Wacana pariwisata ditunjukkan pemerintah melalui Gerakan Nasional Sadar Wisata dimana menempatkan masyarakat lokal sebagai kelompok yang perlu disadarkan (kurang pemberdayaan) akan kepentingan pengembangan potensi pariwisata di daerahnya. Kata ‘pemberdayaan’ adalah kata yang powerful , karena melibatkan posisi subjek dan objek,pihak mana yang berkuasa (melakukan pemberdayaan) dan pihak mana yang dikuasai(diberdayakan). ‘Pemberdayaan’ digunakan untuk membangun wacana pemerintah bahwakuasa atas potensi pariwisata ada di tangan pemerintah yang menempatkan
masyarakatlokal berada dalam program pembangunan industri pariwisata tersebut.Pada level yang paling sederhana kuasa dan pengetahuan bekerja melalui bahasa. Dalamkasus ini bahasa yang digunakan pemerintah dalam dialog-dialognya dengan media massasarat akan transfer ideologi dan kekuasaannya. Kekuasaan pada dasarnya adalahkemampuan untuk
mempengaruhi, mengatur pikiran atau kehendak dan tingkah laku oranglain. Oleh karena itu bahasa dan wacana berperan penting dalam membangun suatu konsepkebenaran dan membuktian kekuasaan.
Melalui gerakan ini pemerintah akan memberikan bantuan dana sosial sebesar 100-150 juta rupiah dan jasa bimbingan konsultansadar wisata untuk membantu masyarakat lokal mengembangkan potensi pariwisata.Menurut saya Gerakan Nasional Sadar Wisata ini adalah regulasi yang dibentuk pemerintahsebagai tunggangan kekuasaannya. Hal tersebut mendukung pernyataan Foucault bahwakekuasaan terdapat dalam regulasi dan normalisasi. Regulasi disusun untuk membentuktatanan konkrit yang harus diikuti, sedangkan normalisasi adalah norma atau niai-nilai yangdikenakan bagi suatu tindakan.Normalisasi dapat dilihat dari penghilangan suara masyarakat lokal. Alih-alih menjelaskanapa yang menyebabkan masyarakat lokal kurang berpartisipasi penulis berita
lebihmenjabarkan rencana implementasi Gerakan Nasional Sadar Wisata berikut metode-metodeyang akan dipakai. Suara masyarakat lokal yang seharusnya ikut bicara didiamkan padahalmerekalah yang menjadi seharusnya menjadi subjek aktif dalam pembicaraan. Suara merekadiwakili oleh pemerintah yang lebih menjabarkan panjang lebar soal rencana implementasiGerakan Nasional Sadar Budaya sebagai solusi dari masalah yang masyarakat lokal. Suarayang
bernegosiasi dengan solusi tersebut juga tidak dimunculkan. Masyarakat
lokaldidiamkan dan dianggap setuju dengan solusi yang diberikan untuk keluar dari lingkarankemiskinan.Tidak adanya porsi untuk masyarakat lokal dalam melakukan negosiasi atau bahkanpenolakan atas strategi pemberdayaan semakin menegaskan kuasa pemerintah atasGerakan Nasional Sadar Wisata. Melalui tulisan ini masyarakat lokal disituasikan menerimakebijakan pemerintah ini dengan wajar (tanpa ada diperlihatkan perlawanan) karenawacana
pemberdayaan ini penting jika ingin daerah wisatanya maju dan
kehidupanekonominya berkembang.Gerakan Nasional Sadar Wisata ini adalah bentuk kekuasaan pemerintah kepada masyarakatlokal yang juga merupakan suatu solusi pada situasi strategis kompleks dalam masyarakat.Pemberian solusi tersebut membuat masyarakat secara sadar menerima bentuk kekuasaan yang disampaikan oleh pemerintah. Ideologi pemerintah untuk eksploitasi pariwisata didaerahnya demi mengeluarkan masyarakat lokal dari kemiskinan tersampaikan dengan baik
bahwa regulasi yangditawarkan adalah solusi dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat lokal. Namunsebenarnya regulasi yang dibuat akan menuju pada pendisiplinan dan akan semakin nyatapraktik kekuasaan pemerintah. Pemerintah punya agenda lain untuk merealisasikankekuasaannya, yaitu membuat
masyarakat lokal patuh dan taat pada regulasi yang adadalam gerakan pariwisata ini.Pemerintah menggunakan teknik normalisasi, penyeragaman, dan pengawasan penuh untukimplementasi kekuasaannya kepada masyarakat lokal. Terlebih lagi penerimaan tanpaperlawanan atau negosiasi ini adalah suatu bentuk nyata dari pengakuan akan kebenaranyang dihasilkan dan