• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDEKATAN OPEN ENDED DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

OPEN ENDED APPROACH IN MATHEMATICS LEARNING TO

IMPROVE ABILITY OF MATHEMATICAL CREATIVE THINKING

Oleh

Evarani Jihan Yoanda(3115120194), Ulfi Uswatin Fadhilah(

3115121946

), Rofiq Hambali

(3115121967)

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta

Jalan Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta Timur 13220

Abstract

Ability of mathematical creative thinking are in dispensable to solve problems in everyday life. However, based on data from TIMSS and PISA 1999 and 2003 ability of mathematical creative thinking of students in Indonesia is still not satisfactory. Because it needs attempt to improve the ability of mathematical creative thinking, that is through open ended approach to the overt of open-ended questions to allow students to complete math problems in different ways on his or her beliefs.

Keywords: Open Ended, Learning Mathematics, Think Creative Mathematically

Abstrak

Kemampuan berpikir kreatif matematis sangat diperlukan agar dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun berdasarkan data TIMSS dan PISA 1999 dan 2003 kemampuan berpikir kreatif matematis siswa-siswa di Indonesia masih belum memuaskan. Karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis, yaitu melalui pendekatan open ended dengan pemberian pertanyaan terbuka untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika menurut berbagai cara yang diyakininya.

Kata Kunci: Open Ended, Pembelajaran Matematika, Berpikir Kreatif Matematis

I PENDAHULUAN

Kegiatan berpikir amatlah dibutuhkan dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari karena berpikir merupakan proses mental yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan seperti menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya dalam sistem kognitif yang diarahkan untuk menghasilkan solusi dalam memecahkan masalah.

Mustofa (dalam Suryana,2012) menyatakan bahwa apabila kegiatan berpikir dikaitkan dengan matematika, berpikir merupakan kegiatan mental yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi atau generalisasi atau biasa diartikan sebagai berpikir matematis. Berpikir matematis dianggap penting karena merupakan salah satu tujuan sekolah dalam menciptakan siswa yang mampu bersaing dengan kriteria berpikir matematis seperti bekerja dengan tugas yang algoritmik, membuat analogi dan generalisasi, penalaran logik, juga mampu menyelasaikan masalah dalam

kehidupan, selain itu juga salah satu cara dalam memahami pelajaran matematika, dan modal utama dalam mengajari matematika.

Di dalam berpikir matematis juga diperlukan daya kreatif yang dapat diukur dengan indikator-indikator yang telah ditentukan para ahli, salah satunya menurut Torrance. Menurut Torrance (dalam Suryana, 2012), kemampuan berpikir kreatif terbagi menjadi tiga hal, yaitu:

1. Fluency (kelancaran), yaitu menghasilkan banyak ide dalam berbagai kategori/ bidang.

2. Originality (Keaslian), yaitu memiliki ide-ide baru untuk memecahkan persoalan.

3. Elaboration (Penguraian), yaitu kemampuan memecahkan masalah secara detail.

(2)

2

siswa-siswa di Indonesia masih belum memuaskan.

Pada studi TIMSS terungkap bahwa siswa di Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi atau pembuktian pemesahan masalah yang memerlukan penalarab matematika, menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan.Sedang dalam studi PISA, siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang difokuskan pada mathematics literacy yang ditunjukkan oleh kemempuan siswa dalam menggunakan matematika yang mereka pelajari untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis matematis, berpikir kreatif dan reflektif siswa pada umumnya masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia terlihat pula dari standar kelulusan Ujian Nasional (UN) (Noer, 2009).

Oleh karena itu kegiatan berpikir matematis penting untuk ditingkatkan. Dari pengertian yang dijabarkan, kegiatan berpikir matematis lebih mengacu kepada penyelesaian masalah atau pemecahan masalah.Itu artinya apabila kemampuan berpikir matematis ingin ditingkatkan maka kita harus meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah terlebih dahulu.

Silver (dalam Gordah, 2007) mengatakan

bahwa penemuan masalah dan pemecahan

masalah adalah inti dari mata pelajaran

matematika dan merupakan ciri dari berpikir

matematis.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan

oleh tenaga pendidik adalah melakukan

inovasi dalam pembelajaran. Sebagaimana

disarankan oleh Ausubel (dalam Gordah

2006) bahwa sebaiknya dalam pembelajaran

digunakan pendekatan yang mengguanakan

metode pemecahan masalah, inquiri, dan

metode belajar yang dapat menumbuhkan

berpikir kreatif dan kritis, sehingga peserta

didik mampu menghubungkan atau

mengaitkan (koneksi) dan memecahkan

antara masalah matematika, pelajaran lain

ataupun masalah yang berkaitan dengan

kehidupan nyata.

Dahlan

(dalam

Gordah,

2008)

mengatakan pendekatan pembelajaran yang

dapat digunakan seperti yang diharapkan di

atas salah satunya adalah menggunakan

pendekatan

open-ended.

Dalam

pembelajaran

matematika

dengan

pendekatan open ended, peserta didik

menyelesaikan masalah dengan cara dan

jawaban yang berbeda.

Selain itu ada pula pendekatan lain yang

bisa meningkatkan kempuan berpikir kreatif

matematis melalui Pembelajaran Berbasis

Masalah. Selama proses PBM pada diri

siswa, sikap kreatif matematis siswa SMP

mulai tertanam pada diri siswa. Skala sikap

kreatif ini meningkat karena adanya tanya

jawab,

yang

melatih

siswa

untuk

memunculkan rasa ingin tahu dan tertantang

dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi

lebih kreatif. Tanya jawab masih dilakukan

guru selama PBM berlangsung, karena guru

menganggap

cara

ini

efektif

untuk

meningkatkan

keaktifan

siswa

yang

mendorong adanya peningkatan pada skala

sikap kreatif dan aktivitas siswa. Sehingga

dalam PBM ini tidak hanya membuat siswa

untuk berpikir kritis, juga dapat membuat

siswa bersikap kreatif.Berdasarkan hasil

penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

persentase ketrampilan berpikir kreatif

matematis siswa SMP dalam pembelajaran

berbasis masalah adalah untuk skala sikap

kreatif matematis siswa sebesar 40%,

sedangkan persentase produk kreatif siswa

sebesar 37,39% (Santoso, 2012).

Thomas (dalam Budiman, 2003) yang

mengatakan karena pembelajaran berbasis

masalah ini dimulai dengan sebuah masalah

yang

harus

dipecahkan,

maka

siswa

diarahkan untuk memiliki kemampuan

berpikir kritis dan kreatif.

Namun jika ditinjau lebih jauh Keunggulan Pendekatan Open-Endedmenurut Suherman, dkk (dalam Darmayasa, 2003:132) memiliki beberapa keunggulan antara lain:

a. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.

b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif. c. Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.

(3)

3

e. Siswa memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Pembelajaran

matematika

melalui

pendekatan open ended dapat memupuk

kemampuan

koneksi

dan

pemecahan

masalah matematis peserta didik, karena

pendekatan ini tidak mengharuskan peserta

didik

menghapal

fakta-fakta,

tetapi

mendorong

peserta

didik

untuk

mengkontruksi

pengetahuan

di

dalam

pikiran mereka sendiri. Pada pendekatan ini,

peserta

didik

dibiasakan

memecahkan

masalah, menemukan sesuatu yang berguna

bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide

(Gordah, 2012). Noer (dalam Gordah, 2007)

menunjukan bahwa melalui pendekatan

open-ended

dapat

meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis.

Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan open ended dapat mendukung peningkatan kemampuan berpikir matematis. Pendekatan open ended hampir sama dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang merupakan suatu pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai basisnya. Masalah dimunculkan sedemikian hingga siswa perlu menginterpretasikan masalah, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi alternatif solusi, dan mempresentasikan solusinya (Noer, 2009). Akan tetapi dalam pendekatan open-ended menggunakan masalah-masalah yang bersifat terbuka sehingga dapat ditemukan jawaban lebih dari satu dalam penyelesaiannya. Hal ini dinyatakan oleh Shimada (dalam Yusuf dkk, 2009) bahwa pendekatan open ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari pengenalan atau menghadapkan siswa pada masalah open ended. Masalah open ended adalah suatu permasalahan yang diformulasikan mempunyai banyak jawaban benar, sedangkan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian lebih dari satu disebut pembelajaran yang open ended. Dengan kegiatan ini diharapkan pula dapat membawa siswa untuk menjawab permasalahan dengan banyk cara, sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru (Yusuf dkk, 2009). Dengan demikian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan open ended dianggap tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis.

II LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Open Ended

Menurut Shimada dan Becker (dalam Gordah, 1997) pendekatan open-ended berawal dari pandangan bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dan berpikir matematika tingkat tinggi. Supaya matematika dapat disenangi dan dipelajari oleh semua siswa, maka permasalahan tertutup (closed problem) yang menuntut satu jawaban yang benar hendaknya diganti dengan permasalahan terbuka/open-ended problems.

Shimada dan Becker (dalam Gordah, 1997) mengatakan pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari mengenalkan atau menghadapkan peserta didik pada masalah terbuka. Masalah terbuka adalah suatu permasalahan yang diformulasikan mempunyai banyak jawaban benar.

Suatu soal atau masalah terbuka menurut Becker dan Epstein (dalam Wijaya, 2006) memiliki tiga kemungkinan yaitu:

1) Proses yang terbuka

yaitu ketika soal menekankan pada cara dan stratrgi yang berbeda dalam menemukan solusi yang tepat. Jenis soal semacam ini masih mungkin memiliki satu solusi tunggal; 2) Hasil akhir yang terbuka

yaitu ketika soal memiliki jawaban akhir yang berbeda-beda;

3) Cara untuk mengembangkan yang terbuka

yaitu ketika soal menekankan pada bagaimana siswa dapat mengembangkan soal baru berdasarkan soal awal (intitial problem) yang diberikan.

Diharapkan

kegiatan

pembelajaran

melalui

pendekatan

open-ended

dapat

membawa peserta didik untuk menjawab

permasalahan dengan banyak cara, sehingga

mengundang

potensi

intelektual

dan

pengalaman siswa dalam proses menemukan

sesuatu yang baru. Dengan demikian

pembelajaran

akan

mengembangkan

kemampuan

memecahkan

masalah

matematika dan meningkatkan berpikir

matematis.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa pendekatan

(4)

4

menghendaki jawaban dengan banyak cara penyelesaian.

B. Berpikir Kreatif Matematis

Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas

mental manusia yang berfungsi untuk

memformulasikan

atau

menyelesaikan

masalah, membuat keputusan, serta mencari

pemahaman. Berpikir (Solso, 1991) dalam

Suryana,2012)

merupakan

proses

menghasilkan representasi mental yang baru

melalui

transformasi

informasi

yang

melibatkan interaksi secara kompleks antara

atribut-atribut mental seperti penilaian,

abstraksi,

imajinasi,

dan

pemecahan

masalah.

Cai,

Lane

dan

Jakabcsin

menyatakan bahwa representasi merupakan

cara yang digunakan seseorang untuk

mengemukakan jawaban atau

gagasan

matematis yang bersangkutan.

Menurut Suriasumantri, J. S. (1984)

(dalam Kusumaningrum dan Saefudin,

2012) bahwa berpikir adalah suatu kegiatan

untuk menemukan pengetahuan yang benar.

Dalam pembelajaran matematika dikenal

adanya kemampuan berpikir matematis.

Berpikir matematis apabila dikaitkan dengan

konsep berpikir dapat dipandang sebagai

cara

untuk

meningkatkan

pengertian

terhadap matematika dengan menyusun data

dan informasi yang diperoleh melalui

penelitian atau pengkajian terhadap

obyek-obyek matematika.

Kemampuan berpikir matematika

menjadi salah satu tolak ukur tercapainya

tujuan pembelajaran matematika, terutama

kemampuan berpikir tingkat tinggi (high

order thinking skill), seperti kemampuan

berpikir kritis, kreatif, logis, analitis, dan

reflektif.

Menurut analisis Fisher (1995)

dalam Didi, keberhasilan dalam proses

berpikir ditentukan oleh ketiga operasi dari:

(1) pemerolehan pengetahuan (input), (2)

strategi

penggunaan

pengetahuan

dan

pemecahan masalah (output), serta (3)

metakognisi dan pengambilan keputusan

(control).

Berpikir matematis (Mustofa, 2009)

merupakan kegiatan mental yang dalam

prosesnya selalu menggunakan abstraksi

atau

generalisasi.

Berpikir

matematis

(Sumarmo, 2009) diklasifikasikan ke dalam

dua tingkatan, yaitu kemampuan berpikir

matematis tingkat rendah dan berpikir

matematis tingkat tinggi. Adapun klasifikasi

berpikir matematis tingkat rendah dan tinggi

menurut

Webb

&

Coxford

(dalam

Sumarmo, 2009) meliputi mengerjakan

operasi aritmetika sederhana, penggunaan

aturan langsung, bekerja dengan tugas yang

algoritmik

untuk

klasifikasi

berpikir

matematis

tingkat

rendah,

sedangkan

pemahaman yang bermakna, menyusun

konjektur,

membuat

analogi

dan

generalisasi,

penalaran

logik,

problem solving, serta komunikasi matematika dan

koneksi

sebagai

klasifikasi

berpikir

matematis tingkat tinggi.

(5)

5

dan keinginan mengatahui tentang sesatu

lebih jauh.

Menurut

Evans

(dalam

Didi)

Kreativitas

adalah

kemampuan

untuk

mengungkap

hubungan-hubungan

baru,

melihat sesuatu dari sudut pandang baru,

dan membentuk kombinasi baru dari dua

konsep atau lebih yang sudah dikuasai

sebelumnya. Kreativitas juga merupakan

suatu kemampuan yang bersifat spontan,

terjadi karena adanya arahan yang bersifat

internal, dan keberadaannya tidak bisa

diprediksi. Dengan demikian, kreativitas

tidak mungkin muncul karena adanya

pesanan. Evans selanjutnya menjelaskan

bahwa ide-ide kreatif biasanya muncul

karena adanya interaksi dengan lingkungan

atau stimulasi eksternal.

Munandar (1999) mengatakan bahwa

berpikir kreatif (juga disebut berpikir

divergen) ialah memberikan macam-macam

kemungkinan

jawaban

berdasarkan

informasi yang diberikan dengan penekanan

pada keragaman jumlah dan kesesuaian.

Contoh pertanyaan divergen adalah bentuk

persamaan

manakah

yang

himpunan

penyelesaiannya adalah himpunan kosong?

Dalam

Kosasih

dan

Darojat,

kreativitas mahasiswa akan tumbuh apabila

dilatih

melakukan

eksplorasi,

inkuiri,

penemuan dan memecahkan masalah dalam

kondisi yang terbuka. Bono (McGregor,

2007: 168) menyampaikan

“Thinking that

sets out to explore and to develop new

perceptions”

.

Bahwa

berpikir

kreatif

menetapkan untuk mengeksplorasi dan

mengembangkan persepsi baru. Selain itu,

kreativitas mahasiswa akan muncul apabila

ada stimulus dari lingkungan. Pemberian

masalah terbuka merupakan salah satu cara

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

mahasiswa.

Risnanosanti

(2010:

25)

mengemukakan bahwa “... suatu produk

kreatif harus memiliki kebaruan dan berguna

dalam bidang penerapan kreativitas itu.

Kedua elemen itu dapat diketahui dengan

memberikan tugas yang terbuka”.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendekatan open ended berasal dari Jepang pada tahun 1970-an. Berdasarkan teori yang

dikemukakan sebelumnya, pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis melalui pendekatan open ended dapat dilakukan melalui pembelajaran yang diawali dengan memberikan masalah terbuka pada siswa. Melalui pemberian masalah terbuka, siswa dapat menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika yang dimiliki sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya, sehingga siswa dapat

mengembangkan

kemampuan

memecahkan

masalah

matematika dan meningkatkan kemampuan

berpikir matematis. Selain itu, melalui

pemberian masalah terbuka siswa akan

terdorong untuk mencari cara sesuai dengan

kebenaran yang diyakininya (

melakukan eksplorasi kemungkingan solusi)

sehingga

dapat melatih kemampuan berpikir kreatif,

karena p

endekatan open ended memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengivestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dilakukan salah satunya melalui pendekatan open-ended.

Produk kemampuan berpikir kreatif siswa adalah kreativitas siswa dalam pemecahan masalah matematika.

Salah satu contoh masalah terbuka adalah sebagai berikut. Seekor gajah beratnya 540 kg. Diketahui jumlah berat beberapa ekor rusa sama dengan berat gajah tersebut. Berapa ekor rusa yang diperlukan agar jumlahberatnya sama dengan berat seekor gajah? Dengan soal yang berbentuk masalah terbuka seperti soal tersebut, siswa dengan dibimbing guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya untuk menyelesaikan soal baik dengan banyak cara maupun banyak jawaban. Siswa tidak hanya menyelesaikan soal secara prosedural atau rutin saja, tetapi dapat menggunakan penyelesaian dengan prosedur yang beragam.

Terkait dengan penggunaan open-ended problem dalam pembelajaran matematika, Sawada (dalam Wijaya, 2012) menyebutkan lima manfaat penggunaan open-ended problem,

yaitu:

(6)

6

menyediakan situasi pembelajaran yang bebas, terbuka, responsive dan suportif karena open-ended problem memiliki berbagai solusi yang benar sehingga setiap siswa memiliki kesempatan unutk mendapatkan jawaban yang unik dan berbeda-beda.

2. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika mereka secara komprehensif. Pemilihan strategi penyelesaian masalah membutuhkan penggunaan pengetahuan dan keterampilan matematika secara komprehensif. Oleh karena itu, banyak solusi yang berbeda yang bisa diperoleh dari suatu soal open-ended dapat mengrahkan siswa unutk memeriksa dan memilih berbagai strategi dan cara

“favorit” untuk mendapatkan solusi

berbeda sehingga penggunaan pengetahuan dan leterampilan matematika lebih berkembang.

3. Setiap siswa dapat bebas memberikan berbagai tanggapan yang berbeda untuk masalah yang mereka kerjakan.Perbedaan karakteristik siswa yang ada dalam suatu kelas perlu diperhatikan oleh guru sehingga suatu masalah dan kegiatan dapat dipahami oleh siswa dengan tingkat pemahaman yang berbeda. Setiap siswa harus dilibatkan dalam suatu kegiatan atau penyelesaian masalah. Penggunaan soal

open-ended memberikan kesempatan kepada siswa unutk memberikan respon sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka.

4. Penggunaan soal open-ended

memberikan oengalaman oenalaran (reasoning) kepada siswa.Dalam membahas solusi yang berbeda, siswa

perlu memberikan alasan terkait strategi dan solusi yang mereka miliki. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan berargumen secara matematis.

5. Soal open-ended pengalaman yang kaya kepada siswa unutk melakukan kegiatan penemuan (discovery) yang menarik serta menerima pengakuan (approval) dari siswa lain terkait solusi yang mereka miliki.

Banyak variasi solusi dapat membangkitkan rasa penasaran dan motivasi siswa untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan jawaban yang lain. Hal ini dapat terjadi melalui kegiatan membandingkan dengan solusi teman dan berdiskusi tentang perbedaan solusi tersebut.

IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu dengan menerapkan penggunaan pertanyaan terbuka (open ended problem).

Penerapan pendekatan open ended dalam pembelajaran matematikamemberikan kesempatan untuk menginvestigasi berbagai cara atau strategi yang diyakininya sesuai kemampuan mengelaborasi permasalahan dan kemampuan berpikirnya.

B. Saran

Disarankan bahwa menerapkan pembelajaran dengan pendekatan open ended menjadi salah satu alternatif pilihan guru dalam mengajar.

V DAFTAR PUSTAKA

Ariyadi, Wijaya. (2012).Pendidikan Matematika Realistik.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Yusuf, Mariska dkk.(2009).Pengembangan Soal-Soal Open-Ended Pada Pokok

Bahasan Segitiga dan Segiempat Di SMP.[ONLINE] Tersedia:

eprints.unsri.ac.id/822/1/4_Mariska_Y_48-56.pdf. Diakses 4 Desember

2013 05.00 WIB

Kosasih, Usep dan Asep D. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Komunikasi Matematis Mahasiswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan

Open-ended Tipe Problem-Variation.[ONLINE]Tersedia:

(7)

7

dengan_Pendekatan_Open-ended_Tipe_Problem-Variation

. diakses November 2013 06.17 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

(1) Dengan tidak mengurangi kewadjiban untuk memperoleh izin menurut peraturan- peraturan lain jang berlaku, maka kepada pemegang Kuasa Pertambangan jang telah

Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya

Teknik pengumpulan data dibutuhkan untuk menentukan instrumen yang digunakan untuk menjaring informasi dari subjek penelitian (guru mata pelajaran.. program produktif, ketua

DINAS PERINDAGKOP DAN UMKM KABUPATEN NUNUKAN TAHUN

Hal ini dikarenakan pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran rutin negara dalam hal ini belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun, tunjangan serta belanja barang-barang

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses

Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak pernah/ belum pernah terdaftar dan tidak pernah/belum pernah aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan