasi untuk keberlanjutannya

masih rendah. Partisipasi dalam kerangka arus

dari atas (top down) seringkali melahirkan

parisipasi yang artifisial dan cenderung bersifat

mobilisasi. Keterlibatan masyarakat hanya

dijadikan sebagai pelengkap, bukan yang

utama. Partisipasi dipahami sebagai suatu

kewajiban. Walaupun ada manfaatnya dari segi

efisiensi waktu dan upaya pemaksaan program,

pendekatan yang top down ini lebih efektif dan

cepat.

Sebaliknya, pendekatan bottom up yang

melibatkan masyarakat memiliki daya dukung

yang kuat. Hal ini dapat dimengerti dan

dipahami karena masyarakat telah menentukan

sendiri apa yang terbaik bagi dirinya dan

masyarakat sekitarnya. Pendekatan ini dapat

dilakukan di masyarakat pada tahap memiliki

keammpuan, semangat, dan antusiasme yang

tingi serta memiliki kebersihan yang tinggi, maka

kualitas dan kuantitas hasil pembangunan akan

menunjukkan kemajuan yang signifikan.

PMT-AS saat ini mempunyai kerangka arus dari

bawah (bottom up) sejak otonomi daerah

diberlakukan. Secara konsep PMT-AS sangat

relevan dengan keadaan saat ini karena

keadaan ekonomi Indonesia yang masih belum

stabil sehingga berdampak pada keluarga yang

mayoritas sangat sulit untuk menyediakan

makanan yang bergizi. Otonomi daerah

memerlukan kerjasama dan harmonisasi

hubungan antar daerah akan memperluas

jangkauan pemanfaatan sumber daya dan

berbagai hasil suatu daerah (Manan [3]).

Keberhasilan mengatasi masalah gizi

merupakan tanggung jawab bersama. Berhasil

atau gagalnya program juga dipengaruhi oleh

sikap masyarakat terhadapnya. Apabila sikap ini

menguntungkan maka masyarakat akan

bertindak sesuai rencana program.

Perencanaan pembangunan daerah juga

dikaitkan dengan keputusan politik dari

pemerintah, maka ada hal tertentu yang harus

dilaksanakan tanpa harus mengenyampingkan

kepentingan kepentingan masyarakat, namun

untuk jangka panjang kebijakan yang diambil

harus sejalan dengan kesepakatan yang telah

digariskan.

Pelaksanaan PMT-AS yang paling sering

dikeluhkan responden adalah pencairan dana

yang tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan

jumlah murid. Hal ini terjadi karena kurangnya

koordinasi tim pelaksana pada masing-masing

tingkatan. Oleh karena itu diperlukan

perencanaan yang lebih matang dalam

mengantisipasi keterlambatan pencairan dana

tersebut.

Pelaksanaan PMT-AS pada pengendalian dan

evaluasi tidak optimal sehingga akan kesulitan

(9)

Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran

masyarakat pentingnya evaluasi program untuk

melihat perkembangan yang terjadi setelah

pemberian PMT-AS.

Manfaat PMT-AS memang dirasakan

pengaruhnya tidak terlalu besar tapi tetap

berdampak positif pada murid, sekolah, dan

lingkungan. Ketahanan fisik murid yang lebih

baik akan memberikan peluang menerima

pelajaran lebih baik. Pengetahuan gizi tidak

meningkat tetapi anak dibiasakan memilih

makanan yang lebih baik saat jajan.

Memajukan perekonomian masyarakat adalah

hal yang sulit dilakukan karena masyarakat

sekitar mengelola kebun kurang beragam

komoditinya sehingga upaya meningkatkan

penghasilan masyarakat belum dapat tercapai.

Kebutuhan makanan beragam tidak terpenuhi

dari kebun masyarakat tetapi membeli dari

pasar sekitar.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Kinerja PMT-AS mencakup input, proses,

dan output.Input meliputi dana, tenaga,

sarana, prasarana, pelatihan, dan

penyuluhan. Proses meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi,

dan monitoring. Ouput meliputi status gizi,

angka absensi, prestasi akademik, dan

pengetahuan gizi.

2. Pejabat Daerah di Bandung memberikan

persepsi bahwa pelaksananan PMT-AS

berjalan dengan baik (100%), 75-100%

menilai bahwa PMT-AS memberikan

manfaat, tidak menjadi beban (50-100%),

masih dibutuhkan (100%).

3. Pihak sekolah memberikan persepsi bahwa

pelaksanaan PMT-AS berjalan dengan baik

(100%), 75-91,7% pihak sekolah menilai

bahwa PMT-AS memberikan manfaat

(100%), tidak menjadi beban (100%), dan

masih dibutuhkan (100%).

4. Masyarakat di Bandung memberikan

persepsi bahwa pelaksanaan PMT-AS

berjalan dengan baik (100%), memberikan

manfaat (90,9-100%), dan tidak menjadi

beban (100%) dan masih dibutuhkan (100%).

4.2 Saran

1. PMT-AS masih relevan dan dibutuhkan saat

ini sehingga pembuat kebijakan setidaknya

mempertimbangkan kembali penghapusan

PMT-AS di Kabupaten atupun Kota Bandung.

2. Koordinasi, pemantauan, dan evaluasi lebih

ditingkatkan untuk menunjukka keberhasilan

program.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Berg, A. 1986. Peranan Gizi dalam

Pembangunan Nasional. Rajawali.

Jakarta.

[2] Hidayat, S.1997. Membangun Sumber

(10)

Telaahan Gizi Masyarakat dan Sumber

Daya Keluarga. Orasi Ilmiah. Fakultas

Pertanian Bogor.

[3] Manan, B. 2001. Menyongsong Fajar

Otonomi Daerah. Pusat Studi Hukum

Gambar

Tabel 3
Tabel 6
Tabel 7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiat an PMT – AS dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan gur u yang beker j asam a dengan kader PKK desa/ kelur ahan dan Per sat uan Orang Tua dan Gur u ( POMG) / Badan Pem bant

sebagai dampak dari penggunaan bahan baku produk pertanian yang belum

Penyiapan dan Daya Terima Makanan Kudapan Lokal; dalam Rangka Mendukung kogsam Makauan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) (Studi Kasus di Desa Sukaluyu, Kecamatan Ciomas

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan status gizi siswa SD/MI sebelum dan sesudah PMT-AS di Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara, dengan p value 0,030

Evaluasi Peran Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Terhadap Status Gizi, Kadar Hemoglobin, dan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pada siswa

(3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas manajemen program PMT-AS terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Langgam..

Hasil telaah tersebut secara jelas menunjukkan bahwa program tersebut belum dilaksanakan sepenuhnya sebagaimana diharapkan, terutama dikarenakan oleh keterlambatan diterimanya dana

Solusi dari permasalahan ini yaitu dilakukannya Pemberian Makanan Tambahan PMT yang dapat meningkatkan keterampilan masyarakan dalam berinovasi pemberian makanan untuk penambah asupan