• Tidak ada hasil yang ditemukan

SASTRA PADA AWALANYA SUARA HATI NURANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SASTRA PADA AWALANYA SUARA HATI NURANI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SASTRA PADA AWALANYA SUARA HATI NURANI

Puji Santosa

Konsep sastra pada awalanya suara dalam hati nurani digali dari proses kreatif dan wawasan estetik Darmanto Jatman. Proses kreatif Darmanto sudah tumbuh sejak masih berumur anak-anak. Ketika berusia lima tahun, Darmanto sudah terobsesi oleh kisah Putri Salju yang tertidur selama seribu tahun. Darmanto kecil ketika itu kemudian berimajinasi untuk menjadi seorang Pangeran yang dapat mencium dan mampu membangunkan Sang Putri tersebut. Pengalaman unik Darmanto Jatman ini juga dialaminya ketika ia berusia sepuluh tahun, yaitu Dartmanto Jatman tertarik kepada guru kelasnya, Ibu Sri Hastuti, yang hitam manis kayak gula Jawa. Selanjutnya, ia merasa jatuh cinta kepada guru kelasnya itu. Guru kelas itulah yang membangkitkan kreativitas dirinya untuk gemar membaca, baik buku

Alkitab, cerita-cerita Alkitab dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, buku dongeng-dongeng dari berbagai belahan dunia, maupun buku-buku tentang kebudayaan Jawa.

(2)

coretan-coretan yang bakal menjadi sajaknya.

Pengalaman yang unik dan menarik dialami Darmanto ketika ia duduk di bangku kelas enam SD. Sepulang dari sekolah, Darmanto sering berhenti di atas jembatan Kali Code, Kota Baru, Yogyakarta, yang menjadi kebiasaannya. Lalu, Darmanto memandangi sebuah masjid yang sedang dibangun ketika itu dengan latar belakang gunung Merapi dan Merbabu. Bagi Darmanto Jatman pandangan itu menjadi suatu hal yang luar biasa memesonanya. Sudah barang tentu, setelah pulang dan sampai di rumahnya, Darmanto segera mengambil pena lalu dicurahkannya semua pandangan di atas jembatan Kali Code tadi pada sehelai kertas. Itulah peristiwa pertama kali Darmanto menulis puisi tentang masjid yang baru dibangun di Kota Baru, Yogyakarta (tempat ini sekarang berdekatan dengan kantor Balai Bahasa Yogyakarta), bunyi larik-larik sajak itu adalah:

Di kota baru

dibangun masjid yang baru Syuhada namamu”.

Berselang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada saat Darmanto Jatman bersekolah di SMA III B Padmanaba Yogyakarta (1958), ia sudah aktif mengirimkan karya-karyanya ke berbagai lembaran remaja, antara lain, “Kawanku” suplemen dari koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, dan “Remaja Nasional” sisipan dari harian Berita Nasional Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1960-an Darmanto Jatman mengirimkan juga tulisan-tulisannya ke berbagai majalah penerbitan “dewasa”, seperti

Tanah Air, Tjerpen, Gema, Gelora, Pustaka dan Budaya, Mahasiswa Indonesia, Budaya Jaya, Zaman, Mimbar Indonesia, Horison, Basis, dan

Sastra. Hingga tahun 2007, sebelum penyakit stroke meyerang dirinya, Darmanto Jatman masih aktif menulis di berbagai media massa dan penerbitan, seperti Suara Merdeka (Semarang), Kedaulatan Rakyat

(3)

puisi-puisinya itu membutuhkan “gizi”. Ia menulis puisi dan membaca banyak buku agar esainya dapat lebih berbobot. Sementara itu, naskah lakon dan cerita pendek ditulis untuk mendukung puisi-puisi dan esai-esainya. Ibaratnya ia menanam esai dan akhirnya menuai puisi.

Waktu terus berjalan, zaman pun terus berubah berganti, hingga tahun 2007, Darmanto Jatman masih tetap aktif menulis di berbagai media massa dan penerbitan, seperti Suara Merdeka (Semarang), Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), Jawa Pos (Surabaya), Suara Pembaruan dan Kompas

(Jakarta). Darmanto juga duduk sebagai redaksi penyumbang majalah

Humor, redaktur khusus majalah Tiara, pengasuh ruang konsultasi psikologi harian Jawa Pos, penulis tetap tabloid Mutiara, redaktur kebudayaan Dinamika Baru, Kampus, Suara Merdeka (Semarang), Tribun

(Jakarta), dan memimpim koran kampus Manunggal (UNDIP) dan Forum

(FISIP-UNDIP).

Sekalipun puisi-puisi yang ditulis oleh Darmanto Jatman berdasarkan pengalaman personal, experiential poetry, tetapi jejak-jejak pengaruh seseorang dan acuan (referensi) dalam puisi-puisinya, masih dapat ditelusuri. Sajak “Sori Gusti”, misalnya, jelas merupakan pengaruh kuat dari sajak “Tuan” karya Sapardi Djoko Damono, yang berbunyi:

TUAN

Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar, saya sedang keluar.”

(Damono, 1983: 25. Perahu Kertas. Jakarta: Balai Pustaka)

(4)

menyongsong hari raya Lebaran (Idul Fitri atau Idul Adha). Demikian juga pengakuan dosa si Tople hakikatnya juga penyaluran “suara” batinnya kepada Tuhan.

Sori Gusti

Hamba absen dalam paduan suara menyambut natalMu tahun 2001 Hamba cari makan di mal

mumpung mereka ber-AMeri Krismas@ Terus terang Gusti

Hamba juga ikut takbiran

karena banyak teman hamba di sana Hamba yakin Gusti tahu

Sori ya Gusti. Hambamu Tople

2001

(Jatman, 2002: 64. Sori Gusti. Semarang: LIMPAD)

Sajak “Testimoni”, “Menghadapmu Pagi Ini”, “Ampun Gusti”, dan sajak lainnya yang memiliki warna sejarah keimanan secara intertekstual Darmanto banyak menstranformasikan ‘suara’ ayat-ayat Alkitab, terutama Kitab Yohanes 1, ayat 1–4 dan 10, yang berbunyi: “Pada mulanya, sebelum dunia dijadikan. Sabda sudah ada. Sabda itu bersama Allah, dan Sabda sama dengan Allah. Sejak semula Sabda bersama Allah. Segalanya dijadikan melalui Sabda, dan dari segala yang ada tak satu pun dijadikan tanpa Sabda. Sabda itu sumber hidup, dan hidup memberi terang kepada manusia. ... Sabda ada di dunia, dunia dijadikan melalui Sabda.

(5)

Gusti’, dan ‘sesuatu yang selalu kita dengar di dalam batin kita’”. Bermula dari Sabda atau suara-suara, kata-kata, pangandika atau dhawuh Gusti, bahasa, dan sesuatu yang selalu didengar dari dalam batin (hati) itulah ia menciptakan puisi. Puisi-puisinya itu tiada lain hanya jelmaan dari ungkapan kata-kata, rangkaian dari berbagai bahasa atau idiom,

pangendika atau dhawuh Gusti, dan suara-suara batinnya yang kemudian dituangkannya dalam bentuk huruf, tulisan di atas kertas, dan rangkaian kata-kata yang membentuk bahasa puisi.

Sapardi Djoko Damono pun dalam sajak “Telinga” yang berbunyi: “ia digoda masuk ke telinganya sendiri/ agar bisa mendengar apa pun/ secara terinci – setiap kata, setiap huruf,/ bahkan letupan dan desis/ yang menciptakan suara.// .. agar dapat menafsirkan sebaik-baiknya/ apa pun yang dibisikkannya/ kepada diri sendiri.” Sabda oleh Sapardi dalam sajaknya itu juga ditafsirkan secara kreatif sebagai ‘suara’, ‘kata’, ‘huruf’, ‘letupan’ dan ‘desis’, dan ‘bisikan yang berasal dari dalam batin diri sendiri’. Dengan demikian, baik Darmanto Jatman maupun Sapardi Djoko Damono (dapat terjadi saling berpengaruh) berangkat dari “suara-suara” (Sabda Tuhan ataupun suara-suara hati nurani) sebagai ilham atau inspirasi untuk kemudian merangkaikannya membentuk sajak atau bahasa puisi-puisinya.

(6)

sajak-sajaknya lebih mengakar pada semua mitologi yang ada di dunia ini, baik itu mitologi keagamaan, mitologi Yunani, mitologi Arab-Persia, maupun mitologi Jawa. Dengan demikian, kedua penyair tersebut sama-sama berangkat dari dunia mitologi yang ada.

Diakui ataupun tidak bahwa salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Darmanto Jatman dalam bersajak atau dalam berpuisi adalah mengangkat nama tokoh-tokoh mitologi keagamaan, peristiwa, dan sekaligus mitologi Jawa dan wayang, seperti tokoh Abel dan Kain, Nuh, Sulaiman, Daud, Menara Bebel, Sodom dan Gomora, Jesus Kristus atau Isa Almasih, Joszef, Maria, Simeon, kemudian dari dunia Jawa ada tokoh Jaka Tingkir, Anglingdarma, Ki Ageng Suryomentaraman, Ajirawarontek, Begawan Wisrawa, Rahwana, Rama, Burisrawa, Arjuna atau Janaka, Bima, Arimbi, Subadra, Sukesi, Dewi Sri, Narada, Bilung, Limbuk, dan. Badranaya atau Ki Lurah Karangkedempel, serta para punakawan, yang akrab sebagai cantelan ingatan-pikiran. Sementara itu, tokoh-tokoh realitas-imajiner yang ditampilkan dalam sajak-sajaknya dibuat berbau Jawa, seperti Marto Klungsu atau Marto Legi ataupun Marto Sendika, Karto Tela, Lik Parto Total, Bik Meniek, Roro Blonyo, Ki Blaka Suta, Atmo Boten, Karto Tukul, Towikromo, Tople, Nyai Pon, Kiai Rebo, Tulkini, Somadilaga, Mangunkarsa, dan Ciprut, hanya semata-mata merupakan tokoh realitas-imajiner atau dapat juga rekaan yang kreatif dan dinamis dari Darmanto yang tidak ditemukan pada penyair lainnya.

Proses kreatif Darmanto Jatman yang pada mulanya berasal dari “suara-suara” dalam hati hingga ditemukannya bermacam-macam bahasa (multilingual), teknik, dan gaya dalam bersajak tersebut awalnya dia menghadapi benturan budaya yang mengejutkan. Hal itu dialaminya ketika Darmanto Jatman menimba ilmu di Honolulu, Hawai, Amerika Serikat, pada tahun 1972—1973. Puisi-puisi yang dikenal sebagai

(7)

sehingga menembus batas-batas kelaziman berbahasa. Atas keunikannya itu kemudian Darmanto Jatman dikenal sebagai penyair multilingualis.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko 1983. Perahu Kertas. Jakarta: Balai Pustaka.

Eneste, Pamusuk. 1990. Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Jambatan.

Jatman, Darmanto. 1975. Bangsat. Jakarta: Puisi Indonesia. ... 1976. Sang Darmanto. Jakarta: Puisi Indonesia. ... 1980. Ki Blaka Suta Bla Bla. Jakarta: Puisi Indonesia. ... 1981. Karto Iyo Bilang Mboten. Jakarta: Puisi Indonesia. ... 1994. Golf untuk Rakyat. Yogyakarta: Bentang Budaya. ... 1997. Isteri. Jakarta: Grasindo.

... 2002. Sori Gusti. Semarang: LIMPAD. ... 2005. Dunia Bilung. Semarang: LIMPAD.

... 2006. Sangkan Paran: Kumpulan Esai. Semarang: LIMPAD.

... 2007. mBilung Limbukan: Kumpulan Esai Glenyengan. Yogyakarta: Kayoman.

... 2011. Psikologi Jawa. Cetakan kedua Januari 2011. Cetakan pertama 1997 oleh Bentang Budaya Yogyakarta. Yogyakarta: Kayoman.

... dan SM Darmastuti. 2007. Kagem Panjenengan Gusti: Catatan Perjalanan. Yogyakarta: Kayoman.

Santosa, Puji. 1993. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra.

Bandung: Angkasa.

Santosa, Puji., dkk. 1993. Citra Manusia dalam Drama Indonesia Modern 1920--1960. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Santosa, Puji., & Djamari. 1995. Analisis Sajak-Sajak J.E. Tatengkeng.

Ja-karta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(9)

Santosa, Puji. 1996. Pengetahuan dan Apresiasi Kesusastraan. Ende-Flores: Nusa Indah.

Santosa, Puji., dkk. 1997. Citra Manusia dalam Drama Indonesia Modern 1960–1980. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Santosa, Puji. 1998. “Analisis Struktur Sajak ‘Pembicaraan’ Karya Subagio Sastrowardojo” dalam Pangsura Bilangan 6/Jilid 4, Januari–Juni 1998, hlm. 3–15.

Santosa, Puji., dkk. 1998a. Struktur Sajak-Sajak Abdul Hadi W.M. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Santosa, Puji., dkk. 1998b. Unsur Erotisme dalam Cerita Pendek Tahun 1950-an. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Santosa, Puji. 1999a. “Perkembangan Soneta di Indonesia dan Jatidiri Bangsa” dalam Pangsura Bilangan 9/Jilid 5, Julai–Desember 1999, hlm. 92–106.

Santosa, Puji. 1999b. “Kajian Asmaradana dalam Sastra Bandingan” dalam

Bahasa dan Sastra Nomor 3 Tahun XVII, 1999, hlm. 30–50.

Santosa, Puji. 2003a. “Sori Gusti: Keragaman Tujuh Banjaran”. Dalam

Kakilangit Nomor 75, Maret 2003. Sisipan majalah sastra Horison

Tahun XXXVI, Nomor 3, Maret 2003, halaman 8—10.

Santosa, Puji. 2003b. “Proses Kreatif Darmanto Jatman: Pada Mulanya adalah Suara”. Dalam Kakilangit Nomor 75, Maret 2003. Sisipan majalah sastra Horison Tahun XXXVI, Nomor 3, Maret 2003, halaman 11—12.

Santosa, Puji. 2003c. “Riwayat Hidup Penyair: Darmanto Jatman (1942--): Penyair dengan Segudang Puisi dan Prestasi”. Dalam Kakilangit

Nomor 75, Maret 2003. Sisipan majalah sastra Horison Tahun XXXVI, Nomor 3, Maret 2003, halaman 13—14.

Santosa, Puji. 2003d. Bahtera Kandas di Bukit: Kajian Semiotika Sajak-Sajak Nuh. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Santosa, Puji., dkk. 2003. Drama Indonesia Modern dalam Majalah Indonesia, Siasat, dan Zaman Baru (1945–1965): Analisis Tema dan Amanat Disertai Ringkasan dan Ulasan. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

(10)

Departemen Pendidikan Nasional.

Santosa, Puji. 2006. Pandangan Dunia Darmanto Jatman. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Santosa, Puji., & Agus Sri Danardana. 2008. Pandangan Dunia Motinggo Busye. Bandarlampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung.

Santosa, Puji., & Suroso. 2009. Estetika: Sastra, Sastrawan, dan Negara. Yogyakarta: Pararaton.

Santosa, Puji., Suroso, & Pardi Suratno. 2009. Kritik Sastra: Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji. 2010. Kekuasaan Zaman Edan: Derajat Negara Tampak Sunya Ruri. Yogyakarta: Pararaton.

Santosa, Puji., & Imam Budi Utono. 2010. Struktur dan Nilai Mitologi Melayu dalam Puisi Indonesia Modern. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji., & Maini Trisna Jayawati. 2010. Sastra dan Mitologi: Telaah Dunia Wayang dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji., & Maini Trisna Jayawati. 2011. Dunia Kesusastraan Nasjah Djamin dalam Novel Malam Kuala Lumpur. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji., Djamari, & Sri Sayekti. 2011. Manusia, Puisi, dan Kesadaran Lingkungan. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji., & Djamari. 2012a. Merajut Kearifan Budaya: Analisis Kepenyairan Darmanto Jatman. Yogyakarta: Elmatera Publishing. Santosa, Puji., & Djamari. 2012b. Struktur Tematik Puisi-Puisi Mimbar

Indonesia. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji.., dkk. 2013. Puisi Promosi Kepariwisataan. Yogyakarta: Elmatera Publishing,

Santosa, Puji., & Djamari. 2013a. Dunia Kepenyairan Sapardi Djoko Damono. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

(11)

Santosa, Puji., & Djamari. 2014a. Kriik Sastra Tempatan. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji., & Djamari. 2014b. Apresiasi Sastra Disertai Ulasan Karya, Proses Kreatif, dan Riwayat Sastrawan. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji. 2015. Metodologi Penelitian Sastra: Paradigma, Proposal, Pelaporan, dan Penerapan. Yogyakarta: Azzagrafika.

Santosa, Puji., & Djamari. 2015a. Mengukur Kesesuaian Sastra Pada Siswa Sekolah Menengah. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Santosa, Puji., & Djamari. 2015b. Strategi Pembelajaran Sastra Pada Era Globalisasi. Yogyakarta: Azzagrafika.

Tim Alkitab. 1993. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Tim Al-Quran. 1995. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Departeman Agama.

Tim Penyusun Kamus 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Studi dan data yang didapat dari instansi terkait mengenai kondisi Rawa Pening tersebut adalah relevan dan dapat dipertanggungjawabkan untuk dijadikan acuan atau pedoman

Kebijakan rujukan kasus demam dengue dari puskesmas ke Rumah Sakit harus sesuai dengan prinsip rujukan yang diatur dalam PMK no 1 tahun 2012 pasal 9, tentang sistem rujukan.

Dalam peneliian tindakan kelas ini, untuk melihat hasil kerja siswa secara kelompok digunakan LKS. LKS ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa

Adanya tindakan perbankan yang memformatkan perjanjian kredit dapat saja dikatakan adalah pembuatan perjanjian baku, namun perlu juga diperhatikan bakunya perjanjian tersebut

Seorang guru harus memiliki kecerdasan intelektual dalam mengajar di kelas. Dengan kecerdasan intelektual guru dalam mengajar, para siswa mendapat sumber pengetahuan

Berapakah % yield dan konsentrasi biodiesel yang dihasilkan dari sintesis biodiesel dengan substrat minyak jelantah melalui rute non-alkohol dengan biokatalis Candida rugosa

Dalam penyusunan Rencana Kerja (RENJA) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2017 mempunyai maksud

Diperolehnya nilai ketahanan gosok yang sangat baik disebabkan morin yang terkandung dalam larutan ekstrak kayu nangka telah berikatan dengan serat sutera